bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.unimus.ac.id/2045/3/bab i.pdfindonesia setelah stroke...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kesejahteraan, kesehatan dan jumlah penduduk lansia
pada suatu negara seringkali dikaitkan dengan peningkatan angka harapan
hidup (AHH) / Usia harapan hidup (UHH) (Kemenkes RI, 2013).
Disebutkan dalam (Kementerian Kesehatan RI, 2016) perkiraan UHH
pada tahun 2045-2050 adalah 77,6 tahun sedangkan untuk jumlah proporsi
lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan yaitu berkisar
21,4% pada tahun 2050 dan jumlah ini akan meningkat menjadi 41% di
tahun 2100. Terdapat 18,27 juta penduduk lansia di Indonesia berdasarkan
Statistik Penduduk Lanjut Usia Di Indonesia tahun 2011 atau sekitar
7,58% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia.
Biro Pusat Statistik tahun 2015 juga mengemukakan bahwa
Indonesia merupakan negara yang menjadi urutan nomor 4 dengan jumlah
penduduk lansia terbanyak. Hal ini dapat mencerminkan majunya sebuah
negara, sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang semakin sehat dengan
jumlah penduduk lansia yang besar dan bangsa yang memiliki usia
harapan hidup yang panjang (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia diperngaruhi oleh beberapa aspek
kehidupan yaitu perubahan fisik, psikologis, biologis, sosial dan
munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan (Fatmah, 2010).
Proses menua (degeneratif) adalah sebuah proses alamiah yang
tidak dapat dikendalikan oleh seseorang. Berdasarkan data WHO
dikategorikan sebagai lansia yaitu ketika seseorang berada pada usia 60
tahun ke atas. Dimana pada saat usia ini, lansia lambat laun akan
mengalami penurunan fungsi baik dari segi biologis, psikologis, sosial,
spiritual maupun seluruh fungsi organ dan sistem tubuhnya (Darmojo,
http://repository.unimus.ac.id
2
2004). Penurunan fungsi pada manusia erat kaitannya dengan perubahan
pada organ dan sistem organ, dimana perubahan ini ditandai dengan
adanya perubahan pada tingkat sel dasar. Jumlah sel dasar pada manusia
secara bertahap akan berkurang, dan akan meninggalkan sedikit sel
fungsional dalam tubuh setiap manusia (Eliopoulos, 2010: 54).
Penuaan merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap manusia
(Darmojo, 2004: 635). Terkait dengan perubahan fisiologis pada sistem
kardiovaskular pada manusia, terdapat beberapa perubahan yang muncul
selama manusia berada pada periode usia dewasa. Otot jantung akan
kehilangan efisiensi dan kekuatan kontraktil ketika manusia berada pada
masa dewasa sehingga akan mengurangi curah jantung pada kondisi stress
fisiologis. Sel pacu jantung pun akan menjadi tidak beraturan dan
berkurang jumlahnya, serta selubung yang mengelilingi nodus sinus pun
mengental. Kontraksi dan waktu relaksasi pada ventrikel kiri
membutuhkan banyak waktu. Siklus pengisian diastolik dan pengosongan
sistolik membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan (Eliopoulos,
2010: 55).
Proses degeneratif lansia dapat menimbulkan berbagai macam
gangguan yang sangat kompleks yang dapat mengancam jiwa. Salah satu
diantara gangguan yang sering dialami lansia adalah gangguan
kardiovaskuler yang merupakan terganggunya sistem pembuluh darah.
Menurut (Mubarak, 2006) terganggunya sistem pembuluh darah ini
merupakan akibat dari penurunan fungsi organ dan labilitas tekanan darah
yang terjadi secara alami pada tubuh lansia. Gangguan kardiovaskuler ini
mengakibatkan penurunan relaksasi pada otot polos pembuluh darah yang
mampu mengakibatkan kondisi aterosklerosis dan kondisi hilangnya
elastisitas jaringan ikat sehingga terjadi penurunan kemampuan daya
regang serta penurunan kemampuan pembuluh darah untuk berdistensi
(Brunner & Suddart, 2014). Berbagai penurunan yang terjadi berangsur-
angsur akan ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas. (Stanley &
Beare, 2007: 179).
http://repository.unimus.ac.id
3
Hipertensi merupakan penyebab dari kematian manusia di
Indonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Syamsudin, 2011). Dari hasil
survei Badan Pusat Statistik Penduduk Lansia Indonesia tahun 2011
penyakit kronis yang salah satunya adalah hipertensi mencapai angka
28,53% untuk lansia muda, 38,26% untuk lansia madya dan 44,27% lansia
tua. Angka tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkatnya usia
lansia, semakin meningkat pula keluhan kesehatan pada lansia. Dilihat dari
aktivitas patofisiologisnya hipertensi dapat dikatakan sebagai penyakit
“silent killer” (Aspiani, 2014). Penyakit hipertensi belum jelas
penyebabnya, namun penyakit ini memiliki banyak komplikasi yang nyata
apabila tidak dilakukan pengontrolan secara berkala.
Komisi Nasional Lanjut Usia tahun 2010 pun menyatakan bahwa
kondisi hipertensi pada lansia merupakan penyebab utama disabilitas yang
dialami oleh lansia. Namun banyak pula lansia yang menyepelekan upaya
pencegahan terhadap komplikasi tersebut. (Soesanto, 2010) pun
menambahkan bahwa banyak masyarakat yang baru menyadari perlunya
upaya pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi ketika kerusakan
vaskuler pada tubuh semakin memburuk.
Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah siastolik
mengalami peningkatan yaitu berkisar pada angka lebih dari 140 mmHg
(milimeter hidrogen), dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(milimeter hidrogen) (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014).
Menurut Rasdi (2006: 304) penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menjadikan penderitanya berpeluang untuk mengalami stroke 7 kali lebih
besar, berpeluang 5 kali lebih besar untuk penyakit gagal jantung, serta
dapat terkena serangan jantung 3 kali lebih besar.
Terapi penyembuhan penyakit hipertensi adalah dengan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi (Manungkalit & Maria, 2016).
Salah satu aktivitas atau kegiatan terapi non farmakologi adalah dengan
menjalani pola hidup sehat, gaya hidup sedentary people, menciptakan
http://repository.unimus.ac.id
4
suasana rileks, serta melakukan aktivitas fisik yang ringan (Khomarun,
2014).
Aktivitas fisik merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara
terencana, terstruktur dan berulang-ulang yang membutuhkan beberapa
energi untuk mengerjakannya yang mana tujuannya guna peningkatan
kebugaran jasmani (Farizati, 2002). Peningkatan kegiatan aktivitas fisik
yang dilakukan pada lansia dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan
darah secara signifikan. Aktivitas fisik lansia memberikan dampak
terhadap perubahan kekuatan otot polos pada jantung sehingga denyutan
pada jantung dapat kuat dan teratur (Mutiarawati, 2009).
United States Departement of Health and Human Services (2008)
menyebutkan beberapa tingkatan dari aktivitas fisik. Level dari aktivitas
fisik yaitu meliputi level inactive (tidak aktif), low activity (aktivitas
tingkat rendah), medium activity (aktivitas tingkat sedang) dan high
activity (aktivitas tingkat tinggi) yang ditentukan dalam rentang menit
berdasarkan standar aktivitas fisik yang dilakukan selama satu mingggu.
United States Departement of Health and Human Services (2008) pun
membagi kategori aktivitas fisik yang meliputi aktivitas dengan intensitas
sedang (moderate intensity) dan aktivitas dengan intensitas kuat (vigorous
intensity).
Terdapat beberapa contoh dari aktivitas dengan intesnsitas sedang
(moderate intensity) seperti berjalan cepat (3 mil per jam atau lebih cepat,
tetapi bukan lomba berjalan), aerobik air, bersepeda lebih lambat dari 10
mil per jam, tenis (ganda), tarian ballroom, dan berkebun. Sedangkan
contoh aktivitas fisik dengan intensitas kuat (vigorous intensity) yaitu
racewalking, jogging atau berlari, berenang, tenis (single), tarian aerobik,
bersepeda 10 mil per jam atau lebih cepat, lompat tali, berkebun berat
(penggalian atau cangkul terus menerus, dengan diiringi denyut jantung
yang mengalami peningkatan) serta berjalan menanjak dengan ransel yang
berat (United States Departement of Health and Human Services, 2008).
http://repository.unimus.ac.id
5
Aktivitas fisik maupun olahraga bagi lanjut usia sangatlah penting
dalam mempengaruhi fungsi kerja jantung. Pada tubuh manusia terdapat
otot-otot yang dapat menyusut dan melemah ketika tidak dipergunakan.
Sebaliknya melalui kegiatan aktivitas fisik maupun olahraga, otot-otot
yang sebelumnya menyusut ketika tidak dipergunakan kini menjadi
berkembang dari segi ukuran, stamina, serta tenaga pada otot. Demikian
pula yang terjadi pada otot jantung dan otot-otot pada anggota gerak
seperti pada otot lengan dan tungkai. Otot pada jantung pun berkembang
akibat latihan dan aktivitas fisik yang teratur dilaksanakan (Irianto, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan (Khomarun, 2014) aktivitas
fisik sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya tekanan darah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti berjalan mampu
menurunkan tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik. Khomarun
(2014) menyebutkan bahwa tekanan darah sistolik pre dan post aktivitas
berjalan pada lansia menunjukkan angka yang berbeda. Keduanya sama-
sama menunjukkan penurunan yang signifikan. Tekanan darah sistolik pre
aktivitas fisik berkisar 140 mmHg - 158 mmHg. Sedangkan tekanan darah
sistolik post aktivitas berjalan menunjukkan angka 133 mmHg - 153
mmHg. Intervensi aktivitas berjalan tersebut dilakukan selama 8 minggu
dengan 40 kali intervensi.
Mayasari (2015) pun melakukan penelitian yang terkait dengan
aktivitas fisik dan hipertensi. Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2015)
tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Khomarun,
2014). Pada penelitian (Mayasari, 2015) rentang tekanan darah sistolik
berkisar antara 110 mmHg - 150 mmHg dan tekanan darah diastolik 90
mmHg. Angka tersebut terjadi ketika responden lansia yang menderita
hipertensi aktif melakukan aktivitas berjalan kaki selama 20 menit dengan
jarak 1,6 km. Responden ini dinyatakan dalam kategori hipertensi yang
ringan dan dikategorikan sebagai responden dengan aktivitas fisik yang
baik.
http://repository.unimus.ac.id
6
Jumlah penduduk usia diatas 60 tahun di Jawa Tengah mencapai
3.389.300 jiwa atau setara dengan 10,5% dari keseluruhan total penduduk
Jawa Tengah yang berkisar sekitar 32.234.600 jiwa (Badan Pusat Statistik
Jawa Tengah, 2010). Komisi Nasional Lanjut Usia tahun 2010 pun
menyatakan bahwa penduduk lansia di Jawa Tengah menduduki urutan ke
2 pada tahun 2009 yaitu sekitar 11,16%. Faktor kesehatan yang merupakan
faktor utama dalam peningkatan usia harapan hidup lansia khususnya
penduduk lansia di Kabupaten Demak menunjukkan bahwa angka
kematian, perbaikan sistem pelayanan serta perbaikan gizi lansia
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil resume profil kesehatan
Kabupaten Demak tahun 2013 pelayanan kesehatan pada lansia diatas usia
60 tahun sebesar 71,49%. Semua hal tersebut berdampak pada
meningkatnya tingkat ketergantungan dan ketidakberdayaan pada lansia
dalam beraktivitas dan dalam berhubungan sosial di lingkungan
masyarakat (Marsito, 2015).
Jumlah penduduk usia lanjut di Kabupaten Demak yaitu sekitar
7,35 % dari total penduduk di Jawa Tengah yang setara dengan 74.181
jiwa menurut Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2010. Sensus
penduduk tahun 2010 menambahkan bahwa terdapat 1.063.768 penduduk
di Kabupaten Demak dengan jumlah angka sebesar 43.258 untuk
penduduk usia diatas 60 tahun atau setara 5,05% dari total penduduk di
Kabupaten Demak. Berdasarkan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak,
2015) pada tahun 2010 Kabupaten Demak merupakan Kabupaten dengan
jumlah penduduk tertinggi di Jawa Tengah dengan berpenduduk sebanyak
1.177 jiwa/km dan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Demak
diduduki oleh Kecamatan Mranggen dengan angka 158.597 penduduk.
Penduduk usia lanjut dikawasan Kabupaten Demak mayoritas
berempat tinggal di daerah pedesaan. Desa Kangkung Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak merupakan salah satu desa yang mayoritas
penduduknya adalah lansia. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan KB Kabupaten Demak terdapat 13,4% dari total
http://repository.unimus.ac.id
7
keseluruhan penduduk Desa Kangkung yang berkisar 7.478 penduduk
adalah penduduk lansia atau setara dengan 726 penduduk lansia berada di
Desa Kangkung. Hasil dari data kunjungan usia lanjut dari Puskesmas
Mranggen ditahun 2012 pun menjelaskan bahwa penyakit yang paling
sering diderita oleh sebagian besar lansia di Desa Kangkung adalah
hipertensi dengan presentasi 57%.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Juli 2017
pukul 19.30 dengan ketua kader setempat diperoleh data bahwa RW 05
Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak memiliki
sebuah posbindu yang dibentuk pada tahun 2009 dan diberi nama
Posbindu “Sumber Sehat”. Menurut Ketua Kader sebagian besar lansia
aktif mengikuti kegiatan posbindu yang dilakukan setiap 35 hari sekali.
Kegiatan posbindu diikuti oleh 40 lansia meliputi pengukuran tekanan
darah, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pemberian
makanan tambahan, senam, serta pemberian obat dari petugas medis yang
bersangkutan. Ketua kader menambahkan bahwa lansia di Desa Kangkung
merupakan lansia yang sebagian besar menderita penyakit tidak menular
hipertensi.
Peneliti pun melakukan wawancara dengan salah satu anggota
kader dan beberapa lansia hipertensi di Posbindu Sumber Sehat RW 05
Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak pada saat
kegiatan posbindu berlangsung di hari Minggu legi tanggal 30 Juli 2017.
Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar lansia di Desa Kangkung
melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan lansia tersebut.
Aktivitas fisik pada lansia di Desa Kangkung adalah kategori aktivitas
dengan intensitas sedang.
Ketua kader menyatakan lansia di Desa kangkung bekerja sebagai
petani dan ibu rumah tangga. Mereka bekerja dari pagi hingga larut sore
sehingga untuk melakukan beberapa jenis aktivitas rutin dan terkontrol
sangatlah sulit diakibatkan lansia tidak memiliki banyak waktu untuk
melakukan beberapa aktivitas fisik pilihan yang rutin dan teratur sebagai
http://repository.unimus.ac.id
8
upaya pencegahan penyakit hipertensi. Ketua kader pun menambahkan
faktor penyebab yang menjadikan lansia menderita hipertensi yaitu
dikarenakan gaya hidup lansia yang kurang baik yang dibuktikan dengan
lansia yang jarang melakukan olahraga maupun aktivitas fisik sehingga
menyebabkan penyakit tidak menular hipertensi di Desa Kangkung
meningkat. Soesanto (2010) pun menambahkan terdapat 59,6% lansia di
Desa Kangkung kurang melakukan kegiatan olahraga secara teratur.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti melakukan studi
deskriptif untuk dapat mendeskriptifkan aktivitas fisik pada lansia dengan
hipertensi dan peneliti tertarik untuk mengambil judul “Gambaran
Aktivitas Fisik Pada Lansia Hipertensi Di Posbindu “Sumber Sehat” Di
Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimanakah Gambaran Aktivitas Fisik
Lansia Hipertensi Di Posbindu Sumber Sehat Desa Kangkung Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada lansia hipertensi di
Posbindu Lansia Di Desa Kangkung Mranggen.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik lansia yang mengalami hipertensi
(jenis kelamin, usia, riwayat pekerjaan, riwayat pendidikan).
b. Mendeskripsikan tingkat aktivitas fisik pada lansia hipertensi yang
meliputi :
1) Aktivitas ringan
2) Aktivitas sedang
3) Aktivitas berat.
http://repository.unimus.ac.id
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Kader
Sebagai bahan referensi pengetahuan kader terhadap acuan dalam
pengaplikasian kegiatan maupun upaya pencegahan terhadap hipertensi
pada lansia.
2. Manfaat Bagi Lansia
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kegiatan pencegahan
tekanan darah yang kaitannya dengan aktivitas fisik yang perlu
dilakukan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan untuk peneliti dalam
mengkaji permasalahan tentang aktivitas fisik yang dapat
mempengaruhi tekanan darah.
4. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai informasi dan tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian
selanjutnya.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan komunitas.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Peneliti, Judul, Tahun. Desain Subjek Variabel Hasil
Penelitian
1 Khomarun, Pengaruh
aktivitas fisik jalan pagi
terhadap penurunan
tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi
stadium I di posyandu
lansia desa makamhaji.
2014
One group
quasy
experimen
dengan
rancangan pre
test-post test
design
15 orang
lansia
hipertensi di
posyandu
lansia
Independen:
Aktivitas
Fisik
Dependen:
Tekanan
Darah
Aktivitas fisik
jalan pagi
berpengaruh
dalam
menurunkan
tekanan darah
pada lansia
hipertensi.
http://repository.unimus.ac.id
10
2 Rumsari Mutiarawati,
hubungan antara riwayat
aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi usia
45-54 tahun study di
Wilayah kelurahan
tlogosari kulon
Semarang. 2009.
Survey
observasional
180
responden
dengan 90
responden
kelompok
kasus
(mengalami
hipertensi)
dan 90
responden
kelompok
kontrol
(tidak
mengalami
hipertensi)
Independen:
Riwayat
aktivitas
fisik.
Dependen:
Kejadian
hipertensi
Ada hubungan
antara
aktivitas fisik
dengan
kejadian
hipertensi
pada usia 45-
54 tahun.
3 Mersiliya Sauliyusta,
Aktivitas fisik
memengaruhi fungsi
kognitif lansia. 2016
Deskriptif
korelatif dengan
rancangan Cross
sectional
104
responden
lansia
hipertensi
Independen:
Tingkat
aktivitas
fisik
Dependen:
Fungsi
kognitif
lansia.
Aktifitas fisik
berhubungan
dengan fungsi
kognitif lansia
4 Nurul Firdaus Mayasari,
hubungan aktivitas fisik
dengan tekanan darah
pada lansia penderita
hipertensi di kelurahan
Banyumanik Kota
Semarang. 2015
Deskriptif
korelasi
84
responden
lansia
hipertensi
Aktivitas
fisik
Tekanan
darah
Ada hubungan
aktivitas fisik
dengan
tekanan darah
pada lansia
5 Renny Wijayanti,
hubungan tingkat
aktivitas fisik dengan
tingkat kemandirian
dalam activity of daily
living (ADL) pada lansia
di desa Warunggunung
Rw 02 Karangpilang
Surabaya. 2014.
Cross-Sectional
44
responden
lansia
Aktivitas
fisik
Tingkat
kemandirian
dalam
activity of
daily living
(ADL)
Ada hubungan
tingkat
aktivitas fisik
dengan tingkat
kemandirian
dalam activity
of daily living
(ADL)
6 Angga Dwi P.N,
aktivitas fisik pada
lansia yang mengalami
hipertensi di Upt Panti
Wreda majapahit
Mojokerto.2015
Deskriptif 15
responden
lansia
hipertensi
Aktivitas
fisik
Tekanan
darah
Aktivitas fisik
yang
dilakukan
responden
adalah baik.
http://repository.unimus.ac.id
11
G. Perbedaan Penelitian
1. Variabel Dependen
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti akan
meneliti gambaran aktivitas fisik yang sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (Khomarun, 2014) dan (Natagama, 2015) yang menggunakan
variabel dependen tekanan darah.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang
dilakukan (Mutiarawati, 2009) menjelaskan mengenai adakah hubungan
antara riwayat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan variabel
dependennya adalah kejadian hipertensi.
Penelitian yang dilakukan (Sauliyusta, 2016) menjelaskan
mengenai aktivitas fisik memengaruhi fungsi kognitif pada lansia
dengan variabel dependennya adalah fungsi kognitif lansia.
Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2015) menjelaskan mengenai
adakah hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi dengan variabel dependennya adalah tekanan
darah.
Penelitian yang dilakukan (Wijayanti, 2014) menjelaskan
mengenai hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam
activity of daily living (ADL) pada lansia dengan hipertensi dengan
variabel dependennya adalah tingkat kemandirian dalam activity of
daily living (ADL).
2. Variabel Independen
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti akan meneliti
gambaran aktivitas fisik yang dilakukan dengan menggunakan variabel
independennya adalah kategori aktivitas fisik yang meliputi aktivitas
ringan, sedang, dan berat yang berdasarkan GPAQ (Global Physical
Activity Questionnaire).
http://repository.unimus.ac.id
12
Penelitian ini serupa dengan penelitian (Khomarun, 2014) tetapi
berbeda dalam desainnya. Pada penelitian tersebut variabel yang dinilai
adalah aktivitas fisik jalan pagi.
Penelitian yang dilakukan (Mutiarawati, 2009) menjelaskan
mengenai adakah hubungan antara riwayat aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi dengan variabel independennya adalah riwayat
aktivitas fisik.
Penelitian yang dilakukan (Sauliyusta, 2016) menjelaskan
mengenai aktivitas fisik memengaruhi fungsi kognitif pada lansia
dengan variabel independennya adalah aktivitas fisik.
Penelitian yang dilakukan (Mayasari, 2015) menjelaskan mengenai
adakah hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi dengan variabel independennya adalah
aktivitas fisik.
Penelitian yang dilakukan (Wijayanti, 2014) menjelaskan
mengenai hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kemandirian dalam
activity of daily living (ADL) pada lansia dengan hipertensi dengan
variabel independennya adalah aktivitas fisik.
Penelitian yang dilakukan (Natagama, 2015) menjelaskan
mengenai aktivitas fisik pada lansia yang mengalami hipertensi dengan
variabel independennya adalah aktivitas fisik.
H. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain. Subjek
dalam penilitian ini adalah seluruh lansia hipertensi yang berjumlah 63
orang di Posbindu “Sumber Sehat” di RW 05 Desa Kangkung Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak. Berbeda dengan penelitian yang lain
penelitian ini menggunakan responden lansia hipertensi yang berusia ± 60
tahun yang berjumlah 63 lansia. Penelitian yang dilakukan oleh
(Khomarun, 2014) subjek penelitiannya yaitu 5 orang lansia hipertensi di
posyandu lansia. Subjek penelitian yang dilakukan oleh (Mutiarawati,
http://repository.unimus.ac.id
13
2009) yaitu menggunakan 180 responden dimana 90 responden merupakan
kelompok kasus (mengalami hipertensi) dan 90 responden lainnya
merupakan kelompok kontrol (tidak mengalami hipertensi). (Sauliyusta,
2016) menggunakan 104 responden lansia hipertensi. (Mayasari, 2015)
meneliti 84 lansia hipertensi. Subjek lain pada penelitian yang dilakukan
(Wijayanti, 2014) yaitu dengan menggunakan 44 responden lansia tidak
hipertensi. Sedangkan subjek pada penelitian (Natagama, 2015) yaitu 15
responden lansia hipertensi.
I. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana peneliti akan
meneliti gambaran kategori aktivitas fisik yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan cross-sectional berdasarkan pada panduan
Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Penelitian yang
dilakukan (Khomarun, 2014) desain penelitiannya yaitu one group quasy
experiment dengan rancangan pre test-post test design. Desain penelitian
yang dilakukan (Mutiarawati, 2009) menggunakan survey observasional.
(Sauliyusta, 2016) menggunakan Deskriptif korelatif dengan rancangan
Cross sectional. (Mayasari, 2015) cross-sectional. (Wijayanti, 2014)
menggunakan desain cross-sectional. (Natagama, 2015) menggunakan
desain deskriptif.
Keterbaharuan atau novelty pada penelitian ini adalah penelitian ini
mendeskripsikan mengenai seperti apa gambaran dari berbagai jenis
kategori aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia dengan hipertensi di
Posbindu Sumber Sehat RW 05 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
yang berdasarkan pada panduan Global Physical Activity Questionnaire
(GPAQ). Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah :
1. Penelitian ini menggambarkan jenis aktivitas fisik yang mempengaruhi
angka dan jumlah tekanan darah yang dilakukan lansia dengan
hipertensi.
http://repository.unimus.ac.id
14
2. Variabel independen yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada
lansia dalam penelitian ini adalah kategori aktivitas fisik yang meliputi
aktivitas ringan, sedang dan berat.
3. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk
lansia yang menderita hipertensi yang berjumlah 63 lansia di Posbindu
Sumber Sehat RW 05 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
4. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Posbindu
Sumber Sehat RW 05 Desa Kangkung Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak.
5. Penelitian ini menggambarkan aktivitas fisik yang berpacu pada
panduan penentuan kategori aktivitas fisik berdasarkan Global Physical
Activity Questionnaire (GPAQ).
http://repository.unimus.ac.id