bab i pendahuluan a. latar belakangabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0512011_bab1.pdf · masa...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah masa reformasi banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan politik. Perubahan politik yang terjadi cukup mendasar, yaitu perubahan dari sistem yang awalnya otoriter kemudian berubah menjadi sistem demokrasi. Perubahan ini merupakan hasil dari tuntukan rakyat Indonesia yang menginginkan kekuasaan berada ditangan rakyat. Hasilnya adalah ketika pada masa orde baru hanya terdapat tiga peserta pemilihan umum (pemilu), yaitu PPP, PDI, dan Golkar. Sistem pemilu sejak era reformasi mulai menggunakan sistem multi partai. Sejak diterapkannya sistem multi partai maka pada pemilu tahun 1999 hingga 2009 peserta pemilu tidak hanya didominasi partai-partai peserta pemilu masa orde baru. Mulai banyak peserta pemilu yang ikut memperebutkan suara rakyat Indonesia. Saat pemilu tahun 1999 pemilu diikuti oleh 48 partai politik (parpol), kemudian tahun 2004 diikuti 24 partai politik dan tahun 2009 sendiri diikuti 6 partai politik lokal Aceh serta 38 partai politik nasional. 1 Pemilu sendiri telah mengalami perubahan sistem dari periode ke periode. Pemilu yang awalnya untuk memilih anggota MPR dan Konstituante kemudian berubah menjadi memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD 1 Lili Romli, “Masalah Kelembagaan Partai Politik di Indonesia Pasca Orde Baru”, Jurnal Penelitian Politik (Volume 5 No. 1, 2008), hlm: 20

Upload: ngohanh

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah masa reformasi banyak perubahan yang terjadi, salah satunya

adalah perubahan politik. Perubahan politik yang terjadi cukup mendasar, yaitu

perubahan dari sistem yang awalnya otoriter kemudian berubah menjadi sistem

demokrasi. Perubahan ini merupakan hasil dari tuntukan rakyat Indonesia yang

menginginkan kekuasaan berada ditangan rakyat. Hasilnya adalah ketika pada

masa orde baru hanya terdapat tiga peserta pemilihan umum (pemilu), yaitu PPP,

PDI, dan Golkar.

Sistem pemilu sejak era reformasi mulai menggunakan sistem multi

partai. Sejak diterapkannya sistem multi partai maka pada pemilu tahun 1999

hingga 2009 peserta pemilu tidak hanya didominasi partai-partai peserta pemilu

masa orde baru. Mulai banyak peserta pemilu yang ikut memperebutkan suara

rakyat Indonesia. Saat pemilu tahun 1999 pemilu diikuti oleh 48 partai politik

(parpol), kemudian tahun 2004 diikuti 24 partai politik dan tahun 2009 sendiri

diikuti 6 partai politik lokal Aceh serta 38 partai politik nasional.1

Pemilu sendiri telah mengalami perubahan sistem dari periode ke

periode. Pemilu yang awalnya untuk memilih anggota MPR dan Konstituante

kemudian berubah menjadi memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

1 Lili Romli, “Masalah Kelembagaan Partai Politik di Indonesia Pasca

Orde Baru”, Jurnal Penelitian Politik (Volume 5 No. 1, 2008), hlm: 20

2

Kota/ Kabupaten. Pada tahun 2004 kemudian berubah lagi dan bertambah menjadi

pemilihan presiden dan wakil presiden.

Menurut Miriam Budiardjo, partai politik memainkan peran sebagai

penghubung antara yang memerintah dan diperintah. Peran partai sebagai

jembatan sangat penting, karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu

dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat, dan di lain pihak pemerintah

harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.2 Sehingga pelaksanaan pemilihan

umum pada masa Reformasi terkesan memberikan perubahan yang cukup berarti

dimana rakyat berharap benar-benar dapat ikut serta dalam menentukan arah

pembangunan lewat suara yang diberikan pada partai yang dipilihnya.

Partai politik adalah motor paling utama dalam suatu demokrasi. Ketika

berfungsi secara efektif, partai politik mengumpulkan kepentingan dan

menempatkan kepentingan warga lokal pada konteks nasional. Melalui usaha

mereka untuk mengontrol dan mempengaruhi kebijakan publik, partai politik

memainkan peran perantara, menghubungkan lembaga-lembaga pemerintah

dengan kelompok masyarakat. Mereka menggalang dukungan di balik peranan

penting, menganjurkan posisi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

memajukan kepentingan warga.3

Menurut Firmanzah, partai politik adalah institusi yang dianggap penting

dan sine qua non dalam sistem demokrasi modern. Partai politik memainkan

peran sentral dalam menjaga pluralisme ekspresi politik dan menjamin adanya

2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2008), hlm: 408 3 https://www.ndi.org/files/Political-parties-and-democracy-in-theoretical-

and-practical-perspectives-BAH-Part1.pdf, diakses 20 Mei 2016 pukul 20.00 WIB

3

partisipasi politik, sekaligus juga persaingan politik.4 Jadi, partai politik dianggap

penting dalam kehidupan demokratis karena sebagai bentuk akibat dari kebebasan

mengeluarkan pendapat untuk menjaga keberagaman ekspresi politik dari

masyarakat dalam bidang politik.

Perwujudan dalam partisipasi politik ini kemudian diwujudkan dalam

bentuk partai politik. Tujuan umum partai politik adalah untuk mewujudkan cita-

cita nasional bangsa Indonesia, tujuan khususnya adalah memperjuangkan cita-

cita anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan negara sehingga

ketika saat berakhirnya Orde Baru hal ini sangat dimanfaatkan para elite politik

untuk berpartisipasi dalam partai politik. Sesuai dengan tuntutan reformasi, maka

semua partai politik dapat menjadi peserta Pemilu. Pembentukan partai politik

yang pada awalnya sebagai luapan ekspresi kebebasan kemudian mulai bergeser

menjadi keinginan untuk mengikuti Pemilu yang dianggap masyarakat sebagai

langkah menyelesaikan krisis yang terjadi di Indonesia.5

Hal ini kemudian

membuat partai politik berlomba-lomba menunjukkan sikap yang pro terhadap

rakyat.

Seperti yang tertulis pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Pasal

11 ayat (1) tentang Partai Politik yang menyebutkan bahwa fungsi dari partai

politik di Indonesia adalah: pertama, sebagai sarana pendidikan politik bagi

anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar

akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

4Firmanzah, Mengelola Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2008), hlm:43 5 Ibid.

4

bernegara; kedua, sebagai sarana penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan

dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat; ketiga, sebagai

sarana penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam

merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; keempat, sebagai sarana

partisipasi politik warga negara Indonesia, dan kelima adalah sebagai sarana

rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme

demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Sehingga,

tidak dapat dipungkiri, bahwa partai politik adalah pilar dari sistem demokrasi.

Tanpa partai politik, maka demokrasi tidak dapat bekerja dan berjalan, atau dapat

juga dikatakan bahwa berfungsi dan bekerjanya kehidupan negara yang

demokratis, amat tergantung pada keberadaan partai politiknya. Dengan adanya

partai politik, aspirasi dan keinginan masyarakat dapat disalurkan dan

diperjuangkan.6

Maka dalam setiap partai politik mempunyai suatu tujuan yang akan

dicapai. Dalam menyusun tujuan dan strategi sebuah partai politik tidak bisa lepas

dari visi dan misi yang dirumuskan. Oleh karena itu, Visi, misi serta strategi

politik memainkan peranan penting dalam kemenangan suatu partai politik.

Keberhasilan untuk memenangkan pemilu tidak lepas dari perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sehingga masyarakat akhirnya bersedia

memberikan dukungan suaranya untuk memilih.

Selain visi dan misi, sebuah partai politik membutuhkan kader yang

dapat membawa nama partai politik dan untuk melaksanakan visi misi yang dibuat

6 Lili Romli, Op. cit., hlm: 21

5

partai politik. Sehingga, rekrutmen kader merupakan bagian yang sangat penting.

Hal ini untuk menyediakan kader-kader yang berkualitas untuk ditempatkan di

lembaga-lembaga legislatif seperti DPR maupun DPRD. Setiap partai politik

membutuhkan kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang

demikian, partai politik dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan yang

lebih besar untuk mengembangkan diri.7

Dalam hal ini tak terkecuali pula Partai Demokrat di Kabupaten Sragen.

Pemilihan kader untuk calon legislatif (caleg) yang relatif banyak berasal dari

pensiunan birokrat dan PNS seperti camat dan lain-lain, yang sudah

berpengalaman dan dekat selama ini dengan rakyat, dimana masyarakat

mengetahui kualitas yang dimiliki oleh para kader tersebut. Sehingga hal tersebut

dapat meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat dalam pemilu.

Setelah perekrutan kader diperlukan pula kampanye untuk mengenalkan

partai politik. Dengan kampanye partai politik menanamkan pengaruh dan simpati

di kalangan masyarakat dengan menjelaskan program-program perjuangan

politiknya bagi kepentingan bangsa dan negara, sehingga dengan cara demikian

masing-masing kontestan berusaha untuk meraih suara sebanyak-banyaknya pada

saat pemungutan suara. Tujuan kampanye sendiri adalah menyampaikan pesan-

pesan politik berupa program dan pandangan partai kepada masyarakat agar

mereka mengetahuinya dan tertarik sehingga kemudian mereka akan menjatuhkan

pilihannya. Masa kampanye inilah yang menjadi mobilitas politik bagi partai

politik untuk menaikkan pamor mereka dihadapan masyarakat, karena kampanye

7 Miriam Budiardjo, op. cit., hlm. 408.

6

adalah proses komunikasi politik antara partai politik dengan masyarakat. Strategi

yang digunakan dan didukung oleh sarana yang berbobot akan mempengaruhi dari

hasil perolehan suara partai politik serta berpengaruh pula pada popularitas partai

tersebut, khususnya yang akan dibahas adalah popularitas dari Partai Demokrat.

Kemunculan Partai Demokrat sendiri pertama kali saat pemilu tahun

2004 sebagai partai pendatang baru dan mampu mendapatkan kursi di parlemen.

Partai Demokrat yang masih baru ini pun harus berjuang sendiri tanpa bantuan

pihak lain untuk menaikkan pamornya. Pada pemilu tahun 2004 Partai Demokrat

membuat kejutan bagi lawan-lawannya karena sebagai partai politik baru dapat

langsung menjadi partai politik yang mempunyai banyak massa, bahkan calon

presiden yang dicalonkan pun dapat memenangkan kursi presiden pada tahun

2004. Bahkan pada tahun 2009 peningkatan suaranya naik dari 7,5% saat pemilu

2004 menjadi 20,85% saat pemilu 2009 untuk perolehan suara secara nasional.

Sedangkan untuk perolehan di Kabupaten Sragen pada tahun 2004 memperoleh

suara 6,05% kemudian pada tahun 2009 naik menjadi 10,18%.8

Pada pemilu 2004 terdapat fenomena di Indonesia dimana terdapat dua

partai di luar lima besar partai pada pemilu 1999 yang memperoleh dukungan

cukup signifikan, yaitu Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).9

Saat itu partai politik baru terus bermunculan yang menyebabkan persaingan yang

ketat antara partai satu dengan yang lainnya. Tak terkecuali dengan Partai

Demokrat dimana pada tahun 2004, partai ini muncul sebagai the rising star yang

8 Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu 2004 per Daerah Pemilihan

di Kabupaten Sragen, Koleksi Arsip KPUD Kabupaten Sragen Tahun 2004 9 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi

Pasca-Orde Baru, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 65

7

mencuri perhatian masyarakat untuk menyalurkan aspirasi mereka. Kemunculan

Susilo Bambang Yudhoyono di panggung politik bersama dengan Partai

Demokrat menjadi nilai lebih yang kemudian membuat perolehan suara pemilu

Partai Demokrat mengalahkan partai-partai lama. Partai Demokrat menjadi suatu

kekuatan politik baru di Indonesia. Hal ini perlu dikaji lebih dalam seperti apa

Partai Demokrat, strategi apa yang dilakukan sehingga dapat memperoleh suara

yang bisa mengalahkan partai-partai lama serta pengaruhnya bagi masyarakat.

Pemilihan Partai Demokrat dikarenakan sebagai partai baru mampu

bersaing dengan partai lama ditingkat nasional maupun daerah. Dibuktikan pada

hasil pemilu pada tahun 2004 dan 2009 yang mampu mengalahkan partai baru

yang lain maupun partai lama yang sudah lebih lama eksis di dunia politik. Selain

itu pemilihan Partai Demokrat untuk melihat bagaimana cara partai tersebut

mendapat pengaruh di dalam masyarakat daerah serta peran Partai Demokrat di

Kabupaten Sragen sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Pemilihan daerah di Kabupaten Sragen karena di sini adalah basis dari

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dimana rata-rata pada saat

pemilu legislatif pemenangnya adalah PDI-P, seperti pada waktu pemilu tahun

2004 PDI-P memperoleh 22 kursi dan pemilu tahun 2009 yang hasil perolehannya

berkurang menjadi 17 kursi tetapi tetap mendapatkan mayoritas suara.

Kabupaten Sragen yang sebagian besar daerahnya berupa pedesaan dan

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani serta tidak berpendidikan tinggi

memiliki tingkat kerawanan pemilu yang cukup tinggi, seperti masalah politik

uang sehingga hal ini menarik untuk dibahas karena dapat dilihat bagaimana cara

8

partai politik maupun kontestan calon wakil rakyat untuk mendapat pengaruh di

dalam masyarakat. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana

Partai Demokrat dalam mempengaruhi masyarakat untuk mendongkrak

popularitasnya di Kabupaten Sragen pada pemilu legislatif tahun 2004-2009.

Pemilihan umum legislatif dari tahun 2004 sampai 2009 yang

dilaksanakan di Kabupaten Sragen diikuti oleh banyak partai politik yang

berimplikasi pada ketatnya persaingan antar partai politik dalam perebutan suara

pemilih. Segala strategi,taktik, dan cara dilakukan oleh semua partai politik untuk

memenangkan pemilu ini. Hal ini kemudian yang menunjukkan seberapa besar

pengaruh partai politik terhadap masyarakat, khususnya Partai Demokrat dalam

kehidupan perpolitikan di Sragen.

Partai Demokrat memang tidak mendapatkan mayoritas suara, tetapi

Partai Demokrat tetap mendapatkan perolehan suara yang tinggi sebagai partai

baru dan mendapat respon positif dari masyarakat. Dapat dilihat dari banyaknya

kursi yang didapat pada pemilu di Kabupaten Sragen. Partai Demokrat menempati

posisi ketiga dengan perolehan tujuh kursi di DPRD pada pemilu 2009 dan pada

tahun 2004 sendiri Partai Demokrat menempati posisi keempat dan mendapat

empat kursi di DPRD serta dapat menyingkirkan PPP, PKB dan partai-partai lama

yang berada di Sragen. Padahal pada kasus yang lain partai-partai yang notabene

sama-sama partai baru tidak seberhasil Partai Demokrat. Hal inilah yang membuat

menarik dikaji karena untuk melihat bagaimana perjalanan Partai Demokrat di

Kabupaten Sragen pada saat pemilu legislatif tahun 2004-2009.

9

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi sosial dan politik Partai Demokrat pada

pemenangan pemilu legislatif tahun 2004-2009 di Kabupaten

Sragen?

2. Bagaimana aktivitas Partai Demokrat dalam masyarakat untuk

memberdayakan fungsi partai di Kabupaten Sragen tahun 2004-

2009?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi sosial politik Partai Demokrat pada

pemenangan pemilu legislatif tahun 2004-2009 di Kabupaten Sragen.

2. Untuk mengetahui aktivitas Partai Demokrat dalam masyarakat untuk

memberdayakan fungsi partai di Kabupaten Sragen tahun 2004-2009.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

1. Untuk menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan

Ilmu Sejarah, khususnya dalam kajian kepartaian.

2. Penelitian ini dapat menjadi acuan atau literatur untuk lebih

mengetahui Partai Demokrat di daerah.

b. Manfaat praktis

1. Dapat menarik keinginan peneliti lain untuk berpartisipasi dan

mengkaji partai politik lainnya di daerah.

10

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai keberadaan Partai Demokrat di Kabupaten Sragen.

E. Tinjauan Pustaka

Miriam Budiharjo dalam bukunya berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik

(edisi revisi), yang diterbitkan tahun 2008 menjelaskan eksistensi dari suatu partai

politik merupakan suatu keharusan karena partai politik merupakan sarana bagi

warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan

negara. Partai politik merupakan organisasi yang dimaksudkan untuk

mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu,

memberikan jalan kompromi bagi pendapat-pendapat yang saling bersaing serta

menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara sah dan damai. Dengan

demikian dapat disimpulkan tidak ada sistem politik yang berlangsung tanpa

adanya partai politik. Adanya partai politik dianggap sebagai wadah untuk

menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan

orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Jadi, secara umum partai politik adalah

suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-

nilai, dan cita-cita yang sama.

Partai politik di negara demokrasi berfungsi sebagai pertama, sarana

komunikasi politik dimana partai politik memperbincangkan dan

menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Partai

politik memaikan peran sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang

diperintah. Kedua, partai politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi politik.

11

Pelaksanaan fungsi sosialisasinya dilakukan melalui berbagai cara, yaitu media

massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader, penataran, dan sebagainya.

Sisi lain dari sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra bahwa partai

politik memperjuangkan kepentingan umum. Ketiga, partai politik berfungsi

sebagai sarana rekrutmen politik. Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi

kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan

nasional. Untuk kepentingan internal, setiap partai butuh kader-kader yang

berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai

yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Rekrutmen

politik menjamin kontuinitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah

satu cara untuk menajring dan melatih calon-calon pemimpin. Keempat, sebagai

sarana pengatur konflik, dimana partai politik memiliki peran untuk membantu

mengatasinya atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga

akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.

Klasifikasi partai politik dibedakan dari segi komposisi dan fungsi

keanggotaannya, partai politik diklasifikasikan menjadi partai massa dan partai

kader. Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah

anggota, biasanya terdiri dari pendukung dari pelbagai aliran politik dalam

masyarakat. Kelemahannya adalah masing-masing aliran cenderung memaksakan

kepentingan masing-masing sehingga persatuan dalam partai lemah. Sedangkan,

partsi kader mementingkan keketatan dalam organisasi dan disiplin kerja dari

anggota-anggotanya. Pimpinan partai menjaga kemurnian doktrin politik yang

12

dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan

memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai.

Firmanzah dalam bukunya berjudul Mengelola Partai Politik yang terbit

tahun 2008 menjelaskan bahwa sebenarnya fenomena partai politik adalah

perkembangan terkini dari pergulatan politik. Organisasi partai politik tidak hanya

bertujuan untuk mengorganisasi beragam ide, gagasan, kepentingan dan tujuan

politik yang sama. Kehadiran partai politik juga sangat terkait dengan sistem

parlemen. Kemunculan atau musnahnya partai politik juga merupakan hasil dari

perubahan sistem politik. Perubahan sistem politik yang dianut oleh suatu negara

dapat mengurangi jumlah partai politik atau sebaliknya justru memperbanyaknya.

Partai politik adalah institusi yang dianggap penting dan sine qua non

dalam sistem demokrasi modern. Partai politik memainkan peran sentral dalam

menjaga pluralisme ekspresi politik dan menjamin adanya partisipasi politik,

sekaligus persaingan politik. Sukses tidaknya perjuangan politik suatu partai akan

sangat ditentukan oleh dukungan semua politisi dan sistem internal organisasi

partai. Selain itu, partai politik perlu membangun basis ideologi politik yang kuat

sekaligus tidak menciptakan semangat fanatisme berlebihan para politisinya.

Partai politik sendiri tidak digerakkan oleh mesin dan teknologi tetapi

oleh manusia-manusia yang ada di dalamnya. Dan manusia-manusia yang ada di

dalam partai politik adalah para politikus. Sehingga kualitas partai politik akan

sangat ditentukan oleh kualitas politikusnya. Namun, partai politik ditempatkan

sebagai yang tidak hanya bergantung pada para politisinya, tetapi juga memiliki

kemampuan untuk mencetak politisi dan calon pemimpin.

13

Pemberdayaan partai politik sebagai suatu organisasi dilihat dengan tidak

mendudukkan partai dibawah bayang-bayang para politisi yang ada di dalamnya.

Selain itu, kemampuan partai politik untuk terus-menerus beradaptasi dengan

perubahan yang ada di dalam masyarakat merupakan hal yang penting. Sehingga,

partai politik memiliki tanggung jawab untuk terus memperhatikan situasi dan

kondisi masyarakat, sekaligus mengembangkan solusi yang dapat digunakan

untuk menyelesaikannya melalui program-program politiknya.

Dalam buku karangan Kacung Marijan yang terbit tahun 2011 berjudul

Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru berisi dimana

munculnya partai-partai politik di Indonesia berbanding lurus dengan tumbuhnya

proses demokratisasi. Di samping didorong oleh iklim demokrasi, munculnya

partai-partai juga tidak lepas dari karakteristik masyarakat Indonesia yang

majemuk. Masyarakat Indonesia yang plural memberi kontribusi yang tidak kecil

bagi lahirnya partai-partai politik dan sistem multipartai.

Setelah runtuhnya pemerintahan Orde Baru, partai-partai politik tumbuh

subur pada 1998 dan awal 1999. Kelompok-kelompok yang sebelumnya terpaksa

harus berfusi ke dalam partai tertentu melepaskan diri dan mendirikan partai

sendiri-sendiri. Hal ini terlihat dari lahirnya partai-partai yang didirikan oleh para

politisi yang sebelumnya berafiliasi dengan PPP, Golkar, dan PDI. Selain itu,

terdapat partai-partai baru yang berusaha untuk keluar dari pakem tiga partai itu

seperti PRD dan PUDI.

Partai-partai baru itu muncul secara bersamaan ketika keran demokrasi

baru dibuka. Tetapi ketika tataran demokrasi sudah mulai berjalan,

14

kemunculannya relatif berkurang. Sebagaimana yang terlihat pada pemilu 2004

dimana partai-partai baru lebih sedikit dibandingkan pada pemilu 1999. Tetapi,

hal itu tidak berarti bahwa pemilu-pemilu selanjutnya tidak akan ada lagi partai

baru. Hal itu dikarenakan pertama, Indonesia merupakan negara yang baru

berproses menjadi demokrasi sehingga masih mencari pola bernegara, termasuk di

dalamnya pola berpartai. Kedua, belum adanya aturan yang ketat di dalam pemilu

mengenai masuknya partai baru di dalam arena pemilu. Ketiga, pada pemilu 2004

terdapat fenomena dua partai di luar lima besar parta pada pemilu 1999 yang

memperoleh dukungan cukup signifikan, yaitu Partai Demokrat (PD) dan Partai

Keadilan Sejahtera (PKS). Hal serupa terjadi pada pemilu 2009, yaitu Partai

Gerindra dan Partai Hanura. Fenomena demikian terjadi karena suara para pemilih

masih belum terikat kuat kepada partai-partai yang ada, sehingga masih

memungkinkan untuk berpindah mencari alternatif.

Buku berjudul Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas

karangan Firmanzah yang terbit tahun 2012 berisi tentang partai politik sebagai

agen sosial dimana peranan partai politik menjadi sangat penting. Kader-kader

partai politiklah yang banyak mewarnai kebijakan melalui wakil-wakilnya yang

duduk dalam badan legislatif maupun eksekutif. Jadi, partai politik mempunyai

tanggung jawab sosial untuk menciptakan masyarakat adil, makmur, dan

sejahtera. Selain sebagai agen sosial, partai politik juga dianggap sebagai pelayan

publik. Hal ini dilakukan partai politik untuk membantu menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat melalui perjuangan

ideologi mereka yang tercermin dalam program kerja dan platform partai. Menjadi

15

pelayan publik berarti bahwa keberadaan partai politik dimaksudkan untuk

melayani kepentingan masyarakat secara luas, bangsa dan negara. Partai politik

berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi publik. Partai

politik juga dianggap sebagai agen pembaharuan dimana partai politik memiliki

visi dan tujuan jangka panjang tentang mau dibawa kemanakah bangsa serta

negara dikembangkan. Partai politik dianggap memiliki kemampuan untuk

merealisasikan terobosan ide dan gagasan dalam masyarakat serta selalu

memikirkan inovasi yang tiada henti guna mencari pemecahan permasalahan yang

dihadapi. Dan yang terakhir partai politik dianggap sebagai harapan sosial. Partai

politik harus memiliki tujuan untuk menyejahterakan seluruh rakyat.

Dalam buku Marketing Politik karangan Firmanzah yang terbit tahun

2012 dijelaskan tentang kampanye politik dan perjalanan pemilu di Indonesia.

Kampanye politik merupakan suatu ajang maneuver politik untuk menarik

sebanyak mungkin pemilih dalam pemilu sehingga bisa meraih kekuasaan, oleh

sebab itu segala cara akan dilakukan untuk dapat mencapai target yang sudah

ditentukan. Pandangan tersebut menegaskan bahwa kampanye politik adalah

sebagian dari marketing politik. Kampanye politik biasanya juga dipandang

sebagai suatu proses interaksi intensif dari partai politik kepada public dalam

kurun waktu tertentu menjelang pemilihan umum. Sehingga, kampanye politik

adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan untuk

memaparkan program-program kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus

memobilisasi masyarakat agar memberikan suara pada waktu pencoblosan.

16

Tulisan dari Sutanto, 2011, Strategi Partai Demokrat dalam Pemenangan

Pemilu Legislatif 2009 di Kota Semarang, Skripsi, Jurusan Hukum dan

Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Isi skrips

ini berfokus pada strategi yang digunakan Partai Demokrat dan kendala-kendala

yang dihadapi dalam pemenangan pemilu 2009 di Kota Semarang. Strategi

tersebut antara lain komunikasi yang meliputi jaringan kekuasaan tingkat local,

sosialisasi, event, kampanye, money politics, dan pencitraan. Melalui strategi

tersebut Partai Demokrat memperoleh suara 196.766 suara diseluruh daerah Kota

Semarang sekaligus menjadi partai pemenang dalam pemilu legislative 2009 di

Kota Semarang.

Tulisan dari Dyah Ayu Sulistyawati, 2013, Studi Partai Demokrat Pada

Pilkada 2005 Di Kabupaten Rembang, Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan UNS. Isi skripsi ini

berfokus pada Partai Demokrat sebagai partai pemenang di pemilihan kepala

daerah tahun 2005 di Kabupaten Rembang. Langkah awal yang dilakukan Partai

Demokrat untuk memenangi pilkada 2005 di kabupaten Rembang adalah dengan

melaksanakan koordinasi secara rutin dan membentuk sebuah organisasi yang

bernama Badan Pemenangan Pemilu (BAPPILU) Dewan Pimpinan Cabang Partai

Demokrat kabupaten Rembang. Kemudian Partai Demokrat mencalonkan H.

Moch. Salim sebagai pengusaha terkenal di kabupaten Rembang yang menguasai

bidang perikanan dan perkayuan. Salim mempunyai pengaruh yang besar terhadap

masyarakat Rembang. Pasangannya adalah H. Yaqut Cholil Qoumas yang

merupakan tokoh dari kalangan agamis yang cukup terkenal di kabupaten

17

Rembang. Yaqut dikatakan sebagai figur sesepuh kyai di Rembang yang sangat

berpengaruh terhadap masyarakat Rembang. Perpaduan figur pengusaha dan figur

tokoh agama menjadi kekuatan yang besar untuk memenangkan pilkada 2005.

Terbukti, hasil akhir pilkada 2005 kabupaten Rembang pasangan tersebut menang

mutlak di setiap kecamatan yang ada di kabupaten Rembang.

Strategi lain Partai Demokrat selain mencalonkan tokoh masyarakat yang

berpengaruh di Kabupaten Rembang, yaitu dengan membidik kondisi masyarakat

Rembang dari aspirasi yang dikumpulkan oleh BAPPILU. Strateginya adalah

mencetuskan program-program kebijakan yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat Rembang secara menyeluruh, sehingga dapat menyentuh segala

golongan yang ada. Pendidikan gratis, pelayanan kesehatan gratis, jaminan

kehidupan bagi warga miskin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Rembang.

Strategi yang dilakukan Partai Demokrat dalam memenangi pilkada 2005

di kabupaten Rembang adalah membangun koalisi yang tepat dengan partai

Islami, yaitu PKB, dan memilih figur calon yang berpengaruh di kabupaten

Rembang. Tokoh kapitalis dan agamawan sangat berpengaruh di kabupaten

Rembang. Hal itu disesuaikan dengan sosiokultur masyarakat Rembang.

Perbedaan skripsi diatas dengan penelitian ini adalah pada tulisan Sutanto

mengulas tentang strategi Partai Demokrat berupa strategi komunikasi dan

pencitraan, dimana strategi yang dilakukan seperti money politics, event,

pencitraan figur, dan citra partai. Sedangkan penelitian ini lebih befokus pada

strategi politik seperti pendidikan politik, rekrutmen kader, konsolidasi,

18

kampanye, sosialisai serta strategi sosial yang berupa aktivitas langsung kepada

masyarakat. Kemudian penelitian Dyah Ayu Sulistyawati berfokus pada strategi

pemilihan kepala daerah, sedangkan penelitian ini berfokus pada strategi

pemilihan umum legislatif. Selain itu penelitian ini tidak hanya berbicara tentang

Partai Demokrat saja, tetapi juga berbicara tentang pengaruhnya terhadap

masyarakat dimana strategi yang dilakukan Partai Demokrat berupa strategi

politik dan sosial yang menyasar kepada masyarakat di Kabupaten Sragen untuk

meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat.

F. Metode Penelitian

Sejarah memiliki metode sendiri dalam mengungkapkan peristiwa masa

lampau. Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip

sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya

secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil dalam bentuk tulisan10

.

Seorang sejarawan dalam memulai penulisan sejarah, harus mengumpulkan

sumber secara sistematis yang berkaitan dengan kejadian-kejadian masa lampau.

Hal ini untuk menguji kebenaran, sehubung dengan sebab akibat kecenderungan

kajian tersebut yang dapat menerangkan kejadian masa kini dan mengantisipasi

masa yang akan datang.

Penelitian Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif Tahun 2004-2009 di

Kabupaten Sragen ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan

suatu metode yang digunakan untuk menguji dan menganalisi secara kritis

10

Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 1999), hlm. 43-44

19

rekaman dan peninggalan masa lalu dan merekontruksi secara imajinatif masa lalu

tersebut berdasarkan data yang diperoleh.11

Metode sejarah merupakan cara yang

digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap dan fakta yang obyektif agar

sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga terbukti secara ilmiah. Metode sejarah

mempunyai empat tahap proses penelitian.

Tahap pertama adalah Heuristik yaitu proses pengumpulan sumber-

sumber sejarah. Dalam proses ini dilakukan dengan pengumpulan sumber data

sebanyak-banyaknya yang masih dalam cakupan tema dan permasalahan yang

akan diteliti. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer diperoleh melalui studi dokumen atau arsip dan wawancara

dengan pelaku, sedangkan sumber sekunder diperoleh melalui studi pustaka.

Tahap Heuristik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Studi Dokumen

Pada penelitian ini dokumen yang digunakan adalah dokumen-

dokumen yang tersimpan di Kantor DPC Partai Demokrat Kabupaten

Sragen yang relevan dengan penelitian.

b. Wawancara

11

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1993), hlm. 2

20

Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan

data keterangan tentang kehidupan dalam masyarakat.12

Metode

wawancara merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan

keterangan secara lisan dari seorang informan, bercakap-cakap dan

berhadapan dengan orang itu. 13

Wawancara atau sumber sejarah lisan

dilakukan dengan beberapa orang yang mampu memberikan informasi

sesuai dengan tema yang diambil. Wawancara dilakukan dengan Ketua

DPC Partai Demokrat Kabupaten Sragen bernama Joko Saptono,

Sekretaris DPC Partai Demokrat Kabupaten Sragen bernama Heru

Hernando, M. Kelik Hermawan sebagai Pengurus Harian DPC Partai

Demokrat Kabupaten Sragen, Mualim sebagai Wakil Bidang Organisasi,

Kaderisasi, dan Keanggotaan DPC Partai Demokrat Kabupaten Sragen,

beserta beberapa masyarakat di Kabupaten Sragen.

c. Studi Pustaka

Sebagai pendukung sekaligus sebagai kerangka dasar teori, maka

penelitian ini menggunakan sumber-sumber pustaka, berupa buku-buku

karya ilmiah atau buku pengetahuan, dapat pula berupa majalah, artikel

dan koran. Dengan studi pustaka ini diharapkan mampu menambahkan

teori dan konsep yang diperlukan untuk penelitian. Studi perpustakaan ini

dilakukan di Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan FIB UNS dan

Monumen Pers.

12

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:

Gramedia, 1983), Hlm. 10 13

Ibid., hlm 129

21

Kritik Sumber adalah tahap kedua dalam metode sejarah yang dilakukan

dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang otentik dan kredibel. Kritik

sumber penting bagi peneliti untuk dapat menyaring informasi yang didapat

selama proses pengumpulan data. Kritik sumber terbagi menjadi dua, yaitu: kritik

ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern bertujuan untuk mencari autentisitas atau

keaslian sumber. Pada Umumnya, arsip yang terdapat dalam lembaga resmi dapat

segera diketahui otentisitasnya. Kedua, kritik intern yang dilakukan untuk

menguji kebeneran atau kredibilitas suatu sumber sejarah dengan cara menyelidiki

objek dokumen sejarah untuk membuktikan keaslian fakta sejarah, sehingga

didapatkan data yang proporsional tentang informasi yang ingin disampaikan.

Tahap ketiga Interpretasi adalah penafsiran data-data yang dimunculkan

dari data yang sudah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan

sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori

disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi menyeluruh.14

Dalam penyusunan

studi ini, digunakan dua teknik analisis yaitu teknik analisis sejarah kritis dan

teknik analisis deskriptif naratif. Teknik analisis sejarah kritis adalah proses

pengumpulan data kemudian menyeleksi dan mengkritiknya agar mendapat

autensitas dan kredibilitas dari data tersebut. Sedangkan teknik analisis deskriptif

naratif yaitu menguji secara kritis sumber peninggalan dan dokumentasi masa

lampau dan kemudian menyusunnya kembali secara kronologis sehingga

menghasilkan suatu karya sejarah.

14

Louis Goutschalk, Mengerti Sejarah (terjemahan dari Nugroho

Notosusanto), (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1983), hlm. 64.

22

Tahap terakhir adalah Historiografi yang merupakan proses penyajian

hasil penelitian yang berupa penyusunan fakta-fakta dalam suatu sintesa kisah

sejarah berdasarkan data-data yang sudah dianalisa. Di sinilah pemahaman dan

interpretasi atas fakta sejarah itu ditulis dalam bentuk kisah sejarah yang menarik

dan logis serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya kemudian disajikan

dalam bentuk penulisan deskriptif. Permasalahan tentang partai politik dapat

ditinjau dari berbagai macam teori. Pada penelitian ini secara lebih spesifik akan

berupaya mengunakan teori dari ilmu politik untuk lebih dapat menjelaskan

tentang Partai Demokrat pada pemilu legislatif tahun 2004-2009 di Kabupaten

Sragen.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian, pembagian ini

dimaksudkan untuk mempermudah pembabagan berdasarkan kronologi kejadian.

Sistematika dalam penulisan ini terbagi dalam beberapa bab, yaitu sebagai

berikut:

Bab I : berisi Pendahuluan, dalam bab ini meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : berisi tentang latar belakang pendirian Partai Demokrat

secara umum, membahas platform partai, kemudian Partai Demokrat di

Kabupaten Sragen yang berisi tentang pendirian DPC Partai Demokrat Kabupaten

Sragen, Kewajiban DPC Partai Demokrat, dan Hak DPC Partai Demokrat

23

Kabupaten Sragen, serta struktur organisasi kemudian sub bab terakhir membahas

gambaran umum sosial politik Kabupaten Sragen.

Bab III : berisi tentang strategi sosial dan politik yang dilakukan

Partai Demokrat dalam pemilu legislatif tahun 2004-2009 di Kabupaten Sragen.

Bab ini meliputi strategi politik Partai Demokrat, kemudian strategi sosial Partai

Demokrat, dan .yang terakhir hasil pemilu tahun 2004 dan 2009 di Kabupaten

Sragen.

Bab IV : berisi tentang DPC Partai Demokrat dalam masyarakat

tahun 2004-2009 di Kabupaten Sragen yang meliputi program kerja umum,

aktivitas DPC Partai Demokrat Kabupaten Sragen dalam masyarakat melalui

program-program kerjanya, dan respon masyarakat terhadap Partai Demokrat.

Bab V : berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban terhadap

rumusan masalah yang ada dalam bab I.