bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Jawa memakai bahasa Jawa sebagai pengantar baik lisan maupun tulis. Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari- hari masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di pulau Jawa cenderung berbahasa Jawa, baik itu dalam lingkungan tempat tinggal, kerja, maupun pendidikan. Kehidupan dan cara berfikirnya pun tercermin melalui bahasa Jawa. Kedudukan bahasa Jawa dalam masyarakat Jawa adalah sebagai bahasa ibu. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, penutur (P) dan mitra tutur (MT) saling menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, bahasa dan interpretasi-interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya. Setiap peserta tutur bertanggungjawab atas tindakan dan penyimpangan kaidah kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Dalam bertutur, peserta tutur akan dipengaruhi oleh konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut, karena konteks menentukan bentuk tuturan. Secara pragmatik, di dalam bahasa yang digunakan untuk berinteraksi tersebut terdapat tindak tutur direktif yang perlu pemahaman secara komperhensif. Pragmatik adalah studi tentang maksud dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (Leech, 1993: 8). Pragmatik mengkaji mengenai tuturan yang dikehendaki penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan maksud tuturan dalam rangka

Upload: phungcong

Post on 19-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar masyarakat Jawa memakai bahasa Jawa sebagai

pengantar baik lisan maupun tulis. Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-

hari masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di pulau Jawa cenderung berbahasa

Jawa, baik itu dalam lingkungan tempat tinggal, kerja, maupun pendidikan.

Kehidupan dan cara berfikirnya pun tercermin melalui bahasa Jawa. Kedudukan

bahasa Jawa dalam masyarakat Jawa adalah sebagai bahasa ibu.

Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, penutur (P) dan mitra tutur

(MT) saling menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya,

bahasa dan interpretasi-interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya.

Setiap peserta tutur bertanggungjawab atas tindakan dan penyimpangan kaidah

kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Dalam bertutur, peserta tutur akan

dipengaruhi oleh konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut, karena konteks

menentukan bentuk tuturan. Secara pragmatik, di dalam bahasa yang digunakan

untuk berinteraksi tersebut terdapat tindak tutur direktif yang perlu pemahaman

secara komperhensif.

Pragmatik adalah studi tentang maksud dalam hubungannya dengan

situasi-situasi ujar (Leech, 1993: 8). Pragmatik mengkaji mengenai tuturan yang

dikehendaki penutur dan menurut konteksnya. Konteks dalam hal ini berfungsi

sebagai dasar pertimbangan dalam mendeskripsikan maksud tuturan dalam rangka

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

2

penggunaan bahasa di dalam suatu kominikasi. Tindak tutur (speech act) adalah

kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan-

pesan tujuan-tujuan dari penutur kepada mitra tutur (Sulistyo, 2013: 6). Seperti

dalam aktivitas sosial yang lain, kegiatan bertutur baru dapat terwujud apabila

manusia terlibat didalamnya.

Asrama mahasiswa merupakan sebuah tempat terciptanya suatu

kelompok masyarakat atau komunitas di dalam lingkup dunia pendidikan yang

tidak lepas dari proses interaksi antar penghuninya. Di dalam asrama mahasiswa

terdapat pengelola, petugas keamanan dan penghuni asrama itu sendiri. Seluruh

pihak yang ada di dalam asrama akan melakukan interaksi satu sama lain untuk

melakukan kerja sama agar terciptanya masyarakat yang harmonis.

Asrama Mahasiswa UNS Surakarta, merupakan salah satu contoh

tempat terbentuknya suatu kelompok masyarakat baru. Asrama Mahasiswa UNS

Surakarta merupakan tempat tinggal bagi mahasiswa UNS Surakarta. Para

mahasiswa yang tinggal di Asrama Mahasiswa UNS berasal dari berbagai daerah,

hal tersebut memicu munculnya berbagai komunitas penghuni asrama yang

berdasar pada daerah asal yang sama atau penggunaan bahasa yang sama. Secara

garis besar terdapat tiga komunitas penghuni asrama yang muncul karena

persamaan bahasa yang meraka gunakan untuk berinteraksi, yaitu komunitas

penghuni pengguna bahasa Jawa, komunitas penghuni pengguna bahasa Indonesia

dan komunitas penghuni pengguna bahasa asing. Komunitas penghuni pengguna

bahasa Jawa dalam berinteraksi menggunakan bahasa Jawa yang di dalamnya

terdapat tindak tutur direktif.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

3

Penggunaan bahasa di asrama mahasiswa UNS Surakarta ditinjau dari

aspek linguistik memiliki kekhasan yang menarik untuk diteliti. Kekhasan

tersebut antara lain berupa jenis subtindak tutur direktif. Tindak tutur direktif

merupakan tuturan yang dilakukan penutur dengan maksud agar mitra tutur

melakukan tindakan disebutkan dalam tuturan atau mendorong mitra tutur

melakukan sesuatu. Di asrama mahasiswa UNS Surakarta banyak ditemukan

bentuk tindak tutur direktif dalam percakapan yang digunakan sehari-hari.

Di dalam sebuah percakapan, hendaknya penutur dan mitra tutur

mematuhi aturan kerja sama agar komunikasi dapat berlansung dengan baik.

Namun dalam percakapan sehari-hari banyak ditemukan pelanggaran prinsip kerja

sama yang disengaja karena kedekatan sosial antar penghuni asrama mahasiswa

UNS Surakarta.

Implikatur atau maksud yang tersirat dalam sebuah ujaran juga

melengkapi percakapan yang terjadi di asrama mahasiswa UNS Surakarta. Hal ini

terjadi karena hubungan antar penghuni sudah dekat dan mengetahui kepribadian

satu sama lain sehingga maksud yang tersirat tersebut dapat diketahui.

Contoh analisis percakapan di dalam Asrama Mahasiswa UNS

Surakarta adalah sebagai berikut.

Data 1

P : Nek utang pulsa paling telat mbayare Sebtu lo.

„Kalau utang pulsa paling telat membayar hari Sabtu.‟

MT : Nggih Mbak.bar kuwi entuk utang neh kan ?

„Iya Mbak. Setelah itu boleh utang lagi kan ?‟

P : Ya biasane piye.

„Ya biasanya bagaimana.‟

Konteks tuturan pada data di atas adalah seorang penjual pulsa di

asrama mahasiswa UNS Surakarta memperingatkan para pembelinya yang belum

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

4

membayar untuk membayar hutang pulsanya selambat-lambatnya pada hari Sabtu.

Pada hari Minggu penjual tersebut akan menggunakan uang hasil penjualan

pulsanya untuk membeli pulsa atau saldo pulsanya untuk kemudian dijual kembali

di minggu berikutnya.

Pada contoh di atas, terdapat tindak tutur direktif memperingatkan. P

adalah penjual pulsa di dalam Asrama Mahasiswa UNS. Biasanya para pembeli

pulsa tidak langsung membayar pulsa yang mereka beli, ada yang membayar

beberapa jam atau beberapa hari setelah pembeli mendapat pulsa dari penjual

tersebut. P biasa mengisi saldo pulsanya pada hari Minggu sehingga dia harus

medapatkan uang dari para pembeli pulsa pada hari Sabtu. Pada contoh di atas P

memperingatkan pembeli pulsa atau MT yang menghutang untuk membayar pulsa

selambat-lambatnya hari sabtu melalui kalimat “nek utang pulsa paling telat

mbayare Sebtu”’kalau utang pulsa paling telat membayar hari Sabtu‟, tujuan

tuturannya adalah memperingatkan pembeli pulsa yang belum membayar agar

membayar utangnya sebelum hari Sabtu.

Data di atas merupakan subjenis tindak tutur direktif memperingatkan.

Pada data di atas terdapat penanda lingual ”nek utang pulsa palng telat mbayare

Sebtu lo” „kalau utang pulsa paling telat bayar hari Sabtu‟. Untuk analisis

selanjutnya apakah terdapat ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri subjenis tindak

tutur direktif memperingatkan seperti pada data di atas, atau terdapat ciri-ciri yang

lain yang menunjukkan subjenis tindak tutur direktif yang lain, hal inilah yang

menarik peneliti untuk melakukan penelitian mengenai subjenis tindak tutur

direktif bahasa jawa di asrama mahasiswa UNS Surakarta.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

5

Pada data di atas, apabila diamati dari prinsip kerja sama, tuturan MT

menyimpang dari maksim kuantitas karena secara kuantitas tidak sesuai dengan

yang dibutuhkan P. Kontribusi yang diberikan MT terlalu berlebihan. Satuan

lingual yang berbentuk kontribusi berlebih itu berbentuk nggih Mbak, bar kuwi

entuk utang neh kan „iya Mbak, setelah itu boleh hutang lagi kan‟. Yang

dibutuhkan P adalah satuan lingual Nggih Mbak „Iya Mbak‟, namun MT

memberikan kontribusi yang berlebihan dengan menambahkan bar kuwi entuk

utang neh kan „setelah itu boleh utang lagi kan‟. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kontribusi MT berlebihan sehingga menyimpang dari maksim kuantitas.

Pada data di atas, penanda lingual nggih Mbak, bar kuwi entuk utang

neh kan „Iya Mbak, setelah itu boleh utang lagi kan‟ merupakan penanda bahwa

tuturan MT menyimpang dari maksim kuantitas. Pada analisis ke depan, apakah

terdapat ciri-ciri yang sama mengenai penggunaan prinsip kerja sama yang terdi di

percakapan berbahasa Jawa di asrama mahasiswa UNS Surakarta. Hal ini

menunjukkan bahwa penelitian mengenai penggunaan prinsip kerja sama di

asrama mahasiswa UNS Surakarta perlu dilakukan

Implikatur pada data di atas ditunjukkan dengan jawaban ya biasane

piye „biasanya bagaimana‟ . implikatur pada tuturan MT ditandai dengan satuan

lingual bertanya bar kuwi entuk utang neh kan „setelah itu boleh utang lagi kan‟.

Tuturan tersebut memberitahu P bahwa suatu saat pasti MT akan utang pulsa lagi

karena biasanya di akhir pekan MT yang merupakan mahasiswa akan kehabisan

uang sakunya, sehingga apabila MT membutuhkan pulsa akan utang lagi kepada

P. Maka P yang telah mengetahui keadaan MT dapat memaklumi hal tersebut.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

6

Penelitian mengenai implikatur sangat menarik untuk dilakukan. Pada

uraian di atas, implikatur ditandai dengan ciri-ciri satuan lingual bertanya bar

kuwi entuk utang neh kan „setelah itu boleh utang lagi kan‟, dari tuturan tersebut

terdapat implikatur MT memberitahu P bahwa suatu saat MT tidak mempunyai

uang dan membutuhkan pulsa MT akan utang pulsa lagi kepada P. Pada analisis

selanjutnya mengenai implikatur, peneliti ingin mengetahui apa sajakah bentuk

implikatur yang digunakan di asrama mahasiswa UNS Surakarta. Apakah terdapat

implikatur yang memiliki ciri-ciri penanda lingual seperti pada contoh uraian di

atas atau tidak.

Beberapa skripsi yang pernah meneliti tindak tutur adalah :

1. “Tindak Tutur Direktif dalam Ketoprak Dengan Lakon Sinamuring

Kasetyan dan Surya Sakembaran (Suatu Pendekatan Pragmatik)”

(skripsi) oleh Fery Ayuni Dyah Kusumawati tahun 2002. Skripsi ini

membahas tentang bentuk, fungsi, maksud dari tindak tutur direktif,

dan derajat kesopansantunan.

2. “Tindak Tututr Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci

oleh dalang Ki Mantep Soedharsono(Suatu Kajian Pragmatik)”. Oleh

Kenfitria Diah Wijayanti tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang

bentuk, fungsi, makna dan faktor yang melatarbelakangi adanya tindak

tutur direktif.

3. “Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT Disdikpora

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik)”.

Skripsi ditulis oleh Ageng Nugraheni, UNS (2010). Skripsi ini

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

7

membahas fungsi tindak tutur direktif, faktor yang melatarbelakangi,

dan kesantunan tindak tutur direktif.

4. “Tindak Tutur Direktif pada Ranah Keluarga Muda di Kecamatan

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (Suatu Kajian Pragmatik)”.

Skripsi ditulis oleh Devi Ariskasari, UNS (2012). Skripsi ini

membahas bentuk, fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi tindak

tutur direktif.

Keempat penelitian diatas adalah penelitian yang relevan dengan

penelitian ini yaitu penelitian tentang tindak tutur direktif. Keempat penelitian

diatas berkedudukan sebagai peta penelitian untuk mencari celah bagi peneliti

dalam penulisan penelitian ini. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang kajian

pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian tentang tindak tutur direktif bahasa

Jawa di asrama mahasiswa khususnya Asrama Mahasiswa UNS Surakarta belum

pernah dilakukan.

Alasan lain peneliti memilih penelitian Tindak Tutur Direktif di Asrama

Mahasiswa UNS Surakarta yaitu, pertama, penghuni dari Asrama Mahasiswa

UNS Surakarta menggunakan bahasa Jawa untuk berinteraksi sehari-hari, kedua,

penghuni Asrama Mahasiswa UNS Surakarta berasal dari berbagai daerah di Jawa

sehingga memunculkan penggunaan tindak tutur direktif yang bervariasi, ketiga,

penutur dan mitra tutur dalam penyampaian tuturannya mengandung prinsip kerja

sama dan implikatur.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

8

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa

Jawa di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta(Suatu kajian Pragmatik) dibatasi agar

tidak meluas. Oleh karena itu, objek kajian dari penelitian ini adalah subjenis

tindak tutur direktif, prinsip kerja sama dan implikatur dalam penggunaan bahasa

Jawa di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta.

C. Rumusan masalah

Permasalahan yang diteliti dari batasan masalah di atas adalah sebagai

berikut.

1. Apa saja jenis subtindak tutur direktif bahasa Jawa di Asrama Mahasiswa

UNS Surakarta ?

2. Bagaimanakah prinsip kerja sama yang terdapat di Asrama Mahasiswa

UNS Surakarta ?

3. Bagaimanakah implikatur yang terdapat di Asrama Mahasiswa UNS

Surakarta ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diambil berdasarkan rumusan masalah di atas adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur direktif bahasa Jawa di Asrama

Mahasiswa UNS Surakarta.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

9

2. Mendeskripsikan prinsip kerja sama yang terdapat di Asrama Mahasiswa

UNS Surakarta.

3. Mendeskripsikan implikatur yang terdapat di Asrama Mahasiswa UNS

Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menambah hasil penelitian

dengan menambah aplikasi dalam konteks pragmatik, terutama fenomena

kebahasaan khususnya jenis tindak tutur direktif, prinsip kerja sama dan

implikatur dalam bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai :

a) referensi penelitian linguistik, khususnya masalah tindak tutur direktif

bahasa Jawa.

b) informasi tentang jenis tindak tutur direktif, prinsip kerja sama serta

implikatur yang terkandung dalam percakapan komunitas di Asrama

Mahasiswa UNS Surakarta.

F. Landasan Teori

1. Pengertian Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006:3).

Pragmatik mempelajari aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

10

yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 2011:198).

Pernyataan leech (1993 : 8) pragmatik adalah studi tentang makna dalam

hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Sedangkan menurut Wijana (1996 : 2),

pragmatik adalah cabang ilmu yang menelaah makna-makna satuan lingual secara

eksternal. Pengertian pragmatik juga disampaikan oleh Edi Subroto (2011 : 9)

yang mengemukakan bahwa pragmatik mengkaji hubungan antara bahasa dan

konteks.

Penjelasan dari para ahli diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa

pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji maksud penutur dengan

menggunakan bahasa yang terikat konteks.

a. Konteks

Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud

(Rustono, 1991: 19). Sarana tersebut meliputi dua macam, yang pertama berupa

bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud dan yang kedua berupa

situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks yang berupa bagian

ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud itu disebut koteks (co-tex),

sedangkan, konteks yang berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian

lazim disebut konteks (contex) saja.

Sedangkan oleh Mey (dalam Nadar, 2009 : 3-4) konteks didefinisikan

sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan

untuk dapat berinteraksi dan membuat ujaran mereka dapat dipahami.

Dari teori di atas dapat disimpulkan konteks adalah situasi yang

mendukung suatu ujaran sehingga ujaran tersebut dapat dipahami oleh para

peserta tutur.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

11

b. Situasi tutur

Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan (Rustono, 1991:

25). Maksud tuturan yang sebenarnya hanya diidentifikasi melalui situasi tutur

yang mendukungnya. Penentuan maksud tuturan tanpa melihat situasi tutur

merupakan langkah yang tidak akan membawa hasil yang memadai.

Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan makna

yang dikandung oleh unsur-unsurnya. Di pihak lain kenyataan terjadi bahwa

bermacam-macam maksud dapat diekspresikan dengan sebuah tuturan, atau

sebaliknya, bermacam-macam tuturan dapat mengungkapkan sebuah maksud.

2. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif

a. Tindak Tutur

Tindak tutur (Speech Act) atau penuturan adalah pengujaran kalimat

untuk mengatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui oleh pendengar,

atau seluruh komponen linguistik dan nonlinguistik yang meliputi suatu perbutan

bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat,

topik dan konteks amanat itu (Kridalaksana, 2011:171). Di dalam mengatakan

suatu kalimat, seorang penutur tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan

pengucapan kalimat tersebut. Di dalam pengucapan kalimat ia juga

“menindakkan” sesuatu. dengan pengucapan kalimat arep nganggo buku sing ndi

? „mau pakai buku yang mana ?‟ Si penutur tidak semata-mata menanyakan atau

meminta jawaban dari pertanyaannya tersebut, namun ia juga menindakkan

sesuatu, yaitu menawarkan buku.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

12

Tindak tutur mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam

pragmatik. Tindak tutur atau tindak ujar merupakan entitas yang bersifat sentral

dalam kajian pragmatik (Rustono 1991 : 31).

Dari pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa tindak tutur

merupakan tindakan berbahasa yang menekankan pada fungsi bahasa dan

pemakaiannya dalam komunikasi. Sebuah tuturan tidak hanya dipahami oleh

mitra tutur tetapi juga makna yang dikehendaki dalam kata-kata si penutur.

Tindak tutur merupakan rangkaian dari percakapan yang terjadi dalam suatu

peristiwa tutur. Dalam tindak tutur, sangat diperhitungkan apakah tuturan itu

dapat mengekspresikan pesan penutur sehingga pesan tersebut dapat sampai dan

ditangkap oleh mitra tutur.

Searle mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada

tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yaitu, tindak

lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi (lihat Leech,1993:316). Ketiga

tindakan itu secara lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.

1)Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan makna sesuatu

yang dikatakan dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang

bermakna dan dapat dipahami. Jadi apabila seorang penutur Jawa mengujarkan

aku kesel „saya lelah‟ dalam tindak lokusi kita akan mengartikan aku

„saya‟sebagai pronomina persona tunggal‟ (yaitu si P) dan kesel „lelah‟ mengacu

ke tubuh yang lelah perlu istirahat tanpa meminta istirahat.

2) Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak

tutur ilokusi biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

13

Jadi, aku kesel „saya lelah‟ yang diujarkan oleh P dengan maksud “meminta

istirahat” adalah sebuah tindak ilokusi.

3) Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk

memengaruhi lawan tuturnya. Jadi, jika mitra tutur melakukan tindakan untuk

menunggu P beristirahat sebagai akibat dari tindak tutur itu maka dapat dikatakan

terjadi tindak perlokusi. Menurut Searle (1975 dalam Leech, 1993:164-166) jenis-

jenis tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu tindak tutur

direktif, asertif, deklaratif, komisif, dan ekspresif.

b. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya

dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam

tuturan itu atau mendorong mitra tutur melakukan sesuatu. Dengan kata lain

tindak tutur direktif menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur (Yule, 2006:

93)

Dalam Ibrahim (1993: 28) Searle membagi jenis tindak tutur direktif

menjadi enam macam, yaitu requestives (meminta, mengemis, memohon,

menekan, mengundang, mengajak, mendorong), questions (bertanya,

mengintrogasi), requerements (memerintah, menghendaki, mengkomando,

menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruksi, mengatur, mensyaratkan),

prohibitives (melarang, membatasi), permissives (menyetujui, membolehkan,

memberi wewenang, menganugerahi, mengabulkan, membiarkan, mengijinkan,

melepaskan, memaafkan, memperkanankan) dan advisories (menasehatkan,

memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan, menyarankan, mendorong).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

14

Data yang ditemukan di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta adalah sebagai

berikut.

Data 2

P : Pamit wangsul rumiyin nggih Pak.

„Pamit pulang dulu ya Pak.‟

MT : Ya ati-ati. Nek menggok kiwa karo tengen wae.

„Ya hati-hati. Kalau belok kiri sama kanan saja.‟

Data 2 adalah tindak tutur meminta izin pemisi dan mepersilahkan

sekaligus menasehati. P adalah seorang penghuni asrama, selain dengan sesama

penghuni, P biasa berkumpul bersama satpam dan pengelola asrama yang usianya

lebih tua darinya. Pada data di atas P hendak pulang ke kampungnya dan

berpamitan dengan pengelola asrama (MT). Hal ini ditunjukkan dengan tuturan

yang dituturkan P kepada MT pamit wangsul rumiyin nggih Pak „pamit pulang

dulu ya Pak‟ lalu ditanggapi oleh MT yo ati-ati „ya hati-hati‟. Kata

“pamit”merupakan penanda lingual tindak tutur direktif meminta ijiin, sedangkan

Ya ati-ati „Ya hati-hati, ya „ya‟ merupakan satuan lingual mempersilahkan,

sedangkan ”ati-ati”‟hati-hati' merupakan penanda linggual menasehati.

3. Prinsip Kerja Sama

Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas

sosial yang lain, kegitan berbahsa baru terwujud apabila manusia terlibat

didalamnya. Di dalam berbicara penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari

bahwa ada kaidah-kidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasa, dan

interpertas-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan tindakan dan ucapan

lawan tuturnya. Setiap peserta tindak tutur beranggung jawab terhadap tindakan

dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

15

(Allan, 1986 dalam Wijana 2011 : 43). Apabila orang bicara kepada orang lain

pasti ingin mengemukakan sesuatru. Selanjutnya orang lain diharapkan menagkap

apa yang dikemukakan. Dengan adanya dua tujuan ini, maka orang akan berbicara

sejelas mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas dan tidak berlebihan, berbicara

secara wajar. Grice (1975 dalam Sulistyo 2013 : 25) mengemukakan bahwa dalam

rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi 4

maksim percakapan (convertation maxim), yakni:

1) Maksim kualitas (maxim of quality), yaitu aturan pertuturan yang menuntut

setiap peserta tutur untuk berkata benar.

2) Maksim kuantitas (maxim of quantity), ialah aturan pertuturan yang menuntut

setiap penutur memberikan kontribusi secukupnya sesuai dengan yang diminta.

3) Maksim relevansi (maxim of relevance), ialah aturan pertuturan yang menuntut

adanya relevansi dalam tuturan antara pembicara dengan masalah yang

dibicarakan.

4)Maksim pelaksanaan (maxim of manner), adalah aturan pertuturan yang

mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtut,

tidak ambigu, tidak taksa dan tidak berlebihan.

4. Implikatur

Rohmadi (2010: 124) mengemukakan bahwa ujaran atau pernyataan

yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucakan

disebut implikatur. Implikatur adalah makna tambahan (simpulan) yang diperoleh

dari suatu percakapan (Sulistyo, 2013 : 38). Menurut Grice (dalam Rohmadi,

2010 : 60) terdapat dua jenis implikatur, yaitu implikatur konvensional dan

nonkonvensional. Implikatur konvensional atau yang sering disebut prinsip kerja

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

16

sama merupakan makna pada ujaran yang secara umum dapat diterima oleh

masyarakat. Implikatur konvensional berkiblat pada empat maksim, yaitu maksim

kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, serta masim pelaksanaan atau cara.

Implikatur nonkonvensional atau yang disebut dengan implikatur percakapan

adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya.

Levinson (dalam Nadar, 2009: 61) menyebut implikatur sebagai salah satu

gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik.

5. Keberadaan Asrama Mahasiswa UNS Surakarta

Asrama mahasiswa UNS Surakarta bertempat di jalan Kartika III,

Ngoresan, Jebres, Surakarta. Asrama Mahasiswa UNS Surakarta merupakan

tempat tinggal sementara atau semacam kos khusus untuk mahasiswa UNS

Surakarta.Mahasiswa yang tinggal di asrama mahasiswa UNS Surakarta sendiri

bukan hanya berasal dari negara Indonesia saja tetapi mahasiswa asing yang

berasal dari luar negeri.

Di dalam asrama mahasiswa UNS Surakarta selain menyediakan kos,

juga menyediakan dau kantin, satu angkringan untuk malam hari dan satu toko

kelontong sehingga para penghuni tidak perlu keluar untuk mencari makan dan

kebutuhan sehari-hari.di asrama baik penghuni dalam negeri maupun penghuni

yang berasal sari luar negeri saling berinteraksi dengan baik karena mereka sudah

belajar bahasa Indonesia dengan baik. Interaksi tersebut berupa percakapan biasa,

diskusi atau guarauan.

Dapat disimpilakan bahwa di asrama mahasiswa UNS merupakan

tempat yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa komunikasi, sehingga

asrama mahasiswa UNS merupakan salah satu area untuk berkomunikasi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

17

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2014: 2).

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan

suatu fenomena (Kridalaksana, 2011: 106). Dalam metode penelitian ini akan

dibahas beberapa hal, yaitu (1) taraf penelitian, (2) data penelitian, (3) Alat

penelitian, (4) Sampel, (5) Metode pengumpulan data, (6) metode analisis data,

dan (7) metode penyajian hasil analisis data.

1. Taraf penelitian

Penelitian ini bertaraf deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci,

mendalam, dan benar-benar potret kondisi yang sebenarnya terjadi menurut apa

adanya di lapangan (Sutopo, 2002 : 111).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang penentuan sampelnya

dengan cara cuplikan atau mukilan yang juga disebut purposive sampling, artinya

sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya diarahkan kepada sumber data

yang menghasilkan data secara produktif, penting sesuai dengan permasalahan

yang ditentukan, tujuan penelitian, dan teori yang digunakan (Sutopo, 2002 : 36).

Maksudnya, suatu penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan

fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya atau fakta

yang ada, sehingga dihasilkan atau yang dicatat berupa pemerian bahasa yang

biasa dikatakan sifatnya sebagaimana adanya (Sudaryanto,1993:62). Penelitian ini

berusaha untuk mendeskripsikan data kebahasaan terutama mengenai tuturan-

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

18

tuturan sebagaimana adanya. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan

cermat, sehingga menghasilkan penafsiran yang kuat dan objektif.

2. Data dan Sumber Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam

(dalam arti luas) yang harus dicari/dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data

kebahasaan berupa fenomena-fenomena kebahasaan apapun yang sesuai dengan

segi-segi tertentu yang diteliti (Edi Subroto, 1992 : 34)

Data dalam penelitian ini yaitu tuturan bahasa Jawa yang mengandung

subjenis tindak tutur direktif, prinsip kerja sama dan implikatur di asrama

mahasiswa UNS Surakarta.

Sumber data adalah asal mula data penelitian tersebut diperoleh (Edi

Subroto, 1992: 34). Menurut pakar lain sumber data adalah si penghasil atau

pencipta bahasa yang sekaligus tentu saja si penghasil atau pencipta data yang

dimaksud biasanya dinamakan narasumber (Sudaryanto, 1993: 35).

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari tuturan informan yang

terpilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Informan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penghuni asrama mahasiswa UNS Surakarta.

Kriteria informan yang terpilih yaitu : (1) Pegawai/pengelola dan

penghuni di Asrama mahasiswa UNS Surakarta, (2) berusia di atas 17 tahun, (3)

sehat jasmani dan rohani, (4) memiliki alat ucap dan alat dengar normal, (5) dapat

berbahasa Jawa dengan fasih.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

19

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta.

Penentuan lokasi didasarkan atas : (1) Penghuni Asrama Mahasiswa UNS

Surakarta berjumlah 283 dan sebagian besar penghuni merupakan penutur asli

bahasa Jawa, (2) di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta masih menggunakan

bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi, (3) penghuni Asrama Mahasiswa UNS

Surakarta berasal dari daerah yang berbeda sehingga dimungkinkan munculnya

variasi kebahasaan dalam berinteraksi dengan penghuni lain, (4) berdasarkan

penelitian terdahulu tentang kajian pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian

tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta

belum pernah dilakukan.

4. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat utama dan alat

bantu. Alat utama merupakan alat yang palng dominan dalam penelitian,

sedangkan alat bantu berguna untuk membantu jalannya penelitian. Alat utama

penelitian adalah peneliti sendiri, artinya kelenturan sikap peneliti mampu

menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002 : 35-36).

Dengan ketajaman intuisi kebahasaan(lingual) peneliti mampu membagi data

secara baik menjadi beberapa unsur (Sudaryanto, 1993 : 31-32). Dengan intuisi

lingual (kebahasaan) peneliti bisa bekerja secara serta merta menghayati terhadap

bahasa yang diteliti secara utuh (Edi Subroto, 1992: 23)

Alat bantu dalam penelitian ini meliputi alat elektronik dan alat tulis-

menulis, alat elektronik berupa laptop, handphone (alat perekam), dan flashdisk.

Alat tulis berupa pensil, ballpoint, kertas dan buku tulis.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

20

5. Sampel

Sampel penelitian adalah data yang disahkan untuk dikaji, karena lolos

seleksi yang berdasar atas rumusan masalah, tujuan penelitian dan teori yang

digunakan yang selanjutnya sebagai bahan untuk dikaji. Sampling ialah pilihan

peneliti aspek apa dari peristiwa apa dan siapa dijadikan fokus pada saat dan

situasi tertentu dan karena itu dilakukan terus menerus sepanjang penelitian,

sampling purposive yakni bergantung pada tujuan fokus (Nasution, 1988 : 28).

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan metode proposive

sampling. Pada teknik purposive sampling pengambilan sampel ditentukan secara

selektif berdasarkan teori yang dipakai, tujuan penelitian, dan permasalahan

penelitian. Menurut Sutopo (2002 : 36) pilihan sampel diarahkan pada sumber

data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dari

teori di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah data yang telah sesuai

dengan permasalahan, tujuan penellitian, dan teori yang digunakan sehingga layak

untuk dikaji.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah tuturan bahasa Jawa yang

mengandung tindak tutur direktif, prinsip kerja sama, dan implikatur bahasa Jawa

di Asrama Mahsiswa UNS Surakarta.

6. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak. Teknik

dasar yang dipakai ialah teknik sadap. Sedangkan teknik lanjutan penelitian ini

adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC),

rekam dan catat.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

21

Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) adalah teknik untuk

memperoleh data tanpa pemiliti terlibat dalam pembicaraan / percakapan. Peneliti

hanya berperan sebagai pengamat.

Teknik Simak Libat Cakap (SLC) adalah teknik untuk memperoleh data

dimana peneliti ikut terlibat dalam pembicaraan / percakapan informan.

Penggunaan dua teknik ini secara bersamaan dapat dilakukan jika informan

mengajak peneliti berdialog dan dalam dialog tersebut terdapat tuturan yang dapat

digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Penggunaan kedua teknik ini secara

bersamaan juga dapat dilakukan jika data yang didapat sebelumnya kurang

maksimal, sehingga peneliti perlu membuat pancingan atau stimulus sebagai

muncul pembicaraan baru yang mengandung data.

Teknik rekam juga dilakukan bersamaan dengan teknik SLBC dan SLC

untuk pengujian data. Teknik catat juga dilakukan untuk mencatat hal-hal yang

diperlukan untuk mendukung data penelitian. Rekaman data yang sudah didapat

kemudian ditranskripsikan menjadi data tulis untuk kemudian dianalisis.

7. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini

adalah metode kontekstual. Metode kontekstual adalah metode analisis yang

diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan

konteks (Rahardi, 2005: 16). Konteks adalah lingkungan sosial tuturan. Konteks

adalah segala latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan

mitra tutur. Metode kontekstual dalam penelitian ini dipergunakan untuk

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

22

menganalisis bentuk TTD dan faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif

bahasa Jawa di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta.

Data 3

P : Ndang mulih kana! terke pa piye ?

„cepat pulang sana, apa mau diantar ?‟

MT : Ora Pak, meh ning kene sik. Kaya cah SD wae mulah mulih

„tidak Pak, mau di sini dulu. Seperti anak SD saja sering pulang‟

Konteks tuturan pada data di atas adalah seorang satpam asrama atau P

menyuruh seorang mahasiswa penghuni asrama atau MT yang sering pulang ke

rumahnya. Pada saat itu, MT sudah cukup lama tidak pulang.

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya

dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam

tuturan tersebut. Menyuruh adalah meminta orang lain agar melakukan sesuatu.

Pada contoh tuturan di atas ndang mulih kana „cepat pulang sana, berarti P

menyuruh MT untuk pulang ke rumahnya.

Apabila diamati berdasarkan prinsip kerja sama, tuturan MT

menyimpang dari maksim kuantitas karen kontribusi yang diberikan MT terlalu

banyak. P menyuruh MT untuk segera pulang, namun MT menolak dengan

memberikan jawaban boten Pak, meh ning kene sik. Kaya cah SD wae mulah

mulih „tidak Pak, mau di sini dulu. Seperti anak SD saja sering pulang‟.

Kontribusi MT tersebut terlalu banyak dan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan

P. Satuan lingual boten Pak „tidak Pak‟ seharusnya saudah cukup.

Implikatur menyindir pada data di atas ditunjukkan dengan jawaban

MT yaitu boten Pak, meh ning kene sek. Kaya cah SD wae mulah mulih „tidak

Pak, mau di sini dulu. Seperti anak SD saja sering pulang‟. P menyindir MT yang

sering pulang ke rumah dengan ditandai satuan lingual ndang mulih kana ! terke

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Dalam pergaulan dan berkomunikasi sehari-hari masyarakat Jawa khususnya yang ... situasi-situasi ujar ... Pragmatik mempelajari aspek-aspek

23

apa piye ? „cepat pulang sana ! apa mau diantar ?‟. Penanda lingual tersebut

bermaksud P yang sudah mengetahui MT sering pulang ke rumah dan pada saat

itu MT cukup lama tidak pulang.

8. Metode Penyajian Data

Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode informal. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata

biasa. (Sudaryanto, 1993 :145).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Analisis dan Pembahasan, berisi tentang analsisi bentuk

subtindak tutur direktif, penerapan dan penyimpangan prinsip kerja sama, dan

implikatur bahasa Jawa di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Bab III Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.