bab i pendahuluan...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan...

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan Peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 1 . Keempat lingkungan peradilan itu memiliki kewenangan dan batasan kekuasaan masing-masing. Kewenangan dan batasan pemberian kekuasaan untuk mengadili itu ditentukan oleh bidang yuridiksi yang dilimpahkan undang-undang kepadanya 2 . Dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman terutama Pasal 25 ayat (3) yang menyatakan bahwa: “Peradilan Agama berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : Perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari'ah. Penulisan ini berkaitan tentang hukum waris, sehingga akan dijabarkan sedikit tentang pengertian hukum waris. Hukum waris yaitu seperangkat norma 1 R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, h. 1. 2 Cik Hasan Bisri, 1997, h. 162.

Upload: others

Post on 30-Apr-2021

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

Peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,

lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan

Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi1. Keempat lingkungan

peradilan itu memiliki kewenangan dan batasan kekuasaan masing-masing.

Kewenangan dan batasan pemberian kekuasaan untuk mengadili itu ditentukan

oleh bidang yuridiksi yang dilimpahkan undang-undang kepadanya2.

Dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman terutama Pasal 25 ayat (3) yang menyatakan bahwa: “Peradilan

Agama berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara

antara orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan”. Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang : Perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat,

infaq, shadaqah dan ekonomi syari'ah.

Penulisan ini berkaitan tentang hukum waris, sehingga akan dijabarkan

sedikit tentang pengertian hukum waris. Hukum waris yaitu seperangkat norma

1 R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika,

2009, h. 1. 2 Cik Hasan Bisri, 1997, h. 162.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya atau beralihnya hak dan

kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada

orang yang masih hidup (ahli waris) yang berhak menerimanya3.

Hukum waris menurut Kompilasi Hukum Islam (untuk selanjutnya disebut

KHI) pada Pasal 171 huruf a adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan

hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa yang

berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.

Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur dengan sebaik-

baiknya. Al-Quran menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang

berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorangpun. Pembagian

masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan telah ada

ketentuannya dalam Al Quran dan dijabarkan pada KHI Buku II Hukum

Kewarisan Pasal 171 sampai dengan Pasal 209.

Pengadilan Agama Wonosobo pada tahun 2011 menerima 2435 perkara.

Salah satu perkara yang diterima dan diselesaikan adalah perkara permohonan

penetapan ahli waris yang diajukan oleh Solekhan, BSc bin Abdullah Sirod,

berdasarkan surat permohonan tertanggal 6 Juli 2011 yang kemudian terdaftar

dalam buku register perkara Nomor 520/K/VII/2011. Adapun kasus posisinya

sebagai berikut: Berdasarkan permohonan penetapan ahli waris yang diajukan

oleh: Solekhan, BSc. Bin Abdullah Sirod, umur 60 tahun, agama Islam, pekerjaan

dagang, tempat kediaman di jalan Riung Mungpulung 19 RT 01 RW 09

Kelurahan Cisaranten Kidul Kecamatan Gedebage Kodya Bandung, ketika itu

3 Shandi Danuswarna, Hukum Waris Berdasar BW, 6 April 2009, http://hukum-

hukumkeseluruhan.blogspot.com/2009/04/hukum-waris-berdasarkan-bw.html, dikunjungi pada

tanggal 4 April 2013 pukul 8:19.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

beralamat sementara di Dusun Ngariboyo RT 06 RW 04 desa Sindupaten

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Dia bertindak untuk atas nama diri

sendiri dan berdasarkan surat kuasa khusus insidentil tanggal 06 Juli 2011 yang

terdaftar dalam register nomor: 520/K/VII/2011 tanggal 06 Juli 2011 sekaligus

bertindak untuk dan atas nama para pemberi kuasa kepadanya.

Adapun nama-nama pemberi kuasa yaitu:

1) Salamah binti Abdullah Sirod, umur 78 tahun

2) Muntakiyah binti Abdullah Sirod, umur 72 tahun

3) Aminatun Rokiyah binti Abdullah Sirod, umur 68 tahun

4) Mujilah binti Abdullah Sirod, umur 66 tahun

5) Tikno Harjono bin Wongsoidjoyo, umur 77 tahun

Kesemua nama tersebut di atas disebut sebagai pemohon.

Pada dasarnya permohonan yang diajukan pemohon berdasarkan surat

permohonan tanggal 13 Juni 2011 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan

Agama Wonosobo Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb intinya memuat permohonan

agar Pengadilan Agama menetapkan ahli waris dari almarhumah Kromodirjo alias

Hj.Ponijem binti Kasan Dinomo (selanjutnya akan disebut Hj. Ponijem) yaitu: (1)

Daliyem binti Wongsoidjoyo (telah meninggal dunia) meninggalkan seorang anak

laki-laki yang bernama Endardiyono bin Darmo, (2) Tikno Harjono bin

Wongsoidjoyo dan ahli waris akibat hubungan perkawinan dengan Sopari alias H.

Hadi Pranoto bin Abdullah Sirod (selanjutnya akan disebut H. Hadi Pranoto) yaitu

Kamidi Sumardi bin Abdullah Sirod (meninggal lebih dahulu), Salamah binti

Abdullah Sirod, Muntakiyah binti Abdullah Sirod, Aminatun Rokiyah binti

Abdullah Sirod, Mujilah binti Abdullah Sirod dan Solekhan bin Abdullah Sirod,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

kesemuanya adalah saudara kandung. Ahli waris pengganti Kamidi Sumardi

adalah Sri Tukinah binti Kamidi Sumardi, Sarkiyah binti Kamidi Sumardi,

Riyanto bin Kamidi Sumardi, Slamet bin Kamidi Sumardi, Suwarso bin Kamidi

Sumardi, Sutiman bin Kamidi Sumardi dan Siti Supariyah binti Kamidi Sumardi.

Pertimbangan hakim dalam penetapan ahli waris adalah bahwa dalam

perkara Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb yaitu:

a. Dua jalur hubungan kekerabatan yaitu dari almarhumah Hj Ponijem dan

dari almarhum H. Hadi Pranoto.

b. Hakim dalam pertimbangannya mendasarkan pada Pasal 171 huruf (b)

dan (c) KHI yang menyatakan bahwa Pasal 171 (b): Pewaris adalah

orang yang pada saat meninggalnya atau dinyatakan meninggal

berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli

waris dan harta peninggalan. Pasal 171 (c): Ahli waris adalah orang

yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau

hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak

terhalang karena hukum menjadi ahli waris.

c. Hakim mendasarkan pada bukti fotocopy akta nikah H. Hadi Pranoto

dengan Hj. Ponijem serta silsilah keluarga yang menyatakan bahwa H.

Hadi Pranoto menikah dengan Hj. Ponijem pada 03 Juli 1959 dan

selama menikah tidak dikaruniai keturunan.

d. Hakim dalam pertimbangannya juga mendasarkan pada bukti Surat

Kematian Hj. Ponijem yang menyatakan bahwa telah meninggal dunia

pada 14 Juli 2008 karena sakit dan dalam keadaan beragama Islam yang

merupakan pewaris I. Bukti surat kematian H. Hadi Pranoto yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

meninggal pada 14 Juli 2008 karena sakit dan beragama Islam yang

merupakan Pewaris II.

e. Pertimbangan hakim menetapkan berdasarkan silsilah keluarga dan surat

keterangan dari Kepala Desa Gilangharjo yang membuktikan bahwa

almarhumah Hj. Ponijem meninggal dunia meninggalkan ahli waris

yaitu seorang suami bernama H. Hadi Pranoto dan seorang saudara seibu

yang bernama Tikno Harjono, dan semuanya beragama Islam.

Selain itu Hj. Ponijem selaku pewaris I juga mempunyai saudara perempuan

seibu yang bernama Daliyem yang telah meninggal terlebih dahulu dari Pewaris I

berdasarkan bukti surat kematian dan memiliki satu-satunya ahli waris seorang

anak laki-laki bernama Endardiyono, beragama Islam, sehingga berdasarkan

ketentuan Pasal 185 KHI, maka Endardiyono ditetapkan sebagai ahli waris

pengganti, menggantikan almarhumah ibunya.

Hakim dalam pertimbangannya mendasarkan pada Pasal 185 ayat (1) KHI

disebutkan : “Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris, maka

kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut

dalam Pasal 173”. Dalam ayat (2) nya disebutkan: “Bagian bagi ahli waris

pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang

diganti”.

Pertimbangan kesaksian Nuharjo bin Kartorejo yang menyatakan bahwa

saat Ponijem meninggal dunia, meninggalkan ahli waris 2 orang saudara seibu

yaitu Daliyem dan Tikno Harjono. Karena Daliyem telah meninggal dunia lebih

dahulu daripada Ponijem dan meninggalkan ahli waris seorang anak bernama

ENDARDIYONO. Demikian juga dengan kesaksian Wahyudi bin Murdiyanto

Page 6: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

dan Martono Bakir bin Tomorejo yang menyatakan bahwa Ponijem meninggalkan

2 orang saudara seibu yaitu Daliyem dan Tikno Harjono dan menyatakan Daliyem

meninggal terlebih dahulu daripada Hj. Ponijem, serta mempunyai seorang anak

meskipun keduanya menyatakan Daliyem memiliki seorang anak yang mereka

tidak tahu namanya.

Dalam penetapannya memuat beberapa hal, diantaranya adalah:

1) Menetapkan ahli waris Hj. Ponijem adalah:

a) H. Hadi Pranoto (suami)

b) Tikno Harjono (Saudara laki-laki seibu)

c) Endardiyono (menggantikan kedudukan Daliyem, Saudara

perempuan seibu)

2) Menetapkan ahli waris almarhum H. Hadi Pranoto yaitu:

a) Salamah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan kandung)

b) Muntakiyah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan kandung)

c) Aminatun Rokyah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan

kandung)

d) Mujilah binti Abdullah Sirod (saudara perempuan kandung)

e) Solekhan bin Abdullah Sirod (saudara laki-laki kandung)

f) Ahli waris pengganti almarhum Kamidi Sumardi bin Abdullah Sirod

(saudara laki-laki kandung) yaitu Sri Tukinah binti Kamidi Sumardi,

Sarkiyah binti Kamidi Sumardi, Riyanto bin Kamidi Sumardi,

Slamet bin Kamidi Sumardi, Suwarso bin Kamidi Sumardi, Sutiman

bin Kamidi Sumardi dan Siti Supariyah binti Kamidi Sumardi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

Adapun hubungan kekeluargaan tersebut dapat digambarkan dalam bagan

sebagai berikut dibawah ini :

Gambar 1:

Keterangan simbol :

= hubugan pernikahan

= hubungan darah

Didalam penetapan tersebut hakim sudah menetapkan bahwa Endardiyono

sebagai ahli waris pengganti yang menggantikan Daliyem yang merupakan

saudara perempuan Tikno Harjono dan Hj. Ponijem sebagai pewaris, akan tetapi

dalam pelaksanaan pembagian waris kedudukan sebagai ahli waris pengganti

tidak diakui atau dihilangkan. Bahkan dalam pembagian tersebut Endardiyono

diberi bagian sesuai dengan anak dari Tikno. Hal ini merugikan Endardiyono,

karena berdasarkan pembagian tersebut ia mendapatkan 1/6 bagian.

Penetapan hakim tentu didasarkan pada asas dan kaidah yang ada, karena

hakim tidak hanya berfungsi sebagai corong keadilan, akan tetapi juga harus

menempatkan keadilan dalam masyarakat, sehingga asas yang ada dalam

masyarakat seyogyanya tercerminkan dalam penetapan pengadilan. Berkaitan

Hadi

Pranoto

Kamidi S

Salamah

Muntakiya

h Aminatun Mujilah

Solehan

Kasandinomo Tukilah Wongsoijoy

o

Ponijem Daliyem

Tikno

Tria Endar Tri

Tri In

Tanti

Liston

Lin

Page 8: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

dengan itu, maka dalam skripsi ini akan dicari asas dan kaidah yang digunakan

hakim dalam menetapkan ahli waris serta dalam menetapkan Endardiyono sebagai

ahli waris pengganti.

Dalam pelaksanaan pembagian waris yang dilakukan oleh Tikno Harjono

dan keluarga nampaknya tidak berlandasan pada penetapan hakim Nomor

43/Pdt.P/2012/PA.Wsb., yakni dihilangkannya kedudukan Endardiyono sebagai

ahli waris pengganti. Pembagian warisan lebih didasarkan pada kesepakatan yang

ada dikeluarga, sekalipun kesepakatan tersebut didasarkan pada pemaksaan

semata4.

Dari pertimbangan diatas dalam pembahasan akan dilihat asas dan kaidah

hukum yang digunakan sebagai dasar bagi hakim. Untuk asas hukum yang

dimaksudkan dapat dilihat dari beberapa pendapat, seperti :

1. Bellefroid berpendapat bahwa asas hukum umum adalah norma dasar

yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak

dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum itu

merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat5.

2. Van Eikema Hommes mengatakan bahwa asas hukum itu tidak boleh

dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu

dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi

hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi

pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain asas hukum ialah

dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif6.

4 Observasi penulis pada musyawarah yang dilakukan pada tanggal 11 September 2011.

5 O. Notohamidjojo – Tri Budiono, ed, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga, Griya Media,

2011, h. 89. 6 Ibid., h. 90.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

Sedangkan yang dimaksud dengan kaidah hukum dipenulisan ini diartikan

sebagai peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia itu seyogyanya

berperilaku, bersikap didalam masyarakat agar kepentingannya dan kepentingan

orang lain terlindungi. Kaidah pada hakekatnya merupakan perumusan suatu

pandangan obyektif mengenai pernilaian atau sikap yang seyogyanya dilakukan

atau tidak dilakukan, yang dilarang atau dianjurkan untuk dijalankan7.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1. Asas dan kaidah hukum apakah yang dipakai oleh Pengadilan

Agama dalam menetapkan penetapan Nomor

43/Pdt.P/2011/PA.Wsb.?

2. Asas dan kaidah hukum apakah yang digunakan ahli waris dalam

melaksanakan pembagian warisan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini untuk mengetahui:

1. Asas dan kaidah hukum yang dipakai oleh Pengadilan Agama

dalam menetapkan penetapan Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb.

2. Asas dan kaidah hukum yang digunakan ahli waris dalam

melaksanakan pembagian warisan.

D. Manfaat Penelitian

7 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 2007, h. 11.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, sebagai berikut:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

wacana keilmuan di kalangan civitas akademika khususnya

dibidang Hukum waris, Filsafat hukum, maupun Hukum Islam.

2. Hasil penelitian juga diharapkan berguna bagi pengembangan

pengetahuan ilmiah di bidang Hukum waris dan Filsafat hukum

dikalangan praktisi hukum.

E. Metode penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

pengabungan dua pendekatan yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris.

a. Pendekatan normatif

Pendekatan normatif digunakan untuk memahami suatu masalah yang

diteliti dengan melakukan penelitian yang dilakukan pada peraturan-

peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain8. Yang akan

dikaji Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor

43/Pdt.P/2011/PA.Wsb. tentang Penetapan Ahli Waris yaitu asas dan

kaidah hukum yang dipertimbangkan dalam mengeluarkan penetapan.

b. Pendekatan empiris

Pendekatan empiris digunakan untuk memahami keadaan lapangan9.

Yang dikaji adalah asas yang ada di masyarakat berkaitan dengan

peniadaan ahli waris pengganti sebagaimana dalam pelaksanaan dari

8 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, h. 13.

9 Ibid., h, 15.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor

43/Pdt.P/2011/PA.Wsb. tentang Penetapan Ahli Waris.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data primer dalam skripsi ini diperoleh dari :

a. Wawancara

Wawancara akan dilakukan secara bebas dalam hal ini pewawancara

melakukan kegiatan secara spontan, akan tetapi tetap berdasarkan

pedoman dari tujuan dan rumusan penulisan ini. Keuntungan dari jenis

wawancara ini penulis bisa mendapatkan info yang lebih dalam karena

dari setiap jawaban yang diberikan oleh narasumber bisa ditanyakan

lebih jelas. Akan tetapi hal ini tetap berada didalam satu pedoman.

Yang menjadi narasumber dalam penulisan ini adalah :

1) Pihak ahli waris Tikno dan dengan ahli waris pengganti yaitu

Endardiyono.

2) Tetua masyarakat yang mengerti tentang hukum adat maupun

Hukum Islam disekitar.

b. Observasi dilakukan dengan mengamati masyarakat yang berada

disekitar lingkungan ahli waris. Untuk melihat dan mengetahui asas

yang terkandung didalam masyarakat.

Data sekunder dalam skripsi ini adalah:

a. Dokumen penetapan pengadilan Agama Wonosobo Nomor

43/Pdt.P/2011/PA.Wsb. tentang penetapan Ahli Waris.

b. Peraturan perundang-undangan seperti Kompilasi Hukum Islam.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN...atau aturan yang mengatur mengenai berpindahnya a tau beralihnya hak dan kewajiban (harta kekayaan) dari orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang yang

c. Literatur yang berkaitan dengan asas dan kaidah hukum.

F. Unit Amatan

Unit amatan dalam penulisan ini adalah pihak yang bersangkutan dengan

Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor 43/Pdt.P/2011/PA.Wsb tentang

Penetapan Ahli Waris seperti ahli waris, dan tetua masyarakat sekitar dimana

penetapan itu dilaksanakan.

Unit analisis dalam penulisan ini adalah asas dan kaidah hukum yang

terkandung dalam Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor

43/Pdt.P/2011/PA.Wsb tentang Penetapan Ahli Waris dan asas dan kaidah hukum

yang terkandung dalam pelaksanaan penetapan tersebut.