bab i pendahuluan...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
Peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi1. Keempat lingkungan
peradilan itu memiliki kewenangan dan batasan kekuasaan masing-masing.
Kewenangan dan batasan pemberian kekuasaan untuk mengadili itu ditentukan
oleh bidang yuridiksi yang dilimpahkan undang-undang kepadanya2.
Dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman terutama Pasal 25 ayat (3) yang menyatakan bahwa: “Peradilan
Agama berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara
antara orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”. Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang : Perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat,
infaq, shadaqah dan ekonomi syari'ah.
Penulisan ini berkaitan tentang hukum waris, sehingga akan dijabarkan
sedikit tentang pengertian hukum waris. Hukum waris yaitu seperangkat norma
1 R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika,
2009, h. 1. 2 Cik Hasan Bisri, 1997, h. 162.
atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya atau beralihnya hak dan
kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada
orang yang masih hidup (ahli waris) yang berhak menerimanya3.
Hukum waris menurut Kompilasi Hukum Islam (untuk selanjutnya disebut
KHI) pada Pasal 171 huruf a adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan
hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa yang
berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.
Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur dengan sebaik-
baiknya. Al-Quran menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang
berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorangpun. Pembagian
masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan telah ada
ketentuannya dalam Al Quran dan dijabarkan pada KHI Buku II Hukum
Kewarisan Pasal 171 sampai dengan Pasal 209.
Pengadilan Agama Wonosobo pada tahun 2011 menerima 2435 perkara.
Salah satu perkara yang diterima dan diselesaikan adalah perkara permohonan
penetapan ahli waris yang diajukan oleh Solekhan, BSc bin Abdullah Sirod,
berdasarkan surat permohonan tertanggal 6 Juli 2011 yang kemudian terdaftar
dalam buku register perkara Nomor 520/K/VII/2011. Adapun kasus posisinya
sebagai berikut: Berdasarkan permohonan penetapan ahli waris yang diajukan
oleh: Solekhan, BSc. Bin Abdullah Sirod, umur 60 tahun, agama Islam, pekerjaan
dagang, tempat kediaman di jalan Riung Mungpulung 19 RT 01 RW 09
Kelurahan Cisaranten Kidul Kecamatan Gedebage Kodya Bandung, ketika itu
3 Shandi Danuswarna, Hukum Waris Berdasar BW, 6 April 2009, http://hukum-
hukumkeseluruhan.blogspot.com/2009/04/hukum-waris-berdasarkan-bw.html, dikunjungi pada
tanggal 4 April 2013 pukul 8:19.
beralamat sementara di Dusun Ngariboyo RT 06 RW 04 desa Sindupaten
Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Dia bertindak untuk atas nama diri
sendiri dan berdasarkan surat kuasa khusus insidentil tanggal 06 Juli 2011 yang
terdaftar dalam register nomor: 520/K/VII/2011 tanggal 06 Juli 2011 sekaligus
bertindak untuk dan atas nama para pemberi kuasa kepadanya.
Adapun nama-nama pemberi kuasa yaitu:
1) Salamah binti Abdullah Sirod, umur 78 tahun
2) Muntakiyah binti Abdullah Sirod, umur 72 tahun
3) Aminatun Rokiyah binti Abdullah Sirod, umur 68 tahun
4) Mujilah binti Abdullah Sirod, umur 66 tahun
5) Tikno Harjono bin Wongsoidjoyo, umur 77 tahun
Kesemua nama tersebut di atas disebut sebagai pemohon.
Pada dasarnya permohonan yang diajukan pemohon berdasarkan surat
permohonan tanggal 13 Juni 2011 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Agama Wonosobo Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb intinya memuat permohonan
agar Pengadilan Agama menetapkan ahli waris dari almarhumah Kromodirjo alias
Hj.Ponijem binti Kasan Dinomo (selanjutnya akan disebut Hj. Ponijem) yaitu: (1)
Daliyem binti Wongsoidjoyo (telah meninggal dunia) meninggalkan seorang anak
laki-laki yang bernama Endardiyono bin Darmo, (2) Tikno Harjono bin
Wongsoidjoyo dan ahli waris akibat hubungan perkawinan dengan Sopari alias H.
Hadi Pranoto bin Abdullah Sirod (selanjutnya akan disebut H. Hadi Pranoto) yaitu
Kamidi Sumardi bin Abdullah Sirod (meninggal lebih dahulu), Salamah binti
Abdullah Sirod, Muntakiyah binti Abdullah Sirod, Aminatun Rokiyah binti
Abdullah Sirod, Mujilah binti Abdullah Sirod dan Solekhan bin Abdullah Sirod,
kesemuanya adalah saudara kandung. Ahli waris pengganti Kamidi Sumardi
adalah Sri Tukinah binti Kamidi Sumardi, Sarkiyah binti Kamidi Sumardi,
Riyanto bin Kamidi Sumardi, Slamet bin Kamidi Sumardi, Suwarso bin Kamidi
Sumardi, Sutiman bin Kamidi Sumardi dan Siti Supariyah binti Kamidi Sumardi.
Pertimbangan hakim dalam penetapan ahli waris adalah bahwa dalam
perkara Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb yaitu:
a. Dua jalur hubungan kekerabatan yaitu dari almarhumah Hj Ponijem dan
dari almarhum H. Hadi Pranoto.
b. Hakim dalam pertimbangannya mendasarkan pada Pasal 171 huruf (b)
dan (c) KHI yang menyatakan bahwa Pasal 171 (b): Pewaris adalah
orang yang pada saat meninggalnya atau dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli
waris dan harta peninggalan. Pasal 171 (c): Ahli waris adalah orang
yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak
terhalang karena hukum menjadi ahli waris.
c. Hakim mendasarkan pada bukti fotocopy akta nikah H. Hadi Pranoto
dengan Hj. Ponijem serta silsilah keluarga yang menyatakan bahwa H.
Hadi Pranoto menikah dengan Hj. Ponijem pada 03 Juli 1959 dan
selama menikah tidak dikaruniai keturunan.
d. Hakim dalam pertimbangannya juga mendasarkan pada bukti Surat
Kematian Hj. Ponijem yang menyatakan bahwa telah meninggal dunia
pada 14 Juli 2008 karena sakit dan dalam keadaan beragama Islam yang
merupakan pewaris I. Bukti surat kematian H. Hadi Pranoto yang
meninggal pada 14 Juli 2008 karena sakit dan beragama Islam yang
merupakan Pewaris II.
e. Pertimbangan hakim menetapkan berdasarkan silsilah keluarga dan surat
keterangan dari Kepala Desa Gilangharjo yang membuktikan bahwa
almarhumah Hj. Ponijem meninggal dunia meninggalkan ahli waris
yaitu seorang suami bernama H. Hadi Pranoto dan seorang saudara seibu
yang bernama Tikno Harjono, dan semuanya beragama Islam.
Selain itu Hj. Ponijem selaku pewaris I juga mempunyai saudara perempuan
seibu yang bernama Daliyem yang telah meninggal terlebih dahulu dari Pewaris I
berdasarkan bukti surat kematian dan memiliki satu-satunya ahli waris seorang
anak laki-laki bernama Endardiyono, beragama Islam, sehingga berdasarkan
ketentuan Pasal 185 KHI, maka Endardiyono ditetapkan sebagai ahli waris
pengganti, menggantikan almarhumah ibunya.
Hakim dalam pertimbangannya mendasarkan pada Pasal 185 ayat (1) KHI
disebutkan : “Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris, maka
kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut
dalam Pasal 173”. Dalam ayat (2) nya disebutkan: “Bagian bagi ahli waris
pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang
diganti”.
Pertimbangan kesaksian Nuharjo bin Kartorejo yang menyatakan bahwa
saat Ponijem meninggal dunia, meninggalkan ahli waris 2 orang saudara seibu
yaitu Daliyem dan Tikno Harjono. Karena Daliyem telah meninggal dunia lebih
dahulu daripada Ponijem dan meninggalkan ahli waris seorang anak bernama
ENDARDIYONO. Demikian juga dengan kesaksian Wahyudi bin Murdiyanto
dan Martono Bakir bin Tomorejo yang menyatakan bahwa Ponijem meninggalkan
2 orang saudara seibu yaitu Daliyem dan Tikno Harjono dan menyatakan Daliyem
meninggal terlebih dahulu daripada Hj. Ponijem, serta mempunyai seorang anak
meskipun keduanya menyatakan Daliyem memiliki seorang anak yang mereka
tidak tahu namanya.
Dalam penetapannya memuat beberapa hal, diantaranya adalah:
1) Menetapkan ahli waris Hj. Ponijem adalah:
a) H. Hadi Pranoto (suami)
b) Tikno Harjono (Saudara laki-laki seibu)
c) Endardiyono (menggantikan kedudukan Daliyem, Saudara
perempuan seibu)
2) Menetapkan ahli waris almarhum H. Hadi Pranoto yaitu:
a) Salamah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan kandung)
b) Muntakiyah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan kandung)
c) Aminatun Rokyah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan
kandung)
d) Mujilah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan kandung)
e) Solekhan bin Abdullah Sirod (saudara laki-laki kandung)
f) Ahli waris pengganti almarhum Kamidi Sumardi bin Abdullah Sirod
(saudara laki-laki kandung) yaitu Sri Tukinah binti Kamidi Sumardi,
Sarkiyah binti Kamidi Sumardi, Riyanto bin Kamidi Sumardi,
Slamet bin Kamidi Sumardi, Suwarso bin Kamidi Sumardi, Sutiman
bin Kamidi Sumardi dan Siti Supariyah binti Kamidi Sumardi
Adapun hubungan kekeluargaan tersebut dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut dibawah ini :
Gambar 1:
Keterangan simbol :
= hubugan pernikahan
= hubungan darah
Didalam penetapan tersebut hakim sudah menetapkan bahwa Endardiyono
sebagai ahli waris pengganti yang menggantikan Daliyem yang merupakan
saudara perempuan Tikno Harjono dan Hj. Ponijem sebagai pewaris, akan tetapi
dalam pelaksanaan pembagian waris kedudukan sebagai ahli waris pengganti
tidak diakui atau dihilangkan. Bahkan dalam pembagian tersebut Endardiyono
diberi bagian sesuai dengan anak dari Tikno. Hal ini merugikan Endardiyono,
karena berdasarkan pembagian tersebut ia mendapatkan 1/6 bagian.
Penetapan hakim tentu didasarkan pada asas dan kaidah yang ada, karena
hakim tidak hanya berfungsi sebagai corong keadilan, akan tetapi juga harus
menempatkan keadilan dalam masyarakat, sehingga asas yang ada dalam
masyarakat seyogyanya tercerminkan dalam penetapan pengadilan. Berkaitan
Hadi
Pranoto
Kamidi S
Salamah
Muntakiya
h Aminatun Mujilah
Solehan
Kasandinomo Tukilah Wongsoijoy
o
Ponijem Daliyem
Tikno
Tria Endar Tri
Tri In
Tanti
Liston
Lin
dengan itu, maka dalam skripsi ini akan dicari asas dan kaidah yang digunakan
hakim dalam menetapkan ahli waris serta dalam menetapkan Endardiyono sebagai
ahli waris pengganti.
Dalam pelaksanaan pembagian waris yang dilakukan oleh Tikno Harjono
dan keluarga nampaknya tidak berlandasan pada penetapan hakim Nomor
43/Pdt.P/2012/PA.Wsb., yakni dihilangkannya kedudukan Endardiyono sebagai
ahli waris pengganti. Pembagian warisan lebih didasarkan pada kesepakatan yang
ada dikeluarga, sekalipun kesepakatan tersebut didasarkan pada pemaksaan
semata4.
Dari pertimbangan diatas dalam pembahasan akan dilihat asas dan kaidah
hukum yang digunakan sebagai dasar bagi hakim. Untuk asas hukum yang
dimaksudkan dapat dilihat dari beberapa pendapat, seperti :
1. Bellefroid berpendapat bahwa asas hukum umum adalah norma dasar
yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak
dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum itu
merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat5.
2. Van Eikema Hommes mengatakan bahwa asas hukum itu tidak boleh
dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu
dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi
hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi
pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain asas hukum ialah
dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif6.
4 Observasi penulis pada musyawarah yang dilakukan pada tanggal 11 September 2011.
5 O. Notohamidjojo – Tri Budiono, ed, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga, Griya Media,
2011, h. 89. 6 Ibid., h. 90.
Sedangkan yang dimaksud dengan kaidah hukum dipenulisan ini diartikan
sebagai peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia itu seyogyanya
berperilaku, bersikap didalam masyarakat agar kepentingannya dan kepentingan
orang lain terlindungi. Kaidah pada hakekatnya merupakan perumusan suatu
pandangan obyektif mengenai pernilaian atau sikap yang seyogyanya dilakukan
atau tidak dilakukan, yang dilarang atau dianjurkan untuk dijalankan7.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :
1. Asas dan kaidah hukum apakah yang dipakai oleh Pengadilan
Agama dalam menetapkan penetapan Nomor
43/Pdt.P/2011/PA.Wsb.?
2. Asas dan kaidah hukum apakah yang digunakan ahli waris dalam
melaksanakan pembagian warisan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui:
1. Asas dan kaidah hukum yang dipakai oleh Pengadilan Agama
dalam menetapkan penetapan Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb.
2. Asas dan kaidah hukum yang digunakan ahli waris dalam
melaksanakan pembagian warisan.
D. Manfaat Penelitian
7 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 2007, h. 11.
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, sebagai berikut:
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
wacana keilmuan di kalangan civitas akademika khususnya
dibidang Hukum waris, Filsafat hukum, maupun Hukum Islam.
2. Hasil penelitian juga diharapkan berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang Hukum waris dan Filsafat hukum
dikalangan praktisi hukum.
E. Metode penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
pengabungan dua pendekatan yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris.
a. Pendekatan normatif
Pendekatan normatif digunakan untuk memahami suatu masalah yang
diteliti dengan melakukan penelitian yang dilakukan pada peraturan-
peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain8. Yang akan
dikaji Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor
43/Pdt.P/2011/PA.Wsb. tentang Penetapan Ahli Waris yaitu asas dan
kaidah hukum yang dipertimbangkan dalam mengeluarkan penetapan.
b. Pendekatan empiris
Pendekatan empiris digunakan untuk memahami keadaan lapangan9.
Yang dikaji adalah asas yang ada di masyarakat berkaitan dengan
peniadaan ahli waris pengganti sebagaimana dalam pelaksanaan dari
8 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, h. 13.
9 Ibid., h, 15.
Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor
43/Pdt.P/2011/PA.Wsb. tentang Penetapan Ahli Waris.
2. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data primer dalam skripsi ini diperoleh dari :
a. Wawancara
Wawancara akan dilakukan secara bebas dalam hal ini pewawancara
melakukan kegiatan secara spontan, akan tetapi tetap berdasarkan
pedoman dari tujuan dan rumusan penulisan ini. Keuntungan dari jenis
wawancara ini penulis bisa mendapatkan info yang lebih dalam karena
dari setiap jawaban yang diberikan oleh narasumber bisa ditanyakan
lebih jelas. Akan tetapi hal ini tetap berada didalam satu pedoman.
Yang menjadi narasumber dalam penulisan ini adalah :
1) Pihak ahli waris Tikno dan dengan ahli waris pengganti yaitu
Endardiyono.
2) Tetua masyarakat yang mengerti tentang hukum adat maupun
Hukum Islam disekitar.
b. Observasi dilakukan dengan mengamati masyarakat yang berada
disekitar lingkungan ahli waris. Untuk melihat dan mengetahui asas
yang terkandung didalam masyarakat.
Data sekunder dalam skripsi ini adalah:
a. Dokumen penetapan pengadilan Agama Wonosobo Nomor
43/Pdt.P/2011/PA.Wsb. tentang penetapan Ahli Waris.
b. Peraturan perundang-undangan seperti Kompilasi Hukum Islam.
c. Literatur yang berkaitan dengan asas dan kaidah hukum.
F. Unit Amatan
Unit amatan dalam penulisan ini adalah pihak yang bersangkutan dengan
Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb tentang
Penetapan Ahli Waris seperti ahli waris, dan tetua masyarakat sekitar dimana
penetapan itu dilaksanakan.
Unit analisis dalam penulisan ini adalah asas dan kaidah hukum yang
terkandung dalam Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor
43/Pdt.P/2011/PA.Wsb tentang Penetapan Ahli Waris dan asas dan kaidah hukum
yang terkandung dalam pelaksanaan penetapan tersebut.