bab i pendahuluan a. latar belakang masalah i.pdf · kesempatan pada tahun 2017 warren buffet...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia menginginkan hidupnya bahagia. Hal tersebut
menjadi harapan terbesar bagi setiap orang baik itu dari usia, tempat tinggal,
status sosial, ataupun agama. Kebahagiaan menjadi faktor yang sangat
penting dan menjadi tujuan akhir dalam kehidupan seseorang, hidup akan
terasa tidak lengkap jika belum merasakan kebahagiaan. Orang dahulu
percaya jika kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang dicapai, tapi sebuah
anugerah yang diberikan Tuhan kepada hambanya atau sebuah kemurahan
hati dari yang maha kuasa.1
Ada beberapa kasus tentang kebahagiaan seperti yang dialami oleh
Dan White, pendiri dari perusahaan Social Ninety. Dan White pernah sangat
sukses. Menjelang akhir usia 20-an, ia adalah direktur perusahaan digital,
mengendarai Porsche, memiliki rumah dengan tujuh kamar tidur dan
mendapati dirinya diantara 1% orang dengan penghasilan teratas di Inggris.
Pada sebuah momen di tahun 2010 dimana Dan White sedang berada di
pantai bersama keluarganya. Ia merenungkan tahun yang baru saja berlalu
dan menyadari bahwa simbol uang dan status untuk mendikte bukan hanya
1Dea Febri Hapsari, “Hubungan Antara Religiustas Dengan Kebahagiaan Pasa Siswa Siswi
Di SMA Muhammadiyah 1 Klaten” Skripsi (Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015), 1.
2
karya dirinya namun juga harga dirinya. Dan White Kemudian memutuskan
untuk meninggalkan pekerjaannya dan mendirikan Ninety, sebuah
perusahaan sosial yang mengalokasikan 90% dari semua keuntungan untuk
amal. Ninety bertujuan untuk memberikan satu milyar poundsterling selama
30 tahun kedepan.2
Kasus lain yang cukup menarik untuk dicermati adalah kasus Investor
kakap super kaya yang bernama Warren Buffet. Pendapat yang
dikemukakannya justru membuat orang-orang yang beranggapan bahwa
semakin banyak harta maka orang akan semakin bahagia seolah terpatahkan.
“Kekayaan yang berlipat ganda tidak menjamin kamu lebih bahagia”
katanya dalam sebuah wawancara dengan CNBC. Dalam sebuah
kesempatan pada tahun 2017 Warren Buffet mengatakan harta yang sudah
cukup membuatnya bahagia adalah sebuah rumah yang dibelinya pada
tahun 1958, dan masih dia tinggali hingga kini.3
Kebahagiaan adalah suatu tujuan akhir dari segala kegiatan, daya
upaya, dan perjuangan dalam hidup. Kebahagiaan adalah tujuan yang umum
dan kekal, adakah makhluk yang selain manusia yang tidak menginginkan
kebahagiaan? Adakah makhluk yang menginginkan penderitaan? Dalam hal
ini hampir semua orang sependapat bahwa kebahagiaan itu adalah keinginan
yang umum dari semua manusia bahkan semua makhluk, dalam sepanjang
2 Brenna Cammeron, “Our Formula For Happiness And Success Is Backwards,”
http://www.bb.com/capital/story/20180202-our-formula-for-happines-and-succses-is-backwards,
diakses pada 3 Februari 2019. 3Kumparan.com, “Orang Kaya Bilang, Bertambah Harta Belum Tentu Makin Bahagia,”
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/orang-kaya-bilang-bertambah-harta-belum-tentu-makin-
bahagia, diakses pada 11 Maret 2019.
3
sejarah dan sampai selama-lamanya. Sebenarnya pengertian atau
pemaknaan setiap budaya atau suku, kelompok, ataupun individu tentang
kebahagiaan itu berbeda dan juga dapat berubah seiring berjalannya waktu.4
Kebahagiaan yaitu suatu perasaan yang dapat dialami oleh semua
orang, tetapi cara untuk mendapatkan kebahagiaan itu berbeda-beda
tergantung bagaimana orang tersebut mempersepsikan kebahagiaan itu. 5
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan yaitu bagaimana cara
seseorang dalam melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah
pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu.6 Jadi dari perbedaan persepsi itu ada yang mengatakan
apabila sudah memiliki banyak uang maka dapat merasa bahagia, atau akan
bahagia apabila sudah memiliki mobil pribadi, ada juga yang mengatakan
bahwa bahagia jika mendapatkan segala yang diinginkan.
Kebahagiaan seseorang itu relatif berbeda, karena sudut pandang
dalam menilai dan mengindikatorkan kebahagaiaan itu dengan cara yang
berbeda-beda. Ketika ada yang bertanya pada seseorang “apakah
kebahagiaan itu?”, sudahkah anda mencapai kebahagiaan?”. Mungkin ada
yang tidak secara langsung dapat menjawab pertanyaan tersebut karena
tidak begitu jelas apa yang akan dijawab, tetapi yang ada dalam pikiran dan
dirasakan seseorang tentang kebahagiaan tersebut adalah apa yang membuat
4Iman Setiadi Arif, Psikologi Positif: Pendekatann Sentifik Menuju Kebahagiaan (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2016), 16. 5 Harmaini dan Alma Yulianti, “Peristiwa-Peristiwa Yang Membuat Bahagia.,” Jurnal
Imliah Psikologi Vol. 1, No. 2, Juni 2014, 109. 6Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 445.
4
mereka merasa nyaman dan apa yang membuat mereka senang. Lalu apakah
seseorang tersebut sudah merasa bahagia? Seseorang mungkin dapat merasa
bahagia jika berada di lingkungan keluarga, dan bisa berbagi cerita serta
merasakan kesenangan didekat orang yang dicinta. Tetapi bukan berarti
orang yang sendiri tidak bahagia, orang merasa bahagia, karena mereka
sudah nyaman dengan dirinya sendiri dan tahu bagaimana seharusnya
bersyukur dan berterimakasih kepada dirinya sendiri.7
Aspek psikologi sering menyebut kebahagiaan itu dengan well-being,
Menurut Hurlock (1980), kebahagiaan ialah suatu keadaaan sejahtera dan
kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang muncul bila
kebutuhan dan harapan tertentu seseorang itu telah terpenuhi.8 Oleh karena
itu, sangat jelas bahwa apabila terpenuhinya kesejahteraan seseorang maka
kebahagiaan akan mereka rasakan. Menurut Car (2004) menjelaskan bahwa
kebahagiaan itu adalah merupakan kondisi psikologi positif, yang ditandai
oleh tingginya kepuasaan masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan
rendahnya tingkat emosi negatif seseorang tersebut. Sedangkan menurut
Seligman kebahagiaan itu adalah mengetahui kekuatan atau kelebihan
tertinggi yang dimiliki diri kita kemudian mengembangkannya dan
menerapkannya untuk menyambut sesuatu yang dipercaya lebih besar dari
kita.9
7Harmaini & Alma Yulianti, “Peristiwa-Peristiwa Yang Membuat Bahagia.” Jurnal Imliah
Psikologi, Vol. 1, No. 2, Juni 2014, 109. 8Siti Nurhidayah dan Rini Agustini, “‘Kebahagiaan Lansia Di Tinjau Dari Dukungan Sosial
Dan Spiritual’,” Vol. 5, No. 2, September 2012, 16. 9Jusmiati, “Konsep Kebahagiaan Martin Seligman: Sebuah Penelitian Awal,” Rausyan Fikr
Vol. 13, No. 2, Desember 2017, 367.
5
Islam sebagai pedoman umat muslim juga membahas berbagai aspek
kehidupan seperti ilmu pengetahuan, budaya, norma etika dan lain
sebagainya. Sehingga untuk masalah mencari kebahagiaan pun tidak
terlepas bagi umat muslim memakai petunjuk tersebut, yaitu dengan cara
mengetahui komponennya. Kebahagiaan dalam Islam adalah suatu hal yang
penting, terutama yang berkaitan dengan cara meraih kebahagiaan tersebut,
pembahasaan dalam Alquran dan hadist pun lebih mengenai caranya
dibandingkan dengan pengertian atau definisi kebahagiaan. Dalam surat Ar-
Ra’d ayat ke-29, yaitu:
Artinya: “orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d, 13:29)
Dari surah Ar-Ra’d ayat 29 dijelaskan bahwa dengan beriman dan
beramal saleh dapat menjamin kebahagiaan manusia, dan beriman serta
beramal saleh adalah beberapa faktor dari faktor kebahagiaan yang
diungkap oleh Seligman. Beramal salah atau berbuat kebajikan bisa
berbentuk perilaku prososial, sehingga jelas dalam Islam sangat dianjurkan
untuk berbuat kebajikan untuk teraihnya kebahagiaan tersebut.10
10Athur Fasto Buonoi, “Kebahagiaan Dalam Ranah Sosial” Skripsi (Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah, 2013), 8.
6
Sedangkan konsep kebahagiaan menurut Al-Ghazali bahwa manusia
diciptakan tidak hanya sekedar main-main atau sia-sia, manusia dijadikan
untuk melakukan misi besar dan mulai yaitu kebahagiaan yang telah diurai
dengan bergerilya dalam pengetahuan tentang empat komponen yaitu
pengetahuan diri, Tuhan, alam semesta, dan akhirat, dan diindetifikasi
dengan musnahnya perbudakan hawa nafsu terhadap manusia.11
Seligman (2005) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
menimbulkan kebahagiaan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
ekternal yaitu faktor yang berasal dari luar yakni uang, pernikahan,
kehidupan sosial, kesehatan, agama, usia, pendidikan, iklim, ras, dan gender.
Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam yakni
character strengh atau kekuatan karakter, kepuasan terhadap masa lalu,
optimis terhadap masa depan, serta kebahagiaan pada masa sekarang.12
Budaya yang didalamnya terdapat konsep tentang nilai-nilai itu
memiliki sumbangan terhadap pembentukan konsep psikologi seseorang
yang mungkin diperoleh seseorang tersebut secara turun temurun seperti
halnya dengan konsep kebahagaiaan, menurut Kim dan Park (2006)
menyatakan bahwa budaya itu memiliki peranan yang sangat sentral dalam
mempersepsikan fenomena sosial yang ada dilingkungan kita. Oleh sebab
itu, dapat kita pahami bahwa jika suatu nilai kebahagiaan seseorang itu
11 Al-Qur’any, “Kebahagiaan Ditinjau Dari Psikologi Dan Islam : Telaah Pemikiran
Seligman Dan Al-Ghazali (Studi Komparatf)”, 7. 12Husna Sholihah, “Hubungan Kekuatan Karakter Dengan Kebahagiaan Pada Remaja”
(Skripsi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018), 9.
7
dipengaruhi oleh konteks budaya yang berlaku.13 Dari penjelasan tersebut
peneliti tertarik ingin meneliti tentang bagaimana masyarakat Banjar
mempersepsikan kebahagiaan dengan berbagai macam tradisi dan adat yang
ada di Suku Banjar.
Pada beberapa tahun belakangan ini semakin banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat kebahagiaan penduduk Negara-negara
di dunia. Data negara paling bahagia di dunia telah di rilis World Happiness
Report. Terdapat 10 negara paling bahagia dengan urutan pertama diperoleh
oleh Finlandia. Finlandia memang pantas menyandang negara paling
bahagia, karena Negara Finlandia tidak hanya memperhatikan warga asli
alias keturunan Finladia saja, mereka juga memperhatikan kesejahteraan
para imigran. Riset melihat bahwa warga Finlandia rela membayar pajak
tinggi untuk jaringan pengamanan sosial. Mereka juga percaya pemerintah,
warga yang hidup dalam kebebasan dan ramah antar sesama. Bagaimana
dengan Indonesia? Di tahun 2019 Indonesia memperoleh posisi 92 dari 156
negara. Di mana posisi ini lebih unggul di bandingkan negara China dan
Vietnam.14
Ada dua survei yang dilakukan menunjukkan bahwa Negara
Indonesia memiliki tingkat kebahagiaan yang relatif tinggi karena lebih
13Hermaini dan Alma Yulianti, “Peristiwa-Peristiwa Yang Membuat Bahagia”, psypathic,
Jurnal ilmiah psikologi, Vol. 1, No.2, Juni 2014, 110. 14 Syanti Mustika, “Daftar Negara Paling Bahagia di Dunia 2019, Indonesia Nomor
Berapa?,”, https://travel.detik.com/travel-news/d-4477708/daftar-negara-paling-bahagia-di-dunia-
2019-indonesia-nomor-berapa. Diakses 26 November 2019.
8
unggul dari setengah negara lainnya.15 Ada juga beberapa penelitian yang
dilakukan di Indonesia dari penelitian yang dilakukan oleh Herlani dan Fivi
tentang kekuatan karakter dan kebahagiaan pada Suku Jawa, dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekuatan
karakter dan kebahagiaan pada Suku Jawa, tingkat kebahagiaan orang Jawa
mayoritas berada pada tingkat tinggi.16 Penelitian yang dilakukan oleh Sari
dan Fifi tentang kekuatan karakter dan kebahagiaan pada Suku Minang,
hasil dari penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara kekuatan karakter dan kebahagiaan.17
Penelitian yang menunjukkan bahwa georgrafis atau iklim
memepengaruhi kebahagiaan seseorang yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Deni Herbyanti yang berjudul kebahagiaan (happiness) pada ramaja di
daerah abrasi, penelitian ini bertujuan memahami dan mendeskripsikan
makna kebahagiaan yang dirasakan oleh remaja yang bertempat tinggal di
daerah abrasi, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa makna
kebahagiaan pada remaja di daerah abrasi adalah kebahagiaan apabila
berada dalam sebuah keluarga yang utuh dengan kasih sayang serta berada
dalam lingkungan yang tentram dan harmonis, memilikin fasilitas yang
tercukupi, memiliki harapan yang tercapai serta memiliki kesehatan. Faktor
yang mempengaruhi kebahagiaan pada remaja adalah memiliki optimis dan
15Herlani Wijayant dan Five Nurwianti, “Kekuatan Karakter Dan Bahagia Suku Jawa,”
Jurnal Pskologi Vol. 3, No. 2, Juni 2010, 115. 16Wijayant dan Nurwianti, “Kekuatan Karakter Dan Bahagia Suku Jawa,” 114. 17Sari Zakiah Akmal dan Fivi Nurwianti, “Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan Pada Suku
Minang,” t.t., 1.
9
berusaha, mendapatkan dukungan, bisa membahagiaan orang tua,
kebersamaan dalam keluarga serta kesehatan. Kesedihan yang dirasakan
remaja di daerah abrasi adalah kecewa, takut masa depan tidak tercapai serta
berpisah dengan orang terdekat.18
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa usia itu
mempengaruhi jawaban, seperti penelitian yang dilakukan oleh Hermaini
dan Alma Yulianti yang berjudul peristiwa-peristwa yang membuat bahagia,
penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peristiwa yang dialami dan
membuat remaja bahagia, hasil dari penelitian tersebut ada tiga komponen
besar yang membuat remaja bahagia, yaitu yang pertama peristiwa yang
berhubungan dengan orangtua, keluarga, dan teman sebaya. Kedua
peristiwa yang berhubungan dengan lawan jenis kelamin, mendapatkan
kasih sayang, hobi dan lain-lain. Yang ketiga peristiwa yang berhubungan
dengan prestasi, kelulusan, mampu menyelesaikan tugas, dan hasil yang
memuaskan.19
Penelitian yang dilakukan dari Gutman tentang perbandingan studi
pada orang-orang dewasa dari Indian Maya Meksiko. Dia mengambil
subjek para lelaki dewasa dari Suku Indian Maya tersebut, yang berusia
sekitar antara 30 sampai 90 tahun. Penelitian Gutman ini memfokuskan
pada pandangan para responden tentang masa depan dan bagaimana peran
seharusnya dari seorang tua. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah yang
18Deni Herbyanto, “Kebahagiaan (Happiness) Pada Remaja Di Daerah Abrasi,” Indigenous,
Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 11, No. 2, November 2009, 60–61. 19Harmaini dan Alma Yulianti, “Peristiwa-Peristiwa Yang Membuat Bahagia,” 109.
10
membuat mereka bahagia. Dari pertanyaan tersebut ditemukan adanya
perbedaan jawaban dilihat dari perbedaan rentang usia.20 Responden yang
berusia di atas 50 tahun terlihat lebih pasif dibandingkan dengan responden
yang berusia di bawah 50 tahun. Para responden yang berusia lebih dari 50
tahun memandang kebahagiaan sebagai suatu yang indah, mengunjungi
teman dan keluarga, mendengarkan musik, tidak sakit, dan tidak memiliki
masalah. Sedangkan responden yang lebih muda memberikan jawaban yang
selalu berhubungan dengan kerja dan prestasi, kesehatan tubuh hingga bisa
bekerja, cuaca yang membantu hingga panen bisa berhasil.21
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muhammad Diponegoro dan
Mulyono yang meneliti tentang faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi kebahagiaan pada lanjut usia Suku Jawa di Klaten, hasil
penelitian tersebut ada 14 faktor yang mempengaruhi kebahagiaan lanjut
usia yaitu (penghasilan, usia, agama, budaya, bersyukur kepada Tuhan,
aktivitas fisik, hubungan sosial, memaafkan, kualitas hidup, silaturahmi,
sehat, menikah, berhubungan baik dengan anak, cucu, dan menantu, serta
berhubungan baik dengan saudara), dan terdapat 13 afek yaitu (merasa
senang, sabar, suasana tenang, optimis, ayem tentram, trenyuh, perhatian,
bersemangat, tidak dendam, santai, sopan, senang menolong/memberi, dan
tidak takut maninggal/pasrah kepada takdir diusia tua).22 Dari penelitian
20Salis Yuniardi, Psikologi Lintas Budaya (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2017), 111. 21Yuniardi, Psikologi Lintas Budaya, 111. 22 Ahmad Muhammad Diponegoro dan Mulyono, “Faktor-faktor Psikologi yang
Mempengaruhi Kebahagiaan pada Lanjut Usia Suku Jawa Di Klaten,” PSIKOPEDAGOGIA Vol. 4,
No. 1 (2015): 13.
11
yang dilakukan oleh Hermaini & Alma Yulianti, Gutman, dan Ahmad
Muhammad Diponegoro & Mulyono tersebut terlihat bahwa usia
mempengaruhi jawaban seseorang, yaitu adanya perbedaan jawaban dari
usia remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Di Indonesia ada berbagai macam suku menurut data statistik di
Indonesia ada terdapat 1.331 suku23, khususnya di pulau Kalimantan ada
sebanyak 10 suku, salah satu suku yang terbesar di pulau Kalimantan adalah
suku Banjar.24 Suku Banjar atau juga disebut dengan orang Banjar adalah
penduduk asli dari daerah kota Banjarmasin. Daerah tersebut bertambah
luas sampai ke kota Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, dan wilayah
sekitarnya. Dalam keterangan selanjutnya mengenai sebutan orang Banjar
wilayahnya lebih meluas tidak hanya sekedar penduduk asli Kabupaten
Banjar dan Kotamadya Banjarmasin saja, tetapi meliputi seluruh daerah eks
Afdeeling Bandjarmasin 25 , Bahasa yang digunakan oleh pendudukan di
daerah tersebut adalah bahasa Banjar, yang memang berbeda dengan bahasa
yang dikembangkan oleh penduduk Hulu Sungai.26
23BPS, “Mengulik Data Suku di Indonesia,” 2015,
https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html, diakses pada
13 Mei 2019. 24 Wikipedia, “Kalimantan Selatan,” https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan,
diakses pada 13 Mei 2019. 25Eks Afdeeling Bandjarmasin atau Banjar Kuala atau Banjar Bakula adalah wilayah yang
terdiri dari tiga kabupaten dan dua kota yang meliputi sebagian dari wilayah provensi Kalimantan
Selatan. Banjar Kuala merupakan wilayah dengan penduduk terpadat di Kalimantan Selatan
karena di wilayah Banjar Kuala ini merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, dan komunikasi.
Banjar Kuala terdiri dari Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Barito Kuala dan
Kabupaten Tanah Laut. Wikipedia, “Banjar Kuala,” https://id.wikipedia.org/wiki/Banjar_Kuala,
diakses pada 5 Januari 2019. 26Alfani Daud, Islam Dan Masyarakat Banjar Diskripsi Dan Analisa Kebudayaan Banjar
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 1.
12
Salah satu Kabupaten yang memiliki banyak suku Banjar adalah
Kabupaten Barito Kuala sekitar 184.180 jiwa27, khususnya di Kecamatan
Anjir Pasar Desa Gandaraya, hal ini sesuai dengan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada salah satu staf di Kecamatan mengatakan
bahwa Suku Banjar yang ada di Kecamatan Anjir Pasar sekitar 90%.28
Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, alasannya
karena selama ini belum ada yang mencoba mengaitkan antara kebahagiaan
dengan masyarakat yang bersuku Banjar atau peneliti belum menemukan
penelitian tentang kebahagiaan pada masyarakat Banjar.
Dalam rangka memperkuat argumen yang disampaikan oleh peneliti
maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa remaja, orang
dewasa, maupun usia lanjut pada tanggal 16-17 Maret 2019 yang ada di
daerah pedesaan tepatnya di Desa Gandaraya Kecamatan Anjir Pasar
Kabupaten Barito Kuala, ketika ditanyakan tentang apa itu kebahagiaan dari
usia remaja, dewasa, maupun lanjut usia tersebut tidak dapat secara
langsung menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, mereka
awalnya bingung ingin menjawab apa.
Ketika peneliti menanyakan pada remaja MS yang berusia 13 tahun
apa itu kebahagiaan MS menjawab:
“Ulun kada kawa menjelaskan kebahagiaan tu apa, ulun bingung
handak menjawab apa, eem.. kebahagiaan tu bila ulun diperhatikan
mama abah, dapat nilai tinggi lawan dapat rengking, beribadah”.29
27 Pelabuhan Info, “Kabupaten Barito Kuala,” 21 Juni 2019,
http://www.pelabuhan.info/id1/800-697/Kabupaten-Barito-Kuala_28204_pelabuhan.html. 28Andri Yuni Prihastuti, Kasi Kesra dan Pelayanan, Wawancara Pribadi, Anjir Pasar, 1
April 2019. 29MS, Pelajar SMP, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 16 Maret 2019.
13
(saya tidak bisa menjelaskan kebahagiaan itu apa, saya bingung mau
menjawab apa, kebahagiaan itu ketika saya diperhatikan mama dan
ayah, dapat nilai yang tinggi, dapat rengking, dan beribadah)
Pada remaja MR yang berusia 16 tahun menjawab:
“Kenapa pian betakun itu, kebahagiaan tu apa yoo.. eem.. yang
meulah tetawa, lawan meulah senang. apa yang dikehendaki ada”.30
(kenapa kamu menanyakan itu, kebahagiaan itu apa ya.. eem.. yang
membuat tertawa, dan membuat senang. Kebahagiaan itu apa yang
diinginkan terpenuhi)
Sedangkan remaja R yang berusia 15 tahun menjawab:
“Menurut ulun kebahagiaan tu bila dapat nilai yang tinggi di
sekolah, kawa membanggakan orang tua, bekawanan lawan
kekawanan”.31 (menurut saya kebahagiaan itu jika dapat nilai yang
tinggi di sekolah, dapat membahahgiaan orang tua, berteman dengan
teman-teman)
Ketika peneliti menanyakan apa itu kebahagiaan pada orang dewasa
H yang berusia 26 tahun menjawab:
“Eem... apa yoo, haha kenapa betakun itu, kebahagiaan tu kada
kawa didefinisikan. Menurut ku kebahagiaan tu yang meulah kita
senang”.32 (apa ya.. haha kenapa menanyakan itu, kebahagiaan itu
tidak bisa didefinisikan, menurut saya kebahagiaan itu yang membuat
kita senang)
Pada orang dewasa N yang berusia 22 tahun menjawab:
“Eemm... kebahagiaan tu bila hati lawan perasaan nyaman,
damai, tentram, sehatan badan kawa begawi kawa membari duit
lawan kuitan”. 33 (kebahagiaan itu jika hati dan perasaan tenang,
damai, dan tentran, sehat badan agar dapat bekerja dan dapat mengasih
uang kepada orang tua)
Sedangkan orang dewasa Y yang berusia 32 menjawab:
30MR, Pelajar Madrasah Aliyah, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 16 Maret 2019. 31R, Pelajar SMP, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 16 Maret 2019. 32H, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 16 Maret 2019. 33N, Swasta, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 17 Maret 2019.
14
“Ada duit, awak sehat kawa begawi, kawa membahagiakan anak
bini”.34 (mempunyai uang, badan sehat agar dapat bekerja, dan dapat
membahagiaan anak dan istri)
Ketika peneliti menanyakan apa itu kebahagiaan dengan lanjut usia N
yang berusia 76 tahun menjawab:
“Kebahagiaan tu apa yang meulah kita senang, bila anak tu
membari duit biar sedikit ja tapi rasa bahagia banar, sehat awak
supaya kawa beribadah lawan bila beribadah tu khusyuk, bila rumah
bersih semuanya bersih merasa senang”.35 (kebahagiaan itu apa yang
membuat kita senang, jika anak mengasih uang walaupun sedikit
tetapi sudah merasa bahagia sekali, sehat badan agar dapat beribadah
dan jika beribadah dengan khusyuk, jika rumah bersih dan semuanya
bersih maka akan merasa senang)
Sedangkan B yang berusia 70 tahun menjawab kebahagiaan itu adalah:
“Bila pikiran tenang lawan hidup beduit aja”.36 (apabila pikiran
tenang dan mempunyai uang)
Dari studi pendahuluan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa adanya
perbedaan jawaban dari usia remaja, dewasa, dan lanjut usia tentang
kebahagiaan. Seperti ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang apa itu
kebahagiaan dan apa yang membuat mereka bahagia dalam kategori usia
remaja, dewasa, maupun lanjut usia mempunyai jawaban yang berbeda-
beda, menurut yang berusia remaja kebahagiaan itu ketika merasa senang
dan yang membuat mereka bahagia yaitu diberi perhatiaan oleh orang
terdekat seperti orang tua, dapat membuat orang tua bangga, berteman
dengan teman sebaya, berprestasi di sekolah seperti mendapat nilai tinggi,
34Y, Swasta, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 17 Maret 2019. 35N, Tidak bekerja, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 17 Maret 2019. 36B, Petani, Wawancara Pribadi, Gandaraya, 17 Maret 2019.
15
masuk rengking dll. Menurut orang dewasa kebahagiaan itu sesuatu yang
membuat hati atau perasaan kita nyaman, damai dan tentram, apa yang
diinginkan terpenuhi, dan yang membuat mereka bahagia yaitu kesehatan
seperti sehat badan agar dapat bekerja, uang/materi, pernikahan, sedangkan
menurut usia lanjut kebahagiaan itu ketika anak-anak memberikan uang
walaupun tidak banyak tetapi tetap merasa bahagia, kesehatan badan agar
dapat beribadah, pikiran tenang dan tidak ada masalah, dapat beribadah
dengan khusyuk, bersih lahir dan batin karena kebersihan sebagian dari
iman apabila semuanya bersih maka merasa bahagia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
membahas dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana persepsi dari
remaja, orang dewasa, dan yang berusia lanjut dari masyarakat Banjar
tentang kebahagiaan, yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul
“PERSEPSI KEBAHAGIAAN PADA MASYARAKAT BANJAR DI
DESA GANDARAYA KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPATEN
BARITO KUALA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut,
maka yang menjadi pokok pembahasan dalam rumusan masalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat kebahagian pada masyarakat Banjar di Desa
Gandaraya yang berusia remaja?
16
2. Bagaimana tingkat kebahagian pada masyarakat Banjar di Desa
Gandaraya yang berusia dewasa?
3. Bagaimana tingkat kebahagian masyarakat Banjar di Desa Gandaraya
yang berusia lanjut?
4. Bagaimana persepsi kebahagiaan pada masyarakat Banjar di Desa
Gandaraya yang berusia remaja?
5. Bagaimana persepsi kebahagiaan pada masyarakat Banjar di Desa
Gandaraya yang berusia dewasa?
6. Bagaimana persepsi kebahagiaan masyarakat Banjar di Desa Gandaraya
yang berusia lanjut?
C. Tujuan Masalah dan Signifikansi Penelitian
1. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah sebelunya, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan pada masyarakat Banjar di
Desa Gandaraya yang berusia remaja.
b. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan pada masyarakat Banjar di
Desa Gandaraya yang berusia dewasa.
c. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan pada masyarakat Banjar di
Desa Gandaraya yang berusia lanjut.
d. Untuk mengetahui persepsi kebahagiaan pada masyarakat Suku
Banjar di Desa Gandaraya yang berusia remaja.
e. Untuk mengetahui persepsi kebahagiaan pada masyarakat Banjar di
Desa Gandaraya yang berusia dewasa.
f. Untuk mengetahui persepsi kebahagiaan pada masyarakat Banjar di
Desa Gandaraya yang berusia lanjut.
17
2. Signifikansi Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Dilakukannya penelitian ini adalah agar dapat menambah
wawasan dan pengetahuan keilmuan di bidang Psikologi Lintas
Budaya yang berhubungan dengan persepsi masyarakat Banjar
tentang bahagia.
b. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan acuan dan sebagai pertimbangan untuk penelitian selanjutnya
serta dapat memberikan gambaran dan informasi lebih mendalam
mengenai bagaimana persepsi masyarakat Banjar tentang bahagia.
D. Definisi Istilah
Agar mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian dan agar
tidak terjadi kesalahpahaman dan dalam menginterpretasikan judul skripsi
ini, maka peneliti perlu memberikan definisi istilah ini, sebagai berikut:
1. Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari suatu serapan, atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.37 Secara etimologi
persepsi atau dalam bahasa Inggis perception berasal dari bahasa Latin
37 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990).
18
perception dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Menurut De Vito (1997:75) Persepsi adalah proses ketika kita menjadi
sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. 38
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan
yang didapat dengan menyimpulkan informasi dan mengartikan pesan
yang didapat tersebut. Persepsi yaitu memberikan arti pada stimuli
inderawi (sensory stimuli).39
Dalam penelitian ini persepsi adalah kemampuan berpikir atau
bagaimana pandangan dari masyarakat Banjar yang berusia remaja,
dewasa, sampai lanjut usia dalam memberikan penjelasan atau pendapat
mereka tentang kebahagiaan.
2. Kebahagiaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahagia adalah beruntung,
keadaan atau perasaan senang tenteram bebas dari segala yang
menyusahkan, sedangkan kebahagiaan yaitu perasaan bahagia,
kesenangan dan ketentraman hidup lahir dan batin.40 Menurut Seligman
kebahagiaan adalah suatu perasaan positif dan kegiatan positif. Perasaan
atau emosi positif terbagi menjadi kepuasan akan masa lalu atau emosi
masa lalu dan optimis terhadap masa depan atau emosi masa depan.41
38Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 445. 39Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2008). 40 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 65. 41Wijayant dan Nurwianti, “Kekuatan Karakter Dan Bahagia Suku Jawa,.” 117.
19
Menurut Ed Diener, Eunkook Suh, dan Shigehiro Oishi, subjective
well-being mengacu pada bagaimana orang mengevaluasi hidup mereka.
Di dalamnya meliputi variabel-variabel seperti kepuasan dalam hidup
dan kepuasan pernikahan, tidak adanya depresi dan kecemasan, serta
adanya suasana hati (mood) dan emosi yang positif.42
Seligman (2005) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
menimbulkan kebahagiaan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar yakni uang,
pernikahan, kehidupan sosial, kesehatan, agama, usia, pendidikan, iklim,
ras, dan gender. Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
dalam yakni character strengh atau kekuatan karakter, kepuasan
terhadap masa lalu, optimis terhadap masa depan, serta kebahagiaan
pada masa sekarang.43
Diener dan Oishi membagi aspek kebahagiaan menjadi dua, yaitu
aspek kognitif yakni evaluasi terhadap kepuasaan hidup secara global
dan evaluasi terhadap kepuasaan pada domain tertentu, sedangkan aspek
afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan,
kegembiraan dan emosi.44 Oleh sebab itu, kebahagiaan adalah ketika
seseorang mengalami emosi positif seperti melakukan aktivitas yang
disukainya, membawa seseorang pada suatu keadaan yang
42Ros Mayasari, “Religiusitas Islam dan Kebahagiaan (Sebuah Telaah dengan Perspektif
Psikologi),” Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014, 88–89. 43Sholihah, “Hubungan Kekuatan Karakter Dengan Kebahagiaan Pada Remaja,” 9. 44Imroatus Sholihah, “Konsep Kebahagiaan Dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Mutawalli
Asy-Sya’rawi Dan Psikologi Positif” Tesis (Malang: Program Magister Studi Ilmu Agama Islam
UIN Maulana Malik Ibahim, 2016), 45–46.
20
menyenangkan dan ketentraman hidup lahir dan batin, dan hilangnya
emosi negatif seperti kecemasan.
Dalam penelitian ini kebahagiaan terbagi dua aspek yaitu aspek
kognitif yaitu evaluasi terhadap kepuasaan hidup dan evaluasi terhadap
kepuasaan pada domain tertentu seperti keluarga, teman sebaya,
kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan waktu luang, dan aspek afektif
yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan,
kegembiraan.
3. Masyarakar Banjar
Masyarakar Banjar atau suku Banjar bisa juga disebut orang Banjar.
Di Kalimantan Selatan yang disebut sebagai orang Banjar adalah
penduduk asli daerah sekitar Kota Banjarmasin. Daerah ini meluas
sampai Kota Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, dan wilayah
sekitarnya. Dari penjelasaan selanjutanya ternyata sebutan orang Banjar
meliputi wilayah yang lebih luas tidak hanya sekedar penduduk asli
Kabupaten Banjar dan Kotamadya Banajrmasin saja, tetapi juga seluruh
daerah eks Afdeealing Bandjermasin sebelum perang.
Bahasa yang dikembangkang oleh penduduk daerah tersebut
dinamakan dengan bahasa Banjar, yang sebenarnya berbeda dengan
bahasa yang dikembangkan oleh penduduk Hulu Sungai.45 Masyarakat
45Daud, Islam Dan Masyarakat Banjar Diskripsi Dan Analisa Kebudayaan Banjar, 1.
21
Banjar berkembang menjadi tiga kelompok subsuku, yaitu (Banjar)
pahuluan, (Banjar) Batang Banyu dan Banjar (Kuala).46
Dalam penelitian ini karakteristik Suku Banjar adalah:
a. Orang Banjar yang bertempat tinggal di pedesaan yaitu Desa
Gandaraya, Kecamatan Anjir Pasar, Kabupaten Barito Kuala,
Provensi Kalimantan Selatan
b. Kategori usia remaja (13-18 tahun), dewasa (18-40 tahun), usia
lanjut (60 tahun ke atas)
c. Berbahasa Banjar
d. Ayah dan ibu orang Banjar
e. Beragama Islam
4. Desa
Pengertian Desa adalah adalah suatu bentuk pemerintahan terkecil
yang ada di Negara. Luas wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan
dihuni oleh sejumlah keluarga. Penduduknya mayoritas bekerja di
bidang agraris dan tingkat pendidikannya cenderung rendah. Karena
jumlah penduduk yang ada di desa tidak terlalu banyak, biasanya
hubungan kekerabatan antara masyarakatnya terjalin sangat kuat.
Masyarakat yang ada di desa juga masih percaya dan sangat memegang
teguh adat dan tradisi yang tinggalkan oleh para leluhurnya. 47 Desa
46Daud, Islam Dan Masyarakat Banjar Diskripsi Dan Analisa Kebudayaan Banjar, 3. 47Awaliyah Hasanah, “DEFINISI DESA, KOTA, PEDESAAN, DAN PERKOTAAN,” 10
Juni 2013, http://awaliyahhasanah.blogspot.com/2013/06/definisi-desa-kota-pedesaan-dan.html,
diakses pada 7 Februari 2019.
22
dalam penelitian ini bertempat di Desa Gandaraya Kecamatan Anjir
Pasar Kabupaten Barito Kuala.
E. Penelitian Terdahulu
Setelah melakukan pengamatan dari beberapa penelitian terdahulu,
peneliti menemukan beberapa penelitian yang serupa, tetapi peneliti tidak
menemukan penelitian yang sama dengan yang peneliti tulis yaitu “Persepsi
Kebahagiaan Masyarakat Banjar Di Gandaraya Kecamatan Anjir Pasar
Kabupaten Barito Kuala”. Beberapa penelitian yang dianggap serupa
dengan penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian dari Herlani Wijayanti dan Fivi Nurwianti, Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, pada tahun 2010 dengan judul
“Kekuatan Karakter Dan Kebahagiaan Pada Suku Jawa”. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kekuatan karakter dan kebahagiaan pada suku
Jawa. Tingkat kebahagiaan orang Jawa, mayoritas berada pada tingkat
tinggi. Kekuatan karakter secara bersamaan memberikan sumbangan
yang signifikan terhadap kebahagiaan sebesar 48,6%. Perbedaannya
dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah jika penelitian
dari Herlani Wijayanti dan Fivi Nurwianti tersebut meneliti Kekuatan
Karakter Dan Kebahagiaan Pada Suku Jawa dan dengan menggunakan
metode kuantitatif, sedangkan peneliti bertujuan ingin mengetahui
persepsi kebahagiaan masyakat Banjar di desa, dengan partisipan dari
peneliti teliti dengan tiga rentang usia yang berbeda yaitu dari remaja,
23
dewasa, dan lanjut usia dengan mengunakan metode campuran (mixed
method).
2. Penelitian dari Sari Zakia Akmal dan Fivi Nurwianti, Fakultas Psikologi
Univeristas Indonesia, depok, Jawa Barat, pada tahun 2012. Dengan
Judul, “Kekuatan Karakter Dan Kebahagiaan Pada Suku Minang.”
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan
karakter dengan kebahagiaan. Kekuatan karakter yang secara signifikan
memberikan sumbangan terhadap kebahagiaan pasa suku Minang
adalah bravery, vitality, dan hope. Lima kekuatan karakter yang
menonjol pasa suku Minang adalah gratitude, kindness, fairness,
integrity, dan citizenship. Perbedaannya yaitu penelitian tersebut
menelitian kekuatan karakter dan kebahagiaan pada suku Minang dan
menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangan dari peneliti
sendiri persepsi kebahagiaan masyarakat Banjar dengan menggunakan
metode campuran (mixed method).
3. Penelitian dari Harmaini dan Alma Yulianti dari UIN Syarif Kasim Riau,
Pekan Baru, Riau, pada tahun 2014. Dengan judul ‘Peristiwa-Peristiwa
Yang Membuat Bahagia’. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif.
Hasil dari penelitian ini ada tiga komponen besar peristiwa yang
membuat remaja bahagia yaitu, (1) relasi sebesar 55,7% yaitu perstiwa-
peristiwa yang berhubungan dengan orang tua, keluarga dan teman
sebaya, (2) personal afektif sebesar 34,7% yaitu peristiwa-peristiwa
24
yang berhubungan dengan lawan jenis kelamin, mendapatkan kasih
sayang, imbalan psikologis, hobi, dan (3) prestasi sebesar 24,7% yaitu
peristiwa- peristiwa yang berhubungan dengan prestasi, kelulusan,
mampu menyelesaikan tugas, dan hasil yang memuaskan. Perbedaannya
adalah penelitian tersebut meneliti persitiwa-peristiwa apa saja yang
dapat membuat remaja bahagia dan menggunakan metode survei
sedangkan peneliti ingin meneliti tentang persepsi kebahagiaan
maasyarakat Banjar di desa dengan menggunakan metode campuran
(mixed method), dan subjek penelitian juga berbeda dari penelitian
tersebut hanya meneliti usia remajanya saja sedangkan peneliti ingin
meneliti dari usia remaja, dewasa, dan lanjut usia.
4. Penelitian dari Imamulhaq Al-Qur’any dari UIN Antasari Banjarmasin,
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Jurusan Psikologi Islam, pada
tahun 2018. Dengan judul Kebahagiaan Ditinjau Dari Psikologi Dan
Islam: Telaah Pemikiran Seligman Dan Al-Ghazali (Studi Komperatif).
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil dari kajian
tersebut menunjukkan bahwa konsep kebahagiaan dalam gagasan
Seligman dapat dicapai oleh siapapun, selama dia mampu menggunakan
emosi positif atau karakter-karakter khasnya sesering mungkin, karena
dengan seperti itu dia akan mendapatkan sebuah keadaan yang
memungkinkan dirinya mendapatkan kulitas hidup positif, yaitu suatu
keadaan yang membuatnya selalu berkembang, dan orang yang telah
melakukannya menurut Seligman telah mendapatkan Authentic
25
Happines. Sedangkan kebahagiaan menurut Al-Ghazali merupakan
sebuah tujuan manusia yan sebenarnya, sehingga untuk mendapatkan
kebahagiaan itu dia perlu melakukan prosedur yang dinamakan hadrah
nubuwwa, dengan cara itu dia akan mampu memahami kebahagiaan
yang sebenarnya, cara mendapatkan dan menjaga kebahagiaan tersebut.
Perbedaannya adalah penelitian tersebut meneliti tentang kebahagiaan
ditinjau dari psikologi dan Islam: telaah pemikiran Seligman dan Al-
Ghazali (studi komperatif) dan menggunakan metode kepustakaan
sedangkan peneliti ingin meneliti tentang persepsi kebahagiaan
masyarakat Banjar di desa dengan menggunakan metode campuran
(mixed method).
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi
ini terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan signifikansi penelitian, definisi istilah, penelitian
terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan teori, berisi uraian secara umum tentang teori persepsi,
teori kebahagiaan, teori masyarakat Banjar, teori desa, teori remaja,
dewasa, lanjut usia, dan kerangka berpikir.
BAB III: Metode penelitian, merupakan metode yang dipergunakan untuk
menggali data yang diperlukan yang terdiri dari jenis penelitian,
lokasi penelitian, data dan sumber data, subjek, karakteristik, dan
26
objek penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, teknik
pengumpulan data, instrument penelitian , validitas dan reliabilitas,
dan tenik teknik pengolahan data dan analisis data.
BAB IV: Paparan hasil penelitian dan pembahasan data, berisikan diskripsi
lokasi penelitian, alur penelitian, hasil penelitian, pembahasan data
penelitian, dan keterbatasan penelitian.
BAB V: Penutup, Pada bab ini adalah bab penutup yang berisi kesimpulan
dan saran-saran.