memaksimalkan pembelajaran matematika pada penjumlahan melalui

31
i MEMAKSIMALKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA PENJUMLAHAN MELALUI BENDA KONKRIT DI KELAS RENDAH Tugas Akhir ini disusun guna Memenuhi Syarat Kelulusan Program Diploma II Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar Disusun Oleh : Nama : Nurul Aprilianti NIM : 1402204034 Kelas : IV B FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

Upload: 3ri

Post on 27-Jun-2015

428 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

i

MEMAKSIMALKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PADA PENJUMLAHAN MELALUI BENDA KONKRIT

DI KELAS RENDAH

Tugas Akhir ini disusun guna Memenuhi Syarat Kelulusan

Program Diploma II Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Nama : Nurul Aprilianti

NIM : 1402204034

Kelas : IV B

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006

Page 2: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir yang berjudul “Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada

Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah” disahkan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 7 September 2006

Dosen Pembimbing Kepala Sekolah

SD Wonosari 02

Drs. Sukardi, M.Pd Sutarni NIP. 131676923 NIP.130379874

Ketua UPP D2 PGKSD

FIP UNNES

Drs. Jaino, M.Pd NIP. 130875761

Page 3: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini yang berjudul “Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan

Melalui Benda Konkrit Di Kelas Rendah”

Adapun kegunaan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah syarat

kelulusan Progam Diploma II Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Siswanto, MM sebagai Dekan FIP UNNES

2. Drs. Sutaryono, M.Pd sebagai Ketua Progam Studi D II PGKSD Semarang

3. Drs. Jaino, M.Pd sebagai Ketua UPP D II PGKSD Semarang

4. Drs. Sukardi, M.Pd sebagai Pembimbing PPL II

5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak

langsung dalam penyusunan Tugas Akhir ini

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan besar harapan

penulis semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Semarang, September 2006

Penulis

Page 4: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

iv

MOTTO

Ing Ngarso sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani

Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan

Keahlian memerlukan latihan dan pengulangan

Perhiasan manusia bukanlah emas permata melainkan imin dan taqwa

Page 5: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

v

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan Tugas Akhir yang bejudul “Memaksimalkan

Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit Di Kelas

Rendah” kepada :

1. Ayah dan ibu yang mendukung baik moriil maupun materiil dan selalu

mencurahkan kasih sayangnya kepadaku

2. Kakak dan adikku tersayang

3. Seluruh keluarga besar “PAPA ROSS COST” yang banyak membantu dan

memberi warna pada kehidupanku

4. Teman-teman satu angkatan

5. Seseoarang yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini

Page 6: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

MOTTO......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 4

A. Macam-Macam Teori Belajar ................................................. 4

1. Teori Belajar Jean Piaget .................................................... 4

2. Teori Belajar Jerome S Bruner ............................................ 5

3. Teori Belajar Zoltan P Dienes ............................................. 8

B. Alat Peraga dan Media Pengajaran ........................................... 10

1. Fungsi Alat Peraga ............................................................. 11

2. Penggolongan Alat Peraga ................................................. 11

Page 7: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

vii

BAB III PAPARAN HASIL ....................................................................... 13

A. Penjumlahan .............................................................................. 13

B. Berbagai Macam Media ............................................................ 13

C. Cara Penggunaan Media............................................................ 16

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 21

A. Simpulan ................................................................................... 21

B. Saran.......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. ix

Page 8: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tangga garis bilangan ..................................................................... 14

Gambar 2. Neraca bilangan atau timbangan bilangan ....................................... 14

Gambar 3. Papan Planel ..................................................................................... 15

Gambar 4. Blok model Dienes ........................................................................... 16

Gambar 5. Lidi “3 + 2 = 5” .............................................................................. 17

Gambar 6. Tangga garis bilangan “3 + 2 = 5” .................................................. 18

Gambar 7. Neraca Bilangan yang menunjukkan “3 + 2 = 5” ........................... 18

Gambar 8. Papan planel “3 + 2 = 5” ................................................................. 19

Gambar 9. Balok “3 + 2 = 5” ............................................................................ 20

Page 9: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

ix

Page 10: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sebagai mata

pelajaran yang berat untuk dipelajari dari tingkatan Sekolah dasar (SD)

sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Sampai-sampai

mendengar namanya saja anak didik sudah alergi. Apalagi mereka harus

mengikuti pelajaran matematika di kelas, materi yang diajarkan guru mustahil

dapat diserap baik oleh anak didik.

Kondisi semacam ini sudah berlangsung sejak lama, dan kita tidak dapat

menyalahkan anak didik kita. Anak didik datang ke sekolah untuk menimba

ilmu dari gurunya, tergantung bagaimana cara guru dalam menyampaikan

pelajaran sangat menentukan keberhasilan anak didik dalam belajar.

Tugas sebagai guru sekolah dasar adalah bagaimana memaksimalkan

pembelajaran matematika dengan metode yang tepat, yaitu metode yang

sesuai dengan tingkat pertumbuhan serta perkembangan anak didik sedini

mungkin. Dengan metode yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan serta

perkembangan, diharapkan mata pelajaran matematika menjadi mata

pelajaran yang disukai oleh peserta didik di sekolah.

Pada kelas rendah biasanya anak masih kesulitan dalam membaca dan

memaknai tanda-tanda / simbol-simbol dalam matematika. Menurut asumsi

penulis dalam tahapan ini anak belum mampu mempelajari simbol itu dengan

1

Page 11: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

2

baik, maka simbol itu harus dikonkritkan. Untuk menanamkan simbol itu

pada peserta didik, maka penulis mengembangkan konsep dengan

menggunakan benda-benda konkrit unuk menyelidiki hubungan dan model-

model ide abstrak. Biasanya pada tahapan ini anak sudah berfikir logis

sebagai dampak dari kegiatan memanipulasikan benda-benda konkret

(Piaget).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dan merasa perlu untuk

memecahkan masalah tersebut. Untuk itu penulis memilih judul

“Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

Benda konkrit di Kelas Rendah”.

B. Masalah

Atas dasar latar belakang dalam pembelajaran matematika, maka penulis

memunculkan suatu masalah yaitu “Bagaimana memaksimalkan Pembelajaran

Matematika Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah”.

C. Tujuan Penulisan

Setiap penulisan selalu menginginkan tujuan agar tercapai dengan baik,

tujuan yang ingin dicapai adalah Memaksimalkan Pembelajaran Matematika

Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan di atas manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas

Akhir ini sebagai berikut:

Page 12: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

3

1. Manfaat Teoritis

Sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penulisan

karya ilmiah dan penerapan teori yang penulis dapatkan di bangku kuliah.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk dapat bersikap dan

bertindak dalam kehidupan sehari-hari agar dapat dicontoh masyarakat

sekitar pada umumnya dan guru pada khususnya.

Page 13: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Macam-Macam Teori Pembelajaran Matematika

1. Teori Belajar Jean Piaget

Menurut Jean Peaget ada 4 tahapan perkembangan mental :

a. Tahap Sensiomotor (0-2 tahun)

Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dasar melalui

interaksi dengan dunia fisik. Pada tahap ini dasar-dasar pertumbuhan

mental dan belajar matematika mulai dikembangkan.

b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini anak telah menggunakan simbul, Dia belajar untuk

menggunakan kata atau istilah dengan obyek yang diwakili dan telah

menganal ide tentang “kekekalan” tidak “berubah” walaupun belum

sempurna benar.

c. Tahap Operasi Konkrit (7-12 tahun)

Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dengan

menggunakan benda-benda konkrit untuk menyelidiki hubungan dan

model-model ide abstrak. Pada tahapan ini anak sudah berpikir logis

sebagai akibat dari kegiatan memanipulasikan benda-benda konkrit.

Konsep kekekalan yang merupakan karakteristik. Tahap ini sudah dapat

diterima dengan mantap oleh anak

4

Page 14: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

5

d. Tahap Operasi Formal (12 tahun – Dewasa)

Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak,

Dia dapat menyusun hipotesa dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia riel

dan tidak selalu tergantung pada benda-benda konkrit.

Suatu istilah umum untuk teori belajar “Jean Piaget” adalah

Contructivism, karena keyakinannya bahwa para siswa pasti mengkontruksi

pikiran mereka sendiri dan bukan menjadi penerima informasi yang bersifat

pasif.

2. Teori Belajar Jerome S. Bruner

Bruner lebih menekankan terhadap proses belajar daripada hasil

belajar. Oleh sebab itu, metode belajar merupakan faktor yang menentukan

dalam pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan suatu kemampuan

khusus. Metode yang digunakan adalah metode belajar dengan penemuan.

Dengan ini anak didorong untuk memahami suatu fakta atau hubungan

matematika yang belum dia pahami sebelumnya, dan yang belum diberikan

kepadanya secara langsung oleh orang lain. Menurut Bruner dalam

mempelajari matematika seorang anak perlu secara langsung menggunakan

bahan-bahan manipulatif, bahan manipulatif merupakan benda konkrit yang

dirancang khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam berusaha untuk

memahami konsep matematika.

Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar, siswa melewati 3

(tiga) tahap yaitu :

Page 15: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

6

a. Tahap Enactive

Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam hal memanipulasi

obyek atau benda-benda konkrit dalam belajar.

b. Tahap Iconic

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan

mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek yang

dimanipulasinya.

c. Tahap Simbolic

Dalam tahap ini siswa memanipulasi simbul atau lambang-lambang

obyek tertentu

Dari hasil pengamatan Bruner ke sekolah-sekolah diperoleh beberapa

kesimpulan yang melahirkan dalil-dalil, di antaranya adalah :

a. Dalil Penyusunan (Kontruksi)

Dalil ini menyatakan bahwa siswa ingin selalu mempunyai

kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan

semacamnya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran,

siswa harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukannya

sendiri. Dengan demikian konsep yang dilakukan dengan jalan

memperlihatkan representasi konsep tersebut maka siswa akan lebih

memahaminya

Apabila dalam proses penyusunan dan perumusan ide-ide tersebut

disertai dengan benda-benda konkrit maka siswa siswa akan lebih mudah

mengingat ide-ide yang dipelajarinya itu. Dalam tahapan ini siswa akan

Page 16: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

7

memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan benda-

benda konkrit yang dimanipulasinya. Memori seperti ini bukan sebagai

penguatan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam tahap awal

pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkrit yang

mengantar siswa pada pengertian konsep.

b. Dalil Notasi

Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep,

notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam

menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan mental siswa.

Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari

yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperti ini

dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan

spiral setiap ide yang disajikan secara sistematis dengan menggunakan

notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini sederhana,

diikuti notasi berikutnya yang lebih kompleks. Notasi yang terakhir

mungkin belum dikenal sebelumnya oleh siswa, umumnya merupakan

notasi yang akan banyak digunakan dalam pengembangan konsep

matematika selanjutnya.

c. Dalil Pengkontrasan dan Keanekaragaman

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan

keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep

matematika dari konsep konkrit ke konsep yang lebih abstrak.

Page 17: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

8

Diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mengetahui

karakteristik konsep tersebut.

Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan atau teorema

yang diberikan. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika kita memberikan

juga contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema

dengan harapan agar siswa tidak mengalami salah pengertian terhadap

konsep yang sedang dipelajarinya. Konsep yang diterangkan dengan

contoh dan bukan contoh adalah salah satu pengontrasan. Melalui cara ini

siswa akan mudah memahami arti dan karakteristik yang diberikan

tersebut. Keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami

konsep yang disajikan.

d. Dalil Pengaitan (Konektivitas)

Dalil ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep

dengan satu konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari

segi isi, namun juga dari segi rumus yang digunakan. Materi yang satu

mungkin merupakan prasyarat bagi yang lain atau suatu konsep tertentu

diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.

3. Teori Belajar Zoltan P. Dienes

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat diangkat

sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan di antara

struktur dan mengkategorikan hubungan di antara struktur. Dienes

mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip matematika yang

disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini

Page 18: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

9

mengandung arti bahwa, jika benda atau obyek dalam bentuk permainan

akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran

matematika.

Dienes dalam konsepnya membagi tahap-tahap belajar menjadi 6

(enam) tahap, yaitu :

a. Permainan Bebas (free play)

Tahap belajar yang konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan

tidak diarahkan. Aktivitas ini memungkinkan siswa mengadakan

percobaan dan mengotak-atik (memanipulasi) benda-benda konkrit dan

abstrak dari unsur-unsur yang dipelajarinya itu.

b. Permainan yang Disertai Aturan (games)

Siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat

dalam konsep tertentu. Dengan melalui permainan siswa diajak untuk

mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika.

c. Permainan Kesamaan Sifat (searching for comunities)

Siswa sudah mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-

sifat kesamaan dalam permainan.

d. Representasi (representation)

Tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang

sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu,

dan berhasil menyimpulkan kesamaan sifat dalam situasi yang

dihadapnya. Representasi yang didapat bersifat abstrak.

Page 19: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

10

e. Simbolisasi (symbolization)

Tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan

merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan

menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal.

f. Formalisasi (formalization )

Tahap ini siswa dituntut untuk menurunkan sifat-sifat, kemudian

merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.

Di sini dapat disimpulkan bahwa Dienes beranggapan benda-benda

konkrit yang disajikan dalam bentuk permainan dengan memanipulasikan

benda tersebut maka pembelajaran matematika atau penyampaian konsep

akan ditangkap baik oleh siswa.

Alasan yang dikemukakan Diense sehubungan dengan pemakaian

alat peraga dalm pengajaran matematika yang perlu mendapat perhatian, di

antaranya :

a. Peraga hendaknya dengan menggunakan berbagai contoh supaya

penghayatan siswa lebih besar.

b. Selain menggunakan berbagai contoh, peraga juga harus beraneka ragam.

B. Alat Peraga dan Media Pengajaran Matematika

Setiap konsep abstrak dalam matematika yang harus dipahami anak perlu

segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahap lama serta

tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola

tindakannya. Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat

dan pengertian tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja

Page 20: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

11

yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit untuk dimiliki. Karena itulah

maka dalam pengajaran matematika di SD masih diperlukan alat peraga.

1. Fungsi atau manfaat alat peraga dalam pengajaran matematika, yaitu :

a. Anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan

gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin

besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif

terhadap pengajaran matematika.

b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika menjadi konkrit, maka

siswa pada tingkatkan yang lebih rendah akan mudah memahami dan

mengerti.

c. Dapat membantu daya tilik ruang

d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-

benda di sekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

e. Memberikan pengalaman belajarar yang berbeda dan bervariasi sehingga

merangsang siswa untuk belajar.

f. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan oleh siswa.

2. Benda-benda riel, gambar atau diagram yang dipakai dalam pengajaran

matematika dibedakan menjadi beberapa kategori sesuai dengan fungsinya :

a. Alat Peraga, Yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep

matematika. Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan

untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk

menjelaskan konsep titik, ruas, garis, daerah bujur sangkar dan wujud

dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan

Page 21: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

12

konsep pecahan; benda-benda seperti cincin untuk menerangkan konsep

lingkaran dan sebagainya.

b. Alat, yaitu alat menghitung, menggambar, mengukur, dsb, seperti mistar

jangka, busur derajat, abakus, klinometer, kalkulator, komputer dsb.

c. Alat Pengajaran, yaitu alat bantu untuk memperlancar pengajaran

matematika seperti kapur tulis, papan tulis, kertas, proyektor, kalkulator,

komputer dsb.

d. Alat yang tidak berfungsi atau tidak mempunyai arti apa-apa.

Hal ini terjadi jika kita tidak mengaitkan alat dalam pengajaran

matematika. Misalnya sebuah kelereng tidak akan mempunyai arti apa-apa

dalam pengajaran matematika bila tidak dijadikan anggota himpunan.

Page 22: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

13

BAB III

PAPARAN HASIL

A. Penjumlahan

Penjumlahan pada dasarnya merupakan satu aturan yang mengaitkan

setiap pasang bilangan yang lainya.jika a dan b adalah bilangan, maka jumlah

dari kedua bilangan tersebut dilambangkan “a + b” yang dibaca “a tambah b”

atau “jumlah a dan b“ jumlah dari a dan b ini diperoleh dengan menentukan

gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak anggota-anggota dengan

himpunan yang mempunyai sebanyak anggota, asalkan kedua anggota

himpunan tersebut tidak mempunyai unsur persekutuan.

Penjumlahan dapat diajarkan kepada siswa kalau sudah didahului dengan

pengenalan bilangan, dalam arti anak telah mengenal bilangan sebagai suatu

jumlah tertentu, kemudian akan lebih mudah lagi jika telah didahului

pengelompokkan jumlah tertentu pula. Dianjurkan dalam mengajar

penjumlahan untuk pertama kali dibatasi sampai angka 5 (lima) dulu.

B. Berbagai Macam Media yang Digunakan dalam Penjumlahan.

1. Himpunan dengan Benda Konkrit

Benda konkrit yang digunakan adalah jeruk, apel, lidi, sedotan dan juga

benda yang terdapat pada alam sekitar.

2. Tangga Garis Bilangan

Alat peraga ini dapat kita buat dari kertas manila, kertas karton atau kertas

tebal lainnya yang cukup kuat. Kertasnya memanjang seperti pita dan

13

Page 23: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

14

dibagian atasnya digambar garis bilangan denagn tangga-tangganya.

Tangga-tanggaa ini adalah batas ruas garis pada garis bilangan itu. Buatlah

gambar orang yang sedang berjalan dari kertas lain kemudian tempelkan

pada kotak yang diinginkan.

Seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1. Tangga garis bilangan

3. Timbangan Bilangan / Neraca Bilangan

Timbangan bilangan atau neraca bilangan dapat digunakan dalam

penjumlahan. Timbangan terdiri dari lengan, jarum penunjuk, pemberat atau

anak timbangan, tiang dan kaki.

Gambar :

Keterangan :

1. Lengan

2. Jarum Penunjuk

3. Pemberat/anak timbangan

4. Tiang

5. Kaki

Gambar 2. Neraca bilangan atau timbangan bilangan

Page 24: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

15

4. Papan Planel

Papan ini terdiri dari sebuah papan datar atau tripleks yang agak tebal atau

teakblok dan dibungkus oleh kain planel. Kemudian benda-benda yang akan

ditempelkan dibuat dari bahan yang tipis dan datar dan dari kertas atau

tripleks yang di bagian belakangnya ditempelkan amplas kasar menghadap

keluar. Benda-benda yang memakai amplas ini diharuskan dapat menempel

pada permukaan papan planel.

Gambar 3. Papan Planel

5. Blok Model Dienes

Alat peraga ini dikembangkan oleh Zoltan P. Dienes yang bertujuan

memahami konsep dari bilangan dan nilai tempat. Blok model Dienes ini

dapat kita buat dari balok kayu.Untuk bilangan dasar 10 (sepuluh), blok

model Dienes ini terdiri atas satuan (berupa dadu kecil). Puluhan (berupa

batang), ratusan (berupa balok) dan ribuan (berupa kubus besar).

Page 25: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

16

Gambar :

Gambar 4. Blok model Dienes

C. Cara Penggunaan Media Penjumlahan

1. Himpunan Benda Konkrit

Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas “3 + 2” :

a. Mulailah dengan menggunakan benda yang dikenal baik oleh siswa

misalnya, lidi, sedotan dan lain-lain.

b. Setiap anak harus mempunyai benda tersebut, anak disuruh mengambil 3

(tiga) lidi dan guru menunjukkan bahwa itu merupakan himpunan

pertama dan menuliskan lambangnya di papan tulis

c. Anak disuruh mengambil 2 (dua) lidi dan guru menunjukkan bahwa itu

merupakan himpunan ke dua dan menuliskan lambangnya di papan tulis

d. Guru menyuruh anak untuk menggabungkan kedua himpunan tadi lalu

menghitung jumlahnya

Page 26: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

17

e. Guru menuliskan tanda dan jumlahnya (3+2 = 5)

+ =

3 2 5

Gambar 5. Lidi “3 + 2 = 5”

f. Lakukanlah beberapa kali agar anak paham tentang konsep penjumlahan

dan gunakan berbagai macam benda agar anak tidak merasa bosan.

Aktivitas di atas dimaksudkan untuk mengajarkan atau menanamkan

konsep penjumlahan sebagai gabungan dari dua himpunan. Penganekaan

aktivitas ini sangat diperlukan untuk memantapkan penanaman konsep

penjumlahan. Perlu ditekankan akan keberadaan benda konkrit dalam

melaksanakan aktivitas ini. Kalau benda yang akan dijadikan sebagai alat

belajarnya adalah mainan, maka guru mengupayakan mainan itu secara

nyata di depan siswa.

2. Tangga Garis Bilangan

Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas “3+2“ :

a. Guru menyuruh siswa A untuk menempelkan gambar orang pada tangga

garis bilangan dimulai dari 0 (nol). Guru menanyakan kepada siswa

“berapa kotak satuan angkanya?” Siswa: “3 (tiga) ”

b. Guru menyuruh siswa B untuk melakukan kegiatan pertama (kegiatan A)

berapa siswa B melangkah ? siswa : “2 (dua)” siapakah yang paling jauh?

Siswa : “ siswa (A) “

c. Kemudian siswa C disuruh melangkah dari 0 (nol) sampai 3 (tiga) lalu

melangkah lagi sampai ke 5 (lima). Apa yang terjadi ? (jawab : 3+2 = 5)

Page 27: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

18

Gambar 6. Tangga garis bilangan “3 + 2 = 5”

Di sini dapat dilihat bahwa 3 + 2 = 5. cobalah kepada beberapa anak,

sehingga konsep penjumlahan akan tertanam dalam diri anak. Selain itu

anak tidak merasa bosan karena di dalamnya anak ikut melakukan aktivitas.

3. Timbangan Bilangan atau Neraca Bilangan

Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas belajar “3+2” :

a. Perkenalkan timbangan bilangan pada anak beserta bagian-bagiannya

b. Ambillah satu keping anak timbangan letakkan posisi 3 (tiga) pada

sebelah kiri, kemudian ambil satu keping lagi pada posisi 2 (dua) sebelah

kiri (dengan demikian timbangan tidak setimbang lagi), tangan-tangan

sebelah kiri ke bawah

c. Agar timbangan setimbang lagi maka kita harus menempatkan satu

keping anak timbangan pada posisi 5 (lima) di tangan sebelah kanan. Ini

menunjukkan 3 + 2 = 5

Gambar :

Gambar 7. Neraca Bilangan yang menunjukkan “3 + 2 = 5”

5 43 2

1 1 2 3 45

Page 28: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

19

d. Apakah sama menyimpan satu keping timbangan pada posisi lima

dengan lima keping pada posisi satu ? jawab : “sama”

Suruhlah anak yang lain untuk mencobanya, sehingga anak akan

menemukan sendiri konsep penjumlahan. Lakukanlah beberapa kali agar

konsep yang didapat dapat tertanam baik pada pikiran mereka dan tidak

cepat hilang.

4. Papan Planel

Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas belajar “3+2” :

a. Kenalkan papan planel beserta cara penggunaannya

b. Suruhlah anak untuk menempelkan 3 buah gambar bintang pada

himpunan di sebelah kiri

c. Suruhlah anak yang lain untuk menempelkan 2 gambar bintang pada

himpunan sebelah kanan

Gambar :

Gambar 8. Papan planel “3 + 2 = 5”

d. Gabungkan dua himpunan tersebut? Berapa jumlahnya? 3+2 = 5

Bentuklah beberapa kelompok, dan buatlah suatu permainan dan

berilah soal pada tiap kelompok, anggota pada kelompok harus bekerja

sama sehingga semua ikut aktif dalam permainan itu. Guru hanya

membimbing saja, dan berilah penghargaan pada kelompok yang menang.

Page 29: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

20

Dengan begitu anak akan menjadi senang dan tidak merasa bosan sehingga

konsep penjumlahan dapat diterima baik oleh siswa.

5. Balok Model Dienes

Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas mengajar “3+2” :

a. sediakan bolok model Diense yang berupa kayu dadu kecil (satuan)

b. anak disuruh mengambil 3 (tiga) balok, kemudian disuruh untuk

mengambil lagi 2 (dua) balok satuan

c. anak disuruh menghitung balok yang sudah diambil, guru sambil

menuliskan lambangnya dipapan tulis.

Gambar :

+ =

3 2 5

Gambar 9. Balok “3 + 2 = 5”

d. jika jumlah balok sudah mencapai 10 (sepuluh) biji ganti balok 10

(sepuluh) satuan dengan 1 (satu) balok puluhan

Lakukan beberapa kali agar anak dapat menemukan konsep

penjumlahan. Berikan permainan dengan membagi kelompok, Siapa yang

terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya dan benar, berarti menjadi

pemenang. Dengan permainan anak akan menjadi senang, tidak merasa

bosan dan dapat pula menumbuhkan motivasi siswa untuk ikut pelajaran

matematika berikutnya.

Page 30: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

21

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada uraian pada paparan hasil maka penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan :

1. Konsep pembelajaran matematika akan mudah dipahami dan diterima oleh

siswa kelas rendah apabila media yang digunakan berhubungan dengan

benda konkrit, sehingga pembelajaran matematika akan lebih optimal.

2. Pemainan yang dimasukkan pada pembelajaran matematka akan

meningkatkan motivasi siswa.

B. Saran

1. Hendaknya guru dalam pembelajaran matematika di kelas rendah

menggunakan media yang konkrit, agar konsep matematika dapat diterima

dengan mudah dan cepat.

2. Diharapkan sekolah perlu mengembangkan media pembelajaran matematika

untuk memaksimalkan pembelajaran.

Page 31: Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui

22

DAFTAR PUSTAKA

Sutawidjaja, Akbar.1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

Rusenffendi Dkk.1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Karin, Muchtar.A Dkk.1996. Pendidikan Matematika 1. Malang : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Jenderal Pendidikan TinggiBagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

21