bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi...

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai salah satu wujud kebudayaan tersebut merupakan hasil kreativitas pengarang yang diperuntukkan bagi peminat sastra. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengarang sendiri sebagai anggota masyarakat, yang terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri ciptaan sosial. Pengertian kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-orang, juga antar manusia dan antar peristiwa yang terjadidalam batin seseorang dengan orang lain atau masyarakat (Damono, 1987: 1) Karya sastra pada umumnya memberikan gambaran masalah kehidupan masyarakat. Sebuah karya sastra biasanya mengungkapkan tentang masalah kehidupan sosial manusia. Misalnya makna hidup manusia yang meliputi perjuangan manusia, penderitaan, kasih sayang, kebencian, nafsu, dan segala sesuatu yang dialami manusia. Sastra bukanlah kata nan rancak, sastra dapat berbicara tentang kehidupan, bukan sebagai berita tetapi sebagai sasmita „tanda‟. Sastra terlebih-lebih bukan karena yang tersurat, melainkan yang tersirat. Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa. Berdasarkan panjang pendek cerita, cerita rekaan dibedakan menjadi cerita pendek (cerpen), cerita menengah (cermen), dan cerita panjang (cerpan) (Sudjiman, 1988: 211). 1

Upload: duongkiet

Post on 11-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai salah satu wujud kebudayaan tersebut merupakan

hasil kreativitas pengarang yang diperuntukkan bagi peminat sastra. Karya sastra

diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh

masyarakat dan pengarang sendiri sebagai anggota masyarakat, yang terikat oleh

status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa

sebagai medium, bahasa itu sendiri ciptaan sosial. Pengertian kehidupan

mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-orang,

juga antar manusia dan antar peristiwa yang terjadidalam batin seseorang dengan

orang lain atau masyarakat (Damono, 1987: 1)

Karya sastra pada umumnya memberikan gambaran masalah kehidupan

masyarakat. Sebuah karya sastra biasanya mengungkapkan tentang masalah

kehidupan sosial manusia. Misalnya makna hidup manusia yang meliputi

perjuangan manusia, penderitaan, kasih sayang, kebencian, nafsu, dan segala

sesuatu yang dialami manusia. Sastra bukanlah kata nan rancak, sastra dapat

berbicara tentang kehidupan, bukan sebagai berita tetapi sebagai sasmita „tanda‟.

Sastra terlebih-lebih bukan karena yang tersurat, melainkan yang tersirat.

Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita

rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa. Berdasarkan

panjang pendek cerita, cerita rekaan dibedakan menjadi cerita pendek (cerpen),

cerita menengah (cermen), dan cerita panjang (cerpan) (Sudjiman, 1988: 211).

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

2

Lingkungan masyarakat dengan berbagai masalah kehidupan yang ada di

dalamnya adalah lahan ide yang tak pernah habis-habisnya memberi inspirasi para

pengarang untuk berkarya. Oleh itu tidaklah mengherankan apabila dalam proses

penciptaan karyanya, pengarang sering mengangkat permasalahan-permasalahan

yang ada dalam masyarakat. Namun tidak berarti bahwa karya sastra merupakan

tiruan atau jiplakan secara persis dari realitas sosial. Sebab dalam proses

penciptaannya suatu karya sastra akan bervariasi pula dengan gaya imajinatif dan

kreatifitas dari pengarang sehingga mampu membuat karya sastra menjadi dunia

tersendiri yang lain dengan kenyataan yang sesungguhnya. Dengan karya sastra

bukanlah laporan semata-mata terhadap suatu peristiwa yang ada dalam

masyarakat, tetapi merupakan pengungkapan segi-segi kehidupan yang paling

menarik dan mampu dituangkan pengarang melalui proses pengamatan dan

perenungan. Hakikatnya sastra adalah pengungkapan kehidupan lewat bentuk

bahasa (Harjana, 1991: 10).

Seorang pengarang yang hidup dalam lingkungan masyarakat memiliki

tata kemasyarakatan tertentu. Tata kemasyarakatan yang memuat nilai sosial dan

nilai budaya yang bersifat normatif, artinya berfungsi mengatur anggota

masyarakatnya, sehingga hubungan anggota masyarakatnya ditentukan atau

minimal dipengaruhi oleh nilai sosial dan nilai budaya tertentu tersebut. Ketika

seorang pengarang menulis karya sastra, maka secara langsung atau tidak

langsung, nilai sosial budaya itu akan masuk di dalam karyanya. Karya sastra

menceritakan orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu yang terlibat dalam

sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat sebagaimana dalam dunia

nyata, sehingga bisa dikatakan bahwa karya sastra itu merupakan obsesi batin dari

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

3

seorang pengarang. Memberikan cerminan gambaran sikap atau refleksi batiniah

pengarang dalam menghadapi realitas kehidupan yang subyektif.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa penciptaan karya sastra

melalui media bahasa melingkupi banyak aspek, seperti aspek religi, dan aspek

sosial. Pengarang juga mengajak para pembaca untuk menghayati apa yang ada

pada masyarakat, termasuk norma-norma yang ada didalamnya. Ariesta Widya

merupakan satu dari sekian banyak pengarang sastra Jawa yangmengungkapkan

kenyataan sosial dalam karya-karyanya, terutama menyangkut masalah sosial dan

budaya. Pandangan tentang nilai-nilai hidup, pertentangan sosial dan budaya,

tercermin dalam cerkak yang dihasilkan oleh Ariesta Widya.

Ariesta Widya sejak kecil telah menunjukkan kegemarannya dalam hal

tulis-menulis. Pada mulanya karangan yang digemarinya berupa cerita cekak,

geguritan, puisi, cerita landhung, dimuat majalah Panjebar Semangat, Djaka

Lodang,dan Jaya Baya. Karyanya berupa cerkak dengan judul Setoran dimuat

pada majalah Dharma Kandha Sala tahun 1979, bahkan mendapat perhatian yang

cukup besar dari seorang kritikus sastra Jawa Murya Lelana. Cerita ini dengan

berani mengisahkan jatuhnya seorang punggawa (Pamong) atau Lurah, karena

berkaitan dengan masalah korupsi, yaitu seorang Lurah yang menyelewengkan

setoran “Bimas” dari masyarakat. Menurut Ariesta Widya masalah ini timbul

karena masalah sosial budaya dan kebetulan terjadi pada diri seorang Lurah yang

dipecat dari jabatannya.

Antologi cerkak Mawar Abang (selanjutnya ditulis ACMA) karya dari

Ariesta Widya merupakan kumpulan cerkak yang dibukukan tahun 2014 oleh

Azzagrafika. Antologi cerkak ini, terdiri dari 26 cerkak karya Arieta Widya dari

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

4

tahun 1967-2011. 26 cerkak ini, penulis mengambil 6 cerkak yang bertema religi

yaitu cerkak Wengi Saya Larut yang pernah dimuat oleh Panjebar Semangat No

30, tanggal 24 Juli 1982, cerkak Banda Gaduhan yang pernah dimuat oleh

Panjebar Semangat No. 52, tanggal 29 Desember 1984, cerkak Cathetan

Desember pernah dimuat oleh Panjebar Semangat No. 8, tanggal 18 Februari

1989, cerkak Ganda Samboja pernah dimuat oleh Panjebar Semangat No. 21,

tanggal 23 Mei 1992, cerkak Oh, Renan, Oh, Yaman pernah dimuat oleh Praba,

1983, dan cerkak Ing Citarum Mecaki Urip pernah dimuat juga oleh Praba, No 5,

tanggal 5 Maret 2011.

Enam cerkak di atas mengandung unsur religius. Religiusitas tersebut

mewujudkan kepercayaan adanya kekuatan adikodrati, kekuatan yang menguasai

manusia dan alam semesta. Cerkak yang menggambarkan unsur religi ini

merupakan ciri khas dari seorang pengarang yang bernama Ariesta Widya yang

berlatar belakang penganut agama Nasrani (Katolik) yang taat. Pengarang dalam

menyikapi masalah yang ada digambarkan dengan rasa iklas, sabar, dan pasrah.

Dasar tersebutlah yang menjadikan penulis memilih enam cerkak yang bertema

religius ini. Ciri khas dari seorang pengarang seperti ini jarang dimiliki oleh

pengarang lainnya.

Peneliti menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dalam penelitian

ini. Menurut Goldman pendektan ini memandang sebuah karya sastra dari

struktur, pandangan sosial kelompok pengarang dan kondisi eksternal pengarang

untuk menemukan world vision atau pandangan dunia. Pandangan dunia

pengarang yang tertuang dalam novel ini patut diketahui, sejauh mana

gambarannya. Faktor sosial budaya dan latar belakang (genetika) apakah yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

5

membuat pengarang melahirkan novel ini. Hal ini perlu diketahui karena

bagaimanapun pengarang pasti mempunyai landasan yang kuat dan argumen

dalam kapasitasnya sebagai salah satu individu kolektif yang merasakan dan

mengetahui problem-problem kehidupan dalam masyarakat.

ACMA merupakan cerita yang sangat realistis, sebuah tregedi kehidupan

diwarnai dengan konflik dan religi. Dengan uraian yang telah disampaikan di atas

maka penelitian terhadap ACMA karya Ariesta Widya didasarkan atas

pertimbangan sebagai berikut.

1. Pengarang Ariesta Widya merupakan pengarang yang telah lama di dunia

sastra Jawa modern, sehingga karya yang dihasilkan cukup banyak sekali baik

berupa crita cekak, cerita bersambung maupun naskah sandiwara.

Membandingkan karya Ariesta Widya dengan karya pengarang lain, ada hal yang

menarik selain karyanya yang berbobot, karya Ariesta Widya memberikan

gambaran religiusitas yang merupakan ciri khas pengarang Ariesta Widya.

2. Enam cerkak dalam ACMA menampilkan potret masyarakat yang religius

dengan permasalahan dan konflik sosial yang sangat menarik untuk diteliti lebih

lanjut sehingga dapat diambil nilai-nilai didalamnya.

3. Pandangan dunia pengarang yang tertuang dalam novel ini patut diketahui

sejauh mana gambarannya, karena pandangan dunia pengarang mewakili kelas

sosial masyarakat.

Manfaat penelitian mengenai “Pandangan Dunia Pengarang dalam Tragedi

Antologi Cerkak Mawar Abang Karya Ariesta Widya” ini diharapkan dapat

memperkaya wawasan serta memberikan gambaran sebuah model pendekatan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

6

terhadap penelitian karya satra, khususnya pendekatan struktural dan

strukturalisme genetik. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi bagi penelitian berikutnya. Selain itu, penelitian ini memberikan

gambaran tentang pandangan dunia pengarang tentang kehidupan yang bertema

religi, dimana di dalalmnya terkandung maksud manusia harus bersabar, iklas,

dan pasrah kepada Tuhan.

Dari landasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti 6 cerkak dalam

ACMA karya Ariesta Widya dengan judul Pandangan Dunia Pengarang dalam

Tragedi Antologi Cerkak Mawar Abang (Suatu Tinjauan Strukruralisme Genetik).

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah berkaitan dengan apa yang diharapkan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur struktural 6 cerkak dalam ACMA karya Ariesta

Widya menurut Robert Stanton?

2. Bagaimana kondisi sosiohistoris dan ideologi Ariesta Widya yang

mempengaruhi munculnya ACMA?

3. Bagaimana pandangan dunia pengarang pada 6 cerkak dalam ACMA

karya Ariesta Widya terhadap tragedi kehidupan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

hendak dicapai adalah sebagai berikut:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

7

1. Memapakan unsur struktural 6 cerkak dalam ACMA karya Ariesta

Widya menurut Robert Stanton.

2. Memapakan kondisi sosiohistoris dan ideologi Ariesta Widya yang

mempengaruhi munculnya ACMA.

3. Memaparkan pandangan dunia pengarang pada 6 cerkak dalam ACMA

karya Ariesta Widya terhadap tragedi kehidupan.

D. Batasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan mengarahkan pada pokok persoalan dan

tidak meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan, sehingga penelitian ini

menjadi jelas dan terarah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Penelitian ini membahas tentang unsur struktural 6 cerkak dalam ACMA

karya Ariesta Widya menurut Robert Stanton.

2. Penelitian ini membahas tentang kondisi sosiohistoris dan ideologi

Ariesta Widya yang mempengaruhi munculnya ACMA.

3. Penelitian ini membahas tentang pandangan dunia pengarang pada 6

cerkak dalam ACMA karya Ariesta Widya terhadap tragedi kehidupan.

E. Landasan Teori

1. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang membahas karya sastra berupa cerkak sudah sering

dilakukan oleh peneliti lainnya. Penelitian yang perlu dipelajari sesuai dengan

penelitian yang akan dibahas, diantaranya yaitu pertama, penelitian (Budi

Santoso: 1995) dengan judul Problem-Problem Sosial dalam Beberapa Guritan

Karya Irul Es Budianto Suatu Tinjauan Strukturalisme Genetik. Kedua,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

8

penelitian (R. Budi Jatmiko: 1996) dengan judul Cerbung “Ing Samburining

Warana” Karya Tiwik S.A Sebuah Tinjauan Strukturalisme Genetik. Ketiga,

penelitian dari (Joko Maryanto: 1997) dengan judul Sikap Budaya Widi Widayat

yang Tercermin dalam Karyanya yang Berbentuk Roman Panglipur Wuyung

Sebuah Tinjauan Strukturalisme Genetik. Keempat, penelitian dari (Puterei Arni:

2013) dengan judul Dominasi Kekuasaan Kaum Elit Terhadap Rakyat Kecil

dalam Antologi Cerkak Pasewakan Sebuah Tinjauan Strukturalisme Genetik.

(Dwika Apriyani: 2011) mahasiswi UNESA (Universitas Negeri

Surabaya), meneliti karya sastra menggunakan pendekatan strukturaisme genetik

dengan judul Konflik Sosial Ing Cerbung “Sing Kendhang lan Sing Ngandhang”

anggitane Suryadi WS. Cerbung tersebut ditinjau dengan menggunakan tinjauan

strukturalisme genetik yang diuraikan dengan cara intrinsik dan ekstrinsik. Hasil

penelitian menjelaskan bahwa cerbung Sing Kendhang lan Sing

Ngandhangmenggambarkan berbagai macam konflik sosial yaitu konflik

kepercayaan tentang agama, konflik rumah tangga dan konflik asmara. Konflik

rumah tangga dan asmara, terjadi karena perpisahan pasangan anak muda, yang

akhirnya bersatu kembali. Konflik-konflik tersebut disebabkan oleh faktor agama,

faktor ekonomi, dan faktor kecemburuan terhadap kekasihnya. Dari semua konflik

yang ada, berakhir dengan bahagia atau happy ending, dengan bersatunya tokoh

yang memendam rasa cinta sejati. Dalam penelitian tidak disertakan dengan

pandangan dunia pengarang.

Skripsi lain yang berasal dari UNESA adalah penelitian (Suci Mahanani:

2012), dengan judul Pandanga Dunia Pengarang Dalam Novel Trilogi: Jendela-

jendela, Pintu dan Atap karya Fira Basuki. Hasil penelitian ini menjelaskan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

9

bahwa novel trilogi Jendela-jendela, Pintu dan Atapmempunyai tokoh utama

sebagai tokoh problematik yang bernama June Larasati Subagio (Juni) dan Djati

Surya Wibowo Subagio (Bowo), dan mempunyai latar cerita di Indonesia,

Amerika Serikat dan Singapura. Selain itu, tema novel trilogi tersebut adalah

kehidupan sosial di masyarakat, seperti kehidupan sosial di sekolah, di tempat

kerja, ekonomi dan budaya. Masalah-masalah yang ada di dalam novel trilogi

Jendela-jendela, Pintu dan Atap karya Fira Basuki mempunyai persamaan dengan

awal kehidupan sosial budaya pengarang disaat novel tersebut ditulis.

Peneliti membahas pandangan dunia pengarang pada ACMA, dalam

penelitian ini Ariesta Widya sebagai pengarang cerkak yang akan diteliti,

sehingga akan diketahui pandangan pengarang Ariesta Widya terhadap karyanya

yaitu ACMA.

2. Teori Struktural Robert Stanton

a. Fakta Cerita

Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini

berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum

menjadi satu, semua elemen ini dinamakan struktur faktualatau tingkatan faktual

cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah

cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton, 2007:22).

Unsur-unsur yang berkaitan dengan fakta cerita adalah sebagai berikut:

(1) Alur

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah

cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

10

secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau

yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak dapat diabaikan

karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007:26). Alur

merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur

dapat membuktikan dirinya sendri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam

sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa

adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur,

hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-

elemen lain, alur alur memiliki hukum-hukum sendiri, alur hendaknya memiliki

bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinan dan logis, dapat

menciptakan bermacam-macam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri

ketegangan-ketegangan (Stanton, 2007:28).

Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.

Konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan sifat-sifat dan

kekuatan-kekuatan tertentu (Stanton, 2007:32).

(2) Tokoh atau Karakter

Tokoh atau biasa disebut karakter biasanya dipakai dalam dua konteks.

Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam

cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada berbagai percampuran dari berbagai

kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut.

Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu tokoh utama yaitu tokoh yang

terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Alasan seorang

tokoh untuk bertindak sebagaimana yang dilakukan dinamakan motivasi (Stanton,

2007: 33).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

11

(3) Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,

semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlansung.

Latar dapat berwujud dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu.

Latar terkadang berpengaruh pada karakter-karakter. Latar juga terkadang menjadi

contoh representasi tema. Dalam berbagai cerita dapat dilihat bahwa latar

memiliki daya untuk memunculkan tone dan mode emosiaonal yang melingkupi

sang karakter. Tone emosional ini disebut dengan istilah atmosfer. Atmosfer bisa

jadi merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang karakter (Stanton,

2007:35-36).

b. Sarana-sarana Sastra

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih

dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode

semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta

melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut

sehingga pengalaman pun dapat dibagi (Stanton, 2007:46-47).

(1) Judul

Judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan karena menunjukkan

karakter, latar, dan tema. Judul merupakan kunci pada makna cerita. Sering kali

judul dari karya sastra mempunyai tingkatan-tingkatan makna yang terkandung

dalam cerita. Judul juga dapat berisi sindiran terhadap kondisi yang ingin

dikritisioleh pengarang atau merupakan kesimpulan terhadap kedaan yang

sebenarnya dalam cerita (Stanton, 2007: 48).

(2) Sudut Pandang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

12

(Stanton, 2007: 50) dalam bukunya membagi sudut pandang menjadi

empat tipe utama.

(a) Pertama, pada orang pertama-utama sang karakter utama bercerita dengan

kata-katanya sendiri.

(b) Kedua, pada orang pertama-sampingan cerita dituturkan oleh satu karakter

bukan utama (sampingan).

(c) Ketiga, pada orang ketiga-terbatas pengarang mengacu pada semua

karakter dan emosinya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan

apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja.

(d) Keempat, padaorang ketiga-tidak terbatas pengarang mengacu pada setiap

karakter dan memposisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat

membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau perpikir atau saat

tidak ada satu karakter pun hadir.

(3) Gaya dan Tone

Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.

Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter dan latar yang sama, hasil

tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak

pada bahasa dan penyebar dalam berbagai aspek sepertikerumitan, ritme, panjang-

pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora.

Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan kadar tertentu) akan menghasilkan

gaya (Stanton, 2007:61).

Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah tone. Toneadalah sikap

emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa menampak dalam

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

13

berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai

mimpi, atau penuh perasaan (Stanton, 2007:63).

(4) Simbolisme

Dalam fiksi, simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang masing-

masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama,

sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan

makna peristiwa tersebut. Dua, simbol yang ditampilkan berulang-ulang

mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. Tiga,

sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita

menemukan tema (Stanton, 2007:65). Salah satu bentuk simbol yang khas adalah

momen simbolis. Istilah ini dapat disamaan dengan momen kunci atau momen

pencerahan (dua istilah ini sering dipakai oleh para kritisi). Momen simbolis,

momen kunci, atau momem pencerahan adalah tabula tempat seluruh detail yang

terlihat dan hubungan fisis mereka dibebani oleh makna (Stanton, 2007:68).

(5) Ironi

Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa

sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat

ditemukan dalam hampir semua cerita (terutama yang dikategorikan bagus).

Dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas yaitu ironi dramatisdan

tone ironis (Stanton, 2007:71).

Ironi dramatis atau ironi alur dan situasi biasanya muncul melalui kontras

diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan seorang

karakter dan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

14

Pasangan elemen-elemen di atas terhubung satu sama lain secara logis (biasanya

melalui hubungan kausal atau sebab-akibat) (Stanton, 2007:71).

Tone ironis atau ironis verbal digunakan untuk menyebut cara berekspresi

yang mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan (Stanton, 2007:72).

c. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam

pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat

(Stanton, 2007:36).Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut,

dan berdampak. Bagian awal dan akhir akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan

berkat keberadaan tema (Stanton, 2007:37).

Tema hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

(1) Interpretasi yang baik hendaknya selalu menpertimbangkan berbagai detail

menonjol dalam sebuah cerita. Kriteria ini adalah yang paling penting.

(2) Interpretasi yang baik hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita

yang saling berkontradiksi.

(3) Interpretasi yang baik hendaknya tidak sepenuhnya tidak

bergantung pada bukti-bukti yang tidak secara jelas diutarakan (hanya secara

implisit).

(4) Terakhir, interpretasi yang dihasilkan hendaknya diujarkan secara jelas oleh

cerita bersangkutan (Stanton, 2007: 44-45).

2. Sosiologi Sastra

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan sastra. Dalam

subdisiplin tinjauan sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

teori strukturalisme genetik. Sebelum membahas strukturalisme genetik akan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

15

dibahas terlebih dahulu mengenai konsep sosiologi sastra. Pendekatan mengenai

sastra yang berhubungan dengan segi-segi kemasyarakatan disebut sosiologi

sastra (Damono, 1978:2). Pendekatan ini mementingkan aspek-aspek sosial dalam

penelitian. Sosiologi yaitu salah satu telaah yang objektif dan ilmiah mengenai

manusia dalam masyarakat, juga telaah mengenai kelompok dan proses sosialnya

(Damono, 1978:6). Sosiologi untuk mencari tahu bagaimana masyarakat itu tetap

ada. Bagaimana masyarakat berjalan dan bagaimana masyarakat tetap ada.

Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan unsur-unsur sosial, kita

mendapatkan gambaran tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan lingkungan,

tentang mekanisme sosialisasi, dan proses pembudayaan yang menempatkan

anggota masyarakat di tempatnya masing-masing (Damono, 1978:6).

Rene Wellek dan Austin Warren menambahkan dalam bukunya Theory of

Literature (1990: 54)mengklasifikasikan sosiologi sastra meliputi:

a. Sosiologi pengarang

Masalah yang berkaitan dengan sosiologi pengarang adalah jenis kelamin

pengarang, umur pengarang, tempat kelahiran pengarang, status sosial pengarang,

profesi pengarang, ideologi pengarang, latar belakang pengarang, tempat tinggal

pengarang, dan kesenangan pengarang.

b. Sosiologi karya sastra

Masalah yang berkaitan dengan sosiologi karya sastra adalah isi karya

sastra, tujuan karya sastra, dan hal-hal yang tersirat dalam karya sastra dan yang

berkaitan dengan masalah sosial. Dalam hal ini sosiologi karya sastra dapat

mencakup: (1) aspek sosial (sosial ekonomi, sosial politik, sosial pendidikan,

sosial religi, sosial budaya, sosial masyarakat); (2) aspek adat istiadat (tentang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

16

perkawinan, tentang tingkeban, tentang perawatan bayi, tentang kematian, tentang

sabung ayam, tentang judi, tentang pemujaan, dsb; (3) aspek religius (keimanan,

ketakwaan, ibadah, hukum, muamalah); (4) aspek etika (pergaulan bebas antara

laiki-laki dan wanita, pemerasan, penindasan, perkosaan, dermawan, penolong,

kasih sayang, korupsi, ketabahan); (6) aspek nilai (nilai kepahlawanan, nilai religi,

nilai persahabatan, nilai moral, nilai sosial, nilai perjuanagan, nilai didaktik).

c. Sosiologi pembaca

Masalah yang dibahas dalam sosiologi pembaca ini adalah masalah

pembaca dan dampak sosial karya sastra terhadap masyarakatnya. Dalam

kaitannya dengan sosiologi pembaca ini dapat dikaji dari (jenis kelamin pembaca,

umur pembaca, pekerjaan pembaca, kegemaran pembaca, status sosial pembaca,

profesi pembaca, tendensi pembaca).

3. Strukturalisme Genetik

Teori struktural genetik dalam kajian sastra menawarkan alternatif lebih

memadai dalam pengkajian sastra. Hal ini, disebabkan oleh adanya kajian

terhadap sudut dunia pandangan pengarang yang dimaksimalkan di dalam

kajiannya, di samping mempertimbangkan unsur strukturalnya (Ratna, 2004: 32).

Teori strukturalisme genetik dikembangkan oleh seorang sosiolog

Perancis, Lucia Goldmann yang mendasarkan teorinya pada teori sastra seorang

teoritikus beraliran Marxis, George Lukacs. Selanjutnya, teori ini disebut Raman

Selden sebagai teori Marxisme Strukturalis. Pandangan ini, merujuk pada individu

sebagai sesuatu makluk yang bukan bebas, melainkan pendukung kelas-kelas

sosial dalam masyarakat (Ratna, 2004: 34). Analisis karya satra harus dimulai dari

struktur karya sastra itu (kesatuan dan koherensinya) sebagai data dasarnya. Karya

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

17

sastra adalah totalitas yang bermakna sebagaimna masyarakat. Oleh karena itu,

setiap karya sastra merupakan suatu keutuhan yang hidup, yang dapat dipahami

dari unsur-unsurnya. Sebagai produk dari dunia sosial yang senantiasa berubah-

ubah, karya sastra merupakan kesatuan dinamis yang bermakna karena

mewujudkan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa penting di zamannya.

Karya sastra sebagai struktur bermakna itu mewakili pandangan dunia

(vision du monde) penulis, tidak sebagai individu melainkan sebagai wakil

golongan masyarakatnya (Goldmann, 1981: 14). Pandangan dunia, yang bagi

Goldmann selalu terbayang dalam karya sastra yang agung, adalah abstraksi

(bukan fakta empiris yang memiliki eksistensi objektif). Abstraksi itu akan

mencapai bentuknya yang konkret dalam sastra dan filsafat. Oleh karena

pandangan dunia itu suatu bentuk kesadaran kolektif yang mewakili identitas

kolektifnya, maka dia secara sahih dapat mewakili kelas sosialnya. Pandangan

dunia inilah yang menentukan struktur suatu karya sastra. Oleh karena itu, karya

sastra dapat dipahami asalnya dan terjadinya (unsur genetiknya) dari latar

belakang sosialnya.

Goldmann (1981: 16) mengembangkan konsep tentang pandangan dunia

(vision du monde, world vision) yang terwujud dalam semua karya sastra dan

filsafat yang besar. Yang dimaksud dengan pandangan dunia pengarang ialah

suatu struktur global yang bermakna. Suatu pemahaman total terhadap dunia yang

mencoba menangkap maknanya, dengan segala kerumitannya dan keutuhannya.

Pandangan dunia ini, tidaklah sama dengan ideologi, bukan juga merupakan fakta

empiris yang langsung, tetapi esensinya merupakan struktur gagasan, aspirasi, dan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

18

perasaan yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial di hadapan kelompok

sosial yang lain.

F. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 cerkak

dalam ACMA yang berjudul Wengi Saya Larut, Banda Gadhuhan, Cathethan

Desember, Ganda Semboja, Oh Renan, Oh Yaman, dan Ing Citarum Mecaki Urip

karya Ariesta Widya yang dibukukan pada tahun 2014. Sumber data sekunder

berasal dari informan yaitu Arietsa Widya sebagai pengarang serta buku-buku

referensi yang menunjang proses penelitian ini.

2. Data

Data yang disajikan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah 6 cerkak dalam ACMA karya

Ariesta Widya berdasarkan unsur struktural yang meliputi fakta cerita (alur, tokoh

atau karakter, dan setting atau latar), sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang,

gaya dan tone, simbolisme, ironi) dan tema, dengan aspek-aspek kondisi

sosiohistoris dan ideologi pengarang dan pandangan dunia pengarang. Data

sekunder atau data pendukung dalam penelitian ini berupa hasil wawancara

dengan Ariesta Widya selaku pengarang ACMA yang bertempat tinggal di

Peterongan Tengah II No. 371 Semarang dan data pelaporan kegiatan teknis, data

biografi, foto, alat rekam serta penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

19

G. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian menggunakan sebuah metode agar penelitian dapat menemukan

suatu cara, langkah kerja, dan rumusan yang benar dalam menentukan

permasalahan penelitian, sehingga dapat menghasilkan suatu penelitian yang

diinginkan dan tepat sasaran dari awal hingga akhir tujuan (Moleong, 2010: 3).

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

kegiatan penelitian untuk memperoleh informasi kualitatif dengan deskriptif yang

lebih berharga dari sekunder angka, yang dimaksudkan sebagai penelitian yang

temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau angka, tetapi pada

prosedur non-matematis (Sutopo, 2002:88). Pendapat serupa juga disebutkan oleh

Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000:4) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Analisis Struktural

Teknik ini digunakan untuk mengambil data literer. Data yang

membangun unsur intrinsik struktur cerita 6 cerkak dalam ACMAkarya Ariesta

Widya. Sehingga mendapatkan unsur-unsur intrinsik meliputi aspek tema.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik yang dipakai untuk memperoleh

informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti.

Wawancara juga merupakan cara untuk memperoleh data dengan percakapan,

yaitu antara pewawancara dengan yang diwawancarai (Moleong, 2010: 186).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

20

Wawancara dilakukan kepada pengarang yang telah menciptakan karya sastra

berupa ACMA. Wawancara dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.

Metode wawancara dalam penelitian dilakukan dengan cara terstruktur yaitu

peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dirakit dengan sistematis untuk

mendapatkan data yang diinginkan. Pedoman wawancara yang digunakan berupa

garis besar masalah yang akan dibahas. Wawancara tidak terstruktur dilakukan

peneliti dalam mewawancarai Ariesta Widya, metode tersebut digunakan agar

data yang diperoleh peneliti bisa didapatkan dengan sebanyak-banyaknya yang

dilakukan dengan suasana akrab dan terbuka, pelaksanaan tanya jawab mengalir

seperti dalam percakapan sehari–hari dan tentunya data tersebut otentik karena

diperoleh dari narasumber yang bersangkutan.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu cara yang digunakan untuk menganalisis data

(Arikunta, 2002: 107). Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif.

Metode deskriptif digunakan di saat analisis data. Hal tersebut dipetingkan karena

metode ini digunakan untuk mendeskripsikan dengan cara objektif mengenai

keadaan yang ada di masyarakat mengenai kejadian yang terjadi dalam cerkak

Ariesta Widya.

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011:242). Tahapan ini

dimulai dengan membaca serta mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data

yang meliputi aspek tema 6 cerkak dalam ACMAkarya Ariesta Widya. Selain itu

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

21

data lainnya diperoleh dari teknik wawancara dengan Ariesta Widya sebagai

pengarang ACMA serta dari studi pustaka baik referensi buku, majalah, artikel,

penelitian sebelumnya yang terrkait dengan masalah yang diangkat. Hasil dari

wawancara dan referensi studi pustaka tersebut mengacu pada pendekatan

sosiologi yaitu strukturalisme genetik.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data nantinya berupa teks deskriptif (Prastowo, 2011:242). Tahapan ini dimulai

dengan membaca dan mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data,

kemudian disajikan dalam analisis aspek tema ACMA dan kemudian memberikan

perhatian terhadap konsdisi sosiohistoris dan ideologi pengarang Ariesta Widya

kemudian pendangan dunia pengarang dalam tinjauan strukturalisme genetik.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Proses penarikan kesimpulan merupakan pencarian arti benda-benda,

mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi (Prastowo, 2011:242). Menurut Sutopo,

proses ini disebut model analisis interaktif (2006:120). Penarikan kesimpulan

merumuskan apa yang sudah didapatkan dari reduksi ataupun kegiatan

pengumpulan data.

H. Sistematika Penyajian

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Ragam karya sastra dibedakan menjadi prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan atau fiksi merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa

22

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun

sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut:

BAB I:

Memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

masalah, landasan teori meliputi, sumber data, metode dan teknik, dan sistematika

penulisan.

BAB II:

Memaparkan unsur struktural 6 cerkak dalam ACMA karya Ariesta Widya,

memaparkan sosiohistoris dan ideologi pengarang Ariesta Widya dan

memaparkan pandangan dunia pengarang pada 6 cerkak dalam ACMA.

BAB III:

Meliputi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN