bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan / manajemen isu merupakan bagian dari tugas seorang public
relations di sebuah perusahaan, yang menjadi sangat penting untuk sebuah
keberlangsungan perusahaan dan tentunya image perusahaan. Menurut Rhenald
Kasali (1994:5) Public Relations atau hubungan masyarakat (humas) sebagai
fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi guna melahirkan
pemahaman dan penerimaan publik.
Public relations dituntut untuk mengembangkan dan membangun
hubungan baik internal dan ekternal. Sehingga dalam hal ini PR merupakan fungsi
yang melekat pada manajemen atau organisasi. Tujuannya adalah tidak lain untuk
membentuk good will, toleransi, saling kerjasama, saling menghargai, dan saling
pengertian untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan dan juga image
yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis.
Sehingga dalam hal ini salah satu tugas untuk membangun keharmonisan
hubungan internal perusahaan dan ekternal perusahaan menjaga atau segera
mengelolah isu yang terjadi dengan membentuk manajemen isu yang juga
merupakan tugas pokok dari seorang Public Relation.
Manajemen isu adalah proses manajemen yang tujuannya membantu
melindungi pasar, mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta
mengelola image sebagai sebuah aset organisasi bagi manfaat keduanya,
organisasi itu sendiri serta stakeholder utamanya, yakni pelanggan/konsumen,
2
karyawan, masyarakat dan para pemegang saham”. (Caywood, 1997:173)
Max Meng mengidentifikasi enam kelompok atau publik yang mungkin
membuat issue: partner, asosiasi karyawan, masyarakat umum, pemerintah, media
massa dan kelompok penekan/kelompok yang berkepentingan. Pengaruh mereka
pada organisasi bervariasi dari mengontrol operasi perusahaan hingga membentuk
koalisi internal dan eksternal untuk meningkatkan pengaruh potensial mereka atas
sebuah issue. Jadi, ketika issue siap diambil keputusannya, respon organisasi
dapat menjadi penting. Sedangkan Menurut Hainsworth, sebuah issue diciptakan
sebagai sebuah ide yang memiliki dampak potensial pada beberapa organisasi atau
publik yang mengakibatkan tindakan yang menyebabkan peningkatan kesadaran
dan reaksi pada bagian dari organisasi atau publik lainnya.
Dalam hal ini manajemen isu sangat dibutuhkan dalam perusahaan agar
dapat mempertahankan image sebuah perusahaan. Begitupula pada PT. KPC yang
sering menerima isu yang negatif dari luar perusahaan.
KPC (Kaltim Prima Coal) berdiri sejak tahun 1991. Sebagai penambang
batu bara terbesar milik keluarga Bakrie, perusahaan ini membangun komplek elit
tempat hunian para karyawannya. Dengan fasilitas yang lengkap, mewah, dan
modern. Fasilitas ini meliputi perkantoran, perumahan, fasilitas olahraga, klinik
kesehatan, pendidikan, ibadah, dsb. Bahkan bandara Tanjung Bara yang
merupakan bandara satu-satunya di kabupaten Kutai Timur, juga berada dalam
komplek penambangan batubara PT KPC.
PT KPC ini terletak di Sangatta yang merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kecamatan yang
3
juga sebagai pusat pemerintahan (ibukota) Kabupaten Kutai Timur ini memiliki
luas 3.861,26 km² yang merupakan 10,8% dari luas wilayah Kabupaten Kutai
Timur.
Masyarakat Sangatta sebagian besar merupakan masyarakat pendatang,
masyarakat Sangatta mayoritas suku bugis, banjar, dan jawa. Karena kondisi
geografis Sangatta yang tinggi dan merupakan daerah tambang batu bara, maka
daerah ini merupakan daerah yang sangat panas, dan kondisi ini sangat
mempengaruhi watak masyarakat sangatta.
Dengan masyarakat pendatang yang memiliki heterogen karakter maka
PT.KPC ini sering mendapatkan isu pemberitaan mulai dari demo masyarakat
Sangatta, penunggakan pembayaran pajak dan isu adanya kerjasama pihak
pemerintahan dengan manajemen PT.KPC , berikut beberapa gambaran isu-isu
dari PT.KPC. pada pemberitaan di Kaltim Pos pada hari Rabu,29 Desember 2010
Samarinda PT Kaltim Prima Coal (KPC) urung membayar Rp
280 Miliar kepada Pemprov Kaltim hingga di penghujung akhir tahun
2010 ini. Utang itu merupakan janji yang akan dibayarkan KPC,
sebagai bentuk kompensasi atas dihentikannya proses tuntutan 51
persen saham KPC oleh pengadilan internasional sejak 2008 lalu Kita
sudah surati KPC, kalau mau bayar silakan setor ke kas daerah.
Nomor rekening kas daerah juga sudah kita berikan ke KPC, kata
Kepala Biro Keuangan Pemprov Kaltim, Fadliansyah ketika
memberikan keterangan pers kepada wartawan di kantor Gubernur
Kaltim, Jl Gadjah Mada, Samarinda, Selasa (28/12/2010).
4
Dan pada bulan maret 2011 terjadi lagi demonstrasi yang
mengatasnamakan Konsorsium Ikatan Peduli Pemuda Sejahtera Kutai Sangatta
(KIPPS KS) yang menuntut menurunkan dana CSR PT.KPC dan berakhir
pemblokiran pada tanggal 5 Mei 2011.
Kantor DPRD Kutim Diduduki Pendemo Tuntut Kompensasi
Rp.10.000 perton Batu Bara. SANGATTA – Ratusan orang warga
masyarakat kutai Timur yang tergabung dalam lembaga adat Kutim.
Kamren menduduki kantor DPRD Kutim. Tujuan Masyarakat yang
ingin meminta kompensasi dari PT. Kaltim Prima Coal bagi setiap ton
batu bara yang terjual, senilai Rp. 10 ribu,demi kepentingan
masyarakat bermukin disekeliling tambang.(Sumber Kaltim Pos,
Selasa, 23 Maret 2011)
Isu yang sering terjadi di masyarakat adat Sangatta ini sangat berdampak
pada PT.KPC dan isu terakhir adalah terjadinya penunggakan pajak yang dicurigai
bahwa terjadinya korupsi Dirjen Pajak pusat.
Jakarta-TAMBANG- Berkenaan dengan pemberitaan tentang
penunggakan pajak sebesar Rp 2,1 triliun oleh PT Bumi Resources
Tbk (BUMI) dan dua anak perusahaanya, PT. Kaltim Prima Coal dan
PT. Arutmin Indonesia, Manajemen BUMI menunggu keterangan
lebih lanjut dari pihak Ditjen Pajak.
"Menanggapi pemberitaan media seputar pernyataan Dirjen
Pajak mengenai tunggakan kewajiban pajak perseroan, PT Bumi
Resources Tbk menunggu penjelasan lebih lanjut dari otoritas pajak
untuk menyamakan persepsi," ungkap Dileep Srivastava, Senior Vice
President and Investor Relations BUMI, dalam keterangan tertulisnya,
Senin, 14 Desember .
Dari fenomena ini peneliti bermaksud bertujuan untuk mengetahui
bagaimana PT KPC mengelolah isu-isu yang sering berkembang di sekitar
perusahaan. Pengelolaan isu ini menjadi hal yang sangat penting dalam tugas
Public Relations dikarnakan menyangkut tentang keberlangsungan sebuah
perusahaan dan tingkat kepercayaan masyarakat sekitar serta image perusahaan.
5
Perkembangan media massa yang menjadi hal terpenting dalam mengelolah
manajemen isu ini dikarnakan media sangat mempengaruhi prilaku masyarakat
dan statement publik. Pada fenomena komunikasi ini yang seharusnya menjadi
bekal seorang praktisi seorang PR mengatahui tentang bagaimana memanajem
sebuah isu dari sebuah lembaga perusahaan.
Dan peneliti terfokus pada PT.KPC ini dikarnakan perusahaan ini memiliki
beberapa pandangan menarik, merupakan pertambangan terbesar, perusahaan
yang memiliki pajak terbesar di Indonesia, perusahaan pertambangan yang sering
mendapatkan isu positif dan negatif, dan perusahaan swasta yang menurut peneliti
sangat memberikan pengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.
Sehingga peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan
ilmu atau pengetahuan di dunia komunikasi terutama pada konsentrasi Public
Relations. Dengan demikian maka kata-kata kunci penelitian ini adalah (1) public
relations (2) pola pengelolaan isu (3) PT.KPC. Peneliti memfokuskan tiga kata
kunci ini dikarnakan fokus penelitian peneliti pada bidang Public Relations,
kemudian manajemen isu ini merupakan tugas pokok dari seorang Public
Relations, yang kemudian key informannya adalah kepala devisi Public Relations
yang mana di PT. KPC adalah devisi Eskternal Affaire & Sustainable
Development.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disampaikan
sebelumnya, menjadi sebuah penekanan perlunya penelitian ini dilakukan.
Sehingga peneliti menguraikan atau menggambarkan tentang Pola Manajemen
Isu PT.KPC Sangatta. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
6
pandangan tentang studi Public Relations terutama mengenai manajemen isu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah yang diharapkan dapat menjawab melalui penelitian ini. Adapun rumusan
masalah tersebut adalah “Bagaimana Pola Pengelolaan Isu PT.KPC (Kaltim Prima
Coal) Sangatta Kalimantan Timur?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
tentang Pengelolaan isu perusahaan khususnya di PT KPC (Kaltim Prima Coal)
Sangatta.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini nantinya dapat menambah
wawasan serta untuk menemukan konsep tentang pola manajemen isu dari
PT. KPC , dan dapat dijadikan kajian bagi ilmu komunikasi khususnya
konsentrasi Public Relations.
2. Secara Praktis, hasil penelitian dapat digunakan oleh PT KPC Sangatta
secara khusus atau perusahaan lain sebagai masukan atau referensi dalam
menyelesaikan isu yang ada dilingkungan perusahaan.
E. Tinjauan Pustaka
E.1. Public Relations
Salah satu cabang ilmu komunikasi adalah public Relations atau yang kita
kenal dengan Hubungan Masyarakat ( Humas ). PR atau Humas itu sendiri
mempunyai definisi sebagai fungsi manajemen yang membangun dan
7
mempertahankan alur komunikasi yang baik dan bermanfaat antara organisasi
dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan di dalam
organisasi tersebut.
a. Fungsi Public Relations
Public Relations Society of America (PRSA) merumuskan fungsi Public
Relations sebagai berikut :
1. Community Relations. Hubungan publik yang memfokuskan diri pada
komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan.
Misalnya, para pemilik lahan/tahan haruslah mendapat perhatian dan
kepuasaan dari perjanjian pembelian tanah oleh perusahaan yang
membutuhkan tanah mereka untuk proyek pembangunan lapangan
terbang baru. Jika tidak, maka komunitas yang tidak terpuaskan ini
bisa menghambat proyek yang sedang dilaksanakan.
2. Counseling. Para profesional Public Relations hendaklah secara rutin
memberikan masukan/pertimbangan kepada pihak manajemen sebelum
mereka mengambil keputusan, membuat kebijakan, membangun relasi,
atau melakukan komunikasi dengan berbagai macam publik. Jajaran
manajemen menyatakan kepada publik „apa yang mereka lakukan‟
sedangkan profesional atau bagian Public Relations membantu
mendefinisikan dan mempresentasikan pesan tersebut untuk sampai ke
publik.
3. Development/Fundraising. Semua organisasi baik yang profit maupun
non-profit dapat bertahan karena ada kontribusi dari berbagai pihak
8
dalam bentuk waktu maupun uang. Peran Public Relations yang
menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut kepada
pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau kemampuan memberikan
kontribusi.
4. Employee/Member Relations. Sebagai bagian inti dari jalannya
perusahaan, tugas Public Relations untuk menciptakan hubungan-
hubungan yang baik, tidak hanya sekadar pada para pekerja melainkan
juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan terbentuk
motivasi yang baik pula dan moral yang tinggi dari para pekerja
sehingga loyal pada perusahaan.
5. Financial Relations. Investor merupakan salah satu bagian terpenting
dari sumber pendanaan perusahaan. Peran Public Relations adalah
membangun jembatan komunikasi antara investor-pemilik perusahaan,
para pemegang saham, komunitas finansial seperti bank, dan publik.
Kebanyakan dari strategi perusahaan, dalam rangka ekspansi pasar
maupun akuisisi perusahaan, tergantung dari seberapa bagus
hubungan-hubungan finansial yang tercipta.
6. Government Affairs. Inilah tipe aktifitas Public Relations yang
memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintahan.
Karena sebagai perusahaan publik, tidak bisa dilepas-pisahkan
hubungannya dengan pemerintahan. Bahkan untuk beberapa kasus,
perusahaan yang ingin mengikuti tender proyek harus memiliki endors
resmi dari pemerintah, misalnya SIUPP dan NPWP.
9
7. Industry Relations. Perusahaan tidak hanya menjalin relasi yang
terbatas pada konsumen/pelanggan semata, melainkan juga harus
menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan lain yang secara
langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan seperti para suppliers,
distributor, agen bahkan relasi terhadap perusahaan kompetitor
sekaligus.
8. Issues Management. Manajemen isu melibatkan publik dalam jumlah
besar demi terciptanya imej produk maupun citra dari perusahaan.
Akrifitas Public Relations untuk mengembangkan manajemen isu ini
sebagai bagian dari kekuatan perusahaan. Sebuah perusahaan
pertambangan, sebagai misal, harus mengelola manajemen isu yang
baik terhadap publik bahwa usaha yang dilakukan tidak berdampak
pada kerusakan alam.
9. Media Relations. Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap
bentuk-bentuk media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi
perusahaan. Liputan yang baik di media akan memberikan pencitraan
yang baik pula bagi perusahaan, meningkatkan kepercayaan pelanggan
dalam memakai produk perusahaan, dan akhirnya menumbuhkan
minat pemodal untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan.
Aktifitas Public Relations inilah yang menjalin relasi dengan media
dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media.
10. Marketing Communication. Kombinasi dari aktifitas menjual produk,
servis, maupun ide. Iklan-iklan yang dilakukan melalui berbagai media
10
memberikan efek yang menguntungkan pada aktifitas Public Relations.
Bentuk kemasan produk yang unik dan bagaimana memajang produk
di pasar merupakan terpaan dari pembentukan imej dari perusahaan
yang membedakan dari perusahaan lainnya.
11. Minority Relations/Multicultural Affairs. Aktifitas Public Relations
yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi pada kelompok
minoritas yang secara langsung maupun tidak akan memberikan
dampak publisitas perusahaan.
12. Public Affairs. Interaksi Public Relations yang melibatkan para ofisial
dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para pemegang
kekuasaan. Relasi dengan komunitas maupun pemerintahan merupakan
fokus dari aktifitas Public Relations.
13. Special Events and Public Participant. Aktifitas langsung yang
melibatkan publik dan dilakukan oleh Public Relations untuk menjalin
interaksi antara organisasi/perusahaan dengan publik.
b. Kegiatan Public Relations
Menurut H.Fayol beberapa kegiatan humas adalah sebagai berikut
(Ruslan,2007:23) :
1) Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity
and image)
Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif serta mendukung
kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak.
2) Menghadapi krisis (facing of crisis)
11
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi
dengan membentuk manajemen krisis dan PR recovery of image yang
bertugas memperbaiki lost of image and damage
3) Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)
Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik dan mendukung
kegiatan kampanye sosial (sebagai contoh kampanye anti rokok, serta
menghindari obat-obatan terlarag dan sebagainya).
c. Tujuan Public Relations
Berikut adalah tujuan public relations (Frida, 2004 : 21) :
1) Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi), dimulai
saling mengetahui atau mengenal antara perusahaan dengan publiknya.
2) Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi), antara
perusahaan dengan publiknya.
3) Memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris)
Dan menurut Scott M. Cutlip cs (Muslimin, 2004 : 8) dalam mencapai
tujuan, humas/Public Relations harus melakukan suatu rangkaian kegiatan-
kegiatan yang menjadi 4 langah pokok dalam kegiatan PR yaiu :
a. Research - listening (penelitian) / fact finding
Yang dimaksud fact finding adalah mencari / mengumpulakan fakta-fakta
atau data sebelum seseorang melakukan suatu kegiatan atau tindakan
b. Planning - decision making (perencanaan)
Berdasarkan fakta-fakta atau data tadi PR membuat rencana tentang apa
yang akan atau harus dilakukan dalam menghadapi problema-problema itu.
12
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan dalam melaksanakan tugasnya dan
memperoleh hasil yang diharapkan, maka komunikasi itu harus well-planed
di samping memikirkan anggaran yang diperlukan. Hal yang diperhatikan
meliputi : komunikator (encoder), message (pesan), media dan komunikan.
c. Communication – action (mengkomunikasikan)
Setelah rencana itu disusun dengan sebaik-baiknya sebagai hasil pemikiran
yang mantap/matang berdasarkan fakta-fakta / data yang telah dikumpulkan,
humas / public relations kemudian melakukan “operasinya”.
d. Evaluation (penilaian)
Mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan adalah perlu untuk menilai
apakah tujuan itu sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi “operasi”, atau
perlu menggunakan cara-cara lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,
dan evaluasi dapat dilaksanakan secara kontinu dapat dilakukan secara
periodik
E.2. Manajemen Public Relations
Umumnya, aktivitas manajemen pada setiap lembaga atau organisasi
berkaitan dengan usaha mengembangkan potensial dan memimpin suatu tim dan
kelompok orang dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan tertentu dalam organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya (pre determine objective). Manajemen berasal dari kata manage
(bahasa latinnya; manus) yang berarti: memimpin, menangani, mengatur, atau
membimbing. Goerge R. Terry (19972), mendefinisikan manajemen sebagai,
“…sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti
13
perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”. Dari definisi di
atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi pokok atau tahapan-tahapan
dalam manajemen merupakan suatu proses yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning) yaitu penerapan tujuan dan standar, penentuan
aturan dan procedure, pembuatan rencana serta ramalan (prediksi) apa
yang akan terjadi.
2. Pengorganisasian (organizing) meliputi pemberian tugas terpisah kepada
masing-masing pihak,membentuk bagian, mendelegasikan dan
menetapkan jalur wewenang, mendelegasikan dan menetapkan system
komunikasi, serta mengkoordinir kerja setiap karyawan dalam satu tim
yang solid dan terorganisir.
3. Penyusunan Formasi (staffing) yaitu menetukan persyaratan personnel
yang akan dipekerjakan, merekrut calon karyawan, menentukan job
description dan persyaratan teknis suatu pekerjaan, melakukan penilaian
dan pelatihan termasuk didalamnya pengembangan kualitas dan
kuantitas karyawan sebagai acuan untuk penyusunan setiap fungsi dalam
manajemen organisasi.
4. Memimpin (leading) dengan membuat orang lain melaksanakan
tugasnya, medorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim
atau suasana pekerjaan yang kondusif, khususnya dalam metode
komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya, sehingga timbul saling
14
pengertian dan kepercayaan yang baik. Menumbuhkan disiplin kerja dan
sense of belonging (rasa memiliki) pada setiap karyawan dan jajaran
manajemen (public internal)
5. Pengawasan (controlling), Fungsi terakhir manajemen ini mencakup;
persiapan suatu standar kualitasdan kuantitas hasil kerja, baik berbentuk
produk maupun jasa yang diberikanperusahaan/organisasi dalam upaya
pencapaian tujuan, produktivitas dan terciptannya citra yang positif.
(Basu Swasta DH, Asas-asas Manajemen Modern Liberty, Yogyakarta,
1996)
Adapun segi komunikasi dalam sebuah organisasi dapat dilihat 2
bentuk yaitu komunikasi antar manajemen dan komunikasi antar karyawan.
Dengan kata lain terdapat dua unsure peranan komunikasi dalam suatu organisasi,
yaitu pertama, unsur komunikasi manajemen (manajemen communication) atau
sering disebut juga komunikasi organisasional (organizational communication)
dan unsur kedua adalah komunikasi antar manusia (human relations
communication). Sesuai Gurnig dan Hunt (1984) yang menyatakan public
relations sebagai manajemen komunikasi antara sebuah organisasi dan publiknya.
Manajemen public relations bisa mencakup :
a. Manajemen terhadap seluruh kegiatan kehumasan yang dilakukan oleh
organisasi
b. Manajemen terhadap kegiatan-kegiatan yang lebih spesifik atau berupa
satuan-satuan kegiatan kehumasan. Misalnya, pengelolaan peristiwa khusus
(special even), pengelolaan penerbitan internal, pengelolaan kunjungan
15
perusahaan oleh para wartawan, pengelolaan konferensi pers, dan lain-lain.
Dan menurut Robert kreitener (1978), (Pakar Manajmen dari Arizona State
University), bahwa, “Manajmen ialah proses kerjasama dengan dan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang mengalami
perubahan. Proses manajemen tersebut terpusat pada pemanfaatan atau
penggunaan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien”.Dalam
menunjang keberhasilan mencapai tujuan utama manajemen
perusahaan/organisasi bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, sehingga
seorang praktisi Humas (Public Relations Practioner) harus memiliki beberapa
keterampilan khusus, diantaranya: sebagai creator (memiliki kreativitas dalam
penciptaan suatu gagasan, ide-ide atau buah pemikiran yang cemerlang),
conceptor (mempunyai skill sebagai konseptor dalampenyusunan program kerja
kehumasan, dan rencana program lainnya), mediator (kemampuan menguasai
teknik komunikasi baik melaluimedia secara lisan maupun tertulis dalam
penyampaian pesan atau menyalurkan informasi dari lembaga organisasi yang
diwakilinya kepada public), dan problem solver (mampu mengatasi setiap
permasalahan yangdihadapinya, baik secara proaktif, antisipatif, inovatif, dinamis
dan solutif. Kegiatan utama dari Humas/PR dalam mewakili top manajemen suatu
lembaga atau organisasi tersebut, merupakan bentuk kegiatan).
Dan two way communication adalah cirri khas dari fungsi dan peranan
Public Relation, hal tersebut dikarenakan salah satu tugas PR ialah bertindak
sebagai nara sumber (source of informations) dan merupakan saluran informasi
(chanel of informations).
16
Manajemen Public Relations berarti penelitian, perencanaan, pelaksanaan
dan pengevaluasian suatu kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi,
mulai dari pertemuan kelompok kecil hingga berkaitan dengan konferensi pers
internasional via satelit, dari pembuatan brosur hingga kampanye nasional melalui
multimedia, dari menyelenggarakan acara open house hingga kampanye politik,
dari pengumuman pelayanan public hingga menangani kasus manajmen krisis.
E.3. Community Relations
Community relations dapat dikatakan sebagai hubungan yang baik
antara corporate dengan lingkungan di sekitarnya dengan tujuan untuk
mendapatkan kepercayaan, saling pengertian maupun support.
Jerold mendefinisikan community relations sebagai “peningkatan
partisipasi dan posisi organisasi didalam sebuah komunitas melalui berbagai
upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas.”
Community relations pada dasarnya adalah kegiatan PR. Maka
langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah dalam
community relations. Mengingat community relations berhadapan langsung
dengan persoalan-persoalan social yang dihadapi komunitas sekitar
organisasi. Melalui pendekatan community relations itu, organisasi bersama-
sama dengan komunitas sekitarnya berusaha untuk mengindentifikasi,
mencari solusi dan melaksanakan rencana tindak atas permasalahan yang
dihadapi.
17
E.4. Media Relations
Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap bentuk-bentuk
media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Liputan
yang baik di media akan memberikan pencitraan yang baik pula bagi
perusahaan, meningkatkan kepercayaan masyarakat, pelanggan dan akhirnya
tercipta hubungan yang harmonis dengan stakeholder perusahaan. Aktifitas
Public Relations inilah yang menjalin relasi dengan media dan mendapatkan
kepercayaan dari liputan media. Mengutip definisi PRSSA, Stanley J Baran
(2004) mendefinisikan media relations “…the public relations professional
maintain good relations with professionals in the media, undestrand their
deadlines and other restraints, and earn their trust”. Philip Lesly (1991)
memberikan definisi Mmedia relations sebagai hubungan dengan media
komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespon kepentingan media
terhadap kepentingan organisasi. Yosal Iriantara (2005), mengartikan media
relations merupakan bagian dari Public Relations eksternal yang membina
dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana
komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan
organisasi.
Dari pengertian definisi di atas tampak bahwa fungsi dari media
relations adalah simpul atau ruang dimana perusahaan atau organisasi
membina sekaligus menjalin hubungan dengan publik. Hubungan ini
dilakukan guna mencapai target dan tujuan perusahaan itu sendiri yang
18
paling tidak selaras dengan kepentingan publik. Media disini digunakan
semaksimal mungkin untuk menjangkau sekaligus untuk melihat apa dan
bagaimana respon publik terhadap perusahaan. Juga untuk melihat
perkembangan informasi sebagai acuan apa dan bagaimana perusahaan
harus bertindak dalam menentukan langkah-langkah strategis untuk
mempersuasif publik.
Mengutip pendapat John Vivian (2008), menyatakan bahwa media
relations di dalam bagian Public Relations memiliki paling tidak tiga
tanggung jawab fungsional. Pertama, relasi eksternal, bentuk relasi ini
mengoptimalkan komunikasi dengan pihak-pihak di luar perusahaan. Pihak-
pihak inilah yang nanti menjadi acuan seberapa kuat citra perusahaan di luar.
Stakeholder, konsumen, pemerintah, dan sebagainya adalah pihak yang bisa
membentuk opini publik terhadap perusahaan. Kedua, relasi internal,
komunikasi ini dilakukan untuk menjaga hubungan yang harmonis dan
dinamis dengan melibatkan pihak internal sendiri. Para karyawan, manajer,
pemegang saham, dan kelompok dalam yang berada dalam lingkup
perusahaan. Mereka semualah yang memegang roda berjalannya
perusahaan. Ketiga, relasi media, relasi ini dijalin perusahaan yang
melakukan komunikasi dengan pihak media massa. Hubungan ini harus
dibina agar tidak ada miss communication di kemudian hari. Perusahaan
perlu berelasi dengan media dalam mencari dan memberikan informasi guna
mencapai tujuan perusahaan. Mediapun harus dimanfaatkan agar tidak ada
informasi-informasi yang beredar yang bisa merusak citra perusahaan.
19
Dengan fungsi-fungsi tersbut keberadaan media relations sangat bisa
diharapkan mampu menanggulangi krisis komunikasi. Krisis komunikasi
terjadi bisa jadi terhambatnya saluran komunikasi yang ada di
perusahaan. media relations yang menjadi bagian PR harus dimanfaatkan
sedemikian rupa agar mampu mengoptimalkan semua saluran komunikasi
yang ada. Macetnya saluran komunikasi menimbulkan berbagai dampak
yang bisa kompleks. Karena saluran komunikasi sendiri merupakan jalan
dimana perputaran informasi berjalan. Jika saluran komunikasi ini macet,
dapat diprediksi bahwa akan banyak terjadi bencana miss
communication dalam perusahaan. Sehingga PR harus mampu
mengoptimalkan fungsi dari media relations
E.5. Pola Pengelolaan Isu
a. Pola Pengelolaan Isu
Pola (pattern) dapat diartikan sebagai susunan struktural, gambar, corak,
kombinasi sifat kecenderungan membentuk sesuatu yang taat asas dan bersifat
khas (Depdikbud, 1988), dan dapat pula diartikan sebagai benda yang tersusun
menurut sistem tertentu mengikuti kecenderungan bentuk tertentu.
Pada definisi lain pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu
set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan sesuatu
atau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang di timbulkan cukup mencapai suatu
sejenis untuk pola dasar yang dapat di tunjukan atau terlihat. Pengertian pola
sendiri tergantung dari penempatan kata „pola‟ dalam sebuah kalimat atau bahasa
yang digunakan. Dalam hal ini peneliti mencoba menguraikan definisi pola yang
20
terdapat pada kamus Bahasa Indonesia. Pola berarti gambar yang dipakai,
potongan kertas sebagai model, bentuk yang tetap dan sistem atau cara kerja.
Pola yang berarti gambar atau potongan kertas, digunakan untuk
pembuatan sesuatu yang diawali dengan proses pembentukan pola atau gambar
sehingga mempermudah pembuatannya. Sedangkan pola yang berarti bentuk yang
tetap atau sistem adalah proses yang beraturan atau subsistem-subsistem yang
terbentuk sehingga sistem berjalan dengan baik.
Dalam penelitian ini, pengertian pola pada pola pengelolaan isu adalah
betuk yang tetap atau sistem dari proses pengelolaan isu yang terdapat pada PT.
KPC dalam penyelesaian isu yang telah terjadi, sehingga peneliti dapat
menggambarkan proses atau sistem dari pola pengelolaan isu, sesuai dengan
tujuan penelitian dilakukan.
Sedangkan pengelolaan merupakan terjemahan dari kata "management" asal
kata dari Bahasa Inggris yang diindonesiakan menjadi "manajemen" atau
menejemen. Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1958:412), disebutkan
bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan. Dilihat dari asal kata "manajemen"
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan
agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh
suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain (Oemar
Hamalik, 1986: 18).
Menurut dua pakar di AS, Hainsworth dan Meng, sebuah isu muncul
sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan, atau diusulkan
21
untuk dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan
negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal,
atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislative atau
perundangan. Chase & Jones menggambarkan “issue” sebagai sebuah masalah
yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya (an unsettled matter
which is ready for decision). Pakar lain mengatakan bahwa dalam bentuk
dasarnya, sebuah isu dapat didefinisikan sebagai sebuah titik konflik antara
sebuah organisasi dengan satu atau lebih publiknya („a point of conflict between
an organization and one or more of its audicences’). (Regester & Larkin,
2003:42).
Sementara Heath & Nelson (1986) mendefinisikan isu sebagai suatu
pertanyaan tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat diperdebatkan (a
contestable question of fact, value or policy).
Definisi sederhana lainnya menurut Regester & Larkin (2003:42) bahwa
sebuah isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktek korporat dengan
harapan-harapan para stakeholder (a gap between corporate practice and
stakeholder expectations). Dengan kata lain, sebuah isu yang timbul ke
permukaan adalah suatu kondisi atau peristiwa, baik di dalam maupun di luar
organisasi, yang jika dibiarkan akan mempunyai efek yang signifikan pada fungsi
atau kinerja organisasi tersebut atau pada target-target organisasi tersebut di masa
mendatang.
Max Meng mengidentifikasi enam kelompok atau publik yang mungkin
membuat issue: partner, asosiasi karyawan, masyarakat umum, pemerintah, media
22
massa dan kelompok penekan/kelompok yang berkepentingan. Pengaruh mereka
pada organisasi bervariasi dari mengontrol operasi perusahaan hingga membentuk
koalisi internal dan eksternal untuk meningkatkan pengaruh potensial mereka atas
sebuah issue. Jadi, ketika issue siap diambil keputusannya, respon organisasi
dapat menjadi penting. Meng mengkategorikan isu kepada beberapa tipe:
demografis, ekonomis, lingkungan, pemerintah, internasional, sikap publik,
sumber daya, teknologis serta nilai dan gaya hidup.
Menurut Hainsworth, sebuah isu diciptakan sebagai sebuah ide yang
memiliki dampak potensial pada beberapa organisasi atau publik yang
mengakibatkan tindakan yang menyebabkan peningkatan kesadaran dan reaksi
pada bagian dari organisasi atau publik lainnya. Dalam sebuah model yang
dikembangkan oleh Hainsworth & Meng (Regester & Larkin, 2003: 48), proses
ini dapat digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari empat tahap berikut:
sumber, mediasi, organisasi dan resolusi.
Dari berbagai definisi di atas, terlihatlah bahwa pengertian isu menjurus
pada adanya masalah dalam suatu organisasi yang membutuhkan penanganan.
Cara menangani isu tersebut yang pada akhirnya memunculkan teori dan proses
“manajemen issue”.
Terminologi “issues management” pertama kali dipublikasikan oleh W.
Howard Chase dalam newsletter-nya “Corporate Public Issues and Their
Management”. Newsletter tersebut, sekarang sering disebut CPI, menyebutkan
bahwa tujuan-tujuan manajemen isu adalah untuk memperkenalkan dan
memvalidasikan suatu penetrasi dalam desain dan praktek manajemen korporat
23
dengan tujuan untuk setidaknya mengelola isu publik korporat sebaik atau bahkan
lebih baik dibandingkan manajemen tradisional dari operasional yang hanya
memikirkan keuntungan saja. Ditambahkannya bahwa pada masa ini hanya ada
satu manajemen dengan satu tujuan: bertahan hidup dan kembali pada kapital
yang cukup untuk memelihara produktivitas, apapun iklim ekonomi dan politik
yang tengah berlangsung. (Caywood, 1997:173).
Bersama rekannya, Barry Jones, Chase mendefinisikan “Manajemen Issue”
sebagai sebuah alat yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola berbagai isu yang muncul ke
permukaan (dalam suatu masyarakat populis yang mengalami perubahan tanpa
henti) serta bereaksi terhadap berbagai issue tersebut sebelum isu-isu tersebut
diketahui oleh masyarakat luas.‟(Regester & Larkin, 2003:38).
“Manajemen isu adalah proses manajemen yang tujuannya membantu
melindungi pasar, mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta
mengelola image sebagai sebuah aset organisasi bagi manfaat keduanya,
organisasi itu sendiri serta stakeholder utamanya, yakni pelanggan/konsumen,
karyawan, masyarakat dan para pemegang saham”. (Caywood, 1997:173)
Para pakar PR Indonesia mengartikan manajemen isu sebagai “fungsi
manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, baik internal maupun eksternal,
mengidentifikasi masalah yang patut dikhawatirkan dan melakukan usaha-usaha
ke arah perbaikan”. Selain itu sebagai “suatu usaha aktif untuk ikut serta
mempengaruhi dan membentuk persepsi/pandangan/opini dan sikap masyarakat
yang mempunyai dampak terhadap perusahaan”. (Wongsonagoro, 1995)
24
F. Definisi Konseptual
Definisi konseptual (Hamidi, 2004:45) adalah batasan tentang pengertian
yang diberikan peneliti tentang variable-variabel yang hendak diukur, diteliti dan
digali datanya. Definisi Konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan
penegasan tentang makna arti dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang
disajikan. Sehingga, dengan adanya penegasan arti tersebut akan mempermudah
dalam memahami maksud kalimat yang tercantum dalam penelitian. (Hamidi,
2004:65) Adapun dalam penelitian ini yang termasuk dalam definisi
konseptualnya adalah :
1. Pola Pengelolaan / Manajemen Isu
Pola adalah sistem atau bentuk (atau, lebih abstrak, suatu set
peraturan) yang brlangsung secara berulang-ulang sehingga membentuk
pola yang menjadi acuan dalam penyelesaian isu. Manajemen issue adalah
proses manajemen yang tujuannya membantu melindungi pasar,
mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta mengelola
image sebagai sebuah aset organisasi bagi manfaat keduanya, organisasi
itu sendiri serta stakeholder utamanya, yakni pelanggan/konsumen,
karyawan, masyarakat dan para pemegang saham”. (Caywood, 1997:173)
2. PT. KPC
KPC merupakan perusahaan tambang batu bara yang terletak di
Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal 9 Maret
1982 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI sesuai dengan
Surat Keputusan No Y.A.5/208/25 tanggal 16 Maret 1982 dan telah
25
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli 1982
No 61 Tambahan Nomor 967.
G. Metodelogi Penelitian
1. Tipe dan Dasar Penelitian
Tipe dan dasar penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,
karena penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Bermaksud
untuk memahami fenomena dengan cara mendiskripsikan dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sebagai dasar penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan
naturalistik dimana data yang nantinya akan disajikan bersifat deskriptif. Dan
analisis data dilakukan secara induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan pada makna daripada generalisasi. (Maleong,2008:6)
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 – Januari
2012, sedangkan tempat penelitiannya adalah di PT. KPC (Kaltim Prima Coal)
pada devisi Ekternal Affaire & Sustainable Development yang beralamatkan di
Gedung M2-Mine Site Sangtta Kutai Timur, Kaltim. No telp 0549-521451.
3. Informan Penelitian
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan informan penelitian adalah
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono 2006 : 96) dan menurut Ruslam, purposive sampling adalah
jenis sampling yang diterima untuk situasi-situasi khusus, menggunakan
26
keputusan (judgement) ahli dalam memilih kasus-kasus dengan tujuan khusus
dalam pikiran. Sumber yang dipilih adalah orang yang banyak mengetahui
tentang permaslahan dalam penelitian, yaitu pola manajemen isu PT. KPC
(Kaltim Prima Coal) Sangatta.
Syarat dari informan penelitian ini adalah : pegawai yang masih aktif
bekerja di instansi khususnya dibagian kehumasan atau public relations, dan
sangat mengerti tentang kehumasan khususnya pada pola manajemen isu PT.
KPC Sangatta. Maka informan penelitian ini :
Nama Jabatan
Yordhen Ampung Supt. Public Communication
Wawan Setiawan Supt. Community Support
Dicky Gumilang Karyawan Dept. Community Empowerment
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan
berupa wawancara dan documentasi. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. (Sugiyono:2005) Teknik pengumpulan
data yang dipilih tergantung pada faktor utama dan jenis data. Dalam penelitian
ini metode yang digunakan adalah :
a. Observasi
Kal Weick mendefinisikan observasi sebagai pemilihan,
pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian prilaku dan suasana
27
yang berkenaan dengan organism in situ, sesuai dengan tujuan empiris.
Observasi disini dimaksudkan agar nantinya peneliti mampu untuk
memahami atau menggambarkan situasi atau lingkungan dari lokasi
penelitian, sesuai dengan tujuan dari observasi.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menyelenggarakan tanya jawab/interview antara peneliti dengan Public
Relations PT.KPC Sangatta. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diwawancara
diminta pendapat dan ide-idenya. (Jalaluddin Rakhmat :2009.84) Dimana
hasil dari wawancara tersebut dapat diharapkan akan memperoleh data yang
menyeluruh dan mendalam tentang pola manajemen isu PT.KPC.
c. Documentasi
Teknik pengumpulan data jenis ini digunakan untuk memperoleh
data-data yang lain yang dapat ,mendukung data-data yang sudah diperoleh
dari hasil wawancara, dengan teknik documenter maka peneliti dapat
menggali lebih dalam lagi atau melengkapi data-data yang diperoleh
sebelumnya.
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah karena dengan analisis data dapat diberi arti, makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Sugiyono:2005). Untuk
analisa data kualitatif peneliti menggunakan teknik analisa data kualitatif
28
menurut Miles dan Huberman adapun analisa data kualitatif terdiri dari :
Gambar 1.2 komponen dalam analisis data (interactive model)
a. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mencari dan mengumpulkan semua data yang ada
dilapangan sesuai dengan judul penelitian, untuk kemudian dijadikan
sebagai tambahan dalam penulisan.
b. Reduksi Data
Merupakan proses penyajian, kompilasi data setelah direduksi ke dalam
bentuk-bentuk simbol yang bisa menggambarkan keseluruhan data-data
utama hasil penelitian. Kegiatan ini merupakan penyederhanaan data yang
kompleks ke dalam narasi-narasi pendek sesuai kriteria dan klasifikasi data
berdasarkan rumusan masalah sehingga dengan mudah bisa difahami
maknanya.
c. Display Data
Merupakan tahap seleksi data atas data atau catatan-catatan lapangan
Data
Collection
Data
Reduction
Clonclusions :
Drawingverifying
Data Display
29
(fieldnotes), sehingga data yang di dapat sesuai dengan pokok yang dituju
dalam penelitian.
d. Conclusion Drawing/ verivivation
Setelah data diolah atau disajikan, maka diambil beberapa alternatif yang
terbaik atau dijadikan bahan penyampaian informasi dan pengambilan
keputusan untuk kemudian diambil sebuah kesimpulan.
6. Teknik Keredibilitas Data
Teknik pemeriksaan data adalah suatu cara yang ditempuh oleh peneliti
untuk meningkatkan derajat kepercayaan mengenai data yang telah
dikumpulkan. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, teknik
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member
check.
Karena teknik triangulasi mempunyai lima teknik yaitu : triangulasi
metode, triangulasi peneliti, triangulasi sumber, triangulasi situasi, dan
triangulasi teori. Peneliti menggunakan cara triangulasi sumber, yaitu dengan
membandingkan dan mengecek balik derajar kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal
ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan. ( Paton dalam Moleong, 2007 : 330)