bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi di segala bidang dewasa ini, menuntut adanya peningkatan
profesionalisme kerja, termasuk di dalamnya adalah bidang kesehatan. Bidang
kesehatan menghadapi permasalahan yang begitu komplek dan terus berkembang.
Semakin komplek permasalahan yang dihadapi, maka semakin dibutuhkan
pelayanan yang profesional sesuai dengan standar yang berlaku. Oleh karena itu
seluruh tenaga yang bergerak dan mempunyai kompeten di bidang kesehatan wajib
untuk meningkatkan standar pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk
mengimbangi dan mengatasi kondisi yang sudah ada. Salah satu perwujudan
profesionalisme kerja di bidang kesehatan adalah dengan memberikan pelayanan
jasa Rumah Sakit (RS) yang maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan pasien
serta memenuhi standar pelayanan terbaru yang berlaku.
Rumah sakit akan ditinggalkan oleh konsumen apabila tidak
memperhatikan kebutuhan dari konsumen itu sendiri, karena terjadi perubahan dari
pihak pengguna rumah sakit di masa yang akan datang. Konsep yang harus menjadi
acuan utama para pengelola rumah sakit yaitu ‘orientasi kepuasan konsumen’ atau
‘pelanggan adalah raja’ yang lebih sering dipakai di bisnis secara umum. Kualitas
pelayanan dari rumah sakit dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien. Semakin
2
tinggi tingkat kepuasan pasien, maka semakin bermutu pelayanan yang diberikan
rumah sakit tersebut.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping dalam hal ini merupakan
salah satu rumah sakit swasta yang menghadapi kompetisi ketat dalam
mempertahankan kualitasnya sebanding dengan incomenya.
Penelitian yang dilakukan di rumah sakit ini sangat penting karena dapat
berfungsi sebagai tolok ukur kepuasan pasien dilihat dari sisi operasional yaitu
pelayanan obat yang mempengaruhi brand image (citra) serta assosiasi merk jasa
pelayanan kesehatan yang terpadu pada pola pikir konsumen yang pada akhirnya
mempengaruhi keputusan pasien. Bagi penulis, penelitian ini menambah informasi
dan pemahaman mengenai apa yang terjadi dan mempengaruhi dari konsep
pelayanan farmasi klinik, serta dapat juga menjadi bahan acuan bagi penelitian
lebih lanjut.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam RS
PKU Muhammadiyah Gamping
2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan pasien antara kelas II dan III
dalam bangsal penyakit dalam di RS PKU Muhammadiyah Gamping
3. Apakah kualitas pelayanan obat yang ditinjau dari dimensi berwujud,
keandalan, daya tanggap, kepastian dan empati secara signifikan mempengaruhi
kepuasan pasien
3
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan obat di
bangsal penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Gamping
2. Membandingkan tingkat kepuasan pasien kelas II dan III di bangsal penyakit
dalam RS PKU Muhammadiyah Gamping
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan obat
yang ditinjau dari dimensi berwujud, keandalan, daya tanggap, kepastian, dan
empati terhadap kepuasan pasien
D. Tinjauan Pustaka
1. Standar Pelayanan Kesehatan
Upaya penetapan standar pelayanan kesehatan merupakan hal mutlak yang
diperlukan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan itu sendiri. Berbagai
ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sarana kesehatan seperti
ketenagaan, peralatan medis, peralatan non-medis, struktur organisasi serta sistem
manajemen. Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar pelayanan yang
ditetapkan maka digunakan indikator. Semakin sesuai sesuatu yang diukur terhadap
indikator maka semakin sesuai pula keadaannya dengan standar yang telah
ditetapkan. Standar dalam pelayanan kesehatan jika ditinjau dari segi peranannya
dapat dibedakan menjadi (Azwar, 2007) :
a. Standar persyaratan minimal yaitu keadaan minimal yang harus dipenuhi
untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan yang bermutu. Standar
tersebut secara umum dibagi menjadi 3 macam :
4
1) Standar masukan, meliputi standar ketenagaan dan standar sarana
2) Standar lingkungan (standar organisasi dan manajemen)
3) Standar proses (standar tindakan)
b. Standar penampilan minimal yaitu standar yang menunjukkan penampilan
pelayanan yang masih dapat diterima. Standar tersebut karena menunjukkan
keluaran maka disebut sebagai standar keluaran atau lebih dikenal dengan
penampilan.
Penyimpangan terhadap kedua jenis standar tersebut menunjukkan adanya
masalah dalam pelayanan kesehatan.
Pemerintah telah menetapkan standar pelayanan, khususnya pelayanan
kefarmasian di rumah sakit yang meliputi (Anonim, 2004) :
a. Standar falsafah dan tujuan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
b. Standar administrasi dan pengelolaan bahwa pelayanan diselenggarakan
dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan
bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian
yang universal.
c. Standar staf dan pimpinan bahwa pelayanan farmasi diatur dan dikelola
demi terciptanya tujuan pelayanan.
5
d. Standar fasilitas dan peralatan bahwa harus tersedia ruangan, peralatan, dan
fasilitas lain yang dapat mendukung administrasi, profesionalisme dan
fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya
pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
e. Standar kebijakan dan prosedur bahwa semua kebijakan dan prosedur yang
ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan
tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar
pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari
pelayanan farmasi itu sendiri.
f. Standar pengembangan staf dan program pendidikan bahwa semua staf di
rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
g. Standar evaluasi dan pengendalian mutu bahwa pelayanan farmasi harus
mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi,
melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
2. Kepuasan Konsumen
Pelayanan yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada konsumen
karena sesuatu yang dibutuhkan dan diharapkannya dapat diberikan oleh petugas
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan obat.
Pelayanan yang diberikan kepada konsumen mencakup tiga permintaan
(Supranto, 2006) :
a. Penelitian tentang keberadaan pelayanan / rate of availability of service
6
b. Penelitian tentang ketanggapan para staf / rate of responsiveness of staff
c. Penelitian tentang profesionalisme para staf / rate of professionalism of staff
Instrumen yang digunakan untuk melacak dan mengukur kepuasan
pelanggan (Kotler, 2000) :
a. Sistem keluhan dan saran
Sebuah organisasi yang berfokus pada pelanggan mempermudah
pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan, misal dengan
menyediakan kotak saran atau kartu komentar untuk pasien yang akan
keluar, atau mempekerjakan staf khusus untuk menangani keluhan pasien.
b. Survei kepuasan pelanggan
Melakukan survei berkala untuk memperoleh ukuran kepuasan pelanggan
secara langsung. Memberikan daftar pertanyaan atau menelepon pelanggan-
pelanggan terakhir sebagai sampel acak. Pengukuran kepuasan pelanggan
dapat dilakukan dengan :
1) Directly reported satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan menanyakan apakah
mereka amat puas, puas, biasa saja atau sangat tidak puas terhadap
pelayanan yang diberikan.
2) Derived dissatisfaction
Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya
harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang
mereka rasakan.
7
3) Problem analysis
Responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok, yakni (a)
masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari
perusahaan, (b) saran-saran untuk melakukan perbaikan.
4) Importance-performance analysis
Responden diminta untuk meranking berbagai elemen penawaran
berdasarkan derajad pentingnya elemen tersebut. Termasuk juga
seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen
sehingga dapat diterapkan program-program pemasaran yang tepat.
c. Belanja siluman
Membayar orang-orang untuk bertindak sebagai pembeli potensial untuk
melaporkan temuan-temuan mereka tentang kekuatan dan kelemahan yang
merekan alami dalam membeli produk perusahaan dan produk pesaing.
d. Analisis kehilangan pelanggan
Perusahaan menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli untuk
mempelajari sebabnya. Selain itu juga memperhitungkan tingkat kehilangan
pelanggan, dimana jika mengingkat jelas menunjukkan bahwa perusahaan
gagal memuaskan pelanggan.
Terdapat lima penentu kualitas pelayanan jasa. Kelimanya disajikan
berturut-turut berdasarkan nilai pentingnya menurut pelanggan yaitu (Kotler,
2000):
a. Keandalan (reliability)
Kemampuan untuk melaksanakan jasa dengan terpercaya dan akurat.
8
b. Daya tanggap (responsiveness)
Kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan tepat.
c. Kepastian (confidence)
Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
d. Empati (emphaty)
Kesediaan untuk peduli, memberi perhatian bagi pelanggan.
e. Berwujud (tangible)
Merupakan penampilan fisik, peralatan, fasilitas penunjang, personil dan
materi komunikasi.
3. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).
Rumah sakit pada saat ini adalah suatu lembaga komunitas yang merupakan
instrumen masyarakat. Rumah sakit merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi
dan menghantarkan pelayanan penderita pada komunitasnya. Berdasarkan hal
tersebut, rumah sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur terorganisasi yang
menggabungkan semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan
9
perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terkoordinasi untuk
penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Tugas rumah sakit pada umumnya ialah menyediakan keperluan untuk
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Oleh karena itu, untuk melaksanakan
tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yaitu menyelenggarakan
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan
asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar dan Amalia, 2004).
4. Sistem Pelayanan Distribusi Obat Pasien Rawat Inap
Sistem distribusi obat-obatan kepada pasien rawat inap yang lazim
digunakan rumah sakit yaitu (Siregar dan Amalia, 2004) :
a. Patient prescription (individual prescription), pada sistem ini dokter
menuliskan resep yang selanjutnya dibawa oleh perawat atau keluarga
pasien ke farmasis. Farmasis akan menyiapkan obat untuk kebutuhan 2-5
hari dan selanjutnya perawat yang membagi-bagikan kepada pasien di
ruangan-ruangan.
b. Sistem Floorstock, farmasis menyediakan obat-obatan yang diperlukan di
tiap ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut. Selanjutnya
perawatlah yang menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien.
c. Sistem Unit dose dispensing, dalam model ini farmasis mencatat obat-
obatan yang diperlukan pada tiap-tiap pasien, kemudian menyiapkan dalam
kemasan untuk satu kali minum per pasien. Obat-obatan yang telah dikemas
10
dalam single dose dikirim ke bangsal untuk jangka waktu pemakaian 24
jam. Dalam sistem unit dose dispensing dikenal sistem sentralisasi dan
desentralisasi. Pada sentralisasi unit dose pelayanan obat dipusatkan pada
suatu tempat tertentu di rumah sakit tersebut, sedangkan sistem
desentralisasi unit dose dalam pelaksanaannya terdiri atas dua atau lebih
lokasi farmasi yang biasa disebut satelit.
5. Profil RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta
a. Identitas
Nama : RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
Pemilik : Persarikatan Muhammadiyah
Alamat : Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman – 55294
No Telp. : 0274 6499706
Faximile : 0274 6499727
Nama Direktur: dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad., M. Kes
b. Sejarah Rumah Sakit
RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta merupakan
pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Ahmad
Dahlan 20 Yogyakarta. Pada tanggal 16 Juni 2010 Rumah Sakit
mendapatkan ijin operasional sementara nomer 503/0299a/DKS/2010.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta adalah
milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Persyarikatan Muhammadiyah,
11
diakui pemerintah mengenai sebagai badan hukum Nomor: I-
A/8.a/1588/1993, tertanggal 15 Desember 1993.
Sebagai bagian pengembangan, sejarah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta tidak lepas dari sejarah berdirinya
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta awalnya didirikan berupa klinik pada
tanggal 15 Februari 1923 dengan lokasi pertama di kampung Jagang
Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong
Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan
bagi kaum dhuafa’. Pendirian pertama atas inisiatif H.M. Sudjak yang
didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan waktu,
nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).
c. Visi, Misi, dan Tujuan RS PKU Muhammadiyah Gamping
1) Visi
Menjadi rumah sakit Islam rujukan terpercaya dengan kualitas
pelayanan dan pendidikan kesehatan yang Islami, aman profesional,
cepat, nyaman dan bermutu.
2) Misi
a) Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan
masyarakat melalui pendekatan pemeliharaan, pencegahan,
12
pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan
peraturan/ketentuan perundang-undangan
b) Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui
sarana pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara
profesional dan sesuai tuntunan ajaran Islam
c) Mewujudkan da’wah Islam, amar ma’ruf nahi munkar melalui
pelayanan kesehatan dengan senantiasa menjaga tali silaturrahim,
sebagai bagian dari da’wah Muhammadiyah
3) Tujuan
Pertumbuhan dan perkembangan RS PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta yang mampu mendukung tersedianya sarana dan jasa
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi bagi kebutuhan semua
lapisan masyarakat.
d. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang diberikan oleh RS PKU Muhmmadiyah Gamping
Yogyakarta terdiri dari :
1) Gawat Darurat 24 jam
2) Klinik Spesialis
a) Spesialis Kebidanan
b) Spesialis Anak
c) Spesialis Penyakit Dalam
13
d) Spesialis Paru
e) Spesialis Bedah Umum
f) Spesialis Bedah Orthopedi
g) Spesialis Bedah Urologi
h) Spesialis Gigi Anak
i) Spesialis THT
j) Spesialis Mata
k) Spesialis Saraf
l) Spesialis Kulit & Kelamin
3) Rawat Inap:
Klas 3 : 40 tempat tidur
Klas 2 : 32 tempat tidur
Klas 1 : 12 tempat tidur
Klas VIP : 10 tempat tidur
4) Kamar Bayi : 5 tempat tidur
5) Perawatan intensif : 15 tempat tidur
6) Kamar Operasi
7) Hemodialisa
8) Laboratorium
9) Fisioterapi
10) Radiologi
11) Farmasi Rumah Sakit
12) Gizi
14
13) Bina Ruhani
14) Pemulasaran Jenazah
e. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia di RS PKU Muhammadiyah Gamping terdiri
dari Sumber Daya medik maupun non medik. Sumber daya medik terdiri
dari dokter umum, dokter gigi umum, serta dokter spesialis.
Daftar sumber daya medik RS PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Sumber Daya Medik RS PKU Muhammadiyah Gamping No Uraian Jumlah
1. Dokter Umum 18
2. Dokter Gigi Umum 1
3. Dokter Spesialis Obsgyn 2
4. Dokter Spesialis Anak 2
5. Dokter Spesialis Dalam 3
6. Dokter Spesialis Paru 1
7. Dokter Spesialis Bedah Umum 2
8. Dokter Spesialis Bedah Tulang 2
9. Dokter Spesialis Bedah Urologi 1
10. Dokter Spesialis Konservasi Gigi 1
11. Dokter Spesialis Bedah Mulut 1
12. Dokter Spesialis Anestesi 2
13. Dokter spesialis Radiologi 2
14. Dokter Spesialis THT 1
15. Dokter Spesialis Mata 1
16. Dokter Spesialis Kulit & Kelamin 2
17. Dokter Spesialis Syaraf 1
Daftar sumber daya non medik di RS PKU Muhammadiyah
Gamping Yogyakarta dapat dilihat pada tabel II.
15
Tabel II. Sumber Daya Non Medik RS PKU Muhammadiyah Gamping No Nama Profesi Jumlah
1. Perawat 94
2. Bidan 9
3. Apoteker 2
4. Teknis Kefarmasian 6
5. Analis Kesehatan 5
6. Radiografer 4
7. Ahli Gizi 1
8. Perekam Medik 2
9. Ahli Elektro medik 1
10. Fisioterapis 1
11. Rohaniawan 3
12. Sanitarian 1
13. Administrasi keuangan 5
14. Administrasi perkantoran 7
15. Tenaga Teknis lainnya 21
f. Pelayanan rawat inap tahun 2010 - 2012
Gambar 1. Jumlah Pasien Rawat Inap tahun 2010-2012
(Sumber : Anonim, 2013)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011 2012
16
6. Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan alat pengumpulan data yang berupa
serangkaian daftar pertanyaan untuk dijawab responden. Kuesioner dapat disebut
juga sebagai interview tertulis dimana responden dihubungi melalui daftar
pertanyaan (Hariwijaya dan Djaelani, 2004). Kuesioner sebagai alat pengumpul
informasi memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya :
Kuesioner memiliki kelebihan yaitu merupakan metode paling murah dan
nyaman untuk diaplikasikan, ideal untuk mendapat gambaran singkat pandangan
costumer, menjamin anonimitas responden, sehingga dimungkinkan lebih jujur.
Kekurangan dari kuesioner adalah beberapa orang mungkin tidak mengerti
pertanyaan yang diajukan dan memberikan respon yang tak sempurna.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya kuesioner dapat dibedakan menjadi
(Nawawi, 2012) :
a. Kuesioner dengan pertanyaan bebas (kuesioner tidak terstruktur)
Jawaban responden terhadap tiap pertanyaan kuesioner bentuk ini dapat
diberikan secara bebas atau menurut pendapat sendiri, berupa uraian tentang
informasi yang diminta pada setiap pertanyaan.
b. Kuesioner dengan pertanyaan terikat (kuesioner terstruktur)
Jawaban responden dalam kuesioner bentuk ini terikat pada sejumlah
altrernatif yang disediakan sebagai kemungkinan jawaban yang dapat
dipilih. Kuesioner bentuk ini terdiri dari:
17
1) Kuesioner dengan pertanyaan tertutup
Setiap kuesioner dalam bentuk ini telah tersedia alternatif jawaban yang
harus dipiih salah satu di antaranya sebagai jawaban yang paling tepat.
Berdasarkan jumlah pilihan yang tersedia maka dikenal bentuk force
choice item, berupa pertanyaan yang hanya memberikan dua alternatif
jawaban untuk dipilih. Disamping itu juga dikenal bentuk lain yang
disebut multiple choice item, berupa pertanyaan yang memberikan lebih
dari dua alternatif jawaban yang dapat dipilih.
2) Kuesioner dengan pertanyaan terbuka
Dalam bentuk multiple choice item ada kemungkinan responden
memberikan jawaban yang tersedia sehingga peneliti menyediakan
ruangan terbatas berupa titik-titik sebanyak dua atau tiga baris.
c. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka
Bentuk ini mirip kuesioner dengan pertanyaan bebas, tetapi karena sifat
jawaban singkat dan tertentu maka bentuknya tidak banyak berbeda dengan
kuesioner dengan pertanyaan terikat.
Agar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data yang baik paling
tidak kuesioner harus memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas.
7. Validitas dan Reliabilitas
Kriteria validitas dan reliabilitas menentukan layak tidaknya suatu
kuesioner sebagai alat uji dalam penelitian. Uji validitas (uji kesahihan butir) adalah
alat untuk menguji apakah tiap-tiap butir benar-benar telah mengungkapkan faktor
18
atau indikator yang ingin diselidiki. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur,
semakin tepat alat ukur tersebut mengenai sasaran. Pengujian validitas memakai
teknik korelasi “product moment” (Azwar, 2012) :
𝑟𝑥𝑦 = ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)/𝑛
√{∑ 𝑋2−(∑ 𝑋)2/𝑛}{∑ 𝑌2−(∑ 𝑌)2/𝑛} ..... (1)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor butir dalam faktor
Y = jumlah skor semua butir dalam faktor
N = jumlah sampel atau responden
Validitas suatu kuesioner apabila dapat menampilkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Pada penelitian ini pengujian validitas untuk
mencari korelasi atau hubungan antara suatu variabel dengan faktor-faktor yang
telah diasumsikan mengukur variabel tersebut (Santoso, 2000).
Valid tidaknya suatu butir pertanyaan diketahui dengan membandingkan
harga koefisien korelasi total-terkoreksi atau dengan menggunakan angka r hasil
korelasi pearson yang diperoleh dengan bantuan program SPSS, terhadap koefisien
korelasi yang terdapat pada tabel (Santoso, 2000). Suatu butir pertanyaan dikatakan
valid apabila memiliki harga koefisien korelasi total-terkoreksi atau nilai r lebih
besar daripada koefisien korelasi tabel.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila kuesioner memberikan hasil
yang reprodusibel yang berarti relatif sama pada setiap pengukuran.
19
Pengukuran reliabilitas ini pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu (Santoso, 2000) :
a. Ukur ulang (repeated measure), pengujian dilakukan beberapa kali dengan
materi yang sama, diselingi interval waktu tertentu, untuk melihat
konsistensi jawaban responden.
b. Ukur sekali (one shot) pengujian dilakukan sekali dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain.
Pada penelitian ini pengukuran reliabilitas dilakukan dengan metode ukur
sekali (one shot). Secara matematis pengukuran reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik pengukuran koefisien alpha (𝛼) dari Cronbach. Rumus
korelasi Alpha dapat ditulis sebagai berikut (Santoso, 2000) :
Rumus: 𝑟𝑛 =𝑚
𝑚−1(
𝑣𝑦−𝑣𝑥
𝑣𝑦) ..... (2)
=𝑚
𝑚−1(1 −
𝑣𝑥
𝑣𝑦) ..... (3)
Keterangan :
vx = variasi butir-butir
vy = variasi total (faktor)
m = jumlah butir
Derajad bebas db untuk uji signifikansi rtt tersebut dapat ditulis dengan
rumus: db = N-2
N = jumlah subyek (sample)
20
Nilai alpha (𝛼) yang diperoleh dibandingkan terhadap nilai koefisien
korelasi tabel. Apabila nilai alpha yang diperoleh positif dan lebih besar daripada
koefisien korelasi tabel, maka item tersebut dikatakan reliabel (andal).
E. Keterangan Empiris
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dan eksploratif serta non
eksperimental yaitu memaparkan objek atau keandalan yang terjadi di lapangan
tanpa intervensi peneliti. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan keterangan
empiris yang diharapkan yaitu:
1. Mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap bangsal penyakit dalam
terhadap pelayanan obat
2. Ada tidaknya perbedaan tingkat kepuasan antara pasien rawat inap kelas II dan
kelas III
3. Mengetahui pengaruh signifikan lima dimensi kualitas pelayanan terhadap
kepuasan secara simultan