bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/2938/2/bab i.pdf · hidup sehat misalnya...

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman modern yang penuh dengan berbagai macam sesuatu yang baru dan serba praktis ini membuat banyak orang menjadi lebih mudah dalam melakukan segala sesuatunya, misalnya saja seperti perilaku seseorang di dalam menerapkan gaya hidupnya pada kehidupan sehari-hari. Sejatinya setiap orang hidup di dunia dengan memiliki beberapa aspek yang penting dalam hidup, salah satu yang harus dijaga adalah kesehatan. Ada beberapa indikator sebagai penentu individu dalam melakukan pola hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan seimbang, kegiatan produktif dan sosial. Pola hidup yang tidak sehat yaitu seperti cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore, bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah raga, pola makan yang kebarat-baratan tidak sehat seperti makanan siap saji (Setiati, dkk, 2014). Ketika seseorang akan melakukan salah satu dari kedua pola hidup diatas maka pola hidup yang dipilih akan menimbulkan adanya beberapa hal, baik hal positif maupun hal negatif. Hal positif bisa membuat seseorang memiliki kondisi tubuh yang sehat, hal negatifnya bisa membuat seseorang sakit/ terkena penyakit. Salah satu penyakit akibat pola hidup tidak sehat adalah DM Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Upload: nguyendiep

Post on 13-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada zaman modern yang penuh dengan berbagai macam sesuatu yang

baru dan serba praktis ini membuat banyak orang menjadi lebih mudah dalam

melakukan segala sesuatunya, misalnya saja seperti perilaku seseorang di

dalam menerapkan gaya hidupnya pada kehidupan sehari-hari. Sejatinya

setiap orang hidup di dunia dengan memiliki beberapa aspek yang penting

dalam hidup, salah satu yang harus dijaga adalah kesehatan.

Ada beberapa indikator sebagai penentu individu dalam melakukan pola

hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola

makan seimbang, kegiatan produktif dan sosial. Pola hidup yang tidak

sehat yaitu seperti cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi

sampai sore, bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang

meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah

raga, pola makan yang kebarat-baratan tidak sehat seperti makanan siap saji

(Setiati, dkk, 2014).

Ketika seseorang akan melakukan salah satu dari kedua pola hidup diatas

maka pola hidup yang dipilih akan menimbulkan adanya beberapa hal, baik

hal positif maupun hal negatif. Hal positif bisa membuat seseorang memiliki

kondisi tubuh yang sehat, hal negatifnya bisa membuat seseorang sakit/

terkena penyakit. Salah satu penyakit akibat pola hidup tidak sehat adalah DM

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

2

(Apriyanti, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan

pada tahun 2000, jumlah pasien DM mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada

tahun 2030 jumlah pasien DM di indonesia bertambah 21,3 juta, sehingga

jumlah pasien DM meningkat setiap tahunnya (Christanty & Wardhana,

2013). Selanjutnya, Brunner & Suddarth (2010) menyatakan bahwa jumlah

orang yang terkena DM tipe 2 sekitar 90-95%. Sejalan dengan hal tersebut,

DM tipe 2 khususnya telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di

seluruh dunia khususnya di negara berkembang seperti indonesia

(Kusumadewi, 2011).

Di poliklinik penyakit dalam RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Kabupaten Purbalingga memiliki pasien DM tipe 2, tercatat dari periode tahun

2006 sampai 2017 sejumlah yang dapat dilihat dalam tabel :

Tabel 1. Data Rekamedik Pasien DM tipe 2 di RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga :

Pasien DM tipe 2 Usia Jumlah Laki-laki Perempuan

Rawat Jalan

(Studi Pendahuluan)

34-69 tahun 5 1 4

Rawat Inap 34-69 tahun 40 5 35

Rawat Jalan 34-69 tahun 73 25 48

Jumlah 118 31 87

Pasien DM selain mengalami gangguan fisiologis, ditemukan juga bahwa

pasien mengalami gangguan psikologis. Sejalan dengan Tjokroprawino (2006)

mengatakan bahwa pasien DM selain mengalami gangguan pada sistem

fisiologis, kenyataan yang ditemukan di lapangan adalah pasien DM juga

mengalami gangguan pada kondisi psikisnya. Perubahan kondisi psikis yang

diperlihatkan pasien antara lain pada aspek emosional pasien, misalnya

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

3

muncul emosi yang labil dan sangat tergantung mood pada pasien. Kondisi

emosional pasien terganggu karena pasien harus menjaga pola makannya

seperti tidak boleh mengkonsumsi gula maupun makanan manis, menjalani

diet, banyak berolahraga minimal berjalan kaki, banyak minum air putih dan

buah-buahan, serta melakukan pengecekan gula darah minimal satu bulan

sekali. Hari-hari yang membuat pasien sulit adalah ketika menghadiri pesta.

Pasien harus lebih selektif memilih makanan yang dimakannya karena salah

memilih makanan akan membuat gula darahnya naik (Tjokroprawino, 2006).

Selanjutnya Tjokroprawino (2006) menambahkan bahwa sepertinya

aktivitas-aktivitas tersebut mudah untuk dijalani tetapi terkadang pasien

mengalami kejenuhan, seperti ingin bebas mengkonsumsi jenis makanan dan

minuman. Perasaan ingin bebas mengkonsumsi semua jenis makanan, namun

tidak bisa dilakukan akan membuat pasien mengalami frustasi dan stress yang

juga mempengaruhi keadaan emosinya.

Sehingga, pasien DM mengalami gangguan psikologis karena pasien

memiliki berbagai macam perilaku seperti perilaku positif dan negatif yang

mencerminkan suatu keadaannya. Gangguan psikologis terjadi karena, adanya

suatu dorongan untuk melakukan suatu tindakan atau yang biasa disebut

dengan emosi. Emosi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Emosi sangat membantu menyediakan informasi yang penting

mengenai status interaksi individu dengan orang lain, akan tetapi seringkali

pengalaman emosi yang kuat membutuhkan untuk dikelola.

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

4

Emosi seperti yang diungkapkan oleh Goleman (2007) yaitu dorongan

untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah

ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Berdasarkan jenisnya emosi

dapat dibagi menjadi 2 yaitu eustress (emosi positif) dan distress (emosi

negatif). Eustress memberikan kita dorongan semangat untuk melakukan

segala kegiatan dalam kehidupan, sebaliknya distress adalah semua bentuk

stress yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan

menyebabkan masalah fisik atau psikologis (Walker, 2002).

Misalnya seperti ketika seseorang dalam kondisi yang baik maka ia akan

memperlihatkan adanya suatu emosi yang positif seperti merasakan adanya

suatu energi yang tinggi, dan kegembiraan hingga perasaan sabar, tenang dan

menarik diri, suka cita kegembiraan dan tawa termasuk perasaan yang positif.

Akan tetapi ketika seseorang sedang mengalami kondisi yang buruk maka ia

juga akan memperlihatkan adanya suatu emosi yang negatif seperti merasakan

adanya kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah dan kesedihan (Santrock,

2011).

Dengan adanya dampak yang ditimbulkan oleh emosi, maka diperlukan

adanya suatu pengendalian emosi, karena apabila seseorang mampu

mengelola emosinya secara efektif, maka ia akan memiliki daya tahan

yang baik dalam menghadapi suatu permasalahan. Shaffer (2005) mengatakan

bahwa regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan

emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu

tujuan. Sejalan dengan Thompson (dalam Janah, dkk, 2015) menggambarkan

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

5

regulasi emosi sebagai kemampuan merespon proses-proses ekstrinsik dan

intrinsik untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi

yang intensif dan menetap untuk mencapai suatu tujuan.

Regulasi emosi berhubungan dengan suasana hati. Konsep regulasi

emosi itu luas dan meliputi kesadaran dan ketidak-sadaran secara

psikologis, tingkah laku, dan proses kognitif. Menurut Gross (dalam

Aprisandityas, 2012) menyatakan bahwa penelitian secara konsisten juga

menunjukkan bahwa regulasi emosi berkaitan dengan perasaan. Oleh

karena itu perlu diketahui bahwa kemampuan dalam melakukan regulasi

emosi pada setiap individu tergantung pada apa yang benar-benar ia rasakan.

Sehingga, seseorang melakukan regulasi emosi dengan cara yang berbeda-

beda, dan dengan kemampuan yang berbeda pula. Strategi yang dipilih

dalam melakukan regulasi emosi bisa lebih sehat dibanding yang lain.

Regulasi emosi merupakan variabel yang sangat penting untuk membantu

menjaga kondisi kesehatan pasien DM tipe 2. Hal inilah yang menjadi fokus

perhatian karena pengaruh DM yang juga mempengaruhi psikis sehingga

terjadi perubahan yang cukup mencolok pada perilaku pasien DM. Kondisi

tersebut pantas untuk ditanggapi secara serius karena pengaruh yang

ditimbulkan oleh perubahan perilaku ini tidaklah hanya dialami oleh pasien

tetapi juga dialami oleh anggota keluarga dan kerabat dekat. Kondisi ini

terutama ditemui pada pasien DM tipe 2, karena pada pasien DM tipe 2

kurang dapat melakukan penyesuaian fisik dan psikologis untuk menghadapi

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

6

dan melakukan perawatan terhadap penyakitnya. Oleh karena itu peneliti

tertarik dan menganggap penting untuk meneliti tentang penyakit DM tipe 2.

Berkaitan dengan pembahasan mengenai emosi, peneliti telah melakukan

wawancara kepada lima pasien DM tipe 2 yang diwawancarai pada tanggal 19

september 2016 yaitu lima subjek berinisial WY (34 Tahun), SG (45 Tahun),

YM (53 Tahun), TK (58 Tahun), serta RS (60 Tahun) pada pukul 16.00-20.00

WIB, bertempat di rumah masing-masing subjek yang peneliti datangi secara

bergantian. Ke lima subjek tersebut merupakan sebagian dari pasien rawat

jalan yang memeriksakan kondisi kesehatannya di Poliklinik penyakit dalam

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga.

Meski pasien DM tipe 2 yang ada dirumah sakit tersebut sudah

mengalami sakit dengan rentang waktu yang cukup lama, namun pasien masih

merasakan emosi negatif muncul saat gula darahnya naik. Menurut ibu WY

(34 Tahun) menceritakan bahwa penyakit DM tipe 2 dialami WY sejak 5

tahun yang lalu, penyebab dari penyakitnya karena pola hidup yang tidak

sehat. Sejalan dengan Apriyanti (2014) bahwa individu terkena DM tipe 2

disebabkan oleh pola hidup tidak sehat. Setelah bekerja WY lebih sering

mengisi waktu dengan bermalas-malasan, menonton televisi, tiduran sambil

mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji seperti gorengan, ketoprak,

gado-gado, stik, olahan keju, mi instan serta sari buah jus maupun minuman

yang mengandung bahan pengawet lainnya untuk menghilangkan kejenuhan

akibat pekerjaan yang menumpuk. Selain itu, WY juga tidak mengimbanginya

dengan gerak fisik seperti olahraga, bahkan dalam waktu setahun WY hanya

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

7

melakukan olahraga selama 4 kali, sehingga WY memiliki obesitas. Semenjak

sakit WY memiliki kondisi fisik, sosial dan psikis yang berubah. Pada kondisi

fisik, terjadi perubahan kondisi fisik yang terjadi secara perlahan. Gejala

tersebut seperti WY mudah merasa lelah, memiliki rasa haus yang meningkat,

sering buang air kecil pada malam hari, mengalami infeksi kulit/ luka yang

lambat sembuh, mengalami penurunan berat badan, serta memiliki gambaran

sindrom metabolik lain seperti tekanan darah tinggi. Pada kondisi sosial,

aktivitas WY menjadi terhambat.

Selain itu WY juga merasakan perubahan kondisi psikologisnya pada saat

gula darahnya naik, meski sudah lama sakit namun pada saat gula darahnya

naik WY merasa terkejut saat mengetahui gula darahnya tinggi. WY merasa

jantungnya berdetak dengan cepat saat mengetahui gula darahnya tinggi.

Perasaan terkejut WY diperlihatkan dengan bola mata WY yang seperti

melotot, alis yang naik, dan WY terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.

WY merasa marah dengan dirinya sendiri, kemarahan WY diperlihatkan

dengan mengekspresikan raut muka dinaikkan keatas, lalu WY merasa

peredaran darahnya menggumpal di dalam tubuh. WY juga mengeluarkan

amarah dengan membanting barang-barang yang ada dikamarnya serta

meraung-raung kesakitan akibat infeksi luka yang tidak kunjung kering.

Kemarahan WY semakin meluap ketika WY diharuskan untuk meminum obat

akibat gula darah yang sudah tinggi.

WY sesekali menyimpan obatnya berharap tidak ingin dikonsumsi lagi,

bahkan pernah juga karena tidak bisa mengontrol amarahnya, obat yang

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

8

seharusnya dikomsumsi dibuang oleh WY karena WY merasa jenuh. WY

memiliki ketakutan karena kondisi WY yang sulit membaik, ketakutan WY

menyebabkan bulu kaki dan tangan WY sampai berdiri/ merinding. Bahkan,

karena ketakutannya dengan DM tipe 2 yang dialaminya, air liur WY sampai

mengering. WY sering kali mengurung diri di dalam kamar sambil menangis.

Pada saat WY menangis, WY menangis sembari menyalahkan dirinya sendiri,

WY bahkan sering menangis hingga mata WY merah dan nafas, WY merasa

terganggu karena tersendak-sendak akibat menangis sepanjang hari. WY

kecewa dengan pola hidup yang telah dilakukan, karena belum juga membuat

WY membaik. Kekecewaan WY dirasakan dengan WY murung dan sesekali

bernafas panjang (Syukur, 2011). Pada kondisi perilaku WY menarik diri dari

lingkungan, keluarga, dan kehilangan tenaga. Sedangkan pada kondisi kognitif

kini WY memiliki ingatan yang lambat (Bilous & Donelly, 2015).

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu SG (45 Tahun),

SG sudah terkena DM tipe 2 sekitar 4 tahun yang lalu, penyebab dari

penyakitnya karena pola hidup yang tidak sehat. Sejalan dengan Apriyanti

(2014) bahwa individu terkena DM tipe 2 disebabkan oleh pola hidup tidak

sehat. Sebagai ibu rumah tangga setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, SG

hanya menonton televisi, makan dan tidur padahal SG memiliki waktu luang

untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Meski ibu rumah tangga namun

SG jarang memasak dirumah. Sehingga SG lebih sering mengkonsumsi

makanan dan minuman siap saji seperti mi goreng, bubur siap saji, ice cream,

pop ice, sarden, sosis serta saat memasakpun bahan-bahan makanan yang

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

9

digunakan SG merupakan bahan makanan yang mengandung pengawet agar

mudah di dapat. Selain itu, SG juga jarang melakukan olahraga sehingga SG

mengalami obesitas. Semenjak sakit kondisi fisik, sosial dan psikisnya

berubah. Pada kondisi fisik, terjadi perubahan kondisi fisik yang terjadi secara

perlahan. Gejala tersebut seperti SG mudah merasa lelah, memiliki rasa haus

yang meningkat, sering buang air kecil pada malam hari, mengalami infeksi

kulit/ luka yang lambat sembuh, mengalami penurunan berat badan, serta

memiliki gambaran sindrom metabolik lain seperti tekanan darah tinggi.

Pada kondisi sosial, terhambatnya aktivitas SG dalam menyelesaikan

pekerjaannya. Sedangkan untuk kondisi psikologis, SG merasa emosi yang

muncul saat gula darahnya naik seperti SG merasa marah dengan dirinya

sendiri, kemarahannya diperlihatkan dengan mengeluh pada dirinya sendiri

sambil membanting-bantingkan bantal maupun guling, karena SG merasa

tubuhnya seperti digerumuti oleh semut. Sehingga, SG juga marah-marah

dengan membanting-bantingkan barang-barang yang ada dikamar. Terkadang

kaki SG juga diremas-remas, karena SG berharap agar kesemutannya hilang.

SG sedih harus menerapkan pola hidup sehat saat gula darahnya naik, karena

jika tidak menerapkan pola hidup sehat, maka kondisi SG akan semakin

memburuk.

SG merasa sedih, yang diperlilhatkan dengan SG menangis sepanjang

malam sembari mengeluh karena terus menerus kencing, dan terus-menerus

merasa haus. SG merasa bosan dengan menu makanan yang harus dikonsumsi

saat gula darah naik, SG tidak suka dengan makanan sehat yang harus

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

10

dikonsumsi. SG merasa enggan untuk meminum obat yang disarankan oleh

dokter, karena tak kunjung membuat kondisi SG membaik. Sehingga SG

merasa kecewa, kekecewaan SG diperlihatkan dengan, SG nampak beridam

diri dan selalu ingin mengurung diri sendiri (Syukur, 2011). Pada kondisi

perilaku SG menarik diri dari lingkungan dan keluarga, dan kehilangan

tenaga. Sedangkan pada kondisi kognitif, SG memiliki daya ingat yang lambat

(Bilous & Donelly, 2015).

Hasil wawancara dengan ibu YM (53 Tahun), ditemukan bahwa YM

mulai terkena DM tipe 2 semenjak 7 tahun yang lalu. Penyebab dari

penyakitnya karena pola hidup yang tidak sehat, sejalan dengan Apriyanti

(2014) bahwa individu terkena DM tipe 2 disebabkan oleh pola hidup tidak

sehat. Dalam kesehariannya YM sibuk mengerjakan semua pekerjaannya, YM

dituntut harus bekerja keras karena kini YM yang menghidupi kedua anaknya

setelah bercerai dengan suaminya. Karena hal tersebut YM merasa terbebani,

maka dari itu saat berada didalam lingkungan kerja maupun dirumah YM

sering mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji seperti kentang goreng

dengan sambal, ice cream, burger, serta nugget ataupun sosis yang sering

pasien bawa sebagai bekal makanan.

Karena kesibukannya, YM jarang bergerak, YM sering menghabiskan

waktunya dengan duduk berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaannya,

setelah selesaipun YM tidak meluangkan waktu untuk berolahraga sehingga

YM kurang gerak. Hal tersebut menyebabkan YM memiliki berat badan

berlebih/ obesitas, serta perubahan pada kondisi fisik lainnya, sosial serta

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

11

kondisi psikologisnya. Pada kondisi fisik, terjadi perubahan kondisi fisik yang

terjadi secara perlahan. Gejala tersebut seperti YM mudah merasa lelah,

memiliki rasa haus yang meningkat, sering buang air kecil pada malam hari,

mengalami infeksi dada/ luka yang lambat sembuh, mengalami penurunan

berat badan, serta memiliki gambaran sindrom metabolik lain seperti tekanan

darah tinggi.

Pada kondisi sosial, aktivitas YM terhambat. Sedangkan untuk kondisi

psikologisnya YM merasakan emosi pada saat gula darah YM naik seperti,

YM merasa sedih karena gula darahnya suit stabil. Kesedihan YM

diperlihatkan dengan, YM menangis sambil berbicara sendiri mengenai

kondisi kesehatan yang selalu buruk. YM merasa enggan melakukan diet,

meski kondisi tubuh YM sudah mengalami obesitas dan diperlukan adanya

diet untuk mengontrol gula darah. YM merasa putus asa, yang diperlihatkan

dengan YM selalu menunda-nunda menjalankan pola hidup sehat maupun

meminum obat.

Menurut YM obatnya berfungsi lama, selain itu obatnya sangat pahit dan

bentuknya terlalu besar, sehingga YM malas mengkonsumsi obat. YM merasa

benci dengan dirinya sendiri, kebencian YM terhadap dirinya sendiri

diperlihatkan dengan YM yang malas melakukan olahraga agar gula darahnya

menurun. Tetapi YM merasa cemas jika kondisinya tidak kunjung membaik

saat gula darahnya naik. Saat YM sedang merasa sangat sedih, YM hanya

berdiam diri didalam kamar, padahal saat gula darah naik YM harus bolak-

balik kekamar mandi. Namun YM telah jenuh sehingga terkadang YM sengaja

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

12

mengeluarkan air kencing ditempat tidur (Syukur, 2011). Pada kondisi

perilaku YM menarik diri dari lingkungan dan keluarga, dan kehilangan

tenaga. Sedangkan pada kondisi kognitif, kini YM memiliki daya ingat yang

lambat (Bilous & Donelly, 2015).

Selanjutnya hasil wawancara dengan ibu TK (58 Tahun), TK sudah

terkena DM tipe 2 semenjak 6 tahun yang lalu. Penyebab dari penyakitnya

karena pola hidup yang tidak sehat, sejalan dengan Apriyanti (2014) bahwa

individu terkena DM tipe 2 disebabkan oleh pola hidup tidak sehat. Pola hidup

tidak sehat yang dilakukan TK seperti duduk berjam-jam dalam

menyelesaikan pekerjaannya sembari mengkonsumsi minuman dan makanan

siap saji yaitu kopi, sari buah jus, donat, nugget, makanan olahan keju, jajan

dalam kemasan, goreng-gorengan serta makanan dengan proses pengolahan

bahan makanan yang mengandung pengawet. Karena kesibukannya, TK

jarang melakukan olahraga sehingga TK mengalami obesitas. Hal tersebut

membuat kondisi fisik, sosial serta psikologisnya mengalami perubahan. Pada

kondisi fisik, terjadi perubahan kondisi fisik yang terjadi secara perlahan.

Gejala tersebut seperti TK mudah merasa lelah, memiliki rasa haus yang

meningkat, sering buang air kecil pada malam hari, mengalami infeksi kulit/

luka yang lambat sembuh, mengalami penurunan berat badan, serta memiliki

gambaran sindrom metabolik lain seperti tekanan darah tinggi.

Pada kondisi sosial, aktivitas TK terhambat. Sedangkan kondisi

psikologisnya, TK merasakan emosi pada saat gula darahnya naik seperti TK

merasa marah dengan dirinya sendiri yang diperlihatkan dengan, TK pada saat

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

13

gula darahnya naik, banyak sekali keluhan yang muncul dari dalam dirinya

seperti lelah. Saat merasa lelah seharusnya TK beristirahat, namun yang

dilakukan oleh TK sebaliknya. TK justru tambah menghabiskan tenaganya,

karena TK merasa haus dan lapar secara terus-menerus. Sehingga, TK makan

dan minum secara terus-menerus, dan membuat kondisi TK semakin buruk.

TK sering menyesali perbuatannya, namun TK mengontrol keinginannya.

Sehingga, TK juga merasa bersalah dan ingin sekali tidak mengulanginya

namun sulit. TK juga tidak tahu bagaimana cara untuk mengontrolnya, karena

TK merasa sangat jengkel saat gula darahnya naik. TK menjadi lemas, letih,

lesu, padahal TK ingin seperti orang lain pada umumnya. Oleh karena itu, TK

merasa malu dengan dirinya sendiri karena TK merasa sudah tidak bisa

berguna lagi (Syukur, 2011). Pada kondisi perilaku TK menarik diri dari

lingkungan dan keluarga, dan kehilangan tenaga. Sedangkan pada kondisi

kognitif, TK memiliki daya ingat yang lambat (Bilous & Donelly, 2015).

Informasi lain di temukan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan

bapak RS (60 Tahun), RS sudah terkena DM tipe 2 selama 8 tahun. Penyebab

dari penyakitnya karena pola hidup yang tidak sehat, sejalan dengan Apriyanti

(2014) bahwa individu terkena DM tipe 2 disebabkan oleh pola hidup tidak

sehat. Karena kesibukan RS menyelesaikan pekerjaannya, RS sering

mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji yang mudah dan praktis.

Selain itu RS juga tidak mengimbanginya dengan gerak fisik seperti

berolahraga. RS sering merokok, mengkonsumsi kopi, ice cream, sosis,

nugget, makanan olahan keju, makanan yang mengandung goreng-gorengan,

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

14

serta makanan yang mengandung bahan pengawet lainnya. Selain itu, RS juga

pasif dalam melakukan aktivitas seperti sibuk menyelesaikan pekerjaannya

dengan duduk berjam-jam, dan jarang melakukan olahraga sehingga RS

mengalami obesitas. Akibat DM tipe 2 yang dialami, kini RS mengalami

perubahan pada kondisi fisik, sosial dan psikologisnya.

Pada kondisi fisik, terjadi perubahan kondisi fisik yang terjadi secara

perlahan. Gejala tersebut seperti RS mudah merasa lelah, memiliki rasa haus

yang meningkat, sering buang air kecil pada malam hari, mengalami infeksi

kulit/ luka yang lambat sembuh, mengalami penurunan berat badan, serta

memiliki gambaran sindrom metabolik lain seperti tekanan darah tinggi. Pada

kondisi sosial, aktivitas RS terhambat. Sedangkan pada kondisi psikologisnya,

RS merasakan emosi pada saat gula darahnya naik seperti RS merasa marah,

RS marah karena RS merasa saat gula darahnya naik mengganggu

aktivitasnya. Kemarahan RS diperlihatkan dengan RS terus-menerus

meminum sari buah jus, padahal sangat dianjurkan untuk meminum air putih

saat gula darah naik. Namun RS tidak menghiraukannya karena saat gula

darahnya naik, RS merasa sangat haus dan air putih dirasa tidak cukup untuk

menghilangkan rasa haus RS.

Ketika sedang bekerja, RS merasa sedih karena RS merasa hanya RS

yang mengalami sakit parah seperti ini. RS merasa malu pada teman-teman

kerjanya, karena pada saat sedang bekerja RS pernah merasa gula darahnya

tinggi. Gejala gula darah tinggi ditunjukkan dengan sering buang kecil, sering

merasa haus dan lapar. RS malu karena kondisi kesehatannya tidak seperti

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

15

orang lain pada umumnya, terkadang RS sampai merasa jijik terhadap dirinya

sendiri. RS merasa putus asa dengan penyakitnya yang diperlihatkan dengan,

RS mengurung diri di ruangan kesehatan pada saat dikantor. Pada saat

dirumah, RS mengurung diri diruang kerja yang berada dirumah, sambil

menangis. RS menangis sambil memegangi tangannya yang kesemutan,

namun RS bukan memijatnya. Akan tetapi RS justru mencubitnya karena, RS

berharap agar kesemutan yang dirasakan lekas sembuh (Syukur, 2011). Pada

kondisi perilaku RS menarik diri dari lingkungan dan keluarga, dan

kehilangan tenaga. Sedangkan pada kondisi kognitif, kini RS memiliki daya

ingat yang lambat (Bilous & Donelly, 2015).

Sehingga, ke lima subjek cenderung belum mampu memiliki strategi yang

bertujuan untuk mengontrol emosi, serta menerima respon emosional. Maka

dari itu, perilaku yang nampak pada pasien yaitu, pada saat kadar gula

darahnya naik pasien memunculkan emosi negatif. Hal tersebut dibuktikan

dengan, pada saat kadar gula darah naik ke lima subjek cenderung merasa

marah dengan dirinya sendiri, menangis karena kondisi yang sulit membaik,

menyesal terkena DM tipe 2, malas melakukan olahraga agar gula darahnya

menurun, cemas saat kondisi kesehatannya memburuk. Hal tersebut membuat

ke lima subjek sedih dan berpikir untuk menyerah dan pasrah dengan penyakit

DM tipe 2 yang dialaminya. Karena meski berobat terus menerus namun ke

lima subjek merasa penyakitnya tidak kunjung membaik. Sejalan dengan

Santrock (2011) mendefinisikan bahwa negative affectivity (afektivitas

negatif) mengacu kepada emosi yang bersifat negatif, seperti kecemasan,

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

16

kemarahan, perasaan bersalah dan kesedihan. Senada dengan Syukur (2011)

mendefinisikan juga jenis-jenis emosi negatif seperti : marah, cemas, takut,

perasaan bersalah, malu, jijik, benci, sedih, terkejut, jengkel, kecewa, putus

asa. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan

bahwa ke lima subjek memiliki pandangan psikologis yang sama yaitu merasa

marah, cemas, takut, perasaan bersalah, malu, jijik, benci, sedih, terkejut,

jengkel, kecewa, putus asa, akan penyakit DM tipe 2 yang mempengaruhi

kondisi emosional pada saat kadar gula naik.

Hasil wawancara diatas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan

oleh Penckofer dkk (2012) menemukan bahwa frekuensi fluktuasi tingkat gula

darah dengan DM tipe 2 berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah, dan

suasana hati, mood/ emosi yang negatif. Lebih lanjut Penckofer (2012) juga

menjelaskan bahwa reaksi hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dapat

mempengaruhi emosi, selain itu emosi juga dapat mempengaruhi kadar gula

darah dan kontrol pasien dengan DM. Dengan adanya dampak yang

ditimbulkan oleh naik turunnya tingkat gula darah yang mempengaruhi

kondisi emosional dan sebaliknya, maka diperlukan adanya pengendalian

emosi yang biasa disebut dengan regulasi emosi.

Dengan adanya dampak psikologis yang dirasakan saat gula darah pasien

naik, maka salah satu cara yang bisa dilakukan untuk melakukan regulasi

emosi adalah dengan self-compassion. Sejalan dengan Guendelman dkk

(2017) mengatakan bahwa komponen self-compassion yang terdiri dari self-

kindness, common humanity, dan, mindfullnes memiliki keterkaitan yang

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

17

dapat mempengaruhi aspek-aspek regulasi emosi seperti, strategi regulasi

emosi (strategi), perilaku untuk mencapai tujuan (tujuan), mengontrol respon-

respon emosional (impuls), penerimaan respons emosional. Karena,

komponen self-compassion merupakan keseluruhan dari keadaan penuh

perhatian yang dimiliki oleh seseorang yang dapat digunakan untuk

melakukan strategi regulasi emosi yang berfungsi untuk mencapai suatu

tujuan yang dimiliki, dengan mengontrol perasaan negatif, dan menerima

peristiwa yang menimbulkan emosi negatif. Sehingga, yang muncul adalah

kebaikan untuk mengontrol emosinya. Kebaikan akan membawa hal positif,

yang berpotensi dan mendorong seseorang menuju perubahan dengan cara

yang lebih efektif.

Sehingga Neff (2003) lebih lanjut mendefinisikan bahwa komponen dari

self-compassion perlu dilibatkan untuk regulasi emosi diantaranya yaitu self-

kindness, common humanity, mindfulness. Neff (dalam Consedine, dkk, 2015)

juga menjelaskan bahwa adanya konsep kasih sayang terhadap diri sendiri

terdiri dari 3 komponen yang semuanya relevan dan sangat dibutuhkan oleh

pasien diabetes mellitus. Komponen yang pertama yaitu self-kindness

(kebaikan) yang mengacu pada kecenderungan untuk peduli dan memahami

diri sendiri. Kedua, common humanity (sifat manusiawi)/ kemanusiaan yang

mengakui bahwa semua manusia tidak ada yang sempurna. Komponen yang

terakhir yaitu mindfullness (kesadaran terhadap diri sendiri)/ kesadaran yang

melibatkan kesadaran pada diri sendiri melalui pengalaman pada kondisi saat

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

18

ini, sehingga tidak ada satu halpun yang diabaikan dalam upaya menyayangi

diri sendiri pada pasien diabetes mellitus.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Consedine dkk (2015) juga

menyatakan bahwa komponen dari self compassion adalah self-kindness,

common humanity, mindfullnes. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa self-

compassion yang bisa dilakukan oleh diri sendiri penting dimiliki, hal ini

karena partisipasi aktif dari pasien diabetes mellitus sendiri diperlukan untuk

untuk meningkatkan pengelolaan kadar glukosa darah, mencegah terjadinya

komplikasi yang parah, dan meningkatkan kondisi pasien diabetes mellitus

mulai dari fisik maupun psikisnya. Sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Anna dkk (2016) menyatakan bahwa pasien DM tipe 2 lebih

membutuhkan adanya self-compassion yaitu rasa kasih sayang terhadap diri

sendiri karena mengingat dampak yang ditimbulkan oleh DM tipe 2, maka

belajar menjadi ramah terhadap diri sendiri akan memiliki manfaat baik antara

pasien dengan DM yang dialami.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

Hubungan antara Self-Compassion dengan Regulasi Emosi Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten

Purbalingga.

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/2938/2/BAB I.pdf · hidup sehat misalnya seperti kebugaran fisik dalam berolahraga, pola makan ... kegiatan produktif dan sosial

19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang hendak

diteliti yaitu “Apakah ada hubungan antara self-compassion dengan regulasi

emosi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara self-

compassion dengan regulasi emosi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan bidang ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi

klinis.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi masyarakat

umum, terutama bagi pasien DM tipe 2 mengenai pentingnya merawat diri

dengan penuh rasa kasih sayang terhadap diri sendiri, baik dalam kondisi

kesehatan yang stabil maupun tidak stabil. Sehingga, adanya kehidupan

yang sehat dan sejahtera secara psikologis maupun fisiologis di setiap

kalangan masyarakat.

Hubungan Antara Self-Compassion…, Hastin Wulandari, Fakultas Psikologi, UMP, 2017