bab i pendahuluan a. latar belakang...

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002). Peradangan juga merupakan patologi dari berbagai penyakit di masyarakat seperti penyakit kardiovaskular, penyakit neurodegeneratif (termasuk Alzheimer). Peradangan juga merupakan komponen penting dari perkembangan kanker dan nyeri neuropatik. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit yang melibatkan berbagai disiplin ilmu (Serhan dkk., 2010). Dalam proses inflamasi terdapat kejadian pokok yang menghasilkan disfungsi dan kerusakan jaringan yaitu pengumpulan dan migrasi leukosit dari aliran darah menuju tempat luka atau infeksi (Jutila dkk., 1989; Springer, 1994). Infiltrasi jaringan yang spesifik oleh subpopulasi leukosit menandai fungsi kritis mereka dalam patogenesis dari penyakit inflamasi (Luster dkk., 2005). Selama aktivasi dan fagositosis, leukosit melepaskan produk mikrobisidal dan produk lain yang merusak sel dan jaringan. Proses yang menetap, berkepanjangan dan tidak dikendalikan menyebabkan infiltrasi leukosit sendiri akan menyerang jaringan dan organ. Dengan hal tersebut, kerusakan jaringan karena leukosit akan menjadi dasar dari berbagai penyakit akut dan kronis manusia (Kumar dkk., 2005). 1

Upload: ngokiet

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh

cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau

mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland,

2002). Peradangan juga merupakan patologi dari berbagai penyakit di masyarakat

seperti penyakit kardiovaskular, penyakit neurodegeneratif (termasuk Alzheimer).

Peradangan juga merupakan komponen penting dari perkembangan kanker dan

nyeri neuropatik. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit yang melibatkan

berbagai disiplin ilmu (Serhan dkk., 2010).

Dalam proses inflamasi terdapat kejadian pokok yang menghasilkan

disfungsi dan kerusakan jaringan yaitu pengumpulan dan migrasi leukosit dari

aliran darah menuju tempat luka atau infeksi (Jutila dkk., 1989; Springer, 1994).

Infiltrasi jaringan yang spesifik oleh subpopulasi leukosit menandai fungsi kritis

mereka dalam patogenesis dari penyakit inflamasi (Luster dkk., 2005). Selama

aktivasi dan fagositosis, leukosit melepaskan produk mikrobisidal dan produk lain

yang merusak sel dan jaringan. Proses yang menetap, berkepanjangan dan tidak

dikendalikan menyebabkan infiltrasi leukosit sendiri akan menyerang jaringan dan

organ. Dengan hal tersebut, kerusakan jaringan karena leukosit akan menjadi

dasar dari berbagai penyakit akut dan kronis manusia (Kumar dkk., 2005).

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

2

Selama ini pengobatan inflamasi umumnya didominasi oleh obat-obat

NSAID (Antiinflamasi Non Steroid). Pengunaan obat-obat NSAID ini kerap

memunculkan keluhan-keluhan berupa gangguan pencernaan, liver dan ginjal

sehingga perlu dikembangkan obat lain yang lebich aman. Salah satu alternatif

antiinflamasi yang aman adalah antiinflamasi yang bersumber dari bahan alam.

Penggunaan senyawa alam yang terkandung dalam tumbuhan dan hewan

untuk pengobatan telah lama berlangsung. Adanya penelitian dari bahan-bahan

alam tersebut diharapkan dapat memberikan jalan bagi penemuan obat tradisional

atau obat alternatif untuk penyakit-penyakit yang semakin kompleks. Diharapkan

pula dengan penelitian dari bahan alam ini, dapat ditemukan alternatif obat baru

atau obat tradisional dengan harga yang terjangkau, bahan baku yang cukup

tersedia dan mempunyai efek samping minimal.

Pada penggunaan obat alami di masyarakat, tanaman Plantago

lanceolata digunakan sebagai antiinflamasi, anti bakteri, penyembuh luka,

diuretik dan antiasma tanpa adanya toksisitas. Oleh karena itu banyak peneliti

yang kemudian melakukan penelitian tentang kandungan senyawa aktif dari

Plantago lanceolata sehingga dapat menjelaskan berbagai kegunaan dari tanaman

ini (Fons dkk., 1998). Selain itu penelitian secara in vitro maupun in vivo tentang

aktivitas antiinflamasi Plantago lanceolata masih sangat terbatas. Diharapkan

adanya penelitian tentang aktivitas antiinflamasi dari daun Plantago lanceolata

dengan penghambatan migrasi leukosit menjadi penting dan diharapkan

memberikan kontribusi bagi penelitian tentang obat antiinflamasi.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

3

B. Tinjauan Pustaka

1. Plantago lanceolata

Kedudukan tanaman Plantago lanceolata dalam sistematika tumbuhan

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermathophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Order : Plantaginales

Family : Plantaginaceae

Species : Plantago lanceolata L.

(Backer dan van den Brink, 1965)

Plantago lanceolata merupakan tanaman semak dengan tinggi 30 - 50

cm. Batangnya berbentuk bulat, pendek dan berwarna cokelat. Daunnya berbentuk

bulat telur, dengan ujung tumpul, pangkal meruncing, tepi bertoreh, berambut

halus, panjang 1 - 28 cm, lebar 5 - 11 cm, pertulangan daun melengkung, tangkai

panjang 1 - 20 cm, permukaan atas berwarna hijau keunguan, dan permukaan

bawah hijau. Bunganya majemuk, bentuk bulir, panjang 2 - 20 cm, berbulu halus,

hijau, tajuk bunga kecil, panjang 0,5 - 1 cm, dan berwarna putih. Buahnya

berbentuk kotak kecil berwarna hijau, sedangkan bijinya berbentuk pipih kecil

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

4

dan berwarna putih yang kemudian menjadi hitam ketika biji sudah tua

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Gambar 1. Tanaman Plantago lanceolata skala 1:6

Menurut European Medicine Agency, Plantago lanceolata mengandung

glikosida iridoid dengan aukubin dan katalpol sebagai senyawa utama (Jurisic

dkk., 2004). Tanaman ini juga mengandung metilester asperulosida, globularin,

asam desasetilasperulosida, 2 - 6,5% musilago, arabinogalaktan, glukomanan,

rhamnogalakturonan dengan sisi-rantai arabinogalaktan, rhamnoarabinogalaktan

dan linear (1-6)-α-D-glukan. Selain itu tanaman ini juga mengandung flavonoid

(apigenin 7-O-glukosida, scutellarein), caffeic acid glycosides esters (CGEs)

seperti plantamosida, verbaskosida, lavandulifoliosida, dan isoverbaskosida (Fons

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

5

dkk., 1998). Getahnya juga mempunyai kandungan alkana rantai lurus dan asam

triterpen (asam oleanolat dan asam ursolat) (Bakker dkk., 1999). Dekoktanya

mempunyai kandungan sumber elemen antara lain Ca, Co, Cu, K, Mn (Rabai

dkk., 2012).

Plantago lanceolata mempunyai manfaat sebagai antiinflamasi, anti

bakteri, penyembuh luka, diuretik dan antiasma tanpa adanya toksisitas (Fons

dkk.,1998). Penelitian yang dilakukan oleh Beara dkk. (2010) menunjukkan

bahwa ekstrak metanol daun Plantago lanceolata mempunyai kemampuan

antiinflamasi dengan penghambatan COX-1 dan 12-LOX. Salep Plantago

lanceolata juga menunjukkan kemampuannya dalam mempercepat penyembuhan

tendinitis (Oloumi dkk., 2011). Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Vogl

dkk. (2013) menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana daun Plantago lanceolata

mempunyai aktivitas antiinflamasi yang kuat pada penghambatan NF-κB.

2. Inflamasi

Inflamasi merupakan suatu respons terhadap stimulus luka jaringan yang

disebabkan oleh berbagai penyebab seperti infeksi, antibodi, atau luka fisik.

Respon inflamasi sangat diperlukan untuk menyelamatkan tubuh dari lingkungan

patogen dan luka. Pada beberapa situasi dan penyakit, inflamasi dapat

memberikan respon yang berlebihan dan berkepanjangan tanpa memberikan

manfaat (Burke dkk., 2006). Inflamasi didefinisikan sebagai reaksi dari

mikrosirkulasi beserta substansinya terhadap luka. Mikrosirkulasi yaitu sistem

pembuluh darah kecil yang menyediakan darah bagi jaringan yang di dalamnya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

6

terdapat berbagai macam leukosit yang merupakan bagian penting dari proses

inflamasi. Tujuan dari inflamasi adalah untuk membatasi dan mengobati luka.

Pada luka fisik, kerusakan secara langsung pada sistem pembuluh jaringan

memulai reaksi inflamasi (Green dan Harris, 2008).

Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen-

elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada

tempat yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya

serta memperbaiki jaringan yang rusak (Kee dan Hayes, 1993). Tanda-tanda

pokok inflamasi mencakup kemerahan, panas, nyeri, pembengkakan, perubahan

fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio laesa

(Price dan Wilson, 1994). Tanda-tanda inflamasi meliputi kerusakan

mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit ke daerah

inflamasi (Wilmana, 1995).

Secara garis besar, inflamasi ditandai dengan vasodilatasi pembuluh

darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan,

kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah

besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang

disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam

jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam

jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang

menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin,

beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

7

pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang

dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi (Guyton dan Hall, 1997).

Stimulation of humoral Stimulation of celluler Immune system (B cells) immune system(T cells)

Activation of T Helper cells

Antibody production

Antibody/antigen Release of Activation of Interaction Cytokines cytotoxic T cells

Stimulation of machrophages

Gambar 2. Mekanisme Inflamasi (dimodifikasi dari Gard, 2001)

Inflamasi dapat bersifat akut yaitu berumur pendek atau kronis yaitu

berkepanjangan.

a. Inflamasi akut

Inflamasi akut merupakan respons langsung terhadap agen inflamasi.

Respons ini berlangsung dalam waktu relatif singkat, hanya beberapa jam atau

hari (Robins dan Kumar, 1987). Inflamasi akut adalah respons awal tubuh oleh

benda berbahaya dan meningkat dengan meningkatnya pergerakan plasma dan

Pain Oedema

Exposure to foreign protein

Celullar damage

Invasion by infective agents

Release of inflammatory

mediators

Removal of invading cells or foreign protein

IgE

Increased Vascular

permeablity Leukocyte infiltration

phagocytosis

Chemotaxis

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

8

leukosit dari darah ke jaringan luka. Reaksi biokimia berantai yang mempropagasi

dan mematangkan respons imun, termasuk sistem vaskuler, sistem imun, dan

berbagai sel yang ada pada jaringan luka ( Gard, 2001).

Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan

aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan

memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah.

Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan migrasi dan

selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera (Mitchell dan Cotran, 2003). Inflamasi

akut memiliki tiga proses yaitu:

1. Perubahan diameter pembuluh darah

2. Kenaikan permeabilitas vaskuler

3. Pembentukan eksudat seluler berupa migrasi neutrofil polimorf ke dalam

rongga ekstravaskuler (Underwood, 1999).

Perubahan yang terjadi di dalam sirkulasi mikro merupakan respons

fisiologi. Fase awal konstriksi arteriol terjadi sementara, yang mungkin kurang

penting pada inflamasi akut. Fase vasodilatasi (hiperemi aktif) berikutnya dapat

bertahan dari 15 menit sampai beberapa jam, tergantung dari berat ringannya

cedera. Secara eksperimental telah dibuktikan bahwa aliran darah ke daerah

cedera dapat meningkat hingga 10 kali lipat. Sementara aliran darah mulai

mengalir secara perlahan, sel-sel darah mulai mengalir mendekati dinding

pembuluh darah, di daerah zona plasmatik. Keadaan ini memungkinkan leukosit

menempel pada epitel, sebagai langkah awal terjadinya migrasi leukosit ke dalam

ruang ekstravaskuler. Lambatnya aliran darah yang mengikuti fase hiperemia

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

9

menyebabkan meningkatnya permeabilitas vaskuler, mengakibatkan keluarnya

plasma untuk masuk ke dalam jaringan, sedangkan sel darah tertinggal dalam

pembuluh darah. Akibatnya viskositas darah menjadi meningkat (Underwood,

1999).

Resolusi dari respons inflamasi ditandai dengan adanya penghilangan

leukosit melalui limfa atau dengan apoptosis (bunuh diri sel) dan fagositosis oleh

makrofag pada jaringan sehingga respons inflamasi akut berhenti. Selain itu

adanya sel debris dan sel darah merah pada kompartemen ekstraseluler

dihilangkan oleh fagositosis pada makrofag jaringan. Kegagalan dalam

penghilangan sel apoptosis ini akan membawa sel menjadi nekrotik sehingga

akan meningkatkan kerusakan jaringan. Bila respons inflamasi akut menjadi

berlebihan atau berkepanjangan maka dapat membawa menuju kerusakan jaringan

dan organ yang serius (Serhan dkk., 2010).

Jika respons inflamatoris tidak berhasil memperbaiki seluruh jaringan

yang rusak sehingga kembali ke keadaan aslinya (misalnya gagal melenyapkan

substansi asing) atau jika perbaikan jaringan tidak dapat disempurnakan, maka

proses akan berlanjut pada keadaan inflamasi kronis. Proses ini berciri dengan

adanya limfosit, monosit, dan sel plasma secara terus menerus (Ward, 1993).

b. Inflamasi Kronis

Inflamasi kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi

panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara

simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya

dengan inflamasi akut yaitu inflamasi akut ditandai dengan perubahan vaskuler,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

10

edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar, sedangkan inflamasi kronis

ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit dan sel plasma),

destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah

baru/angiogenesis dan fibrosis) (Mitchell dan Cotran, 2003). Inflamasi kronis

pada umumnya primer, kadang-kadang disebut inflamasi kronis ab initio, tetapi

adakalanya merupakan kelanjutan inflamasi akut.

Inflamasi kronis dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Inflamasi

kronis dapat timbul menyusul inflamasi akut, atau responsnya sejak awal bersifat

kronis. Perubahan inflamasi akut menjadi inflamasi kronis berlangsung bila

respons inflamasi akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab luka yang

menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya

inflamasi kronis sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab lukanya

memiliki toksisitas lebih rendah dibandingkan dengan penyebab yang

menimbulkan inflamasi akut. Terdapat tiga kelompok besar yang menjadi

penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu, kontak

lama dengan bahan yang tidak dapat hancur serta penyakit autoimun. Suatu

inflamasi yang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronis, tetapi

karena banyak bergantung pada respons efektif tuan rumah dan sifat alami luka,

maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara inflamasi akut dan

kronis sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi (Robbins dan Kumar, 1995).

Inflamasi kronis ditandai terjadinya degenerasi dan fibrosis jaringan.

Plasma darah setelah melewati dinding pembuluh darah yang permeabel sifatnya

berubah disebut limfe inflamasi. Leukosit dan limfe inflamasi secara bersama

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

11

membentuk eksudat inflamasi yang menimbulkan pembengkakan pada jaringan.

Rasa nyeri disebabkan serabut syaraf yang tertekan akibat pembengkakan

jaringan. Kerusakan jaringan disebabkan fagositosis, enzim lisosomal, dan radikal

oksigen (Insel, 1996). Inflamasi kronis adalah respons proliferatif dimana terjadi

proliferasi fibroblas, endotelium vaskuler, dan infiltrasi sel mononuklear (limfosit,

sel plasma dan makrofag). Eksudat leukosit pada inflamasi kronis

monomorfonuklir membedakannya dari eksudat polimorfonuklir pada inflamasi

akut (Robins dan Kumar, 1987).

c. Patologi Inflamasi

Selama aktivasi dan fagositosis, leukosit melepaskan produk

mikrobisidal dan produk lain tidak hanya di dalam phagolisosom tetapi juga pada

rongga ekstraseluler. Substansi yang paling penting pada neutrofil dan makrofag

adalah enzim lisosom yang terdapat pada granul; reactive oxygen intermediate;

dan produk metabolisme asam arakhidonat termasuk prostaglandin dan leukotrien.

Produk-produk tersebut dapat menyebabkan luka pada endotelial dan merusak

jaringan, dan mungkin semakin menguatkan efek dari luka yang pertama. Produk

dari monosit/makrofag dan leukosit yang lain mempunyai potensi yang

merugikan. Bila hal tersebut menetap, berkepanjangan dan tidak dikendalikan,

maka infiltrasi leukosit akan menyerang jaringan dan organ, dan kerusakan

jaringan karena leukosit akan menjadi dasar dari berbagai penyakit akut dan

kronis manusia (Kumar dkk., 2005).

Inflamasi juga berperan dalam meningkatkan resiko kanker pada jaringan

yang dikenai. Kondisi klinik yang terlibat dalam inflamasi dan peningkatan resiko

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

12

kanker meliputi penyakit imunologi, infeksi (bakteri, cacing,virus) dan iritasi

kimia dan mekanis yang kronis. Inflamasi terlibat dalam respons yang kompleks,

pada inflamasi akut menuju penyembuhan luka dan regenerasi jaringan. Respons

ini meliputi perekrutan tipe sel yang spesifik, pelepasan mediator inflamasi dan

interaksi antara ligan kemokin dan reseptor sistem. Leukosit (neutrofil, monosit,

makrofag, dan eosinofil) menghasilkan spesies oksigen dan nitrogen reaktif yang

secara langsung dapat merusak gen yang mengontrol cell growth (Christen dkk.,

1999). Sel yang memperantarai respons inflamasi juga menghasilkan faktor

autokrin dan parakrin yang merangsang proliferasi sel, menghambat apoptosis,

menginduksi angiogenesis dan mengganggu beberapa respons imun. Secara

umum faktor-faktor tersebut dapat mempercepat adanya mutagenesis, mendukung

keberlangsungan proliferasi dari sel yang telah bermutasi, dan meningkatkan

kemungkinan beberapa klon sel menerima mutasi genetik menjadi kanker yang

invasif dan metastatic (Thun dkk., 2004).

Penyakit inflamasi kronis seperti rheumatoid arthritis dicirikan dengan

adanya akumulasi sel inflamasi pada synovial sendi yang menyebabkan kerusakan

sendi. Kerusakan fungsi jaringan dan organ sebagai akibat dari respons inflamasi

yang tidak tepat juga terlihat pada berbagai penyakit antara lain bronkitis kronis,

emfisema, asma, glomerulonefritis, myocardial infarction, dan lain sebagainya.

Bagaimanapun selain manfaatnya, inflamasi dapat berhenti memberikan manfaat

dan berkontribusi dalam patogenesis dari berbagai penyakit (Serhan dkk., 2010).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

13

3. Migrasi Leukosit

Leukosit pada manusia adalah sebagian besar sel imun di dalam darah.

Leukosit beredar ke seluruh tubuh manusia melalui pembuluh sirkuler yang

terhubung dengan sel endotelial. Saat leukosit meninggalkan darah, hal yang

pertama terjadi adalah rolling (menggelinding) pada leukosit. Selama terjadinya

rolling leukosit, adhesi leukosit menuju endotelium yang secara umum

diperantarai oleh sekelompok reseptor yang disebut selectin, termasuk L-selectin

(CD62L) pada leukosit, P- dan E-selectin (CD62P dan CD62E) pada endotelium

(Springer, 1990). Selectin berikatan dengan P-selectin glycoprotein ligand 1

(PSGL1) dan ligan terglikosilasi lainnya. Peran yang dominan dimiliki oleh

PSGL1 terhadap tiga selectin tersebut walaupun sebenarnya digambarkan sebagai

ligan dari P-selectin. Interaksi dari selectin dan ligan membuat leukosit mampu

menempel pada endotelium yang mengalami inflamasi dengan kondisi adanya

aliran darah (Ley dkk., 2007).

Selain selectin, integrin juga berperan dalam rolling dan memperantarai

adhesi leukosit. Sel mengekspresikan α4β7-integrin yang menggerakkan mucosal

vascular addressin cell-adhesion molecule 1 (MADCAM-1) dan limfosit dapat

menggerakkan vascular cell-adhesion molecule 1 (VCAM-1) dengan

mengikatkan permukaan sel mereka dengan very late antigen 4 (VLA4 atau

dikenal dengan α4β1-integrin). Rolling melalui VLA4 sering teramati pada sel

monosit dan monocyte-like (Ley dkk., 2007).

Mengikuti proses rolling sebelumnya yang diperantarai oleh selectin,

integrin dan ligannya, aktivasi leukosit terjadi dengan berkurangnya kecepatan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

14

rolling dan berubah menjadi adhesi yang kuat. Adhesi sel distabilkan oleh

interaksi dari integrin yang berikatan dengan keluarga imunoglobulin yaitu

celullar adhesion molecules (CAM), meliputi intercelullar ICAM-1, vascular

VCAM-1, dan platelet-endothelial PECAM-1. Imunoglobulin ini diekspreskan

oleh endotelium, dan dapat ditingkatkan selama inflamasi, berlaku untuk ICAM-1

dan VCAM-1, sedangkan PECAM-1 diredistribusi ke tempat inflamasi dan

terlibat pada interaksi homofilik PECAM-1 dan leukosit (Serhan dkk., 2010)

Gambar 3. Mekanisme migrasi leukosit (Serhan dkk., 2010).

Melanjutkan adhesi yang tetap sebelumnya, leukosit meninggalkan

venula postcapillar dan mendorong dirinya ke dalam rongga subendotelial.

Kejadian ini disebut ekstravasasi leukosit, atau diapedesis yang tergantung pada

susunan proses seluler meliputi ekspresi molekul adhesi dan aktivasi, reorganisasi

sitoskeletal, dan alterasi pada fluiditas membran. Molekul seperti molekul adhesi

JAM, PECAM-1, ICAM-1, ICAM-2, V-CAM-1, CD99 dan Endothelial cell-

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

15

selective adhesion molecule (ESAM) dapat ditemukan pada endothelial junction

(persimpangan endotelial) dan mengatur migrasi leukosit ke dalam jaringan

(Serhan dkk., 2010)

Terdapat dua jalur diapedesis yaitu rute paraseluler dan transseluler.

Pada proses migrasi paraseluler leukosit harus melewati endothelial junction yang

berperan sebagai fungsi pembatas dari pembuluh darah, dan terdiri dari protein

adhesi transmembran yang terhubung dengan ligan intraselulernya. Migrasi

melalui jalur transseluler agak sulit terjadi pada area sel endotelial yang banyak

terdapat ICAM-1. Ligasi dari ICAM-1 oleh integrin pada permukaan leukosit

menghasilkan sinyal yang mengarah pada pembentukan saluran dalam sel

endotelial, tempat leukosit dapat bermigrasi. Walaupun terdapat beberapa pilihan

jalur migrasi, proses ini dipengaruhi oleh stimulus migrasi dan tergantung pada

pembuluh darah yang terlibat (Serhan dkk., 2010).

Migrasi leukosit tidak hanya bertindak sebagai pengarah migrasi leukosit

dari lumen vaskuler menuju jaringan esktravaskular namun juga memberikan

peran yang penting dalam mengatur fenotip dari migrasi sel sehingga perilaku

leukosit dalam responsnya terhadap kemoatraktan, arah migrasi dan interaksi

dengan komponen dari jaringan ekstravaskuler dapat diregulasi. Mekanisme

tersebut dapat berkontribusi dalam kemampuan sistem imun untuk memberikan

respons yang optimum, tidak berlebihan dan terlokalisasi pada jaringan dengan

adanya rangsangan ekstravaskuler tanpa menyebabkan adanya kerusakan pada

tingkat vaskuler. Namun pada kondisi infiltrasi leukosit yang tidak terkontrol dan

berlebihan baik pada besar maupun durasinya, atau tidak sesuai dengan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

16

tempatnya, migrasi leukosit dapat menginduksi penghapusan respons inflamasi

pada host (Yadav dkk., 2003).

Pengumpulan dan migrasi leukosit dari aliran darah menuju tempat luka

atau infeksi adalah kejadian pokok dalam proses inflamasi yang menghasilkan

disfungsi dan kerusakan jaringan (Jutila dkk., 1989; Springer, 1994). Infiltrasi

jaringan yang spesifik oleh subpopulasi leukosit menandai fungsi kritis mereka

dalam patogenesis dari penyakit inflamasi ( Luster dkk., 2005).

4. Leukosit

Leukosit atau sel darah putih berfungsi untuk membantu tubuh melawan

berbagai penyakit infeksi dan merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel

darah putih tidak berwarna, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus

dinding kapiler/diapedesis (Baratawidjaja, 2004). Jumlah leukosit normal dalam

darah adalah 4000-11000/mm3. Konsentrasi leukosit dalam darah lengkap dijaga

relatif konstan, walaupun setiap hari sejumlah leukosit mati, leukosit ini diganti

melalui pembelahan sel. Pembentukan leukosit di sum-sum tulang disebut

granulopoesis. Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis. Stem cell

mampu membelah diri dan berkembang menjadi sel darah putih matang dalam

suatu sekuens pematangan yang teratur kemudian dibebaskan dari sum-sum

tulang ke dalam sirkulasi ( Ronald dkk., 2005; Hoffbrand dan Petit, 2005).

Leukosit terdiri dari dua kelas utama, yaitu granular dan agranular.

Terdapat tiga jenis leukosit granular yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.

Terdapat dua jenis leukosit agranular yaitu limfosit dan monosit (Johnson, 1991).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

17

a. Leukosit granular

1. Neutrofil. Neutrofil atau leukosit polimorfonuklear adalah leukosit yang

paling banyak terdapat pada darah perifer manusia, terdiri dari 40%- 60% dari

total leukosit di darah. Sel ini berdiameter 12–15 μm, memilliki inti yang khas

dan padat, terdiri tiga lobus, mempunyai heterokromatin yang besar, dan tidak

mempunyai nukleus. Sitoplasmanya bersifat lebih asidofilik dan mengandung

dua tipe granul (Johnson, 1991). Neutrofil merupakan pertahanan utama tubuh

dalam melawan antigen dan mikroorganisme asing. Neutrofil berperan dalam

fagositosis mikroorganisme, produksi berbagai mediator, menghasilkan

reactive oxygens species (ROS) serta mengeluarkan enzim litik dengan

aktivitas antimikroba. Semua kemampuan tersebut sangat penting untuk

membunuh patogen (Serhan dkk., 2010).

2. Eosinofil. Eosinofil mempunyai diameter 12-17 µm dan mempunyai

persentase 1%-6% dari total populasi sel darah putih. Eosinofil terutama berada

pada jaringan yang mengandung permukaan mukosa seperti uterus dan saluran

pencernaan (Serhan dkk., 2010). Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali

granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap karena

mengandung protein basa, dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti.

Mielosit eosinofil dapat dikenali tetapi pada stadium sebelumnya tidak dapat

dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan dalam darah untuk

eosinofil lebih lama daripada neutrofil. Eosinofil memasuki eksudat

peradangan dan memainkan peran istimewa pada respons alergi, pada

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

18

pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk

selama peradangan (Hoffbrand dan Pettit, 1996).

3. Basofil. Basofil adalah leukosit granuler yang paling jarang, yaitu 0,5%-

1,5% dari total leukosit pada darah periferal (Serhan dkk., 2010). Diameter

basofil lebih kecil dari neutrofil yaitu sekitar 9-10 μm. Basofil memiliki banyak

granula sitoplasma yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin.

Dalam jaringan, basofil menjadi sel mast. Basofil memiliki tempat-tempat

perlekatan IgG dan degranulasinya dikaitan dengan pelepasan histamin

(Hoffbrand dan Pettit, 1996). Ekspresi mereka pada Fc reseptor IgE, berbagai

mediator yang diproduksi, dan keberadaan basofil pada jaringan dan sirkulasi

dengan adanya alergen menunjukkan bahwa basofil berperan dalam asma,

alergi dan beberapa infeksi (Serhan dkk., 2010).

b. Leukosit agranuler

1. Limfosit. Limfosit adalah jenis dari leukosit dan penting pada pertahanan

tubuh melawan benda asing. Terdapat beberapa jenis limfosit yang mempunyai

fungsi yang berbeda-beda, namun mereka berasal dari stem sel hematopoetik

pada sum-sum tulang belakang. Limfosit dapat dibagi berdasarkan ukuran dan

granularitas. Sel Natural killer (NK) mempunyai ukuran yang besar, sedangkan

limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T) mempunyai ukuran yang kecil (Serhan

dkk., 2010).

2. Monosit. Monosit mempunyai ukuran yang relatif besar dari leukosit darah

tepi lain yaitu berdiameter 16-20 μm dan memiliki inti besar di tengah oval

atau berlekuk dengan kromatin mengelompok (Johnson, 1991). Monosit hanya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

19

memiliki sedikit persediaan dalam sum-sum tulang belakang, mobilisasi

monosit memerlukan waktu yang lebih lama untuk membelah diri dari sel

asalnya. Monosit pada keadaan normal mempunyai tempat permanen dalam

jaringan berupa makrofag (Ronald dkk., 2005).

5. Obat Antiinflamasi

Obat antiinflamasi digolongkan menjadi dua yaitu obat antiinflamasi

nonsteroid (NSAID) dan obat antiinflamasi steroid (SAID). Obat-obat tersebut

mempunyai mekanisme yang berbeda dalam mengurangi inflamasi.

a. Obat Antiinflamasi Non-steroid (NSAID)

Efek terapeutik utama dari NSAID berasal dari kemampuannya

menghambat pembentukan prostaglandin. Enzim pertama pada pembentukan

prostaglandin adalah prostaglandin endoperoksida sintase atau asam lemak

siklooksigenase. Enzim ini mengubah asam arakidonat menjadi senyawa antara

yang tidak stabil, yaitu PGG2 dan PGH2. Telah diketahui bahwa ada dua bentuk

siklooksigenase, yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-

2). Enzim COX-1 merupakan suatu isoform konstitutif yang terdapat dalam

kebanyakan sel dan jaringan normal, sedangkan COX-2 terinduksi saat

berkembang peradangan oleh sitokin dan mediator radang. Namun COX-1 juga

diekspresi secara konstitutif di dalam lambung tetapi COX-2 tidak (Roberts dan

Morrow, 2007).

Selain kemampuan utamanya dalam menghambat sintesis prostaglandin,

NSAID juga memiliki kemampuan dalam menghambat faktor transkripsi, faktor

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

20

pertumbuhan sel, dan menghambat molekul yang mengatur apoptosis. Pada

konsentrasi supraterapi, sodium salisilat menghambat transkripsi gen regulator

nuclear factor κB (NFκB) yang berperan dalam mengurangi ekspresi dari

kemokin dan nitrit oksida (NO), serta mengurangi aktivitas tumor necrosis factor

(TNF). Obat NSAID selektif dan nonselektif COX-2 juga mempunyai

kemampuan menghambat angiogenesis melalui hambatan terhadap mitogen-

activated protein kinase (ERK2) di sel endotelial (Sundy, 2004).

Mekanisme kerja NSAID lainnya dalam menghambat COX adalah yang

pertama melalui mediasi terhadap inhibisi time-independent dari COX yang

tergantung dari konsentrasi obatnya. Kedua, beberapa NSAID (misalnya

indometasin dan flurbiprofen) memiliki kemampuan merangsang perubahan

struktur time-dependent di tempat COX teraktivasi, yang dapat menyebabkan

penghambatan aktivitas enzim semi-ireversibel (Sundy, 2004). Selain itu NSAID

tertentu juga dapat menghambat aktivasi dan fungsi neutrofil secara langsung,

barangkali dengan menghambat proses yang berkaitan dengan membran, terlepas

dari kemampuannya untuk menghambat sintesis prostaglandin. Beberapa NSAID

juga dapat menghambat adhesi leukosit yang tampaknya terlepas dari

kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin (Roberts dan Morrow,

2007)

Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dapat dibagi dalam 3 kelas

besar, yaitu aspirin dan salisilat, nonselektif, serta penghambat selektif COX-2.

Obat anti inflamasi non-steroid nonselektif dapat dibagi lagi menjadi beberapa

subkelas berdasarkan struktur kimianya (Sundy, 2004). Penghambat selektif

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

21

COX-2 dibagi dalam 3 golongan, yaitu penghambat semiselektif atau parsial,

selektif, dan superselektif COX-2 (Smith dan Whitney, 2003). Walaupun masing-

masing NSAID menunjukkan perbedaan yang jelas dalam struktur biokimia dan

asalnya, namun NSAID memiliki mekanisme kerja yang mirip satu sama lain,

sehingga efek sampingnya juga sama. Keadaan ini dikenal sebagai “group effect”.

Perbedaannya hanya pada waktu paruh masing-masing NSAID, yang berpengaruh

pada interval pemberian dan potensinya (Roda dkk., 2007).

b. Obat Antiinflamasi Steroid (SAID)

Obat antiinflamasi steroid (SAID) merupakan obat golongan

glukokortikoid (disebut juga obat-obat golongan kortikosteroid). Kortikosteroid

merupakan anti-inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon steroid alami

pada manusia yang disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Kortikosteroid

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.

Glukokortikoid menghambat terbentuknya leukotrien dan prostaglandin,

sehingga sifat antiinflamasinya kuat. Pengaruh glukokortikoid terhadap

keseimbangan air dan elektrolit kecil, sedangkan pengaruhnya terhadap

penyimpanan glikogen hepar adalah nyata. Mineralokortikoid lebih berefek pada

keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruh glikogen hepar kecil

(Suherman, 1999). Efek antiinflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel

imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel

mast, yaitu dengan menghambat responss inflamasi dan menyebabkan apoptosis

berbagai sel tersebut (Smoak dan Clidowski, 2008)

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

22

Kerja kortikosteroid menekan reaksi inflamasi pada tingkat molekuler

terjadi melalui mekanisme genomik dan nongenomik. Glukokortikoid (GK)

berdifusi pasif dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid (RG) di sitosol.

Ikatan GK-RG mengakibatkan translokasi kompleks tersebut ke inti sel untuk

berikatan dengan sekuens DNA spesifik, yaitu glucocorticoid responsse elements

(GRE). Ikatan GK-RG dengan DNA mengakibatkan aktivasi atau supresi proses

transkripsi. Mekanisme non-genomik GK terjadi melalui aktivasi endothelial

nitric oxide synthetase (eNOS) yang menyebabkan lebih banyak pelepasan nitric

oxide (NO), suatu mediator antiinflamasi (Lee dkk., 2009; Baschant dan

Tuckermann, 2010)

Imunosupresi secara genomik terjadi melalui aktivasi annexin-1

(lipocortin-1) dan mitogen-activated proteinkinase (MAPK) phosphatase 1.

Selain itu, GK juga meningkatkan transkripsi gen antiinflamasi secretory

leukoprotease inhibitor (SLPI) interleukin-10 (IL-10) dan inhibitor nuclear

factor-κB (IκB-a). Annexin-1 menghambat pelepasan asam arakhidonat sehingga

produksi mediator inflamasi menurun (prostaglandin, tromboksan, prostasiklin,

dan leukotrien) (Smoak dan Clidowski, 2008; Barnes, 2006). Kerja enzim MAPK

phosphatase 1 menyebabkan MAPK 1 tidak aktif sehingga aktivasi sel T, sel

dendritik, dan makrofag terhambat. Mekanisme genomik lain berupa inhibisi

faktor transkripsi yang berperan dalam produksi mediator inflamasi, yaitu nuclear

factor-κB (NF-κB) dan activator protein-1(AP-1) ( Lee dkk., 2009).

Salah satu protein antiinflamasi yang ditingkatkan sintesisnya oleh

kortikosteroid adalah lipokortin-1, suatu inhibitor fosfolipase A2 (Ikawati, 2006).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

23

Penghambatan lipokotrin terhadap fosfolipase A2 mungkin dengan mengganggu

pengikatan fosfolipid. Fosfolipase A2 bekerja mengkatalisis pembentukan asam

arakidonat. Dengan picuan sintesis lipokortin-1 oleh obat-obat kortikosteroid,

maka sintesis asam arakhidonat juga terhambat sehingga menghambat

pembentukan mediator baik melalui jalur siklooksigenase maupun lipooksigenase.

Mekanisme ini menjelaskan mengapa kortikosteroid memiliki aksi yang lebih luas

dan lebih poten dibandingkan dengan obat NSAID yang hanya menghambat jalur

siklooksigenase. Dengan mekanisme itu, obat kortikosteroid memiliki kegunaan

terapetik yang luas (Ikawati, 2006).

6. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode kromatografi yang paling

sederhana dari metode kromatografi lainnya. Metode ini membutuhkan bejana

tertutup berisi pelarut dan lempeng KLT untuk pemisahan dan analisis kualitatif

kuantitatif (Sherma, 1996).

Dasar dari KLT adalah campuran senyawa ditotolkan pada fase diam.

Sampel dikeringkan sebelum dilakukan proses elusi. Fase diam dengan dengan

totolan diletakkan pada fase gerak yang biasanya merupakan campuran dari

pelarut murni didalam bejana tertutup. Komponen-komponen dari campuran

senyawa bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda selama pemisahan dari fase

gerak melalui fase diam hingga akhir pengembangan kromatogram. Saat fase

gerak telah berkembang sesuai dengan jarak yang diinginkan, fase diam diambil

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

24

dari bejana, fase gerak dikeringkan dan plat dideteksi dengan reagen visualisasi

yang sesuai (Sherma, 1996).

Penjerap yang umum ialah silika gel, aluminium oksida, kieselgur,

selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Dari penjerap-penjerap

tersebut, silika gel adalah penjerap yang paling banyak digunakan. Silika gel ini

menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara

pembuatannya sehingga silika gel G Merck, menurut spesifikasi Stahl, yang

diperkenalkan tahun 1958, telah diterima sebagai bahan standar. Selain itu harus

diingat bahwa penjerap seperti aluminium oksida dan silika gel mempunyai kadar

air yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya (Stahl, 1985).

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak

sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik

(ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun

(descending). Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering

dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang

paling sederhana ialah campuran dua pelarut organik karena daya elusi campuran

kedua pelarut ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi

secara optimal (Rohman, 2007).

Deteksi paling sederhana adalah komponen yang secara alami

mempunyai warna, fluoresensi atau dapat menyerap sinar ultraviolet (UV).

Meskipun demikian, penggunaan reagen untuk visualisasi dengan penyemprotan

atau pencelupan biasanya diperlukan untuk menghasilkan warna atau fluoresensi

pada sebagian besar komponen. Penyerapan sinar UV merupakan kemampuan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

25

umum bagi banyak komponen seperti senyawa aromatik dan senyawa yang

mempunyai ikatan konjugasi. Hal tersebut membuat metode deteksi yang

sederhana dan universal pada lapisan yang diimpregnasi dengan indikator

fluoresensi (Sherma, 1996).

7. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi

zat aktif simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Metode

penyarian yang akan digunakan tergantung dari wujud dan kandungan dari bahan

yang akan disari. Metode dasar penyarian adalah maserasi, perkolasi dan

sokhletasi. Pemilihan terhadap ketiga metode tersebut di atas disesuaikan dengan

kepentingan dalam kandungan senyawa yang diinginkan (Harborne, 1987).

Pemilihan metode ekstraksi harus mempertimbangkan beberapa faktor di

antaranya sifat bahan mentah, daya penyesuaian dengan tiap macam metode

ekstraksi, dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak sempurna atau mendekati

sempurna (Ansel dkk., 1999).

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali penggojokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan. Maserasi merupakan penyarian yang paling sering digunakan karena

efektif dan sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari sampai meresap dan susunan selnya lunak

sehingga zat-zat yang mudah larut akan segera terlarut. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

26

sehingga zat aktif akan segera larut. Adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif di dalam dan di luar sel menyebabkan larutan yang pekat didesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dan di luar sel (Voight, 1994).

Dalam proses maserasi, bahan berupa serbuk yang akan disari biasanya

ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, ditutup rapat dan

diaduk isinya berulang-ulang. Melalui usaha ini dijamin suatu kesetimbangan

konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat ke dalam cairan penyari. Keadaan

diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan zat aktif. Hasil

ekstraksi yang diperoleh disimpan dalam keadaan dingin selama beberapa hari

lalu cairan dituang dan disaring (Voight, 1994).

8. Uji Migrasi Leukosit yang Diinduksi Thioglikolat

Migrasi leukosit dari aliran darah menuju tempat inflamasi adalah

komponen pokok dari respons inflamasi (Jutila dkk., 1989; Springer, 1994).

Untuk mencapai proses ini, terdapat mekanisme ketika leukosit intravaskular

mampu menembus dinding dan berpindah ke tempat terjadinya luka atau infeksi

dengan proses yang melibatkan sel endotelial dan mediator-mediator inflamasi.

Migrasi leukosit dapat dipelajari secara in vitro maupun in vivo. Migrasi leukosit

dipelajari secara in vivo dengan berbagai model. Pendekatan paling umum adalah

dengan menghitung migrasi leukosit pada suatu rongga dalam tubuh seperti

rongga pleural atau peritoneal menggunakan penginduksi proinflamasi non-

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

27

spesifik seperti thioglikolat atau glikogen, atau mediator inflamasi tertentu seperti

IL-1β atau IL-4 (Yadav dkk., 2003).

Dasar dari migrasi leukosit transendotelial sangat diuntungkan dengan

adanya teknik in vitro yang memberikan analisis molekuler mendalam dan

menjelaskan mekanisme pemberian sinyal yang terlibat dalam proses di bawah

kondisi percobaan yang dikehendaki. Akan tetapi pengamatan dari studi in vitro

tersebut harus diekstrapolasikan ke dalam keadaan in vivo dengan perhatian

penuh, yang bahkan model in vitro yang paling teliti pun tidak dapat sepenuhnya

menyerupai struktur dinding pembuluh pada in vivo (Yadav dkk., 2003).

Injeksi intraperitoneal dari thioglikolat secara efektif menginduksi

pengerahan leukosit kedalam rongga peritoneal. Bioassay ini merupakan model

untuk mengetahui kemampuan leukosit untuk bermigrasi ke tempat inflamasi

pada mencit (Yadav dkk., 2003). Pada studi dengan eksudat makrofag peritoneal,

thioglikolat sering digunakan sebagai eliciting agent (agen pengumpul). Stimulus

ini memiliki kelebihan dalam mengumpulkan banyak sel ke tempat inflamasi

(Leijh, 1984). Studi kinetik juga menunjukkan bahwa injeksi thioglikolat

menginduksi peningkatan jumlah sel leukosit pada peritoneal (Dy M dkk.,1978).

9. Indometasin

Indometasin adalah obat golongan antiinflamasi non steroid (NSAID)

turunan indol asam asetat. Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,5 %

C19H16ClNO4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Merupakan serbuk

hablur kuning pucat hingga kuning kecoklatan dan kelarutannya dalam air kecil

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

28

(Anonim, 1979). Indometasin mempunyai khasiat yang kuat setara dengan

diklofenak, tetapi lebih sering menimbulkan efek samping khususnya ulcerogen

dan pendarahan tersembunyi (occult) (Tjay dan Rahardja, 2002). Indometasin

memiliki efek antiinflamasi dan analgesik-antipiretik yang sebanding dengan

aspirin, dan efek analgetiknya perifer maupun sentral.

Indometasin merupakan inhibitor COX yang kuat dan juga menghambat

migrasi dan motilitas leukosit polimorfonuklear (PMN). Seperti banyak NSAID

yang lain, indometasin mencegah berpasangannya fosforilasi oksidatif pada

konsentrasi di atas terapeutik dan menekan biosintesis mukopolisakarida (Harman

dan Limbird, 2008).

Indometasin efektif untuk melegakan sakit sendi, bengkak, perih, dan

menurunkan durasi dari morning stiffness. Indometasin dapat memberikan

beberapa efek samping yang sebagian besar tergantung pada dosis. Keluhan pada

lambung serta diare disertai luka pada usus merupakan hal yang paling banyak

terjadi (Burke dkk., 2006).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

29

C. LANDASAN TEORI

Inflamasi merupakan suatu respons terhadap stimulus luka yang

disebabkan oleh berbagai penyebab seperti infeksi, antibodi, atau luka fisik.

Respon inflamasi sangat diperlukan untuk menyelamatkan tubuh dari lingkungan

patogen dan luka. Pada beberapa situasi dan penyakit, inflamasi dapat

memberikan respon yang berlebihan dan berkepanjangan tanpa memberikan

manfaat (Burke dkk., 2006). Inflamasi yang tidak terkontrol dapat muncul sebagai

dasar patofisiologi pada banyak penyakit di masyarakat yang dikaitkan dengan

peristiwa pada respons inflamasi (Serhan dkk., 2010). Migrasi leukosit dari aliran

darah menuju tempat inflamasi adalah salah satu komponen pokok dari respons

inflamasi (Jutila dkk., 1989; Springer, 1994).

Migrasi leukosit dipelajari secara in vivo dengan berbagai model.

Pendekatan paling umum adalah dengan menghitung migrasi leukosit pada suatu

rongga dalam tubuh seperti rongga pleural atau peritoneal menggunakan

penginduksi proinflamasi nonspesifik thioglikolat atau glikogen, atau mediator

inflamasi tertentu seperti IL-1β atau IL-4. Model dengan injeksi intraperitoneal

dari thioglikolat secara efektif menginduksi inflamasi melalui pengerahan leukosit

kedalam rongga peritoneal. Bioassay ini merupakan model untuk mengetahui

kemampuan leukosit untuk bermigrasi ke tempat inflamasi pada mencit (Yadav

dkk., 2003).

Plantago lanceolata mengandung glikosida iridoid dengan aukubin dan

katalpol sebagai senyawa utama (Jurisic, 2004), metilester asperulosida,

globularin dan asam desasetilasperulosida, 2-6,5% lendir (muscilago),

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65192/potongan/S1-2013... · fungsi atau dalam bahasa latin klasik rubor, kalor, dolor, tumor, fungsio

30

arabinogalaktan, sebuah glukomanan dan rhamnogalakturonan dengan sisi-rantai

arabinogalaktan serta rhamnoarabinogalaktan dan linear (1-6)-α-D-glukan

(Wichtl, 2004). Getah Plantago lanceolata mengandung alkana rantai lurus dan

asam triterpen yaitu asam oleanolat dan asam ursolat (Bakker, 1999) dan

dekoktanya mengandung Ca, Co, Cu, K, Mn (Rabai dkk., 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Beara dkk. (2010) menunjukkan bahwa

ekstrak metanol daun Plantago lanceolata mempunyai kemampuan antiinflamasi

dengan penghambatan COX-1 dan 12-LOX. Salep Plantago lanceolata juga

menunjukkan kemampuannya dalam mempercepat penyembuhan tendinitis

(Oloumi dkk., 2011). Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Vogl dkk.

(2013) menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana daun Plantago lanceolata

mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai agen antiinflamasi.

D. HIPOTESIS

Ekstrak diklorometana daun Plantago lanceolata dapat menghambat

migrasi leukosit ke dalam rongga peritoneal mencit yang diinduksi thioglikolat.

E. RUMUSAN MASALAH

Apakah ekstrak diklorometana daun Plantago lanceolata dapat

menghambat migrasi leukosit ke dalam rongga peritoneal mencit yang diinduksi

thioglikolat?