syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

12
187 Jurnal At-Tajdid PENGUKURAN DAYA PEMBEDA, TARAF KESUKARAN, DAN POLA JAWABAN TES (Analisis Butir Soal) Syamsudin* Abstract : Test is important property in doing teaching and learning activity. Good result test come from the good tools of test mecha- nism or technique. e good test technique derived from the item tests which have significant discrimination power. When held a good examination, mean a test which has discrimination power to differen- tiate smart testee and shallow testee thus one of the important duty of test technique will be accomplished. is paper describes how to evaluate item test in order to make a good discrimination power of the item test. e more detail the test to describe different ability of the testee the test quality become better Keywords: test power differentiator, test difficulty level, patterns ans- wers of test * Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan

Upload: at-tajdid

Post on 24-Jul-2016

256 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

187

Jurnal At-Tajdid

PENGUKURAN DAYA PEMBEDA, TARAF KESUKARAN, DAN POLA JAWABAN TES

(Analisis Butir Soal)

Syamsudin*

Abstract : Test is important property in doing teaching and learning activity. Good result test come from the good tools of test mecha-nism or technique. The good test technique derived from the item tests which have significant discrimination power. When held a good examination, mean a test which has discrimination power to differen-tiate smart testee and shallow testee thus one of the important duty of test technique will be accomplished. This paper describes how to evaluate item test in order to make a good discrimination power of the item test. The more detail the test to describe different ability of the testee the test quality become better

Keywords: test power differentiator, test difficulty level, patterns ans-wers of test

* Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan

Page 2: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012188

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

PENDAHULUAN

Evaluasi yang didefinifisikan oleh Nana Sudjana sebagai “... To give value something with the criterion”1 dan sebagai “... usaha menetapkan nilai, yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang terlihat pada ha-sil belajar yang dicapai seorang pelajar2 oleh Yahya Qohar mempunyai beberapa syarat antara lain:

Harus reliabel1. Harus valid2. Harus objectif3. Harus diskriminatif4. Harus imprehensif5. Harus mudah digunakan6. 3

Melihat fungsi peran evaluasi, maka perlu diperlihatkan tes seba-gai salah satu alatnya. Sebagaimana diketahui bahwa tes bisa berbentuk tertulis, lesan atau perbuatan.4 Maka tes harus memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut. Tulisan ini menggunakan test dilihat dari segi bah-wa tes harus didiskriminatif. Jadi uraian berikut termasuk serial analisis hasil test. Ada 4 cara menilai tes yaitu pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kedua mengadakan analisis soal (item analysis), ketiga checking validitas dan keempat checking reliabilitas.

Dari keempat cara tersebut di atas, tulisan ini menguraikan cara kedua yaitu item analisis soal yang terdiri dari tiga hal yaitu taraf kesu-karan, daya pembaca dan pola jawaban soal. Tulisan ini secara berurutan membahas ketiga hal tersebut.

PENgERTIAN DAYA PEMBEDA

Daya pembeda adalah kemampuan atau item tes membedakan siswa yang pandai dari anak yang tidak pandai. Angka yang menunjuk-kan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. In deks deskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks ini terdapat kemungkinan adanya tanda negatif manakala suatu tes terba-lik menunjukkan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.

Page 3: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 189

Syamsudin

Dengan demikian ada tiga titik daya pembeda yaitu:

-1,00 0,00 1,00

Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi (positif)

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai mau-pun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian juga jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak bisa menjawab benar, soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Suatu misal, kelompok anak yang pandai dapat menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir semua siswa yang tergolong bo-doh menjawab dengan salah, dikatakan bahwa soal itu memiliki D terbe-sar. Sebaliknya kalau justru lower group seluruhnya benar menjawab soal sedang upper group­nya yang menjawab dengan salah, maka D soal itu –1,00. Sedangkan kalau antara group keduanya sama yang menjawab de-ngan benar berarti D soal itu 0,00 atau tidak memiliki daya pembeda.

CARA MENENTUKAN DAYA PEMBEDA

Langkah pertama adalah membedakan menjadi kelompok kecil (ku rang dari 100) dan kelompok besar (100 ke atas).

Kelompok kecil (kurang 100)1.

Seluruh kelompok tes terbagi dua sama besar, separuh kelompok atas (upper group) dan separuh kelompok bawah (lower group) sebagai berikut:

Siswa Skor Siswa Skor

ABCDE

08876

Kelompok atas(JA)

FGHIJ

55443

Kelompok bawah(JB)

Page 4: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012190

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

Kelompok besar (100 ke atas)2.

Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya. Contohnya sebagai berikut:

99888

27% sebagai JA

21110

27% sebagai JB

Dari tabel kelompok atas dan kelompok bawah itu dicari menggu-nakan rumus:

D=(Ba/Ja)-(Bb/Jb)=Pa-Pb

D = Daya PembedaJ = Jumlah PesertaJa = Jumlah Peserta AtasJb = Jumlah Peserta BawahBb = Jumlah Peserta Kelompok bawah menjawab benarBa = Jumlah peserta kelompok atas menjawab benar

PB - BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benarPA - BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel Analisa 10 butir soal, 20 siswa

Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor

A B 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4

B A 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7

C A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

D B 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6

E A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

F B 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6

G B 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6

Page 5: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 191

Syamsudin

Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor

H B 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6

I A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

J A 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7

K A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

L B 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5

M B 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3

N A 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7

O A 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8

P B 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4

Q A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

R A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8

S B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6

T B 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6

Jumlah 12 14 12 8 7 16 14 17 20 10

Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skor-skor sebagai berikut:

A = 4, B = 7, C = 8, D = 6, E = 10, F = 6, G = 6, H = 6, I = 8, J = 7, K = 7, L = 5, M = 3, N =7, O = 8, P = 4, Q = 8, R = 8, S = 6, T = 6

Dari angka-angka yang belum teratur lalu disusun menjadi array (urutan penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.

Kelompok atas Kelompok bawah

10888887777

6666665443

10 orang 10 orang

Page 6: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012192

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut:

Kelompok atasJA

Kelompok bawahJB

B=7C=8

E=10I=8J=7

K=7N=7O=8Q=8R=8

A=4D=6F=6G=6H=6L=5

M=3P=4S=6T=6

10 orang 10 orang

Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi khusus soal nomor satu.Dari kelompok atas yang menjawab benar 8 murid1. Dari kelompok bawah yang menjawab benar 4 orang2. Ditetapkan dalam rumus indeks diskriminasi sebagai berikut:

JA = 10•BA = 8•PA = 0.8•JB = 10•BB = 4•PB = 0,4•

Maka D soal nomor 1 = PA –PB = 0,8 -0,4 = 0,4

KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA DAN HUBUNgANNYA DENgAN TARAF

KESULITAN

D = 0,00 -0,20 jelek (poor)D = 0,20-0,40 cukup (satisfactory)D = 0,4-0,70 baik (good)D = 0,70-1,00 Baik sekali (Excellent)D = Negatif, semuanya tidak baik, “semua soal yang mempunyai

nilai D negatif dibuang saja

Page 7: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 193

Syamsudin

Untuk melihat hubungan antara taraf kesulitan dan taraf daya pem-beda antara P dan D perlu senantiasa diingat rumus mencari P dan juga D. Dari indeks kesukaran (P) dan indeks di diskriminasi atau daya pem-beda (D) diperoleh hubungan sebagai berikut:

Sebagai contohSoal dengan P = 0,20Akan memberikan D max – 0,10Soal dengan P = 0,80Akan memberikan D = Max = yang sama

Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P = 0,50 memung-kinkan untuk mendapat daya pembeda yang paling tinggi.

TARAF KESUKARAN

Item soal sebaiknya tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar.Dalam hal soal terlalu mudah dan atau terlalu sukar kurang memiliki fungsi akademik yang layak. Sebab manakala soal terlalu mudah kurang merangsang dan menarik minat belajar, sebaliknya kalau terlalu sukar pun sangat memungkinkan murid tidak selera untuk belajar bahkan menjadi putus asa.

Angka sebagai ukuran tingkat kesukaran item soal disebut indeks kesukaran atau difficulty index, yang berada pada angka 0,00 s/d 1,00. Indeks kesukaran yang populer disebut P (proporsi) 0,00 menunjukkan soal itu terlalu sukar ,sedangkan 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah.Dengan demikian soal dengan P 0,50 lebih mudah dari soal dengan P 0,25 ,begitu pula sebaliknya soal dengan P 0,10 lebih sukar daripada soal dengan P 0,30.

Rumus mencari P adalah B : JS. P = indeks kesukaran, B = ba-nyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Adapun contoh penerapannya sebagai berikut: Misal ada sejumlah 40 orang siswa sebuah kelas. Dari mereka terdapat 12 orang

Page 8: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012194

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

murid yang dapat mengerjakan dengan benar item soal nomor 1. Maka indeks kesukaran soal nomor itu adalah:

P = B:JS = 12 : 40 = 0,30

Lebih lanjut untuk memudahkan penggambarannya di bawah ini ada tabel dari 20 siswa A s/d T mengerjakan 20 item test sebagai beri-kut:

Page 9: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 195

Syamsudin

sisw

aN

OM

OR

SOAL

Skor

sis

wa

1 2

3 4

5 6

7 8

9 10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

A 1

1 0

0 1

0 1

1 0

1 1

0 1

0 1

1 1

1 0

1 13

B 0

1 0

0 1

0 1

1 0

0 1

1 1

1 0

0 0

1 1

1 11

C 1

1 0

0 1

1 1

1 0

1 0

1 1

0 1

1 0

1 1

1 14

D 0

1 0

0 1

1 0

1 0

0 0

1 1

1 0

0 0

1 1

0 9

E 1

1 0

0 1

0 1

1 0

1 1

1 1

1 0

1 1

1 1

0 14

F 0

0 0

1 1

1 0

1 0

0 1

1 1

0 0

0 1

0 0

0 8

G 1

0 0

1 0

0 1

1 0

1 0

1 1

1 1

1 1

0 1

1 13

H 0

0 0

1 1

1 0

1 0

0 1

1 1

0 0

0 1

0 0

0 8

I 1

1 1

1 1

0 1

1 0

1 1

1 1

1 1

1 0

1 1

1 17

J 0

1 1

1 1

0 1

1 0

0 1

1 1

1 0

1 0

1 1

0 13

K 0

0 0

1 1

1 0

1 0

0 1

1 1

0 0

0 1

0 0

0 8

L 1

1 1

1 1

0 1

1 0

1 1

1 1

1 1

1 0

1 1

1 17

M 1

0 0

0 1

0 1

1 1

1 1

1 1

0 1

0 1

1 0

1 13

N 0

1 1

0 1

1 1

1 0

1 1

1 1

1 1

0 1

1 1

1 16

O 1

1 0

0 1

0 1

0 1

1 0

1 1

0 1

0 1

1 1

0 12

P 0

1 0

1 1

1 1

0 0

0 0

1 1

1 0

0 0

0 1

1 10

Q 1

0 0

0 0

0 0

1 0

1 1

1 1

0 0

0 0

1 1

1 9

R 0

1 0

1 1

0 1

1 0

1 1

1 1

0 0

0 0

1 0

1 11

S 1

1 0

1 1

0 1

1 1

0 0

1 1

1 1

0 1

1 0

1 14

T 0

1 0

1 1

0 1

1 0

0 0

1 1

1 0

0 0

1 0

1 10

Jum

lah

10

14

4 11

18

7

15

18

3 11

13

19

20

11

9

7 10

15

12

13

Dari tabel yang disajikan di atas, dapat ditafsirkan bahwa:Soal nomor 1 memiliki terap kesukaran 10 : 20 = 0,501. Soal nomor 9 yang tersukar karena hanya dapat dijawab dengan be-2. tul oleh 3 orang saja, jadi 3 : 20 = 0,15

Page 10: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012196

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

Soal nomor 13 yang paling mudah karena dijawab dengan benar 3. oleh seluruh murid .Indeks kesukarannya = 20 : 20 = 1,0

Menurut ketentuan yang berlaku indeks kesukaran diklasifikasi se-bagai berikut:

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar1. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang2. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah3.

POLA JAWABAN

Pola jawaban adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya tes-tee yang memilih jawaban a,b,c atau d atau yang tidak memilih jawaban manapun yang disebut omit disingkat o. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecohnya (distraktor) berfungsi dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti penge-coh itu jelek, terlalu mencolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah dis-traktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor terse-but mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

Terhadap distraktor dapat 3 perlakuan, diterima kalau baik, ditolak karena tidak baik, dan ditulis kembali kalau kurang baik. Kekurangannya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal kalau memang ada yang harus diperbaiki harus diperbaiki sebelum di gunakan untuk tes.Distraktor berfungsi baik minimal dipilih 5% pengikut tes.

Contoh penghitungan, dari analisis sebuah item, polanya diketa-hui:Pola jawaban ! a ! b ! c * ! d ! 0 ! jumlah *kunci jawabanKelompok atas ! 5 ! 7 ! 15 ! 3 ! 0 ! 30Kelompok bawah ! 8 ! 8 ! 6 ! 3 ! 0 ! 30Jumlah !13!15! 21 ! 9 ! 3 ! 60

Page 11: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 197

Syamsudin

Dari pola jawaban soal ini dapat dicariP = 21 : 60 = 0,351. D = PA – PB = 15/30 – 6/30 = 9/30 = 0,302. Distraktor, semua berfungsi dengan baik dipilih lebih dari 5% peng-3. ikut tes.

PENUTUP

Dari uraian terdahulu maka kiranya dapat kita ambil pengertian penting bahwa penyusunan soal perlu adanya hal-hal yang harus diper-hatikan agar sasaran penyelenggaraan evaluasi dapat tercapai. Hal itu antara lain adanya daya pembeda atau krimination power di samping kri-teria-kriteria lainnya.

Semakin terpenuhi kriteria-kriteria soal yang baik, semakin tinggi kualitas soal untuk sebuah evaluasi. Begitu juga semakin jauh dari krite-ria-kriteria itu semakin rendah pula kualitas soal tersebut.

Demikian tulisan ringkasan sederhana ini berusaha menghadir-kan uraian tentang cara mengukur daya pembeda soal dalam upaya memperoleh item-item soal yang valid dan realibel dan memiliki keber-maknaan yang maksimal dalam sebuah program evaluasi pendidikan peng ajaran. [ ]

ENDNOTES1 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Peralatan Ilmu Belajar, ( Jakarta: Serajaya, 1984),

hlm. 8.2 Yahya Qohar, Evaluasi Pendidikan Agama, (Bogor: Jawi Jaya, 1981), hlm. 12.3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali, 1984), hlm. 331.4 Hendayat Sutopo, Pembinaan Pengembangan Kurikulum,(Malang: IKIP Ne-

geri, 1982), hlm. 134.

Page 12: Syamsudin pengukuran daya pembeda, taraf kesukaran, dan pola jawaban tes (analisis butir soal)

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012198

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes

DAFTAR PUSTAKA

Qohar, Yahya. Evaluasi Pendidikan Agama, Bogor : Ciawi Jaya, 1981Arikunto, Suharsimi. Dasar­Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Serajaya

1984Sudjana, Nana. Dasar­Dasar Penilaian Hasil Belajar, Jakarta: Se rajaya.

1984Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali. 1984Sutopo, Hendyat. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Ma lang:

IKIP Negara Malang. 1982