BAGIAN WARISAN UNTUK SAUDARA

NENG DJUBAEDAHRABU 8 APRIL 2009/

12 RABI’UL AKHIR 1430 H; 24 MARET 2010/8 RABI’UL AKHIR 1431 H; 6 APRIL 2011/ 2 JUMADIL AWWAL 1432 H.

11 &12 April 2012; 10 & 17 April 2013/29 Jumadil Awal & 6

Jumadil Akhir 1403H, Jumat, 31 Oktober 2014 (MKN)

PEMBAHASAN

• Tabel/Gambaran ahli waris yang ditentukan dalam KHI, Tabel Hukum Islam yang telah dimuatkan dalam KHI, dan Tabel/Gambaran Ahli Waris yang belum ditentukan dalam KHI menurut Ajatan SYAFI’I dan ditinjau dari HAZAIRIN.

• Pengertian Kalalah & Ahli Waris Pengganti: HAZAIRIN, SFFI’I, KHI & MAHKAMAH AGUNG.

• Macam Saudara: HAZAIRIN, MAHKAMAH AGUNG, SYAFI’I, KHI.

• Jumlah Saudara Hijab Nuqsan IBU: Hazairin, Syafi’i, KHI• Saudara SEIBU bersama ANAK PEREMPUAN/CUCU

PEREMPUAN melalui ANAK LELAKI.• Penerapan Q.4:12g & 12 h dan Penerapan Q.4:176: HAZAIRIN

& SYAFI’I, • Penerapan Pasal 181 KHI & Pasal 182 KHI: KHI & MAHKAMAH

AGUNG.

AHLI WARIS DAN HAL-HAL YANG TERKAIT DENGAN KEWARISAN yang DIATUR dalam K H I

1. Anak: Pasal 176

2. Ayah: Pasal 177 jo. SEMA No. 2/1994

3. Ibu: Pasal 178

4. Suami: Pasal 179

5. Isteri: Pasal 180

6. Saudara Seibu: Pasal 181

7. Saudara Sekandung dan/atau Seayah: Pasal 182

8. Ahli Waris Pengganti: Pasal 185

9. Awl: Pasal 192

10. Radd: Pasal 193

11. Asas Perdamaian: Pasal 183

12. Wali bagi Ahli Waris Belum Dewasa: Pasal 184

13. Anak hasil zina: Psl 186

14. Pelaksanaan Pembagian HW: Pasal 187

15. Permntaan Pembagian HW / Gugatan ke PA: Pasal 188

16. HW kurang dari 2 hektar (Takharuj): Pasal 189

17. Pewaris Poligami: Pasal 190

18. Pewaris tanpa A W: Baitul-Mal: Pasal 191

19. Wasiat: Pasal 194 – Pasal 209

20. Wasiat Wajibah: Anak Angkat: Pasal 209

21. Hibah: Pasal 210 – Pasal 214

AHLI WARIS YANG BELUM DIATUR DALAM K H I

MENURUT: SYAFI’I

1. ANAK PEREMPUAN/ KETURUNAN PEREMPUAN MELALUI ANAK LELAKI BERSAMA SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG / SEAYAH : ‘ASABAH MA’AL-GHAIR

2. KAKEK: SHAHIH; GHAIR SHAHIH3. NENEK: SHAHIHAH; GHAIR

SHAHIHAH (zawil-arham)4. KEMENAKAN: (KHI: termasuk

AHLI WARIS PENGGANTI)5. PAMAN: ‘AM; KHAL (zawil-

arham).6. BIBI: ‘AMMAH; KHALLAH (zawil-

arham) .

PENDAPAT SYAFI’I DITINJAU DARI HAZAIRIN1. PEWARIS BELUM KALALAH

SAUDARA (termasuk SAUDARA PEREMPUAN) TIDAK DAPAT TAMPIL SEBAGAI AHLI WARIS.

2. KAKEK: MAWALI AYAH / MAWALI IBU

3. NENEK: MAWALI AYAH / MAWALI IBU

4. KEMENAKAN: SAUDARA PEWARIS sebagai MAWALI SAUDARA SEKANDUNG/SEAYAH /SEIBU

5. PAMAN: TIDAK DIBEDAKAN PAMAN DARI AYAH/IBU

6. BIBI: TIDAK DIBEDAKAN PAMAN DARI AYAH/IBU

KALALAH & AHLI WARIS PENGGANTI

• Pengertian KALALAH:

1. MENURUT BILATERAL HAZAIRIN

2. MENURUT PATRILINEAL SYAFI’I

3. MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM: Pasal 176 jo. Pasal 181, Psl. 182 jo. Psl 185 (Lihat Tesis Neng Djubaedah)

• Pengertian AHLI WARIS PENGGANTI:

1. MENURUT BILATERAL HAZAIRIN (Q.4:33)

2. MENURUT PATRILINEAL SYAFI’I: tidak mengenal istilah AHLI WARIS Pengganti: (i) CUCU adalah keturnan lelaki dan perempuan melalui anak lelaki / keturnan lelaki dan perempuan melalui keturunan lelaki: (ii) keturnan lelaki dan perempuan melalui anakperempuan: Zawil –arham

3. KHI: Pasal 176 jo. Pasal 181, Psl. 182 jo. Psl 185 (Lihat Neng Djubaedah);

MAHKMAH AGUNG (2009: 194):

KALALAH & AHLI WARIS PENGGANTI

• AHLI WARIS PENGGANTI menurut MAHKAMAH AGUNG (2009:194):

1. Keturunan Anak (Lelaki dan/atau Perempuan) mewarisi bagian yang digantikannya.

2. Keturunan dari Saudara Lelaki/Perempuan (sekandung, seayah, seibu) mewarisi bagian yang digantikannya.

3. Kakek dan Nenek dari pihak Ayah mewarisi bagian dari ayah masing-masing berbagi sama (Neng Dj: tidak sesuai dengan hadis Rasulullah SAW [Syafi’i] & Hazairin).

KALALAH & AHLI WARIS PENGGANTI

4. Kakek dan Nenek dari pihak Ibu mewarisi bagian dari Ibu masing-masing berbagi sama (Neng Dj: tidak sesuai dengan hadis Rasulullah SAW [Syafi’i] & Hazairin).

5. Paman dan Bibi dari Pihak AYAH beserta keturunannya mewarisi bagian dari AYAH apabila tidak ada Kakek dan Nenek pihak AYAH.

6. Paman dan Bibi dari Pihak IBU beserta keturunannya mewarisi bagian dari IBU apabila tidak ada Kakek dan Nenek pihak IBU.

MACAM KEDUDUKAN SAUDARA

• SYAFI’I: membedakan SAUDARA SEIBU (Q.4:12g, 12h) dengan SAUDARA SEKANDUNG dan/atau SAUDARA SEAYAH (Q.4:176).

• KHI: membedakan SAUDARA SEIBU (Pasal 181 KHI) dengan SAUDARA SEKANDUNG dan/atau SAUDARA SEYAH (Pasal 182 KHI).

• HAZAIRIN: tidak membedakan SAUDARA SEIBU, SAUDARA SEKANDUNG, SAUDARA SEYAHA. (i) Jika AYAH HIDUP menerapkan Q.4:12g,12h; (ii) Jika AYAH MATI: Q.4:176

• MAHKAMAH AGUNG: tidak membedakan SAUDARA SEIBU, SAUDARA SEKANDUNG, SAUDARA SEAYAH. (i) Saudara bersama IBU: Pasal 181 KHI; (ii) Saudara tidak bersama IBU: Pasal 182 KHI.

MACAM KEDUDUKAN SAUDARA:BILATERAL HAZAIRIN

• TIDAK MEMBEDAKAN KEDUDUKAN SAUDARA: sekandung, seayah, dan seibu

• Saudara: DAPAT TAMPIL BERSAMA-SAMA sebagai AHLI WARIS, baik berdasarkan Q.4:12g, 12h, maupun Q.4:176

• Bagian Warisan bagi SAUDARA / Penerapan Q.4:12g, 12h dan Q.4:176 TERGANTUNG KEBERADAAN AYAH, jika:

• AYAH masih HIDUP: Q.4:12g, 12h; • AYAH sudah MATI: Q.4:176

Macam dan Kedudukan SAUDARA menurut PATRILINEAL SYAFI’I

• Membedakan Kedudukan Saudara: sekandung, seayah, dan seibu

• Tidak semua Saudara dapat tampil secara bersama-sama sebagai Ahli Waris

• Bagian Warisan bagi SAUDARA / Penerapan Q.4:12g, 12h dan Q.4:176 TERGANTUNG kepada MACAM & KEDUDUKAN / HUBUNGAN SAUDARA dengan PEWARIS:

1. Saudara SEIBU: Q.4:12g, 12h

2. Saudara SEKANDUNG dan/atau SEAYAH: Q.4:176.

Macam dan Kedudukan SAUDARA menurut KHI

• Membedakan Kedudukan Saudara: sekandung, seayah, dan seibu • Tidak semua Saudara dapat tampil secara bersama-sama sebagai

Ahli Waris• Bagian Warisan bagi SAUDARA / Penerapan Pasal 181 KHI dan Pasal

182 KHI TERGANTUNG kepada MACAM & KEDUDUKAN / HUBUNGAN SAUDARA dengan PEWARIS

1. Saudara SEIBU: Pasal 181 KHI2. Saudara SEKANDUNG dan/atau SEAYAH: Pasal 182 KHI

MAHKAMAH AGUNG: TERDAPAT PERUBAHAN PENDAPAT ttg KEDUDUKAN SAUDARA: TIDAK MEMBEDAKAN SAUDARA SEIBU, SEKANDUNG, SEAYAH. Perbedaan penerapan Pasal 181 dan Pasal 182 KHI tergantung keberadaan IBU; IBU MASIH HIDUP: Pasal 181 KHI; IBU WAFAT: Pasal 182 KHI

SYAFI’I: AHLI WARIS YANG DAPAT MENUTUP SAUDARA SEIBU

I. HAZAIRIN: KEDUDUKAN SAUDARA (SEIBU, SEKANDUNG, SEAYAH) tergantung KELOMPOK KEUTAMAAN

II. SYAFI’I: a. HAJIB: SAUDARA SEIBU TIDAK MENGHIJAB AHLI WARIS

MANAPUN karena HUBUNGAN KEKERABATAN LEMAH. b. MAHJUB: SAUDARA SEIBU oleh: 1. Anak lelaki atau Anak Perempuan/KETURUNAN PEREMPUAN

MELALUI ANAK LELAKI; 2. AYAH; 3. KAKEK SHAHIH = kakek melalui AYAHIII. KHI: HAJIB & MAHJUB : tidak ditentukan secara eksplisit

cenderung Patrilineal Syafi’i IV. MAHKAMAH AGUNG: tergantung KELOMPOK DERAJAT AHLI

WARIS (2009).

AHLI WARIS YANG DAPAT MENUTUP SAUDARA / PRINSIP HAJIB MAHJUB : MAHKAMAH AGUNG

(tafsiran atas KHI)

1. ANAK Lelaki dan Perempuan beserta Keturunannya menghijab Saudara (sekandung, seayah, seibu) dan keturunannya, Paman dan Bibi dari Pihak AYAH dan IBU serta keturuannya.

2. AYAH menghijab Saudara dan keturunannya, Kakek dan Nenek yang melahirkannya beseta Paman/bibi pihak AYAH dan keturnannya.

3. IBU menghijab Kakek dan Nenek yang melahirkannya berserta Paman/Bibi pihak IBU serta keturunannya.

4. SAUDARA (sekandung, seayah, seibu) dan keturunannya menghijab Paman dan Bibi pihak AYAH dan IBU serta keturunannya.

SYAFI’I: AHLI WARIS YANG DAPAT MENUTUP SAUDARA SEKANDUNG/SEAYAH

I. HAZAIRIN: KELOMPOK KEUTAMAAN

II. SYAFI’I:

a. Hajib:

1. Ayah;

2. Anak Lelaki;

3. Cucu Lelaki melalui Anak Lelaki.

ANAK PEREMPUAN?

CUCU MELALUI ANAK PEREMPUAN?

Anak perempuan / cucu perempuan melalui anak lelaki tidak menghijab saudara sekandung/seayah.

Cucu melalui Anak Perempuan: zawil arham

AHLI WARIS YANG DAPAT MENUTUP SAUDARA SEKANDUNG/SEAYAH

b. Mahjub Saudara Lelaki Sekandung /menghijab: 1. Saudara Seayah; 2. Anak Lelaki dari Saudara Lelaki Sekandung (Kemenakan

Lelaki); 3. Anak Lelaki dari Saudara Seyah; 4. Paman Sekandung; 5. Paman Seayah; 6. Anak Lelaki dari Paman Sekandung (saudara sepupu); 7. Anak Lelaki dari Paman Seayah;III. KHI: cenderung Patrilineal Syafi’iIV. MAHKAMAH AGUNG: KELOMPOK DERAJAT AHLI WARIS

KEDUDUKAN SAUDARA: MAHKAMAH AGUNG (2009:195)

• KHI membedakan Saudara Seibu dari Saudara Sekandung dan Seayah (Pasal 181 dan Pasal 182 KHI).

• Dalam perkembangannya Yurisprudensi MA-RI menyamakan kedudukan saudara seibu dengan saudara sekandung dan saudara seayah, mereka mendapat ‘ashabah secara bersama-sama dengan ketentuan Saudara Lelaki mendapat 2 kali bagian Saudara Perempuan.

SAUDARA: ZAWIL-FURUDMAHKAMAH AGUNG (2009:193)

• Seorang Saudara Lelaki atau Perempuan (baik seknadung, seayah dan seibu) mendapat 1/6 bagian, apabila terdapat 2 orang atau lebih saudara (seknadung, seayah dan seibu) mendapat 1/3 bagian, jika Saudara (seknadung, seayah dan seibu) mewaris bersama IBU PEWARIS (yurisprudensi)

SAUDARA: ZAWIL-FURUDMAHKAMAH AGUNG (2009:193)

• Seorang Saudara Perempuan (seknadung, seayah dan seibu) mendapat ½ bagian, 2 orang atau lebih saudara Perempuan (seknadung, seayah dan seibu) mendapat 2/3 bagian, jika saudara Perempuan tersebut tidak mewaris bersama AYAH dan tidak ada SAUDARA LELAKI atau KETURUNAN LELAKI dari SAUDARA LELAKI.

• Ket. Neng DJ: (i) jika ada ayah, Pewaris tidak kalalah; (ii) jika ada saudara lelaki: saudara perempuan 1:2; jika ada keturunan lelaki dari saudara lelaki: (a) Syafi’i: berlaku hadis Zaid bin Tsabit; (b) Hazairin: MAWALI; (c) Pasal 185 KHI.

SAUDARA: ZAWIL-FURUDMAHKAMAH AGUNG (2009:193)

• (Ket. Neng DJ: (i) bersama AYAH: Saudara terhijab;(ii) bersama SAUDARA LELAKI: sbg ‘ashabah: 2:1 Saudara Perempuan; (iii) bersama keturunan lelaki dari saudara lelaki: AWP (Paal 185 KHI); (iv) bersama KETURNAN PEREMPUAN dari SAUDARA LELAKI: (a) SAUDARA PEREMPUAN sbg ZAWIL-FURUD; keturunan perempuan dari

saudara lelaki: TAKMILAH (hadis Ibnu Mas’ud); atau (b) diterapkan Pasal 185 yang dibatasi Pasal 185 ayat (2) KHI (c) asshbah maal-gairi TIDAK DITENTUKAN dalam KHI: SAUDARA

PEREMPUAN bersama ANAK PEREMPUAN/KETURUNAN PEREMPUAN mellaui ANAK LELAKI; KHI tidak memuat HADIS Rasulullah diriwayatkan Ibnu Mas’ud,

(d) jika dilihat dari KELOMPOK DERAJAT AHLI WARIS : SAUDARA PEREMPUAN termasuk Derajat KE-3, maka ia tertutp oleh ANAK PEREMPUAN dan/atau KETURUNANNYA.

(v) Saudara Perempuan bersama keturunan lelaki/perempuan dari saudara perempuan: MA tidak/belum mentafsirkan; dapat diterapkan AWP, Pasal 185 KHI).

SAUDARA: ZAWIL-FURUD dikaitkan dengan ANAK PEREMPUAN

MAHKAMAH AGUNG (2009:193) • BAGIAN: Seorang anak Perempuan mendapat ½ bagian, 2

orang atau lebih anak Perempuan mendapat 2/3 bagian, bila tidak ada anak lelaki atau keturunan dari anak lelaki.

• (Ket. Neng Dj.:

(i) Bersama anak lelaki: asabah;

(ii) Bersama keturunan anak lelaki: diterapkan hadis Zaid Bin Tsabit: CUCU/AWP ANAK;

(iii) bagaimana jika bersama keturunan dari anak perempuan? AHLI WARIS PENGGANTI, Pasal 185 KHI;

(iv) bagaimana jika anak perempuan bersama SAUDARA PEREMPUAN? Saudara Perempuan termasuk Kelompok Derajat Ahli Waris Ke-3; MAHKAMAH AGUNG BELUM MENENTUKAN ASABAH MAAL-GAIRI)

Q.4:12g & 12h

• Q.4:12g : seorang saudara lelaki / seorang saudara perempuan = 1/6

• Q.4:12h: 2 orang saudara lelaki dan/atau perempuan / lebih = 1/3 bersyuraka (bersama-sama) dengan bagian yang sama / rata

• Saudara (Lelaki dan Perempuan) selalu berkedudukan sebagai ZUL-FARA’ID

• TIDAK MEMBEDAKAN BAGIAN SAUDARA menurut Jenis Kelamin LELAKI / PEREMPUAN, BERSYURAKA dengan BAGIAN yang SAMA

PENERAPAN Q.4: 12 g dan 12 h

• Menurut BILATERAL HAZAIRIN:

(i) Pewaris KALALAH, dan AYAH MASIH HIDUP;

(ii) tidak membedakan KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU, SEKANDUNG, SEAYAH

• Menurut PATRILINEAL SYAFI’I:

(i) Pewaris KALALAH,

(ii) untuk SAUDARA SEIBU

• KHI: Pasal 181 memuat Q.4:12g &12h: untuk SAUDARA SEIBU

Q.4:176

• Q.4:176a: arti kalalah

• Q.4:176b: SATU saudara PEREMPUAN = 1/2, dzul-fara’id

• Q.4:176c: saudara LAKI-LAKI saja = SELURUH hata warisan, zul-qarabat (Hazairin); ‘asabah (Syafi’i)

• Q.4:176d: DUA saudara PEREMPUAN / LEBIH = 2/3, dzul-fara’id

• Q.4:176e: saudara LELAKI & saudara PEREMPUAN = 2 berbanding 1, zul-qarabat (Hazairin); ‘asabah (Syafi’i)

PENERAPAN Q.4:176

Bilateral HAZAIRIN:

(i) Pewaris KALALAH, dan AYAH telah MATI;

(ii) tidak membedakan KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU, SEKANDUNG, SEAYAH

Patrilineal SYAFI’I:

(i) Pewaris kalalah (TIDAK ADA AYAH & ANAK LELAKI serta KETURUNAN LELAKI melalui ANAK LELAKI);

(ii) bagi saudara SEKANDUNG dan/atau SEAYAH

KOMPILASI HUKUM ISLAM: PASAL 181, PASAL 182

• Pasal 181: Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah maka saudara lelaki dan saudara perempuan seibu masing-masing mendapat 1/6 bagian. Bila mereka itu 2 orang atau lebih maka mereka bersama-sama mendapat 1/3 bagian

• Pasal 182: Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan ayah dan anak, sedang ia mempunyai seorang saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia mendpat separo bagian. Bila saudara perempuan teersebut bersama-sama dengan saudara perempuan kandung atau seayah 2 orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara-saudara lelaki kandung atau seayah, maka bagian saudara lelaki adalah 2 berbanding satu dengan saudara perempuan.

KETENTUAN BAGIAN SAUDARA dalam KHI CENDERUNG SYAFI’I

• Pasal 181 bersumber Q.4:12g,12h, hanya untuk SAUDARA SEIBU sesuai ajaran Patrilineal Syafi’i.

• Pasal 182 bersumber Q.4:176 hanya untuk SAUDARA SEKANDUNGatau SEAYAH cenderung Patrilineal Syafi’i, meskipun tidak mutlak lihat GARIS HUKUM yang dibuat Neng Djubaedah: penafsiran atas Pasal 182 KHI (hal 116-123).

PENEERAPAN Q.4:12g, 12h; Q.4:176; Pasal 181 dan Pasal 182 KHI

• HAZAIRIN: PENERAPAN Q.4: 12g, 12h, dan Q.4:176 TERGANTUNG KEBERADAAN AYAH: (i) AYAH HIDUP: Q.4: 12g, 12h; (ii) AYAH MATI: Q.4:176

• SYAFI’I: (i) Saudara Seibu: Q.4: 12g, 12h; (ii) Saudara Sekandung dan/atau Seayah: Q.4:176

• KHI: (i) Saudara Seibu: Pasal 181 KHI; (ii) Saudara Sekandung atau Seayah: Pasal 182.

• MAHKMAAH AGUNG: (i) Saudara Seibu, ekandung, Seayah bersama IBU: Pasal 181 KHI; (ii) Saudara Seibu, ekandung, Seayah tidak bersama IBU: Pasal 182 KHI.

MACAM KEDUDUKAN SAUDARA

• SYAFI’T: membedakan SAUDARA SEIBU (Q.4:12g, 12h) dengan SAUDARA SEKANDUNG dan/atau SAUDARA SEAYAH (Q.4:176).

• KHI: membedakan SAUDARA SEIBU (Pasal 181 KHI) dengan SAUDARA SEKANDUNG dan/atau SAUDARA SEYAH (Pasal 182 KHI).

• HAZAIRIN: tidak membedakan SAUDARA SEIBU, SAUDARA SEKANDUNG, SAUDARA SEYAHA. (i) Jika AYAH HIDUP menerapkan Q.4:12g,12h; (ii) Jika AYAH MATI: Q.4:176

• MAHKAMAH AGUNG: tidak membedakan SAUDARA SEIBU, SAUDARA SEKANDUNG, SAUDARA SEYAHA. (i) Saudara bersama IBU: Pasal 181 KHI; (ii) Saudara tidak bersama IBU: Pasal 182 KHI.

KELOMPOK DERAJAT AHLI WARIS menurut MA-RI: AHLI WARIS YANG MENUTUP SAUDARA

IV. MAHKAMAH AGUNG (2009: 195): KELOMPOK DERAJAT AHLI WARIS

a. Kelompok derajat pertama: suami/isteri, anak dan/atau keturunannya, ayah dan ibu;

b. Kelompok derajat kedua: suami/isteri, anak dan/atau keturunannya, kakek dan nenek baik dari pihak ayah dan pihak ibu;

c. Kelompok derajat ketiga: suami/isteri, saudara (sekandung, seayah, seibu) dan/atau keturunannya, kakek dan nenek baik dari pihak ayah dan pihak ibu; (Neng Dj: IBU mewaris bersama SAUDARA sekandung, seayah, seibu sebagai ZAWIL-FURUD)

AHLI WARIS YANG DAPAT MENUTUP SAUDARA; KELOMPOK DERAJAT AHLI WARIS: MA-RI

d. Kelompok derajat keempat: suami/isteri, paman/bibi dan/atau keturunannya.

Bandingkan dengan KELOMPOK KEUTAMAAN HAZAIRIN.

KELOMPOK AHLI WARIS YANG TIDAK DITENTUKAN BAGIANNYA (‘ashabah):

MAHKAMAH AGUNG (2009:194) 1. Anak Lelaki dan Keturunannya;2. Anak Perempuan dan Keturunannya bila mewaris

bersama Anak Lelaki.3. Saudara Lelaki bersama Sudara Perempuan bila

Pewaris TIDAK MENINGGALKAN KETURUNAN dan AYAH. (Ket. Neng Dj.: Jika bersama IBU: saudara zawil-furud)

4. Kakek dan Nenek (MA: alran tersendiri, tidak sesuai Hazairin dan Syafi’i).

5. Paman dan Bibi baik dari pihak AYAH maupun phak IBU dan keturuanannya.

•

JUMLAH SAUDARA MENG-HIJAB NUQSHAN IBU dari 1/3 jadi 1/6

• Bilateral HAZAIRIN: SATU orang saudara

• Patrilineal SYAFI’I: DUA orang saudara

• KHI Pasal 178 (1): DUA orang saudara

KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU bersama AYAH, tidak ada ANAK

• HAZAIRIN: KALALAH Q.4:12g, 12h

• SYAFI’I: tidak KALALAH

• KHI: tidak KALALAH

• MA-RI: tidak kalalah

KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU bersama ANAK PEREMPUAN / CUCU PEREMPUAN

• Q.4:12g, 12h:

• HAZAIRIN: PEWARIS tidak KALALAH, karena masih ada anaknya atau keturunannya SAUDARA kelompok keutamaan ke-2, maka TIDAK DAPAT TAMPIL mewaris bersama-sama dengan anak dan/atau keturunannya.

• SYAFI’I: KALALAH, tetapi Saudara SEIBU MAHJUB (terhalang) oleh ANAK PEREMPUAN atau CUCU PEREMPUAN.

KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU bersama ANAK PEREMPUAN / CUCU PEREMPUAN

• KHI: PEWARIS tidak KALALAH karena masih ada anaknya atau keturunannya

• SAUDARA TIDAK DAPAT TAMPIL mewaris bersama-sama dengan anak dan/atau keturunannya Pasal 181 jo Pasal 185 KHI: Pengertian KALALAH.

KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU bersama AYAH & SAUDARA SEKANDUNG/ SEAYAH

• HAZAIRIN: KALALAH Q.4:12 g, 12 h.

• SYAFI’I: tidak KALALAH

• KHI: tidak KALALAH

KEDUDUKAN SAUDARA SEIBU bersama SAUDARA SEKANDUNG/ SEAYAH

HAZAIRIN: KALALAH Q.4:176

SYAFI’I: KALALAH

SAUDARA SEIBU: Q.: 12g, 12h sebagai ZUL-FARA’ID

SAUDARA SEKANDUNG dan/atau SEAYAH: Q.4:176 (1) sebagai ZUL-FARA’ID jika terdiri dari SAUDARA PEREMPUAN saja; (2) sebagai ‘ASHABAH: SAUDARA LELAKI / saudara LELAKI dan saudara PEREMPUAN

KHI: KALALAH SAUDARA SEIBU: Pasal 181; SAUDARA SEKANDUNG dan/atau SAUDARA SEAYAH: Pasal 182

DIJELASKAN: MUSYARRAKAH / HAJARIYAH / YAMMIYAH

KEDUDUKAN SAUDARA SEKANDUNG & SEAYAH (PENERAPAN Q.4:176: PATRILINEAL SYAFI’I)

• Saudara LELAKI SEKANDUNG menghijab SELURUH SAUDARA SEAYAH: LELAKI & PEREMPUAN

• Saudara PEREMPUAN SEKANDUNG sebagai ZUL-FARA’ID tidak menghijab SAUDARA LELAKI SEAYAH sebagai ashabah binafsihi.

• SATU orang SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG = 1/2 dapat tampil sebagai ahli waris bersama SAUDARA PEREMPUAN SEAYAH, TAKMILAH = 1/6

SAUDARA SEKANDUNG/SEAYAH bersama ANAK PEREMPUAN/CUCU PEREMPUAN

HAZAIRIN: tidak KALALAH SAUDARA KELOMPOK KEUTAMAAN KE-2

SYAFI’I: KALALAH Saudara SEKANDUNG atau SEAYAH TIDAK TERHIJAB oleh ANAK PEREMPUAN atau CUCU PEREMPUAN

INGAT: PENGERTIAN KALALAH menurut Patrilineal Syafi’i.

INGAT: ASABAH MA’AL GAIRI: hadis IBNU MAS’UD = ahli waris terdiri dari: seorang anak permpuan = 1/2, seorang cucu perempuan = 1/6 (takmilah), dan SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG = SISA = 1/3.

SAUDARA SEKANDUNG/SEAYAH bersama ANAK PEREMPUAN/CUCU PEREMPUAN

• KHI: tidak KALALAH, karena masih ada anak (lelaki / perempuan) dan/atau keturunannya

• SAUDARA TIDAK DAPAT TAMPIL sebagai AHLI WARIS bersama-sama dengan anak dan/atau keturunannya Pasal 182 jo Pasal 185 KHI: Pengertian KALALAH.

• Kelompok Derajat Ahli Waris Ke-3 (MA-RI: 2009)

KOMPILASI HUKUM ISLAM:KEDUDUKAN SAUDARA SEKANDUNG atau SEAYAH

&TAFSIRAN atas PASAL 182 KHI

• Pasal 182 KHI: • Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan ayah

dan anak, sedang ia mempunyai satu orang saudara perempuan sekandung atau seayah, maka ia mendapat separo bagian.

• Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara perempuan sekandung atau seayah dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat dua per tiga bagian.

• Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara-saudara laki-laki sekandung atau seayah, maka bagian saudara laki-laki dua berbanding satu dengan saudara perempuan.

KHI: TIDAK MERUMUSKAN ASABAH MAAL-GAIRI

• KHI tidak merumuskan secara eksplisit mengenai kedudukan saudara perempuan sekandung atau seayah yang dapat tampil bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan pewaris, sebagai asabah maal-gairi seperti ajaran hukum kewarisan Patrilineal Syafi’i lihat pendapat Neng Djubaedah (hal. 172-176).

• INGAT pengertian KALALAH menurut KHI

MUSYARRAKAH, HAJARIYAH, YAMMIYAH (Umar Bin Khaththab): Patrilineal Syafi’i

• Pewaris meninggalkan SUAMI, IBU, 2 SAUDARA LELAKI SEIBU, 2 SAUDARA LELAKI SEKANDUNG

• Suami = ½, z.f (Q.4:12a);

• Ibu = 1/6, z.f (Q.4:11f);

• 2 saudara lelaki seibu = 1/3, z.f (Q.4:12h);

• Jumlah = ½ + 1/6 + 1/3 = 1

• Sisa = 1 – 1 = 0• 2 saudara lelaki sekandung = ‘ashabah binafsihi = sisa = 0 Protes

kepada Umar Bin Khththab Musyarrakah = 1/3 bagi saudara lelaki seibu dibagi sama rata dengan sauara lelaki sekandung masing-masing = 1/3 dibagi 4 = 1/12

MUSYARRAKAH, HAJARIYAH, YAMMIYAH

• Pewaris meninggalkan SUAMI, IBU, 2 saudara LELAKI SEIBU, 1 saudara PEREMPUAN SEIBU, 2 saudara LELAKI SEKANDUNG & 1 saudara PEEMPUAN SEKANDUNG.

• SUAMI = ½

• IBU = 1/6

• 2 saudara LELAKI SEIBU DAN 1 saudara PEREMPUAN SEIBU = 1/3

• Jumlah = ½ + 1/6 + 1/3 = 1

• Sisa = 0

• 2 saudara LELAKI SEKANDUNG DAN 1 saudara PEREMPUAN SEKANDUNG = ‘ASHABAH = SISA Musyarrakah: 1/3 dibagi 6 saudara seibu dan sekandung masing-masing = 1/18.

MUSYARRAKAH, HAJARIYAH, YAMMIYAH

HAZAIRIN: tidak membedakan MACAM dan KEDUDUKAN SAUDARA dalam HUBUNGAN dengan PEWARIS, saudara SEIBU, saudara SEAYAH, saudara SEKANDUNG

Kasus tersebut diselesaikan menurut Q.4:176, karena AYAH TELAH TIADA/MATI

SELESAIKAN KASUS menurut HAZAIRIN

• KHI: tidak merumuskan MUSYARRAKAH

KHI cenderung ke Patrilineal Syafi’i Dasar Hukum Pasal 229 KHI

MAHKAMAH AGUNG: masih ada IBU: saudara seluruhnya ZAWIL-FURUD.

KEDUDUKAN SAUDARA SEKANDUNG atas SAUDARA SEAYAH

HAZAIRIN: tidak membedakan SAUDARA

SYAFI’I:

1. SAUDARA LELAKI SEKANDUNG: menutup SAUDARA SEAYAH;

2. SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG:

a. TIDAK MENGHIJAB SAUDARA LELAKI SEAYAH

b. JIKA SATU ORANG SAUDARA PEREMPUAN SEKNADUNG = ½ bersama SAUDARA PEREMPUAN SEAYAH SAJA SAUDARA PEREMPUAN SEAYAH: 1/6 (takmilah)

c. Dua SAUDARA SAUDARA PEREMPUAN SEKNADUNG = 2/3 bersama SAUDARA PEREMPUAN SEAYAH SAJA SAUDARA PEREMPUAN SEAYAH = 0 tidak ada sisa dari 2/3.

d. Dua SAUDARA SAUDARA PEREMPUAN SEKNADUNG bersama SAUDARA LELAKI DAN PEREMPUAN SEAYAH SAUDARA SEAYAH = SISA, ‘ashabah.:

KHI: TIDAK MENENTUKAN kedudukan SAUDARA SEKANDUNG terhadap SAUDARA SEAYAH

MAHKAMAH AGUNG = HAZAIRIN: tidak membedakan KEDUDUKAN SAUDARA

WALLAHU ‘ALAM BI-SHAWAB

• WASSALAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH