bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf ·...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting bagi manusia, karena dengan adanya pendidikan manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Maksudnya di sini adalah dengan adanya pendidikan maka manusia bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat untuk kehidupannya di masyarakat, karena “Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya” (Sujana, 2014, hlm. 8). Dalam dunia pendidikan banyak kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, salah satunya adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengkondisikan siswa agar belajar secara optimal. Sujana (2014, hlm. 15) mengemukakan bahwa ”Pembelajaran merupakan interaksi antara komponen-komponen dalam kegiatan pembelajaran, terutama antara guru sebagai pengajar, siswa sebagai pembelajar, serta buku sebagai sumber belajar”. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek utama dalam pembelajaran adalah siswa, dan guru dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting, yaitu mengkondisikan siswa untuk belajar secara optimal dalam mata pelajaran apapun. Begitupun dalam pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendidikan IPS merupakan program pendidikan sosial pada jalur pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang tertuang dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mencakup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan IPS terpadu yang didalamnya mencakup materi geografi, sejarah, dan ekonomi. Sapriya, dkk. (2006, hlm. 5) mengemukakan bahwa:

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting bagi manusia, karena dengan adanya pendidikan

manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Maksudnya di sini adalah dengan

adanya pendidikan maka manusia bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat untuk

kehidupannya di masyarakat, karena “Pendidikan merupakan salah satu upaya yang

dapat digunakan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya”

(Sujana, 2014, hlm. 8).

Dalam dunia pendidikan banyak kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, salah

satunya adalah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kegiatan

pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengkondisikan siswa agar

belajar secara optimal. Sujana (2014, hlm. 15) mengemukakan bahwa ”Pembelajaran

merupakan interaksi antara komponen-komponen dalam kegiatan pembelajaran,

terutama antara guru sebagai pengajar, siswa sebagai pembelajar, serta buku sebagai

sumber belajar”.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek utama dalam

pembelajaran adalah siswa, dan guru dalam pembelajaran memegang peranan yang

sangat penting, yaitu mengkondisikan siswa untuk belajar secara optimal dalam mata

pelajaran apapun. Begitupun dalam pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial.

Pendidikan IPS merupakan program pendidikan sosial pada jalur pendidikan

sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang tertuang dalam kurikulum pendidikan di

Indonesia, mencakup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan IPS

terpadu yang didalamnya mencakup materi geografi, sejarah, dan ekonomi. Sapriya,

dkk. (2006, hlm. 5) mengemukakan bahwa:

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

2

IPS adalah suatu mata pelajaran atau program studi yang ada di dalam kurikulum

persekolahan. Kurikulum adalah produk dari kebijaksanaan pemerintah hasil studi

masyarakat yang selalu berubah. Sehingga apapun yang ada di dalam kurikulum

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

2

akan selalu berisi muatan yang berisi pesan nilai, norma, dan prinsip-prinsip

moral yang sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan pemerintah dan

masyarakat.

Oleh karena itu, dalam mata pelajaran IPS sebagian besar mengandung materi

yang bersifat hafalan. Mata pelajaran IPS banyak memuat materi sosial dan bersifat

hafalan, sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk

hafalan. Sifat materi pelajaran IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap proses

belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris, terutama guru

menggunakan metode ceramah sedangkan siswa kurang terlibat atau cenderung pasif.

Metode ceramah yang digunakan oleh guru berpengaruh pada tingkat pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Seperti yang

dikemukakan oleh Sanjaya, (2006, hlm. 146-147) bahwa:

…materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada

apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan,

sebab apa yang diberiakn guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang

dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa tentang

materi pembelajaran menggunakan metode ceramah akan terbatas atau tidak optimal.

Agar siswa bisa menyerap materi pembelajaran secara optimal, maka perlu adanya

suatu penunjang dalam pembelajaran. Penunjang tersebut adalah media pembelajaran.

Menurut Sudin dan Saptani (2009, hlm. 5), “media pembelajaran adalah sarana

komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun

perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan

efisien, serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dengan

kata lain dapat diartikan sebagai alat bantu guru untuk berkomunikasi dengan para

siswa dalam proses pembelajaran yang berupa hardware dan software yang

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal dengan cara yang

mudah.

Media pembelajaran mempunyai peran yang cukup berarti di dalam proses belajar

mengajar, karena media pembelajaran mempunyai fungsi-fungsi yang bisa

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

3

memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan

oleh Hernawan (2007, hlm. 12) bahwa dengan menggunakan media pembelajaran:

1. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.

2. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada

masing-masing siswa.

3. Membangkitkan motivasi belajar siswa.

4. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun

disimpan menurut kebutuhan.

5. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh siswa.

6. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.

7. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.

Pendapat dari Hernawan tentang media pembelajaran mempunyai peran yang

cukup berarti atau bisa dibilang penting di dalam proses belajar mengajar selaras

dengan pendapat dari McKnowen (dalam Sudin & Saptani, 2009, hlm. 75-76) ada 4

fungsi media pembelajaran, yaitu.

1. Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang

menekankan pada pembelajaran akademis menjadi pendidikan yang

mementingkan kebutuhan peserta didik.

2. Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik karena:

a) Media pembelajaran pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi

peserta didik sehingga menarik perhatian peserta didik.

b) Penggunaan media pembelajaran memberikan kebebasan kepada peserta

didik lebih besar dibandingkan dengan cara belajar tradisonal.

c) Media pembelajaran lebih konkrit dan mudah dipahami.

d) Memungkinkan peserta didik untuk berbuat sesuatu.

e) Mendorong peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak.

3. Memberikan kejelasan (clarification).

4. Memberikan rangsangan (stimulation).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, menunjukan bahwa media pembelajaran

memang penting dalam pembelajaran agar proses belajar mengajar bisa berjalan

maksimal, karena dengan adanya media pembelajaran bisa memperjelas pesan yang

ingin disampaikan oleh guru kepada siswa, dan juga memberikan stimulus atau

rangsangan kepada siswa sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bisa

maksimal.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian tanggal 10 Oktober

2015 di kelas V A SDN 1 Waruroyom, dalam proses belajar mengajar mengenai

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

4

peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia pada mata pelajaran IPS, siswa

terlihat tidak bersemangat dan cepat bosan tentang materi yang dipelajarinya karena

guru selalu menyuruh siswa untuk membaca materi dan kemudian mencatat semua

materi yang sangat banyak. Meskipun dibagian akhir guru sedikit menjelaskan materi

yang siswa tulis, hal tersebut menimbulkan siswa kurang aktif, kreatif, dan cepat

bosan sehingga membuat siswa mengantuk.

Berbagai kendala yang dialami siswa tersebut salah satunya disebabkan karena

tidak adanya media pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk membantu siswa

dalam memahami materi pelajaran. Dalam menjelaskan materi, guru tidak

menggunakan media apapun, ditambah guru hanya menggunakan metode ceramah

saat mengajar. Padahal proses pembelajaran seyogyanya dapat menarik perhatian

siswa, memotivasi siswa untuk belajar, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan guru dan siswa

pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru

No Pertanyaan Jawaban

1. Kesulitan apa yang dialami pada

saat mengajar pelajaran IPS?

Kesulitan menyampaikan materi yang

banyak, dan siswa yang susah diatur.

2. Metode apa yang digunakan? Ceramah.

3. Menurut Bapak pembelajaran IPS

yang ideal itu seperti apa?

Pembelajaran yang memotivasi siswa

supaya siswa lebih semangat dalam

belajar. Karena materi pembelajaran

IPS yang banyak sehingga membuat

siswa menjadi bosan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

5

4. Media apa yang digunakan? Tidak ada.

Tabel 1.2

Hasil Wawancara Peneliti dengan Siswa

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah proses

pembelajarannya menarik?

Tidak pak.

2. Apakah materi yang

disampaikan dapat

dipahami?

Tidak.

3. Materi apakah yang sulit

dipahami? Mengapa?

Materi tentang peninggalan sejarah

Hindu-Buddha di Indonesia. Karena

materinya sangat banyak.

4. Bagaimana tanggapan anda

tentang gaya mengajar guru?

Membosankan, membuat mengantuk

pak.

5. Pembelajaran seperti apakah

yang diinginkan?

Bermain sambil belajar.

Hasil wawancara di atas diperkuat dengan data hasil belajar siswa kelas V A SDN

1 Waruroyom yang berjumlah 20 orang siswa mengenai peninggalan sejarah Hindu-

Buddha di Indonesia hanya 4 orang siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru wali kelas. Kesimpulan tersebut

diperoleh dari data awal hasil belajar siswa sebagai berikut:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

6

Tabel 1.3

Data Awal Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha di Indonesia

Kelas V A SDN 1 Waruroyom

NO NAMA NILAI KKM TUNTAS BELUM

TUNTAS

1 Abdul Muiz 75 62

2 Aditiya Arif. F 55 62

3 Devi Nawang Sari 55 62

4 Dewi Puspita 50 62

5 Dwilisty Auliya. C 55 62

6 Harto 55 62

7 Mugni Khariri 50 62

8 Nurmala 40 62

9 Nurul 60 62

10 Resky Cahya Pangestu 55 62

11 Rosi Anggraeni 65 62

12 Sardji 55 62

13 Sasi Kirana 40 62

14 Siti Kholifatul Aeni 65 62

15 Solafudin 45 62

16 Syafiatul Mahmudah 45 62

17 Tedi Firmansyah 40 62

18 Tirta Kusuma 45 62

19 Vina Dinata 55 62

20 Windi Cantika 70 62

Jumlah 4 orang 16 orang

Persentase 20 % 80%

Hasil belajar yang dipaparkan dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 20

siswa, hanya 4 orang yang tuntas dan 16 orang belum tuntas, bila dipersentasekan

siswa yang tuntas adalah 20% sedangkan yang belum tuntas 80% dengan nilai KKM

yang ditentukan oleh guru kelas yaitu 62. Dengan demikian hasil belajar siswa pada

materi peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia masih rendah. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka perlu adanya pemilihan media pembelajaran yang tepat.

Media pembelajaran tersebut adalah media kartu kwartet.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

7

Menurut Subhani (2011), “Kartu kwartet adalah bentuk permainan kartu yang

dimainkan oleh dua sampai empat orang pemain. Gambar yang terdapat pada kartu

beragam, mulai dari gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat

dalam bentuk pengetahuan”.

Teori yang mendukung penggunaan media kartu kwartet ini adalah teori dari

Piaget. Skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya menurut Piaget

(dalam Isjoni 2014, hlm.36), „setiap individu mengalami tingkat-tingkat

perkembangan intelektual sebagai berikut:

1. Sensoni motor (0-2 tahun)

2. Pra operasional (2-7 tahun)

3. Operasional konkret (7-11 tahun)

4. Operasional formal (11 tahun ke atas)‟.

Tahap operasional konkret berangsung sekitar 7-11 tahun. Pada usia ini adalah

usia anak sekolah SD. Anak pada usia ini sudah dapat berpikir secara operasi konkret.

Anak telah dapat melakukan klasifikasi, pengelompokan dan pengaturan masalah.

Media kartu kwartet ini menampilkan gambar berseri yang harus disusun oleh siswa

sesuai tema dan sesuai aturan. Maka dari itu, berdasarkan teori yang dikemukakan

oleh Jean Piaget, tingkat intelektual anak usia siswa 7-11 tahun, anak sudah mampu

memahami aturan-aturan yang jelas dan kemampuan berpikir logis, sehingga siswa

mampu mengumpulkan gambar berseri dengan aturan-aturan yang ditentukan.

Permainan kartu kwartet sangat digemari oleh siswa SD, karena kartu kwartet

menampilkan pendeskripsian kata disertai dengan gambar. Hal ini memberikan

inspirasi bagi para pengajar untuk memanfaatkannya sebagai media pembelajaran.

Media kartu kwartet seri peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia adalah

media pembelajaran yang terdiri atas beberapa jumlah kartu yang membahas letak

peninggalan atau kerajaan, peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia, dan

agama yang dianut kerajaan. Tulisan judul gambar ditulis paling atas dari kartu dan

tulisannya diperbesar atau dipertebal. Sedangkan tulisan gambar, ditulis dua baris

secara vertikal di samping kanan dan kiri diantara judul dan gambar. Tulisan yang

menerangkan gambar itu ditulis dengan tinta warna merah. Kemudian pada bagian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

8

bawah kartu terdapat deskriptor dari setiap penjelasan gambar yang ada, tujuannya

untuk menambah wawasan siswa.

Penggunaan media kartu kwartet ini dimaksudkan agar materi pembelajaran

mengenai peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Indonesia yang pada awalnya

bersifat verbalisme dapat dikemas dan disampaikan dengan proses pembelajaran yang

lebih menarik sehingga meningkatkan minat belajar siswa dan mampu memahami

materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan perbaikan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul

“PENGGUNAAN MEDIA KARTU KWARTET UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH HINDU-

BUDDHA DI INDONESIA MATA PELAJARAN IPS”

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran media kartu kwartet dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peninggalan sejarah Hindu-Buddha

di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Waruroyom Kecamatan

Depok Kabupaten Cirebon?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran media kartu kwartet dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peninggalan sejarah Hindu-Buddha

di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Waruroyom Kecamatan

Depok Kabupaten Cirebon?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah penggunaan media kartu

kwartet dalam pembelajaran IPS pada materi peninggalan sejarah Hindu-Buddha

di Indonesia di Kelas V A SDN 1 Waruroyom Kecamatan Depok Kabupaten

Cirebon?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

9

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

memberikan alternatif tindakan dengan menerapkan media kartu kwartet untuk

meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran peninggalan sejarah Hindu-

Buddha di Indonesia.

Adapun langkah-langkah penggunaan media kartu kwartet adalah sebagai berikut.

1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.

2) Mulailah dengan mengocok kartu kwartet oleh satu orang.

3) Setelah kartu dikocok, bagikan ke setiap siswa dalam kelompoknya dengan

masing-masing mendapatkan 4 kartu.

4) Simpan sisa kartu di tengah meja secara terbalik.

5) Kartu yang dipegang oleh setiap siswa dipegang terbalik agar tidak terlihat

oleh pemain lain.

6) Pemain pertama menyebutkan gambar kartu yang dipegangnya kepada

pemain lain. Lalu pemain yang ditanya memeriksa kartu yang dimiliki, jika ia

memiliki kartu yang dimaksud maka ia mengatakan “Ada”. Jika ia tidak

memiliki kartu yang dimaksud, maka ia dapat mengatakan “Tidak ada”.

7) Kemudian pemain yang bertanya menebak sub topik kartu yang ada di pemain

yang ditanya. Pemain yang bertanya boleh mengambil kartu kwartet pemain

yang ditanya dengan catatan harus bisa menebak gambar kartu kwartet yang

dipegang pemain yang ditanya dengan benar.

8) Jika kartu tidak ada di pemain yang dia pilih, maka pemain pertama harus

mengambil satu kartu dari atas tumpukkan kartu yang terbalik. Selanjutnya

permainan dilanjutkan pada pemain kedua.

9) Pemain kedua melakukan hal yang sama kepada pemain lain yang dipilihnya

dan terus berlanjut sampai ada satu orang pemenang yang berhasil

mengumpulkan kartu seri terbanyak.

10) Siswa yang dapat mengumpulkan kartu seri dengan lengakap, wajib

mencatatnya di buku.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

10

11) Setiap siswa yang dapat mengumpulkan kartu seri terbanyak, diberikan

hadiah.

Adapun contoh gambar dari kartu yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1

Model Media Kartu Kwartet

Seri Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha di Indonesia

Kutai

7 Buah Yupa Hindu

12 Arca Batu Kalimantan

Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya.

Dari pemaparan pemecahan masalah di atas, peneliti menargetkan 85% siswa

yang TUNTAS mencapai KKM dalam pembelajran IPS pada materi peninggalan

sejarah Hindu-Buddha di Indonesia dan untuk kinerja guru peneliti menargetkan

100%.

Kutai

7 Buah Yupa Hindu

12 Arca Batu Kalimantan

Yupa adalah tiang batu pengikat hewan korban untuk dipersembahkan kepada Dewa.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran media kartu kwartet dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peninggalan sejarah Hindu-Buddha

di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Waruroyom Kecamatan

Depok Kabupaten Cirebon.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran media kartu kwartet dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peninggalan sejarah Hindu-Buddha

di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Waruroyom Kecamatan

Depok Kabupaten Cirebon.

c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penggunaan media

kartu kwartet dalam pembelajaran IPS pada materi peninggalan sejarah Hindu-

Buddha di Indonesia di Kelas V A SDN 1 Waruroyom Kecamatan Depok

Kabupaten Cirebon.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan hal belajar terhadap Mata

Pelajaran IPS materi Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha di Indonesia dengan

pembelajaran menggunakan media kartu kwartet.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam

pembelajaran PIPS pada peserta didik Kelas V A SDN 1 Waruroyom agar

pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan menjadi lebih optimal.

c. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

D. Struktur Organisasi Skripsi

Di dalam skripsi terdapat tahapan dalam menyusun skripsi yang sesuai dengan

cara penulisannya. Disetiap bab dalam skripsi terdapat bagian yang menjelaskan tiap

sub judul dalam bab tersebut, jadi kegunaan struktur organisasi skripsi adalah

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

12

menjelaskan secara rinci bagian-bagian tiap bab dalam skripsi tersebut agar bisa lebih

mudah dalam memahami isi skripsi itu sendiri.

Adapun struktur organisasi skripsi yang tertera dalam skripsi ini seperti yang

terlihat pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Skripsi

E. BATASAN ISTILAH

Untuk memperjelas fokus penelitian diberikan batasan istilah yang berkaitan

dengan judul penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Media adalah segala bentuk dan sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi. AECT (Association of Education Communication

Technology), dalam Media Pendidikan, 2005, hlm 6)

2. Kartu kwartet adalah bentuk permainan kartu yang dimainkan oleh dua sampai

empat orang pemain. Gambar yang terdapat pada kartu beragam, mulai dari

gambar kartun, superstar, hewan, bintang film, dan juga dapat dalam bentuk

pengetahuan.(Subhani : 2011)

SKRIPSI

Penggunaan Media Kartu Kwartet untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha

di Indonesia dalam Mata Pelajaran IPS

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Rumusan dan

Pemecahan

Masalah

C. Tujuan

Penelitian

D. Manfaat

Penelitian

E. Batasan Istilah

F. Struktur

Organisasi

Skripsi

BAB II

KAJIAN

PUSTAKA A. Hakikat IPS

B. Penggunaan

Media

Pemebelajaran

Kartu Kwartet

C. Hakikat Belajar &

Teori Belajar

D. Hasil Belajar

E. Materi Ajar

F. Temuan Relevan

G. Hipotesis

Tindakan

BAB III

METODE

PENELITIAN A. Lokasi & Waktu

penelitian

B. Subjek penelitian

C. Metode & Desain

Penelitian

D. Prosedur Penelitian

E. Teknik

Pengumpulan Data

F. Teknik Pengolahan

Data & Analisis

Data

G. Valiadasi Data

H. Jadwal Penelitian

BAB IV

PAPARAN

DATA &

PEMBAHASAN A. Paparan Data

Awal

B. Paparan Data

Tindakan

C. Paparan

Pendapat Guru

dan Siswa

D. Pembahasan

BAB V

SIMPULAN

& SARAN A. Simpulan

B. Saran

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.upi.edu/20698/3/s_pgsd_kelas_1205463_chapter1.pdf · 3 memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

13

3. Hasil belajar menurut Abdurrahman adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar. (dalam Jihad & Abdul Haris, 2013, hlm. 14).