bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi
konflik pada diri seseorang. Pada masa ini terjadi perubahan – perubahan penting
baik fisik maupun psikis. Masa ini menuntut kesabaran dan pengertian yang luar
biasa dari orang tua. Masa ini dapat bermula pada usia sekitar 10 tahun
( Rumimi, 2004 ).
Salah satu perubahan penting yang terjadi pada remaja khususnya remaja
putri adalah perubahan pada seksualitas. Ciri-ciri seks primer jelas membedakan
antara remaja putra dan putri. Perkembangan organ-organ seks bagi remaja putri
ditandai dengan adanya sindrom pramenstruasi yang disertai dengan berbagai
perasaan tidak enak bagi yang mengalaminya ( Mappiare, 1982 )
Penyesuaian yang sering terjadi pada remaja akan menimbulkan
kecemasan. Perkembangan sistem reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi
remaja dapat dikatakan sebagai masa “ kebingungan ” dimana pada masa
tersebut remaja belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
perkembangan tubuhnya sendiri. Pertumbuhan tubuh dan pematangan organ-
organ reproduksi seperti pematangan seksual merupakan salah satu masalah besar
yang mereka hadapi. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada sistem
reproduksi memerlukan penyikapan yang benar sehingga remaja tersebut siap
2
menerima perubahan-perubahan dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi ( Gunarsa, 1985 ).
Koping yang digunakan pada setiap individu berbeda-beda tergantung
pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut.
Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan
senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik
dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi
( Abraham ,1997).
Setiap individu akan mengalami stres karena adanya stimulus (stressor),
dimana stimulus tersebut dapat menimbulkan perubahan cara berfikir atau
masalah (stress) yang memerlukan cara menyelesaikan atau menyesuaikan
kondisi terhadap masalah tersebut (koping) sehingga individu dapat belajar
menjadi lebih baik atau menjadi adaptif. (Keliat, B.A., 1999).
Pada gadis remaja yang mengalami kegelisahan, ketegangan dan
kecemasan akan mengalami nyeri menstruasi cenderung terjadi lebih sering dan
lebih hebat, (Karya, 1985). Faktor kejiwaan dapat ikut menjadi salah satu
penyebab nyeri haid (Surjana, 1989). Lanoil (1984) menyatakan bahwa stres
dapat menurunkan daya tahan terhadap kelelahan, nyeri, sakit, hingga gejala pra-
menstuasi seperti : gangguan emosional berupa iritabilitas, insomnia dengan
gangguan mimpi dan nightmare, nyeri kepala, perut kembung, mual, rasa nyeri
pada payudara, tegang, cemas, lesu dan depresi, akan terasa memburuk bila
seseorang wanita sedang terkena serangan batin.
3
Selain hal tersebut faktor psikologis yakni berhubungan dengan kesiapan
mental remaja sendiri diduga terkait dengan kejadian sindrom premenstruasi ini,
mencakup sikap yang ditanamkan orang tua terhadap anak gadisnya. Anak
perempuan seharusnya menerima informasi sebelum sindrom pramenstruasi
dialami ( Alan H , 2003 ). Karena pada gadis-gadis yang secara emosional tidak
stabil, apalagi jika mereka tidak mendapatkan penerangan yang cukup akan
mudah terjadi sindrom pramenstruasi ( Sarwono, 1997 )
Studi epidemiologi terakhir menunjukkan bahwa 5-10 % wanita kelompok
usia reproduksi dari populasi yang diteliti, mengalami gejala-gejala sementara
bersifat sedang sampai berat yang berkaitan dengan siklus menstruasi, dan mereka
pada umumnya mencari bantuan medis, 20-40% merasa kurang sehat selama fase
luteal akhir serta awal fase menstruasi dan satu hari atau lebih pada pertengahan
siklus. Diperkirakan akan terjadi gangguan terhadap aktivitas sehari-hari pada
wanita dewasa pada saat menstruasi (Greenspan et al., 1998).
Berdasarkan fenomena yang peneliti amati serta pengalaman yang
disampaikan oleh beberapa orang wanita yag sedang mengalami sindrom
pramenstruasi, maka didapatkan bahwa adanya sindrom pramenstruasi ini
menyebabkan terjadinya suatu gangguan. Gangguan ini terutama berupa
gangguan fisik maupun aktifitas, dimana saat sindrom premenstruasi tersebut
datang mereka terpaksa harus menunda aktifitasnya akibat rasa nyeri. Dalam
mengatasinya beragam cara maupun koping dilakukan oleh mereka dan masing-
masing orang tidak selalu sama kopingnya.
4
Dari data awal enam siswi yang kami dapatkan di SMK Negeri 8
Semarang, 4 dari 6 siswi mengalami sindrom pramenstruasi, gejala yang mereka
alami secara fisik biasanya perut kembung, nyeri punggung, jerawat, lelah,
tegang, lesu dan depresi, sedangkan secara psikologis biasanya ketegangan dan
kemarahan yang tak terkontrol, perasaan sensitif seperti mudah menangis, cemas,
frustasi dan tertawa. Peran perawat adalah membantu pasien dalam hal ini remaja
untuk mampu beradaptasi atau menggunakan koping secara positif. Berdasarkan
data diatas penulis tertarik untuk meneliti koping remaja putri yang mengalami
sindrom pramenstruasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan
yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana koping remaja putri yang
mengalami sindrom pramenstruasi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui koping remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi di
SMK Negeri 8 Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pemahaman remaja putri tentang sindrom pramenstruasi di
SMK Negeri 8 Semarang.
b. Mengetahui masalah yang dihadapi remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi di SMK negeri 8 Semarang.
5
c. Mengetahui tentang koping remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi di SMK Negeri 8 Semarang.
d. Mengetahui tentang support system yang diterima dari orang sekitar pada
remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi remaja putri
Menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman,
mengetahui cara mengatasi sindrom pramenstruasi.
2. Bagi perawat
Penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam memberikan asuhan
keperawatan pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi,
sehingga cepat dalam mengatasi masalah akibat sindrom pramenstruasi.
3. Bagi ilmu keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah
wawasan tentang koping remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti untuk menerapkan ilmu yang terkait dengan metode penelitian
E. Bidang Ilmu
Bidang ilmu yang diteliti adalah Keperawatan Jiwa dan Keperawatan
Maternitas
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Koping
1. Pengertian koping
Setiap individu tidak pernah lepas dari masalah dan sering kali masalah-
masalah tersebut menyebabkan individu mengalami stres. Individu akan
memberikan reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap
permasalahannya. Cara atau perilaku yang dilakukan individu untuk
menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau stres disebut
dengan koping. ( Smet, B.1994 )
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang
mengancam. Upaya individu dapat berupa perubahan cara berfikir ( kognitif ),
perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk
menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan
adaptasi. Koping dapat diidentifikasi melalui respons, manifestasi ( tanda dan
gejala ) dan pertanyaan klien dalam wawancara. ( Keliat. B, A 1998 )
Koping juga dapat diartikan sebagai respon terhadap stres, yaitu apa yang
dirasakan, dipikirkan dan dilakukan oleh individu untuk mengontrol, mentolerir
dan mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi ( Fleming dkk, 1984 ).
7
Berdasarkan definisi maka yang dimaksud koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang
terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
2. Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart
dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang
lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang
dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme koping maladaptif
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek
psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend,
1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :
1. Reaksi Orientasi Tugas
Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress
secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal :
8
a) Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau
mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
b) Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber
ancaman baik secara fisik atau psikologis.
c) Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah
tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
2. Mekanisme pertahanan diri, yang sering disebut sebagai mekanisme
pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan diri adalah sebagai
berikut :
a) Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b) Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan
primitif.
c) Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain
yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
d) Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.
9
e) Identifikasi
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi
berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan
selera orang tersebut.
f) Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g) Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan,
perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
h). Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
i). Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan
yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-
kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.
10
j). Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang;
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme lain
3. Jenis- Jenis Koping
Sarafino ( dalam Smet 1994 ) menyatakan bahwa dalam menghadapi
stressor ada dua jenis koping yang digunakan, yaitu :
a. Emotional focus Coping, digunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stres. Pengaturan ini melalaui perilaku individu, seperti:
penggunaan alcohol, bagaimana meniadakan fakta - fakta yang tidak
menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang ‘ stresfull ’ individu akan cenderung untuk
mengatur emosinya.
b. Problem focus Coping, digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan
menagtasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan
yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin
akan dapat menubah situasi.
Koping menurut Carven ( 1989 ) dibagi dua bagian, yaitu
memfokuskan pada pemecahan masalah dan memfokuskan pada emosi.
Jenis-jenis koping yang memfokuskan pada pemecahan masalah berupa :
11
. 1) Keaktifan diri, adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan
atau mengelabuhi penyebab stres atau untuk memperbaiki akibat yang
ditimbulkan, dengan kata lain bertambahnya usaha seseorang untuk
melakukan koping, antara lain dengan bertindak langsung.
2) Perencanaan, adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi
penyebab stres, contohnya dengan membuat strategi untuk bertindak,
memikirkan tentang langkah apa yang perlu diambil dalam menangani
suatu masalah.
3) Control diri, adalah individu membatasi keterlibatannya dalam
aktivitas kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru,
menunggu sehingga layak untuk melakukan suatu tindakan dengan
mencari alternatif lain.
4) Mencari dukungan sosial, adalah mencari nasehat, pertolongan,
informasi, dukungan moral, empati dan pengertian
Sedangkan koping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa :
a) Mengingkari, adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap
suatu masalah.
b) Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan
sehingga keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah
tersebut.
c) Religius, adalah sikap individu untuk menenangkan dan
menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan.
12
4. Karakteristik koping yang tidak efektif
Beberapa koping yang tidak efektif antara lain
a. Menyatakan tidak mampu.
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Perasaan cemas, takut, marah, tegang, gangguan psikologis seperti sindrom
pramenstruasi, dan adanya stres kehidupan.
d. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, perilaku merusak.
5. Mekanisme Koping Remaja Putri selama sindrom pramenstruasi
Menurut Shreeve ( 1999 ), remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi terdapat mekanisme koping sebagai berikut :
a. Dilihat dari segi fisik yang biasa terjadi pada remaja putri selama sindrom
pramenstruasi yaitu : meningkatnya nafsu makan sehingga menyebabkan
kenaikan berat badan. Meningkatnya kesensitifan sampai nyeri tekan akut
pada buah dada yang nyeri, sehingga segan berbuat apa saja yang dapat
menyebabkan buah dada tertekan. Pegal dan nyeri pada bagian otot-otot dan
persendian menyebabkan remaja putri malas untuk beraktifitas dan
cenderung untuk tidur dirumah. Gangguan pada kulit seperti wajah penuh
dengan jerawat, bintik-bintik dan kulit juga tampak bengkak karena keadaan
kulit yang lemah, kondisi ini menyebabkan perasaan depresif, malas, kikuk
karena melihat wajah yang tampak bengkak dan kasar.
b. Dilihat dari segi psikologis yang sering terjadi pada remaja putri selama
sindrom pramenstruasi yaitu : ketegangan dan kemarahan yang tak
13
terkontrol karena kadar adrenalin yang meningkat dalam darah juga
bertanggug jawab atas peningkatan denyut jantung: mulut yang menjadi
kering, dan napas yang terasa sesak serta cepat. Perasaan sensitif seperti
mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa. Berkurangnya daya
konsentrasi menyebabkan sukar berkonsentrasi selama beberapa menit
untuk menghafal buku pelajaran.
B. Konsep Dasar Remaja Putri
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 12
– 21 tahun. Remaja atau “ adolescence ” berasal dari kata latin adolescere yang
berarti “ tumbuh ” ( Hurlock,1998 ). Istilah Adolescene mempunyai arti yang
lebuh luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, fisik. Hurlock
menyebutkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi. Selama ini terjadi
perubahan tanggung jawab, kepatuhan, hak dan dalam hubungan dengan orang
lain, sehingga dalam hal ini terjadi perubahan sikap terhadap dirinya, orang tua
dan kelompoknya.
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja
kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan
sering kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan
masa transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali
14
menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang
membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus
bertingakh laku seperti orang dewasa ( Purwanto, 1998 )
Menurut Purwanto ( 1998 ), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa
remaja dapat dibagi dengan berbagi cara. Salah satu pembagian yang dilakukan
oleh Stolz adalah sebagai berikut :
a. Masa prapuber : satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang
sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat
sementara.
b. Masa puber atau masa remaja : perubahan-perubahn sangat nyata dan cepat.
Anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini
lamanya berkisar antara 2,5-3,5 tahun.
c. Masa postpuber : pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih
nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian
badan.
d. Masa akhir puber : melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda
kedewasaan.
2. Perubahan pada remaja
a. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Tim Pembina UKS Provinsi Jawa Barat ( 2004 ) terjadi
pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ
reproduksi ( organ seksual ) untuk mencapai kematangan sehingga mampu
15
melangsungkan fungsi rerpoduksi. Perubahan ini ditandai dengan
munculyan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks. Terjadinya haid pada remaja putri ( menarche ) dan terjadinya
mimpi basah pada remaja laki-laki.
2) Tanda-tanda seks sekunder yaitu pada remaja laki-laki terjadi perubahan
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot,
tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.
Dan pada remaja putri terjadi perubahan pinggul lebar, pertumbuhan
rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan
sekitar kemaluan ( pubis )
b. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan
perubahan fisik yang meliputi :
1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a) Sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
b) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
2) Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
a). Mampu berfikir abstrak, senang memberikan kritik
16
b). Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-
coba.
C. Konsep Dasar Sindroma Pra-Menstruasi (PMS)
1. Pengertian
Sindrom Pra Menstruasi didefinisikan Magos : “Gejala fisik, psikologis
dan perilaku yang menyusahkan yang tidak disebabkan oleh penyakit organik,
yang secara teratur berulang selama fase siklus yang banyak mengalami regresi
atau menghilang selama waktu haid yang tersisa.”
Shreeve (1999) mendefinisikan sindroma pra-menstruasi sebagai sejumlah
perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-14
sebelum menstruasi dan mereda segera setelah menstruasi berawal.
Arti kata premenstrum yang digunakan secara longgar meliputi fase luteal
siklus menstruasi yaitu dari ovulasi hingga menstruasi. Konteks ini,
premenstrum meliputi 4 hari sebelum menstruasi. Hari-hari tersebut gejala-
gejala yang hebat sindroma menstruasi timbul, meskipun demikian gejala-gejala
yang mungkin muncul sewaktu-waktu selama fase luteal. Gejala dimulai selama
premenstrum, berlanjut selama hari-hari pertama atau kedua menstruasi yang
sangat sedikit dan sebelum aliran darah menstruasi banyak keluar (Dalton,
1998).
Penelitian dr. Katharina Dalton dari Inggris didapatkan adanya tanda-
tanda psikologis yang berhubungan dengan sindrom pramenstruasi. Tanda-
17
tanda psikologis yang berat mengakibatkan gangguan tersebut hanya terjadi
pada 40-50 % dari seluruh populasi wanita, sehingga tidak semua wanita
menderita gangguan ini.
Banyak sekali keluhan yang dirasakan para penderita sindroma pra-
menstruasi antara lain pembesaran di daerah perut, pembengkakan di
pergelangan kaki dan jaringan, kenaikan berat badan, kaki terasa berat,
payudara mengeras dan sakit, kaki terasa lemah untuk berjalan, perut sakit dan
kejang seperti dismenorea spasmodik, produksi urin berkurang serta timbul
gangguan-gangguan pada kulit seperti jerawat, bisul, kepucatan, nafsu makan
dan tidur terganggu (Shreeve, 1999).
Kekambuhan gejala berarti pengulangan gejala minimum untuk 3 siklus
berturut-turut. Hebatnya gejala yang terjadi bervariasi dari 1 siklus ke siklus
sebelumnya, meskipun demikian tipe gejala pada dasarnya sama. Satu siklus
mempunyai gejala yang dominan berupa sakit kepala. Siklus berikutnya
mungkin didominasi oleh gejala migren dan kelemahan. Hilangnya gejala pada
saat postmenstrum membutuhkan paling tidak 7 hari bebas dari semua gejala.
Banyak wanita yang mengalami 2-3 minggu bebas dari gejala (Dalton, 1998)
Etiologi sindroma pra-menstruasi masih belum begitu jelas. Beberapa
teori dikemukakan untuk menerangkan sindroma pre-menstruasi antara lain
kelebihan estrogen, defisiensi progesteron, atau kombinasi keduanya, defisiensi
vitamin, hipoglikemia, alergi hormon endogen, retensi cairan dengan gangguan
penyebab neuroendokrin, serta faktor psikosomatik (Ying et. al., 1997).
18
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi
adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah estrogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap
siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan
mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita
yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi
atau normal. Wanita yang mempunyai kadar prolaktin cukup tinggi dapat
disembuhkan dengan menekan produksi prolaktin (Shreeve, 1998).
Gejala- gejala yang sering ditemukan pada PMS, (Hacker et al., 1998) ialah :
a. Perasaan bengkak
b. Kenaikan berat badan
c. Hilangnya efisiensi
d. Sukar konsentrasi
e. Kelelahan
f. Perubahan suasana hati
g. Depresi, termasuk gangguan tidur (insomnia).
2. Siklus Menstruasi
a. Gambaran klinis menstruasi
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen
kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya
19
tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya
terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu
sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata
banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode
menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60
ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per
g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan
kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap
hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Cunningham et. al.,
1995).
b. Aspek hormonal selama siklus menstruasi
Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan
berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang
berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini
dimungkinkan adanya pengaturan, koordinasi yang disebut hormon.
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang
langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu
yang disebut organ target (Syahrum et al., 1994).
c. Fase-fase dalam siklus menstruasi
1) Fase Folikuler
Beberapa folikel berkembang oleh pengaruh hormone ( Folikel
20
Stimulating Hormone ) FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormone steroid
berkurang. Produksi hormone estrogen meningkat dan menekan
produksi FSH. Folikel yang akan berovulasi melindungi diri terhadap
atresia sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini
Leteinizing Hormone ( LH ) juga meningkat yang berperan untuk
membantu produksi hormone estrogen dalam folikel.
2) Fase Ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dimana menetap kira-kira
24 jam, dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen turun.
Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologi
pada folikel dan dapat disebabkan pula oleh umpan balik negative yang
pendek dari LH terhadap hipotalamus. Folikel hendaknya ada tingkat
yang matang agar dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel
terjadi 16-24 jam setelah meningkatnya LH. Mekanisme terjadinya
ovulasi disebabkan oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada
dinding folikel yang menipis.
3) Fase Luteal
Setelah terjadi ovulasi, sel-sel granulose membesar membentuk vakuola
dan bertumpuk menjadi pigmen kuning ( lutein ). Folikel menjadi corpus
luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan
mencapai puncaknya pada 8-9 hari setalah ovulasi.
21
D. Fokus Penelitian
Gambar 1.1 Fokus penelitian
E. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu, koping remaja putri yang
mengalami sindrom pramenstruasi di SMK Negeri 8 Semarang.
Remaja putri dengan sindrom pramenstruasi
Pemahaman remaja putri tentang sindrom pramenastruasi
Masalah yang dihadapi
Koping pada remaja putri
Support system yang diterima
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenalogis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau
pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus
( Maleong, 2000 ).
Pendekatan fenomenalogis adalah cabang dari filosofi yang menekankan
subyektifitas pengalaman manusia, pendekatan fenomenologis menaruh perhatian
terhadap totalitas pengalaman manusia ( Brockopp, 1999 ).
B. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi yang akan diteliti menjadi responden. Pengambilan sampel
dengan cara Purposive Sampling, yaitu suatu teknik penempatan sampel dengan
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti atau
sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, sehingga sampel dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya ( Maleong, 2000 ).
Sampel yang digunakan sebanyak 4 responden. Jumlah sampel tidak
banyak karena penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, sampel
23
pada penelitian kualitatif bukan mewakili jumlah tetapi mewakili konsep
( Alimul, 2003 ). Adapun kriteria sampel yang diteliti adalah sebagai berikut :
a. Remaja putri yang pernah mengalami sindrom pramenstruasi
b. Sebagai siswi di SMK Negeri 8 Semarang
c. Bersedia menjadi responden.
C. Definisi Istilah
Definisi Istilah adalah unsur-unsur yang membantu dalam pelaksanaan proses
pengumpulan data pada penelitian. Definisi Istilah yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah :
1. Remaja dengan sindrom pramenstruasi adalah remaja putri yang berusia 15-19
tahun dan pernah mengalami sindrom pramenstruasi.
2. Pemahaman remaja putrid tentang sindrom pramenstruasi adalah hal-hal yang
diketahui remaja tentang sindrom pramenstruasi meliputi : pengertian,
penyebab, tanda-tanda, penatalaksanaan dihubungkan dengan pengalaman
yang telah mereka alami.
3. Masalah yang dihadapi remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi
biasanya seperti ganggauan secara psikologis dan fisik.
4. Koping pada remaja putri adalah cara yang digunakan untuk menghadapi
situasi stress ( Sindrom pramenstruasi ) yang dipengaruhi oleh berbagai
factor.
5. Support sistem yang diterima dari orang sekitar adalah dukungan sosial dari
24
orang dan system yang ada disekitarnya, dukungan tersebut diwujudkan
dalam berbagai hal, misalnya perhatian, perawatan dan lain sebagainya.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara
mendalam ( indeepth interview ) yang berhubungan dengan remaja putri yang
mengalami sindrom pramenstruasi dilihat dari koping pada remaja putri di SMK
Negeri 8. Wawancara mendalam atau indeepth interview adalah suatu cara
mengumpulkan data dengan cara langsung bertatap muka dengan informan
dengan maksud untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang topik
yang diteliti ( Muhadjir, 1996 ). Wawancara mendalam dilakukan terhadap 4
( empat ) orang responden atau remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi. Selanjutnya mengajukan pertanyaan kepada responden, jawaban
dicatat dan direkam dengan menggunakan tape recorder. Penelitian juga
menggunakan tehnik observasi untuk mendapatkan data-data yang tidak
diperoleh saat wawancara.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Tape recorder
b. Buku catatan interview
c. Alat tulis
25
3. Cara Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1. Peneliti dan responden saling memperkenalkan diri
2. Peneliti menanyakan kepada responden tentang kesediannya untuk
menjadi responden
3. Apabila responden bersedia, responden diminta menandatangani lembar
persetujuan
b. Tahap wawancara
Wawancara dilaksanakan sesuai kesepakatan responden dengan peneliti,
wawancara dilakukan di sekolah, lama durasi wawancara kurang lebih 30
menit dirasa cukup untuk melakukan wawancara. Peneliti mengajukan
pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun peneliti,
kemudian peneliti mencatat hal-hal yang dianggap penting. Selama
wawancara peneliti menggunakan tape recorder dan hp.
E. Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode
penafsiran yaitu sebagai berikut:
1. Membaca berulang minimal 6 kali
2. Memahami fenomena dari setiap individu apa yang terjadi dan fenomena yang
terjadi secara keseluruhan
26
3. Mencari kata kunci
4. Mencari katagorik
5. Menghubungkan katagorik
6. Membuat tema dari katagorik
F. Validitas Data
Data penelitian ini untuk teknik pemeriksaan keabsahan menggunakan
teknik “Triangulasi” yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data yang telah diperoleh dari partisipan
(Moleong, 2006)
Teknik Triangulasi dapat dilakukan dengan sumber, metode, dan teori.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data yaitu Triangulasi
dengan “metode dan sumber”, dimana metode ini menggunakan dua strategi
yaitu:
a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
teknik pengambilan data.
b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode
yang sama.
Selain itu peneliti juga menggunakan teknik keabsahan data yaitu
“teori”. Teknik tersebut dapat dicapai dengan jalan membandingkan fakta satu
atau lebih teori yang ada.
27
G. Etika Penelitian
Permasalahan etika penelitian yang perlu diperhatikan adalah :
1. Penelitian ( Informed consent )
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi criteria sampel disertai dengan judul penelitian dan manfaat
penelitian. Tujuan Informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, bila subjek bersedia maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika subyek menolak atau drop out maka penulis tidak
memaksakan dan tetap menghormati hak-hak subyek.
2. Tanpa nama ( Anonimity )
Untuk menjaga kerahasian penulis tidak mencantumkan nama responden,
tetapi lembar tersebut diberikan kode nomor.
3. Kerahasian ( Confidetality )
Menjamin kerahasian dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahsiannya oleh penulis, hanya dilaporkan pada saat hasil riset.