bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,...

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan antara lain penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat bantu pengajaran, pemantapan proses belajar mengajar, mengefektifkan dan mengefisienkan proses belajar mengajar dengan penggunaan metode belajar mengajar yang tepat. Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat penguasaan guru terhadap materi pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh pemilihan dan penggunaan strategi mengajar. Oleh sebab itu dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu diperlukan strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan dan kondisi siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (1989), bahwa mengajar pada hakekatnya adalah proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Selain itu, motivasi siswa untuk belajar adalah faktor yang tidak dapat diabaikan. Dalam mengikuti pelajaran, tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, ada siswa yang hanya duduk tanpa merasa membutuhkan atau tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, kemudian setelah kembali 1

Upload: dangnga

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah

dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan antara lain

penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat

bantu pengajaran, pemantapan proses belajar mengajar, mengefektifkan dan

mengefisienkan proses belajar mengajar dengan penggunaan metode belajar mengajar

yang tepat.

Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat penguasaan guru

terhadap materi pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh pemilihan dan penggunaan

strategi mengajar. Oleh sebab itu dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu

diperlukan strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan

dan kondisi siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (1989),

bahwa mengajar pada hakekatnya adalah proses yakni proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan

dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

Selain itu, motivasi siswa untuk belajar adalah faktor yang tidak dapat

diabaikan. Dalam mengikuti pelajaran, tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran

dengan sungguh-sungguh, ada siswa yang hanya duduk tanpa merasa membutuhkan

atau tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, kemudian setelah kembali

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

2

ke rumahnya siswa tidak ada niat untuk mempelajari kembali materi pelajaran yang

telah dipelajari di sekolah. Sebagai akibatnya siswa yang bersangkutan tidak

mendapat nilai yang memuaskan.

Sejalan dengan itu, seorang guru dituntut harus mampu memilih dan

menggunakan strategi mengajar yang tepat sehingga dapat memotivasi untuk lebih

aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar serta lebih giat belajar di rumah. Beberapa

cara yang dapat memotivasi siswa untuk lebih giat mengikuti pelajaran serta giat

belajar dirumah adalah pemberian tes awal pada setiap kegiatan belajar mengajar (Pre

Test), pemberian tes akhir pada setiap kegiatan belajar mengajar (Post Test) maupun

gabungannya (Pre dan Post Test).

Pada umumnya siswa yang mengetahui bahwa pada pertemuan berikutnya

akan diadakan tes, maka siswa akan berusaha untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar

mengajar serta giat belajar di rumah. Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis

termotivasi untuk meneliti perbedaan hasil belajar Matematika siswa antara yang

diajar melalui Pre Test, Post Test, serta Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar

mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

3

1. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test setiap kegiatan

belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten

Takalar?

2. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Post Test pada setiap

kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar?

3. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test Pada

setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong

Selatan Kabupaten Takalar?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test, Post

Test serta Pre dan Post Test pada setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa

kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan menjawab semua pertanyaan yang

telah dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test setiap

kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Post Test setiap

pertemuan kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

4

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test

setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong

Selatan Kabupaten Takalar.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar

melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar

mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten

Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para guru matematika

untuk memilih salah satu dari ketiga perlakuan ini untuk diterapkan dalam proses

belajar mengajar.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain di masa yang akan

datang dalam meneliti hal-hal yang berkaitan dengan ketiga strategi belajar

mengajar ini.

3. Agar siswa senantiasa berlatih menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru

dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan hasil belajar matematikanya.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan,

kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang

disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan

dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu

perubahan tingkah laku.

Seperti dikemukakan oleh Slameto (1995) bahwa: Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interkasi dengan lingkungannya.

Selanjutnya Haling (2004) mengemukakan bahwa: Belajar merupakan suatu

proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan

dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan yang

bersifat permanen. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru segera

nampak dalam perilaku yang nyata.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

6

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, ketrampilan, kecakapan,

kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

2. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan

harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa.

Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti

membutuhkan rumusan yang dapat meliput seluruh kegiatan dan tindakan dalam

perbuatan mengajar itu sendiri.

Terdapat aneka ragam rumusan pengertian tentang mengajar. Setiap rumusan

mempunyai kaitan arti dalam praktek pelaksanaannya. Rumusan itu sendiri

bergantung pada pandangan perumusannya. Seseorang berpandangan bahwa

mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran, tentu akan merumuskan pengertian

yang sederhana. Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah “upaya

menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa.”

Bila pengertian sederhana itu diterima, maka pelaksanaan atau praktek

pengajaran berlangsung sederhana pula. Yakni, disatu pihak guru menyampaikan

bahan pelajaran, sedangkan di lain pihak siswa menerima pelajaran yang diberikan.

Proses penyampian biasanya berlangsung secara inposisi, yakni guru menuangkan

sejumlah informasi atau bahan pelajaran kepada siswa yang akan diisi dengan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

7

pengetahuan. Jadi kegiatan di kelas banyak didominasi oleh guru, aktivitas siswa

lebih banyak mendengar atau menerima.

Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi

kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan.

Bila diterima pengertian ini, sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa

belajar. Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja

dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan.

Tujuan itu dicapai melalui proses pengajaran sedangkan kemungkinan terjadinya

proses belajar itu sendiri amat beraneka ragam. Bisa terjadi guru tampil di depan

kelas untuk mengajar langsung dapat pula menggunakan perangkat pengajaran.

Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan Willam H Burton (Ali,

1987) yang menyatakan bahwa: Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang,

bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Bertitik tolak dari pengertian di atas, Burton (Ali, 1987) memandang bahwa

bahan pelajaran hanya sebagai perangsang saja. Sedangkan arah yang akan dituju

oleh proses belajar adalah tujuan pengajaran yang diketahui siswa. Dengan strategi

mengajar tetentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik. Dengan

memberikan tugas atau latihan, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan

sesuatu. Ini adalah dorongan untuk terjadinya proses belajar lebih jauh lagi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

8

Semua upaya bagaimana dirumuskan oleh Burton bila dikaji secara cermat,

pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa

agar terjadi proses belajar.

Gagne dan Briggs (Ali, 1987) dalam hal ini juga melihat pentingnya proses

belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar

bukan upaya guru dalam menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat

mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa aktivitas yang menonjol

dalam pengajaran ada pada siswa. Namun demikian bukanlah berarti peran guru

tersisihkan, melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi

Tetapi bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses

belajar.

3. Hakikat Matematika

Elea Tinggih (Suherman, 2001) matematika adalah ilmu pengetahuan yang

diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh

tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas

dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil

observasi atau ekeperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil

pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, Ruseffendi

dalam (Suherman, 2001).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

9

Pendapat lain oleh James (Suherman, 2001) mengemukakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnyadengan

jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam bidang, yaitu aljabar, anlaisis dan

geometri.

Johnson dan Rising (Suherman, 2001) mengemukakan bahwa matematika

adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu

adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan

akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol

mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Reys, dkk (Suherman, 2001) mengatakan bahwa Matematika adalah telaah

tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, dan suatu bahasa.

sedangkan Kline (Suherman, 2001) Mengatakan bahwa matematika itu bukanlah

pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi

adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan

menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Dengan uraian-uraian di atas mudah-mudahan cakrawala pengertian kita

tentang Matematika makin bertambah luas, tidak terlalu sempit dengan hanya

memandang saja. Akan tetapi walaupun diberikan dengan panjang lebar secara

tertulis atau secara lisan penjelasannya, tidak akan memberi jawaban secara utuh

yang dapat dipahami secara menyeluruh tentang apa matematika itu. Ibarat enaknya

masakan, meskipun diceritakan dengan bahasa yang bagaimanapun indahnya, tanpa

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

10

mencobanya tak akan terasa enak. Tapi meskipun demikian mudah-mudahan sedikit

banyak dapat menambah luasnya cakrawala pengetahuan kita. Benar sekali seperti

diucapkan oleh Courant dan Robbin (Suherman, 2001) bahwa untuk dapat

mengetahui apakah matematika sebenarnya, seseorang harus mempelajari, mengkaji,

dan mengerjakannya. Termasuk pengkajian sejauh timbulnya Matematika dan

perkembangannya.

4. Pre dan Post Test

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor

internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang

dari lingkungan.

Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan

lingkungan agar perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan

pembelajaran mencakup tiga hal: Pre Test, Proses, dan Post Test. Pada kesempatan

ini akan dibahas Pre Tes dan Post Tes.

4.1. Pre Test (Tes Awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan Pre Test.

Pre Test ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Oleh karena itu Pre Test memegang peranan yang cukup penting

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

11

dalam proses pembelajaran. Fungsi Pre Test ini antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

a. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan Pre Test

maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab.

b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses

pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan

hasil Pre Test dengan Post Test.

c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai

bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

d. Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-

tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu

mendapat penekanan dan perhatian khusus.

Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil Pre Test harus

segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran inti dilaksanakan.

Pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat jangan sampai mengganggu

suasana belajar dan mengalihkan perhatian peserta didik.

4.2. Post Tes (Tes Akhir)

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan Post Test. Sama

halnya dengan Pre Test, Post Test juga memiliki banyak kegunaan terutama dalam

melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi Post Test antara lain dapat dikemukakan

sebagai berikut:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

12

a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang

telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui

dengan membandingkan antara hasil Pre Tes dan Post Tes.

b. Untuk mengetahui kompetensi dengan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh

peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.

Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila

sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali.

c. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, kegiatan

pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul

(kesulitan belajar).

d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen

modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan baik terhadap

perencanaan maupun pelaksanaan evaluasi.

5. Pokok Bahasan Barisan Bilangan dan Deret

5.1. Barisan Bilangan

a. Pengertian Barisan Bilangan.

Jika bilangan-bilangan diurutkan dengan aturan tertentu, maka akan diperoleh

suatu barisan bilangan. Tiap-tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan

disebut suku dari barisan itu. Jika aturan suatu barisan telah diketahui, maka suku

berikutnya dari barisan tersebut dapat ditentukan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

13

b. Suku ke-n Suatu Barisan Bilangan

Jika kita ingin mengetahui suku ke-100 dari suatu barisan bilangan, tentunya

kurang praktis jika kita harus menulis suku demi suku sampai yang ke-100. untuk itu

pada bahasan ini akan dipelajari cara menentukan suku keberapapun yang selanjutnya

disebut dengan suku ke-n dengan n sembarang bilangan asli.

Suku ke-n dari suatu barisan bilangan dapat ditulis Un dengan demikian, suku

ke-1 dapat ditulis U1 , dan suku ke-100 ditulis U100 .

Barisan dengan aturan ditambah bilangan yang sama.

Contoh:

3, 6, 9, 12, ……

U1 = 3 = 3 x 1, U2 = 6 = 3 x 2, U3 = 9 = 3 x 3

Jadi, suku ke-n = Un = 3 x n = 3n.

Barisan dengan aturan dikali atau dipangkatkan

Untuk menentukan suku ke-n pada barisan seperti ini, maka harus ditentukan

hubungan antara masing-masing suku dengan bentuk bilangan berpangkat.

Contoh:

2, 4, 8, 16, ……..

U1 = 2 = 21,

U2 = 4 = 22

U3 = 8 = 2 3

Bilangan pokok selalu 2, dan pangkat sesuai dengan urutan suku, maka : Un = 2n.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

14

Menggunakan rumus suku ke-n

Jika rumus suku ke-n dari suatu barisan bilangan telah diketahui, maka dapat

ditentukan barisan bilangan tersebut dengan menggunakan rumus suku ke-n yang

telah ditentukan.

5.2. Deret Aritmetika

a. Pengertian Deret Aritmetika, Suku dan Beda

Dari suatu barisan bilangan, jika suku-suku dari barisan bilangan itu

dijumlahkan, maka penjumlahan berturut-turut dari suku-suku barisan itu disebut

deret.

Pada barisan bilangan, tiap-tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan

disebut suku. Hal ini juga berlaku untuk deret, yaitu setiap bilangan pada suatu deret

disebut suku.

Pada deret 1 + 5 + 9 + 13 + 17 + …..maka :

Suku ke-1 = 1, ditulis U1 = 1

Suku ke-2 = 5, ditulis U2 =5 dan seterusnya.

Pada suatu deret, jika hasil dari U2 - U1, U3 – U2, U4– U3, selalu tetap atau

selalu sama, maka deret tersebut disebut deret aritmetika atau deret hitung. Bilangan

yang selalu tetap itu disebut beda.

b. Rumus Suku ke-n Deret Aritmetika

Un = U1 + (n – 1) b, dengan Keterangan :

Un = suku ke-n n = banyak suku

U1 = suku pertama b = beda

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

15

c. Rumus Jumlah n Suku Pertama

Rumus jumlah n suku pertama untuk deret aritmetika adalah:

Sn = 2

1n (U1 + Un) atau Sn =

2

1n (2U1 + (n +1)b)

5.3. Deret Geometri

Suatu deret yang memiliki rasio (Perbandingan) yang tetap atau hasil dari:

1

2

U

U,

2

3

U

U,

3

4

U

U,

1n

n

U

Uselalu tetap disebut deret geometri atau deret ukur.

a. Rumus suku ke-n untuk Deret Geometri adalah:

Un = U1 . rn-1

b. Rumus jumlah n suku pertama untuk Deret Geometri:

Sn = 1

)1(1

r

rU n

, r >1 atau Sn = r

rU n

1

)1(1 , r <1

5.4. Menggunakan Sifat-sifat Deret

Sifat-sifat deret aritmetika dan deret geometri dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu diingatkembali

tentang sifat-sifat pada deret arimetika maupun deret geometri.

a. Sifat-sifat Deret Aritmetika

Untuk suku pertama = U1, suku terakhir = Un, beda = b, banyak suku = n dan

jumlah n suku pertama = Sn, maka :

Rumus suku ke-n Deret Aritmetika adalah:

Un = U1 + (n – 1)b

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

16

Rumus jumlah n suku pertama Deret Aritmetika adalah:

Sn = 2

1n (U1 + Un) atau Sn =

2

1n [2U1 + (n – 1)b]

b. Sifat-sifat Deret Geometri

Untuk suku pertama = U1, suku terakhir = Un, rasio = r, banyak suku = n dan

jumlah n suku pertama = Sn, maka :

Rumus suku ke-n Deret Geometri:

Un = U1 . rn-1

Rumus jumlah n suku pertama Deret Geometri:

Sn = 1

)1(1

r

rU n

atau Sn = r

rU n

1

)1(1

B. Kerangka Berpikir

Untuk menciptakan suatu kondisi atau keadaan yang dapat mengarahkan

siswa untuk lebih aktif belajar, peranan seorang guru sangat menentukan. Bagaimana

guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan dorongan

agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Dengan penelusuran tiga metode pengajaran untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa diharapkan dapat diketahui metode yang paling baik untuk memecahkan

masalah yang dikemukakan di atas.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

17

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut:

“Ada perbedaan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan

pemberian pre tes dengan pemberian pos tes serta pemberian Pre dan Post Tes pada

kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar.”

Secara statistika, hipotesis penelitian di atas dirumuskan sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2 = µ3 Lawan H1 : ada µi ≠ µj , i ≠ j , i =1,2,3, j = 1,2,3

Keterangan :

µ1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian

Pre Tes

µ2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian

Post Tes

µ3 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian

Pre and Post Tes.

Dengan kriteria:

Ho diterima jika p ≥ 0,05 (tingkat keyakinan 95 %)

Ho ditolak jika p < 0,05

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang diselidiki adalah hasil belajar matematika

siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar tahun pelajaran

2005/2006 semester II melalui pengajaran Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model “Nonequivalent Control Group”. Untuk

lebih jelasnya desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

R X1 0

R X2 0

R X3 0

Keterangan:

R = Pengacakan kelas

X1 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Pre Test

X2 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Post Test

X3 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Pre dan Post Test

0 = Pengukuran pada kelas Eksperimen.

18

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

19

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

variabel yang diselidiki dalam penelitian ini. Batasan operasional dari variabel

tersebut diuraikan sebagai berikut :

Hasil belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa dengan memberikan tes

prestasi belajar setelah perlakuan berupa pemberian Pre Test, Post Test, serta Pre dan

Post Test pada setiap proses belajar mengajar yang dilaksanakan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten

Takalar pada tahun ajaran 2005/2006 semester II. Pelaksanaan penelitian ini

berlangsung selama 4 minggu.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang terdiri atas 6 Kelas dengan jumlah sekitar

190 siswa.

2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA, IXB, dan

IXC dengan asumsi bahwa siswa dari ke enam kelas IX mempunyai kemampuan

Matematika yang homogen.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

20

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sebelum memulai penelitian, peneliti bersama guru bidang studi matematika

menyampaikan kegiatan penelitian tersebut kepada siswa kelas IX yang menjadi

subyek penelitian, agar mereka siap mengikuti prosedur penelitian yang

direncanakan.

1. Pertemuan I

Pada pertemuan pertama tidak ada perlakuan Pre Test, Post Test, serta Pre dan

Post Test pada siswa yang diajar.

2. Pertemuan II sampai IV

Pada siswa kelas IXA diajar melalui Pre Test pada setiap proses belajar

mengajar di kelas.

Pada siswa kelas IXB diajar melalui Post Test pada setiap proses belajar

mengajar di kelas.

Pada siswa kelas IXC diajar melalui Pre dan Post Test pada setiap proses

belajar mengajar di kelas.

Adapun materi yang diajarkan adalah kelanjutan dari materi yang telah

diajarkan oleh guru matematika mereka. Sedangkan soal yang diberikan adalah tes

yang sama dengan jumlah soal 1 item yang dapat diselesaikan oleh siswa sekitar 5

sampai 10 menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak menyita waktu terlalu banyak.

3. Pertemuan V

Diadakan tes hasil belajar dengan materi Barisan dan Deret Bilangan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

21

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan

pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Langsung.

Kegiatan Guru Kegiatan siswa

a. Menyampaikan tujuan Pembelajaran a. Memahami tujuan pembelajaran

b. Mendemonstrasikan keterampilan

dan menyajikan informasi tahap demi

tahap

b. Memahami dan menyalin materi tahap

demi tahap

c. Memberikan bimbingan pelatihan c. Memahami dan mencatat soal latihan

d. Mengecek pemahaman siswa dan

memberikan umpan balik

d. Menjawab pertanyaan yang akan

diberikan guru

e. Memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan

e. Menanyakan hal-hal yang kurang

dimengerti

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar pada

pertemuan terakhir, baik pada kelas yang diberikan Pre Test, Post Test maupun yang

diberikan Pre dan Post Test yang dilaksanakan secara bersamaan untuk menghindari

kebocoran soal.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

22

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penlitian ini dianalisis dengan dua teknik

analisis statistika, yaitu:

1. Analisis Statistika Deskriptif

Analisis statistika deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan

karakteristik hasil belajar siswa yang meliputi; nilai tertinggi, nilai terendah, nilai

rata-rata, rentang nilai, standar deviasi, varians dan tabel distribusi frekuensi. kriteria

yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika siswa kelas IX

SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar dalam penelitian ini adalah

menggunakan skala lima yang disusun oleh Suherman (1990) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Menurut Suherman (1990).

Nilai Hasil Belajar Kategori

9 – 10

7,5 – 8,9

5,5 – 7,4

4,0 – 5,4

0,0 – 3,9

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

23

2. Analisis Statistika Nonparametrik.

Analisis Statistika Nonparametrik digunakan untuk menguji perbedaan hasil

belajar siswa antara ketiga kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Statistik

Nonparametrik yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif

Hasil analisis statistika deskriptif menunjukkan karakteristik distribusi skor

masing-masing kelas perlakuan dan sekaligus merupakan jawaban atas masalah yang

telah dirumuskan dalam penelitian ini.

a. Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kab.

Takalar melalui Pre Test.

Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor variabel hasil belajar

matematika yang diajar melalui pre test pada pokok bahasan barisan dan deret

bilangan. Secara sederhana hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, dan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong

Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Test.

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 36

Nilai tertinggi 9,0

Nilai Terendah 4,0

Rentang Nilai 5,0

Nilai rata-rata 6,80

Standar Deviasi 1,70

24

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

25

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa

yang diajar melalui Pre Test adalah 6,80 dari skor total 10 yang mungkin dicapai

(Skor ideal). Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini, di

kelompokkan dalam skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Tes.

Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)

9,0 - 10 Sangat Tinggi 6 16,67

7,5 – 8,9 Tinggi 11 30,56

5,5 – 7,4 Sedang 7 19,44

4,0 – 5,4 Rendah 12 33,33

0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 36 100

Jika pada Tabel 4.1 dikaitkan dengan Tabel 4.2. maka hasil belajar

Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang

diajar melalui Pre Test dikategorikan “Sedang“.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

26

b. Hasil Belajar Matematika Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten

Takalar Melalui Post Test.

Nilai tes hasil belajar Matematika yang menunjukkan hasil belajar

Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar

melalui Post Test selengkapnya disajikan pada Lampiran C.

Berdasarkan Lampiran C tersebut, dari hasil analisis deskriptif diperoleh

rangkuman nilai statistik hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar melalui Post Test seperti di tunjukkan pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong

Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Tes.

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 33

Nilai tertinggi 9,5

Nilai Terendah 4,0

Rentang Nilai 5,5

Nilai rata-rata 7,42

Standar Deviasi 1,66

Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika Siswa

yang diajar melalui Post Test adalah 7,42 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

27

Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini di kelompokkan dalam

skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Test.

Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)

9,0 - 10 Sangat Tinggi 8 24,24

7,5 - 8,9 Tinggi 9 27,28

5,5 - 7,4 Sedang 10 30,3

4,0 - 5,4 Rendah 6 18,18

0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 33 100

Jika pada Tabel 4.3 dikaitkan dengan Tabel 4.4. maka hasil belajar

Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang

diajar melalui Post Test dikategorikan “ Sedang “.

c. Hasil Belajar Matematika Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten

Takalar Melalui Pre dan Post Test.

Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor variabel hasil belajar

matematika yang diajar melalui Pre dan Post Test pada pokok bahasan barisan dan

deret bilangan. Secara sederhana hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5, dan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

28

Tabel 4.5. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong

Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan post Test.

Statistik Nilai Statistik

Ukuran Sampel 31

Nilai tertinggi 10,0

Nilai Terendah 5,0

Rentang Nilai 5,0

Nilai rata-rata 7,96

Standar Deviasi 1,44

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa

yang diajar melalui Pre dan Post Test adalah 7,96 dari skor total 10 yang mungkin

dicapai (Skor ideal). Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini, di

kelompokkan dalam skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada tabel berikut ini:

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

29

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan Post Test.

Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)

9,0 - 10 Sangat Tinggi 13 41,94

7,5 - 8,9 Tinggi 9 29,03

5,5 - 7,4 Sedang 7 22,58

4,0 - 5,4 Rendah 2 6,45

0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 36 100

Jika pada Tabel 4.5 dikaitkan dengan Tabel 4.6 maka hasil belajar Matematika

siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar

melalui Pre dan Post Test dikategorikan “Tinggi.”

2. Hasil Analisis Statistik Nonparametrik

Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka statistika Nonparametrik yang

digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah Uji Kruskal–Wallis. Uji ini

digunakan untuk menguji hipotesis nol Ho bahwa k contoh itu berasal dari populasi

yang identik dan Uji ini merupakan alternatif bagi uji F untuk pengujian kesamaan

beberapa nilai tengah dalam analisis ragam bila kita ingin menghindar dari asumsi

bahwa contoh diambil dari populasi normal. (generalisasi uji dua-contoh Wilcoxon

untuk k > 2 contoh).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

30

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan UJi Kruskal–

Wallis Test seperti yang di sajikan pada Lampiran C diperoleh signifikansi sebesar

0,018 (nilai signifikansi). Dengan α = 0,05. Karena p = 0,018 lebih kecil dari α= 0,05,

maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan hasil

belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten

Takalar yang diajar melalui Pre Test, Post Tes serta yang diajar melalui Pre dan Post

Test.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka secara

deskriptif, hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan rata-rata 6,80 dengan standar

deviasi 1,70 berada pada interval 5,5–7,4 (kategori sedang), sedangkan persentase

siswa yang memperoleh nilai hasil belajar matematika paling banyak berada pada

kategori rendah 33,33 %. Untuk hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri

3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar saat mengikuti pembelajaran melalui Post

Test adalah rata-rata 7,42 dengan standar deviasi 1,66 berada pada interval 5,5–7,4

(kategori sedang), sedangkan persentase siswa yang paling banyak berada pada

kategori sedang yaitu sebesar 30,3 %.

Secara dekriptif diketahui pula bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IX

SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar saat mengikuti pembelajaran

melalui Pre dan Post Test adalah rata-rata 7,96 dengan standar deviasi 1,44 berada

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

31

pada interval 7,5–8,9 (kategori tinggi), sedangkan persentase siswa yang paling

banyak berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebesar 41,94 %.

Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka secara deskriptif terlihat adanya

perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan yang mengikuti pembelajaran

dengan perlakuan Post Test maupun dengan yang mengikuti pembelajaran dengan

perlakuan Pre dan Post Test. Hasil ini diperkuat oleh hasil analisis statistik

Nonparametrik dengan menggunakan Uji Kruskal–Wallis Test. dari hasil pengujian

tersebut diketahui bahwa secara umum ada perbedaan hasil belajar matematika dari

ketiga kelompok eksperimen yang menggunakan perlakuan yang berbeda, yaitu

melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test pada siswa kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar.

Lebih lanjut pada Uji Mann–Whitney Test (Lampiran C ) nampak bahwa ada

perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang diajar melalui Pre Test dengan

siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test, dengan nilai signifikansi sebesar 0,044.

sedangkan hasil belajar siswa yang diajar melalui pre test dengan hasil belajar siswa

yang diajar melalui post Test tidak terdapat perbedaan yang berarti, demikian juga

hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui Post Test dengan hasil belajar

siswa yang diajar melalui Pre dan Post Tes tidak terdapat perbedaan yang berarti.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test berada pada kategori “Sedang”

dengan rata-rata 6,80 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

2. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar yang diajar melalui Post Test berada pada kategori “Sedang”

dengan rata-rata 7,42 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

3. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan

Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre dan Post Test berada pada kategori

“Tinggi” dengan rata-rata 7,96 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.

4. Ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa kelas IX SMP Negeri 3

Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan siswa

yang diajar melalui Post Test maupun yang diajar melalui Pre dan Post Test.

32

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

33

B. Saran

Sebagai implikasi dari kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat disarankan:

1. Pemberian Pre dan Post Test sebaiknya sesering mungkin dilakukan karena dapat

memotivasi siswa untuk belajar lebih giat terhadap materi pelajaran dan soal-soal

yang diberikan kepadanya.

2. Kepada para peneliti dibidang pendidikan, agar mengadakan penelitian lebih

lanjut dengan metode ini pada pokok bahasan lain dalam matematika, sebagai

salah satu upaya peningkatan mutu proses pembelajaran matematika.

3. Agar dapat dijadikan referensi Guru Matematika dalam usaha meningkatkan mutu

pendidikan Matematika.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan

34

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad.2000. Dasar-dasar Statistika. Makassar:Badab Penerbit Universitas

Negeri Makassar

Ali, Muhammad. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Haling, A.2004. Belajar Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNM

Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP

Malang

Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang : IKIP Malang.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sudjana, N.1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru

Suherman, E.1990. Petunjuk Praktek Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika

untuk Guru dan Calon Guru Matematika. Bandung: Wijaya Kusuma

Walpole, Ronald E.1997. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama