bab i pendahuluan 1.1 latar belakang dan masalahrepository.uir.ac.id/420/1/bab1.pdftutur untuk...

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat ucap manusia yang digunakan dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa juga sebagai alat utama dalam melaksanakan suatu kegiatan antara manusia di masyarakat. Chaer (2011:1) menyatakan “Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat artitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, digunakan oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu”. Bahasa sebagai cermin pikiran, budaya, jiwa, dan roh suatu bangsa. Selain itu, bahasa juga berperan besar dalam suatu bangsa. Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang besar terbangun oleh bangsa yang menghargai bahasa sendiri. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu untuk mengukapkan sesuatu yang kita pikirkan, dapat pulak belajar sesuatu dari orang lain, dan sekaligus menjadi suatu identitas bagi setiap warga negara. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang disebutkan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 bahasa Indonesia kini menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Upload: tranduong

Post on 07-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat ucap manusia yang digunakan dalam berkomunikasi dan

berinteraksi. Bahasa juga sebagai alat utama dalam melaksanakan suatu kegiatan

antara manusia di masyarakat. Chaer (2011:1) menyatakan “Bahasa adalah suatu

sistem lambang berupa bunyi, bersifat artitrer, digunakan oleh suatu masyarakat

tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai

sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, digunakan oleh suatu

aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk

kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka

komunikasi dapat terganggu”.

Bahasa sebagai cermin pikiran, budaya, jiwa, dan roh suatu bangsa. Selain

itu, bahasa juga berperan besar dalam suatu bangsa. Sejarah membuktikan bahwa

bangsa yang besar terbangun oleh bangsa yang menghargai bahasa sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahasa sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari yaitu untuk mengukapkan sesuatu yang kita pikirkan, dapat

pulak belajar sesuatu dari orang lain, dan sekaligus menjadi suatu identitas bagi

setiap warga negara.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia yang

disebutkan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 bahasa Indonesia kini

menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Phaosan (2551:18) menyatakan,

Bahasa Indonesia/Melayu menjadi bahasa persatuan seluruh bangsa yang

berbeza suku bangsa dan bahasa dengan semangat sumpah pemuda pada

tahun 28 Oktober 1928. Dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai

bahasa rasmi Negara dapat menyatukan rakyat Indonesia yang memiliki

perbagai bahasa dialek yang berbeza antara satu wilayah dengan wilayah

yang sangat luas dan jauh.

Thailand merupakan salah satu negara yang mempunyai rakyat yang

mayoritasnya beragama Budha dan manoritasnya beragama Islam. Masyarakat

Islam di Thailand kebanyakan berlokasi di tiga provinsi selatan Thailand, yaitu

provinsi Patani, Yala, dan Narathiwat yang di panggil dengan sebutan “orang

Melayu”. Mereka melestarikan adat istiadat Melayu, tradisi Melayu, budaya

Melayu, dan salah satu dialek adadi selatan Thaiand adalah bahasa Melayu Patani.

Phaosan, (2551:36) menyatakan “ Bahasa Melayu di negara Thai secara umumnya

menjadi bahasa minority kerana hanya beberapa tempat yang masih menggunakan

bahasa Melayu. Ada beberapa wilayahdi sekitar Bangkok yang masih

menggunakan bahasa Melayu dalam berkomonikasi sesama mereka seperti di

Ayutaya, Minburi, Tha‟it, Klongneng, Tambon Bangpo dan Klounglung

Pathomthani (Hasan, 1992:637). Manakala di Selatan Thai khususnya di lima

wilayah sempadan Thai, bahasa Melayu menjadi bahasa majority (Worawit,

2002:28).”

Phaosan (2551:36) menyatakan,

Kawasan yang menggunakan bahasa Melayu di Negara Thai bermula dari

kawasan tengah sehingga di selatan Tahiland dan juga di sempadan

Malaysia. Penutur bahasa Melayu terdapat di beberapa wilayah di Negara

Thailand seperti berikut (1) wilayah Patani, Yala, dan Narathiwat.

Dikawasan ini bahasa Melayu menjadi bahasa majority, (2) wilayah

Songkhla bahasa Melayu digunakan di daerah Thepha, Sabayoi, Nathawi,

Chena, Sadau, dan Ranood.

Pateda (1987:81) menyatakan “Jumlah kata yang dimiliki oleh setiap bahasa

disebut perbendaharaan kata atau khazanah kata atau kosakata bahasa yang

bersangkutan”. Tentunya setiap perjalanan kata tersebut akan mengalami

perubahan bentuk maupun perubahan makna. Terdapat juga kosakata dasar yang

hilang atau tidak dipakai lagi oleh masyarakat itu. Keraf (1991:123) menyatakan

“Kosakata dasar ini merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan

manusia, dan sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya

suatu bahasa”.

Berdasarkan observasi penulis terdapat mengenai ada perhubungan antara

kosakata dasar bahasa Indonesi dengan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand)

yaitu terdapat hubungan persaman, kemiripan dan perbedaan. Contoh

persamaannya [tahu] „pengetahuan‟ dalam bahasa Indonesia dan [tahu]

„pengetahuan‟ dalam bahasa Melayu Patani. Selanjutnya, contoh kemiripannya

[oraɳ] „orang‟ dalam bahasa Indonesia dan [oʁe] „orang‟ dalam bahasa Melayu

Patani dan contoh perbedaan kosakata dasar bahasa Indonesia dengan bahasa

Melayu Patani [sayUr] „sayur‟ dalam bahasa Indonesia dan [ulea] „sayur‟ dalam

bahasa Melayu Patani.

Berdasarkan fenomena kosakata di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Perbandingan Kosakata Dasar Bahasa Indonesia dengan

Bahasa Melayu Patani (selatan Thailand)”. Penulis melihat pada bahasa Indonesia

dan bahasa Melayu Patani banyak terdapat persamaan, kemiripan, dan perbedaan.

Penelitian mengenai kosakata di daerah lain sudah pernah diteliti, pertama

oleh Sulasteri Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Universitas Islam Riau tahun 2012, yang berjudul “Perbandingan Kosakata Dasar

Bahasa Indonesia dengan Kosakata Dasar Bahasa Melayu Riau Dialek

Bangansiapiapi Kecamatan Bangko Kabupten Rokan Hilir”. Masalah yang diteliti

oleh penulis tentang (1) semua kaya yang terdapat suatu bahasa, (2) kata-kata

yang disukai atau kata-kata yang dipakai oleh sekolongan orang dari lingkungan

yang sama, (3) kata yang dipakai suatu bidang ilmu pengetahuan, (4) daftar

sejumlah kata atau frasa suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai

batasan keteranganya Adiwimarta (1978:7). Teori yang digunakan pada penelitian

ini adalah teori Keraf, 1991 Alwi, dkk., 2010 Mahsun, 2013 Kridalaksana, 2007

Ramlan, 2009 Chaer, 2007 Sugiyono, 2013 Sumarsono, 2007.

Hasil dalam penelitian ini bahwa perbandingan kosakata dasar bahasa

Indonesia dengan kosakata dasar bahasa Melayu Riau Dialek Bagansiapiapi

Kecematan Bangko Kabupaten Rokan Hilir terdapat persamaan dan perbedaan

karena kedua bahasa itu berasal dari satu rumpun bahasa yang sama yaitu

keluarga Melayu Polinesia. Persamaan penelitiannya sama-sama meneliti tentang

kosakata sedangkan perbedaannya terletak pada wilayah yang diteliti yaitu penulis

meneliti Bahasa Melayu di Patani (selatan Thailand) sedangkan penelitian

terdahulu meneliti Bahasa Melayu di Bangansiapiapi Kecamatan Bangko

Kabupten Rokan Hilir.

Kedua, penelitian yang serupa pada wilayah yang berbeda pernah dilakukan

oleh Martha Dewi, Mahasiswa Program Studi Pendidikan dan Sastra Bahasa

Indonesia, Universitas Islam Riau tahun 2014, yang berjudul “Perbandingan

Bahasa Melayu Riau Dialek Desa Sei. Ungar Kecematan Kundur dengan Bahasa

Melayu Riau Dialek Desa Batu Limau Kecematan Ungar Kabupaten Karimun

Provinsi Kepulauan Riau”. Masalah yang diteliti adalah (1) apakah persamaan

bentuk kosakata bahasa Melayu Riau Dialek Desa Sei. Ungar Kecematan Kundur

dengan Bahasa Melayu Riau Dialek Desa Batu Limau Kecematan Ungar

Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, (2) apakah kemiripan Melayu Riau

Dialek Desa Sei. Ungar Kecematan Kundur dengan Bahasa Melayu Riau Dialek

Desa Batu Limau Kecematan Ungar Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan

Riau, (3) apakah perbedaan Melayu Riau Dialek Desa Sei. Ungar Kecematan

Kundur dengan Bahasa Melayu Riau Dialek Desa Batu Limau Kecematan Ungar

Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Teori yang digunakan adalah

Keraf, 1991 Chaer, 2007 dan lain-lain. Persamaan adalah di dalam proposal

penulis berkaitan Kosakata yang dibandingkan dengan suatu daerah.

Hasil penelitian ini bahwa perbandengan bahasa Melayu Riau dialek Desa

Sei Ungar Kecematan Kundur dengan bahasa melayu Riau dialek Desa Batu

Limau Kecematan Ungar Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau memiliki

165 persamaan, 30 kemiripan, dan 55 perbedaan antara bahasa melayu Riau dialek

Desa Sei Ungar Kecematan Kundur dengan bahasa Melayu Riau dialek Desa Batu

Limau Kecematan Ungar Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau.

Perbedaannya adalah penulis meneliti dua daerah yaitu Kosakata Dialek Desa Sei

Ungar dengan Melayu Riau Batu Limau sedangkan yang ditulis oleh penulis satu

daerah saja yaitu bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

Ketiga, penelitian yang serupa pada wilayah yang berbeda pernah dilakukan

oleh Siti Maiyah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Universitas Islam Riau tahun 2016, yang berjudul “Perbandingan

Kosakata Dasar Bahasa Indonesia dengan Kosakata Dasar Bahasa Mandailing

Dialek Desa Batang Kumu Kecematan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu

Provensi Riau”. Masalah yang diteliti oleh penulis tentang (1) bagaimana

persamaan kosakata dasar bahasa Indonesia dengan kosakata dasar bahasa

Mandailing Dialek Desa Batang Kumu Kecematan Tambusai Kabupaten Rokan

Hulu Provensi Riau? (2) bagaimana kemiripan kosakata dasar bahasa Indonesia

dengan kosakata dasar bahasa Mandailing Dialek Desa Batang Kumu Kecematan

Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provensi Riau? (3) bagaimana perbedaan

bahasa Indonesia dengan kosakata dasar bahasa Mandailing Dialek Desa Batang

Kumu Kecematan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provensi Riau? Teori yang

digunakan pada penelitian ini adalah teori Keraf, 1991 Alwi, dkk., 2010 Mahsun,

2013 Dongoran, dkk., 1997 Kridalaksana, 2007 Ramlan, 2009 Sugiyono, 2013

Sumarsono, 2007.

Hasil dalam penelitian ini bahwa perbandingan dalam kosakata dasar bahasa

Indonesia dengan kosakata dasar bahasa Mandailing dialek Desa Batang Kumu

Kecematan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu memiliki 37 persamaan, 35

kemiripan, dan 128 perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Mandailing

dialek Desa Batang Kumu. Persamaan penelitiannya sama-sama meneliti tentang

kosakata sedangkan perbedaannya terletak pada wilayah yang diteliti yaitu penulis

meneliti di Patani (selatan Thailand) sedangkan penelitian terdahulu meneliti di

Desa Batang Kumu Kecematan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provensi Riau.

Keempat, Rahmawati Dyah, dkk jurnal Sastra Indonesi dengan judul

“Pengusaan Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah”, jurnal

Sastra Indonesia (online). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan

kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah yang meliputi kuantitas

ragam kosakata, kelas kata, dan ruang lingkup kosakata. Metode yang digunakan

adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini antaranya adalah kuantitas ragam kosakata bahasa

Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu dengan yang lain, nomina adalah

kelas kata yang paling banyak dikuasai anak, dan ruang lingkup kosakata anak

sebagian besar masih berada pada tataran benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal

lain yang bersifat konkret.

Kelima, Wulan Ratna, jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 2010

judul “Peranan Inteligensi, Penguasaan Kosakata, Sikap, dan Minat Terhadap

Kemampuan Membaca” jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (online).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran inteligensi, penguasaan kosaka,

sikap terhadap membaca, dan minat membaca terhadap kemampuan membaca

siswa kelas 4 sekolah dasar, berusia 9-10 tahun. Subjek penelitian adalah siswa

yang tidak terganggu penglihatan dan pendengarannya serta tidak mengalami

retardasi mental. Alat pengumpul data adalah CFIT Skala-2 untuk mengukur

inteligensi, Tes Kosakata untuk mengukur penguasaan kosakata, Skala Sikap

Terhadap Membaca untuk mengukur kemampuan membaca, Skala Minat

Membaca untuk mengukur minat membaca, dan Tes Membaca untuk mengukur

kemampuan membaca. Subjek penelitian adalah 377 murid dari 16 SDN di kota

Yogyakarta, terdiri dari 180 laki-laki dan 197 perempuan.

Hasil analisis regresi dengan empat prediktor, menunjukkan keempat

prediktor secara bersama-sama berperan terhadap kemampuan membaca (R=

0,592, F = 50,154 dengan P < 0,05) dan sumbangan sebesar 35 % (penguasaan

kosakata 29 %, inteligensi 5,4 %, sikap terhadap membaca 0,6, dan minat

membaca 0 %).

Keenam, Pramesti Utama dewi, jurnal Puitikal 2015 dengan judul

“Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dalam Keterampilan

Membaca melalui Teka-Teki Silang: Sebuah Penelitian Tindakan di Kelas VI

Sekolah Dasar Negeri Surakarta 2, Kecematan Suranenggala, Kabupaten Cirebon,

Jawa Barat”, jurnal Puitika (online), volume 11 no. 1. Penelitian yang berjudul

“Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dalam Keterampilan

Membaca melalui Teka-Teki Silang: Sebuah Penelitian Tindakan di Kelas VI

Sekolah Dasar Negeri Surakarta 2, Kecematan Suranenggala, Kabupaten

Cirebon, Jawa Barat” adalah suatu penelitian tindakan yang bertujuan untuk

mengetahui proses peningkatan penguasaan kosakata bahasa Indonesia dalam

keterampilan membaca siswa di kelas VI SDN Surakarta 2, Cirabon, melalui teka-

teki silang.

Penelitian ini dilakukan pada tiga puluh enam siswa yang dilakukan pada

tahun ajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah tindak kelas

atau Action Research dengan analisis data analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif.

Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam tiga

pertemuan. Hasil penelitian selama dua siklus memperlihatkan adanya

peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosakata bahasa Indonesia melalui teka-

teki silang.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori Keraf

(1991) Morris Swades yang mengusulkan sekitar 200 kosakata dasar yang

dikemukakan oleh Swades tersebut meliputi kosakata verba, kosakata dasar

nomina, kosakata dasar pronominal, kosakata dasar numeralia, kosakata dasar

adjektiva, kosakata dasar adverbial, dan kosakata dasar tugas.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara pratis

maupun teoretis. Manfaat praktis penelitian ini adalah menambah pengetahuan

dan wawasan untuk lebih mengenal dan memahami masalah perbandingan

kosakata dasar bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani. Sebagai masukan

maupun informasi bagi lembaga pendidikan, lembaga pembinaan, dan

pengembangan bahasa. Manfaat teoretisnya adalah penelitian ini dapat

memperkaya disiplin ilmu yang barkaitan dengan linguistik komparatif terapan

dan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk pengajaran bahasa

Indonesia dan sebagai pedoman landasan untuk penelitian lebih lanjut.

1.1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah persamaan kosakata dasar bahasa Indonesia dengan bahasa

Melayu Patani (selatan Thailand)?

2. Bagaimanakah kemiripan kosakata dasar bahasa Indonesia dengan bahasa

Melayu Patani (selatan Thailand)?

3. Bagaimanakah perbedaan kosakata dasar bahasa Indonesia dengan bahasa

Melayu Patani (selatan Thailand)?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah Penelitian maka, tujuan Penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis persamaan kosakata

dasar bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

2. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalilsis kemiripan kosakata

dasar bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

3. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis berbedaan kosakata

dasar bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

1.3.1 Ruang Lingkup

Penelitian yang berjudul “Perbandingan Kosakata Bahasa Indonesia dengan

Bahasa Melayu Patani (selatan Thailand)” ini termasuk ke dalam bidang ilmu

linguistik yang disebut leksikologi, aspek perbandingan kosakata bahasa yang

mencakup pada persamaan, kemiripan dan perbedaan. Kridalaksana (2007:51)

berpendapat, ada tiga belas kelas kata dalam bahasa Indonesia di antaranya: (1)

verba, (2) adjektifa, (3) nomina, (4) pronominal, (5) numeralia, (6) adverbial, (7)

introgativa, (8) demonstrative, (9) artikula, (10) preposisi, (11) konjungsi, (12)

kategri fatisi, dan (13) interjeksi.

1.3.2 Pembatasan Masalah

Berdasar ruang lingkup di atas, maka penulis tidak membatasi kajian ini

pada poin persamaan, kemiripan, dan perbedaan kosakata antara bahasa Indonesia

dengan kosakata bahasa melayu Petani (selatan Thailand). Namun, penulis

membatasi kajian ini pada kelas kata yaitu (1) verba, (2) adjektifa, (3) nomina, (4)

pronomina, (5) numeralia, (6) adverbial, dan (7) kata tugas.

1.3.3 Penjelasan Istilah

Penelitian perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam

penelitian ini agar pembaca dapat memahami orientasi penelitian ini.

1.3.3.1 Perbandingan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

membandingkan antara kosakata yang terdapat antara bahasa Indonesia

dengan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

1.3.3.2 Kata dasar ialah kata yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa

memerlukan imbuhan (afiks). Usman, dkk (1979:93)

1.3.3.3 Persamaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kesamaan dalam

bentuk dan makna. Tiap bahasa memiliki bentuk-bentuk tertentu yang di

kaitan dengan maknanya yang khas untuk memudahkan referensi. Keraf

(1991:33)

1.3.3.4Kemiripan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemiripan

fonem-fonem tertentu atau kemiripan fonetis yang terdapat antara dua

bahasa tersebut dan fonetisnya harus cukup serupa sehingga dapat

dianggap sebagai alofon (alofon berdasarkan posisi). Keraf (1991:129)

1.3.3.5 Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan dari

fonem maupun fonetis dari pasangan kata yang dibandingkan.

1.3.3.6 Basaha Indonesia adalah suatu lambang alat ucapan yang digunakan oleh

kesatuan Indonesia supaya dapat memahami bersama.

1.3.3.7 Bahasa Melayu Patani adalah suatu bahasa yang dituturkan oleh sebuah

masyarakat di bagian selatan Thailand.

1.4 Anggapan Dasar dan Teori

1.4.1 Anggapan Dasar

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis di Indonesia khususnya di

Provinsi Riau (Universitas Islam Riau) dan Patani (selatan Thailand), maka

anggapan dasar yang penulis kemukakan antara kosakata dasar bahasa Indonesia

dengan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand) terdapat persamaan, kemiripan,

dan perbedaan kosakata dasar bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani

(selatan Thailand).

1.4.2 Teori

Penulis dalam melakukan penelitian yang berjudul perbandingan kosakata

bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand) penulis

menggunakan beberapa teori atau pendapat para ahli yang relevan dengan judul

penelitian ini, penulis menggunakan teori Keraf (1991), Alwi, dkk. (2003),

Mahsun (2013), Sumarsono (2007), Kridalaksana (2007), Tarigan (2009),

Putrayasa (2010), Ramlan (2009) serta teori para ahli yang mendukung judul

penelitian ini. Teori ini bermanfaat untuk penelitian perbandingan kosakata dasau

bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani.

1.4.2.1 Kesamaan Bentuk

Kesamaan bentuk kata yaitu kesamaan secara keseluruhan antara bahasa-

bahasa kerabat termasuk ke dalam satu keluarga bahasa (language family).

Bentuk-bentuk kata yang sama antara perbagai bahasa dengan makna yang sama,

diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur tata bahasa, akan mendorong

kita mengambil kesimpulan bahwa bahasa-bahasa tersebut harus diturunkan dari

suatu bahasa proto yang sama. Cukup mudah untuk menentukan korespondensi

atau kepadanan fonemis yang memperlihatkan persamaan sistem bunyi (Keraf,

1991:34).

Sumarsono (2007:18) menjelaskan deretan suatu bunyi itu melambangkan

suatu makna bergabungan padakesepakatan atau konvensi anggota masyarakat

pemakaianya. Kata-kata yang sama dalam sebuah pasangan yang ditetapkan

sebagai bahasa kerabat, sedangkan yang berbeda ditetapkan sebagai kata non

kerabat. Pasangan kata yang identic adalah pasangan kata yang semua fonem-

fonemnya sama persis dan tidak terdapat perbedaan sedikit pun, baik dari segi

fonemis maupun fonetis. Kridalaksana (2008 : 62) menyatakan “fonemis berbeda

dari segi fonologi suatu bahasa tentang bunyi-bunyi yang berbeda karena mampu

menyatakan kontras makna, misalnya /b/ dan /p/ dalam kata bak dan pak”.

Contoh kesamaan bentuk kata

Bahasa Tebu

Melayu

Jawa

Bali

Tǝbu

tǝbu

tǝbu

(Keraf, 1991 : 37)

1.4.2.2 Kemiripan Bentuk Kata

Pengelompokan bahasa berdasarkan kemiripan bentuk atau makna kata,

biasanya diwujudkan pertama dalam hubungan bunyi antara bahasa yang terdapat

dalam bahasa yang mirip itu. Kemiripan bentuk kata yang dimaksud adalah

adanya kemiripan fonem-fonem tertentu atau fonemik yang terdapat di antara dua

bahasa tersebut.

Keraf. (1991:129) menyatakan,

Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua

bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan kata itu

ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris

yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat

(bandingkan dengan macam-macam perubahan fonetis dan morfomis dalam

bahasa). Yang dimaksud dengan mirip secara fonetis adalah bahwa ciri-ciri

fonetisnya harus cukup serupa sehingga dapat dianggap sebagai alofon.

Contoh kemiripan bentuk kata

Bahasa Beras

Bali

Dayak

Melayu

Batak

bahas

b∂has

b∂ras

boras

(Keraf, 1991:37)

1.4.2.3 Perbedaan Bentuk Kata

Kata yang berbeda keseluruhan fonemnya ditetapkan sebagai kata yang

non kerabat, atau tidak berasal dari bahasa protonya. Perbedaan bentuk kata

terjadi apabila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua

bahasa itu mengandung korespondensi fonemis dan fonetis. Perbedaan morfologis

Bugis tǝbu

yaitu perubahan kata secara keseluruhan fonem-fonem dari pasangan kata yang

diperbandingkan, yang berkembang menjadi bahasa-bahasa yang baru dalam satu

keluarga bahasa (language family). “Perbedaan juga terjadi karena status

kekuasaan yang bersumber kepada politik ini menimbulkan kelompok penguasa

dan kelompok yang dikuasai atau kelompok rakyat jelata”. (Sumarsono, 2007:25)

Contoh perbedaan bentuk kata

Bahasa padi

Nias

Makasar

Malagasi

Magalog

faghe

pare

wary

palay

(Keraf, 1991:37)

1.4.2.4 Kosakata Dasar

Tarigan (2009:188) menyatakan “Kosakata dasar adalah kata-kata yang

merupakan perbendaharaan dasar suatu bahasa; kata-kata yang tidak mudah

berubah atau sedikit sekali kemungkinannya diambil dari bahasa lai, karena dapat

dapat dikatakan bahwa setiap bahasa memilikinya.

Lingustik bandingan historis adalah suatu cabang ilmu yang

membicarakan tentang persamaan, kemiripan, dan perbedaan bentuk dan makna

bahasa kerabat sebagai akibat perkembangan sejarah yang sama atau

perkembangan dari bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang mempunyai

hubungan yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama kemudian

berkembang menjadi bahasa yang baru (Keraf, 1991:36).

Alwi, dkk. (2003:36) menyatakan,

Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori utama: (1) verba

atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat,

dan (4) adverbial atau kata keterangan. Di samping itu, ada satu kelompak

lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompak

yang lebih kecil, misalnya perposisi (atau kata depan), konjungsi (atau

kata sambung), dan partikel.

Berikut ini penulis paparkan dua ratus kosakata dasar yang dikemukakan oleh

Swadesh dalam Keraf (1991:140-142).

Daftar 1

1. abu 2. air

3. akar 4. aku

5. alir (me) 6. anak

7. angin 8. anjing

9. apa 10. api

11. apung 12. asap

13. awan 14. bagaimana

15. baik 16. bakar

17. balik 18. banyak

19. bapak 20. baring

21. baru 22. basah

23. batu 24. beberapa

25. beiah (me) 26. benar

27. benih 28. bengkak

29. berenang 30. berjalan

31. berat 32. beri

33. besar 34. bilamana

35. binatang 36. bintang

37. buah 38. bulan

39. bulu 40. bunga

41. bunuh 42. buru (ber)

43. buruk 44. burung

45. busuk 46. cacing

47. cium 48. cuci

49. daging 50. dan

51. danau 52. darah

53. datang 54. daun

55. debu 56. dekat

57. dengan 58. dengar

59. di dalam 60. di, pada

61. di mana 62. dingin

63. diri (ber) 64. di sini

65. di situ 66. dorong

67. dua 68. duduk

69. ekor 70. empat

71. engkau 72. gali

73. garam 74. garuk

75. gemuk 76. gigi

77. gigit 78. gosok

79. gunung 80. hantam

81. hapus 82. hati

83. hidung 84. hidup

85. hijau 86. hisap

87. hitam 88. hitung

89. hujan 90. hutan

91. ia 92. ibu

93. ikan 94. ikat

95. isteri 96. ini

97. itu 98. jahit

99. jalan 100. jantung

101. jatuh 102. jauh

103. kabut 104. kaki

105. kalau 106. kami, kita

107. kamu 108. kanan

109. karena 110. kata (ber)

111. kecil 112. kelahi (ber)

113. kepala 114. kering

115. kiri 116. kotor

117. kuku 118. kulit

119. kuning 120. kutu

121. lain 122. langit

123. laut 124. lebar

125. leher 126. lelaki

127. lempar 128. licin

129. lidah 130. lihat

131. lima 132. ludah

133. lurus 134. lutut

135. main 136. makan

137. malam 138. mata

139. matahari 140. mati

141. merah 142. mereka

143. minum 144. mulut

145. muntah 146. nama

147. napas 148. nyanyi

149. orang 150. panas

151. panjang 152. pasir

153. pegang 154. pendek

155. peras 156. perempuan

157. perut 158. piker

159. pohon 160. potong

161. punggung 162. pusar

163. putih 164. rambut

165. rumput 166. satu

167. sayap 168. sedikit

169. siang 170. siapa

171. sempit 172. semua

173. suami 174. sungai

175. tajam 176. tahu

177. tahun 178. takut

179. tali 180. tanah

181. tangan 182. tarik

183. tebal 184. telinga

185. telur 186. terbang

187. tertawa 188. tetek

189. tidak 190. tidur

191. tiga 192. tikam

193. tipis 194. tiup

195. tongkat 196. tua

197. tulang 198. tumpul

199. ular 200. usus

Berdasarkan dua ratus kosakata dasar yang terlampir di atas, maka penulis

membedakan kosakata dasar menjadi kelas kata sebagai berikut.

1. Kosakata dasar verba

Alwi, dkk. (2003:87) menyatakan “Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan

mengamati (1) perilaku semantik, (2) perilaku sentaksis, (3) bentuk

morfologinya”. Contoh : Pencuri itu lari. Berdasarkan dari pernyataan tersebut

ditemukan empat puluh kosakata dasar verba berdasarkan teori Swadesh di

antaranya: (1) alir, (2) apung, (3) bakar, (4) balik, (5) baring, (6) belah, (7)

berenang, (8) berjalan, (9) beri, (10) bunuh, (11) buru, (12) cium, (13) cuci, (14)

datang, (15) dengar, (16) dorong, (17) duduk, (18) gali, (19) garuk, (20) gigit, (21)

gosok, (22) hantam, (23) hapus,(24) hidup, (25) hisap, (26) hitung, (27) ikat, (28)

jahit, (29) jatuh, (30) kelahi, (31) lempar, (32) lihat, (33) main, (34) makan, (35)

mati, (36) minum, (37) muntah, (38) nyanyi, (39) pegang, (40) peras, (41) pikir,

(42) potong, (43) tahu, (44) tarik, (45) terbang, (46) tertawa, (47) tidur, (48)

tikam, dan (49) tiup.

2. Kosakata dasar pronomina

Alwi, dkk. (2003:249) menyatakan “Pronomina adalah kata yang dipakai

untuk mengacu kepada nomina lain”. Nomina perawat dapat diacu dengan

pronominal dia atau ia. Bentuknya pada meja itu kaki tiga, mengacu kepada

meja”. Berdasarkan pernyataan tersebut ditemukan empat belas kosakata dasar

pronimina berdasarkan terori Swadesh di antaranya: (1) aku, (2) apa, (3)

bagaimana, (4) engkau, (5) ia, (7) ibu, (8) itu, (9) kita, (10) kamu, (11) mereka,

dan (12) siapa.

3. Kosakata dasar nomina

Alwi, dkk. (2003:213) menyatakan,

Nomina yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi,

yaitu segi semantik, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantik

kita dapat mengatakan bahwa monina adalah kata yang mengacu pada

manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian

kata seperti guru, meja, kucing, dan kebangsaan adalah nomina.

Contoh : kata pekerjaan

Ayah mencarikan saya pekerjaan

Berdasarkan pernyataan tersebut ditemukan delapan puluh satu kosakata

dasar nomina berdasarkan terori Swadeh di antaranya: (1) abu, (2) air, (3) akar,

(4) anak, (5) angina, (6) anjing, (7) api, (8) asap, (9) awan, (10) bapak, (11) batu,

(12) benih, (13) binatang, (14) bintang, (15) buah, (16) bulan, (17) bulu, (18)

bunga, (19) burung, (20) cacing, (21) daging, (22) danau, (23) darah, (24) daun,

(25) debu, (26) diri, (27) ekor, (28) garam, (29) gigi, (30) gunung, (31) hati, (32)

hidung, (33) hujan, (34) hutan, (35) ikan, (36) isteri, (37) jalan (38) jantung, (39)

jabut, (40) kaki, (41) kanan, (42) kata, (43) kepala, (44) kiri, (45) kuku, (46) kulit,

(47) kutu, (48) langit, (49) laut, (50) leher, (51) lelaki, (52) lidah, (53) ludah, (54)

lutut, (55) malam, (56) mata, (57) matahari, (58) mulut, (59) nama, (60) napas,

(61) orang, (62) pasir, (63) perempuan, (64) perut, (65) pohon, (66) punggung,

(67) pusar, (68) rambut, (69) rumput, (70) sayap, (71) suami, (72) sungai, (73)

tahun, (74) tali, (75) tanah, (76) tangan, (77) telinga, (78) telur, (79) tetek, (80)

tongkat, (81) tulang, (82) ular, dan (83) usus.

4. kosakata dasar numeralia

Alwi, dkk. (2003:275) menyatakan “Numeralia atau kata bilangan adalah

kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau

barang) dan konsep”. Selanjutnya, selanjutnya, Putrayasa (2008:53) menyatakan,

“Numeralia adalah kategori kata yang (1) dapat mendampingi nomina dalam

konstruksi sintaktis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain,

dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat. Numeralia mewakili

bilangan yang terdapat dalam alam di luar bahasa.

Contoh:

(1) Dua tambah dua sama dengan empat.

(2) Gunung Semeru lebih dari 1000 kaki tingginya.

Berdasarkan pernyataan tersebut ditemukan delapan kosakata numeralia

berdasarkan terori Swadesh di antaranya: (1) banyak, (2) beberapa, (3) dua, (4)

empat, (5) lima, (6) satu, (7) semua, dan (8) tiga.

5. Kosakata dasar adjektiva

Alwi, dkk. (2003:171) menyatakan “Adjektiva adalah kata yang

memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh

nomina dan kalimat”. Berdasarkan teori Swadesh di antaranya: (1) baik, (2)

baru, (3) basah, (4) benar, (5) berat, (6) besar, (7) beruk, (8) busuk, (9) dekat,

(10) dingin, (11) gemuk, (12) hijau, (13) hitam, (14) jauh, (15) kecil, (16) kering,

(17) kotor, (18) kuning, (19) lebar, (20) licin, (21) lurus, (22) merah, (23) panas,

(24) panjang, (25) pendek, (26) putih, (27) sedikit, (28) sempit, (29) tajam, (30)

takut, (31) tebal, (32) tipis, (33) tua, dan (34) tumpul.

6. Kosakata dasar adverbia

Alwi, dkk. (2003:197) menyatakan “Adverbia adalah kata yang

menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbial lain”. Maka dari pernyataan tersebut

ditemukan tujuh kosakata dasar adverbial berdasarkan teori Swadesh di antaranya:

(1) bengkak, (2) di dalam, (3) di mana, (4) di sini, (5) di situ, (6) lain, (7) siang,

(8) tidak.

7. Kata Tugas

Alwi, dkk. (2003:287) menyatakan:

Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas,

melainkan dengan kaitannya dengan kata lain frasa atau kalimat. Kata

tugas seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai

dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu dan ke pasar.

Ciri lain dari kata tugas adakah bahwa hamper semuanya tidak dapat

menjadi dasar untuk membentuk kata lain.

Alwi, dkk. (2003:26) menyatakan “Bunyi bahasa yang minimal yang

membedakan bentuk dan makna kata dinamakan fonem”. Berdasarkan teori

Swadesh maka ditemukan enam kata tugas diantaranya: (1) bilamana, (2) dan, (3)

dengan, (4) kalau, (5) karena, (6) pada.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori kosakata dasar Morris

Swades dari 200 kosakata yang meliputi atas tujuh golongan kelas kata yaitu: (1)

Kata tugas, (2) nomina, (3) pronominal, (4) nemeralia, (5) adjektiva, (6)adverbial,

dan (7) kata tugas. Teori ini digunakan karena 200 kosakata dasar oleh Morris

Swades ini dianggap universal artinya kosakata ini bisa terdapat pada bahasa di

dunia.

1.5 Penentuan Sumber Data

1.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008:80) “Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri

atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karaktiristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dalam kesimpulannya”.

Berdasarkan pendapat Sugiyono Populasi penelitian ini adalah keseluruhan

kosakata dasar bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

Papolasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitian dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang ditentukan Zuriah, (2009:116).

1.5.2 Sampel Penelitian

Putra (20014:34) menyatakan “Sampel adalah bagian dari pada populasi

atau wakil populasi atau yang mewakili dari populasi, yang diambil dan dikolektif

baik secara acak, struktur maupun dengan cara-cara kolektif ilmiah lainya”. Jadi,

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 kosakata bahasa

Indonesia menurut Morris Swades. Untuk memperoleh data itu, maka penelitian

menerapkan dua ratus kosakata dasar bahasa Indonesia sebagai penelitian.

1.5.3 Informan

Untuk mengetahui persamaan, kemiripan, dan perbedaan dua ratus kosakata

dasar bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Patani, penulis menulis

menetapkan dua orang informan yang layak dijadikan sebagai narasumber.

Sebagai sumber informasi dan sekaligus bahasa digunakan itu mewakili bahasa

kelompok penutur di daerah pengamatannya masing-masing, maka pemilihan

seseorang untuk dijadikan informan sebaiknya harus memenuhi beberapa

persyaratan.

Mahsun (2013:141) menyatakan syarat-syarat informan sebagai berikut.

1. Berjenis kelamin pria atau wanita;

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun);

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu

serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya;

4. Berpendidikan maksimal tamatan pendidikan dasar (SD-SLTP);

5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan

harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya;

6. Perkerjaannya bertani atau buruh;

7. Memiliki kebanggaan terhadap isoleknya;

8. Dapat berbahasa Indonesia;

9. Sehat jasmani dan rohani.

Sehat jasmani dan rohani di sini adalah tidak cacat berbahasa dan

memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap pertanyaan–

pertanyaan dengan tepat; sedangkan sehat rohani maksudnya tidak

gila atau pikun.

TABEL 01 DATA INFORMAN DARI PATANI (SELATAN THAILAND)

NO NAMA JENIS KELAMIN USIA PEKERJAAN

1. Mustapa Laki-laki 59 Perkebunan

2. Suraya Perempuan 32 Ibu rumah tangga

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang Perbandingan Kosakata Dasar Bahasa Indonesia dengan

Bahasa Melayu Patani (selatan Thailand) menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Menurut Putra (2014:32) “Kualitatif adalah rancangan penelitian yang

dalam menganalisisnya selalu menjelaskan dan menguraikan dengan rinci data

yang diperoleh dari sampel, informan, dan objek penelitian melaui kalimat-

kalimat klausa-klausa suatu bahasa”.

1.6.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Perbandingan Kosakata Dasar Bahasa Indonesia

dengan Bahasa Melayu Patani (selatan Thailand) termasuk ke dalam jenis

penelitian bersifat lapangan. Sumarta (2013:12) menyatakan “Penelitian lapangan

atau Fied Research: penelitian yang dilakukan di lapangan atau medan tertentu.

Hal ini disebabkan oleh penulis mendapatkan data di lapangan yaitu di Patani

(selatan Thailand).

1.6.3 Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data ini

menggunakan dua jenis metode yaitu metode deskriptif dan metode komparatif.

Metode deskriptif digunakan untuk mencatat mendeskripsikan kosakata pada saat

data bahasa itu dipergunakan tanpa membandingkan data bahasa pada masa

sebelumnya. Menurut Suryabrata (2012:75) menjelaskan penelitian deskripsi

adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi)

mengenai situasi-situasi kejadian-kejadian. Selanjutnya, Mahsun (2013:212)

menyatakan metode komparatif yaitu penentuan hubungan kekerabatan bahasa

dan rekonstruksi bahasa purba yang menurunkan bahasa-bahasa yang berkerabat.

Jadi, Metode Komparatif digunakan untuk membandingkan agar kemiripan-

kemiripan dan perbedaan-perbedaan antara masing-masing dapat terlihat.

1.7 Teknik Penegumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan

diteliti. Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan beberapa teknik sebagai

berikut:

1.7.1 Teknik Observasi

Menurut Mardalis (2014:63) menyatakan “Observasi atau pengamatan

digunakan dalam rangka mengumpulkan data suatu penelitian, merupakan hasil

perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu

rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan

sistematis tentang keadaan/fenomina sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan

mengamati dan mencatat.

Observasi awal dilakukan di Patani (selatan Thailand) yaitu sebelum

pengambilan data pada tanggal 10 Agustus 2017 sekitar jam 13.30 WIB. Pada

observasi ini langkah yang dilakukan ialah pertama, meneliti langsung ke

lapangan. Kedua, mencari dan bertanya pada salah satu staf desa Lalok, Patani

(selatan Thailand) tentang siapa saja orang Patani yang tepat untuk dijadikan

narasumber penelitian ini. Ketiga, setelah memperoleh informasi, dilakukan

penyeleksian siapa yang layak dijadikan sebagai informan sumber data sesuai

kriteria.

1.7.2 Teknik Wawancara

Teknik ini merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan komunikasi dengan informan yang menjadi sumber data. Menurut

Arifin (2009:157) menyatakan wawancara adalah salah satu bentuk alat evaluasi

jenis non-tes yang melakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung

maupun tidak langsung dengan peserta didik.

Hari pertama, penelitian bahasa Melayu Patani (selatan Thailand) yang

berkaitan dengan 200 kosakata dasar dari Swadesh pada tanggal 15 Agustus 2017

wawancara dilakukan jam 10.15 WIB saat itu informan sedang menyangkul

dibelakang rumahnya, yaitu informan bapak Mustapa yang merupakan penduduk

asli di desa Lalok, Patani (selatan Thailand). Pada tanggal 16 Agustus 2017

wawancara dilakukan di Patani (selatan Thailand) sekitar jam 13.30 WIB yaitu

ibu Suraya yang merupakan penduduk asli di Lalok, Patani (selatan Thailand)

ketika itu informan sedang santai di dalam rumahnya.

1.7.3 Teknik Rekaman

Teknik Rekaman ini digunakan untuk merekam data yang berupa ujaran-

ujaran kosakata dari informan tentang kosakata dasar bahasa Melayu Patani

(selatan Thailand). Mahsun (2013:132) menyatakan status teknik ini bersifat

melengkapi kegiatan penyediaan data dan teknik catat. Maksudnya, apa yang

dicatat itu dapat dicek kembali dengan rekaman yang dihasilkan.

Teknik rekaman di lakukan bersama dengan pelaksanaan wawancara,

setelah wawancara dilakukan sesuai dengan tahap dan langkahnya, kemudia

dilanjutkan dengan langsung merekam informan tentang pengucapan bunyi dua

ratus kosakata bahasa Melayu Patani (selatan Thailand).

1.7.4 Teknik Catat

Taknik catat penulis gunakan ketika penulis sedang melakukan teknik

rekeman setelah itu penulis mencatat tuturan-tuturan informan tentang

pengucapan bunyi dua ratus kosakata dan ini dilakukan untuk memudahkan

memilih datayang diperlukan agar data dapat dekelompokkan sesuai dengan

kriteria. Mahsun (2013:131) menyatakan “Selanjutnya, apa yang dilihat itu harus

dicatat. Karena meskipun ada hasil rekaman, namun hasil rekaman dalam bentuk

pita rekaman tidak akan pernah memberikan gambaran ihwal yang berkaitan

dengan fonetik artikulatoris”.

1.8 Teknik Analisis Data

Penelitian yang berjudul Perbandingan Kosakata Dasar Bahasa Indonesia

dengan Bahasa Melayu Patani (selatan Thailand). Pada penelitian ini penulis

menganalisis data yang telah diperolah maka dikumpulkan melalui beberapa tahap

berikut ini. Pertama, memindahkan dari bahasa lisan ke bahasa tulisan. Kedua,

diidentifikasi kemudia klasifikasi berdasarkan kelas kata. Ketiga,

mengklasifikasikan dan menganalisis kosakata sesuai dengan masalah dan teori.

Keempat, menyimpulkan hasil analisis data.