bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/bab i.pdf · jaminan dibagi menjadi 2,...

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka pembangunan ekonomi di Indonesia dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, yang mana para pelakunya meliputi pemerintah maupun masyarakat sebagai orang-perseorangan dan badan hukum, salah satunya adalah dalam bentuk dana, lembaga yang dapat memberikan partisipasi berupa dana ialah perbankan. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan, mempunyai peran penting dalam kehidupan perekonomian nasional. Lembaga tersebut sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund), dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds), sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya, yaitu sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary) dengan adanya penyaluran dana melalui kredit berdasarkan prinsip 5C. 1 Prinsip 5C tersebut ialah kriteria yang dinilai Bank menyalurkan dana dalam bentuk kredit, meliputi: 1) Character (Karakter) 1 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hal 77

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional,

merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka pembangunan ekonomi di Indonesia dibutuhkan

partisipasi dari berbagai pihak, yang mana para pelakunya meliputi

pemerintah maupun masyarakat sebagai orang-perseorangan dan badan

hukum, salah satunya adalah dalam bentuk dana, lembaga yang dapat

memberikan partisipasi berupa dana ialah perbankan.

Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan, mempunyai peran

penting dalam kehidupan perekonomian nasional. Lembaga tersebut sebagai

perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund),

dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds),

sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya, yaitu sebagai

perantara keuangan masyarakat (financial intermediary) dengan adanya

penyaluran dana melalui kredit berdasarkan prinsip 5C.1

Prinsip 5C tersebut ialah kriteria yang dinilai Bank menyalurkan dana

dalam bentuk kredit, meliputi:

1) Character (Karakter)

1 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti, hal 77

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

2

2) Capacity (Kemampuan)

3) Capital (Modal)

4) Collateral (Jaminan)

5) Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

Penyaluran dana melalui Bank dalam bentuk kredit selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya yang dalam angka Rp. 5.952.279.000.000.000

(lima ribu sembilan ratus lima puluh dua trillun dua ratus tujuh puluh

sembilan milyar rupiah) pada tahun 2015, meningkat pada angka Rp.

6.570.903.000.000.000 (enam ribu lima ratus tujuh puluh trilliun sembilan

ratus tiga milyar rupiah) pada tahun 2016 lalu pada tahun 2017 menjadi Rp.

7.177.051.000.000.000 (tujuh ribu seratus tujuh puluh tujuh trilliun lima

puluh satu milyar rupiah). 2

Dalam memenuhi kebutuhan setiap individu memperoleh dengan

berbagai upaya, baik upaya sendiri atau bantuan pihak lain atau harus

diperoleh dari pihak lain karena keterbatasan kemampuan untuk

menyediakan sendiri.

Perbankan sebagai pihak lain yang membantu memenuhi kebutuhan

hidup berupa perjanjian kredit. Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam

instruksi pemerintah dan berbagai surat edaran, antara lain:

1) Instruksi presidium cabinet nomor 15/eka/10/96, yang berisi instruksi

kepada bank bahwa dalam memberikan kredit bentuk apapun, bank-bank

mempergunakan “akad perjanjian kredit”.

2 Otoritas Jasa Keuangan, 2018, Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 16 No. 2, Menara

Radius Prawiro, Jakarta, hal 2-4

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

3

2) Surat Edaran Bank Indonesia unit 1 nomor : 2/539/pemb/1996 tentang

pedoman kebijaksanaan di bidang perkreditan.3

Kredit pada perkembangannya adalah suatu kegiatan pinjam-

meminjam bermula karena adanya kepercayaan antara kreditur percaya

bahwa debitur akan mengembalikan pinjamannya pada saat yang telah

dijanjikan. Dalam arti unsur tersebut berguna dalam rangka pertimbangan

yang menyeluruh dalam mendapatkan atau memperoleh keyakinan dan

kepercayaan untuk terjadinya suatu hubungan atau perikatan hukum dalam

perkreditan tersebut.4

Makin banyak yang mengajukan kredit dengan kondisi ekonomi yang

berbeda-beda, pemberian kredit akan menimbulkan resiko oleh sebab itu

pelaksanaannya harus benar-benar teliti. Maka pemohon kredit (debitur)

harus menyerahkan jaminan dalam pelaksanaan perjanjian kredit. Pihak

perbankan (kreditur) menjadikan jaminan untuk melindungi kredit macet

dikemudian hari.5

Dalam perkreditan istilah jaminan sering bertukar dengan istilah

agunan. Menurut Muhammad Djumhana, apabila yang dimaksud jaminan

itu adalah sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 2 ayat (1) Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28

Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, maka jaminan itu adalah

3 Eva Sartika Siregaar, Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Dengan Jaminan SK

Pegawai Oleh PT. BRI (Persero) Kantor Cabang Iskandar Muda Medan,

https://www.researchgate.net diakses tanggal 25 November 2017 10.08

4 Medina, Fakultas Hukum, 2016, Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan SK

PNS Ditinjau dari Besarnya Gaji (Studi Di PT Bank NTB), hal vii

5 Ibid

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

4

suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai

dengan yang diperjanjikan. 6

Kegiatan penyaluran kredit secara umum membutuhkan adanya

jaminan utang atau yang disebut jaminan kredit (agunan). Kredit melalui

jaminan dibagi menjadi 2, yakni:

a) Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan

tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya

setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi sesuai jaminan yang

diberikan si calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter

serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang

bersangkutan. 7

Agunan yang dijadikan salah satu persyaratan dalam pemberian

kredit, agunan dapat berupa benda yang menurut hukum digolongkan

sebagai barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan dan dapat juga

berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang bergerak

seperti Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS).8

Jaminan berupa surat-surat berharga maupun surat-surat yang berharga yang

6 Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 398

7 Kasmir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hal 101

8 Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta, Kencana, hal 12

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

5

di dalamnya melekat hak tagih, seperti saham, efek, surat keputusan

pengangkatan pegawai negeri sipil atau berupa Surat Keputusan Pensiun

Pegawai Negeri Sipil, dan lain sebagainya.

Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah

mengatur mengenai jaminan umum dan jaminan khusus, namun pada

perkembangannya saat ini ditemukan praktek pemberian kredit kepada

pegawai negeri sipil dengan menjaminkan Surat Keputusan PNS (SK

PNS).9

Menurut pakar hukum J. Satrio dalam bukunya yang berjudul Hukum

Jaminan Hak-Hak Jaminan Kebendaan mengemukakan bahwa di Indonesia

SK PNS tidak termasuk dalam jaminan kebendaan maupun jaminan

perorangan, tetapi termasuk sebagai hak istimewa (prevelege) yang

wujudnya dapat berupa ijazah, Surat Keputusan (SK), Surat pensiun dan

lain-lain.10 Sehingga dalam perkreditan di Indonesia SK PNS dapat

dijadikan sebagai jaminan kredit, apabila terjadi wanprestasi, dalam hal ini

terjadi disebabkan karena meninggal dunia, mengundurkan diri atau

diberhentikan oleh instansi terkait, berarti secara otomatis juga

menyebabkan berakhirnya keanggotaan sebagai PNS, maka bank akan sulit

untuk mengeksekusi, karena SK PNS bukan benda yang dapat diperjual

belikan sehingga tidak bisa dieksekusi secara langsung.11

9 Mutia Az Zahra, 2017, Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil sebagai

jaminan dalam perjanjian kredit dengan Bank di Kabupaten Probolinggo, Yogyakarta, Fakultas

Hukum, UGM, hal viii

10 J. Satrio, 1993, Hukum Jaminan Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung, Citra Aditya

Bakti, hal 11

11 Ibid

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

6

Saat ini bank memberikan peluang kepada nasabah debitur yang ingin

memperoleh fasilitas kredit tanpa disertai dengan adanya agunan/ suatu aset

yang dijadikan jaminan atas pinjaman tersebut, dengan fasilitas ini akan

sangat meringankan dalam melakukan pinjaman, kredit ini disebut dengan

nama Kredit Tanpa Agunan. Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu

produk perbankan dalam bentuk pemberian fasilitas pinjaman tanpa adanya

suatu aset yang dijadikan jaminan atas pinjaman tersebut. Oleh kerena tidak

adanya jaminan yang menjamin pinjaman tersebut maka keputusan

pemberian kredit semata adalah berdasarkan pada riwayat kredit dari

pemohon kredit secara pribadi, atau dalam arti kata lain bahwa kemampuan

melaksanakan kewajiban pembayaran kembali pinjaman adalah merupakan

pengganti jaminan.12

Kredit Tanpa Agunan atau disebut juga dengan unsecured loans atau

negative pladge atau clean basic dipahami sebagai makna kata apa adanya

hal tersebut dapat menyesatkan calon kreditur, karena secara arti kata,

makna kata tersebut tidak selaras dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, Pasal 8 dan Penjelasannya. Dalam ketentuan tersebut, antara lain

diatur bahwa dalam pemberian kredit, bank harus melakukan penilaian yang

seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha

dari debitur. Agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka tidak

mungkin dalam pemberian kredit tidak didukung oleh adanya agunan yang

memadai karena tidak mungkin timbul keyakinan untuk memberikan

12 Bank BI, Konsultasi Mengenai Kredit Tanpa Agunan, https://www.bi.go.id diakses

tanggal 25 November 2018 11.02 PM

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

7

fasilitas kredit jika debitur tidak mempunyai agunan yang memadai, oleh

karena itu pengertian pemberian Kredit Tanpa Agunan atau disebut juga

dengan unsecured loans atau negative pladge atau clean basic harus dilihat

dari sudut pandang yang lain, seperti dalam hukum perdata.13

Dilihat dari hukum perdata, pengertian agunan kredit antara lain diatur

dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan

bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian

hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Sehingga dengan

demikian Pasal menentukan bahwa harta kekayaan seseorang debitur demi

hukum menjadi agunan bagi kewajiban yang berupa membayar utangnya

kepada kreditur yang megutanginya (berdasarkan perjanjian kredit atau

perjanjian pinjam-meminjam uang), tetapi juga menjadi agunan bagi semua

kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain, baik perikatan

yang timbul karena undang-undang maupun karena perjanjian selain

perjanjian selain perjanjian kredit atau perjanjian pinjam-meminjam uang.14

Harta benda yang diatur dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata merupakan harta benda yang menjadi tanggungan kredit

yang bersifat konkruen dimana pendapatan penjualan benda-benda itu

dibagi-bagikan menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya

piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para piutang itu ada alasan-

13 Try Widiyono, 2009, Agunan Kredit dalam Financial Engineering: Panduan Bagi

Analis Kredit dan Perbankan, Jakarta, PT Ghalia Indonesia, hal 70

14 Ibid

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

8

alasan yang sah untuk didahulukan (Pasal 1132 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata).15

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No 43 tahun 1999 tentang

perubahan atas Undang-undang No 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian adalah: “Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga Negara

Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,diangkat

oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara lainnya dan digaji

berdasarkan Perundang-Undangan yang berlaku”.16

Pemberian kredit kepada Pegawai Negeri Sipil yang menggunakan

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil sebagai jaminan bank harus benar-

benar memperhatikan hal-hal yang memang meyakinkan bank berdasarkan

prinsip 5C. Bank bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit

tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh

bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

kepada nasabah.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan Pokok Kepegawaian

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil terdapat beberapa fungsi diantaranya

sebagai persyaratan kenaikan pangkat, sebagai persyaratan kenaikan

jabatan, sebagai persyaratan pensiun dan sebagai kelengkapan ahli waris

dalam mengurus tunjangan jika Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

meninggal dunia. Melihat dari fungsi Surat Keputusan Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil diatas, dapat dijadikan alasan mendasar bahwa Surat

15 Ibid

16 Undang-Undang No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 8

Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

9

Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil merupakan surat yang

berharga bagi kalangan Pegawai Negeri Sipil sehingga, banyak digunakan

sebagai jaminan kredit oleh pemberi kredit.17

Walaupun Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil bukan

merupakan benda yang dapat dipindah tangankan (yang mempunyai nilai

pengalihan), tetapi perkembangan dalam praktek perbankan yang melihat

sisi ekonomis pada surat tersebut menjadikannya dapat diterima oleh

beberapa bank sebagai jaminan kredit.18

Bank lebih menekankan unsur kepercayaan untuk memberikan kredit

dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Dari

unsur tersebut dapat diketahui bahwa pihak bank tetap memakai prinsip

kehati-hatian dan prinsip mengenal nasabah, dimana juga debitur sebagai

Pegawai Negeri Sipil seharusnya selalu menjaga dan tidak merusak

kredibilitasnya. Selain itu dilihat dari fungsi Surat Keputusan Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil yang berharga untuk pegawai negeri sipil memberikan

tingkat keamanan yang mengikat. Namun disisi lain terdapat pertentangan

atas Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan yang dijadikan sebagai jaminan kredit mengingat Surat

Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil tidak dapat dialihkan

sehingga akan menimbulkan kesulitan terhadap pihak bank untuk dapat

17 Ibid

18 Ibid

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

10

melakukan eksekusi apabila terjadi kredit macet dalam masa pelunasan atas

kredit yang dimaksud.19

Pada praktek pinjam-meminjam tidak menutup kemungkinan apabila

pihak debitur tidak melaksanakan kewajibannya berupa membayar atau

menganggsur uang yang dibutuhkan untuk melunasi perjanjian kredit

kepada kreditur, berbagai hal yang dapat terjadi sehingga debitur tidak dapat

membayar atau menggangsur sesuai dengan waktu yang telah disepakati,

seperti dipecat sebelum pelunasan terlaksana.20

Kredit Macet adalah kondisi dimana debitur mengingkari janjinya

membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga

terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran.21

Penggolongan Kredit Bermasalah (Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank

Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum)

antara lain:

1) Lancar

a) Kredit digolongkan lancar apabila memnuhi kriteria seperti di bawah

ini: Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan

b) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

19 Ibid

20 Ibid

21 Ibid

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

11

c) Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).22

2) Dalam Perhatian Khusus

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 hari; atau

b) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c) Mutasi rekening relatif aktif; atau

d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

e) Didukung oleh pinjaman baru.23

3) Kurang Lancar

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 hari

b) Sering terjadi cerukan

c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

d) Terjadi pelanggaran kontrak yang telah diperjanjikan selama 90 hari

e) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

f) Dokumentasi pinjaman yang lemah24

4) Diragukan

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 180 hari

b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen

c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari

22 Ibid

23 Ibid

24 Ibid

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

12

d) Terjadi kapitalisasi bunga

e) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan25

5) Macet

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 270 hari

b) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. 26

Bank bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit

tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh

bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

kepada nasabah.

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang dan beberapa

alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan

penelitian hukum yang berjudul: “Penyelesaian Perjanjian Kredit Dengan

Agunan Surat Keputusan PNS Pada Bank BRI Terhadap Pihak

Debitur Yang Dipecat Secara Tidak Hormat (Studi Kasus Atas Nama

Debitur “M” di Bank BRI Kcp Unit Situbondo 2)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun masalah yang akan

dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah implementasi pemberian kredit dengan agunan Surat Keputusan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Bank BRI KCP Unit Situbondo 2?

25 Ibid

26 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

13

2. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian yang dilakukan oleh Bank BRI

KCP Unit Situbondo 2 terhadap debitur yang dipecat secara tidak hormat

sebelum pelunasan terlaksana?

3. Apakah agunan alternatif untuk menanggulangi perjanjian kredit pada

Bank BRI KCP Unit Situbondo 2 terhadap debitur yang dipecat secara

tidak hormat sebelum pelunasan terlaksana?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi dalam pemberian kredit dengan agunan

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Bank BRI KCP Unit

Situbondo 2

2. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian yang dilakukan oleh Bank BRI

KCP Unit Situbondo 2 terhadap debitur yang dipecat secara tidak hormat

sebelum pelunasan terlaksana

3. Untuk mengetahui agunan alternatif dalam menanggulangi perjanjian kredit

pada Bank BRI KCP Unit Situbondo 2 terhadap debitur yang dipecat secara

tidak hormat sebelum pelunasan terlaksana

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, maka penulis berharap

penelitian ini bisa memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dan

pengetahuan tambahan dibidang perbankan, sehingga dapat dipergunakan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

14

dalam penulisan karya ilmiah yang berkaitan dengan hukum dan

diharapkan dapat dijadikan acuan untuk menciptakan regulasi baru

dibidang hukum terutama dalam perbankan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat jika Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dapat dijadikan jaminan sebagai dasar peminjaman kredit kepada

Bank.

3. Manfaat Akademik

Untuk mendapatkan gelar kesarjanaan Ilmu Hukum S-1 di Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembanganan keilmuan Hukum Perdata atau Bisnis khususnya pada

bidang Perbankan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

terkait dengan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil yang

dijadikan sebagai jaminan kredit pada Bank BRI (Studi Kasus di Kabupaten

Situbondo).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

15

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid terkait dengan permasalahan yang

diuraikan diatas, maka penulis memerlukan suatu metode penulisan hukum

yang meliputi:

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau

penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga

mencapai tujuan penelitian atau penulisan.27 Metode pendekatan yang

digunakan dalam menyusun penelitian hukum ini menggunakan yuridis

sosiologis yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata

masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk

menemukan fakta (fact-finding), yang kemudian menuju pada identifikasi

(problem-identification) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian

masalah (problem-solution).28 Pendekatan sosiologi hukum akan dapat

memahami persoalaan hukum dalam masyarakat lebih empiric dan

komprehensif, tidak tekstual, namun kontekstual mengimbangi kondisi

sosio-kultural masyarakatnya. Dalam kajian sosiologi hukum,

pendekatan ini berusaha memahami hukum secara senyatanya (quid

facta), bukan seharusnya (quid juri). Pendekatan sosiologi hukum

merupakan kajian hukum dilihat dari perspektif sosiologis.29

27 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya

Bakti, hal 112

28 Soerjono Soekanto, 1982, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hal 10 29 Umar Sholahudin, 2011, Hukum dan Keadilan Masyarakat (Merombak pendekatan

Hukum Yuridis-Normatif, Membangun Pendekatan Yuridis-Sosiologis), Malang, Intrans-

Publishing, hal 3

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

16

2. Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa jenis data,

yaitu sebagai berikut:

a. Data Primer

Jenis data primer adalah jenis data primer yang langsung dari sumber

utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses

wawancara di Bank BRI KCP Unit Situbondo 2.

1) Wawancara

Data yang didapatkan dari responden atau pihak-pihak yang terkait

permasalahan dalam penelitian ini. Data yang mana langsung

diperoleh dalam proses tanya-jawab dengan narasumber terkait

dengan penyelesaian perjanjian kredit dengan agunan Surat

Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil apabila pihak

debitur dipecat secara tidak hormat.

2) Dokumen

Studi Dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak

Bank mengenai dokumen-dokumen debitur. Data yang didapatkan

dari penelitian ini berupa foto dokumen-dokumen.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis data melalui kutipan tentang hukum terkait

seperti studi kepustakaan, jurnal, skripsi terdahulu, internet, dan

perundang-undangan termasuk hasil penelitian-penelitian sebelumnya.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

17

c. Data Tersier

Data Tersier adalah jenis data mengenai pengertian baku, istilah baku

yang diperoleh dari Ensiklopedi, dan Glossary.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan

oleh penulis adalah dengan melakukan wawancara kepada salah satu staf

Bank BRI KCP Unit Situbondo 2 dan terhadap beberapa Pegawai Negeri

Sipil yang menggunakan Surat Keputusan Kepegawaiannya untuk

dijaminkan terhadap pinjaman kredit disertai dengan dokumentasi. Dan

juga dengan melakukan studi kepustakaan (study research) serta

pencarian istilah-istilah melalui kamus atau ensiklopedia yang terkait

dengan penelitian tersebut.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Yaitu memperoleh dan mengumpulkan data melalui tanya jawab,

dialog atau diskusi dengan narasumber dari penelitian ini, yaitu:

1) Kepada Bapak Mahbub Muqawwam selaku Mantri pada Bank BRI

KCP Unit Situbondo 2 yang menangangi perjanjian kredit pada

kasus ini.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

18

b. Dokumen

Pengumpulan data-data berupa foto dokumen yang dimiliki oleh pihak

pada Bank BRI KCP Unit Situbondo 2 mengenai debitur pada

perjanjian kredit dengan agunan SK PNS.

c. Studi Kepustakaan

Melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan kepustakaan dari

berbagai literatur atau buku-buku, atau studi internet ataupun jurnal.

4. Teknik Analisa Data

Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis

deskriptif kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu

menjelaskan, menguaraikan, dan menggambarkan sesuai dengan

permasalahan penelitian hukum. Penelitian-penelitian kualitatif yakni

penelitian-penelitian tersebut harus mampu menjelaskan secara cukup

rinci tentang metode-metode dan prosedur-prosedur untuk

memungkinkan peniruan (replikasi) penelitian.30 Sedangkan, Penelitian

Kualitatif adalah deskriptif. Data Deskriptif adalah Data yang

dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada

angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data

untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi.31 Dari

penjabaran pengertian mengenai metodologi penulisan yang akan

dilakukan dalam penelitian ini menjadikan peneliti mengaplikasikan

30 Hartono, 2002, Bagaimana Menulis Tesis “Petunjuk Komprehensif tentang Isi dan

Proses”, Malang, UMM Press, hal 7

31 Emzir, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, hal 3

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

19

metode-metode yang ada dalam teori dengan hasil penelitian serta

mengambil data dari hasil penelitian yang dilakukan di Bank BRI KCP

Unit Situbondo 2.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam IV

Bab dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar

mempermudah pemahamannya. Adapaun sistematika penulisannya sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat 8 sub bab yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian, jadwal penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan lebih dalam mengenai teori-teori yang melandasi

penulisan dan pembahasan yang berkaitan dengan judul “Penyelesaian

Perjanjian Kredit Dengan Agunan Surat Keputusan PNS Pada Bank BRI

Terhadap Pihak Debitur Dipecat Secara Tidak Hormat (Studi Kasus di Bank

BRI KCP Unit Situbondo 2)”. Teori ini diperoleh dari studi kepustakaan dan

digunakan sebagai kerangka untuk memudahkan penulisan penelitian.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini penulis memaparkan hasil dari penilitian dan menguraikan

pembahasan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Dalam pembahasan

ini penulis akan memaparkan tinjauan yuridis sosiologis penyelesaian

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/57068/2/BAB I.pdf · jaminan dibagi menjadi 2, yakni: a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

20

perjanjian kredit dengan agunan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil terhadap debitur yang dipecat secara tidak hormat.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dan

saran terkait dengan permasalahan yang diangkat.