bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (hak paten dan...

35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum secara konsepsional, terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai yang dijabarkan dalam kaidah yang ada dalam masyarakat guna memelihara dan mempertahankan ketertiban. Proses penegakan hukum, merupakan penerapan dari kaidah yang berlaku pada masyarakat. 1 Pada dasarnya, penegakan hukum dapat dimulai dari memperhatikan peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan hukum yang baik adalah pemahaman atas prisnip-prinsip yang ada di dalamnya. Demikian juga halnya dengan hakim dalam mewujudkan penegakan hukum yang bercirikan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan melalui peradilan. 2 Tuntutan kehidupan yang semakin kompleks dan modern, memaksa setiap individu dalam masyarakat mau tidak mau, suka atau tidak suka menginginkan adanya kepastian, terutama kepastian hukum, sehingga setiap individu dapat menentukan hak dan kewajibannya dengan jelas dan terstruktur. 3 Hak milik intelektual telah berkembang sejak lama, Paris Convention for the Protection of Industrial Property Tahun 1883 merupakan bukti yang tidak dapat disangkal. Ini merupakan bukti kepedulian masyarakat internasional 1 Tedi Sudrajat, Aspirasi Reformasi Hukum Dan Penegakan Hukum Progresif Melalui Media Hakim Perdamaian Desa, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 10 No. 3, FH Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, September 2010, hlm. 286. 2 Fence M. Wantu, Op. Cit., hlm. 480. 3 Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3S, Jakarta, 2006, hlm. 63.

Upload: ngomien

Post on 25-Apr-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penegakan hukum secara konsepsional, terletak pada kegiatan menyerasikan

hubungan nilai yang dijabarkan dalam kaidah yang ada dalam masyarakat guna

memelihara dan mempertahankan ketertiban. Proses penegakan hukum,

merupakan penerapan dari kaidah yang berlaku pada masyarakat.1

Pada dasarnya, penegakan hukum dapat dimulai dari memperhatikan

peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan hukum yang

baik adalah pemahaman atas prisnip-prinsip yang ada di dalamnya. Demikian juga

halnya dengan hakim dalam mewujudkan penegakan hukum yang bercirikan

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan melalui peradilan.2

Tuntutan kehidupan yang semakin kompleks dan modern, memaksa setiap

individu dalam masyarakat mau tidak mau, suka atau tidak suka menginginkan

adanya kepastian, terutama kepastian hukum, sehingga setiap individu dapat

menentukan hak dan kewajibannya dengan jelas dan terstruktur.3

Hak milik intelektual telah berkembang sejak lama, Paris Convention for

the Protection of Industrial Property Tahun 1883 merupakan bukti yang tidak

dapat disangkal. Ini merupakan bukti kepedulian masyarakat internasional

1 Tedi Sudrajat, Aspirasi Reformasi Hukum Dan Penegakan Hukum Progresif Melalui Media

Hakim Perdamaian Desa, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 10 No. 3, FH Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto, September 2010, hlm. 286. 2 Fence M. Wantu, Op. Cit., hlm. 480.

3 Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3S, Jakarta, 2006,

hlm. 63.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

2

terhadap persoalan perlindungan dan penegakan hukum dalam bidang hak milik

intelektual adalah sangat penting.4

Ada dua lembaga multilateral yang berhubungan dengan hak kekayaan

intelektual adalah WIPO (World Trade Organization) dan TRIP’s (Trade Related

Intellectual Property Rights). WIPO berada di bawah lembaga PBB (Perserikatan

Bangsa-Bangsa) dan TRIP’s lahir dalam Putaran Uruguay diakomodasi oleh

WTO. Pembentukan WTO merupakan salah satu lembaga ekonomi dibentuk

untuk menangani ekonomi global dengan standar regional dan internasional.5

Annex 1b Konvensi WTO yaitu tentang perjanjian TRIPs yang mengatur

tentang hak milik intelektual.6 Hak milik intelektual merupakan kekayaan yang

harus mendapatkan perlindungan hukum secara khusus oleh Negara, yang

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Kekayaan intelektual

(intellectual property) adalah hasil dari kreasi intelektual manusia.7 Perjanjian

TRIPs memberikan harapan adanya perlindungan dari berbagai produk intelektual

dalam upaya menjaga pelanggaran atas keaslian karya cipta yang terdiri dari hak

cipta, paten, merek, perlindungan varietas tanaman, rahasia dagang, desain

industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu.8

4 Syafrinaldi, Problematika Penegakan Hukum Program Komputer Di Indonesia, Jurnar

Mahkamah Ibi Societas Ibi Ius, Vol. 1, No. 2, Fakultas Hukum Universitas Islam Riau,

Pekanbaru, 2009, hlm. 144. 5 Sri Mulyani, Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Collateral (Agunan) Untuk

Mendapatkan Kredit Perbankan Di Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12, No. 3, Fakultas

Hukum UNTAG Semarang, 2012, hlm. 1-2. 6 Fithriatus Shalihah, Pengaturan Rental Right Atas Karya Rekaman Suara Dalam Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Jurnar Mahkamah Ibi Societas Ibi Ius, Vol. 2,

No. 2, Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 2010, hlm. 220. 7 Syafrinaldi, Perlindungan Merek Terkenal Di Indonesia Di Era Globalisasi, Jurnar Mahkamah

Ibi Societas Ibi Ius, Vol. 2, No. 1, Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 2010, hlm.

1. 8 Fithriatus Shalihah, Op. Cit., hlm. 221.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

3

Hak kekayaan intelektual (intellectual property rights) berperan sangat

penting dalam perdagangan internasional dan pembangunan ekonomi suatu

Negara. Hak milik intelektual yang terdiri dari :

1. Hak cipta (copy right);

2. Paten (patent);

3. Merek (trademark);

4. Perlindungan varitas tanaman (plant breeding);

5. Rahasia dagang (trade secret);

6. Desain industri (industrial design);

7. Desain tata letak sirkuit terpadu (integrated circuit); dan

8. Larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (anti monopoli).9

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,

berbunyi :

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”.10

Sedangkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta, berbunyi :

“Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,

dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk

nyata”.11

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Keberagaman

dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung

9 Syafrinaldi, dkk, Demokrasi, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

(Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 10

Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 11

Pasal 1 angka 3, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

4

jumlahnya. Warisan budaya peninggalan nenek moyang merupakan bagian dari

keberagaman dan kekhasan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia.

Warisan budaya dapat ditafsirkan sebagai bagian dari jati diri suatu bangsa atau

martabat suatu bangsa ditentukan oleh kebudayaan, masyarakat dapat memberikan

apresiasi yang bagus tidak hanya dengan mengagumi karyanya, tapi juga ikut

melestarikannya.12

Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan hak atas kekayaan yang

timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HaKI menjadikan karya-

karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia yang

harus dilindungi. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia

melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya intelektual.

Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, dengan manfaat

ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap

karya-karya intelektual.13

Sebagai etnis yang multikultur, bangsa Indonesia merupakan himpunan

berbagai jenis masyarakat yang berbeda ragam sifat karakter dan adat budaya.

Upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat dalam upaya melindungi

sumber daya alam terutama budaya serta keanekaragaman hayati yang terkandung

di bumi Indonesia. Melawan dalih yang banyak dipertentangkan yang selama ini

telah dikemukakan oleh perusahaan asing atau orang asing dalam mengambil

kekayaan seni budaya masyarakat Indonesia, sumber daya dan karya tradisional

12

Devi Rahayu, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Motif Batik Tanjungbumi Madura,

Mimbar Hukum, Vol. 23, No. 1, Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo, Bangkalan, 2011, hlm. 1. 13

Suyud Margono, Komentar Atas Undang-Undang Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain

Letak Sirkuit Terpadu, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001, hlm. 4.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

5

yang ada secara melimpah, merupakan warisan leluhur yang dapat digunakan oleh

siapa saja dan kapan saja (common heritage of mankind). Keterbatasan data,

dokumentasi, informasi, publikasi mengenai kekayaan intelektual warisan bangsa

yakni pengetahuan tradisional (traditional knowledge) termasuk juga folklor,

sebagai asset bangsa yang sebenarnya telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Perlindungan folklohre melalui hak cipta (copy right) tentu sangat susah karena

harus bersifat originality (keaslian) dan individuality (jelas siapa penciptanya),

juga pengetahuan tradisional melalui hukum paten tidak akan bisa memenuhi

patentable invention. Untuk itu perlu segera dibentuk perlindungan hukum khusus

(sui generis) yang mengatur tentang pemanfaatan folklohre yang tercakup dalam

traditional knowledge Indonesia demi kepentingan Nasional dan kepentingan

indigenous people.14

Traditional knowledge adalah karya masyarakat tradisional (adat) yang bisa

berupa adat budaya, karya seni dan teknologi yang telah turun temurun. Adat

budaya dan karya seni tradisional kemudian dikelompokkan menjadi folklore,

sedangkan traditional knowledge lebih mengarah karya berbasis Paten. Baik

folklore (ekspresi budaya tradisional) maupun traditional knowledge sudah

merupakan milik umum masyarakat sehingga secara individual tidak diketahui

penemuatau pencipta atau pemiliknya dan hukum kekayaan intelektual belum bisa

melindunginya secara khusus. Pengetahuan tradisional menjadi milik bersama

14

Endang Purwaningsih, Perlindungan Hukum Terhadap Kekayaan Intelektual Warisan Bangsa

Sebagai Implikasi Yuridis Nilai-Nilai Kebangsaan Menuju Ketahanan Nasional, Jurnal

Negarawan Kementerian Sekretariat Negara RI Vol. 26, Jakarta, 2012, hlm. 2.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

6

masyarakat adat yang dijaga dan dilestarikan, yang belum dilindungi secara tepat

oleh hukum kekayaan intelektual.15

Orang pertama yang memperkenalkan Tenun ini adalah seorang pengrajin

yang didatangkan dari Kerajaan Terengganu Malaysia pada masa Kerajaan Siak

diperintah oleh Sultan Sayid Ali. Seorang wanita bernama Wan Siti Binti Wan

Karim dibawa ke Siak Sri Indrapura, beliau adalah seorang yang cakap dan

terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun kain

songket. Karena pada saat itu hubungan kenegerian Kesultanan Siak dengan

negeri-negeri melayu di semenanjung sangat lah erat, terutama juga dalam hal

seni dan budaya melayu yang satu.

Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah merupakan tenun tumpu dan

kemudian bertukar ganti dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan

“Kik”, dan kain yang dihasilkan disebut dengan kain Tenun Siak. Pada awalnya

kain tenun siak ini dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja terutama Sultan

dan para keluarga serta para pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak. Kik

adalah alat tenun yang cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2

meter. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidaklah

lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung, maka haruslah di sambung dua

yang disebut dengan kain "Berkampuh". Akibatnya untuk mendapatkan sehelai

kain, terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung untuk

bagian atas dan bagian bawah yang sudah barang tentu memakan waktu yang

lama. Dalam bertenun memerlukan bahan baku benang, baik sutera ataupun katun

15

Ibid., hlm. 2.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

7

berwarna yang dipadukan dengan benang emas sebagai ornamen (motif) atau

hiasan.

Dikarenakan benang sutera sudah susah didapat, maka lama kelamaan orang

hanya menggunakan benang katun. Dan pada saat ini pula kain tenun songket siak

dikembangkan pula pembuatannnya melalui benang sutera. Nama-nama motif

tenun Songket Riau itu antara lain, Pucuk Rebung, Bunga Teratai, Bunga

Tanjung, Bunga Melur, Tapuk Manggis, Semut Beriring, Siku Keluang. Semua

motif ini dapat pula saling bersenyawa menjadi bentuk motif baru.

Gambar I.1

Songket Bunga Tanjung

Sumber : Data Internet Tahun 2016

Tokoh Wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan

kerajinan kain tenun songket melayu Siak di Riau adalah TENGKU

MAHARATU. Tengku Maharatu adalah permaisuri Sultan Syarif Kasim II yang

kedua, setelah permaisuri pertama, Tengku Agung meninggal dunia. Dia

melanjutkan perjuangan kakaknya dalam meningkatkan kedudukan kaum

perempuan di Siak dan sekitarnya, yaitu dengan mengajarkan cara bertenun yang

kemudian dikenal dengan nama tenun Siak. Tenun Siak yang merupakan hasil

karya kaum perempuan telah menjadi pakaian adat Melayu Riau yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

8

dipergunakan dalam pakaian adat pernikahan dan upacara lainnya. Berkat

perjuangan permaisuri pertama yang dilanjutkan oleh permaisuri kedua,

perempuan yang tamat dari sekolah Madrasatun Nisak dapat menjadi mubalighat

dan memberi dakwah, terutama kepada kaum perempuan.

Gambar I.2

Songket Bunga Teratai

Sumber : Data Internet Tahun 2016

Tenunan yang lazim di sebut songket itu dalam sejarah yang panjang telah

melahirkan beragam jenis motif, yang mengandung makna dan falsafah tertentu.

Motif-motif yang lazimnya di angkat dari tumbuh-tumbuhan atau hewan

(sebagian kecil) di kekalkan menjadi variasi-variasi yang serat dengan simbol-

simbol yang mencerminkan nilai-nilai asas kepercayaan dan budaya melayu.

Selanjutnya, ada pula sebagian adat istiadat tempatan mengatur penempatan dan

pemakaian motif-motif di maksud, serta siapa saja berhak memakainya. Nilainya

mengacu kepada sifat-sifat asal dari setiap benda atau makhluk yang dijadikan

motif yang di padukan dengan nilai-nilai luhur agama islam. Dengan mengacu

nilai-nilai luhur yang terkandung di setiap motif itulah adat resam tempatan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

9

mengatur pemakaian dan penempatannya, dan menjadi kebanggaan sehingga

diwariskan secara turun temurun.

Orang tua-tua menjelaskan bahwa kearifan orang melayu menyimak islam

sekitarnya memberikan mereka peluang besar dalam memilih atau menciptakan

motif. Hewan yang terkecil seperti semut, yang selalu bekerja sama mampu

membuat sarang yang besar, mampu mengangkat barang-barang yang jauh lebih

besar dari badannya, dan bila bertemu selalu berangkulan, memberi ilham

terhadap pencintaan motif untuk mengabadikan perihal semut itu dalam motif

tersebut sehingga lahirlah motif yang dinamakan motif semut beriring. Begitu

pula halnya denagn itik yang selalu berjalan beriringan dengan rukunnya

melahirkan motif itik pulang petang atau itik sekawan. Hewan yang selalu

memakan yang manis dan bersih (sari bunga), kemudian menyumbangkannya

dengan mahkluk lain dan bentuk madu dan selalu hidup berkawan-kawan dengan

damainya melahirkan pula motif lebah bergantung atau lebah bergayut.

Bunga-bungaan yang indah, wangi dan segar melahirkan motif-motif bunga

yang mengandung nilai dan filsafah keluhuran dan kehalusan budi, keakraban dan

kedamaian seperti corak bunga setaman, bunga berseluk daun dan lain-lain.

Burung balam, yang selalu hidup rukun dengan pasangannya, melahirkan motif

balam dua setengger sebagai cermin dari kerukunan hidup suami istri dan

persahabatan. Ular naga, yang di mitoskan menjadi hewan perkasa penguasa

samudra, melahirkan motif naga berjuang serindit mencerminkan sifat kearifan

dan kebijakan. Motif puncak rebung dikaitkan dengan kesuburan dan kesabaran.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

10

Motif awan larat dikaitkan dengan kelemah-lembutan budi, kekreatifan, dan

sebagainya.

Dahulu setiap pengrajin diharuskan untuk memahami makna dan falsafah

yang terkandung di dalam setiap motif. Keharusan itu dimaksudkan agar mereka

pribadi mampu menyerat dan menghayati nilai-nilai yang dimaksud, mampu

menyebarluaskan, mampu pula menempatkan motif sesuai menurut alur dan patut.

Karena budaya melayu sangat ber-sebati dengan ajaran islam, inti sari ajaran

itu terpateri pula dengan corak seperti bentuk segi empat dikaitkan dengan sahabat

Nabi Muhammad SWT yang berempat, bentuk segi lima dikaitkan dengan rukun

islam, bentuk segi enam dikaitkan dengan rukun iman, bentuk wajik dikaitkan

dengan sifat Allah yang maha pemurah, bentuk bulat dikaitkan dengan sifat Allah

yang maha mengetahui dan penguasa alam semesta, dan sekitarnya. Menurut

orang tua melayu Riau, makna dan falsafah di dalam setiap motif, selain dapat

meningkatkan minat-minat orang untuk menggunakan motif tersebut, juga dapat

menyebar-luaskan nilai-nilai ajaran agama Islam yang mereka anut, itu lah

sebabnya dahulu pengrajin diajarkan membuat atau meniru corak.

Gambar I.3

Songket Bunga Tanjung

Sumber : Data Internet Tahun 2016

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

11

Khasanah songket melayu amatlah kaya dengan motif dan serat dengan

makna dan falsafahnya, yang dahulu dimanfaatkan untuk mewariskan nilai-nilai

asas adat dan budaya tempatan. Seorang pemakai songket tidak hanya sekedar

memakai untuk hiasan tetapi juga untuk memakai dengan simbol-simbol dan

memudahkannya untuk mencerna dan menghayati falsafah yang terkandung di

dalamnya. Kearifan itulah yang menyebabkan songket terus hidup dan

berkembang, serta memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

Maka dari hasil penjabaran latar belakang masalah penulis, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tesis dengan judul : “Perlindungan Hak Cipta Atas

Seni Batik Riau Sebagai Warisan Budaya Bangsa Menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”

B. Masalah Pokok

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dalam hal ini menetapkan

beberapa masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun masalah tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hak cipta atas seni Batik Riau sebagai

warisan budaya bangsa menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta?

2. Apa hambatan terhadap perlindungan hak cipta atas seni Batik Riau

sebagai warisan budaya bangsa menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sebuah penelitian yang baik adalah memiliki arah dan tujuan yang hendak

di capai, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk :

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul tesis yang dibuat oleh penulis dan berkaitan dengan

pokok masalah yang dibahas, maka tujuan utama penelitian ini adalah :

a. Menganalisis perlindungan hak cipta atas seni Batik Riau sebagai

warisan budaya bangsa menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta.

b. Menganalisis hambatan terhadap perlindungan hak cipta atas seni

Batik Riau sebagai warisan budaya bangsa menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Secara teoritis, untuk memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan di

bidang ilmu hukum, khususnya hukum bisnis yang terkaitan dengan

perlindungan hak cipta atas seni Batik Riau sebagai warisan budaya

bangsa menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta.

b. Secara praktis, memberi masukan dan pemahaman bagi para ahli,

praktisi dan masyarakat luas dalam rangka pengembangan dan

pembentukan hukum terutama untuk perbaikan dan penyempurnaan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

13

hak cipta atas seni Batik Riau sebagai warisan budaya bangsa menurut

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

D. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk memberikan gambaran

yang sistematis mengenai masalah yang akan di teliti. Teori ini masih bersifat

sementara yang akan dibuktikan kebenaran dengan cara meneliti dalam realitas.

Kerangka teori lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu sosial dan dapat

juga digunakan dalam penelitian hukum yaitu pada penelitian hukum.16

Penelitian hukum yang menjadi fokus kajian pada bekerjanya hukum dalam

masyarakat atau dengan kata lain mengkaji hukum dalam hubungan dengan

prilaku sosial. Teori yang biasa digunakan untuk menganalisis permasalahan-

permasalahan, teori ini sesungguhnya dibangun berdasarkan teori yang

dihubungkan dengan kondisi sosial di mana hukum dalam arti sistem norma itu

ditetapkan.17

Penelitian tesis ini, dapat dilihat sejauh mana perlindungan Hak

Cipta atas Songket Melayu sebagai Warisan Budaya Bangsa (studi terhadap

Sentra Produksi Tenun Siak Khas Melayu).

Maka dari itu dalam penelitian tesis ini, penulis menggunakan beberapa

teori, Teori Induk (Grand Theory) yaitu tentang “Keadilan”. Keadilan adalah

perekat tatanan kehidupan bermasyarakat yang beradab. Hukum diciptakan agar

setiap individu anggota masyarakat dan penyelenggara negara melakukan sesuatu

tidakan yang diperlukan untuk menjaga ikatan sosial dan mencapai tujuan

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1996, hlm. 127. 17

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka

Pelajar, Bandung, 2010, hlm. 140.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

14

kehidupan bersama atau sebaliknya agar tidak melakukan suatu tindakan yang

dapat merusak tatanan keadilan. Jika tindakan yang diperintahkan tidak dilakukan

atau suatu larangan dilanggar, tatanan sosial akan terganggu karena terciderainya

keadilan. Untuk mengembalikan tertib kehidupan bermasyarakat, keadilan harus

ditegakkan. Setiap pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat

pelanggaran itu sendiri.18

Keadilan memang merupakan konsepsi yang abstrak. Namun demikian di

dalam konsep keadilan terkandung makna perlindungan hak, persamaan derajat

dan kedudukan di hadapan hukum, serta asas proporsionalitas antara kepentingan

individu dan kepentingan sosial. Sifat abstrak dari keadilan adalah karena

keadilan tidak selalu dapat dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga ditentukan oleh

atmosfir sosial yang dipengaruhi oleh tata nilai dan norma lain dalam masyarakat.

Oleh karena itu keadilan juga memiliki sifat dinamis yang kadang-kadang tidak

dapat diwadahi dalam hukum positif.19

Adil pada hakekatnya bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan

memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya, yang didasarkan pada

suatu asas bahwa semua orang sama kedudukannya di muka hukum (equality

before the law). Penekanan yang lebih cenderung kepada asas keadilan dapat

berarti harus mempertimbangkan hukum yang hidup di masyarakat, yang terdiri

dari kebiasaan dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Hakim dalam alasan dan

pertimbangan hukumnya harus mampu mengakomodir segala ketentuan yang

18

Moh. Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bahan pada

Acara Seminar Nasional “Saatnya Hati Nurani Bicara” yang diselenggarakan oleh DPP Partai

HANURA. Mahkamah Konstitusi Jakarta, 8 Januari 2009. 19

Ibid.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

15

hidup dalam masyarakat berupa kebiasaan dan ketentuan hukum yang tidak

tertulis, manakala memilih asas keadilan sebagai dasar memutus perkara yang

dihadapi.20

Keadilan, dalam literatur sering diartikan sebagai suatu sikap dan karakter.

Sikap dan karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan berharap atas

keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang membuat orang bertindak dan

berharap ketidak adilan. Secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil

adalah orang yang tidak patuh terhadap hukum (unlawful, lawless) dan orang yang

tidak fair (unfair), maka orang yang adil adalah orang yang patuh terhadap hukum

(law-abiding) dan fair. Karena tindakan memenuhi/mematuhi hukum adalah adil,

maka semua tindakan pembuatan hukum oleh legislatif sesuai dengan aturan yang

ada adalah adil.

Tujuan pembuatan hukum adalah untuk mencapai kemajuan kebahagiaan

masyarakat. Maka, semua tindakan yang cenderung untuk memproduksi dan

mempertahankan kebahagiaan masyarakat adalah adil. Keadilan sebagai bagian

dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan pada suatu titik bisa

bertentangan dengan hukum sebagai salah satu tata nilai sosial. Suatu kejahatan

yang dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun apabila hal tersebut bukan

merupakan keserakahan tidak bisa disebut menimbulkan ketidakadilan.

Sebaliknya suatu tindakan yang bukan merupakan kejahatan dapat menimbulkan

ketidakadilan.

20

Fence M. Wantu, Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan Dan Kemanfaatan Dalam Putusan

Hakim Di Peradilan Perdata, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No. 3, September 2012, hlm. 31.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

16

Ukuran keadilan sebagaimana di singgung di atas sebenarnya menjangkau

wilayah yang ideal atau berada dalam wilayah cita, dikarenakan berbicara masalah

keadilan, berarti sudah dalam wilayah makna yang masuk dalam tataran filosofis

yang perlu perenungan secara mendalam sampai hakikat yang paling dalam,

bahkan Kelsen menekankan pada filsafat hukum Plato, bahwa keadilan didasarkan

pada pengetahuan perihal sesuatu yang baik. Pengetahuan akan hal yang baik

secara fundamental merupakan persoalan di luar dunia. Hal tersebut dapat

diperoleh dengan kebijaksanaan.

Jelas bahwa keadilan masuk ke dalam kajian ilmu-ilmu filsafat. Banyak

filsafat yang mengharapkan inspirasi bagi pengetahuan keadilan. Kesemua itu

termasuk filsafat-filsafat yang sangat berbeda dalam ruang dan waktu. Keadilan

merupakan salah satu contoh materi atau forma yang menjadi objek filsafat.

Dalam kajian filsafat, keadilan telah menjadi pokok pembicaraan serius sejak awal

munculnya filsafat Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas,

mulai dari yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial.

Banyak orang yang berpikir bahwa bertindak adil dan tidak adil tergantung

pada kekuatan dan kekuatan yang dimiliki, untuk menjadi adil cukup terlihat

mudah, namun tentu saja tidak begitu halnya penerapannya dalam kehidupan

manusia. Keadilan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan hukum itu

sendiri, di samping kepastian hukum dan kemanfaatan.

Menyikapi adanya beberapa permasalahan (baca kasus) hukum yang terjadi

di negara Indonesia yang kemudian dituangkan dalam beberapa putusan hakim

sehingga membawa pada satu perenungan bahwa terminologi keadilan yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

17

notabene ada dalam kajian filsafat dapatkah dijadikan sebagai bagian utama dalam

pencapaian tujuan hukum, mengingat konsep keadilan yang bersifat abstrak

sehingga diperlukan pemahaman dalam filsafat ilmu hukum yang akan

menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis sehingga dapat membangun

hukum yang sebenarnya.21

Hukum sebagai pengemban nilai keadilan menurut Radbruch menjadi

ukuran bagi adil tidak adilnya tata hukum. Tidak hanya itu, nilai keadilan juga

menjadi dasar dari hukum sebagai hukum. Dengan demikian, keadilan memiliki

sifat normatif sekaligus konstitutif bagi hukum. Keadilan menjadi dasar bagi tiap

hukum positif yang bermartabat.22

Keadilan menjadi landasan moral hukum dan sekaligus tolok ukur sistem

hukum positif. Kepada keadilanlah hukum positif berpangkal. Sedangkan

konstitutif, karena keadilan harus menjadi unsur mutlak bagi hukum sebagai

hukum. Tanpa keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi hukum. Apabila,

dalam penegakan hukum cenderung pada nilai kepastian hukum atau dari sudut

peraturannya, maka sebagai nilai ia telah menggeser nilai keadilan dan kegunaan.

Hal ini dikarenakan, di dalam kepastian hukum yang terpenting adalah peraturan

itu sendiri sesuai dengan apa yang dirumuskan.

Begitu juga ketika nilai kegunaan lebih diutamakan, maka nilai kegunaan

akan menggeser nilai kepastian hukum maupun nilai keadilan karena yang penting

bagi nilai kegunaan adalah kenyataan apakah hukum tersebut berguna bagi

21

Inge Dwisvimiar, Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum, Jurnal Dinamika Hukum

Vol. 11 No. 3, September 2011. 22

Yovita A. Mangesti & Bernard L. Tanya, Moralitas Hukum, Genta Publishing, Yogyakarta,

2014, hlm. 74.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

18

masyarakat. Demikian juga, ketika yang diperhatikan hanya nilai keadilan, maka

akan menggeser nilai kepastian hukum dan kegunaan. Sehingga, dalam penegakan

hukum harus ada keseimbangan antara ketiga nilai tersebut.23

Menurut Aristoteles, tanpa ada kecenderungan hati sosial-etis yang baik

pada warga negara, maka tidak ada harapan untuk tercapai keadilan tertinggi

dalam negara meskipun yang memerintah adalah orang-orang bijak dengan

undang-undang yang mutu sekalipun.24

Karena hukum mengikat semua orang, maka keadilan hukum mesti

dipahami dalam penngertian kesamaan. Namun ia membagi kesamaan numerik

dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik melahirkan prinsip: ”semua orang

sederajat di depan hukum”. Sedangkan kesamaan proporsional melahirkan

prinsip: ”memberi tiap orang apa yang menjadi haknya”. Selain model keadilan

berbasis kesamaan, Aristoteles juga mengajukan model keadilan lain, yakni

keadilan distributif dan keadilan korektif. Keadilan distributif identik dengan

keadilan atas dasar kesamaan proporsional. Sedangkan keadilan korektif

(remedial), berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu perjanjian

dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berupaya memberi

kompensasi25

yang memadai bagi pihak yang dirugikan. Jika suatu kejahatan

dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan pada si pelaku.26

23

LBH Perjuangan, Penegakan Hukum Yang Menjamin Keadilan, Kepastian Hukum Dan

Kemanfaatan (Studi Kasus : Kasus Mbah Minah), http://lbhperjuangan.blogspot.com/2010/10/

penegakan-hukum-yang-menjamin-keadilan.html, Diakses Pada Tanggal 24 Maret 2016 Jam 10.22

Wib. 24

Bernard L. Tanya, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta

Publishing, Yogyakarta, 2013, hlm. 42. 25

Ibid., hlm. 42. 26

Ibid., hlm. 43.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

19

Singkatnya, keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan.

Keadilan korektif merupakan standar umum untuk memperbaiki setiap akibat

perbuatan, tanpa memandang siapa pelakunya. Prinsip-prinsip itu adalah hukum

harus memperbaiki kejahatan, ganti rugi harus memperbaiki kerugian dan

memulihkan keuntungan yang tidak sah.27

Untuk menelaah lebih jelas tentang pengertian keadilan ini perlu kiranya

dirujuk pandangan hukum alam klasik yang diajarkan oleh Thomas Aquinas.

Dengan mengikuti pandangan Aristoteles, Thomas Aquinas mengemukan dua

macam keadilan yaitu keadilan distributif (iustitia distributiva) dan keadilan

komulatif (iustitia commutativa). Dua macam keadilan itu sebenarnya merupakan

varian-varian persamaan, tetapi bukan persamaan itu sendiri. Prinsip persamaan

mengandung: “hal yang sama harus diperlakukan sama dan yang tidak sama harus

diperlakukan tidak sama pula”. Tampaknya prinsip itu merupakan terjemahan

yang keliru dari ajaran ius suum cuique tribuere28

karena ajaran ini tidak berkaitan

dengan masalah perlakuan. Ajaran mengenai keadilan dalam hal ini hanya

bersangkutan29

paut dengan apa yang menjadi hak sesorang yang lain dan dalam

hubungan dengan masyarakat.30

Menurut Kurt Wilk bahwa bentuk keadilan pertama, yaitu keadilan

distributif merujuk kepada adanya persamaan di antara manusia didasarkan atas

prinsip proporsionalitas. Gustav Radbruch mengemukakan bahwa pada keadilan

27

Ibid., hlm. 43. 28

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm.

151. 29

Ibid., hlm. 151. 30

Ibid., hlm. 152.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

20

distributif terdapat hubungan yang bersifat superordinasi artinya antara yang

mempunyai wewenang untuk membagi dan yang mendapat bagian.31

Untuk melaksanakan keadilan ini diperlukan adanya pihak yang membagi

yang bersifat superordinasi terhadap lebih dari satu orang atau kelompok orang

sebagai pihak yang menerima bagian yang sama-sama mempunyai kedudukan

yang bersifat subordinasi terhadap yang membagi. Yang menjadi tolok ukur

dalam prinsip proporsionalitas dalam kerangka keadilan distributif adalah jasa,

prestasi, kebutuhan, dan fungsi. Dengan adanya dua orang atau kelompok orang

yang berkedudukan sama sebagai subordinat terhadap pihak yang membagi dapat

dilihat apakah yang membagi telah berlaku adil berdasarkan tolok ukur tersebut.

Dalam dunia nyata, pihak yang membagi adalah negara dan yang mendapat

bagian adalah rakyatnya. Berdasarkan pandangan ini, dilihat dari keadilan

distributif apakah suatu negara telah membuat undang-undang yang bersandarkan

pada tolok ukur tersebut, apakah tindakan pemerintah juga demikian dan

pengadilan juga menjatuhkan putusan yang memerhatikan ukuran-ukuran itu.32

Lebih lanjut Kurt Wilk menyatakan bahwa dengan berpegang pada

pandangan tersebut, Radbruch lebih jauh menyatakan bahwa prinsip keadilan

distributif bukanlah berkaitan dengan siapa yang di33

perlakukan sama dan siapa

yang diperlakukan tidak sama; persamaan atau ketidaksamaan itu sebenarnya

merupakan sesuatu yang telah terbentuk. Akhirnya, Radbruch bahwa keadilan

distributif hanya bersangkut paut dengan hubungan di antara manusia bukan jenis

perlakuan terhadap manusia yang berbeda sehingga keadilan distributif tidak

31

Ibid., hlm. 152. 32

Ibid., hlm. 152. 33

Ibid., hlm. 152.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

21

bersangkut paut dengan pemidanaan, misalnya apakah pencuri harus digantung

dan pembunuh harus digilas sampai mati atau pencuri cukup didenda sedangkan

pembunuh harus dipenjarakan.34

Bentuk kedua keadilan menurut Kurt Wilk, yaitu keadilan komutatif

terdapat pada hubungan yang bersifat koordinatif di antara para pihak. Untuk

melihat bekerjanya keadilan ini diperlukan adanya dua pihak yang mempunyai

kedudukan yang sama. Contoh keadilan komutatif yang diberikan Aristoteles

adalah antara kerja dan upah dan antara kerugian dan ganti rugi. Mengenai

keadilan komutatif ini, Thomas Aquinas mengungkapkan bahwa dalam hubungan

antara dua orang yang bersifat koordinatif tersebut, persamaan diartikan sebagai

ekuivalensi, harmoni, dan keseimbangan.35

Meskipun Aristoteles menyatakan bahwa keadilan bukan persamaan,

bentuk-bentuk keadilan yang dikemukan olehnya, yaitu keadilan distributif dan

keadilan komutatif yang dielaborasi lebih lanjut oleh Thomas Aquinas dan Gustav

Radbruch mengindikasikan adanya persamaan. Hal ini sangat berbeda dengan

konsep ius suum cuique tribuere yang artinya memberikan kepada setiap orang

apa yang menjadi bagiannya. Sebenarnya doktrin itu pertama kali dikemukan oleh

Ulpianus dan berbunyi: Iustitia est perpetua et constans voluntas ius suum36

cuiquni tribuendi, yang kalau diterjemahkan secara bebas keadilan adalah suatu

keinginan yang terus-menerus dan tetap untuk memberikan kepada orang apa

34

Ibid., hlm. 153. 35

Ibid., hlm. 153. 36

Ibid., hlm. 153.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

22

yang menjadi bagiannya. Jika konsep ini ditelaah, keadilan tidak harus

berkonotasi dengan persamaan seperti pada keadilan distributif dan komutatif.37

Hukum sebagai pengemban nilai-nilai kemanusiaan, menurut Radbruch

menjadi ukuran bagi adil dan tidak adilnya tata hukum. Tidak hanya itu, nilai

keadilan (memajukan nilai-nilai kemanusiaan) juga menjadi dasar dari hukum

sebagai hukum. Dengan demikian, keadilan memiliki sifat normatif sekaligus

konstitutif bagi hukum. Keadilan menjadi dasar bagi tiap hukum positif yang

bermartabat.38

Jadi bagi Radbruch, keadilan merupakan titik sentral dalam hukum. Adapun

dua aspek lainnya yakni kepastian dan finalitas/kemanfaatan, bukanlah unit yang

berdiri sendiri dan terpisah dari kerangka keadilan itu sendiri. Sebab tujuan

keadilan, menurut Radbruch, adalah untuk memajukan kebaikan dalam hidup

manusia. Aspek inilah yang harus mewarnai isi hukum.39

Gustav Radbruch

mengemukakan idealnya dalam suatu putusan harus memuat idee des recht, yang

meliputi 3 unsur yaitu keadilan (Gerechtigkeit), kepastian hukum

(Rechtsicherheit) dan kemanfaatan (Zwechtmassigkeit). Ketiga unsur tersebut

semestinya oleh Hakim harus dipertimbangkan dan diakomodir secara

proporsional, sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan putusan yang berkualitas

dan memenuhi harapan para pencari keadilan.40

Teori Radbruch tidak mengijinkan adanya pertentangan antara, keadilan,

kepastian, dan kemanfaatan, seperti yang terjadi selama ini. Kepastian dan

37

Ibid., hlm. 154. 38

Yovita A. Mangesti & Bernard L. Tanya, Op. Cit., hlm. 74. 39

Ibid., hlm. 74. 40

Ibid., hlm. 74.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

23

Kemanfaatan, bukan saja harus diletakkan dalam kerangka keadilan, tetapi juga

sebenarnya merupakan suatu kesatuan dengan keadilan itu sendiri. Kepastian

hukum, tidak lagi sekedar kepastian legalitis, tetapi kepastian yang berkeadilan.

Demikian juga soal kemanfaatan. Ia bukan lagi kemanfaatan tanpa patokan, tetapi

kemanfaatan yang berkeadilan (yaitu memajukan nilai-nilai kemanusiaan).41

Gustav Radbruch menuturkan bahwa hukum adalah pengemban nilai

keadilan, keadilan memiliki sifat normatif sekaligus konstitutif bagi hukum.

Bersifat normative karena kepada keadilanlah, hukum positif berpangkal. Bersifat

konstitutif karena keadilan harus menjadi unsur mutlak bagi hukum, tanpa

keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi hukum.42

Hal ini memperhatikan pula asas prioritas yang dikemukakan oleh Gustav

Radbruch bahwa untuk menerapkan hukum secara tepat dan adil untuk memenuhi

tujuan hukum maka yang diutamakan adalah keadilan, kemudian kemanfaatan

setelah itu kepastian hukum.43

Hukum memiliki fungsi tidak hanya menegakkan

keadilan tetapi juga menegakkan kepastian dan kemanfaatan. Berkaitan dengan

hal tersebut asas prioritas yang telah ditelurkan Gustav Radbruch menjadi titik

terang dalam masalah ini. Prioritas keadilan dari segala aspek lain adalah hal

penting. Kemanfaatan dan kepastian hukum menduduki strata dibawah keadilan.

41

Ibid., hlm. 74. 42

Bernard L. Tanya, Op. Cit., hlm. 117. 43

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Editor Awaludin Marwan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

2012, hlm. 20.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

24

Faktanya sampai saat ini diterapkannya asas prioritas ini membuat proses

penegakan dan pemberlakuan hukum positif di Indonesia masih dapat berjalan.44

Setiap hukum yang diterapkan memiliki tujuan spesifik. Misalnya, hukum

pidana memiliki tujuan spesifik dibandingkan dengan hukum perdata, hukum

formal mempunyai tujuan spesifik jika dibandingkan dengan hukum materil.

Tujuan hukum adalah sekaligus keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum

maka faktanya hal tersebut akan menimbulkan masalah. Tidak jarang antara

kepastian hukum berbenturan dengan kemanfaatan, antara keadilan dengan

kepastian hukum, dan antara keadilan terjadi benturan dengan kemanfaatan.

Contoh yang mudah untuk dipahami adalah jika hakim dihadapkan dalam sebuah

kasus untuk mengambil sebuah keputusannya adil. Pembaruan oleh hakim melalui

putusannya juga tidak bisa dilakukan secara maksimal, selain pengaruh civil law

system yang menghendaki hakim mendasarkan diri secara ketat pada bunyi

undang-undang meski undang-undang tersebut telah ketinggalan zaman. Maka

penerapan keadilan dalam pembuatan putusan bukanlah hal mudah untuk

dilakukan. Paradigma berpikir hakim juga lebih condong pada mendasarkan diri

pada filsafat positivisme hukum. Melihat dari sudut pandang ini tujuan utama

hukum menjadi bukan keadilan melainkan kepastian.

Hanya hal yang bersifat pasti saja yang dapat dijadikan ukuran kebenaran.

Ukuran adil cenderung disesuaikan dengan rasa keadilan pribadi masing-masing.

Masyarakat pada umumnya masih beranggapan putusan hakim yang ada masih

kaku dengan bunyi aturan dalam undang-undang. Keadilan adalah hak asasi yang

44

Muhammad Ichwan, Teori Hukum Dalam Pandangan Prof. Dr. I. Nyoman Nurjaya, S.H., M.S.,

http://www.mahasiswa-indonesia.com/2013/11/teori-hukum-dalam-pandangan-prof-dr-i.html,

Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2016 Jam 12.04 Wib.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

25

harus dinikmati oleh setiap manusia yang mampu mengaktualisasikan segala

potensi manusia. Tentu dalam hal ini akan memberikan nilai dan arti yang

berbeda keadilan yang berbeda untuk terdakwa dan pihak lain yang jadi korban

ketika hakim membuat putusan. Maka dalam hal ini bisa saja keadilan akan

berdampak pada kemanfaatan bagi masyarakat luas. Tetapi ketika kemanfaatan

masyarakat luas yang harus dipuaskan, maka nilai keadilan bagi orang tertentu

mau tidak mau akan dikorbankannya. Maka keadilan, kemanfaatan dan kepastian

hukum akan sangat sulit untuk ditegakkan secara bersama.45

Selanjutnya dalam penelitian tesis ini juga menggunakan Teori Turunan

(Middle Range Theory) yaitu tentang “Hak Milik Intelektual” Jhon Locke dalam

teori tentang hak milik mengatak bahwa hak milik yang dimiliki seorang manusia

terhadap benda telah ada sejak manusia itu lahir, benda disini diartikan baik itu

benda berwujud maupun benda tidak berwujud (hak milik intelektual).46

Munculnya istilah hak milik intelektual (HAMI) atau dikenal dalam bahasa

asing “geistiges Eigentum” (Jerman) atau intellectual property right (Inggris) atau

intelectuele propriete (Prancis) sangat dipengaruhi oleh pemikiran Jhon Locke

tentang hak milik.47

Munculnya ajaran baru hak milik intelektual, I. Kant pada Tahun 1785

menekankan bahwa si pencipta (Autor) memiliki hak yang tidak dapat dilihat atas

karyanya, hak itu disebut dengan “ius personalissimus” yaitu hak yang lahir dalam

45

Bolmer Hutasoit, Artikel Politik Hukum : Tujuan Hukum Menurut Gustav Radbruch, https://

bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/10/07/artikel-politik-hukum-tujuan-hukummenurut-gustav-

radbruch/, Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2016 Jam 12.48 Wib. 46

Syafrinaldi, Problematika Penegakan Hukum Program Komputer Di Indonesia, Jurnar

Mahkamah, Vol. 15, No. 2, Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 2003, hlm. 233. 47

Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era

Globalisasi, UIR Press, Pekanbaru, 2006, hlm. 6.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

26

dirinya sendiri (hak kepribadian).48

Fichte mengutarakan bahwa seorang autor

mempunya hak atas suatu karya intelektual. Fichte lalu membedakan antara buku

yang merupakan hasil karya dalam bentuk cetakan dengan isi buku itu sendiri

(tulisannya). Dengan pembedaan ini eksistensi ajaran “geistiges Eigentum” di

Jerman semakin kokoh dalam masyarakat hukum. Hegel juga membedakan benda

dalam dua bentuk, yaitu :

1. Benda nyata (Sacbeigentum); dan

2. Produksi intelektualitas manusia (geistige Produktion).49

Seorang Jurist Jerman yang bernama Klostermann, pada Tahun 1869 untuk

pertama kalinya memakai istilah hak milik intelektual (geistige Eigentum) dalam

karya yang berjudul “Das geistige Eigentum an Schriftwerken, Kunstwerken und

Erfindungen nach preibischem und internationalem Recht”. Karya Klostermann ini

akhirnya memberikan sumbangan yang sangat berarti untuk lahirnya peraturan

perundang-undangan dalam bidang hak cipta dan design industri di Norddeutschen

Bundes dan Jerman Raya (Deutsches Reich).50

Sistem hukum yang berkembang di setiap negara, termasuk di Indonesia,

hak kekayaan intelektual, sangat dipengaruhi oleh hukum internasional dan juga

oleh hukum negara-negara lain. Hal ini tidak bisa dinafikan, karena bagaimanapun

juga sistem hukum internasional yang mengatur mengenai hak kekayaan

intelektual lebih duluan lahir dan berkembang secara dinamis dan progresif

48

Ibid., hlm 6. 49

Ibid., hlm. 6. 50

Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era

Globalisasi, UIR Press, Pekanbaru, 2010, hlm. 8.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

27

dibandingkan dengan hukum nasional.51

Hak Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual Property

Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul bagi hasil pemikiran

yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. Hak Kekayaan

Intelektual juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah

membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Objek atau hal-hal yang diatur

dalam Hak Kekayaan Intelektual adalah karya yang lahir dari kemampuan

intelektual (daya pikir) manusia.52

Menurut Hayyanul Haq, sesungguhnya teori yang menjadi dasar

pengembangan Intellectual Property Rights adalah berasal dari teori John Locke

yang inti ajarannya adalah sebagai berikut :

1. Tuhan telah menciptakan seluruh alam semesta ini untuk semua

manusia;

2. Tuhan menciptaan manusia dengan segala potensi yang melekat dalam

dirinya untuk bisa survive (mempertahankan diri);

3. Setiap manusia berhak untuk melakukan intervensi atas alam guna

mempertahankan survivetas;

4. Setiap manusia berhak atas hasil-hasil yang diperoleh dari setiap

interaksi antar personal-personal yang ada;

5. Hak personal itu tidak bisa diberikan atau dicabut oleh siapapun;

6. Setiap orang harus menghormati hak itu sebagai hak personal.53

Hak Kekayaan Intelektual dikaitkan dengan tiga elemen penting, yaitu :

1. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;

2. Hak terebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada

kemampuan intelektual; dan

51

Syafrinaldi, Hak Milik Intelektual dan Globalisasi, UIR Press, Pekanbaru, 2006, hlm. 54. 52

Haris Munandar dan Sally Sitanggang, HAKI-Hak Kekayaan Intelektual, Erlangga, Jakarta,

2008, hlm. 2. 53

Hasbir Paserangi, Hak Kekayaan Intelektual, Perlindungan Hukum Hak Cipta Perangkat Lunak

Program Komputer Dalam Hubungannya Dengan Prinsip-Prinsip Dalam TRIPs Di Indonesia,

Rabbani Press, Jakarta Selatan, 2011, hlm. 168.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

28

3. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.54

Meskipun terdapat teori universalitas tentang hak kekayaan intelektual,

hingga kini belum ada definisi tunggal yang disepakati di seluruh dunia tentang

apakah yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual. Hal ini disebabkan

pengertian dari hak kekayaan intelektual sulit untuk didefinisikan dalam satu

kalimat sederhana yang dengan tepat dapat menggambarkan tentang pengertian

dari hak kekayaan intelektual secara menyeluruh.55

Masing-masing Negara memiliki definisi tentang kekayaan intelektual. Hak

kekayaan intelektual di berbagai Negara sangat dipengaruhi oleh politik hukum

dan standar perlindungan hukum yang diterapkan di masing-masing Negara. Di

samping itu, ada beberapa faktor yang juga berperan dalam menciptakan adanya

perbedaan baik dalam mendefinisikan hak kekayaan intelektual maupun dalam

menentukan standar perlindungan atas hak kekayaan di berbagai Negara.56

Perlindungan dan penegakan hukum hak kekayaan intelektual berjutuan

untuk mendorong timbulnya inovasi, pengalihan dan penyebaran teknologi dan

diperoleh manfaat bersama antara penghasil dan pengguna, dengan cara

menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak dan

kewajiban.57

Selanjutnya dalam penelitian tesis ini juga menggunakan Teori Aplikasi

(Operational Theory) atau (Applied Theory) yaitu tentang “Kebudayaan”.

54

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010,

hlm. 2. 55

Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm.

16. 56

Ibid., hlm. 17. 57

Abdul Thalib, Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), Bahan Ajar, Program Studi Ilmu Hukum

Pascasarjana, Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 2013, hlm. 17.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

29

Kebudayaan adalah salah satu dari sistem tata nilai yang dihayati dan dianut

seseorang kemudian membentuk sikap mental dan pola berfikir seseorang itu

ditentukan oleh kelompok masyarakat lingkungannya. Menurut Koentjaraningrat

mengemukakan bahwa :

“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dalam belajar”.58

Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,

meskipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan akan diwariskan pada

keturunannya. Waris adalah orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang

yang telah meninggal, sedangkan pewarisan adalah proses mewarisi atau

mewariskan.59

Berdasarkan penelitian terdahulu yang diteliti oleh Marselina Dorkas Gah

Yang Berjudul Prinsip-Prinsip Hak Kekayaan Intelektual Atas Hak Cipta Karya

Seni Tenunan Tradisional (Tenun Ikat Sumba Timur) pada Program Studi

Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Jember pada Tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1. Tidak semua prinsip dalam Hak Cipta dapat diimplementasikan dalam

karya cipta tenun ikat Sumba Timur, karena terdapat perbedaan

karakteristik antara folklor atau ciptaan tradisional dengan ciptaan-

ciptaan pada umumnya, selain itu belum adanya instrumen hukum

baik secara internasional maupun nasional yang bersifat mengikat dan

menjadi model dalam pengaturan mengenai perlindungan terhadap

ciptaan-ciptaan tradisional.

2. Karya seni tenun ikat Sumba Timur dikualifikasikan sebagai kekayaan

intelektual tradisional, dikarenakan kaya seni ini merupakan bagian

58

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rieneka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 180. 59

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm.

852.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

30

dari ekspresi budaya tradisional yang hidup dan berlangsung sejak

lama di masyarakat Sumba Timur. Berbeda dengan HKI Modern yang

lebih mengedepankan kepemilikan individu dan mempersyaratkan

keaslian. Namun demikian, diantara keduanya sama-sama berangkat

dari adanya kreatifitas intelektual.

3. Undang-Undang Hak Cipta belum memberikan perlindungan hukum

yang memadai terhadap kekayaan intelektual berupa karya seni tenun

ikat Sumba Timur dikarenakan tidak memenuhi beberapa prinsip yang

dipersyaratkan oleh Undang-Undang Hak Cipta untuk mendapat

perlindungan, selain itu ketidak jelasan mengenai pengaturan atas

folklor yang di dalamnya mencakup tenunan tradisional, yaitu belum

adanya lembaga yang ditunjuk dalam mengadministrasi ciptaan yang

berupa folklor termasuk karya seni tenun ikat Sumba Timur dan juga

belum adanya peraturan pelaksana yang mengatur mengenai

mekanisme perlindungannya.60

Berdasarkan penelitian terdahulu yang diteliti oleh Rahmadany Yang

Berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional (Kajian

Terhadap Motif Ulos Batak Toba) pada Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Ulos Batak Toba merupakan bagian

dari pengetahuan tradisional, ulos dibuat oleh masyarakat adat Batak Toba yang

ada di Sumatera Utara, pembuatan ulos ini dilakukan secara turun temurun.

Pengaturan mengenai Ulos terdapat dalam pasal 12 ayat 1 huruf i UUHC Nomor

19 Tahun 2002 yaitu dalam ruang lingkup seni batik. Ulos disamakan dengan

pengertian seni batik karena ulos adalah kain tenun khas Batak yang dibuat secara

konvensional dilindungi dalam undang-undang ini sebagai bentuk ciptaan

tersendiri. Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena mempunyai

60

Marselina Dorkas Gah, Prinsip-Prinsip Hak Kekayaan Intelektual Atas Hak Cipta Karya Seni

Tenunan Tradisional (Tenun Ikat Sumba Timur), Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum

Konsentrasi Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Jember, 2012.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

31

nilai seni, baik pada ciptaan motif atau gambar maupun komposisi warnanya.61

E. Konsep Operasional

Suatu konsep operasional merupakan konsep yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan di teliti, sedangkan

konsep atau variabel merupakan abstraksi dari gejala atau fenomena yang diteliti.

Konsep operasional pada hakekatnya merupakan suatu pengarahan atau pedoman

yang lebih kongkrit dari pada kerangka teoritis yang sering kali bersifat abstrak.

Konsep operasional ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran

yang keliru dan memberikan arahan dan batasan-batasan pada penelitian ini.

Perlindungan merupakan tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal)

melindungi.62

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemerintah untuk menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak

sebagai seorang warga negara tidak dilanggar, bagi yang melanggar, akan dapat

dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.63

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

61

Rahmadany, Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional (Kajian Terhadap Motif

Ulos Batak Toba), Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan, 2011. 62

W.J.S. Poerwadarminta, Op. Cit., hlm. 600. 63

Harian Republika, Pemegang Paten Perlu Perlindungan Hukum, Tanggal 24 Mei 2004,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35732/6/Chapter%20III-V.pdf, Diakses Pada

Tanggal 28 Mei 2016 Jam 09.32 Wib.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

32

nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.64

Songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau

benang perak.65

Warisan adalah istilah menurut bahasa Indonesia yang mengandung arti

harta peninggalan, pusaka, surat-surat wasiat.66

F. Metode Penelitian

Penyusunan tesis ini penulis menggunakan beberapa bagian metode

penelitian yaitu :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode pendekatan secara Hukum Sosiologis.67

Pendekatan secara hukum karena

penelitian bertitik tolak dengan menggunakan kaedah hukum terutama ditinjau

dari sudut ilmu hukum dan peraturan-peraturan tertulis yang direalisasikan pada

penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hak cipta atas seni

Batik Riau sebagai warisan budaya bangsa menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

64

Pasal 1 angka (1), Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. 65

Songket, http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/877/songket, Diakses Pada Tanggal 28

Mei 2016 Jam 09.41 Wib. 66

Pengertian Warisan, http://www.kajianpustaka.com/2013/11/pengertian-rukun-dan-syarat-

warisan.html, Diakses Pada Tanggal 28 Mei 2016 Jam 09.56 Wib. 67

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, PT. Pustaka LP3ES

Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 3.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

33

b. Sifat Penelitian

Sedangkan dari sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

analisis. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau

obyek peneliti, pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.

2. Lokasi Penelitian

Salah satu hal yang harus ada dalam penelitian empiris adalah adanya lokasi

penelitian yang menunjuk pada tempat dilakukan penelitian. Penelitian ini

dilakukan di dalam ruang lingkup wilayah hukum Kota Pekanbaru. Pemilihan

waktu penelitian pada tahun 2016.

3. Populasi dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah pihak Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Riau, Kepala Dinas

Pariwisata Kesenian Dan Kebudayaan Provinsi Riau dan Rumah Tenunan Siak

Hasnah Munodo. Sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut :

Tabel I.1

Populasi dan Responden

No Populasi Responden

1 Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi

Riau

1 Orang

2 Kepala Dinas Pariwisata Kesenian Dan

Kebudayaan Provinsi Riau

1 Orang

3 Rumah Tenunan Siak Hasnah Munodo 3 Orang

Jumlah 5 Orang

Sumber : Olahan Data Populasi dan Sampel 2016

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

34

4. Data dan Sumber Data

Dalam suatu penelitian umumnya dibedakan antara data yang diperoleh

secara lansung dari masyarakat dan bahan-bahan pustaka. Sumber data yang

langsung di dapat dari masyarakat atau dari sumber pertama disebut dengan data

primer,68

sedangkan sumber dari kepustakaan dinamakan data sekunder.69

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui studi lapangan.

Data primer meliputi data perilaku terapan dari ketentuan normatif

terhadap peristiwa hukum in concreto.70

Data primer diperoleh

langsung dari responden.

b. Data Sekunder

Data sekunder pada dasarnya adalah data normatif terutama yang

bersumber dari perundang-undangan.71

Data sekunder atau studi

kepustakaan ini untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori,

pendapat-pendapat, ataupun penemuan-penemuan yang berhubungan

erat dengan pokok permasalahan.72

5. Alat Pengumpul Data

Sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung

68

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 93. 69

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 21. 70

Ibid., hlm. 46. 71

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,

hlm. 151. 72

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1990, hlm. 98.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uir.ac.id/258/1/bab1.pdf · (Hak Paten dan Pembangunan Ekonomi di Era Globalisasi), UIR Press, Pekanbaru, 2012, hlm. 1. 1. 10

35

pada yang diwawancarai.73

Wawancara mana dilakukan dengan pihak yang

berhubungan langsung dengan penelitian penulis.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen, pada

dasarnya merupakan data tataran yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu

setelah data terkumpul kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan

sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian

masalah. Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara di olah dan di

analisis dengan menggunakan teori hukum, asas-asas hukum, serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan yang dijadikan dasar dalam penelitian.

7. Metode Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan berfikir induktif yaitu penarikan kesimpulan nilai-nilai yang

terkandung dalam fakta untuk selanjutnya dirumuskan secara umum (generalisasi)

tentang perlindungan hak cipta atas seni Batik Riau sebagai warisan budaya

bangsa menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

73

Ibid., hlm. 57.