bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/bab i.pdf · a. latar belakang ......

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunanetra merupakan salah satu jenis dari disabilitas yaitu ketika seseorang telah kehilangan ataupun berkurang fungsi indera pengelihatannya. Penyandang disabilitas dikategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok yang pertama yaitu seseorang yang memiliki kelainan secara fisik, terdiri dari : tunanetra, tunadaksa, tunarungu, dan tunawicara. Kelompok kedua yaitu seseorang dengan kelaianan non fisik yang terdiri dari tunagrahita, autis, dan hiperaktif. Kelompok ketiga yaitu seseorang yang memiliki lebih dari satu jenis kelainan (Sholeh, 2015). Pengertian kata tunanetra menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tidak dapat melihat (Murjoko, 2012). Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada di dunia berjumlah 253 juta jiwa. Menurut Lancet Global Health akan meningkat tiga kali lipat di tahun 2050 (Pertiwi, 2017). Tahun 2012 tercatat 3,5 juta penduduk Indonesia yang mengalami kebutaan sekaligus membuat Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah tunanetra terbanyak di dunia (Wiyono, 2012). Berdasarkan waktu terjadinya, tunanetra dibedakan menjadi dua, yaitu tunanetra sejak lahir atau biasa disebut tunanetra bawaan sedangkan tunanetra yang sebelumnya dapat melihat namun kemudian mengalami kecelakaan, penyakit, atau bencana alam sehingga membuatnya tidak lagi dapat melihat, disebut dengan tunanetra non bawaan (Lukitasari, 2011).

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tunanetra merupakan salah satu jenis dari disabilitas yaitu ketika

seseorang telah kehilangan ataupun berkurang fungsi indera pengelihatannya.

Penyandang disabilitas dikategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok yang

pertama yaitu seseorang yang memiliki kelainan secara fisik, terdiri dari :

tunanetra, tunadaksa, tunarungu, dan tunawicara. Kelompok kedua yaitu

seseorang dengan kelaianan non fisik yang terdiri dari tunagrahita, autis, dan

hiperaktif. Kelompok ketiga yaitu seseorang yang memiliki lebih dari satu jenis

kelainan (Sholeh, 2015).

Pengertian kata tunanetra menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu

tidak dapat melihat (Murjoko, 2012). Berdasarkan data dari badan kesehatan

dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada di dunia berjumlah 253 juta

jiwa. Menurut Lancet Global Health akan meningkat tiga kali lipat di tahun 2050

(Pertiwi, 2017). Tahun 2012 tercatat 3,5 juta penduduk Indonesia yang mengalami

kebutaan sekaligus membuat Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah

tunanetra terbanyak di dunia (Wiyono, 2012).

Berdasarkan waktu terjadinya, tunanetra dibedakan menjadi dua, yaitu

tunanetra sejak lahir atau biasa disebut tunanetra bawaan sedangkan tunanetra

yang sebelumnya dapat melihat namun kemudian mengalami kecelakaan,

penyakit, atau bencana alam sehingga membuatnya tidak lagi dapat melihat,

disebut dengan tunanetra non bawaan (Lukitasari, 2011).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

2

Terdapat perbedaan reaksi dari seorang tunanetra bawaan dan non bawaan.

Penelitian Rosa (dalam Fitriyah) mengungkapkan bahwa seorang tunanetra

bawaan memiliki perasaan bahagia dan menerima kondisi dirinya karena merasa

tidak kehilangan apapun. Hal tersebut tentunya berbeda dengan yang dialami oleh

tunanetra non bawaan. Rahma (2015) mengungkapkan bahwa pada kondisi awal,

seorang tunanetra non bawaan tidak dapat langsung menerima kondisinya.

Mereka mengalami berbagai perasaan negatif seperti malu, rendah diri, kecewa,

tidak berguna, dan putus asa. Sejalan dengan Rahma, Santoso dan Erawan (2016)

mengungkapkan bahwa reaksi awal tunanetra non bawaan adalah marah dan

kecewa dengan keadaan yang dialami.

Khusnia dan Rahayu (2010) mengungkapkan terdapat reaksi internal dan

eksternal yang dialami oleh tunanetra non bawaan. Reaksi internal meliputi

kurang percaya diri, pesimis dan khawatir dalam mengungkapkan gagasan yang

dimiliki. Sedangkan reaksi eksternal yang muncul ialah dari pandangan

masayarakat yang menilai bahwa tunanetra tidak berdaya, tidak mandiri, dan

menyedihkan.

Meskipun merasakan kesedihan dan keputusasaan, namun banyak

tunanetra yang mencoba untuk bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalani

hidup. Rudijati dan Sugiono (2002) mengungkapkan bahwa setelah melalui proses

panjang, tunanetra non bawaan kembali menemukan jati diri dan menerima

keadaannya. Rahma (2015) menambahkan dalam mengatasi masalahnya,

dukungan keluarga, teman, proses belajar, dan keimanan menjadi faktor tunanetra

non bawaan dapat bangkit dan menerima dirinya. Pernyataan Rahma didukung

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

3

oleh penelitian dari Marida dan Ekasari (2017) yang mengungkapkan adanya

hubungan positif antara dukungan keluarga dengan penyesuaian tunanera.

Semakin tinggi dukungan keluarga pada tunanetra, maka akan tinggi juga

penyesuaian sosialnya.

Berdasarkan data dari sakertnas tahun 2017, terdapat 10.810.451

penyandang disabilitas yang tidak bekerja bekerja (Richard, 2018). Sedangkan

data dari kementrian ketanagakerjaan memaparkan bahwa di tahun 2010 tercatat

7.126.409 pekerja yang merupakan seorang disabilitas dan 2.137.923 dari hasil

tersebut merupakan penyandang tunanetran (Arief, 2014). Hal tersebut

menunjukkan bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh tunanetra tidak selalu

menjadi hambatan dirinya dalam menjalani kehidupan.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan

orang lain dalam menjalani kehidupannya. Setiap manusia memiliki dorongan

sosial untuk menjalin sebuah hubungan ataupun melakukan interaksi dengan

orang lain (Alfiyatun, 2010). Tidak hanya manusia yang memiliki fisik normal

yang dapat menjalin hubungan sosial dengan orang lain melainkan seorang

penyandang tunanetra pun dapat menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

Hasil wawancara yang telah dilakukan menambahkan informasi terkait

dengan hubungan sosial tunanetra. Wawacara dilakukan dengan bapak PN,

seorang tunanetra yang mengalami kebutaan sejak dirinya berusia tiga tahun. saat

ini bapak PN mengikuti banyak organisasi karna dirinya menyukai organisasi.

Selain itu dirinya juga dipilih menjadi ketua dalam salah satu organisasi yang

diikutinya yaitu sabtu wage.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

4

―...Saya dulu ikutnya banyak ya mbak (iter: nggih) satu soalnya

yo, gimana yo, diajak orang itu yo seneng, berorgani itu saya yo

seneng saya. Em pertama saya yang terakhir ini sabtu wage ya,

yang sebelumnya saya ikut juga pertuni. Ini masih....‖

(W.PN/798-805)

Wawancara selanjutnya dilakukan dengan bapak HS seorang tunanetra

non bawaan yang mengalami kebutaan sejak dirinya berusia tiga belas tahun karna

sebuah kecelakaan. Menjadi seorang tunanetra tidak membuat bapak HS dijauhi

oleh teman-temannya melainkan hubungannya dengan teman atau keluarga

semakin terjalin dengan erat.

―...mereka tahu ternyata kamu ada gangguan pengelihatan, jadi

kalau kemana itu digandeng temen-temen itu. Misalnya diajak..

dia juga nggak malu...‖ (W.HS/268-272)

Seorang tunanetra seringkali dihubungkan dengan sikap kurang percaya

diri dan kurang mampu untuk berinteraksi dengan orang awas. Hal tersebut juga

berkaitan dengan sikap yang ditunjukkan oleh orang normal terhadap keterbatasan

penyandang tunanetra (Maharani, Hartati, dan Dewi, 2009) namun berdasarkan

kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa bukan hanya orang awas yang dapat

berinteraksi dengan baik namun seorang tunanetra juga mampu untuk berinteraksi

dengan lingkungannya. Seorang tunanetra juga dapat membangun sebuah

keluarga dari hasil interaksi yang telah dilakukannya dengan orang lain.

Hal tersebut diungkapkan oleh bapak ST seorang tunanetra yang

mengalami kebutaan sejak berusia satu tahun namun tetap dapat menjalin suatu

relasi sosial dengan orang awas maupun sesama tunanetra. Saat ini bapak ST

bekerja sebagai ASN di X Surakarta, menjadi salah satu pengurus RW, dan kerap

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

5

berkolaborasi bermain karawitan dengan grup karawitan ataupun mahasiswa X

Surakarta.

―Kebetulan saya apa, kalau di masyarakat sebagai apa ya,

pengurus RW. RW dikampung, juga seksi dakwah di masjid,

selain itu juga kebetulan em kadang kadang berkolaborasi

dengan anak anak X Surakarta.. dalam bidang kesenian.‖

(W.ST/66-73)

Hubungan sosial yang terjadi antara satu seseorang dengan orang lainnya

biasa disebut dengan relasi sosial. Spradley dan McCurdy (1972) menjelaskan

bahwa hubungan sosial atau relasi sosial merupakan suatu pola yang terbentuk

dari jalinan hubungan antara dua orang atau lebih dalam kurun waktu yang relatif

lama.

Hal-hal yang telah dipaparkan diatas merupakan sebuah contoh dari relasi

sosial dimana adanya kebersamaan, kesamaan, kerjasama, kedekatan, kecocokan,

kenyamanan, berbagi, kompetensi, hubungan timbal balik, dan karakteristik

individu (Faturochman, 2018). Relasi sosial tidak hanya dapat dilakukan oleh

seseorang yang memiliki fisik normal, melainkan juga dibutuhkan oleh

penyandang disabilitas. Maka dari itu penulis ingin meneliti lebih lanjut terkait

dengan dinamika relasi sosial pada tunanetra.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka diperoleh

rumusan masalah yaitu bagimana dinamika relasi sosial yang dilakukan oleh

tunanetra.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan, faktor, bentuk,

dan dampak dari relasi sosial yang dilakukan oleh tunanetra.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dan praktis yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang

psikologi sosial serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang serupa

di waktu mendatang.

b. Penelitian ini memberikan gambaran terkait dengan relasi sosial tunanetra

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi

bagi mahasiswa, dosen, ataupun masyarakat umum tentang gambaran relasi

sosial pada tunanetra.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1 Penelitian Terdahulu Terkait Relasi Soial

No Penelit

i

Judul Metode Hasil Saran

1. Gulo,

Irawan

,

Pariyat

i

(2018)

Relasi

Sosial

Nelayan

Pemilik

Modal

dan

Nelayan

Buruh

Pada

Kehidupa

n

Jenis

penelitian ini

adalah

deskriptif

kualitatif.

Teknik

pengumpulan

data yang

digunakan

dalam

penelitian ini

Relasi sosial yang

terjalin nelayan

pemilik modal dan

nelayan buruh dalam

kehiduan nelayanan

di Kelurahan Buluri

adalah hubungan

kerja yang saling

menguntungkan atau

simbiosis yang

terjadi adalah

Peneliti

selanjutnya

disarankan

untuk

mengkaji lebih

dalam tentang

relasi sosial

dengan subjek

yang berbeda

sehingga

menambah

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

7

Nelayan

di

Keluraha

n Buluri

Kota Palu

adalah

melalui

metode

observasi,

wawancara,

dan

dokumentasi

mutualisma yakni

simbiosis yang

saling membutuhkan

antara juragan

terhadap buruh dan

sebaliknya. Disini

nelayan pemilik

modal

mempekerjakan

nelayan buruh dalam

membantu

menangkap ikan

dilaut dan diberikan

upah sesuai dengan

hasil tangkapannya

penemuan

baru.

2. Sikwa

n

(2017)

Dinamika

Interaksi

Antaretni

k dalam

Mewujud

kan

Keserasia

n Sosial

di

Wilayah

Perbatasa

n Negara

Indonesia

-

Malaysia

Jenis

penelitian

yang

digunakan

dalam

penelitian ini

adalah

deskriptif

analisis

dengan

menggunaka

n pendekatan

kualitati

Dinamika hubungan

sosial antaretnik

terwujud dalam

bentuk hubungan

sosial yaitu

hubungan sebagai

anggota keluarga

atau kerabat, sebagai

sahabat, dan sebagai

teman atau kenalan.

Munculnya unsur

prasangka sosial dan

stereotipe antaretnik

bukan merupakan

factor penghalang

interaksi social

dalam rangka

memperkokoh iklim

keserasian sosial.

Untuk

menambah

gambaran

tentang

keserasian

sosial

masyarakat di

kecamatan

secara holistik,

perlu

dilakukan

penelitian

lanjutan

dengan hal-hal

yang dapat

dijadikan

tumpuan

perhatian

antara lain

bentuk

kelembagaan,

mekanisme

serta kegiatan-

kegiatan

―Forum

Komunikasi

Warga‖ yang

lebih memiliki

asas manfaat

3. Derina

h

Relasi

Sosial

Jenis

penelitian

Relasi antara

petugas pembina,

Peneliti

selanjutnya

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

8

(2017) Antara

Aktor

dalam

Pembinaa

n Kerja

dengan

Kemitraa

n di

Lembaga

Permasya

rakatan

Kelas I

Cipinang

Jakarta

yang

digunakan

adalah

kualitatif

menggunaka

n metode

wawancara

dan observasi

pihak kemitraan, dan

warga binaan

menggambarkan

terjadinya

pelaksanaan

pembinaan kerja

yang

mengedepankan

undang-undang dan

peraturan lain untuk

menghasilkan warga

binaan yang lebih

baik sehingga tidak

mengulangi

kesalahan yang telah

dilakukannya.

disarankan

untuk

melakukan

penelitian di

lapas lain

untuk

membandingk

an kegiatan

bina kerja dan

memperdalam

penelitian

mengenai

ketimpangan

hak yang

diperoleh

warga binaaan

saat

pembinaan

kerja

4. Fitriya

dewi,

Suarya

(2016)

Peran

Interaksi

Sosial

Terhadap

Kepuasan

Hidup

Lanjut

Usia

Penelitian ini

merupakan

sebuah

penelitian

kuantitatif

dengan

menggunaka

n teknik

analisis

regresi

sederhana

Hasil dari penelitian

ini diperoleh nilai

signifikansi sebesar

0.001 atau berada

dibawah 0,05

(p<0,05).

Berdasarkan hasil

tersebut dapat

dikatakan bahwa ada

hubungan antara

interaksi sosial

dengan kepuasan

hidup lansia,

semakin tinggi

interaksi sosial yang

dilakukan lansia

maka kepuasan

hidup lansia semakin

tinggi, dan begitu

pula sebaliknya

apabila interaksi

sosial rendah maka

kepuasan hidup

lansia juga rendah.

Nilai R square

sebesar 0.101 yaitu

interaksi sosial

Saran bagi

peneliti

selanjutnya

yang akan

mengambil

tema yang

sama dengan

penelitian ini

sebaiknya

mendampingi

lanjut usia

dalam

pengisian

kuesioner agar

hasil

kuesioner

lebih valid

serta teknik

pengambilan

sampel yang

digunakan

sebaiknya

random

sehingga

memberikan

kesempatan

yang sama

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

9

memberikan

kontribusi sebesar

10.1% terhadap

kepuasan hidup

lansia. Sebanyak 100

subjek pada

penelitian ini

tergolong kedalam

kategori subjek yang

memiliki interaksi

sosial dan kepuasan

hidup yang

cenderung baik.

kepada semua

lanjut usia

untuk menjadi

sampel

penelitian

5. Marset

yoning

rum

(2013)

Gambara

n Relasi

Sosial

Siswa

Gifted di

Kelas

Akseleras

i SMP

Negeri 1

Surabaya

Penelitian ini

menggunaka

n metode

kualitatif

Relasi sosial siswa

gifted yang belajar

di kelas akselerasi

sangatlah kompleks,

terdapat beberapa

hal yang

menggambarkan

kompleksitas

tersebut yaitu respon

mereka terhadap hal-

hal negatif, perasaan

mereka ketika

masuk kelas

akselerasi, perasaan

mereka terhadap

teman sekelas,

bentuk komunikasi,

bentuk relasi,

kenyamanan di kelas

akselerasi,

pertemanan dengan

teman wanita

maupun teman

lelaki, dan penilaian

terhadap diri

mereka. Hal-hal

tersebut membentuk

relasi sosial mereka

sebagai siswa gifted

yang belajar di kelas

akselerasi.

Peniliti

disarankan

untuk

mengkaji lebih

luas tentang

relasi sosial

siswa gifted,

tidak hanya

dengan teman

dikelas

melainkan

juga relasi

sosialnya

dengan siswa

dikelas lain

ataupun relasi

sosial siswa

gifted dengan

guru di

sekolah.

6. Lund, Stressful Penelitian ini Hubungan sosial Penelitian

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

10

Tabel 2 Penelitian Terdahulu Terkait Tunanetra

N

o

Peneliti Judul Metode Hasil Saran

1. Santoso

&

Erawan

(2016)

Coping

Stress

Penyandang

Tunanetra

Late-Blind

Jenis

penelitian ini

adalah

kualitatif

dengan

pendekatakan

fenomenologi

s

Reaksi awal

tunanetra late

blind adalah

marah dan

kecewa dengan

keadaannya,

selain itu

tanggapan

negatif orang

Diharapkan

peneliti

selanjutnya

dapat lebih

dalam

menggali

pentingnya

komunitas

untuk

Christ

ensen,

Nilsso

n,

Kriegb

aum,

Rod

(2014)

social

relations

and

mortality

: a

prospecti

ve cohort

study

menggunaka

n data dasar

dari The

Studi

Longitudinal

Denmark

tentang

Pekerjaan,

Penganggura

n dan

Kesehatan,

termasuk

9875 pria

dan wanita

berusia 36–

52 tahun,

terkait

dengan

Cause of

Death

Registry

Denmark

untuk

informasi

tentang

semua

penyebab

kematian

hingga 31

Desember

201

yang penuh stres

terkait dengan

peningkatan resiko

kematian di

kalangan pria dan

wanita paruh baya.

Kekhawatiran dari

hubungan sosial

terdekat seperti

pasangan dan anak-

anak lebih erat

kaitannya dengan

kematian daripada

kekhawatiran dan

tuntutan dari relasi

yang lebih jauh.

selanjutnya

disarankan

untuk meneliti

lebih lanjut

tentang

kemungkinan

perbedaan

gender dalam

kerentanan

terhadap

hubungan

sosial

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

11

lain membuat

tunanetra

semakin

terpuruk.

Namun setelah

bergabung

dengan

komunitas

tunanetra, para

tunanetra

tersebut dapat

menerima

kondisinya dan

mampu

beradaptasi.

Dukungan

teman dan

keluarga sangat

penting dalam

proses adaptasi

tunanetra late

blind

penyandang

disabilitas.

2. Mahdia

(2014)

Stres Kerja

Pada Tuna

Netra Yang

Bekerja

Sebagai

Karyawan

Perusahaan

Berbasis

Profit Di

Jakarta

Penelitian ini

menggunakan

metode

kualitatif

fenomenologi

Hasil dari

penelitian ini

menunjukkan

bahwa

mayoritas

tunanetra

cenderung

mengalami stres

kerja karena

terdapat kendala

dalam hubungan

antar relasi

karyawan, dan

dampak kepada

iklim kerja oleh

karena

negatifnya

hubungan antar

relasi karyawan.

Namun secara

keseluruhan,

tunanetra

mampu

mencoping diri

Peneliti

selanjutnya,

disarankan

untuk

melakukan

penelitian

dengan

variabel

yang lain

seperti

kepercayaan

diri pada

karyawan

tuna net- ra

atau harga

diri pada

karyawan

tuna netra

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

12

secara psikis

sehingga hal

tersebut tidak

terlalu

mengganggu

proses kerja

subjek.

3. Khairani

(2016)

Media

Flashcard

Braille

Terhadap

Kemampuan

Membaca

Permulaan

Anak

Tunanetra

Penelitian ini

menggunakan

metode

kualitatif dan

rancangan

penelitian

menggunakan

penelitian

eksperimen

Media flashcard

berpengaruh

terhadap

kemampuan

membaca

permulaan anak

tunanetra. Hal

ini terlihat dari

nilai terlihat dari

perbedaan nilai

rata-rata pada

siswa tunanetra

sebelum

diberikan

perlakuan

menggunakan

media flashcard

braille yaitu 34

dan setelah

diberikan

perlakuan

menggunakan

media flashcard

braille yaitu

82,5. Sehingga

hasil penelitian

ini terdapat

pengaruh yang

signifikan

penggunaan

media flashcard

braille terhadap

kemampuan

membaca

permulaan anak

tunanetra di

SLBA YPAB

tegalsari

Surabaya.

Peneliti yang

hendak

melakukan

penelitian

yang sama

dapat

menjadikan

penelitian ini

sebagai

bahan

rujukan

penerapan

media

flashcard

terhadap

kemampuan

membaca

permulaan

dalam skala

luas dengan

subjek yang

berbeda

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

13

4. Rahma

(2017)

Kesejahteraa

n Psikologis

Penyandang

Tunanetra

(Studi Pada

Mahasiswa

Tunanetra

Fakultas

Ilmu

Pendidikan

Universitas

Negeri

Yogyakarta)

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan

kualitatid

dengan

metode

wawancara

dan observasi

1. Penerimaan

diri : Ketiga

subjek telah

menerima

kondisi

ketunanetraa

nnya

2. Tujuan

Hidup :

Pemaknaan

positif dari

ketunanetraa

n yang

dialami

ketiga

subjek

menumbuhk

an motivasi

untuk

mencapai

tujuan atau

cita-cita

3. Pertumbuha

n diri pada

ketiga

subjek

terbentuk

melalui

pengembang

an potensi-

potensi yang

dimiliki dan

terbuka

terhadap hal-

hal baru

4. Otonomi :

Kemandirian

pada ketiga

subjek

terlihat dari

aktivitas

sehari-hari

yang

dilakukan

secara

mandiri dan

Peneliti

selanjutnya

disarankan

untuk

mengkaji

lebih dalam

tentang

kesejahteraa

n psikologi

tunanetra

dengan

memperluas

wilayah

penelitian

seperti di

komunitas

difabel.

Disarankan

juga untuk

meneliti

subjek

tunanetra

yang masih

menempuh

studi

sehingga

memperoleh

banyak

fenomena

yang

menarik.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

14

pengambilan

keputusan

yang tidak

banyak

bergantung

dengan

orang lain

5. Penguasaan

Lingkungan

: Kesulitan

dalam hal

mobilitas

dialami oleh

ketiga

subjek

namun t etap

dilakukan

upaya agar

dapat

menguasai

lingkungan

yaitu dengan

cara

memanfaatk

an sumber-

sumber

peluang di

lingkungan

6. Hubungan

Positif

dengan

Orang Lain :

pada ketiga

subjek

terlihat dari

kedekatanny

a dengan

keluarga,

teman

sesama

tunanetra

dan teman

awas

5. Rasyida

h (2015)

Kepercayaan

Diri Pada

Tuna Netra

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan

Keikutsertaan

subjek dalam

berlatih ilmu

Peneliti yang

ingin

mengangkat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.ums.ac.id/74587/3/BAB I.pdf · A. Latar Belakang ... Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2017 tunanetra yang ada

15

(Studi Kasus

Pengguna

Ilmu Getaran

Perguruan

Pencak Silat

Beladiri

Tangan

Kosong

Merpati

Putih)

kualitatid

dengan

metode studi

kasus

getaran di

Merpati Putih

memberikan

peningkatan

dalam

penglihatan,

kesehatan tubuh,

serta interaksi

sosial. Selain itu

subjek juga

optimis dan

yakin dengan

pekerjaan yang

ia lakukan.

tema yang

sama

disarankan

untuk

melakukan

penelitian

dengan

menggunaka

n purposive

sampling

dan

perluasan

lokasi

penelitian

6. Kyzar,

Brady,

Summer

s,

Haines,

Turnbul

l

Services and

Supports,

Partnership,

and Family

Quality of

Life: Focus

on Deaf-

Blindness

Metode

penelitian

menggunaka

survei yang

terdiri dari 4

skala yang

ditujukan

pada 227

orang tua dari

anak-anak

tunanetra dan

tunarungu

Anak-anak

penyandang

cacat dilaporkan

mengalami

perawatan

berkualitas

rendah dari

rekan-rekannya

yang normal dan

orang tua

mereka

melaporkan

tingkat kepuasan

yang lebih

rendah

Penelitian

selanjutnya

diharap

untuk

berusaha

memahami

indikator

spesifik yang

dianggap

penting oleh

keluarga

dalam

mendefinisik

an layanan

pendidikan

berkualitas

tinggi

untuk anak-

anak mereka

yang buta

tuli

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya. Perbedaan terletak pada variabel yang akan diteliti yaitu relasi sosial

pada tunanetra. Penelitian terkait relasi sosial pada tunanetra belum pernah diteliti

sehingga hal tersebut membuat peneliti ingin meneliti tentang bagaimana

dinamika relasi sosial pada tunanetra.