bab i pendahuluan a. latar · pdf filependahuluan a. latar belakang ... laporan penemuan...

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Malaria merupakan suatu penyakit dengan penyebaran yang luas dan menjadi endemis terutama di daerah tropis. Malaria termasuk penyakit tropik yang sampai sekarang tersebar luas di daerah tropis maupun subtropis. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah manusia. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil riskesdas tahun 2010 adalah 0,6 persen. Dimana provinsi dengan API (Annual Parasite Incidence) di atas angka rata-rata nasional adalah NTB, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Babel, Kepri, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Aceh (DepKes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2011) malaria masih menjadi beban masyarakat dan pemerintah Indonesia. Ancaman kesakitan dan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu, penduduk usia produktif dan lain-lain. Penyebaran malaria disebabkan faktor yg komplek: perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat, resistensi obat dan akses pelayanan kesehatan. Pemberantasan & Eliminasi malaria perlu dilakukan secara terpadu oleh seluruh stake holder yang terlibat. Eliminasi meliputi Eliminasi di DKI, Bali, Batam 2010, Eliminasi di Jawa, NAD, Kepulauan Riau 2015. Eliminasi di Sumatra, NTB, Kalimantan, Sulawesi 2020. Eliminasi di Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT 2030. Terdapat beberapa Kabupaten endemis di Kalimantan Tengah dimana penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1

Upload: votuyen

Post on 31-Jan-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama. Malaria merupakan suatu penyakit dengan

penyebaran yang luas dan menjadi endemis terutama di daerah tropis. Malaria

termasuk penyakit tropik yang sampai sekarang tersebar luas di daerah tropis

maupun subtropis. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

parasit Plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah

manusia. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.

Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil riskesdas tahun 2010

adalah 0,6 persen. Dimana provinsi dengan API (Annual Parasite Incidence)

di atas angka rata-rata nasional adalah NTB, Maluku, Maluku Utara,

Kalimantan Tengah, Babel, Kepri, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah,

Gorontalo dan Aceh (DepKes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2011) malaria masih menjadi

beban masyarakat dan pemerintah Indonesia. Ancaman kesakitan dan

kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu,

penduduk usia produktif dan lain-lain. Penyebaran malaria disebabkan faktor

yg komplek: perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat,

resistensi obat dan akses pelayanan kesehatan. Pemberantasan & Eliminasi

malaria perlu dilakukan secara terpadu oleh seluruh stake holder yang

terlibat. Eliminasi meliputi Eliminasi di DKI, Bali, Batam 2010, Eliminasi

di Jawa, NAD, Kepulauan Riau 2015. Eliminasi di Sumatra, NTB,

Kalimantan, Sulawesi 2020. Eliminasi di Papua, Papua Barat, Maluku,

Maluku Utara, NTT 2030.

Terdapat beberapa Kabupaten endemis di Kalimantan Tengah dimana

penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil

laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

2

pada tahun 2010 adalah 2,4 persen yaitu penemuan penderita malaria

berjumlah 53.002 jiwa. Pada tahun 2011 adalah 2,0 persen yaitu total

penemuan penderita malaria berjumlah 43.810 jiwa. Sedangkan pada tahun

2012 adalah 1,9 persen yaitu total penemuan penderita malaria berjumlah

47.280 jiwa.

Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat

diperlukan dalam penatalaksanaan kasus malaria. Sediaan apus darah adalah

suatu sarana yang digunakan untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi,

seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit. Selain itu dapat pula digunakan

untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan lain-

lain.

Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat

mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Setelah penderita

dicurigai secara klinis menderita malaria, pemeriksaan laboratorium untuk

menemukan parasit harus secepatnya dilakukan. Pemeriksaan mikroskopik

dengan pewarnaan Giemsa sampai saat ini masih merupakan baku emas

pemeriksaan malaria. Pewarnaan Giemsa mampu mendeteksi parasit malaria

walaupun pada densitas yang rendah. Kebanyakan cara memulas sediaan

darah menggunakan prinsip Romanowski, seperti Wright, Giemsa, May-

Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa.

Konsentrasi parasit malaria dalam darah cukup merata sehingga

pengambilan darah rutin dapat dilakukan pada ujung jari atau tumit kaki

(bayi). Morfologi parasit yang optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan

darah yang diwarnai giemsa yang diambil dari ujung jari segera. Akhir-akhir

ini darah vena dengan antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan

pemeriksaan (Harijanto, 2010).

Bahan pemeriksaan malaria yang terbaik adalah darah kapiler.

Namun, di lapangan sering dijumpai pemeriksaan malaria menggunakan

darah vena. Hal ini karena volume darah lebih banyak sehingga dapat

digunakan untuk pemeriksaan hematologi lainnya. Oleh karena itu, penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pada pemeriksaan malaria

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

3

menggunakan sampel darah vena dengan antikoagulan dan sampel darah

kapiler tanpa antikoagulan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Perbandingan Hasil Pemeriksaan Malaria Dengan

Sampel Darah Vena dan Kapiler.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan malaria menggunakan darah

vena dan kapiler ?

2. Bagaimana perbedaan hasil kepadatan malaria menggunakan darah vena

dan kapiler ?

C. Batasan Masalah

Dengan penelitian ini peneliti hanya membandingkan hasil

pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan kapiler berdasarkan

kepadatan parasitnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

Apakah ada perbedaan kepadatan parasit pada hasil pemeriksaan malaria

menggunakan darah vena dan kapiler ?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

ada perbedaaan yang bermakna pada hasil pemeriksaan malaria

menggunakan sampel darah vena dan kapiler.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

4

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kepadatan parasit pada pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan

kapiler.

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada penyedia layanan kesehatan seperti

laboratorium tentang perbandingan pemeriksaan malaria menggunakan

darah vena dan kapiler.

2. Bagi peneliti, diharapkan mampu melakukan pemeriksaan malaria secara

tepat dan cepat dengan cara mikroskopis.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malaria

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat

intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan

Plasmodium malariae (Laveran,1888), Plasmodium vivax (Grosi dan Felati,

1890), Plasmodium falciparum (Welch,1897), dan Plasmodium ovale

(Stephens,1922). Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus

Anopheles (Ross,1897). Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah

ditemukan 67 species yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya

ditemukan di Indonesia (Harijanto, 2000).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia

(Kemenkes RI, 2011). Malaria adalah parasit yang memiliki banyak stadium

(multi-stage parasit) yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang

bertindak sebagai vektor penularnya. Malaria adalah penyakit dengan gejala

demam yang terjadi tujuh hari sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk

yang infektif (Soedarto, 2011).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa malaria adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh

sejenis nyamuk tertentu yaitu Anopheles.

Taksonomi Plasmodium

Kingdom : Protista

Subkingdom : Protozoa

Phylum : Apicomplexa

Class : Sporozoasida

Order : Eucoccidiorida

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

6

Family : Plasmodiidea

Genus : Plasmodium

Spesies : Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium

ovale, Plasmodium malariae (Soedarto, 2011).

B. Morfologi

1. Plasmodium vivax

a. Stadium Tropozoit muda

1) Sitoplasma berbentuk cincin biru dan tebal serta mempunyai variasi

dalam bentuk-bentuk tidak teratur (irregular), tidak dijumpai granula.

2) Kromatin satu besar berupa granula merah.

3) Titik Schuffner yang berwarna tengguli.

4) Sering dijumpai.

b. Stadium Tropozoit matang

1) Sitoplasma besar berwarna biru, bentuknya irregular karena

merupakan organisme amuboid.

2) Didalamnya dijumpai butir-butir kecil pigmen yang berwarna coklat

kekuningan.

3) Kromatin satu berupa titik merah.

4) Jarang dijumpai.

c. Stadium Schizont

1) Terdiri dari merozoit yang berjumlah 16-18, bentuknya besar, padat

berupa granula merah, letaknya ditengah-tengah daerah yang

dikelilingi oleh kelompokan sitoplasma yang berwarna biru pucat dan

berbentuk huruf “koma”.

2) Sering dijumpai.

d. Stadium Gametosit

1) Makrogametosit :

Bentuknya bulat padat/oval, warna biru. Inti berbentuk segitiga, padat,

berwarna merah, letaknya dipinggir, disertai partikel-partikel berupa

pigmen berwarna orange di dalamnya.

5

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

7

2) Mikrogametosit :

Bentuknya bulat, warna biru muda. Inti bulat, letak ditengah,

berwarna merah muda, didalam inti dijumpai pigmen-pigmen oranye.

3) Sering dijumpai.

e. Sel Darah Merah tidak terlihat.

f. Kepadatan parasit sedang.

2. Plasmodium falciparum

a. Stadium Tropozoit muda

1) Cincin berukuran kecil dengan bintik kromatin yang berukuran kecil

dan halus.

2) Sitoplasma sangat halus, warna biru pucat dan tidak ada granula.

3) Kromatin bisa dijumpai 1 atau 2, berupa granula-granula yang

berwarna merah.

4) Bentuk ini yang sering dijumpai.

b. Stadium Tropozoit matang

1) Sitoplasma lebih tebal, berupa cincin biru, bentuknya dapat berupa

huruf koma atau tanda seru (Star in the sky).

2) Kromatin 1 atau 2, berukuran sedang dengan granula berwarna merah.

c. Stadium Schizont

1) Stadium ini jarang terlihat, kecuali pada kasus yang berat.

2) Terdiri dari 18-32 merozoit kecil.

d. Stadium Gametosit

1) Bentuknya seperti buah pisang/bulan sabit.

2) Warna biru pada mikrogametosit dan warna biru ungu pada

makrogametosit.

3) Inti merah ungu, pada mikrogametosit inti melebar dan menipis

sedangkan pada makrogametosit intinya kompak.

4) Pigmen berupa granula yang berwarna biru padat. Letak mengumpul

ditengah-tengah sitiplasma atau menyebar.

e. Sel darah merah tak terlihat.

f. Kepadatan parasit sangat tinggi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

8

3. Plasmodium malariae

a. Stadium Tropozoit muda

1) Bentuk cincin dengan sitoplasma tebal dan padat, berwarna biru

dengan granula-granula yang berupa pigmen hitam.

2) Kromatin berjumlah besar berwarna merah.

3) Sering dijumpai.

b. Stadium Tropozoit matang

1) Sitoplasma dapat berbentuk bulat, padat, berwarna biru gelap dengan

banyak partikel-partikel pigmen hitam. Bentuk pita hanya terlihat

pada sediaan darah tipis.

2) Kromatin berbentuk bulat atau pita merah.

3) Sering dijumpai.

c. Stadium Schizont

1) Terdiri dari merozoit sebanyak 8-20 buah masing-masing besar,

berwarna merah, bulat tersebar diantara sitoplasma yang pucat.

Merozoit tersebut dapat tersusun tersebar diantara sitoplasma atau

menggumpal membentuk “Rosette”.

2) Hampir sering dijumapi.

d. Stadium Gametosit

1) Bentuknya besar, oval/bulat, warna biru padat yang mikrogametosit

dan biru muda pada makrogametosit.

2) Inti berbentuk bulat, mengandung kromatin yang berwarna merah.

Letak inti di tepi.

3) Pigmen besar, berwarna hitam dan tersebar di dalam sitoplasma.

4) Hampir sering dijumpai.

e. Sel Darah Merah tidak terlihat.

f. Kepadatan parasit sangat rendah.

4. Plasmodium ovale

a. Stadium Tropozoit muda

1) Berbentuk cincin dengan sitoplasma yang berwarna biru padat.

2) Kromatin satu,berukuran sedang berbentuk granula merah.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

9

b. Stadium Tropozoit matang

1) Sitoplasma berbentuk bulat berwarna biru didalamnya dijumpai

partikel-partikel pigmen berwarna coklat.

2) Kromatin satu besar berwarna merah.

c. Stadium Schizont

1) Terdiri dari merozoites sebanyak 8-14 buah, besar berupa granula-

granula merah membentuk “Rosette” mengelilingi suatu partikel-

partikel pigmen coklat.

d. Stadium Gametosit

1) Bentuk besar, bulat/oval, berwarna biru padat.

2) Inti berbentuk bulat, satu, berwarna merah.

3) Pigmen berwarna coklat sedikit tersebar di dalam sitoplasma.

4) Sel Darah Merah tidak terlihat.

5) Kepadatan parasit sedang.

(Soedarto, 2011).

C. Etiologi

Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh

parasit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria

disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria yang terutama menggigit

manusia malam hari mulai magrib (dusk) sampai fajar (down). Terdapat empat

parasit penyebab malaria pada manusia yaitu : Plasmodium falciparum,

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, plasmodium oval (Soedarto, 2011).

Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan

dapat menimbulkan kematian. Ke empat spesies Plasmodium yang terdapat di

Indonesia yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika,

Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae

yang menyebabkan malaria kuartana dan Plasmodium ovale yang

menyebabkan malaria ovale.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

10

D. Gejala Klinis Malaria

Menurut Harijanto, (2010) Gejala klasik berupa “Trias Malaria”

(Malaria proxysm) secara berurutan :

1. Periode Dingin

Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus

diri dengan selimut dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan

gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.

Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan

meningkatnya temperatur.

2. Periode Panas

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat serta panas tubuh tetap

tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya,

respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri orto orbital, muntah-muntah, dan

syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih,

diikuti dengan keadaan berkeringat.

3. Periode Berkeringat

Penderita berkeringat, mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai

basah, temperatur turun, penderita merasa kelelahan dan sering tertidur. Jika

penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

E. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria pada manusia mempunyai daur hidup pada tubuh

manusia dan di dalam tubuh nyamuk Anopheles yang menjadi vektornya.

1. Siklus di dalam tubuh manusia

Sporozoit yang berasal dari dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles

masuk melalui gigitan nyamuk pada kulit bersama air ludah nyamuk yang

mengandung antikoagulansia. Segera sesudah memasuki aliran darah, dalam

waktu 30 menit sporozoit akan menuju ke hati dan menembus hepatosit

menjadi tropozoit hati. Parasit berada di dalam sel hati selama 9-16 hari dan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

11

berkembang menjadi skizon hati yang mengandung 10.000-30.000

merozoit. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik.

Pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae berlangsung

siklus skizogoni cepat (immediate schizogony), sedangkan pada

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat berlangsung siklus

skizogoni cepat maupun skizogoni lambat (delayed schizogony), dimana

sebagian tropozoit hati menjadi bentuk dorman (istirahat) yang pasif yang

disebut hipnozoit. Bentuk hipnozoit dapat berada di dalam sel hati selama

berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Jika daya tahan tubuh penderita

menurun, parasit akan menjadi bentuk aktif sehingga menimbulkan

kekambuhan (relaps).

Merozoit yang keluar dari skizon hati yang pecah akan meninggalkan

sel hepatosit, memasuki aliran darah dan menginfeksi sel darah penderita.

Perkembangan aseksual (proses schizogony eritrositik) Plasmodium dimulai

sejak masuknya merozoit ke dalam eritrosit. Di dalam sel eritrosit tahap

skizogoni berlangsung dengan pembentukan merozoit yang lebih banyak

(membutuhkan waktu sekitar 22 jam). Setelah proses skizogoni darah

berlangsung 2-3 siklus, sebagian merozoit yang menginfeksi eritosit akan

membentuk stadium seksual mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina)

yang membutuhkan waktu sekitar 26 jam. Pada Plasmodium falciparum,

skizogoni eritrositik berlangsung selama 48 jam dan gametositosis 10-12

hari. Siklus skizogoni erotrositik pada umumnya berlangsung selama

beberapa siklus sebelum terbentuknya gametosit untuk pertama kalinya

(Soedarto, 2011).

2. Siklus pada nyamuk Anopheles betina

Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung

gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan

pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian

menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

12

ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit

ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh

manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa

inkubasi bervariasi tergantung spesies Plasmodium.

Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke rubuh

manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan

pemeriksaan mikroskopik (Depkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan).

Gambar 2.1. Siklus hidup plasmodium (DepKes RI Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

13

F. Patobiologi Malaria

Proses patologi malaria adalah akibat dari siklus eritrositik. Merozoit

menyerang eritosit dimana mereka berkembang melalui bentuk cincin ke

tropozoit dan akhirnya skizon. Pada kasus Plasmodium falciparum proses ini

mengikuti perubahan terhadap eritrosit terinfeksi. Beberapa faktor kunci yang

berkaitan parasit memainkan suatu peran dalam menyebabkan fenomena

patogenesis seperti kecepatan dan kepadatan skizogoni, predileksi merozoit

untuk jens eritrosit khusus, interaksi inang manusia dan parasit, dan sekuestrasi

eritrosit terinfeksi pada pembuluh-pembuluh darah kecil dimana merupakan

peristiwa sentral dan spesifik pada malaria falciparum.

Pada manusia, malaria falciparum berat dan berkomplikasi merubah

fungsi normal dari banyak jaringan dan organ. Disini terdapat bukti-bukti

peningkatan gangguan aliran darah lokal disebabkan oleh obstruksi

mikrosirkulasi dalam kapiler dan venula dari organ dalam (Harijanto, 2010).

G. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa sampai saat ini

masih merupakan baku emas pemeriksaan malaria. Contohnya saja untuk

pemeriksaan penyakit malaria akibat parasit Plasmodium. Melalui pemeriksaan

laboratorium Plasmodium penyebab malaria pada manusia (Plasmodium

falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan

Plasmodium knowlest) dapat dibedakan berdasar stadium parasit yang ada di

dalam darah, gambaran eritrosit yang terinfeksi parasit dan gambaran

morfologi parasit yang ada di dalam sel eritrosit. Morfologi parasit yang

optimal dapat dilihat dengan membuat sediaan darah yang diwarnai Giemsa

yang diambil dari ujung jari segera. Akhir-akhir ini darah vena dengan

antikoagulan lebih sering digunakan sebagai bahan pemeriksaan (Soedarto,

2011).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

14

Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari. Bila

menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang

belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih ada dalam spuit).

Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat

sediaan darah malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit

berkurang dan morfologi dapat berubah (Kemenkes RI, 2011).

1. Pemeriksaan Mikroskopis

Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih

digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Terhadap sediaan darah

tetes tebal dan tipis dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan

adanya parasit malaria, jenis spesies dan stadium parasit malaria serta

kepadatan parasit.

a) Semi kuantitatif

Pemeriksaan kepadatan parasit semi kuantitatif menunjukkan nilai

(-)/ Negatif : tidak ditemukan parasit pada 100 LPB (lapangan

pandang besar)

(+) /Positif 1 : ditemukan 1-10 parasit per 100 LPB

(++) / Positif 2 : ditemukan 11-100 parasit per 100 LPB

(+++) / Positif 3 : ditemukan 1-10 parasit per 1 LP

(++++) / Positif 4 : ditemukan lebih dari 10 parasit per 1 LP

b) Kuantitatif

Pemeriksaan kepadatan parasit kuantitatif dilakukan melalui

pemeriksaan tetes tebal (per leukosit) atau sediaan darah tipis (per

eritrosit) jumlah parasit dihitung per mikro liter darah (Soedarto, 2011).

Untuk menentukan nilai ambang kepadatan parasit aseksual

Plamodium faliparum yaitu menghitung jumlah parasit (N) dibanding

minimal 200 leukosit dikalikan 8.000 leukosit normal. Bila N kurang

dari 10,maka jumlah leukosit dihitung sampai 500 leukosit (bukan 200

leukosit).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

15

Menurut Harijanto, (2010) Pada sediaan darah tebal parasit

dihitung berdasarkan jumlah leukosit per darah, jika tidak diketahui

biasanya diasumsikan leukosit penderita berjumlah 8000/ , dengan

rumus sebagai berikut :

. . . . . . . .

Cara menghitung yaitu sejak diketemukan parasit didalam lapang

pandang, baru mulai dihitung parasit dan leukosit dan seterusnya

pindah lapang pandang berikutnya walaupun tidak ada parasitnya,

leukosit tetap dihitung hingga mencapai minimal 200 leukosit atau

lebih. Bila parasit kurang dari 10 per 200 leukosit dilanjutkan dihitung

hingga mencapai 500 leukosit. Jumlah parasit >100.000/ darah

menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk

menentukan prognosa penderita malaria, walaupun komplikasi juga

dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal (Sudoyo, 2009).

Pelaporan hasil jika hasil pemeriksaan pulasan darah positif,

perinciannya yaitu berdasarkan spesies parasit yang ditemukan, stadium

perkembangan parasit tersebut dan densitas parasit (Mahode, Albertus

A, 2011).

2. Rapid Diagnostic Test (RDT)

Pemeriksaan Tes Diagnostik Cepat dilakukan berdasar deteksi antigen

parasit malaria dengan immunokromatografi dalam bentuk dipstik. Tes ini

digunakan di UGD (Unit Gawat Darurat) pada waktu terjadi KLB

(Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria di daerah terpencil

yang tidak tersedia sarana laboratorium atau untuk melakukan survei

tertentu (Soedarto, 2011).

Sampai saaat ini ada banyak sekali rapid malaria test yang beredar di

pasaran, tetapi secara garis besar hanya ada 3 macam antigen malaria yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

16

digunakan. Ketiga antigen tersebut adalah histidinerich protein-2 (HRP 2),

lactate dehydrogenase (LDH) dan aldolase (Harijanto, 2010).

3. Sampel Pemeriksaan Mikroskopis

a. Darah Vena

Pembuluh darah vena dikenal dengan nama pembuluh balik.

Pembuluh darah ini adalah jenis pembuluh darah yang datang menuju

serambi jantung. Vena bercabang-cabang membentuk venula. Venula

membentuk cabang-cabang lebih kecil yang disebut kapiler. Vena yang

berhubungan langsung dengan jantung atau paru-paru dikenal dengan

vena kava. Vena mengandung banyak darah kaya karbon dioksida,

kecuali vena pulmonalis mengandung banyak oksigen. Vena

merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis dan lubang

pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai

beberapa katup untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah (Pearce,

2009).

Gambar 2.2. Berbagai macam pembuluh darah

(http://antonagus.blogspot.com/2012/04/perbedaan-pembuluh-

darah-vena-arteri.html)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

17

b. Darah Kapiler

Kapiler ialah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri

berakhir. Cabang terkecil dari arteri dan vena disebut kapiler. Pembuluh

darah kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki

satu lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal. Jaringan

pembuluh darah kapiler bekerja membentuk sebuah anyaman yang

terdiri dari suatu jaringan dengan kandungan kurang lebih 2000 kapiler

darah per millimeter (Pearce, 2009).

Menurut Syaifudin, (2009) Fungsi kapiler adalah sebagai berikut :

1) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

2) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan.

3) Mengambil hasil dari kelenjar.

4) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus.

5) Menyaring darah pada ginjal.

Kapiler merupakan pembuluh darah berukuran kecil sebagai

perpanjangan arteri dan vena. Darah di kapiler campuran dari darah

vena dan darah arteri. Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel

sehingga airan tubuh dan zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui

dinding selnya. Selain itu, juga terjadi pertukaran oksigen,

karbondioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan

jaringan yang ada di sekeliling kapiler.

Gambar 2.3. Pembuluh darah kapiler

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darah_kapiler)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

18

4. Pemeriksaan darah untuk menemukan Plasmodium

Untuk membuat sediaan darah malaria dibuat 2 jenis sediaan darah

yaitu sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal terdiri

dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit yang ada

terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat

di bawah mikroskop. Sedangkan sediaan darah tipis terdiri dari satu lapisan

sel darah merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi

parasit malaria setelah ditemukan dalam sediaan darah tebal (Kemenkes RI

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

2011).

Salah satu yang perlu diperhatikan pada saat membuat apusan darah

adalah kaca objek/objek glass yaitu harus bersih, kering, dan tidak

berlemak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Slide yang sudah tergores tidak boleh dipakai. Yang terbaik adalah

menggunakan objek glass yang baru dan tidak boleh menggunakan objek

glass bekas pakai. Semua objek glass direndam dalam air sabun selama

30 menit-1 jam kemudian dibilas dengan air mengalir.

b. Membersihkan objek glass. Di lap dengan kasa atau kain bersih. Setelah

objek glass dibersihkan, tidak boleh memegang pada bagian permukaan

objek glass dan langsung dipakai atau disimpan pada slide box.

c. Menyimpan objek glass, slide box yang dianjurkan adalah terbuat dari

bahan plastik/fiber yang tahan pecah. Slide box sebaiknya tidak terbuat

dari bahan kayu karena dapat berpengaruh pada sediaan darah yang

disimpan. Ketebalan objek glass 1,1-1,3 mm, ukurannya 25x75x1-1,5

mm (Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, 2011).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode

deskriftif eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

adanya perbedaan kepadatan parasit malaria positif antara darah vena dan

darah kapiler.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Januari sampai

dengan 02 Maret 2013 kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 05 Mei

sampai dengan 15 Juni 2013. Penelitian ini dilakukan di laboratorium RSI

PKU Muhammadiyah Palangkaraya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah sediaan darah malaria

menggunakan darah vena dan kapiler yang diambil dari pasien yang

datang ke RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya dan telah positif

malaria.

2. Sampel

Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan

antikoagulan dan darah kapiler tanpa antikoagulan. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu sampel

merupakan sediaan darah pasien rawat jalan dan rawat inap di RSI PKU

Muhammadiyah dengan ukuran sampel 25. Setiap pasien dibuat 2 apusan

darah yaitu masing-masing 1 sediaan darah vena dan kapiler.

19

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

20

D. Alat dan Bahan

1. Pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah kapiler

a. Alat yang digunakan:

1) Blood lancet disposible

2) Holder

3) Kaca objek

4) Kaca Penggeser

5) Kapas alkohol

6) Rak pengecatan

7) Mikroskop

8) Tissue

b. Reagen yang digunakan :

1) Akohol 70%

2) Giemsa 3%

3) Metanol

4) Sampel darah kapiler

2. Pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena

a. Alat yang digunakan :

1) Spuit 3cc

2) Torniquet

3) Kapas alkohol

4) Plester

5) Kaca objek

6) Kaca penggeser

7) Batang pengaduk

8) Rak pengecatan

9) Mikroskop

10) Tissue

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

21

b. Reagen yang digunakan :

1) Alkohol 70%

2) Giemsa 3%

3) Metanol

4) Sampel darah vena dengan antikoagulan

E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel

Untuk mencapai tujuan, dalam penelitian ini variabel yang diamati

adalah jumlah parasit dalam 200 atau 500 leukosit dengan menggunakan

sampel darah vena dan kapiler.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Perbandingan adalah adanya sesuatu yang tidak sama karena selisih

atau perbedaan.

b. Pemeriksaan malaria adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah data

untuk sebuah penelitian tentang infeksi yang disebabkan oleh parasit

Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah

merah manusia.

c. Pengambilan darah vena adalah pengambilan darah pada pembuluh

darah pada lipat siku bagian dalam yang disebut fossa cubiti.

d. Pengambilan darah kapiler adalah pengambilan darah yang

dilakukan pada ujung jari atau bayi pada tumit atau ibu jari kaki.

F. Teknik Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan malaria positif dengan

cara mikroskopis yang dilakukam pada sampel darah vena dari populasi

penelitian yang sudah diperiksa di RSI PKU Muhammadiyah

Palangkaraya yang kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis darah

kapiler.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

22

1. Pengambilan Darah Kapiler

a. Cara Kerja :

1) Memegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan

menghadap ke atas.

2) Memilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan

darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah

diambil dari tumit).

3) Tempat yang akan ditusuk harus didesinfeksi dahulu dengan

alkohol 70% lalu dikeringkan dengan kapas yang bersih.

4) Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di

ujung jari.

5) Menusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) dan

dilakukan dengan gerakan yang cepat tetapi tepat sehingga

terjadi luka yang dalamnya 3 mm.

6) Menghapus tetesan darah pertama harus dengan kapas yang

bersih dan kering, karena ini mungkin tercampur dengan

alkohol.

7) Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat dipergunakan.

8) Menyentuhkan tetesan darah tersebut pada kaca objek dengan 1

tetes untuk sediaan darah tipis dan 3 tetes untuk sediaan darah

tebal.

9) Membuat sediaan darah tipis, objek glass baru (kaca penggeser)

lalu menempelkan ujungnya pada tetes darah kecil dengan sudut

45o sampai darah menyebar ke sisi objek glass. Menggeser

objek glass tersebut dengan cepat ke arah yang berlawanan

dengan tetes darah tebal, sehingga di dapat sediaan hapus

(seperti bentuk lidah).

10) Membuat sediaan darah tebal, menghomogenkan darah dengan

memutar batang pengaduk searah jarum jam dari luar kedalam

sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

23

11) Memberi label/etiket pada bagian ujung objek glass dekat

sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau objek

glass frosted. Pada label dituliskan KODE/INISIAL

NAMA/TANGGAL PEMBUATAN.

12) Proses mengeringkan sediaan darah harus dilakukan secara

perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan

menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer.

Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak

sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat

digunakan untuk mengeringkan sediaan.

13) Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada

keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu

24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai.

b. Pewarnaan sediaan apus darah :

1) Sediaan darah yang sudah kering difiksasi dengan methanol.

Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.

Gambar 3.1. Cara Pembuatan Apus Darah

(http:/ratnatanjung.blogspot.com)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

24

2) Meletakkan pada rak pewarna dengan posisi darah menghadap

keatas.

3) Menyiapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3cc giemsa

stock dan 97cc larutan buffer.

4) Menuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh

permukaan object glass. Dibiarkan selama 30-45 menit.

5) Menuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object

glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih.

Mengangkat dan mengeringkan sediaan darah. Setelah kering,

sediaan darah siap diperiksa.

(Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, 2011)

c. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x + oil

imersi.

2. Pengambilan Darah Vena

a. Cara Kerja :

1) Torniquet dipasang pada lengan atas.

2) Tempat yang akan ditusuk didesinfeksi dengan alkohol 70%

atau desinfeksi lainnya.

3) Mengeringkan tempat tersebut lalu dengan menghapus dengan

sepotong kapas atau kasa yang steril.

4) Vena difiksasi dengan menegangkan kulit pada bagian distal

dari vena tersebut dengan pertolongan ibu jari.

5) Dengan lubang jarum menghadap ke atas menusuk vena pelan-

pelan. Bila ujung jarum telah masuk ke dalam vena maka akan

dirasakan tekanan yang tiba-tiba mengurang. Vena yang besar

dapat ditusuk langsung sedangkan pada vena yang agak kecil

lebih baik jarum dimasukkan dulu di antara kulit dan vena lalu

vena ditembus.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

25

6) Bila berhasil segera akan terlihat darah memasuki semprit dan

pengambilan dilanjutkan dengan menarik toraknya pelan-pelan

sampai didapatkan jumlah yang diinginkan.

7) Melepaskan torniquet.

8) Menempatkan sepotong kapas steril pada tempat penusukan lalu

mengeluarkan jarumnya pelan-pelan.

9) Meminta pasien untuk meneruskan menekan sepotong kapas

tadi selama 1-2 menit sambil mengangkat lengannya ke atas.

10) Melepaskan jarum dari semprit lalu memasukkan darah ke

dalam botol yang telah disediakan dengan pelan-pelan supaya

tak timbul buih, sebaiknya darah dialirkan melalui dinding botol

waktu memasukkan.

11) Bila digunakan antikoagulansia segera darah ini dikocok pelan-

pelan supaya bercampur dengan antikoagulansianya.

12) Mengambil menggunakan batang pengaduk dengan 1 tetes

untuk sediaan darah tipis dan 3 tetes untuk sediaan darah tebal.

13) Membuat sediaan darah tipis, dengan objek glass baru (kaca

penggeser) lalu mentempelkan ujungnya pada tetes darah kecil

dengan sudut 45o sampai darah menyebar ke sisi objekt glass.

Menggeser objek glass tersebut dengan cepat ke arah yang

berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga di dapat sediaan

hapus (seperti bentuk lidah).

14) Membuat sediaan darah tebal, menghomogenkan darah dengan

memutar batang pengaduk searah jarum jam dari luar kedalam

sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm (Depkes RI,

1989).

15) Memberi label/etiket pada bagian ujung objek glass dekat

sediaan darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau objek

glass frosted. Pada label dituliskan KODE/INISIAL

NAMA/TANGGAL PEMBUATAN.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

26

16) Proses mengeringkan sediaan darah harus dilakukan secara

perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan

menggunakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer.

Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak

sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat

digunakan untuk mengeringkan sediaan.

17) Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada

keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu

24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai.

b. Pewarnaan sediaan apus darah :

1) Sediaan darah yang sudah kering difiksasi dengan methanol.

Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.

2) Meletakkan pada rak pewarna dengan posisi darah menghadap

keatas.

3) Menyiapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3cc giemsa

stock dan 97cc larutan buffer.

4) Menuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh

permukaan object glass. Dibiarkan selama 30-45 menit.

5) Menuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object

glass sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih.

Mengangkat dan mengeringkan sediaan darah. Setelah kering,

sediaan darah siap diperiksa.

(Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, 2011).

c. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x + oil imersi.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil penelitian diperoleh dari pemeriksaan malaria

menggunakan darah vena dan kapiler dengan cara membedakan sediaan

apus darah vena dan kapiler. Satu sampel dibuat 2 apusan yaitu satu

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

27

apusan darah vena dan satu apusan darah kapiler yang kemudian dihitung

kepadatan parasitnya untuk masing-masing apusan darah.

Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kedua sampel,

data densitas parasit dianalisis dengan uji t pada tingkat signifikansi 1%.

Hipotesis statistik yang diuji adalah :

Ho : µo = µl

Ha : µo ≠ µl

Keterangan :

µo = rata-rata hasil pemeriksaan malaria dengan darah vena

µl = rata-rata hasil pemeriksaan malaria dengan darah kapiler

Ho = tidak ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena

dan darah kapiler

Ha = ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan

darah kapiler

Kriteria penarikan kesimpulan :

Jika, thitung ≤ ttabel maka Ho diterima

Jika, thitung > ttabel maka Ho ditolak

Rumus untuk t-test :

dimana

dan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

28

Keterangan :

elisih hasil pengukuran 1 dan 2

Standar deviasi

Jumlah sampel

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium RSI PKU Muhammadiyah

Palangkaraya. Penelitian dilakukan mulai tanggal 02 Januari sampai dengan

02 Maret 2013 kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 05 Mei sampai

dengan 15 Juni 2013 dan sampel berasal dari sediaan darah malaria

menggunakan darah vena dan kapiler yang diambil dari pasien yang datang

ke RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya dan telah positif malaria. Jumlah

sampel sebanyak 25 orang.

Jumlah parasit >100.000/ darah menandakan infeksi yang berat.

Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Namun

dari hasil pemeriksaan pada penelitian ini tidak ditemukan kepadatan parasit

yang >100.000 darah.

Dari penelitian ini, didapat jumlah penderita malaria sebanyak 25

orang yaitu terdiri dari laki-laki sebanyak 19 orang dan perempuan

sebanyak 6 orang. Berikut adalah grafik presentasi penderita malaria

berdasarkan jenis kelamin.

Grafik 4.1. Presentasi Penderita Malaria

24%

76%

PEREMPUAN LAKI-LAKI

29

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

30

Dari penelitian ini diperoleh data pemeriksaan malaria dengan darah

vena dan kapiler berdasarkan kepadatan parasitnya menunjukkan perbedaan

jumlah yang bervariasi. Berikut ini adalah grafik rata-rata kepadatan parasit.

Nilai rata-rata kepadatan parasit pada darah vena adalah 4828,48,

sedangkan pada darah kapiler didapat nilai rata-rata 6622,72. Dari nilai rata-

rata tersebut didapat hasil persentase darah kapiler secara deskriptif lebih

besar dari darah vena yaitu darah kapiler sebesar 58% dan darah vena sebesar

42%. Berikut persentase nilai kepadatan parasit dapat dilihat pada grafik 4.3.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Darah Vena Darah kapiler

4828.48

6622.72

42% 58%

Darah Vena Darah kapiler

Grafik 4.2. Hasil rata-rata kepadatan

parasit

Grafik 4.3. Persentasi Kepadatan

Parasit

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

31

Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung sebesar .

Sedangkan berdasarkan tabel t, dengan derajat bebas 24 dan tingkat

disignifikansi 1% diperoleh nilai t tabel adalah 2,7969.

Dengan membandingkan nilai t hitung = dengan nilai t tabel =

2,7969, maka diperoleh nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel. Ini

berarti hipotesis Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan pemeriksaan malaria

menggunakan darah vena dan darah kapiler pada tingkat signifikansi 1%.

B. Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan yang objektif melalui analisa statistik untuk melakukan

perbandingan dua variasi data. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

mengetahui adanya perbedaan pada pemeriksaan malaria menggunakan

sampel darah vena dan kapiler. Perbedaan yang terlihat hanya berdasarkan

kepadatan parasitnya saja.

Pemeriksaan malaria berdasarkan kepadatan parasit itu penting untuk

pemantauan pengobatan. Namun, untuk saat ini pemeriksaan malaria hanya

berdasarkan ditemukannya parasit saja.

Dari hasil analisa data, nilai rata-rata hitung kepadatan parasit pada

sampel darah vena adalah 4828,48 dan darah kapiler didapat nilai rata-rata

6622,72. Dari nilai rata-rata antara kedua sampel tersebut sudah terlihat

bahwa ada perbedaan. Setelah dilakukan analisa statistik maka dapat

disimpulkan ada perbedaan pada tingkat signifikansi 1% antara sampel darah

vena dan kapiler pada pemeriksaan malaria.

Dilihat dari tabel hasil pemeriksaan malaria bahwa ada perbedaan

hasil pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena dan kapiler. Dari

penelitian ini, hal-hal yang mungkin mempengaruhi kepadatan parasit lebih

tinggi pada sampel darah kapiler dibanding darah vena karena darah vena

adalah jenis pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung kemudian

bercabang-cabang membentuk venula. Venula membentuk cabang-cabang

lebih kecil yang disebut kapiler. Darah kapiler yang merupakan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

32

penghubungantara pembuluh darah arteri dan vena menyebabkan adanya

campuran antara darah dari arteri dan vena.

Pada malaria akibat Plasmodium mempunyai patogenesis yang

khusus. Beratnya penyakit malaria berhubungan dengan densitas parasit yang

berhubungan dengan kemampuan parasit bermultiplikasi di antara eritrosit.

Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium akan mengalami proses sekuestrasi yaitu

terkumpulnya eritrosit yang berparasit di dalam pembuluh kapiler.

Sekuestrasi timbul akibat dari eritrosit matang yang tinggal dalam jaringan

mikrovaskular. Hal ini dikarenakan pada Plasmodium seluruh siklus terjadi

pada pembuluh darah perifer. Selain itu pada permukaaan eritrosit yang

terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium.

Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan

reseptor sel endotel kapiler (Harijanto, 2000).

Setelah dilakukan analisa statistik diperoleh kesimpulan bahwa darah

kapiler untuk pemeriksaan malaria lebih baik karena kepadatan parasitnya

lebih banyak dibandingkan darah vena.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

33

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Didapat hasil nilai rata-rata hitung kepadatan parasit pada sampel darah

vena adalah 4828,48 dan darah kapiler didapat nilai rata-rata 6622,72.

2. Hasil kepadatan parasit menggunakan darah kapiler lebih banyak daripada

darah vena.

B. Saran

1. Untuk petugas laboratorium

Kepada petugas laboratorium, lebih baik menggunakan sampel darah

kapiler karena kepadatan parasit lebih banyak dibandingkan sampel

darah vena.

2. Untuk mahasiswa

Agar nantinya dapat melanjutkan penelitian ini dengan sampel yang

lebih banyak.

33

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

34

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. Perbedaan Pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. http://antonagus.

blogspot.com/2012/04/perbedaan-pembuluh-darah-vena-arteri.html

diakses pada tanggal 15 Juni 2013

Anonimous. Sistem Peredaran Darah Manusia. http://9reeners.wordpress.com

/2009/01/30/sistem-peredaran-darah-manusia/ di akses 23 januari 2013

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan. 2011. Pedoman Penatalaksanaan Kasus

Malaria Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Evelyn CP. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Fajar Ibnu,dkk. 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Harijanto PN. 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Jakarta: EGC

Kementerian Kesehatan RI Direktorat Pengendalian Penyakit Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit

Malaria. Jakarta: Kemenkes RI

Mahode, Albertus A. Editor. 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorum

Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1989. Hematologi. Jakarta: Depkes RI

Ratna. Sediaan apus darah. http:/ratnatanjung.blogspot.com di akses 15 Juni 2013

Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: Sagung Seto

Sudoyo A.W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI

Sutisna,P. 2004. Malaria Secara Ringkas Dari Pengetahuan Dasar Sampai

Terapan. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2 untuk Mahasiswa

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wikipedia. Pembuluh darah kapiler. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_

darah_kapiler di akses 1 Mei 2013

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

35

Lampiran 1.

Data hasil penelitian hitung kepadatan parasit malaria dengan darah vena

dan kapiler

No. Nama

Pasien Jenis Kelamin Umur

Densitas Parasit / L

Darah

Vena

Darah

kapiler

1 Tn.Bb Laki-laki 21th 32 128

2 Ny.Rm Perempuan 35th 4.760 8.720

3 An.Dk Laki-laki 4th 3.760 4.160

4 Tn.Wh Laki-laki 25th 5.480 5.920

5 Tn.Np Laki-laki 70th 5.480 8.240

6 Tn.Sl Laki-laki 25th 4.200 9.720

7 Tn.Kb Laki-laki 45th 10.440 13.280

8 An.Li Perempuan 8th 480 640

9 Tn.Sr Laki-laki 25th 1.800 2.080

10 Tn.Mr Laki-laki 36th 1.200 1.720

11 Ny.Mn Perempuan 27th 5.560 6.240

12 Tn.Hr Laki-laki 45th 3.200 4.080

13 Tn.Pm Laki-laki 19th 13.600 17.040

14 Tn.Jp Laki-laki 22th 360 480

15 Tn.Sm Laki-laki 42th 520 640

16 Ny.Sr Perempuan 30th 4.160 4.640

17 Tn.Yn Laki-laki 32th 7.680 9.120

18 Ny.Rh Perempuan 27th 1.600 4.960

19 Ny.Wn Perempuan 30th 4.840 5.400

20 Tn.Jm Laki-laki 41th 19.120 22.080

21 Tn.Mu Laki-laki 35th 1.920 4.880

22 Tn.Dn Laki-laki 26th 5.800 7.960

23 Tn.Sn Laki-laki 40th 2.720 6.440

24 Tn.Ra Laki-laki 36th 6.920 9.840

25 Tn.Rd Laki-laki 35th 5.080 7.160

Palangkaraya, Juli 2013

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

36

Lampiran 2.

Data hasil selisih kepadatan parasit antara kedua sampel :

No.

Densitas Parasit / L

Zi = Xi – Yi

(di) (/Mm3)

(Zi - )2

Darah

Vena Darah kapiler

1 32 128 96 2.884.019,098

2 4.760 8.720 3.960 4.690.516,378

3 3.760 4.160 400 1.943.905,178

4 5.480 5.920 440 1.833.965,978

5 5.480 8.240 2.760 932.692,3776

6 4.200 9.720 5.520 1.388.1287,58

7 10.440 13.280 2.840 1.093.613,978

8 480 640 160 2.670.740,378

9 1.800 2.080 280 2.292.922,778

10 1.200 1.720 520 1.623.687,578

11 5.560 6.240 680 1.241.530,778

12 3.200 4.080 880 835.834,7776

13 13.600 17.040 3.440 2.708.525,978

14 360 480 120 2.803.079,578

15 520 640 120 2.803.079,578

16 4.160 4.640 480 1.727.226,778

17 7.680 9.120 1.440 125.485,9776

18 1.600 4.960 3.360 2.451.604,378

19 4.840 5.400 560 1.523.348,378

20 19.120 22.080 2.960 1.358.996,378

21 1.920 4.880 2.960 1.358.996,378

22 5.800 7.960 2.160 133.780,3776

23 2.720 6.440 3.720 3.708.551,578

24 6.920 9.840 2.920 1.267.335,578

25 5.080 7.160 2.080 81.658,7776

Jumlah 120.712 165.568 44.856 57.976.386,56

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

37

Lampiran 3.

Hasil perhitungan menggunakan analisa statistik.

1. Hipotesis :

Ho : Tidak ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena

dan darah kapiler

Ho : µo = µl

Ha : Ada perbedaan pemeriksaan malaria menggunakan darah vena dan

darah kapiler

Ha : µo ≠ µl

2. Tingkat signifikansi ( α ) = 0,01 dan df = n-1 = 24, jadi titik kritisnya t =

2,7969

3. Kriteria pengujian :

Ho ditolak jika t hitung >2,7969 atau – t hitung < - 2,7969.

Perhitungan :

Dimana :

Dan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

38

Kesimpulan :

Karena t hitung = dan t tabel = 2,7969, yang berarti t hitung > t

tabel; maka hipotesis nol ditolak, ini berarti ada perbedaan hasil

pemeriksaan malaria dengan darah vena dan kapiler pada tingkat

signifikansi 1%.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

39

Lampiran 4.

Dokumentasi alat pemeriksaan malaria menggunakan sampel darah vena

dan kapiler

Alat dan Bahan untuk pengambilan

darah vena dan kapiler

Alat pemeriksaan secara mikroskopis

& oil imersi

Reagen pewarnaan Giemsa

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

40

Lampiran 5.

Dokumentasi pemeriksaan Malaria menggunakan sampel darah vena dan

kapiler

Pengambilan darah vena Pembuatan Sediaan Apusan Darah

Vena

Pengambilan Darah Kapiler Pembuatan Sediaan Apusan Darah

Kapiler

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

41

Proses fiksasi sediaan apusan

menggunakan methanol

Proses Pewarnaan apusan darah

menggunakan pewarnaan Giemsa

Pemeriksaan Malaria secara mikroskopis

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

42

Lampiran 6.

Sediaan Apus Darah Vena dan Darah Kapiler

Sediaan Apusan Darah Vena

Sediaan Apusan Darah Kapiler

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

43

Lampiran 7.

Gambaran mikroskopis Sediaan apus darah kapiler

Tropozoit P.vivax

Gametosit P.vivax

Tropozoit P.vivax

Gametosit P.falciparum

Tropozoit P.falciparum

Tropozoit P.vivax

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

44

Lampiran 8.

Gambaran mikroskopis Sediaan apus darah vena

Gametosit P.vivax

Skizon P.vivax

Tropozoit P.falciparum

Tropozoit P.falciparum

Gametosit P.vivax

Tropozoit P.vivax

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar · PDF filePENDAHULUAN A. Latar Belakang ... laporan penemuan malaria dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 1 . 2 ... syok. Periode ini lebih lama

45

LAMPIRAN 10

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yusi Marhayni

Nomor Induk Mahasiswa : 10. 72. 12006

Program Studi : Analis Kesehatan

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan hasil karya

sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya dalam tugas akhir ini tidak

terdapat karya tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Palangka Raya, Juli 2013

Yang Membuat Pernyataan

Yusi Marhayni

(10. 72. 12006)