bab i pendahuluan a. latar...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini Corporate Social Responsibility atau yang disingkat menjadi CSR memang menjadi trend dan menjadi topik hangat yang ramai diperbincangkan di Indonesia. Banyak orang yang berbicara tentang CSR dan kian banyak perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional ataupun domestik mulai memperhatikan dan mempraktikan CSR. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility diatur secara tegas di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, 1 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2 Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu 1 Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan “setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan” ,dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan “yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”. 2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas menyebutkan “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupn dn lingkungan yang bermamfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunits setempat, maupun masyarakat pada umumnya”.

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini Corporate Social Responsibility atau yang disingkat menjadi

CSR memang menjadi trend dan menjadi topik hangat yang ramai

diperbincangkan di Indonesia. Banyak orang yang berbicara tentang CSR dan

kian banyak perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional

ataupun domestik mulai memperhatikan dan mempraktikan CSR.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility

diatur secara tegas di Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal,1 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.2 Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR

adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan

keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk

pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan

berkelanjutan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu

1 Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

menyebutkan “setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan” ,dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan “yang dimaksud dengan “tanggung jawab

sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal

untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma, dan budaya masyarakat setempat”.

2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

menyebutkan “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk

berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupn dn

lingkungan yang bermamfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunits setempat, maupun masyarakat

pada umumnya”.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

2

dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku

kepentingan (stakeholders).3

Corporate social responsibility dalam literatur etika bisnis Amerika

Serikat dikenal juga dengan sebutan social responsibility of corporations, kata

corporation dilihat dari asal katanya “corpus/corpora” yang berarti badan.

Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu merupakan suatu

badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum (not for

profit), namun dalam perkembangannya justru menumpuk keuntungan (for

profit).4

Pengalokasian dana corporate social responsibility di Kota Malang

merupakan suatu kebijakan kepala daerah yang tidak umum dan juga lokasi

dimana tempat dana CSR itu direalisasikan jauh dari lokasi lingkungan kerja

perusahaan, sangat menjadi ironi ketika objek alokasi dana CSR tersebut

merupakan kawasan-kawasan strategis yang nota bene adalah ruang publik

dan juga ruang terbuka hijau berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang.

Dalam perspektif bisnis, dapat dimungkinkan alokasi dana corporate

social responsibility diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur yang

berada pada tempat strategis dapat menjadikan suatu keuntungan tersendiri

bagi suatu korporasi, selain telah memenuhi kewajiban hukum suatu korporasi

3 Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki

hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak

langsung oleh perusahaan. Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun

eksternal, seperti: pemerintah, perusahaan pesaing,masyarakat sekitar, para pekerja perusahaan,

dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. 4 Isa Wahyudi & Busyra Azheri.2011. Corporate Social Responsibility prinsip, pengaturan

& implementasi.Malang. Setara Press. Hlm. XVi

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

3

(legal obligation) perusahaan juga dapat memasang papan iklan produk

(branding) sebagai bentuk kompensasi yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah.

Dampak dari kebijakan publik yang dikeluarkan oleh kepala daerah dalam

hal ini Walikota Malang yakni, permasalahan konsepsi corporate social

responsibility yang semangat awal adalah murni untuk kesejahteraan sosial,

kelestarian alam, dan secara terminologi CSR bermakna prerogatif yang

berarti sukarela (voluntary), sebagai tanggung jawab moral (moral obligation)

dan lain sebagainya, kini melalui alokasi dana CSR perusahaan dapat

mempromosikan berbagai macam produk selayaknya ruang iklan, dan dapat

pula dipandang sebagai perangkat pemasaran yang sangat potensial. Hal ini

dapat mengubah paradigma corporate social resposibility yang seharusnya

sebagai tanggung jawab moral bagi perusahaan, beralih menjadi lahan

komersil.Dengan pentingnya program CSR ,maka korporasi banyak yang

memberikan kebijakannya demi citra perusahaan ,ini tidak luput dari

perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Kota ,dimana korporasi mengikatkan

dirinya dengan Pemerintah Kota dalam Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.

Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi

logis dari berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak

kerjasama bisnis dilakukan oleh pelaku bisnis dalam bentuk kontrak atau

perjanjian tertulis. Bahkan, dalam praktek bisnis telah berkembang

pemahaman bahwa kerja sama bisnis harus diadakan dalam bentuk tertulis.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

4

Kontrak atau perjanjian tertulis adalah dasar bagi para pihak (pelaku bisnis)

untuk melakukan penuntutan jika ada satu pihak tidak melaksanakan apa yang

dijanjikan dalam kontrak atau perjanjian. Sebenarnya secara yuridis,selain

kontrak yang dibuat secara tertulis, para pihak atau pelaku bisnis juga dapat

membuat kontrak secara lisan (oral). Namun, kontrak yang dibuat secara

lisanini mengandung resiko yang sangat tinggi,karena akan mengalami

kesulitan dalam pembuktian jika terjadi sengketa hukum kontrak.5

Secara internal,satu dari beberapa unsur yuridis dalam sistem hukum

kontrak adalah asas hukum. Menurut Mahadi, kata asas prinsip identik dengan

principle dalam bahasa Inggris yang erat kaitannya dengan istilah principium

(kata latin). Principium berarti permulaan;awal, mula, sumber, asal, pokok,

dasar, tumpukan, tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan suatu

hal, yang hendak dijelaskan.Dalam arti tersebut, kata principle dipahami

sebagai sumber yang abadi dan tetap dari banyak hal, aturan atau dasar bagi

tindakan seseorang, suatu pernyataan (hukum, aturan, kebenaran) yang

dipergunakan sebagai dasar untuk menjelaskan suatu peristiwa.6

5Syaifuddin Muhammad.2012.Hukum Kontrak memahami Kontrak dalam Perspektif

Filsafat,Teori,Dogmatik,dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan ). Mandar

Maju.Bandung.Hal.1

6 Mahadi . 1989.Filsafah Hukum Suatu Pengantar,Citra Aditya Bakti,Bandung,hlm.119

dalam Syaifuddin Muhammad.2012.Hukum Kontrak memahami Kontrak dalam Perspektif

Filsafat,Teori,Dogmatik,dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan ). Mandar

Maju.Bandung.Hal.70

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

5

Setiap perjanjian yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh para pihak

harus dilaksanakan dengan iktikad baik, sebagaimana yang ditentukan dalam

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata7 yang menyebutkan bahwa semua perjanjian

harus dilakukan dengan itikad baik. Berdasarkan pasal tersebut dapat

disimpulkan bahwa itikad baik tersebut merupakan dasar dalam melaksanakan

perjanjian. Para pihak dalam membuat maupun melaksanakan perjanjian harus

memperhatikan asas itikad baik, yaitu dalam melaksanakan perjanjian tersebut

harus mengindahkan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. Mengenai

pelaksanaan asas itikad baik yang berhubungan erat dengan kepatutan juga

dijelaskan dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu

perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan

dalam suatu perjanjian, tetapi juga mengikat untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-

undang .

Asas iktikad baik itu mempunyai dua pengertian yaitu :

1. Iktikad baik dalam arti obyektif, bahwa suatu perjanjian yang dibuat

haruslah dilaksanakan dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan

kesusilaan yang berarti bahwa perjanjian itu harus dilaksanakan

sedemikian rupa sehingga tidak merugikan salah satu

pihak.konsekuensinya adalah bahwa hakim boleh melakukan peninjauan

7 Pasal 1338 dalam KUHPerdata berbunyi : (1) semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. (2)Semua perjanjian tidak dapat

ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.(3) Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad

baik.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

6

terhadap isi perjanjian yang telah dibuat para pihak yang apabila

pelaksanaan perjanjian ini akan bertentangan dengan iktikad baik.8

2. Itikad baik dalam arti subyektif, yaitu pengertian iktikad baik yang

terletak dalam sikap batin seseorang. Di dalam hukum benda iktikad baik

ini biasa diartikan dengan kejujuran.9

Sebagai contoh kasus Pemerintah Kota Malang merevitalisasi alun-alun

Merdeka Kota Malang, dengan bantuan dana Corporate Social Responsibility

(CSR) Bank Rakyat Indonesia, seluruhnya ditanggung dari CSR BRI.

Pengerjaannya dilakukan Desember 2014 lalu, dan selesai April 2015.

Bersamaan dengan face-offalun-alun, ternyata juga menyertakan

pembangunan ATM Drive Thru sebagai bagian dari perjanjian antara BRI dan

Pemkot Malang, yang mana tertulis jelas pada perjanjian kerjasama antara

pemkot dengan pihak BRI yaitu pada Ruang Lingkup pasal 3 ayat 3 yang

mana berbunyi sebagai berikut :10

(3) jenis-jenis kegiatan pada perjanjian kerja sama ini meliputi :

a. pembangunan,perbaikan,dan penataan obyek perjanjian kerja sama

sebagaimana dimaksud pada pasal 2

b. penyediaan lahan untuk pembangunan Drive Thru ATM dan memasang

branding pada sebagian lahan objek perjanjian kerja sama sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 yang akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian

mengenai pemanfaatan Barang Milik daerah.

Pertentangan pembangunan drive-thru ini dikarenakan Alun-Alun bukan

saja sekedar landmark bagi kota, namun juga telah dinyatakan sebagai Ruang

8 R. Subekti. 1983.Hukum Perjanjian. Jakarta. Citra Aditya Bakti.Hal 25.

9Asas itikad baik dalam perjanjian .2012.http://law.uii.ac.id/diakses tanggal 28 Februari

2016 pukul 17.00

10

Perjanjian kerjasama PT.Bank Rakyat Indonesia(Persero),Tbk. Kantor wilayah Malang

dengan Pemerintah Kota Malang Tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Dalam Rangka Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

7

Terbuka Hijau yang fungsi utamanya adalah ruang interaksi sosial dan

meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota, Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Malang juga menyatakan RTH sebagai kawasan lindung yang menjadi

prasarana imbuhan alami (natural recharge) bagi konservasi sumber daya air.

Sehingga dengan jelas harus dipahami bahwa alun-alun adalah kawasan

lindung konservasi yang seharusnya tidak didirikan bangunan, apalagi dengan

motif komersial didalamnya.

Banyak Sejumlah Tokoh baik Pengamat Lingkungan maupun Pengamat

Tata Kota menolak adanya rencana ATM Drive Thru di Alun-alun Merdeka

Malang dengan berbagai pertimbangan. Diantaranya :11

1. Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jatim, Ony Mahardika menyatakan

bahwa WALHI berkepentingan terhadap kasus pembangunan ATM Drive

Thru di Alun-Alun Kota Malang ini karena secara kualitas dan kuantitas,

Ruang Terbuka Hijau di Kota Malang telah mengalami kemunduran

signifikan “Jika mau dilihat, jumlah RTH di Kota Malang ini jauh dari

kebutuhan minimal suatu wilayah. Luas Ruang Terbuka Hijau di Malang

hanya sekitar 2,8% padahal kebutuhan minimal RTH sebuah kawasan itu

sebesar 30%. Kita juga masih ingat berbagai kasus alih fungsi lahan dan

RTH di Kota Malang seperti kasus APP, Taman Kunir, Lapangan Rampal

dan MOG. Kota Malang ini secara masif dan sistematis menghabisi ruang

terbuka hijau kotanya sendiri, karena itu jika kita biarkan pembangunan

11 Walhi “BRI ancam RTH kota Malang” http://www.walhi.or.id/bri-ancam-rth-kota-

malang.html diakses tanggal 23 Desember 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

8

ATM Drive Thru di Alun-Alun ini, akan semakin menambah preseden

buruk perampasan RTH di Kota Malang”

2. Pendirian bangunan di kawasan lindung melanggar Perda Kota Malang,

baik tentang Rencana Tata Ruang Wilayah maupun tentang Pengelolaan

Pertamanan Kota dan Dekorasi Kota. Dan juga BRI sebagai korporasi juga

harus memperhatikan UU No 4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

yang disana menyebutkan tanggung jawab korporasi terhadap kualitas

kehidupan dan lingkungan yang berkelanjutan. Tata Aturan pengelolaan

lingkungan ini penting untuk diperhatikan agar kualitas lingkungan hiup,

terutama di perkotaan harus tetap terjaga .

3. Muhnur Satyahaprabu Manager Kebijakan dan Pembelaan Hukum Walhi

Nasional menyatakan jika BRI tetap akan membangun RTH di kawasan

lindung maka jelas melanggar aturan diatasnya “ada 6 (enam) peraturan

baik berbentuk undang-undang, perda maupun peraturan Bank Indonesia

yang telah diduga kuat dilanggar oleh pemkot dan BRI melalui perjanjian

kerjasamanya. kami minta OJK untuk tidak terlebih dahulu mengeluarkan

ijin pembangunan ATM DriveThru BRI di kawasan Alun-Alun Merdeka

Malang. Jika pemkot dan BRI berkeras melanggar UU maka Walhi siap

melakukan langkah-langkah hukum .”

Dengan adanya pertentangan dari masyarakat maka pembangunan ATM

Drive Thru tersebut dihentikan ,walaupun di dalam perjanjian kerja sama

PT.Bank Rakyat Indonesia (persero),tbk kantor wilayah kota Malang dengan

pemerintah kota Malang Tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab Sosial

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

9

dan Lingkungan Dalam Rangka Revitalisasi alun –alun kota Malang

tergambar jelas akan adanya pembangunan ATM Drive Thru. Pembangunan

drive-thru ini bentuk kompensasi yang diberikan Pemkot Malang kepada BRI

yang telah memberikan dana CSR untuk revitalisasi alun-alun. Dengan adanya

ATM drive Thru, Bank BRI dapat membuat simbol kapital,branding dan citra

dipusat kota Malang, ketika Bank BRI tidak dapat membuat itu,maka Bank

BRI kehilangan nilai kapital,branding dan simbol di pusat kota malang.

Berdasarkan adanya kasus diatas mengenai perjanjian kerjasama CSR dan

implikasi pelaksanaan kerja samanya ini menjadi menarik ketika dikaitkan

dengan asas itikad baik dalam perjanjian sehingga penulis memilih judul

“ ANALISIS YURIDIS PEMENUHAN ASAS ITIKAD BAIK

DALAM PERJANJIAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY”

( Ditinjau dari perjanjian Kerjasama PT.Bank Rakyat Indonesia dengan

Pemerintah Kota Malang Tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab

Sosial Dan Lingkungan Dalam Rangka Revitalisasi Alun –Alun Kota

Malang)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Corporate Social

Responsibility antara PT.BRI dengan Pemerintah Kota Malang ditinjau dari

Asas Itikad Baik sebagaimana pasal 1338 ayat (3) ?

2. Bagaimana usaha penyelesaian dalam pelaksanaan kerjasama dalam

Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang antara PT.BRI dengan Pemerintah

Kota Malang ?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

10

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas ,maka

tujuan dari penulisan ialah :

1. Mengetahui pelaksanaan kerjasama CSR yang dilakukan oleh pihak BRI

dan Pemerintah Kota Malang dalam Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang

ditinjau dari asas itikad baik.

2. Mengetahui usaha penyelesaian dalam pelaksanaan kerjasama CSR yang

dilakukan oleh pihak BRI dan Pemerintah Kota Malang dalam Revitalisasi

Alun-Alun Kota Malang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Mamfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup

manfaat akademis dan mamfaat praktis ,sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat

akademis,dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan

gambaran yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh

terhadap ilmu hukum , sehingga dihararapkan akan mendapatkan hasil yang

bermamfaat dan berguna untuk masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan asas itikad baik dalam perjanjian yang dibuat oleh

pemerintah maupun korporasi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

11

2) Menjadi bahan pertimbangan dan tambahan pengetahuan bagi pihak-

pihak terkait dalam pengembangan hukum bisnis di Indonesia.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan tercapainya penelitian ini,maka penulis berharap penelitian ini

dapat memberikan beberapa kegunaan diantaranya :

1. Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis

Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum

,harapannya melalui penelitian penulisan ini dapat menambah

wawasan penulis ,memberikan beberapa pemahaman mengenai hukum

kontrak dan asas itikad baik dalam perjanjian, juga penerapan

pengaturan hukum tentang CSR di Indonesia.

b. Bagi Instansi Penegak Hukum

Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya penelitian menjadi

panduan bagi Pemerintah daerah khususnya Daerah Malang dalam

perjanjian kerjsama pembangunan fasilitas daerah khusunya dalam

program CSR .

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan

acuan bagi masyarakat untuk lebih memahami asas itikad baik dalam

hukum perjanjian dan pengaturan CSR di Indonesia.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

12

d. Kegunaan Teoritis

Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan pandangan

dan benar-benar berguna bagi pihak-pihak akademis ,instansi

penegakan hukum,masyarakat maupun penulis terhadap rangkuman

permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini. Dan juga

memberikan sumbangasih bagi ilmu pengetahuan mengenai hukum

perjanjian di Indonesia.

F. METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi

ini,penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau

penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga

mencapai tujuan penelitian atau penulisan.12

Berdasarkan ruang lingkup

serta identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan, untuk mengkaji

secara komprehensif dan holistik pokok permasalahan, akan ditelusuri

dengan menggunakan tipe penelitian yuridis sosiologis, yakni melihat

hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat.13

2. Lokasi Penelitian

12 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya

Bakti, halaman 112.

13

Fakultas Hukum. 2012. Pedoman Penulisan Hukum. Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang. Hal. 18

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

13

Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Pemerintah Kota

Malang dan juga PT.BRI Kantor Wilayah Malang yaitu sebagai pihak

yang terdapat didalam perjanjian. Hal ini dikarenakan penulis ingin

mengetahui implementasi pelaksanaan kerjasama dalam tanggung jawab

sosial dan lingkungan antara pihak PT.BRI dengan pihak Pemerintah kota

Malang.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan beberapa bahan

hukum sebagai berikut :

a. Sumber Data Primer14

Sumber data primer adalah jenis data primer yang langsung dari

sumber utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses

interview/wawancara atau observasi pada tempat yang diteliti. Data

utama yang diperoleh secara langsung yaitu perjanjian kerjasama

PT.BRI kantor wilayah Malang dengan Pemerintah Kota Malang

tentang Pemberian Dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Dalam Rangka Revitalisasi Alun-Alun Kota Malang.

b. Sumber Data Sekunder

14 Bambang Sunggono. 1998.Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada, halaman. 116. Bambang mengemukakan bahwa bahan hukum Primer yaitu bahan hukum

yang mengikat yang terdiri dari, 1). Norma atau kaidah dasar pembukaan UUD 1945. 2). Peraturan

dasar, yaitu UUD 1945 dan Ketetapan-ketetapan MPR. 3). Peraturan perundang-undangan. 4).

Bahan hukum yang tidak dikodifikasi, misalnya hukum adat. 5). Yurisprudensi. 5). Traktat. 7).

Bahan hukum dari zaman penjajahan yang kini masih berlaku. Dalam UU No. 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, dinyatakan bahwa peraturan perundang-

undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang dan mengikat secara umum

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

14

Sumber data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan

melalui bahan-bahan literatur yaitu Undang-Undang dan Peraturan-

Peraturan, studi dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari

pihak yang terkait dengan cara mencatat atau meringkas dokumen-

dokumen, serta penelusuran situs-situs internet yang berhubungan.

c. Sumber Data Tersier

Sumber data tersier berupa jenis data mengenai pengertian baku,

istilah baku yang diperoleh dari Ensiklopedi, Kamus, Glosarry, dan

lain-lain

4. Teknik Penelusuran Bahan Hukum

Bahan hukum diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan studi

dokumentasi terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer,

sekunder, maupun tersier. Yaitu dengan mengumpulkan berbagai

ketentuan perundang-undangan, makalah, literatur, dan artikel yang

berhubungan dengan topik permasalahan yang diangkat oleh penulis,

sehingga didapatkan landasan teori untuk digunakan dalam

mengemukakan pendapat atau pandangan.

5. Teknik Analisis Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

15

Yaitu memperoleh dan mengumpulkan data melalui tanya jawab,

dialog/diskusi dengan pihak terkait dan dianggap mengetahui banyak

mengenai permasalahan dalam penelitian.

b. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak yang terkait

serta ditambah dengan penelusuran perundang-undangan dalam hal

berkenaan dengan proses penelitian ini.

c. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan

kepustakaan dari berbagai literatur/buku-buku maupun jurnal.

d. Internet

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan

melalui internet atau website untuk melengkapi bahan hukum lainnya.

6. Teknik Analisa Data

Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis Deskriptif

Kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan,

menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan penelitian

hukum.

G. RENCANA SISTEMATIS PENELITIAN

Pada penelitian ini ,penulis membagi pembahasan kedalam empat

bab,dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab,sistematika penulisannya

secara singkat adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

16

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan landasan konsep, teori,

atau kajian teori, berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti,

meliputi: pertama, tinjauan tentang perjanjian, di dalamnya

memuat tentang pengertian perjanjian, syarat-syarat sahnya

perjanjian,asas-asas dalam perjanjin dan macam-macam perjanjian

. Kedua, tinjauan tentang Corporate Social Responsibility, dalam

hal ini dipaparkan mengenai kewajiban korporasi dalam tanggung

jawab sosial dan lingkungan dan juga pelaksanaan program CSR di

Indonesia . Ketiga, tinjauan tentang asas itikad baik dan Keempat

tinjauan tentang asas.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran mengenai

pembahasan dari rumusan masalah yang diangkat, yaitu mengenai

bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama CSR antara PT.BRI

dengan Pemerintah Kota Malang dalam pemenuhan asas itikad

baik sebagaimana pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis

serta dianalisis secara content, comparative dan dianalisa

kesesuaian atau keselarasan berdasarkan kenyataan yang ada (yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/33309/2/jiptummpp-gdl-solehatunn-44826-2-bab1.pdf2 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas

17

terjadi) didukung dengan teori-teori yang relevan dengan

permasalahan dalam penulisan ini.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana

berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan

saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus

kajian serta berisikan saran dan rekomendasi penulis sehingga

diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi semua pihak.