bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/bab i.pdfindonesia setelah stroke...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan, kesehatan dan jumlah penduduk lansia pada suatu negara seringkali dikaitkan dengan peningkatan angka harapan hidup (AHH) / Usia harapan hidup (UHH) (Kemenkes RI, 2013). Disebutkan dalam (Kementerian Kesehatan RI, 2016) perkiraan UHH pada tahun 2045-2050 adalah 77,6 tahun sedangkan untuk jumlah proporsi lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu berkisar 21,4% pada tahun 2050 dan jumlah ini akan meningkat menjadi 41% di tahun 2100. Terdapat 18,27 juta penduduk lansia di Indonesia berdasarkan Statistik Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia tahun 2011 atau sekitar 7,58% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Biro Pusat Statistik tahun 2015 juga mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menjadi urutan nomor 4 dengan jumlah penduduk lansia terbanyak. Hal ini dapat mencerminkan majunya sebuah negara, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang semakin sehat dengan jumlah penduduk lansia yang besar dan bangsa yang memiliki usia harapan hidup yang panjang (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Peningkatan jumlah lansia di Indonesia diperngaruhi oleh beberapa aspek kehidupan yaitu perubahan fisik, psikologis, biologis, sosial dan munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan (Fatmah, 2010). Proses menua (degeneratif) adalah sebuah proses alamiah yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang. Berdasarkan data WHO dikategorikan sebagai lansia yaitu ketika seseorang berada pada usia 60 tahun ke atas. Dimana pada saat usia ini, lansia lambat laun akan mengalami penurunan fungsi baik dari segi biologis, psikologis, sosial, spiritual maupun seluruh fungsi organ dan sistem tubuhnya (Darmojo, http://repository.unimus.ac.id

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan, kesehatan dan jumlah penduduk lansia

pada suatu negara seringkali dikaitkan dengan peningkatan angka harapan

hidup (AHH) / Usia harapan hidup (UHH) (Kemenkes RI, 2013).

Disebutkan dalam (Kementerian Kesehatan RI, 2016) perkiraan UHH

pada tahun 2045-2050 adalah 77,6 tahun sedangkan untuk jumlah proporsi

lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu berkisar

21,4% pada tahun 2050 dan jumlah ini akan meningkat menjadi 41% di

tahun 2100. Terdapat 18,27 juta penduduk lansia di Indonesia berdasarkan

Statistik Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia tahun 2011 atau sekitar

7,58% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia.

Biro Pusat Statistik tahun 2015 juga mengemukakan bahwa

Indonesia merupakan negara yang menjadi urutan nomor 4 dengan jumlah

penduduk lansia terbanyak. Hal ini dapat mencerminkan majunya sebuah

negara, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang semakin sehat dengan

jumlah penduduk lansia yang besar dan bangsa yang memiliki usia

harapan hidup yang panjang (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia diperngaruhi oleh beberapa aspek

kehidupan yaitu perubahan fisik, psikologis, biologis, sosial dan

munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan (Fatmah, 2010).

Proses menua (degeneratif) adalah sebuah proses alamiah yang

tidak dapat dikendalikan oleh seseorang. Berdasarkan data WHO

dikategorikan sebagai lansia yaitu ketika seseorang berada pada usia 60

tahun ke atas. Dimana pada saat usia ini, lansia lambat laun akan

mengalami penurunan fungsi baik dari segi biologis, psikologis, sosial,

spiritual maupun seluruh fungsi organ dan sistem tubuhnya (Darmojo,

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

2

2004). Penurunan fungsi pada manusia erat kaitannya dengan perubahan

pada organ dan sistem organ, dimana perubahan ini ditandai dengan

adanya perubahan pada tingkat sel dasar. Jumlah sel dasar pada manusia

secara bertahap akan berkurang, dan akan meninggalkan sedikit sel

fungsional dalam tubuh setiap manusia (Eliopoulos, 2010: 54).

Penuaan merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap manusia

(Darmojo, 2004: 635). Terkait dengan perubahan fisiologis pada sistem

kardiovaskular pada manusia, terdapat beberapa perubahan yang muncul

selama manusia berada pada periode usia dewasa. Otot jantung akan

kehilangan efisiensi dan kekuatan kontraktil ketika manusia berada pada

masa dewasa sehingga akan mengurangi curah jantung pada kondisi stress

fisiologis. Sel pacu jantung pun akan menjadi tidak beraturan dan

berkurang jumlahnya, serta selubung yang mengelilingi nodus sinus pun

mengental. Kontraksi dan waktu relaksasi pada ventrikel kiri

membutuhkan banyak waktu. Siklus pengisian diastolik dan pengosongan

sistolik membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan (Eliopoulos,

2010: 55).

Proses degeneratif lansia dapat menimbulkan berbagai macam

gangguan yang sangat kompleks yang dapat mengancam jiwa. Salah satu

diantara gangguan yang sering dialami lansia adalah gangguan

kardiovaskuler yang merupakan terganggunya sistem pembuluh darah.

Menurut (Mubarak, 2006) terganggunya sistem pembuluh darah ini

merupakan akibat dari penurunan fungsi organ dan labilitas tekanan darah

yang terjadi secara alami pada tubuh lansia. Gangguan kardiovaskuler ini

mengakibatkan penurunan relaksasi pada otot polos pembuluh darah yang

mampu mengakibatkan kondisi aterosklerosis dan kondisi hilangnya

elastisitas jaringan ikat sehingga terjadi penurunan kemampuan daya

regang serta penurunan kemampuan pembuluh darah untuk berdistensi

(Brunner & Suddart, 2014). Berbagai penurunan yang terjadi berangsur-

angsur akan ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas. (Stanley &

Beare, 2007: 179).

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

3

Hipertensi merupakan penyebab dari kematian manusia di

Indonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil

survei Badan Pusat Statistik Penduduk Lansia Indonesia tahun 2011

penyakit kronis yang salah satunya adalah hipertensi mencapai angka

28,53% untuk lansia muda, 38,26% untuk lansia madya dan 44,27% lansia

tua. Angka tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkatnya usia

lansia, semakin meningkat pula keluhan kesehatan pada lansia. Dilihat dari

aktivitas patofisiologisnya hipertensi dapat dikatakan sebagai penyakit

“silent killer” (Aspiani, 2014). Penyakit hipertensi belum jelas

penyebabnya, namun penyakit ini memiliki banyak komplikasi yang nyata

apabila tidak dilakukan pengontrolan secara berkala.

Komisi Nasional Lanjut Usia tahun 2010 pun menyatakan bahwa

kondisi hipertensi pada lansia merupakan penyebab utama disabilitas yang

dialami oleh lansia. Namun banyak pula lansia yang menyepelekan upaya

pencegahan terhadap komplikasi tersebut. (Soesanto, 2010) pun

menambahkan bahwa banyak masyarakat yang baru menyadari perlunya

upaya pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi ketika kerusakan

vaskuler pada tubuh semakin memburuk.

Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah siastolik

mengalami peningkatan yaitu berkisar pada angka lebih dari 140 mmHg

(milimeter hidrogen), dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

(milimeter hidrogen) (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014).

Menurut Rasdi (2006: 304) penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat

menjadikan penderitanya berpeluang untuk mengalami stroke 7 kali lebih

besar, berpeluang 5 kali lebih besar untuk penyakit gagal jantung, serta

dapat terkena serangan jantung 3 kali lebih besar.

Terapi penyembuhan penyakit hipertensi adalah dengan terapi

farmakologi dan terapi non farmakologi (Manungkalit & Maria, 2016).

Salah satu aktivitas atau kegiatan terapi non farmakologi adalah dengan

menjalani pola hidup sehat, gaya hidup sedentary people, menciptakan

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

4

suasana rileks, serta melakukan aktivitas fisik yang ringan (Khomarun,

2014).

Aktivitas fisik merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara

terencana, terstruktur dan berulang-ulang yang membutuhkan beberapa

energi untuk mengerjakannya yang mana tujuannya guna peningkatan

kebugaran jasmani (Farizati, 2002). Peningkatan kegiatan aktivitas fisik

yang dilakukan pada lansia dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan

darah secara signifikan. Aktivitas fisik lansia memberikan dampak

terhadap perubahan kekuatan otot polos pada jantung sehingga denyutan

pada jantung dapat kuat dan teratur (Mutiarawati, 2009).

United States Departement of Health and Human Services (2008)

menyebutkan beberapa tingkatan dari aktivitas fisik. Level dari aktivitas

fisik yaitu meliputi level inactive (tidak aktif), low activity (aktivitas

tingkat rendah), medium activity (aktivitas tingkat sedang) dan high

activity (aktivitas tingkat tinggi) yang ditentukan dalam rentang menit

berdasarkan standar aktivitas fisik yang dilakukan selama satu mingggu.

United States Departement of Health and Human Services (2008) pun

membagi kategori aktivitas fisik yang meliputi aktivitas dengan intensitas

sedang (moderate intensity) dan aktivitas dengan intensitas kuat (vigorous

intensity).

Terdapat beberapa contoh dari aktivitas dengan intesnsitas sedang

(moderate intensity) seperti berjalan cepat (3 mil per jam atau lebih cepat,

tetapi bukan lomba berjalan), aerobik air, bersepeda lebih lambat dari 10

mil per jam, tenis (ganda), tarian ballroom, dan berkebun. Sedangkan

contoh aktivitas fisik dengan intensitas kuat (vigorous intensity) yaitu

racewalking, jogging atau berlari, berenang, tenis (single), tarian aerobik,

bersepeda 10 mil per jam atau lebih cepat, lompat tali, berkebun berat

(penggalian atau cangkul terus menerus, dengan diiringi denyut jantung

yang mengalami peningkatan) serta berjalan menanjak dengan ransel yang

berat (United States Departement of Health and Human Services, 2008).

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

5

Aktivitas fisik maupun olahraga bagi lanjut usia sangatlah penting

dalam mempengaruhi fungsi kerja jantung. Pada tubuh manusia terdapat

otot-otot yang dapat menyusut dan melemah ketika tidak dipergunakan.

Sebaliknya melalui kegiatan aktivitas fisik maupun olahraga, otot-otot

yang sebelumnya menyusut ketika tidak dipergunakan kini menjadi

berkembang dari segi ukuran, stamina, serta tenaga pada otot. Demikian

pula yang terjadi pada otot jantung dan otot-otot pada anggota gerak

seperti pada otot lengan dan tungkai. Otot pada jantung pun berkembang

akibat latihan dan aktivitas fisik yang teratur dilaksanakan (Irianto, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan (Khomarun, 2014) aktivitas

fisik sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya tekanan darah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti berjalan mampu

menurunkan tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik. Khomarun

(2014) menyebutkan bahwa tekanan darah sistolik pre dan post aktivitas

berjalan pada lansia menunjukkan angka yang berbeda. Keduanya sama-

sama menunjukkan penurunan yang signifikan. Tekanan darah sistolik pre

aktivitas fisik berkisar 140 mmHg - 158 mmHg. Sedangkan tekanan darah

sistolik post aktivitas berjalan menunjukkan angka 133 mmHg - 153

mmHg. Intervensi aktivitas berjalan tersebut dilakukan selama 8 minggu

dengan 40 kali intervensi.

Mayasari (2015) pun melakukan penelitian yang terkait dengan

aktivitas fisik dan hipertensi. Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2015)

tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Khomarun,

2014). Pada penelitian (Mayasari, 2015) rentang tekanan darah sistolik

berkisar antara 110 mmHg - 150 mmHg dan tekanan darah diastolik 90

mmHg. Angka tersebut terjadi ketika responden lansia yang menderita

hipertensi aktif melakukan aktivitas berjalan kaki selama 20 menit dengan

jarak 1,6 km. Responden ini dinyatakan dalam kategori hipertensi yang

ringan dan dikategorikan sebagai responden dengan aktivitas fisik yang

baik.

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

6

Jumlah penduduk usia diatas 60 tahun di Jawa Tengah mencapai

3.389.300 jiwa atau setara dengan 10,5% dari keseluruhan total penduduk

Jawa Tengah yang berkisar sekitar 32.234.600 jiwa (Badan Pusat Statistik

Jawa Tengah, 2010). Komisi Nasional Lanjut Usia tahun 2010 pun

menyatakan bahwa penduduk lansia di Jawa Tengah menduduki urutan ke

2 pada tahun 2009 yaitu sekitar 11,16%. Faktor kesehatan yang merupakan

faktor utama dalam peningkatan usia harapan hidup lansia khususnya

penduduk lansia di Kabupaten Demak menunjukkan bahwa angka

kematian, perbaikan sistem pelayanan serta perbaikan gizi lansia

mengalami penurunan. Berdasarkan hasil resume profil kesehatan

Kabupaten Demak tahun 2013 pelayanan kesehatan pada lansia diatas usia

60 tahun sebesar 71,49%. Semua hal tersebut berdampak pada

meningkatnya tingkat ketergantungan dan ketidakberdayaan pada lansia

dalam beraktivitas dan dalam berhubungan sosial di lingkungan

masyarakat (Marsito, 2015).

Jumlah penduduk usia lanjut di Kabupaten Demak yaitu sekitar

7,35 % dari total penduduk di Jawa Tengah yang setara dengan 74.181

jiwa menurut Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2010. Sensus

penduduk tahun 2010 menambahkan bahwa terdapat 1.063.768 penduduk

di Kabupaten Demak dengan jumlah angka sebesar 43.258 untuk

penduduk usia diatas 60 tahun atau setara 5,05% dari total penduduk di

Kabupaten Demak. Berdasarkan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak,

2015) pada tahun 2010 Kabupaten Demak merupakan Kabupaten dengan

jumlah penduduk tertinggi di Jawa Tengah dengan berpenduduk sebanyak

1.177 jiwa/km dan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Demak

diduduki oleh Kecamatan Mranggen dengan angka 158.597 penduduk.

Penduduk usia lanjut dikawasan Kabupaten Demak mayoritas

berempat tinggal di daerah pedesaan. Desa Kangkung Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak merupakan salah satu desa yang mayoritas

penduduknya adalah lansia. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan KB Kabupaten Demak terdapat 13,4% dari total

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

7

keseluruhan penduduk Desa Kangkung yang berkisar 7.478 penduduk

adalah penduduk lansia atau setara dengan 726 penduduk lansia berada di

Desa Kangkung. Hasil dari data kunjungan usia lanjut dari Puskesmas

Mranggen ditahun 2012 pun menjelaskan bahwa penyakit yang paling

sering diderita oleh sebagian besar lansia di Desa Kangkung adalah

hipertensi dengan presentasi 57%.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Juli 2017

pukul 19.30 dengan ketua kader setempat diperoleh data bahwa RW 05

Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak memiliki

sebuah posbindu yang dibentuk pada tahun 2009 dan diberi nama

Posbindu “Sumber Sehat”. Menurut Ketua Kader sebagian besar lansia

aktif mengikuti kegiatan posbindu yang dilakukan setiap 35 hari sekali.

Kegiatan posbindu diikuti oleh 40 lansia meliputi pengukuran tekanan

darah, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pemberian

makanan tambahan, senam, serta pemberian obat dari petugas medis yang

bersangkutan. Ketua kader menambahkan bahwa lansia di Desa Kangkung

merupakan lansia yang sebagian besar menderita penyakit tidak menular

hipertensi.

Peneliti pun melakukan wawancara dengan salah satu anggota

kader dan beberapa lansia hipertensi di Posbindu Sumber Sehat RW 05

Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak pada saat

kegiatan posbindu berlangsung di hari Minggu legi tanggal 30 Juli 2017.

Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar lansia di Desa Kangkung

melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan lansia tersebut.

Aktivitas fisik pada lansia di Desa Kangkung adalah kategori aktivitas

dengan intensitas sedang.

Ketua kader menyatakan lansia di Desa kangkung bekerja sebagai

petani dan ibu rumah tangga. Mereka bekerja dari pagi hingga larut sore

sehingga untuk melakukan beberapa jenis aktivitas rutin dan terkontrol

sangatlah sulit diakibatkan lansia tidak memiliki banyak waktu untuk

melakukan beberapa aktivitas fisik pilihan yang rutin dan teratur sebagai

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

8

upaya pencegahan penyakit hipertensi. Ketua kader pun menambahkan

faktor penyebab yang menjadikan lansia menderita hipertensi yaitu

dikarenakan gaya hidup lansia yang kurang baik yang dibuktikan dengan

lansia yang jarang melakukan olahraga maupun aktivitas fisik sehingga

menyebabkan penyakit tidak menular hipertensi di Desa Kangkung

meningkat. Soesanto (2010) pun menambahkan terdapat 59,6% lansia di

Desa Kangkung kurang melakukan kegiatan olahraga secara teratur.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti melakukan studi

deskriptif untuk dapat mendeskriptifkan aktivitas fisik pada lansia dengan

hipertensi dan peneliti tertarik untuk mengambil judul “Gambaran

Aktivitas Fisik Pada Lansia Hipertensi Di Posbindu “Sumber Sehat” Di

Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimanakah Gambaran Aktivitas Fisik

Lansia Hipertensi Di Posbindu Sumber Sehat Desa Kangkung Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada lansia hipertensi di

Posbindu Lansia Di Desa Kangkung Mranggen.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik lansia yang mengalami hipertensi

(jenis kelamin, usia, riwayat pekerjaan, riwayat pendidikan).

b. Mendeskripsikan tingkat aktivitas fisik pada lansia hipertensi yang

meliputi :

1) Aktivitas ringan

2) Aktivitas sedang

3) Aktivitas berat.

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Kader

Sebagai bahan referensi pengetahuan kader terhadap acuan dalam

pengaplikasian kegiatan maupun upaya pencegahan terhadap hipertensi

pada lansia.

2. Manfaat Bagi Lansia

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kegiatan pencegahan

tekanan darah yang kaitannya dengan aktivitas fisik yang perlu

dilakukan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan untuk peneliti dalam

mengkaji permasalahan tentang aktivitas fisik yang dapat

mempengaruhi tekanan darah.

4. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai informasi dan tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian

selanjutnya.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan komunitas.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

No Peneliti, Judul, Tahun. Desain Subjek Variabel Hasil

Penelitian

1 Khomarun, Pengaruh

aktivitas fisik jalan pagi

terhadap penurunan

tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi

stadium I di posyandu

lansia desa makamhaji.

2014

One group

quasy

experimen

dengan

rancangan pre

test-post test

design

15 orang

lansia

hipertensi di

posyandu

lansia

Independen:

Aktivitas

Fisik

Dependen:

Tekanan

Darah

Aktivitas fisik

jalan pagi

berpengaruh

dalam

menurunkan

tekanan darah

pada lansia

hipertensi.

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

10

2 Rumsari Mutiarawati,

hubungan antara riwayat

aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi usia

45-54 tahun study di

Wilayah kelurahan

tlogosari kulon

Semarang. 2009.

Survey

observasional

180

responden

dengan 90

responden

kelompok

kasus

(mengalami

hipertensi)

dan 90

responden

kelompok

kontrol

(tidak

mengalami

hipertensi)

Independen:

Riwayat

aktivitas

fisik.

Dependen:

Kejadian

hipertensi

Ada hubungan

antara

aktivitas fisik

dengan

kejadian

hipertensi

pada usia 45-

54 tahun.

3 Mersiliya Sauliyusta,

Aktivitas fisik

memengaruhi fungsi

kognitif lansia. 2016

Deskriptif

korelatif dengan

rancangan Cross

sectional

104

responden

lansia

hipertensi

Independen:

Tingkat

aktivitas

fisik

Dependen:

Fungsi

kognitif

lansia.

Aktifitas fisik

berhubungan

dengan fungsi

kognitif lansia

4 Nurul Firdaus Mayasari,

hubungan aktivitas fisik

dengan tekanan darah

pada lansia penderita

hipertensi di kelurahan

Banyumanik Kota

Semarang. 2015

Deskriptif

korelasi

84

responden

lansia

hipertensi

Aktivitas

fisik

Tekanan

darah

Ada hubungan

aktivitas fisik

dengan

tekanan darah

pada lansia

5 Renny Wijayanti,

hubungan tingkat

aktivitas fisik dengan

tingkat kemandirian

dalam activity of daily

living (ADL) pada lansia

di desa Warunggunung

Rw 02 Karangpilang

Surabaya. 2014.

Cross-Sectional

44

responden

lansia

Aktivitas

fisik

Tingkat

kemandirian

dalam

activity of

daily living

(ADL)

Ada hubungan

tingkat

aktivitas fisik

dengan tingkat

kemandirian

dalam activity

of daily living

(ADL)

6 Angga Dwi P.N,

aktivitas fisik pada

lansia yang mengalami

hipertensi di Upt Panti

Wreda majapahit

Mojokerto.2015

Deskriptif 15

responden

lansia

hipertensi

Aktivitas

fisik

Tekanan

darah

Aktivitas fisik

yang

dilakukan

responden

adalah baik.

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

11

G. Perbedaan Penelitian

1. Variabel Dependen

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti akan

meneliti gambaran aktivitas fisik yang sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Khomarun, 2014) dan (Natagama, 2015) yang menggunakan

variabel dependen tekanan darah.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang

dilakukan (Mutiarawati, 2009) menjelaskan mengenai adakah hubungan

antara riwayat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan variabel

dependennya adalah kejadian hipertensi.

Penelitian yang dilakukan (Sauliyusta, 2016) menjelaskan

mengenai aktivitas fisik memengaruhi fungsi kognitif pada lansia

dengan variabel dependennya adalah fungsi kognitif lansia.

Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2015) menjelaskan mengenai

adakah hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi dengan variabel dependennya adalah tekanan

darah.

Penelitian yang dilakukan (Wijayanti, 2014) menjelaskan

mengenai hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam

activity of daily living (ADL) pada lansia dengan hipertensi dengan

variabel dependennya adalah tingkat kemandirian dalam activity of

daily living (ADL).

2. Variabel Independen

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti akan meneliti

gambaran aktivitas fisik yang dilakukan dengan menggunakan variabel

independennya adalah kategori aktivitas fisik yang meliputi aktivitas

ringan, sedang, dan berat yang berdasarkan GPAQ (Global Physical

Activity Questionnaire).

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

12

Penelitian ini serupa dengan penelitian (Khomarun, 2014) tetapi

berbeda dalam desainnya. Pada penelitian tersebut variabel yang dinilai

adalah aktivitas fisik jalan pagi.

Penelitian yang dilakukan (Mutiarawati, 2009) menjelaskan

mengenai adakah hubungan antara riwayat aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi dengan variabel independennya adalah riwayat

aktivitas fisik.

Penelitian yang dilakukan (Sauliyusta, 2016) menjelaskan

mengenai aktivitas fisik memengaruhi fungsi kognitif pada lansia

dengan variabel independennya adalah aktivitas fisik.

Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2015) menjelaskan mengenai

adakah hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi dengan variabel independennya adalah

aktivitas fisik.

Penelitian yang dilakukan (Wijayanti, 2014) menjelaskan

mengenai hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam

activity of daily living (ADL) pada lansia dengan hipertensi dengan

variabel independennya adalah aktivitas fisik.

Penelitian yang dilakukan (Natagama, 2015) menjelaskan

mengenai aktivitas fisik pada lansia yang mengalami hipertensi dengan

variabel independennya adalah aktivitas fisik.

H. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain. Subjek

dalam penilitian ini adalah seluruh lansia hipertensi yang berjumlah 63

orang di Posbindu “Sumber Sehat” di RW 05 Desa Kangkung Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak. Berbeda dengan penelitian yang lain

penelitian ini menggunakan responden lansia hipertensi yang berusia ± 60

tahun yang berjumlah 63 lansia. Penelitian yang dilakukan oleh

(Khomarun, 2014) subjek penelitiannya yaitu 5 orang lansia hipertensi di

posyandu lansia. Subjek penelitian yang dilakukan oleh (Mutiarawati,

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

13

2009) yaitu menggunakan 180 responden dimana 90 responden merupakan

kelompok kasus (mengalami hipertensi) dan 90 responden lainnya

merupakan kelompok kontrol (tidak mengalami hipertensi). (Sauliyusta,

2016) menggunakan 104 responden lansia hipertensi. (Mayasari, 2015)

meneliti 84 lansia hipertensi. Subjek lain pada penelitian yang dilakukan

(Wijayanti, 2014) yaitu dengan menggunakan 44 responden lansia tidak

hipertensi. Sedangkan subjek pada penelitian (Natagama, 2015) yaitu 15

responden lansia hipertensi.

I. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti akan

meneliti gambaran kategori aktivitas fisik yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan cross-sectional berdasarkan pada panduan

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Penelitian yang

dilakukan (Khomarun, 2014) desain penelitiannya yaitu one group quasy

experiment dengan rancangan pre test-post test design. Desain penelitian

yang dilakukan (Mutiarawati, 2009) menggunakan survey observasional.

(Sauliyusta, 2016) menggunakan Deskriptif korelatif dengan rancangan

Cross sectional. (Mayasari, 2015) cross-sectional. (Wijayanti, 2014)

menggunakan desain cross-sectional. (Natagama, 2015) menggunakan

desain deskriptif.

Keterbaharuan atau novelty pada penelitian ini adalah penelitian ini

mendeskripsikan mengenai seperti apa gambaran dari berbagai jenis

kategori aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia dengan hipertensi di

Posbindu Sumber Sehat RW 05 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

yang berdasarkan pada panduan Global Physical Activity Questionnaire

(GPAQ). Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian sebelumnya adalah :

1. Penelitian ini menggambarkan jenis aktivitas fisik yang mempengaruhi

angka dan jumlah tekanan darah yang dilakukan lansia dengan

hipertensi.

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/BAB I.pdfIndonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil survei Badan Pusat Statistik Penduduk

14

2. Variabel independen yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada

lansia dalam penelitian ini adalah kategori aktivitas fisik yang meliputi

aktivitas ringan, sedang dan berat.

3. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk

lansia yang menderita hipertensi yang berjumlah 63 lansia di Posbindu

Sumber Sehat RW 05 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

4. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Posbindu

Sumber Sehat RW 05 Desa Kangkung Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak.

5. Penelitian ini menggambarkan aktivitas fisik yang berpacu pada

panduan penentuan kategori aktivitas fisik berdasarkan Global Physical

Activity Questionnaire (GPAQ).

http://repository.unimus.ac.id