bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kecantikan merupakan modal dasar bagi wanita modern yang
senantiasa ingin menunjukkan eksistensi dirinya dalam sosialitas. Banyak
cara yang dapat dilakukan wanita dalam upayanya untuk mencapai
kecantikan yang diidam-idamkan. Gaya hidup modern yang cenderung
praktis menuntut orang melakukan pekerjaan dengan cara yang cepat serta
mudah. Hal ini berlaku juga dalam hal pemilihan kosmetik bagi wanita yang
selalu ingin menghias atau mempercantik diri yang diperoleh dengan proses
yang cepat. Penampilan pada wanita begitu sangat penting. Bagi kaum
wanita, kecantikan dan daya tarik fisik sangat penting bagi umat manusia.
Karena dukungan sosial, popularitas, pemilihan teman hidup dan karir
dipengaruhi daya tarik fisik seseorang. Kosmetik merupakan produk yang
unik karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan mendasar wanita akan kecantikan sekaligus seringkali menjadi
sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya secara sosial
dimata masyarakat.1 Produk-produk kecantikan saat ini telah banyak dijumpai
di pasaran, mulai dari produk kecantikan yang dikhususkan bagi jenis kulit
tertentu, hingga produk kecantikan (kosmetik) yang memiliki lisensi halal
bagi kaum muslimah. Begitu banyaknya produk kosmetik yang ditawarkan
dengan memberikan manfaat dalam penggunaan yang dibutuhkan oleh
konsumen memacu semangat para produsen untuk meraih peluang bisnis
yang ada sehingga dari peluang tersebut didapatkan keuntungan yang
maksimal.
Dengan majunya teknologi dan peradaban, selera pasar konsumen
semakin maju pula. Konsumen semakin hari semakin kritis. Mereka menuntut
1 Ferrinadewi, Erna, 2005, Atribut Produk yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Kosmetik dan
Pengaruhnya pada Kepuasan Konsumen di Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 7. No. 2.
2
kualitas, layanan, kecepatan, flexibilitas dan harga bersaing. Sehingga
pengusaha atau produsen dewasa ini cenderung lebih memperhatikan
kepentingan konsumen dalam hal memasarkan produk yang dihasilkan guna
menciptakan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen merupakan sasaran
dari semua kegiatan pemasaran yang dilakukan dengan sukses. Kepuasan
konsumen dapat diukur dengan membandingkan harapan konsumen terhadap
produk atau jasa pendukungnya. Untuk itu produsen selalu berusaha
menghasilkan produk kosmetik yang berkualitas, sehingga konsumen akan
tertarik untuk membeli dan menggunakan produk tersebut. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan suatu model pemasaran yang tepat, dimana
pemasaran merupakan salah satu titik permulaan dari proses pertumbuhan
suatu perusahaan.
Guna mencapai suatu kepuasan konsumen dalam memilih suatu
produk maka seorang pengusaha atau produsen harus dapat memberikan
kulitas terhadap suatu merknya. Kualitas mencerminkan semua dimensi
penawaran produk yang menghasilkan manfaat bagi konsumen. Di mana
merk sangat mempengaruhi fungsi-fungsi produksi dan keuangan sebuah
perusahaan serta kegiatan-kegiatan pemasaran lainnya. Merk adalah nama,
istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-
atribut produk lainnya.2 Pada dasarnya suatu merk juga merupakan janji
penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat,
dan jasa tertentu kepada para konsumen. Citra merk yang kuat memberikan
sejumlah keunggulan, seperti posisi pasar yang lebih superior dibandingkan
pesaing, kapabilitas unik yang sulit ditiru, loyalitas pelanggan dan pembelian
ulang yang lebih besar, dan lain-lain. Keunggulan seperti inilah yang
mendorong setiap perusahaan untuk berjuang keras dalam rangka mengelola
merknya sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh posisi terbaik dalam
benak konsumen. Produk kosmetik yang mempunyai merk dengan kualitas
yang memiliki ciri dan manfaat sesuai dengan kebutuhan dan keingginan
konsumen dapat dipastikan mempunyai hasil penjualan yang tinggi karena 2 Fandy Tjiptono, 2007, Strategi Pemasaran, Andi, Yogyakarta, hlm. 104.
3
produk yang dihasilkan adalah benar-benar dibutuhkan konsumen, seperti
halnya Wardah yang diproduksi oleh PT. Pusaka Tradisi Ibu.
Wardah merupakan salah satu produk kosmetik, yang saat ini menjadi
perbincangan banyak orang, khususnya bagi mahasisiwi di wilayah Kota
Yogyakarta. Yogyakarta yang dijuluki sebagai kota pelajar, sangat besar
kemungkinannya bagi para pengusaha untuk menawarkan produk
dagangannya, hal tersebut dimanfaatkan oleh PT. Pusaka Tradisi Ibu dalam
memasarkan produk unggulannya yaitu Wardah kosmetik. Pemilihan
kalangan mahasiswi Yogyakarta sebagai target pemasarannya adalah karena
kecenderungan mahasiswi yang rata-rata adalah anak muda senantiasa ingin
tampil cantik dalam penampilan sehari-harinya, yang salah satunya dapat
dilakukan dengan mempergunakan kosmetik.
Keunggulan dari produk Wardah dibanding dengan produk kosmetik
lainnya adalah adanya jaminan halal yang disahkan oleh MUI. Maraknya
trend pemakaian jilbab dengan berbagai macam gaya, merambah pula
penggunaan kosmetik halal yang memang diperuntukkan bagi kaum wanita
muslimah. Produk kecantikan ini merupakan salah satu produk kosmetik
yang dihasilkan oleh PT. Pusaka Tradisi Ibu yang didirikan oleh Nurhayati
Subakat. Usaha ibu tiga anak ini lambat laun bisa diterima pasar. Sedangkan
idenya membuat kosmetik khusus ditujukan untuk komunitas Muslimah baru
muncul sepuluh tahun kemudian. Ketika itu sebuah pondok pesantren
menyatakan minatnya untuk mendistribusikan kosmetik putri. Nurhayati
beralasan di tengah kebutuhan Muslimah untuk merias diri terselip juga
kekhawatiran produk kosmetik yang beredar mengandung unsur yang
diharamkan dalam syariah. Alumnus farmasi ITB Bandung itu kemudian
memilih nama Wardah yang berarti bunga mawar sebagai merek kosmetik
barunya. Nama ini membawa kesuksesan dalam bisnisnya, dan kemudian
lantas merek kedua “Zahra” diluncurkannya. Dan rencananya masih ada
beberapa merek lagi yang akan diluncurkannya, seperti Fadhila, Muntaz dan
Kamila. Dalam memasarkan produk-produk Wardah supaya dapat diterima
oleh masyarakat luas khususnya kaum wanita muslimah, PT. Pusaka Tradisi
4
Ibu melakukan berbagai macam bentuk strategi penjualan dengan tujuan
menarik konsumen sebanyak-banyaknya untuk membeli produk Wardah yang
diproduksi.
Salah satu strategi yang digunakan oleh Wardah dalam menarik minat
masyarakat untuk membeli produk Wardah yaitu melalui iklan. Iklan dapat
disebut sebagai bagian ujung tombak pemasaran. Iklan merupakan media
yang sangat tepat untuk memasarkan suatu produk, apalagi media untuk
beriklan sangat banyak dan dapat dijumpai dimana-mana. Dengan beragam
kreativitas yang diciptakan oleh sebuah iklan, dapat mempengaruhi persepsi
dan menjadi referensi konsumen dalam berbagai merek produk yang beredar
di pasar, salah satunya produk Wardah.
Untuk mengiklankan sebuah produk baru ataupun produk lama
tentunya harus memikirkan strategi yang inovatif dan kreatif, agar bisa
dikenal dan diterima oleh konsumen. Menurut Soemanegara komunikasi
pemasaran memegang peranan penting dalam proses memasarkan suatu
produk, karena di dalam komunikasi pemasaran terdapat masalah yang
berkaitan erat dengan strategi serta aplikasi yang akan dilakukan oleh biro
iklan yang bertanggung jawab dalam mengkampanyekan suatu produk.3
Salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang biasa digunakan dalam
memasarkan produk adalah dengan menggunakan brand endorse yang tepat
dan sesuai dengan target market produk yang ingin dituju. Dalam penunjukan
brand endorse itu sendiri yang nantinya akan berperan dalam memposisikan
suatu produk. Brand endorse sendiri biasanya diwakili oleh sosok selebriti
yang menjadi panutan dan idola dari masyarakat luas, karena penggunaan
selebriti kerap merepresentasikan produk secara keseluruhan.
Brand endorse adalah seseorang yang dipercaya untuk mewakili
produk tertentu. Penggunaan brand endorse dilakukan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi atau mengajak konsumen untuk menggunakan produk,
3 Soemanegara, 2006, Strategic Marketing Communication, Alfabeta, Bandung, hlm. 5.
5
pemilihan brand endorse biasanya seorang selebriti yang terkenal.4 Posisi
dari brand endorse sendiri dari suatu produk tidak hanya sebagai talent iklan
saja, akan tetapi ikut berperan aktif dalam seluruh kegiatan kampanye produk
tersebut. Tujuan utama dari brand endorse adalah untuk menginformasikan
konsumen tentang produk yang dia bintangi. Oleh karena itu, biasanya
penunjukan brand endorse melalui tahap pertimbangan baik dari segi
perilaku, ataupun prestasi dan reputasi yang dimiliki.
Menurut Shimp, sekitar 25% iklan di Amerika mempergunakan
endorse, meski penggunaan selebriti tersebut memerlukan biaya besar setiap
tahunnya. Upaya ini dilakukan perusahaan untuk memudahkan konsumen
dalam mengingat sebuah merek, yaitu dengan menciptakan personalitas
merek (brand personality), dengan kata lain memanfaatkan karakteristik
manusia ke dalam sebuah produk. Di sisi lain, angka 25% ini juga mendasari
sebuah pemikiran bahwa penggunaan celebrity endorse memberikan dampak
positif terhadap sikap masyarakat terhadap iklan dan brand image serta
berdampak pula pada minat beli konsumen.5
Brand personality digunakan dengan maksud agar terbangun
hubungan yang lebih emosional, sehingg diharapkan dapat meningkatkan
pilihan konsumen terhadap suatu produk. Ketika konsumen membeli sebuah
merek, konsumen terkadang mengaitkan dengan personalitas dirinya.
Penggunaan endorse sebuah produk dapat dipercaya mampu mendongkrak
penjualan produk tersebut. Hal ini dikarenakan selain dapat menimbulkan
brand awarness, sekaligus juga mewakili brand personality yang dibawakan
dan diharapkan dapat mendekati target konsumen dengan baik sampai
konsumen akhirnya tertarik untuk mengkonsumsi produk yang diiklankan.
Penggunaan brand endorse sebagai upaya memperkenalkan produk
juga dilakukan oleh PT. Pusaka Tradisi Ibu dalam mempromosikan produk
kosmetiknya, yaitu wardah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memunculkan dan selanjutnya meningkatkan minat beli konsumen 4 Frans M. Royan, 2004, Marketing Selebrities “Selebriti Dalam Iklan dan Strategi Selebriti
Memasarkan Diri Sendiri”, Media komputindo, Jakarta, hlm. 7. 5 Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga, hlm. 25.
6
(mahasiswi Yogyakarta) untuk membeli produk Wardah. Dalam
mempromosikan produk kosmetiknya, Wardah menggandeng selebriti
Indonesia yaitu Inneke Koesherawati. Pemilihan Inneke Koesherawati
sebagai brand endorse didasarkan pada pembawaannya sebagai seorang
muslimah yang memiliki sikap dan perilaku yang baik meskipun
berkecimpung dalam dunia hiburan, yang notabene dilingkupi pengaruh-
pengaruh hingar bingar dunia hiburan, yang jika tidak dapat memfilter akan
terjerumus pada hal-hal yang negatif. Penggunaan Inneke Koesherawati
sebagai brand endorse telah bertahan selama tujuh tahun.
Brand endorse Wardah berikutnya yang digadang-gadang dapat
melampaui angka penjualan produk Wardah dalam proses promosinya adalah
seorang designer muda Indonesia yang mempelopori munculnya Hijab Street
Style. Penunjukan Dian Pelangi sebagai brand endorse wardah tentunya
didasarkan karena prestasinya dan komunitas hijabers yang dimilikinya,
setidaknya dapat memberikan pengaruh positif terhadap penjualan produk-
produk wardah. Fenomena penggunaan selebriti sebagai brand endorse
sebuah produk memang sering dilakukan, hal ini disebabkan oleh kebanyakan
masyarakat yang senantiasa mengikuti gaya dari idolanya yang merupakan
seorang selebriti seperti Inneke koesherawati dan dian Pelangi.
Penggunaan brand endorse yang diharapkan oleh PT. Pusaka Tradisi
Ibu dapat memberikan dampak positif terhadap minat beli konsumen produk-
produk Wardah yang mayoritas terdiri atas mahasiswi di wilayah Kota
Yogyakarta. Pemilihan brand endorse yang sesuai setidaknya akan dapat
memberikan pengaruh positif bagi para pemakai produk Wardah untuk dapat
melakukan tindakan-tindakan yang positif.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian yang didasarkan pada maraknya penggunaan selebriti
sebagai brand endorse, yang justru kemudian memunculkan sebuah
pertanyaan pengaruh penggunaan selebriti tersebut dalam menarik minat
mahasiswi di Yogyakarta untuk membeli dan mempergunakan produk
Wardah, yang penulis rangkum dalam sebuah judul skripsi yaitu Pengaruh
7
Penggunaan Brand Endorse Terhadap Minat Beli Produk Wardah Oleh
Mahasiswi di Yogyakarta.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh
dalam penggunaan brand endorse terhadap minat beli produk Wardah pada
mahasiswi di Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai,
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan brand endorse terhadap
minat beli produk Wardah pada mahasiswi di Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui faktor lain yang ikut berperan dalam pengaruh
penggunaan brand endorse terhadap minat beli produk Wardah pada
mahasiswi di Yogyakarta.
D. KERANGKA TEORI
1. Brand Endorse
Penggunaan narasumber sebagai figur menarik perhatian dalam iklan
merupakan salah satu cara kreatif dalam menyampaikan pesan.6 Pesan
yang disampaikan oleh nara sumber yang menarik akan lebih mudah dan
menarik perhatian konsumen. Salah satu contohnya adalah penggunaan
brand endorse dalam pesan iklan. Penggunaan brand endorse merupakan
salah satu aplikasi komunikasi dalam konteks komunikasi pemasaran
untuk menyampaikan pesan pemasaran kepada khalayak.
Sosok endorse sebagai jembatan antara produsen dan konsumen dapat
berasal dari kalangan selebriti dan orang biasa/ non-selebriti. Endorse
6 Keller, K. L, 2006, Branding and brand equity, In B. A. Weitz and R. Wensley (Eds.), Handbook
of marketing, Sage, London, hlm. 506.
8
diposisikan sebagai opinion leader yang menyampaikan pesan hingga
sampai ke konsumen mengenai merek produk. Opinion leader berperan
dalam memberikan informasi pada orang lain, pelaku persuasi, dan
pemberi informasi. Produsen atau perusahaan harus memilih endorse yang
cocok untuk menyampaikan pesan iklan yang diinginkan kepada target
audiens, sehingga pesan tersebut sampai kepada konsumen yang dapat
membentuk opini, dan mereka akan meneruskan opini tersebut sesuai
persepsi masing-masing, dengan demikian diharapkan akan bertambahnya
kesadaran terhadap produk.
Menurut ‘Etika Periklanan Indonesia’ endorse diartikan sebagai
tokoh ataupun orang biasa yang ditampilkan dalam sesuatu pesan
periklanan untuk mengajak orang lain menggunakan atau mengkonsumsi
sesuatu produk yang diiklankan tersebut, tanpa mengesankan bahwa dia
sendiri pernah menggunakan atau mengkonsumsi produk terkait. Endorse
sering juga disebut sebagai direct source, yaitu seorang pembicara yang
mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau
jasa.7 Endorse juga diartikan sebagai orang yang dipilih untuk mewakili
image sebuah produk. Endorse biasanya dipilih dari kalangan tokoh
masyarakat yang memiliki karakter yang menonjol dan daya tarik yang
kuat.8 Endorse sebagai orang yang mengantarkan sebuah pesan pemasaran
memiliki fungsi penting dalam mentransfer nilai-nilai pesan penjualan.
Proses transfer nilai tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut:
7 Belch, George E., dan Michael A. Belch, 2007, Advertising and Promotion: An Integrated
Marketing Communication Perspective. 8th edition. Boston: McGraw-Hill, Irwin, hlm. 168. 8 Hardiman, Imam, 2006, Seri Buku Pintar Public Relations 400 Istilah PR Media & Periklanan,
Gagas Ulung, Jakarta, hlm. 38.
9
Gambar 1.1 Perpindahan Nilai dan Proses Endorsment
(Sumber : George E. Belch dan Michael E. Belch, 2007 : 180 )
Berdasarkan model diatas, McCraken menjelaskan bahwa efektifitas
dari selebriti sebagai endorse tergantung dari nilai budaya yang ditularkan
pada proses endorsment. Setiap selebriti memiliki nilai yang beraneka
macam termasuk status, gender, umur, kelas, personalitas dan termasuk
gaya hidupnya. Pada tahap pertama, selebriti mendapatkan nilai yang
menguatkan citra dari peran yang diasumsikan terhadap mereka baik di
televisi, militer, musik, atlit, dan bentuk karir lainnya. Setiap peran baru
memberikan kesempatan kepada selebriti untuk melakukan kontak
terhadap sejumlah objekm orang, dan keadaan. Sebagai contoh adalah
aktor Bill Cosby yang mendapatkan image sebagai ayah idaman karena
aktingnya dalam serial ”The Cosby Show”.9 Pada tahap kedua, McCraken
menyimpulkan bahwa celebrity endorse membawa nilai image yang
dimilikinya ke dalam iklan dan meneruskannya kepada produk yang
didukungnya. Pada tahap akhir, nilai image yang dimilikinya ke dalam
iklan dan meneruskannya kepada produk yang didukungnya. Pada tahap
akhir, nilai image yang diberikan endorse kepada produk tadi diteruskan
kepada konsumen.
Terence A. Shimp membagi endorse ke dalam dua kategori yaitu
Celebrity Endorse (dukungan selebrity) dan Typical Person Endorse
(dukungan orang-orang khusus).10 Menurut definisinya, selebriti adalah
9 Belch, George E., dan Michael A. Belch, 2007, Ibid, hlm. 181. 10 Terrence, Shimp, 2003, Periklanan Promosi, Erlangga, Jakarta, hlm. 459.
10
tokoh (aktor, entertaint, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena
prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk
yang didukung.11 Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan bahwa
celebrity endorse adalah orang-orang terkenal yang biasa tampil dalam
pesan periklanan karena prestasi dan keahliannya untuk menarik perhatian
konsumen dan meningkatkan brand awareness produk. Penggunaan
celebrity endorse diharapkan dapat mengubah persepsi konsumen terhadap
produk. Konsumen seolah-olah menjadi lebih selektif dan menaikkan
statusnya dalam memilih produk dengan menggunakan produk yang sama
dengan yang digunakan oleh selebritis. Selain itu asosiasi berulang dari
sebuah merek tersebut memiliki sifat yang sama dengan yang dimiliki oleh
si selebriti. Dengan kata lain celebrity endorse mengarahkan konsumen
untuk menyukai merek hanya karena mereka menyukai selebriti yang
mendukung produk.12
Typical person endorse adalah orang-orang yang biasa digunakan
dalam sebuah pesan periklanan. Typical person endorse biasanya
digunakan dalam promosi yang bersifat testimonial. Penggunaan typical
person endorse bertujuan untuk lebih mendekatkan konsumen dengan
produk. Typical person endorse dapat lebih diakrabi oleh konsumen
karena mereka merasa memiliki kesamaan atau minimal tidak berjarak
terlalu jauh secara konsep diri yang aktual, nilai-nilai yang dianut,
kepribadian, gaya hidup, karakter demografis, dan sebagainya.
Penggunaan endorse tidak bisa sembarangan menggunakan selebriti
atau orang tertentu. Seseorang yang digunakan sebagai endorse hendaknya
memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap efek pesan yang disampaikan oleh endorse.
Kredibilitas adalah seperangkat kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber
sehingga diterima atau diikuti khalayak. James McCrockey menjelaskan
11 Ibid, hlm.460. 12 Ibid, hlm. 257.
11
bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetisi,
sikap, tujuan, kepribadian, dan dinamika.13
Menurut Resister dan Percy (dalam marketing selebrities oleh Frans
M. Royan)14 karakteristik celebrity endorser yang akan digunakan sebagai
brand ambassador harus disesuaikan dengan communication objective
yang hendak dicapai. Salah satunya dengan menggunakan metode VisCAP
yang terdiri dari 4 unsur yaitu:
1. Visibility: Memiliki dimensi seberapa jauh popularitas selebritis.
Popularitas yang dimiliki brand ambassador memberikan dampak
pada popularitas produk. Semakin bagus popularitas yang dimiliki
celebrity endorser maka akan memberikan dampak positif pada
produk.
2. Credibility: Berhubungan dengan dua hal yaitu keahlian dan
objektivitas. Keahlian ini akan bersangkut paut pada pengetahuan
brand ambassador dengan produk yang diiklankan dan objektivitas
lebih merujuk pada kemampuan brand ambassador.
3. Attraction: Lebih menitikberatkan pada daya tarik brand
ambassador, personality, tingkat kesukaan masyarakat kepadanya
dan kesamaan dengan target user. Daya tarik ini terutama
menyangkut dua hal, yaitu tingkat disukai audience (linkability)
dan tingkat kesamaan dengan kepribadian yang diinginkan
pengguna produk (similarity). Linkalbility dan similarity tidak
dapat dipisahkan dan harus ada berdampingan. Brand ambassador
yang disukai dan memiliki daya tarik cenderung menjadi
trendsetter masyarakat mulai dari pakaian bahkan produk-produk
yang digunakan selebritis tersebut.
4. Power: kemampuan brand ambassador dalam menarik konsumen
untuk membeli. Selebritis yang menjadi brand ambassador harus
13 Cangara. Hafied, 1998, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.
95. 14 Frans M. Royan, 2004, Marketing Selebriti “Selebriti dalam Iklan dan Strategi Selebriti
Memasarkan Diri Sendiri”, Alex Media Komputindo, Jakarta, hlm. 15.
12
memiliki kemampuan dalam menarik konsumen agar
menggunakan produk. Brand ambassador selain harus terkenal dan
menarik juga harus berada di level pemujaan oleh audience. Pada
tingkat ini pemujaan yang tinggi tersebut dnegan sendirinya akan
menimbulkan dorongan yang kuat pada target audience untuk
membeli.
Menurut Belch dan Belch, penggunaan endorse dalam sebuah pesan
periklanan harus memperhatikan faktor-faktor yang memiliki mekanisme
yang berbeda di dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen,
yaitu:15
1. Source credibility
Faktor ini menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorse
mengenai merek produk yang diiklankan serta kepercayaan
konsumen terhadap endorse untuk memberikan informasi yang
tidak biasa dan objektif. Kredibilitas memiliki dua sifat penting,
yaitu :
a) Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian dan
pengalaman yang dimiliki endorse berkaitan dengan
produk yang diiklankan.
b) Trustworthiness, mengacu kepada kejujuran, integritas,
dapat dipercayainya seorang sumber. Faktor ini
berhubungan dengan seberapa objektif seorang endorse
terhadap produk yang dibawanya.
2. Source attractiveness
Endorse dengan tampilan fisik yang baik dan/atau karekter non-
fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan
minat audiens untuk menyimak iklan, daya tarik endorse
mencakup :
15 Belch, George E., dan Michael A. Belch, 2007, Ibid, hlm. 172.
13
a) Similarity, merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan
kesamaan yang dimiliki dengn endorse, kemiripan ini
dapat berupa karakteristik demografis, gaya hidup,
kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang
ditampilkan pada iklan, dan sebagainya.
b) Familiarity, adalah pengenalan terhadap narasumber
melalui exposure. Sebagai contoh, penggunaan celebrity
endoser dinilai berdasarkan penggunaan typical person
endorse dinilai berdasarkan keakraban dengan sosok yang
ditampilkan karena sering dijumpai di kehidupan sehari-
hari.
c) Likability, adalah kesukaan audiens terhadap narasumber
karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik,
atau karakter personal lainnya.
3. Source Power
Adapun kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga
dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, dan tingkah laku
konsumen karena pernyataan atas pesan endorse tersebut.
Penggunaan endorse diharapkan dapat memberikan asosiasi positif
antara produk dengan endorse sehingga dapat memunculkan sikap positif
dari khalayak terhadap produk yang kemudian diharapkan dapat
menumbuhkan pencitraan yang baik terhadap merk. Pencitraan terhadap
merek menjadi penting karena peranan atau fungsi dari suatu merek
(brand) sendiri saat ini bukan hanya sebagai pembeda dari produk yang
dihasilkan oleh produsen yang satu dengan produsen yang lainnya, namun
merek merupakan penentu dalam menghasilkan suatu competitive
advantages. Konsumen saat ini memandang merek atau brand sebagai
salah satu hal yang sangat penting dalam melakukan pembelian, merek
merupakan suatu nilai tambah (value) bagi suatu produk.
14
2. Minat Beli
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian
yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan
pembelian.16 Menurut Kinnear dan Taylor, minat beli adalah tahap
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli
benar-benar dilaksanakan.17 Minat beli (willingness to buy) dapat
didefinisikan sebagai kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk
membeli produk.18
Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila
produk tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Keputusan
untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila
manfaat yang dirasakan lebih besar dibanding pengorbanan untuk
mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi.
Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibanding pengorbanannya maka
biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan umumnya beralih
mengevaluasi produk lain yang sejenis.
Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali
diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari
lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai
dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk
memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah
motivasi konsumen untuk membeli.
16 Assael, Henry, 2001, Consumer Behavior 6th Edition, Thompson Learning, New York, hlm.
103. 17 Kinnear, Thomas C. & Taylor, James R., 1995, Riset Pemasaran: Pendekatan Terpadu,
Erlangga, Jakarta, hlm. 306. 18 Dodds, William B., Kent B. Monroe, dan Dhruv Grewal, 1991, Effects of Price, Brand, and
Store Information on Buyers’ Product Evaluations, Journal of Marketing Research, Vol. 28, pp. 307-19.
15
Engel dkk19 berpendapat bahwa minat membeli sebagai suatu
kekuatan pendorong atau sebagai motif yang bersifat instrinsik yang
mampu mendorong seseorang untuk menaruh perhatian secara spontan,
wajar, mudah, tanpa paksaan dan selektif pada suatu produk untuk
kemudian mengambil keputusan membeli. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya kesesuaian dengan kepentingan individu yang bersangkutan serta
memberi kesenangan, kepuasan pada dirinya. Jadi sangatlah jelas bahwa
minat membeli diartikan sebagai suatu sikap menyukai yang ditunjukkan
dengan kecenderungan untuk selalu membeli yang disesuaikan dengan
kesenangan dan kepentingannya.
Swastha dan Irawan20 mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi,
bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa
maka hal itu akan memperkuat minat membeli, kegagalan biasanya
menghilangkan minat. Dalam membeli suatu barang, konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor disamping jenis barang, faktor demografi
dan ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti motif, sikap,
keyakinan, minat, kepribadian, angan-angan, dan sebagainya. Kotler
mengemukakan bahwa perilaku membeli dipengaruhi oleh empat faktor
utama21, yaitu:
a. Faktor-faktor Kebudayaan
1) Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang
yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya
sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian
besar adalah dipelajari.
2) Sub Budaya
19 Engel, James, dkk, 2005, Perilaku Konumen, Binarupa Aksara, Jakarta, hlm. 46. 20 Swastha, Basu dan Irawan, 2001, Manajemen Pemasaran Modern, edisi kedua, Libert,
Yogyakarta, hlm. 35. 21 Kotler, Philip, 2007, Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian, Erlangga, Jakarta, hlm. 11.
16
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang
lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas
untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu
kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan
wilayah geografis.
3) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap
kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang
sama.
b. Faktor-Faktor Sosial
1) Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang.
2) Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli.
3) Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan
dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa
satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh
masyarakatnya.
c. Faktor-Faktor Pribadi
1) Usia dan Tahap Daur Hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah
selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang
berhubungan dengan usianya
2) Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat
memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok
pekerjaan tertentu.
17
3) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan
yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.
4) Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut
menentukan perilaku pembelian.
5) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap
orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.
d. Faktor-Faktor Psikologis
1) Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap
kebutuhan itu.
2) Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan.
Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
3) Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku
manusia diperoleh dengan mempelajarinya.
4) Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan
sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian.
Menurut Ferdinand22, minat beli dapat diidentifikasi melalui
indikator-indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan untuk membeli produk.
22 Augusty Ferdinand, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Badang Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, hlm. 16.
18
b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk
preferensinya.
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk
tersebut.
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran
yang membentuk suatu persepsi. Minat beli yang muncul menciptakan
suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya, yang pada akhirnya
ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada di dalam benaknya itu. Meskipun
merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa
mendatang namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya
dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu
sendiri.
Selain variabel brand endorse yang memiliki hubungan atau peran
dalam mempegaruhi minat beli konsumen, ada beberapa faktor lain yang
juga berpengaruh dalam menimbulkan minat beli dalam benak seseorang,
yaitu:
1. Harga
Harga adalah persepsi dari sejumlah uang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Raharso23 membuktikan bahwa
harga yang dirasakan oleh konsumen berpengaruh untuk menimbulkan
minat beli yang kemudian berpengaruh terhadap kepuasan sehingga
23 Sri Raharso. 2005. Pengaruh Customer Delight terhadap Behavioral- Intentions Battery.
Jakarta: Usahawan No. 5/XXXIV Mei.
19
tercipta loyalitas. Faktor harga dibentuk oleh 4 indikator, yaitu:
keterjangkauan harga produk, kesesuaian harga dengan kualitas produk,
daya saing harga produk, dan kesesuaian dengan manfaat produk.
Valerie Zeithaml24 mengatakan bahwa menurut sudut pandang
konsumen, harga adalah sesuatu yang diberikan atau dikorbankan untuk
memperoleh suatu produk. Dalam menentukan harga terdapat strategi
harga yang diartikan sebagai salah satu konten strategi pemasaran yang
mengarah pada upaya pembentukan citra harga, daya saing harga, citra
mutu, dan nilai pelanggan.25
2. Kualitas Produk
Faktor kedua yang menjadi salah satu alasan seseorang atau
konsumen untuk membeli suatu produk adalah kualitas produk. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Budiyono, Bernard NM26 menunjukkan
bahwa kualitas produk merupakan antecedent yang berpengaruh
terhadap minat beli. Faktor kualitas produk dibentuk oleh empat
indikator, yaitu: daya tahan produk, kinerja produk, fitur produk, dan
kehandalan produk.
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk
yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud
untuk apa produk itu diproduksi. Kualitas ditentukan oleh sekumpulan
kegunaan atau fungsinya, termasuk di dalamnya daya tahan,
ketergantungan pada produk atau komponen lain, eksklusive,
kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk, pembungkus dan sebagainya).
Kualitas mempunyai peranan penting baik dipandang dari sudut
konsumen yang bebas memililh tingkat mutu atau dari sudut produsen
24 Zeithaml, Valarie A., Berry, Leonard L., Parasuraman, A. (1988). SERVQUAL: A Multiple
Item Scale for Measuring Customer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing, 64, pg. 12.
25 Ferdinand A, (2002). Structural Equation Modelling Dalam Peneltian Manajemen. Edisi 2, Seri Pustaka Kunci 03/BP UNDIP.
26 Budiono, Bernard NM. (2004). Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. III, No. 2, September 2004.
20
yang mulai memperhatikan pengendalian mutu guna mempertahankan
dan memperluas jangkauan pemasaran.
3. Citra Merek.
Stigler dalam Cobb-Walgren27 menyatakan bahwa suatu merek
yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk
mengambil keputusan pembelian. Dampak dari simbol suatu produk
memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab
simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan
mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.
Kaitan antara citra merek dengan minat beli dikemukakan Häubl
(1996). Dikemukakan bahwa citra merek akan berpengaruh langsung
terhadap tingginya minat beli terhadap suatu produk. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Gaeff (1996) yang menyatakan bahwa
perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong konsumen untuk
lebih memperhatikan citra merek dibandingkan karakteristik fisik suatu
produk dalam memutuskan pembelian. Faktor citra merek dibentuk
oleh empat indikator, yaitu: citra pemakai, kesan profesional, kesan
modern, populer.
E. KERANGKA KONSEP
Wardah sebagai salah satu produsen kosmetik muslimah terkemuka di
Indonesia terus mengembangkan pemasarannya, melalui berbagai strategi
pemasaran salah satunya adalah menggunakan sosok selebriti ternama tanah
air yang memiliki reputasi dan prestasi yang positif sebagai brand endorse.
Brand endorse yang digandeng oleh Wardah memiliki fungsi diantaranya
adalah mempresentasikan produk Wardah kepada masyarakat melalui sebuah
kegiatan komunikasi pemasaran. Pelaksanaan kegiatan tersebut semata-mata
untuk memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa seorang selebriti
ternama dan mungkin merupakan idola masyarakat, menggunakan produk
27 Cobb-Walgren, Cathy, Chyntia A. Ruble, dan Naveen Donthu, (1995). Brand Equaity, Brand
Preference and Purchase intent. Journal of Marketing Research, Vol. 24, No. 3, hlm. 25.-40.
21
Wardah, yang diharapkan masyarakat mengikuti apa yang dilakukan oleh
idola mereka, sehingga menimbulkan minat untuk membeli produk Wardah.
Input dari penelitian ini adalah berupa kebutuhan akan kosmetik bagi
mahasiswi di Yogyakarta dalam menunjang pnampilannya, sedangkan
stimulusnya adalah adanya pngaruh atau anjuran dari teman-teman mahasiswi
lainnya serta adanya iklan di televisi yang mempromosikan produk-produk
Wardah dengan menggunakan selebriti ternama sebagai endorse. Output dari
penelitian ini adalah munculnya minat beli pada mahasiswi di Yogyakarta
untuk membeli produk-produk Wardah sesuai dengan kebutuhannya.
Penggunaan brand endorse dalam kegiatan komunikasi pemasaran
produk Wardah merupakan salah satu cara untuk menarik minat beli
mahasiswi di Yogyakarta untuk menggunakan produk Wardah. Minat beli
konsumen dalam menentukan suatu produk yang akan dibelinya tidak hanya
dipengaruhi oleh penggunaan brand endorse semata yang digunakan untuk
menarik perhatian konsumen. Ada beberapa faktor lain yang ikut
mempengaruhi diantaranya adalah faktor keluarga sebagai referensi, harga,
tingkat pendapatan, kualitas produk, dan merek. Faktor keluarga sebagai
referensi sangat berpengaruh terhadap minat beli konsumen, apabila ada
keluarga yang merekomendasikan suatu produk maka calon konsumen akan
cenderung lebih percaya dan akan membeli produk yang serupa. Faktor harga
dari produk Wardah itu sendiri dan tingkat ekonomi dari calon konsumen
juga berpengaruh, apabila harga Wardah terjangkau oleh calon konsumen dan
sesuai dengan pendapatanya maka konsumen akan membeli. Faktor harga dan
tingkat pendapatan tersebut juga tidak terlepas dari kualitas dan nama besar
yang dimilili oleh Wardah. Kualitas dari produk Wardah pada saat ini tidak
diragukan lagi, dengan berbagai macam produk dan telah bersertifikasi MUI
dan berlabel halal maka kualitas produk Wardah sudah terpercaya. Adapun
skema jalannya penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
22
Keterangan:
Variabel Perantara = tingkat pendapatan/ekonomi, harga, kualitas produk, merek.
F. DEFINISI OPERASIONALISASI
Dalam penelitian ini variabel penelitian adalah brand endorse dan minat
beli. Berikut ini merupakan operasionalisasi dari masing-masing variabel
tersebut:
1. Brand endorse diartikan sebagai tokoh ataupun orang biasa yang
ditampilkan dalam sesuatu pesan periklanan untuk mengajak orang lain
menggunakan atau mengkonsumsi sesuatu produk yang diiklankan tersebut,
tanpa mengesankan bahwa dia sendiri pernah menggunakan atau
mengkonsumsi produk terkait. Brand endorse ini diukur dengan
menggunakan angket. Berikut ini merupakan indikator dari varieabel brand
endorse:
Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Intervening
1. Tingkat pendapatan/ekonomi
2. Harga 3. Kualitas
produk 4. Merek
Brand Endorse:
1. Visibility (popularitas yang dimiliki brand endorse)
2. Credibility a. Keahlian (terkait dengan
pengetahuan yang dimiliki brand endorse)
b. Objektivitas (terkait dengan kemampuan yang dimiliki brand endorse)
3. Attraction (daya tarik) a. Linkability (tingkat kesukaan
konsumen terhadap brand endorse)
b. Similarity (tingkat kesamaan dengan kepribadian yang diinginkan pengguna produk)
4. Power (kemampuan dalam menarik konsumen)
Minat Beli: 1. Minat transaksional 2. Minat eksploratif 3. Minat preferensial 4. Minat referensial
23
a. Visibility diartikan sebagai popularitas yang dimiliki brand endorse
memberikan dampak pada popularitas produk. Kepopuleran brand
endorse ini diukur dari yang populer sampai yang tidak populer.
b. Credibility memiliki hubungan terhadap dua hal, yaitu keahlian dan
objektivitas. Keahlian ini akan bersangkut paut pada pengetahuan brand
endorse dengan produk yang diiklankan dan objektivitas lebih merujuk
pada kemampuan brand endorse. Keahlian dari brand endorse ini diukur
dari tingkat ahli sampai tidak ahli. Kemampuan dari brand endorse juga
diukur dari yang mampu sampai tidak mampu.
c. Attraction menitikberatkan pada daya tarik brand endorse, personality,
tingkat kesukaan masyarakat kepadanya dan kesamaan dengan target
user. Daya tarik dari brand endorse ini diukur dari yang memiliki daya
tarik besar sampai daya tariknya rendah.
d. Power diartikan sebagai kemampuan brand endorse dalam menarik
konsumen untuk membeli. Kemampuan dalam menarik konsumen ini
diukur dari kemampuan yang tinggi sampai yang kemampuannya rendah.
2. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Minat beli ini diukur dengan menggunakan angket. Berikut ini merupakan
indikator dari variabel minat beli:
a. Minat transaksional yaitu kecenderungan untuk membeli produk.
Kecenderungan tersebut diukur dari yang tingkat kecenderungan yang
besar dan rendah.
b. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk
tersebut. Perilaku tersebut diukur dari yang tingkat perilaku yang besar
dan rendah.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut.
24
Perilaku tersebut diukur dari yang tingkat perilaku yang besar dan
rendah.
d. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain. Kecenderungan untuk mereferensikan
produk kepada orang lain diukur dari yang tingkat kecenderungan yang
besar dan rendah.
3. Dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yang merupakan
penghubung antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel
intervening dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan, kualitas produk,
harga, dan merek. Varibel intervening dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan angket. Berikut ini merupakan penjelasan dari variabel
intervening tersebut:
a. Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan yang didapatkan
seseorang dalam setiap bulannya. Tingkat pendapatan dari konsumen ini
diukur dari tingkat pendapatan tinggi sampai dengan yang rendah.
b. Kualitas produk adalah faktor yang terdapat dalam suatu produk yang
menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa
produk itu diproduksi. Kualitas produk ini diukur dari kualitas produk
yang tinggi sampai kualitas produk yang rendah.
c. Harga adalah persepsi dari sejumlah uang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Harga ini diukur dari tingkat harga mahal sampai tingkat harga yang
murah.
d. Merek adalah tanda yang dimiliki oleh suatu produk untuk
membedakannya dengan produk yang lainnya. Merek ini diukur dari
merek yang terkenal sampai tidak terkenal.
25
Tabel 1.3 Operasionalisasi Konsep
Indikator Item Cara
Pengumpulan
Data
Skala
Pengukuran
Brand Endorse:
Visibility Popularitas
Endorse
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Credibility 1. Keahlian
2. Objektivitas
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Attraction 1. Tingkat
kesukaan
2. Tingkat
kesamaan
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Power Kemampuan
dalam menarik
konsumen
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Minat Beli Minat transaksional
Kemampuan
membeli
produk
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Minat eksploratif Mencari tahu
tentang produk
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Minat preferensial
Selera terhadap
produk
Angket Ordinal =
Tinggi
26
Sedang
Rendah
Minat referensial Mereferensikan
produk
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Variabel Intervening:
Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan tinggi Tingkat pendapatan rendah
Angket
Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Kualitas produk
Kualitas produk tinggi Kualitas produk rendah
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Harga Harga mahal Harga murah
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
Merek Merek terkenal Merek tidak terkenal
Angket Ordinal =
Tinggi
Sedang
Rendah
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Objek/Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Wardah Kosmetik. Subjek penelitian adalah
konsumen Wardah kosmetik yang didominasi pada mahasiswi di Yogyakarta.
2. Jenis Data
Data yang digunakan adalah :
Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
27
suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.28 Data primer
didapat dari kuesioner yang disebar kepada mhasiswi pengguna produk
Wardah di wilayah Yogyakarta.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini penulis menggunakan teknik nonprobability sampling.
Sugiyono29 mendefinisikan teknik nonprobability sampling yaitu metode
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Hal ini
disebabkan pelanggan terlalu banyak dan beragam, sehingga peneliti
mengambil atau menggunakan pelanggan yang sesuai dengan karakteristik
yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling,
yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu.30
Kriteria sampel adalah mahasiswi di Yogyakarta yang menggunakan produk
Wardah.
Besarnya sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
2
2 )1(.E
ppzn -=
Dimana:
N = Jumlah sampel minimal
P = Proporsi populasi 2z = Nilai pada sampel 2E = Eror
Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui, maka harga p
(1-p) maksimal adalah 0,25. Besarnya sampel bila menggunakan
confidence level 95% dengan tingkat kesalahan tidak lebih dari 10%
adalah :
28 Tjiptono, Fandy, 2002, Strategi Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta, hlm. 36. 29 Sugiono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, hlm. 45, 30 Ibid, hlm. 46.
28
2
2
1.0)25.0(96.1
=n
N = 96,04 dan dibulatkan menjadi 100 orang
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei.
Survei adalah suatu teknik mengumpulkan informasi dari responden dengan
cara menanyakan sejumlah pertanyaan terstruktur kepada responden.
Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data berupa angket atau
kuesioner yaitu seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis.
Untuk mengukur skala penilaian yang ada di dalam kuesioner
menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Adapun alternatif jawaban dan nilai tanggapan yang digunakan dalam
pengukuran dengan skala Likert sebagai berikut:
Sangat setuju : diberi skor nilai 5
Setuju : diberi skor nilai 4
Netral : diberi skor nilai 3
Tidak setuju : diberi skor nilai 2
Sangat tidak setuju : diberi skor nilai 1
5. Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian (kuesioner) harus memenuhi uji validitas dan
reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai suatu derajat
ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang
diukur. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan yaitu ketepatan dalam pengukuran. Dalam penelitian ini
pengujian dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson yang
dijalankan dengan program SPSS 13.
29
Butir pertanyaan atau item pertanyaan dinyatakan valid bilamana harga
rxy > r tabel. r tabel dicari dengan cara melihat tabel atau r hitung > r
tabel, dalam penelitian ini untuk mengujinya digunakan taraf signifikansi
α= 5%.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah merupakan derajat ketepatan, ketelitian atau
akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan alpha cronbach yang dijalankan dengan
program SPSS 13. Suatu variabel akan dinyatakan reliabel apabila nilai
koefisien alpha cronbachnya positif dan lebih besar dari 0,6 )60,0( ³a .
6. Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial
(pengolahan data dibantu dengan Program SPSS 13.0 for Windows) sebagai
berikut.
a. Deskripsi Data
Deskripsi data yang dianalisis meliputi karakteristik responden dan
deskripsi variabel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
karakteristik responden dan variabel penelitian. Langkah-langkah yang
dilakukan pada tahap deskripsi data yaitu: membuat tabulasi data untuk
setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan menyusunnya
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mencari nilai minimum, nilai
maksimum, dan rata-rata serta visualisasi data berupa tabel dan grafik.
Perhitungannya deskripsi data dibantu dengan program SPSS 13.0 for
windows.
Tabel 1.5 Pengkategorian Hasil Penelitian
Kategori Skor Tinggi X ≥ M + SD Sedang M – SD ≤ X < M + SD Rendah X < M – SD
30
Pengkategorian digunakan untuk mendeskripsikan data agar dapat
diketahui sebaran data dari jawaban responden. Rumus pengkategorian di
atas menggunakan kategori tiga31.
b. Analisis Regresi
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi. Model persamaan regresi
yang digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b3I + e
Keterangan:
Y = Minat beli
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Brand endorse
I = Intervening
e = variabel gangguan
Dalam sebuah analisis regresi, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis yang berupa uji normalitas dan uji multikolinieritas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui normal tidaknya
sebaran data yang akan dianalisis. Bila data berdistribusi normal maka
tehnik statisitik yang digunakan adalah statistik parametris.32 Menurut
Imam Ghozali, salah satu cara untuk melakukan uji normalitas data
adalah analisis Kolmogorov-Smirnov, dengan hipotesis33:
Ho : skor pengukuran berdistribusi normal
Ha : skor pengukuran tidak berdistribusi normal.
31 Hadi, Sutrisno, 2000, Statistika Pendidikan II, Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, hlm. 135. 32 Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, hlm. 50. 33 Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, UNDIP,
Semarang, hlm. 18.
31
Kriteria yang digunakan adalah Ho diterima apabila nilai
signifikansi lebih dari 0,05. Perhitungan analisis Kolmogrov Smirnov
menggunakan bantuan program SPSS 13.0 for windows.
2) Uji Multikolinieritas
Uji asumsi tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk
membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier
diantara variabel independen. Dalam penelitian ini ada 1 variabel
independen yakni minat. Metode pengujian yang digunakan dalam
menguji multikolinieritas adalah dengan melihat nilai koefisien
variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Pengujian
multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
SPSS 13 for windows.
Adapun hipotesis yang akan diuji untuk membuktikan ada
tidaknya multikolinieritas antar variabel independen dinyatakan
sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat hubungan antar variabel independen
Ha : Terdapat hubungan antar variabel independen
Kriteria yang digunakan adalah Ho diterima apabila nilai VIF
kurang dari 10, maka tidak terdapat hubungan multikolinieritas.
3) Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji dimana untuk mengetahui hubungan
antara variabel dependen dengan independen apakah telah membentuk
garis linear ataukah belum. Untuk menguji sepasang variabel telah
memiliki hubungan yang linear digunakan uji F. Adapun hipotesis
yang akan diuji berbunyi sebagai berikut:
Ho : Kedua variabel saling berkorelasi linear
Ha : Kedua variabel tidak saling berkorelasi linear
Kriteria keputusan yang digunakan adalah Ho ditolak jika sig <
taraf kesalahan 5%. Dalam hal ini korelasi kedua variabel dihendaki
linear maka diharapkan terima Ho dengan syarat sig > taraf kesalahan.
32
Perhitungan analisis uji linearitas menggunakan bantuan program
SPSS 13.0 for windows.
c. Pengujian Hipotesis
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
menggunakan analisis regresi linier berganda. Dalam analisis ini terdapat
beberapa variabel independen dan satu variabel dependen. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan uji F
dan uji t.
1) Uji F
Uji F merupakan pengujian semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model yang memiliki pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Tujuan dari uji F adalah untuk
membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi
yang digunakan dalam analisis ini signifikan dan menentukan nilai
variabel dependen.
Ho : tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen
Pengambilan keputusan berdasarkan taraf signifikansi 5% adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai P value (Sig.) < 0,05, maka Ha diterima. Artinya
semua variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai P value (Sig.) > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya semua
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial atau masing-masing
variabel independen variabel terikatnya adalah variabel dependen
Formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha):
33
Ho : tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen
Pengambilan keputusan berdasarkan taraf signifikansi 5% adalah
sebagai berikut:
a) Jika nilai P value (Sig.) < 0,05, maka Ha diterima. Artinya
secara statistik variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai P value (Sig.) > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya secara
statistik variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.