bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/2890/2/bab i_risa...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan
perubahan berskala besar. Perubahan besar akan selalu berkaitan dengan
penentuan strategi. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan
membentuk sumber daya manusia yang mampu bekerja secara bersama-sama.
Manusia dalam sebuah perusahaan memiliki peran sentral dalam
menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan.
Manajemen sumber daya manusia yang dilaksanakan dengan baik akan
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam usaha mencapai sasaran
organisasi atau perusahaan (Triton, 2005). Peranan sumber daya manusia bagi
perusahaan tidak hanya dilihat dari hasil produktivitas kerja tetapi juga dilihat
dari kualitas kerja yang dihasilkan. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai
tujuannya tidak terlepas dari peran karyawan, karena karyawan bukan
semata-mata menjadi objek dalam mencapai tujuan perusahaan tetapi juga
menjadi subjek atau pelaku.
Pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal yang kompleks dan
perlu terus dikembangkan terutama yang berkaitan dengan keterlibatan,
pemberdayaan, dan insentif yang kemudian mengarah kepada perilaku
kompetitif (Prasetyo, 2016). Dari pernyataan yang dikemukakan oleh
Prasetyo tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu elemen penting dalam
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
2
rangka meningkatkan produktivitas perusahaan untuk dapat mencapai
keunggulan kompetitif di suatu industri atau perusahaan yaitu keterlibatan
kerja karyawan.
Menurut Lodahl & Kejner dalam Aryaningtyas & Suharti (2013)
keterlibatan kerja didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang
mengidentifikasi secara psikologis dengan pekerjaannya atau pentingnya
pekerjaan dalam citra diri individu. Seorang karyawan dikatakan terlibat
dalam pekerjaannya apabila karyawan tersebut dapat mengidentifikasikan diri
secara psikologis dengan pekerjaannya dan menganggap kinerjanya penting
untuk dirinya, selain untuk organisasi (Prihatini, 2013).
Keterlibatan kerja merupakan variabel yang sangat penting dalam
proses kerja di sebuah industri atau organisasi. Sayangnya, keterlibatan kerja
belum banyak menjadi perhatian organisasi atau industri di Indonesia dalam
menjalankan dinamika organisasi yang ada. Kondisi mengenai keterlibatan
kerja ini terlihat dari beberapa hasil survei yang menunjukkan bahwa belum
banyak industri atau organisasi di Indonesia yang memperhatikan dengan
baik keterlibatan kerja karyawannya. Hasil survei yang dilakukan oleh The
World Bank pada tahun 2013 dalam Prasetyo (2016) menunjukkan bahwa
pada tahun 2013 presentase karyawan di Indonesia yang benar-benar terlibat
dalam pekerjaannya sebesar 67,7%. Jumlah tersebut menurun dari tahun
sebelumnya yang menunjukkan presentase 67,8% karyawan di Indonesia
yang benar-benar terlibat dalam pekerjaannya. Survei lain yang dilakukan
oleh Trading Economics (dalam Prasetyo, 2016) menunjukkan bahwa pada
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
3
tahun 2014 hanya 69,17% karyawan di Indonesia yang benar-benar terlibat
dalam pekerjaannya. Prosentase 69,17% menurun dari tahun 2013 yang
mana pada tahun 2013 presentasi karyawan di Indonesia yang benar-benar
terlibat dalam pekerjaannya adalah 69,21%.
Keterlibatan kerja pada prakteknya berkaitan erat dengan tingkat
absensi, kadar permohonan berhenti bekerja dan berkeinginan berpartisipasi
dalam suatu tim atau kelompok kerja (Kartiningsih, 2007). Pernyataan yang
dikemukakan oleh Kartiningsih tersebut selaras dengan penelitian Prasetyo
(2016) yang menjelaskan bahwa keterlibatan kerja merupakan salah satu
variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi di dalam
organisasi, seperti tingkat absenteeism dan turnover. Hal tersebut terjadi
karena keterlibatan kerja dapat menunjukkan tingkat integrasi antara
karyawan dengan pekerjaannya. Jika karyawan menyatu dengan
pekerjaannya, maka pekerjaan akan dipandang sebagai sesuatu yang sangat
penting, akan lebih melibatkan diri serta menyediakan lebih banyak waktu
untuk melakukan pekerjaan. Akibatnya, karyawan yang memiliki keterlibatan
kerja tinggi akan bersedia untuk kerja lembur, jarang terlambat, serta
memiliki tingkat absen yang rendah.
Individu yang memiliki keterlibatan kerja yang rendah adalah individu
yang memandang pekerjaan sebagai bagian yang tidak penting dalam
hidupnya, memiliki rasa kurang bangga terhadap perusahaan, kurang
berpartisipasi dan kurang puas dengan pekerjaannya. Sedangkan karyawan
yang memiliki keterlibatan kerja tinggi terhadap pekerjaannya ditandai
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
4
dengan karyawan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pekerjaan,
adanya perasaan terikat secara psikologis terhadap pekerjaan yang ia lakukan
dan keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan
pekerjaan (Robbins, 2001).
Keterlibatan kerja merupakan suatu faktor yang penting dalam
kehidupan banyak orang (Blau & Boal, 1987). Keterlibatan kerja terjadi
karena aktivitas kerja dapat menyita waktu yang besar dari kehidupan
manusia. Pada umumnya, keterlibatan kerja yang rendah terjadi pada
karyawan yang bekerja paruh waktu. Hasil penelitian terkait dengan
keterlibatan kerja ini ditunjukkan dalam sebuah penelitian bahwa keterlibatan
kerja dalam karyawan penuh waktu menunjukkan hasil lebih tinggi daripada
karyawan paruh waktu (Khan, 2011). Menurut Cohen (2003), pekerjaan
paruh waktu merupakan pekerjaan dengan jadwal kerja yang fleksibel
daripada jadwal kerja penuh waktu sehingga karyawan dapat menyesuaikan
jadwal kerja sesuai dengan waktu kerja yang diinginkan. Bekerja paruh waktu
juga dapat dipahami bahwa jadwal kerja yang dilaksanakan minimal 20 jam
dalam seminggu namun tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu (Ronen,
dalam Sasmita 2015).
Di rumah makan Waroeng Sambal, terdapat 3 macam waktu kerja
yang dikenakan untuk karyawan yaitu waktu kerja mulai dari pagi hingga
siang (08.00 – 14.00), siang hingga malam (14.00 – 22.00), dan yang terakhir
adalah waktu kerja dari pagi hingga malam (08.00 – 22.00) yang biasa
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
5
disebut dengan lembur. Karyawan diberi kesempatan libur satu hari dalam
seminggu kecuali hari Sabtu dan Minggu.
Pada jam-jam kerja tersebut, karyawan akan bekerja berdasarkan
kesigapan dalam melihat kondisi rumah makan yaitu apabila rumah makan
sedang ramai, maka karyawan harus bekerja dengan cepat agar dapat
memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan. Namun pada
kenyataannya, masih sering terjadi miskomunikasi antar karyawan dalam
pembagian tugas tersebut. Selain itu, masih terlihat beberapa karyawan yang
duduk sambil berbincang-bincang dengan temannya padahal nampak
beberapa meja makan yang belum dibereskan dari sisa makanan pelanggan.
Karyawan terlihat berjalan dengan santai dari meja satu menuju meja lainnya
sambil membawa kain lap. Beberapa karyawan juga terlihat tidak tersenyum
ketika memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dari perilaku yang
dimunculkan karyawan tersebut, maka dapat mengindikasikan pada perilaku
keterlibatan kerja karyawan itu sendiri.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan Rumah
Makan Waroeng Sambal berinisial DC pada tanggal 12 Maret 2017 pukul
16.00 WIB, diperoleh informasi bahwa DC sudah bekerja sejak awal
dibukanya Waroeng Sambal yaitu sejak bulan Maret 2016. DC adalah
seorang laki-laki berusia 27 tahun dan sudah menikah. Sebelum bekerja di
Waroeng Sambal, DC sudah pernah bekerja di pelayaran dan pernah bekerja
sebagai sales marketing. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh DC membuat
DC merasa percaya diri untuk bisa bekerja di Rumah Makan Waroeng
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
6
Sambal. DC bekerja di bagian operasional yang mengharuskan dirinya
memberikan pelayanan kepada pelanggan mulai dari menyapa pelanggan
yang datang, menawarkan menu makanan, bergegas membersihkan meja
makan agar siap pakai, dan tidak lupa untuk tetap memberikan salam dan
senyum kepada pelanggan.
Di Rumah Makan Waroeng Sambal, DC harus bekerja selama 6 hari
dan mendapatkan jatah libur pada hari Kamis. Bagi DC, bekerja di Waroeng
Sambal tidak semenantang dibandingkan pengalaman-pengalaman kerja yang
dimiliki DC sebelumnya. Ketika berada di tempat kerja, DC seringkali
merasa jenuh sendiri karena ritme bekerja yang dirasakannya sangat
monoton. DC beranggapan bahwa dirinya yang terbiasa bekerja di luar
ruangan, menjadi merasa bosan ketika berada di Rumah Makan Waroeng
Sambal. Ketika ingin berangkat bekerja, DC seringkali berangkat dengan
waktu yang sangat mendesak bahkan seringkali terlambat meskipun hanya 5-
10 menit. Perilaku DC untuk tidak berangkat dengan tepat waktu karena DC
berfikiran bahwa pekerjaannya tidak akan terbengkalai meskipun tidak
dikerjakan dengan segera. DC pun beranggapan bahwa masih ada banyak
karyawan lain yang sudah berada di tempat kerja sehingga pelayanan di
Rumah Makan tidak akan terhambat.
Padahal, setelah dilakukan konfirmasi kepada Kepala Waroeng
Sambal berinisial FR, semua karyawan diwajibkan datang tepat waktu untuk
menyiapkan berbagai peralatan di Waroeng Sambal. Meskipun karyawan
berstatus sebagai karyawan operasional, kepala warung memberikan
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
7
pembagian jobdesk bagi masing-masing karyawan dalam melakukan
pengecekan-pengecekan barang yang harus rutin dilakukan setiap pagi
sebelum banyak pelanggan yang datang. Pengecekan barang yang harus
dilakukan oleh karyawan yaitu terkait dengan ketersediaan bahan baku yang
diperlukan bagi rumah makan.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan lainnya
berinisial US yang berjenis kelamin perempuan pada tanggal 21 Maret 2017,
diperoleh informasi bahwa karyawan US merupakan lulusan sekolah
menengah atas dan sudah bekerja di Waroeng Sambal selama 10 bulan.
Karyawan US merasa bahwa bekerja di Rumah Makan Waroeng Sambal
adalah nasib yang harus ia jalani. Sebelumnya, US pernah bekerja di sebuah
pabrik di daerah Sumedang. Setelah kontrak kerjanya habis, US memutuskan
untuk merantau ke Purwokerto dan bekerja di Rumah Makan Waroeng
Sambal. Namun, US mengungkapkan bahwa bekerja di Waroeng Sambal
tidak membuat dirinya berkembang karena tidak pernah dilakukan evaluasi
terkait dengan pekerjaan yang sudah dikerjakan US. Sejak awal masuk
sebagai karyawan bagian operasional, US hanya mendapat pengarahan dari
kepala warung terkait standar kerja yang harus dilakukan, misalnya cara
berpakaian bagi karyawan perempuan, bagaimana cara membersihkan meja
dari sisa makanan, tugas-tugas merekap adanya stok bahan baku, dan lain
sebagainya.
Sejauh ini, karyawan US bekerja dengan kemampuannya yang apa
adanya tanpa ada ambisi untuk mencapai suatu hal. Ketika suasana rumah
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
8
makan sedang ramai, US tidak akan menambah kecepatan kerjanya dengan
anggapan bahwa pelanggan pasti akan memaklumi keadaan rumah makan
yang sedang ramai. Pada suatu ketika, US merasa jengkel ketika jam-jam
ramai di rumah makan yaitu jam makan siang dan jam makan malam namun
ada beberapa teman kerjanya yang tidak berangkat bekerja tanpa alasan yang
jelas. US merasa bahwa seolah-olah semua pekerjaan menjadi
tanggungjawabnya. Oleh sebab itu, US merasa bahwa apa yang sudah
dikerjakan dan diberikan kepada managemen Rumah Makan Waroeng
Sambal tidak berarti apa-apa karena dirinya sudah merasa bekerja ekstra
tenaga namun temannya yang membolos juga dibiarkan saja.
Dari pengalamannya tersebut, US menjadi enggan untuk peduli
dengan keadaan yang terjadi di tempat kerjanya. US sudah memiliki prinsip
dengan mengatakan bahwa “aku cuma akan bekerja seperlunya bukan yang
seharusnya”. Kalimat yang diucapkan oleh US menunjukkan bahwa US tidak
akan melibatkan diri secara berlebihan pada pekerjaannya di Rumah Makan
Waroeng Sambal.
Brown (dalam Prihatini, 2013) mengatakan bahwa keterlibatan kerja
merujuk pada tingkat dimana seseorang secara psikologis memihak kepada
organisasinya dan pentingnya pekerjaan bagi gambaran dirinya. Robbins
(2001) menambahkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat keterlibatan
yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan
yang mereka lakukan. Seseorang yang memiliki keterlibatan yang tinggi akan
melebur dalam pekerjaan yang sedang ia lakukan.
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
9
Keterlibatan kerja akan membuat seseorang dapat mengeluarkan
kemampuan terbaiknya dalam melakukan pekerjaan karena ia terlibat dalam
pekerjaan tersebut. Menurut Akhtar & Singh (dalam Aryaningtyas & Suharti ,
2013) keterlibatan kerja timbul sebagai respon terhadap suatu pekerjaan atau
situasi tertentu dalam lingkungan kerja. Teori Pertukaran Sosial (Social
Exchange Theory), menjelaskan bahwa karyawan cenderung melihat apakah
terdapat sikap atau perilaku menguntungkan dari organisasi yang muncul dari
hubungan pertukaran yang terjadi antara karyawan dan pimpinan organisasi.
Teori pertukaran sosial ini menunjukkan betapa pentingnya peran dukungan
organisasional untuk para karyawan. Apabila karyawan percaya bahwa
organisasi menyediakan dukungan yang mereka perlukan, menilai kontribusi
mereka, dan peduli tentang kesejahteraan mereka, maka hal ini dapat
meningkatkan keterlibatan kerja karyawan (Rhoades & Eisenberger dalam
Aryaningtyas & Suharti, 2013).
Namun pada kenyataannya, karyawan memiliki persepsi masing-
masing terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Persepsi tersebut dapat
berbeda-beda antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. Persepsi
karyawan mengenai sejauh mana perusahaan dapat menghargai kontribusi
mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka disebut dengan perceived
organizational support (Rhoades & Eisenberger, 2002).
Perceived organizational support dapat memberikan sikap atau
perilaku positif karyawan, yaitu ketika karyawan mempunyai sikap positif
maka hal ini juga dapat membantu mencapai tujuan organisasi secara
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
10
keseluruhan (Waileruny, 2014). Perceived organizational support
dipengaruhi oleh berbagai aspek perlakuan karyawan oleh organisasi, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi interpretasi karyawan terhadap
organisasi yang mendasari motif perlakuan tersebut (Eisenberger et al.,
1986). Teori dukungan organisasi mengasumsikan bahwa atas dasar norma
timbal balik, maka karyawan akan merasa berkewajiban untuk membantu
organisasi mencapai tujuannya karena organisasi peduli terhadap
kesejahteraan hidup mereka (Susmiati, 2015).
Rhoades dan Eisenberger (2002) mengungkapkan bahwa perceived
organizational support juga dianggap sebagai sebuah keyakinan global yang
di bentuk oleh tiap karyawan mengenai penilaian mereka terhadap kebijakan
dan prosedur organisasi yang di bentuk berdasarkan pada pengalaman
karyawan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi, penerimaan sumber
daya, interaksi dengan agen organisasinya (misalnya supervisor) dan persepsi
karyawan mengenai kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eisenberger, Huntington,
Hutchison dan Sowa (1986) bahwa karyawan menganggap bekerja adalah
suatu bentuk pertukaran dengan kebutuhan-kebutuhannya sehingga karyawan
selalu melakukan penilaian apakah organisasi mempunyai perhatian terhadap
segala jerih payah yang telah disumbangkan dan mampu memberikan
imbalan yang memadai, atau dengan kata lain, jika karyawan bekerja secara
ekstra, apakah organisasi akan memberikan imbalan yang lebih pula.
Karyawan juga menilai apakah kebutuhan sesio-emosionalnya seperti
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
11
kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan juga terpenuhi. Untuk
menentukan kesiapan organisasi dalam memberikan penghargaan terhadap
setiap jerih payah yang dilakukan dan untuk memenuhi sosio-emosionalnya,
karyawan membentuk suatu keyakinan umum tentang seberapa jauh
organisasi menghargai kontribusi karyawan dan peduli terhadap kesejahteraan
karyawan.
Peran dukungan organisasional menjelaskan bahwa organisasi akan
menyediakan bantuan sesuai yang dibutuhkan oleh karyawan untuk bekerja
secara efektif dan dalam menghadapi situasi yang sulit. Eisenberger et al.
(1986) menjabarkan perceived organizational support sebagai pemahaman
karyawan secara global mengenai tingkat yang mana organisasi peduli
dengan keberadaan dan kontribusi karyawan serta peduli terhadap
kesejahteraan mereka. Jika karyawan menganggap bahwa dukungan
organisasi yang di terimanya tinggi, maka karyawan tersebut akan
menyatukan keanggotaan sebagai anggota organisasi ke dalam identitas diri
mereka dan kemudian mengembangkan hubungan dan persepsi yang lebih
positif terhadap organisasi tersebut.
Eisenberger dalam kutipan Tanudjaja (2013) menjelaskan perceived
organizational support memberikan dampak antara lain pada komitmen
organisasi, keterlibatan pekerja, perilaku menarik diri atau keinginan untuk
keluar dari organisasi serta mampu mengurangi ketegangan yang dialami oleh
pekerja. Perceived organizational support penting bagi karyawan, sebagai
bukti bahwa hasil kerjanya selama berada dalam organisasi terus dihargai.
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
12
Karyawan cenderung melihat apakah ada sikap atau perilaku menguntungkan
dari organisasi yang muncul dari hubungan pertukaran yang terjadi antara
karyawan dan pimpinan organisasi (Dharmasri & Vathsala, 2010). Informasi
di atas dapat menunjukkan pentingnya peran dukungan organisasional untuk
para karyawan. Apabila karyawan percaya bahwa organisasi menyediakan
dukungan yang mereka perlukan, menilai kontribusi mereka, dan peduli
tentang kesejahteraan mereka, maka hal ini dapat meningkatkan keterlibatan
kerja karyawan (Rhoades & Eisenberger, 2002). Hasil penelitian Dharmasri
& Vathsala (2010) tersebut menemukan bahwa perceived organizational
support berpengaruh signifikan positif terhadap keterlibatan kerja.
Penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Aryaningtyas dan Suharti
(2013) membuktikan bahwa perceived organizational support berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keterlibatan kerja. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa keterlibatan kerja timbul sebagai respon terhadap suatu
pekerjaan atau situasi tertentu dalam lingkungan kerja. Dengan kata lain, suatu
jenis pekerjaan atau situasi dalam lingkungan kerja akan mempengaruhi orang
tersebut makin terlibat atau tidak dalam pekerjaannya. Hal ini juga
memperkuat pentingnya memberi dukungan bagi karyawan di tempat kerja.
Kenyataan menunjukkan bahwa dukungan organisasional yang tinggi dapat
menyebabkan karyawan makin terlibat dalam pekerjaannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, adanya perceived organizational
support pada karyawan Rumah Makan Waroeng Sambal dirasa akan dapat
meningkatkan keterlibatan kerja karyawan dalam melakukan pekerjaannya
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
13
agar dapat meningkatkan produktivitas organisasi dan juga guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan
penelitian dan mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh perceived
organizational support terhadap keterlibatan kerja pada karyawan di Rumah
Makan Waroeng Sambal Purwokerto.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh perceived organizational
support terhadap keterlibatan kerja pada karyawan di Rumah Makan
Waroeng Sambal Purwokerto?”
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perceived organizational support terhadap keterlibatan kerja pada karyawan
di Rumah Makan Waroeng Sambal Purwokerto.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Industri dan
Organisasi dan juga sebagai dasar penelitian selanjutnya mengenai
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017
14
pengaruh perceived organizational support terhadap keterlibatan kerja
pada karyawan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
perusahaan dalam mengambil kebijakan yang tepat untuk memberikan
dukungan kepada karyawannya sehingga dapat mendorong dan
meningkatkan keterlibatan kerja sebagai wujud adanya integrasi antara
karyawan dengan pekerjaannya.
Pengaruh Perceived Organizational…, Risa Yuliana, Fakultas Psikologi UMP, 2017