bab i pendahuluan 1.1latar belakangscholar.unand.ac.id/36945/6/bab i.pdf10. kenya 1.2 3.9 3.9...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu kemiskinan telah menjadi perhatian utama negara di dunia, dimana tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak sejalan dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi dunia yang buruk dan masih menempatkan lebih dari 1 milyar orang
didalam kondisi kemiskinan.1
Secara historis, kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan, dimana
seseorang dapat dikatakan berada dalam keadaan miskin apabila mereka kehilangan
pendapatan dan sumberdaya lain yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup berupa makanan, barang, fasilitas dan layanan lainnya.2 Dalam lingkup
internasional World Bank menyatakan seseorang dianggap berada pada garis
kemiskinan apabila memiliki pendapatan dibawah US$1.25 perhari.3
1 UNDP, Human Development report 2016 : Human Develpment for Everyone Hal.3, Diakses dari http://hdr.undp.org/sites/default/files/2016_human_development_report.pdf (Diakses Padang 7 Januari 2018 Pukul 01.00 WIB)
2 Peter Townsend, Poverty in Focus, London School of Economics, 2006 Hal. 5 Diakses dari http://www.ipc-undp.org/pub/IPCPovertyInFocus9.pdf pada 15 Januari Pukul 01.02
3 UNSDSN, Global Profile of Extreme Proverty Report Prepared By Sustainable Develpment SolutionNetwork 15 Oktober 2012 Hal.1-2 Diakses dari http://unsdsn.org/wp-content/uploads/2014/02/121015- Profile-of-Extreme-Poverty.pdf (Diakses Padang 7 Januari 2018 Pukul 01.30)
Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya tingkat kemiskinan yang tinggi
disuatu negara, diantaranya:4
- Kondisi geografis negara yang buruk, hal ini terkait dengan bentuk daratan,
iklim, struktur tanah yang buruk, kurangnya sumberdaya energi serta rawan
terjadi bencana alam.- Konflik dan kekerasan yang menimbulkan sanksi internasional yang akan
berkorelasi dengan peningkatan jumlah kemiskinan.- Buruknya sistem pemerintahan dalam negara tersebut terkait dengan
pengelolahan sumberdaya, dan manajemen tata negara seperti korupsi.- Diskriminasi gender dan etnis atau diskriminasi sosial dalam masyarakat adat
(mencapai 400 juta di seluruh dunia). Dimana masih terdapatnya kelompok-
kelompok yang harus menghadapi diskiriminasi dan pengucilan sosial bahkan
setelah berabad-abad lamanya.
Kawasan Asia dan Afrika menjadi kawasan dengan tingkat kemiskinan yang sangat
tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di dunia, mengacu kepada standar yang
ditetapkan oleh World Bank yaitu dengan pendapatan minimum US$1.25 perhari. Hal
ini dapat dilihat pada tabel berikut:5
Tabel 1.1Kemiskinan di Dunia
KAWASAN /Juta
Orang
% dari total
Kemiskinan
Dunia
Insiden
kemiskinan
(% pop)
4Ibid Hal.1-3
5Andy Sumner, “Where Do the World’s Poor Live? A New Update” Institute of Development Studies Juni 2012 Volume I, Hal. 8 Diakses dari https://www.ids.ac.uk/files/dmfile/Wp393.pdf (Diakses Pada 8Januari 2017 Pukul 01.50)
Asia Timur dan Pasifik 265.4 21.5 14.3
Eropa Timur dan Asia Tengah 2.1 0.2 0.5
Amerika Latin dan Kepulauan Karibia 35.3 2.9 6.9
Timur Tengah dan Afrika Utara 8.5 0.7 2.7
Asia Selatan 546.5 44.3 36.0
Sub-sahara Afrika 376.0 30.5 47.5
Total 1.233.8 100 22.8
Sumber: Andy Sumner, “Where do the world’s poor live? A new update,” IDS Working Paper, Volume2012 No. 393, June 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa Asia Selatan menjadi kawasan dengan tingkat
kemiskinan tertinggi di dunia. Sekitar 44.3% dari keseluruhan tingkat kemiskinan di
dunia tersebar di negara-negara kawasan Asia Selatan dengan total mencapat 546.5
juta jiwa. Penyebaran kemiskinan di negara kawasan Asia Selatan digambarkan
dalam tabel berikut:
Tabel. 1.2
Kemiskinan di Asia Selatan
NEGARA % Kemiskinan di
dunia
Pendapatan
Perhari
Perkapital
(dalam US$)
2008 1990 2009
1. India 34.5 3.4 8.2
2. China 14.0 3.0 17.0
3. Nigeria 8.1 3.9 5.6
4. Bangladesh 6.0 2.0 3.9
5. DRC 4.5 1.7 0.8
6. Indonesia 4.2 5.5 10.1
7. Pakistan 2.3 4.4 6.5
8. Tanzania 1.4 2.4 3.4
9. Philipines 1.3 1.0 9.2
10. Kenya 1.2 3.9 3.9
Sumber: Andy Sumner, “Where do the world’s poor live? A new update,” IDS Working Paper, Volume2012 No. 393, June 2012
Tabel diatas menunjukkan Pakistan menjadi salah satu negara miskin di
kawasan Asia Selatan, dengan total populasi menempati urutan ke-6 tertinggi di dunia
yang berjumlah 188.9 juta jiwa serta diperkirakan akan mengalami peningkatan
sebesar 1.86% pada tahun 2016.6
Kemiskinan menjadi tantangan besar bagi Pakistan dengan total masyarakat
miskinnya sekitar 2.3% dari total keseluruhan masyarakat dunia dan dalam kurun
waktu 19 tahun hanya mengalami peningkatan GDP yang rendah yaitu $2.1 per
harinya.7
Dalam laporan survey ekonomi Pakistan 2015-2016 yang dikeluarkan oleh
UNDP Pakistan dan OPHI University of Oxford, dinyatakan bahwa 39% masyarakat
Pakistan hidup dalam kemiskinan, dengan tingkat kemiskinan tertinggi di kawasan
FATA dan Balochistan. Walaupun tingkat kemiskinan di Pakistan mengalami
penurunan yang kuat dari 55% menjadi 39% dari tahun 2004 sampai 2015, namun
kemajuan berbagai wilayah tidak merata. Tercatat 54.6% masyarakat miskinnya
berada di daerah pedesaan dan hanya sekitar 9.3% kemiskinan yang berada di
perkotaan.8
6 UNITED NATION, “World Population Prospect: The 2015 Revision, Key Findings and Advance Tables by UN Development of Economic and Social Affairs/ population Division” Hal.16, Diakses dari https://esa.un.org/unpd/wpp/Publications/Files/Key_Findings_WPP_2015.pdf (Diakses pada 8 Januari2018 Pukul 02.15)
7 Ibid Hal.12
Penurunan tingkat kemiskinan di Pakistan tidak memberikan dampak langsung
kepada berbagai daerah seperti Balochistam dan beberapa daerah lainnya yang
merupakan provinsi terluas dari Pakistan, dimana rata-rata penduduknya masih
tinggal dalam garis kemiskinan. Terkait isu kemiskinan Pakistancukup baik dalam
menanggulanginya dengan berbagai program diantaranya dengan memobilisasi
komunikasi dengan memberikan pelatihan, memperbaiki ketersediaan air,
pengembangan keterampilan serta pelatihan dalam bercocok tanam dan peternakan. 9
Untuk menanggulangi krisis dan isu kemiskinan di Pakistan, pemerintahnya
juga melakukan kerjasama dengan IMF dalam upaya menyelamatkan perekonomian
negara melalui Program Stabilisasi Ekonomi-Makro, dengan menerima bantun
sebesar US$7.6 Miliyar.10 Dengan peluang yang dimiliki pemerintah Pakistan
dibawah kepemimpinan PM. Yusuf Raza Gilani (2008-2012) mencoba mengambil
kebijakan efesiensi ekonomi, seperti pengurangan subdisi dan merangsang
pendapatan, rasionalisasi sukubunga perbankan.11
8 UNDP, Multidimensional Poverty in Pakistan, http://www.pk.undp.org/content/pakistan /en /home/press center/pressreleases/2016/06/20/pakistan-s-new-poverty-index-reveals-that-4-out-of-10-pakistanis-live-in-multidimensional-poverty.html (Diakses Pada 8 Januari 2018 Pukul02.30)
9 UNDP, Area Development in Balochistan, http://www.pk.undp.org/content/pakistan/en/home/ operations /projects/poverty_reduction/project_sample.html (Diakses pada 8 Januari 2018 Pukul 03.00)
10 KEMENLU RI, Perkembangan dalam Negeri Pakistan, diakses dari https://www.kemlu.go.id /islamabad/l c/Pages/ Pakistan2.aspx (Diakses pada 8 Januari 2018 Pukul 03.30)
11ILM, List of Prime Minister of Pakistan, diakses dari http://ilm.com.pk/pakistan/pakistaninform ation/list-of-prime-ministers-of-pakistan-since-1947-to-2018/ (Diakses pada 9 Januari 2018 Pukul 2.00)
Selain pogramdan upaya yang dilakukan oleh pemerintah serta kerjasama
dengan berbagai organisasi seperti UNDP dan IMF,Pakistan masih memiliki beberapa
faktor serius mengapa kemiskinan di negara itu masih sulit untuk di tanggulangi,
diantaranya: Tingkat pertumbuhan populasi di Pakistan yang sangat tinggi yaitu
mencapai 1.86%. hal ini disebabkan kurangnya penerapan sistem keluarga berencana,
yang mengakibatkan besarnya tingkat populasi dan menyebabkan pengangguran,
kemiskinan dan pelanggaran hukum.12
Faktor lain yang mempengaruhi ialah sistem perpajakan yang tidak seimbang
sebagai salah satu bentuk kecurangan dalam sistem pemerintahan seperti korupsi.
Tidak adanya pembedaan pajak berdasarkan tingkat pendapatan, sehingga 80% pajak
yang dikumpulkan di Pakistan berasal dari masyarakat miskin.
Faktor-faktor diatas seperti permasalahan pendidikan, kemiskinan, dan
kesehatan diatas membuat “Bangladesh Rural Advancement Committee” (BRAC)
yang merupakan sebuahInternational Non-Govermental Organisations (INGO)
memilih untuk melaksanakan kegiatannyadi Pakistan atas inisiatif Sir Fazle Hasan
untuk membantu pemerintah Pakistan dalam melawan kemiskinan, meningkatkan
akses terhadap pendidikan dan kesehatan.13
12Clin Borgen, Tree Casues of Poverty in Pakistan diakses dari https://borgenproject.org/3-causes -of-poverty-in-pakistan/ (Diakses pada 8 Januari 2018 Pukul 4.00)
13 BRAC, Chairperson Diakses dari http://www.brac.net/chairperson (Diakses terakhir pada25 Januari 2018 Pukul 1.58AM)
BRAC merupakan International Non-Govermental Organizationyang didirikan
oleh Sir Fazle Hasan Abed KCMG, seorang pakar ekonomi berkebangsaan
Bangladesh pada tahun 1972. BRAC didirikan pertama kali di Bangladesh dengan
tujuan untuk membantu pemerintah Bangladesh dalam memperbaiki kondisi
perekonomian yang buruk paska kemerdekaan, dimana isu ekonomi dan kemiskinan
menjadi permasalahan pada masa itu. Sir Fazle mengembangkan layanan pendukung
dibidang HAM dan pemberdayaan sosial, pendidikan dan kesehatan serta
pemberdayaan ekonomi serta pengembangan usaha, pelatihan mata pencaharian,
kelestarian lingkungan dan kesiapsiagaan bencana.14
Setelah melihat perkembangan dari upaya BRAC dalam membantu Bangladesh
untuk keluar dari permasalahan kemiskinan dan isu terkait, BRAC mulai memberikan
perhatian kepada negara-negara lain yang berada pada kondisi krisis dan tingkat
kemiskinan yang tinggi. Sampai saat ini BRAC telah membantu beberapa pemerintah
negara seperti Liberia, Tanzania, Uganda, South Sudan, Sierra Leone, Afganistan,
Pakistan dan beberapa negara Asia lainnya dalam upaya mengurangi tingkat
kemiskinan, isu pendidikan dan juga permasalahan kesehatan.15
Di PakistanBRAC mendirikan kantor perwakilan di Islamabad dan memulai
beberapa kegiatannya dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan isu-isu
terkait lainnya. BRAC menetapkan Pakistan sebagai salah satu negara yang perlu
14 BRAC, Vision and Mision BRAC Diakses dari http://www.brac.net/our-approach (Diakses pada 8 Januari 2018 Pukul 4.25)
15 Ibid
diperhatikan, hal ini disebabkan karena Pakistan merupakan negara dalam satu
kawasan dengan Banglades yang memiliki permasalahan yang sama. Pakistan
merupakan salah satu negara dengan isu kemiskinan yang tinggi di kawasan Asia
Selatan serta memiliki permasalahan terkait isu kesehatan yakni terdapat kesulitan
untuk mendapatkan akses fasilitas kesehatan. Bidang pendidikan juga menjadi
permasalahan utama seperti sulitnya akses bagi masyarakat Pakistan untuk dapat
memperoleh pendidikan khususnya kalangan wanita, dimana kesetaraan gender masih
menjadi salah satu isu yang dominan di negara tersebut.16
Terkait isu diatas permasalahan ekonomi dan kemiskinan menjadi isu yang
mendominasi, terjadinya kesenjangan ekonomi antara masyarakat kota dengan
pedesaan yang sangat drastis dan keterbukaan lahan pekerjaan serta keterbatasan
keterampilan yang dimiliki membuat masyarakat Pakistan mengalami kesulitan
untuk berkembang. Ini menjadi faktor utama BRAC memulai operasi pertamanya di
Pakistan pada tahun 2007.17
Pergerakan BRAC ke Pakistandilatar belakangi oleh pemikiran utama Sir Fazle
dalam organisasinya, dimana Sir Fazle menyatakan:
“I think the other thing that I’ve noted is that poor people, their dreams, aspirations, andstrunggles are almost the same everywhere, whether in bangladesh or Pakistan, it will becomemore or less the same. They are neglected, disenfranchised people who need help, and theywelcome help that they can get”
16BRAC, BRAC in Pakistan, Diakses dari https://www.brac.net/pakistan#who_we_are (Diakses Pada 8 Januari 2018 Pukul 04.15)
17 Ibid.
ia beranggapan bahwasanya Pakistan memiliki kondisi yang sama dengan
Bangladesh, dan maka dari itu mereka harus membantu Pakistan untuk bangkit dari
kemiskinan.18.
BRAC juga memfokuskan kegiatannya melalui sektor pendidikan, pendidikan
dianggap sebagai alat yang paling kuat untuk melawan kemiskinan, keterbelakangan
dan ketidakadilan, hal ini dilakukan dengan membuka akses bagi masyarakat miskin
untuk dapat memperoleh fasilitas pendidikan melalui sekolah terbuka dan
pelatihan.Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peran
BRAC sebagai INGO dalam penanggulangan isu kemiskinan di Pakistan.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat isu yang diuraikan diatas terlihat bahwa tingginya tingkat kemiskinan
di Pakistan masih menjadi isu yang dominan. Upaya dan penanganan yang dilakukan
oleh pemerintah Pakistan terkait isu kemiskinan tergolong lambat sehingga muncul
BRAC sebagai INGO yang membantu pemerintah Pakistan dalam mendorong
penurunan tingkat kemiskinan di negara tersebut. Mulai dari tahun 2007 hingga
sekarang BRAC aktif dalam penanggulangan isu-isu kemiskinan di beberapa negara
dan salah satunya Pakistan. BRAC memfokuskan kegiatannya di Pakistan dalam isu
kemiskinan, pendidikan dan kesehatan, sehingga diharap dapat membantupemerintah
Pakistan dalam penanggulangan isu kemiskinan tersebut.
1.3 Pertanyaan Penelitian
18 Tarun Khanna, “Creating Emerging Markets – Oral History Collection”, Baker library Historical Collection, Hardvar Business School, Boston 2014, Hal 30
Dari rumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana
peran Bangladesh Rural Advancement Committee (BRAC) dalam
penanggulangan isu kemiskinan di Pakistan?
1.4 Tujuan Penelitian1. Memahami permasalahan utama terkait isu kemiskinan yang terjadi di
Pakistan baik dalam bidang ekonomi maupun sosial politik di negara tersebut.2. Menganlisis peran yang dilakukan BRAC sebagai INGO dalam
penanggulangan isu kemiskinan di Pakistan.3. Menunjukkan bagaimana hasil yang dicapai BRAC dalam kegiatannya
menanggulangi isu kemiskinan yang ada di Pakistan.1.5 Manfaat Penelitian
1. Menambah referensi dan kepustakaan Ilmu Hubungan Internasional tentang
peranan BRAC sebagai organisasi yang bergerak dalam isu ekonomi dan
sosial, khususnya dalam penanggulangan isu-isu kemiskinan di Pakistan.2. Menjadi pedoman bagi pembaca untuk memahami tentang proses dan
serangkaian kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan BRAC untuk
mengurangi tingkat kemiskinan di suatu negara.3. Menjadi bahan pertimbangan untuk menyelesaikan isu permasalahan di
Indonesia, tentang bagaimana langkah-langkah yang perlu diambil untuk
menyikapi permasalahan kemiskinan.
1.6 Studi Pustaka
Kenyataannya masih sedikit dari ilmuan yang membahas tentang peranan
BRAC sebagai organisasi internasional dalam isu kemiskinan di Pakistan. Namun ada
beberapa ahli yang telah mencoba membahas tentang peranan organisasi internasional
dalam penanggulangan isu kemiskinan. Penulis menggunakan penelitian-penelitian
sebelumnya yang berupa karya ilmiah untuk memahami penelitian yang akan
dilakukan.
Studi puskata yang pertama penulis menggunakan jurnal penelitian yang
berjudul Rationale Effects of Poverty in Pakistan yang ditulis oleh Maham Tariq,
Asma Indrees, Muzammil Abid dan TanzilaSamin,19 untuk memahami tentang isu
kemiskinan di Pakistan. Penelitian ini memaparkan bahwa Pakistan merupakan
negara di peringkat ke 43 dengan resiko dan isu kemiskinan yang paling tinggi. Hal
ini terlihat dengan banyaknya kasus kematian karena depresi dan kelaparan yang
terjadi di Pakistan. Dijelaskan juga bahwasanya terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kemiskinan di Pakistan diantaranya yaitu tingkat pengangguran yang
tinggi dimana di Pakistan terjadi peningkatan 6% dalam beberapa tahun terakhir.
Sektor pendidikan juga memberikan pengaruh yang tinggi terhadap kemiskinan di
Pakistan, selain itu kejahatan dan kriminalitas juga menjadi pendorong tingkat
kemiskinan, dimana kemiskinan menyebabkan timbulnya tingkat kriminaitas yang
tinggi. GDP, ketidakstabilan ekonomi, dan pinjaman luar negeri juga mempengaruhi
lambatnya penanggulangan terhadap kemiskinan
Jurnal ini menerangkan bagaimana langkah pemerintah Pakistan dalam
penanganan isu kemiskinan yaitu penggerakan di bidang agrikultur dan industri.
Pakistan berusaha untuk membuka lahan investasi yang ditujukan untuk membuka
19 Maham Tariq, Asma Indreess, Muzammil Abid dna Tanzila Salim, Rationale Effect of Poverty In Pakistan, IMPAC IJRBM Vol. 2 dikeluarkan pada 6 Juni 2014 School of Business Management, NFC institure of Engginering and Fertilizer Research, Punjam Pakistan hal 3-7
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, namun hal ini tidak berjalan baik dimana pada
tahun 2011 Pakistan hanya mampu mencapai US$1,25 miliar invesment asing,
menurun drastis dari tahun 2007 yang mencapai US$5.49 miliar dolar. Hal ini
kembali mempengaruhi tingkat kemiskinan di Pakistan, pemerintah harus
meningkatkan pajak untuk meningkatkan pendapatan negara yang berpengaruh
kepada pemotongan penghasilan perorangan.20
Perbedaan penelitian yang akan dibahas dengan dengan penelitian diatas adalah
dimana penelitian diatas lebih menjabarkan tentang dampak, faktor penyebab dan
langkah yang dilakukan pemerintah dalam menangani kemiskinan di Pakistan,
sedangkan penelitian ini akan lebih memfokuskan terhadap peranan dari INGO dalam
penanganan masalah kemiskinan, walaupun pada mulanya sama-sama menjabarkan
tentang faktor dan situasi kemiskinan di Pakistan tersebut.
Studi pustaka yang kedua hasil penelitian dari Imram Syarif Chaudry yang
berjudul The Impact of Gender Inequality in Education on Rural Poverty in
Pakistan : An Empirical Analysis.21Penelitian ini menerangkan tentang adanya
perbedaan antara keberadaan status wanita di Pakistan dengan negara barat lain dalam
bidang sosial maupun pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk perkembangan masyarakat, hal ini tidak begitu terlihat dimana masih
sangat terbatasnya bagi wanita untuk mendapatkan suatu pendidikan. Imam
20 Ibid Hal. 8
21 Imam Syarif Chaundry, Impact of Gender Inequality in Education on Rural Poverty in Pakistan: an Empirical Analysis, University Multan Pakistan 2009
menyimpulkan bahwasanya ketidaksetaraan gender di bidang pendidikan memiliki
dampak yang sangat besar terhadap kemiskinan di Pakistan, tidak adanya peluang
yang dimiliki wanita untuk dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi sehingga
mereka lebih cenderung memiliki keterbatasan dalam bekerja, bertindak dan
menyampaikan aspirasi.
Perbedaan dari penelitian ini dimana penelitian diatas lebih menjabarkan
tentang isu kemiskinan dalam konsep gender, tentang bagaimana gender itu memiliki
pengaruh dalam tingkat kemiskinan di Pakistan. Hal ini jelas berbeda dengan
penelitian yang akan dilakukan karena akan melihat isu kemiskinan melalui konsep
Organisasi Internasional.
Penelitian ketiga yang digunakan sebagai studi pustaka ialah “The Roles of
NGOs in Rural Poverty Reduction: The case of Indonesia and India” hasil penelitian dari
Suharko.22Penelitian ini menjelaskan bahwa pengaruh dari organisasi internasional
dalam penanganan kemiskinan sangat membantu terhadap perkembangan negara
tersebut, mereka berusaha untuk mengeluarkan dari kemiskinan, memberikan fasilitas
untuk mendapatkan makanan. Dalam penelitiannya ditegaskan bahwa NGO memiliki
hubungan yang sangat intensif dalam penanggulangan kemiskinan. Namun dari sudut
pandang makro dinyatakan bahwasanya terdapat kendalan dalam peran NGO itu
ketika berbenturan dengan suatu institusi lokal, pengembangan skala program baru,
membangun sinergi dengan pemerintahan.
22 Suharko, The Roles of NGOs in Rural Poverty Reduction: The cae of Indonesia and India, Nagoya University Oktober 2007
Perbedan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharko adalah
tentang negara yang diteliti, dimana penelitian diatas di fokuskan terhadap peran
NGOs dalam isu kemiskinan di Indonesia dan India, sedangkan penelitian ini akan di
fokuskan kepada Pakistan sebagai objeknya.
Penelitian selanjutnya yang dijadikan studi pustaka ialah hasil penelitian
dariYali Chen tentang “Microfinance program in BRAC – the largest NGO in the
world”.23 Penelitian ini menerangkan bagaimana peran BRAC dalam penanganan isu
kemskinan di Bangladesh melalui program microfinance. Microfinance merupakan
program yang sudah dijalankan oleh BRAC semenjak tahun 1974. BRAC
memberikan berbagai pinjaman untuk perempuan di Bangladesh terutamanya untuk
memulai sebuah usaha kecil, juga dalam bidang agrikultur. Yali menyatakan
bahwasanya program microfinance memiliki peranan yang sangat signifikan untuk
memotong tingkat kemiskinan, walaupun dianggap memiliki pengaruh yang baik
dalam penanganan kemiskinan di Bangladesh, BRAC masih memiliki beberapa
masalah, dilema dan keterbatasan untuk mejalankan aksinya dari pemerintah
Bangladesh.
Dalam penelitian diatas diterangkan bahwasanya BRAC mampu untuk
membantu Bangladesh dalam penanggulangan kemiskinan di negara tersebut. Hal ini
yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini, dimana akan dilihat bagaimana peran
23 Chen, Yali ,Microfinance Program in BRAC – the largest NGO in the world” IO and Economic Development, Juni 2013
BRAC dalam penanganan kemiskinan di Pakistan, apakan memiliki hasil yang sama
baik ataukah ada perbedaan yang dihasilkan.
Studi pustaka yang kelima adalah hasil penelitian dari Anne T. Sweetser yang
berjudul“Lessons From the BRAC Non-Formal Primary Education
Program”.24Penelitian ini menjelaskan bagaimana BRAC melakukan
penanggulangan permasalahan kemiskinan melalui penyelenggaraan program
pendidikan. Daerah yang diangkat menjadi contoh ialah Jamalpur yang merupakan
salah satu wilayah termiskin di Bangladesh. BRAC memberikan sponsor kepada lebih
dari 2.000 sekolah di Jamalpur. Mereka memberikan pendidikan terhadap bagaimana
perilaku terhadap wanita, dimana permasalahan gender merupakan salah satu
permasalahan yang terjadi di bangladesh. BRAC memberikan pelatihan terhadap guru
untuk sekolah publik, terkait komunikasi dan teknik diskusi utama yang dapat
dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Sehingga proses itu menimbulkan suatu
gagasan baru dalam pendidikan di kawasan tersebut.
Anne menerangkan bahwasanya tekanan politik dalam sebuah komunitas sangat
mempengaruhi langkah BRAC dalam mempublikasikan mengenai pendaftaran,
pemilihan lokasi pendidikan, pemilihan guru dan anggota komite. Namun BRAC
berhasil mendirikan sekolah baru dan menciptakan peluang bagi sejumlah siswa
miskin, terutama anak perempuan untuk memulai pendidikan mereka.25
24 Anne T. Sweerser, “Lessons from the BRACno-formal Primary Education Program”, Academy for Education Development USAID 1999
25 Ibid. Hal. 25
Dalam penelitian Anne menerangkan tentang bagaimana usaha BRAC dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Banglades dalam upaya untuk pengurangan jumlah
kemiskinan di Banglades. Hal ini menjadi perbedaan tentang penelitian yang akan
dilakukan, dimana penelitian ini akan difokuskan kepada negara Pakistan.
1.7 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan satu konsep yaitu
International Organization untuk menganalisis peranan BRAC sebagai INGO dalam
upaya membantu pemerintah Pakistan dalam menanggulangi isu kemiskinan di
negaranya.
1.7.1Organisasi International
Organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai pola kerjasama yang
melintasi batas-batas negara dengan didasarkan struktur organisasi yang jelas dan
lengap, dihadapkan atau diproyeksi untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya
secara berkesinambungan dan berlembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-
tujuan yang diperlukan serta tersepakati bersama baik antara pemerintan dengan
pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintahan pada negara yang
berbeda.26
Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland menyatakan bahwasanya organisasi
internasional adalah bentuk kerjasama internasional yang melembaga antar negara-
negara, umumnya berlandaskan pada suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan
26 Lisa Martin and Beth Simmons, Hand book of internatonal relation, “International Organization and Institution” 2012 hal 328-329
fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui
pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan anggota secara berkala.27
A Lorey Bennet dalam bukunya International Organization Principles and
Issuesmenyatakan bahwasanya organisasi internasional mempunyai ciri-ciri, dimana
organisasi tetap untuk melaksanakan suatu fungsi berkelanjutan, memiliki
keanggotaan yang bersifat sukarela, adanya instrumen dasar yang menyatakan tujuan,
struktur dan metode operasional serta memiliki sekretariat tetap untuk melanjutkan
fungsi administrasi dan informasi berkelanjutan.28
Menurut Teuku May Rudy organisasi internasional merupakan “suatu pola
kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari struktut organisasi yang
jelas dan lengkap serta diharapkan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya
secara berkesinambungan dan melembaga guna megusahakan tercapainya tujuan-
tujuan yang diperlukan serta tersepakati bersama baik antara pemerintah dengan
pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang
berbeda.29
27 Malahayati, Kapital Selekta Hukum Internasional, “Hukum Organisasi Internasional: Sejarah dan Perkambangannya” hal 5 Universitas Sieah Kuala 2015 diakses dari http://repository.unimal.ac.id/2154/1 /ORGANISASI%20INTERNASIONAL.pdf diakses pada pukul 00.40
28 A. LoRey Bennet “International Organizations: Principles and Issues” New Jersey Printice Hall 1995 Hal 64
29 Drs. T. May Rudy SH, MI, M.Sc ‘Administrasi dan Organisasi Iinternasional”, Bandung Redika Aditama 2005 Hal 27-28
Rudy juga menjelaskan bahwasanya organisasi internasional itu memiliki
beberapa unsur, diantaranya berupa kerjasama yang ruang lingkupnya melintas batas
negara, berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama baikantara
pemerintah atau non-pemerintah. Suatu organisasi meliliki struktur yang jelas dan
lengkap melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.
Bila dikaitkan dengan BRAC sebagai suatu organisasi internasional tentunya
mencakupi unsur-unsur tersebut. Hal ini karena BRAC memiliki ruang lingkupnya
yang melewati lintas batas negara, memiliki prioritas untuk mencapai tujuan, serta
terdapat struktur organisasi yang jelas dalam menjalankan fungsinya sebagai
organisasi internasional dalam menanggulangi permasalahan ekonomi terkait
kemiskinan, isu kesehatan, gender dan pendidikan.
Didalam bukunya yang berjudul InternationalOrganization Clive Archer
menyatakan bahwasanya organiasisi Internasional bisa sangat umum dah luas ataupun
lebih spesifik, begitujuga dengan aktifitasnya yang pasti berkenaan dengan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Clive menyatakan bahwa terdapat beberapa hubungan yang mungkin terjadi
diantara anggota organisasi, diantaranya kooperatif. Dimana organisasi internasional
dianggap mampu menciptakan hubungan yang baik, terciptanya hubungan ini bisa
melalui perdagangan dan hubungan sosial. Seperti contohnya BRAC yang merupakan
suatu organisasi yang bergerak dibidang kemiskinan sosial pendidikan dan kesehatan,
memiliki tujuan untuk membantu ekonomi, taraf pendidikan dan kesehatan negara
dimana mereka melakukan kegiatnnya. Hal demikian akan membawa dampak baik
antara hubungan organisasi internasional dengan negara-negara terkait.
Organisasi internasional di klasifikasikan berdasarkan keanggotaan, tujuan,
aktifitas dan strukturnya. Clive Archer menerangkan klasifikasi organisasi
internasional berdasarkan keanggotannnya dibagi menjadi 2 macam, yaitu:30
1. Type of membership (Tipe Keanggotaan)a) Inter-govermental Organisation (IGO), yaitu organisasi internasional dengan
wakil pemerintah-pemerintah sebagai anggota.b) International Non-govermental Organizations (INGO), merupakan organisasi
internasional dimana anggota bukan mewakili pemerintahan.2. Extend of Membership (Jangkauan Keanggotaan)
a) Keanggotaan yang terbatas dalam wilayah tertentu.b) Keanggotaan yang mencakup seluruh wilayah dunia.
Dari pemaparan klasifikasi organisasi internasional berdasarkan keanggotaan
tersebut disimpulkan bahwasanya BRAC merupakan International Non-Govermental
Organisation (INGO), karena memiliki keanggotaan berupa individu-individu yang
memiliki perhatian dan ketertarikan dalam isu yang difokuskan oleh organisasi
tersebut.
Klasifikasi organisasi internasional menurut tujuan dan aktivitasnya berkisar
dari yang bersifat umum hingga yang khusus dengan berbagi menurut orientasinya,
yaitu menuju pada hubungan kerjasama para anggotanya, menurunkan tingkat konflik
atau menghasilkan konfrontasi antara anggoran atau yang bukan anggota.
30 Archer, Clive International Organitaion Third Edition, London, Tylo & Francis e-Library2001 Hal. 45-50
Klasifikasi yang terakhir dan berdasarkan struktur organisasi internasional.
Dengan memperhatikan strukturnya, makanya dapat dilihat bagaimana suatu institusi
membedakan antara suatu anggota dengan anggota lainnya, sehingga dengan
demikian dapat dilihat bagaimana sutau organisasi internasional dalam
memperlakukan anggotannya.
Menurut Cliver Archer secara umum fungsi organisasi internasional dapat
dibagi menjadi sembilan fungsi, yaitu:31
1. Artikulasi dan agregasi, dimana organisasi internasional berfungsi sebagai
instrument bagi negara yang mengartikulasikan dan mengagregasikan
kepentingannya, serta dapat mengartikulasikan kepentingannya sendiri.
Organisasi internasional menjadi salah satu bentuk kontrak institusionalisme
antara partisipan aktif dalam sistem internasional, yaitu sebagi forum diskusi dan
negosiasi.2. Norma, organisasi internasional sebagi aktor, forum dan instrumen yang
memberikan kontribusi yang berarti bagi aktivitas-aktivitas normatif dari sistem
politik internasional. Misalnya dalam penetapan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
non diskiriminasi.3. Rekrutmen, dimana organisasi internasional menunjang fungsi penting untuk
menarik atau merekrut partisipan dalam sistem politik internasional.4. Sosialisasi, berarti upaya sistematis untuk mentransfer nilai-nilai kepada seluruh
anggota sistem. Proses sosialisasi pada level internasional berlangsung pada
tingkat nasional yang secara langsung mempengaruhi individu-individu atau
31 Ibid hal. 93-95
kelompok-kelompok dalam sejumlah negara dan antara negara-negara yang
bertindak pada lingkungan internasional atau di antara wakil mereka dalam
organisasi. Dengan demikian organisasi internasioal memberikan kontribusi bagi
penerimaan dan peningkatan nilai kerjasama.5. Pembuatan peraturan, dimana sistem internasional tidak mempunyai
pemerintahan dunia, oleh karena itu pembuatan keputusan internasional biasanya
berdasarkan pada praktek masa lalu, perjanjian atau oleh organisasi internasional.6. Pelaksanaan peraturan, pelaksanaan keputusan organisasi internasional hampir
pasti diserahkan kepada kedaulatan negara. Dalam prakteknya fungsi aplikasi
aturan oleh organisasi internasional seringkali lebih terbatas pada pengawasan
pelaksanaannya, karena aplikasi sesungguhnya ada di tangan anggotanya.7. Pengesahan peraturan, organisasi bertugas untuk mengesahkan aturan-aturan
dalam sisten internasional. Fungsi ajudikasi dilaksanakan oleh lembaga
kehakiman, namun fungsi ini tidak dilengkapi dengan lembaga yang memadai
dan tidak dibekali oleh sifat yang memaksa sehingga hanya terlihat jelas bila ada
pihak negara yang beretika.8. Informasi, dimana organisasi internasional melakukan pencarian, pengumpulan,
pengelolaan dan penyebaran informasi.9. Operasional, organisasi internasional menjalankan sejumlah fungsi operasional di
banyak hal yang sama halnya seperti dalam pemerintah. Fungsi pelaksanaan yang
dilakukan organisasi internasional terlihat pada apa yang dilakukan organisasi
internasional terlihat pada apa yang dilakukan BRAC dalam membantu
masyarakat miskin di berbagai negara.
Setiap organisasi internasional memiliki struktur untuk mencapai tujuannya, L.
Bennet membagi peranan organisasi internasional dalam 3 kategori, yaitu sebagai
sumber legitimasi kolektif dalam aktifitas-aktifitas organisasi atau anggota secar
individu. Organisasi internasional memiliki peran sebagai penentu agenda
internasional. Organisasi internasional sebagai wadah sebagai koalisi antar anggota
atau koordinasi kebutuhan antara pemerintah sebagai mekanisme untuk menentukan
karakter dan struktur kekuasaan global.32
Clive Archer menerangkan bahwasanya peran organisasi internasional dapat
dibagi dalam ketiga kategori, yaitu:33
- Sebagai instrument, dimana organisasi internasional digunakan oleh negara-
negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar
negerinya.- Sebagai arena, dimana organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi
anggota-anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang
dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional di gunakan oleh beberapa negara
untuk mengatakan masalah-masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam
negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.- Sebagai aktor independen, dimana organisasi internasional dapat membuat
keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan dan paksaan dari
luar organisasi.
32 A. LoRey Bennet, “International Organizations: Principles and Issues” New Jersey, Prentice Hall 1995 Hal. 64
33 Archer, Clive International Organitaion Third Edition, London, Tylo & Francis e-Library2001 Hal. 96-97
Peran organisasi internasional dapat digambarkan sebagai individu yang berada
dalam lingkungan masyarakat internasional. Sebagai anggota masyarakat
internasional, organisasi internasional harus tunduk pada peraturan-peraturan yang
telah disepakati bersama.
Seperti yang dipaparkan Clive Archer, peran pertama dari organisasi
internasional adalah sebagai instrumen yang digunakan oleh anggota-anggotanya
untuk tujuan tertentu, sesuai dengan tujuan di bentuk BRAC pada mulanya untuk
membantu pemerintah Bangladesh dalam memperbaiki kehidupan ekonomi
masyarakatnya paska kemerdekaan, Sir Fazle sebagai pendiri bekerjasama dengan
anggota yang tergabung dalam kelompoknya untuk mengembangkan berbagai
program, seperti Village Development Program untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat sehingga mendapatkan skill dan pendapingan kerja.34 Sehingga usaha
yang dilakukan BRAC dalam penanganan isu kemiskinan dan isu lainnya
berkembang dari program-program desa menjadi skala nasional dan mulai masuk ke
negara lainnya.
Peranan kedua organiasi internasional sebagai arena atau forum dimana
didalamnya terjadi aksi-aksi, organiasi internasional berperan menyediakan tempat
pertemuan bagi anggotanya untuk berkumpul bersama-sama. Apabila dikaitkan
dengan keberadaan BRAC, dapat dilihat bahwa BRAC mampu menjadi wadah bagi
anggotanya sebagai tempat membahas tentang isu-isu terkait yang terjadi di beberapa
34 Aarong, http://www.aarong.com/about-aarong/ Diakses pada 13 Februari 2018 Pukul 02.44
negara, mereka dapat merumuskan tentang program kerja yang akan dijalankan di
suatu negara terkait satu isu, serta menjadi wadah untuk pengumpulan dana dari para
donatur untuk mendorong aksi mereka.
Peran ketiga dari organisasi internasional adalah sebagai aktor independen,
dimana independen diartikan apabila organisasi internasional dapat bertindak tanpa
dipengaruhi kekuatan dari luar. Dalam hal ini organisasi internasional dapat
memberikan masukan-masukan secara netral tanpa ada kepentingan yang
mempengaruhi dari luar. Sesuai dengan tujuan utama BRAC yaitu membantu
masyarakat miskin untuk dapat keluar dari kemiskinan, isu kesehatan yang buruk dan
pendidikan, BRAC mampu bergerak sesuai dengan tujuan mereka tanpa dipengaruhi
oleh kepentingan negara dimana tempat kegiatan mereka.
Berdasarkan penjabaran tentang organisasi internasional yang dipaparkan oleh
beberapa ahli, disini penulis akan membahas tentang peran BRAC sebagai organisasi
internasional dalam penanggulangan masalah kemiskinan di Pakistan menggunakan
konsep International Organization oleh Clive Archer.
1.8 Metodologi
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati permasalahan dan juga mencari jawaban. Dengan kata lain metodologi
adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.35
35 Dr. Deddy Mulyana, MA Methodolohi Penelitian Kualitatif , Bandung, PT Pemana Rosdakarya, 2001 Hal.23
1.8.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan maksud untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang peranan INGO dalam isu
kemiskinan. Pendekatan ini memungkinkan penulis untuk menghasilkan deskripsi
yang terperinci tentang peranan BRAC sebagai INGO dalam isu kemiskinan di
Pakistan. Pendekatan ini juga membuka peluang untuk menyertakan kasus-kasus
konkrit sebagai ilustrasi, untuk menopang pendapat-pendapat yang penulis ajukan.
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dimana analisis dilakukan
dengan mengkaji fenomena yang diangkat menjadi lebih rinci.36
1.8.2 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan tentang bagaimana peranan
BRAC sebagai INGO dalam menangani isu kemiskinan di Pakistandari tahun 2010
hingga 2015. Penulis membatasi penelitian ini pada rentang waktu tersebut karena
pada kurun waktu tersebut, BRAC mulai melakukan peningkatan terhadap program
dan kegiatan dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan di Pakistan.
1.8.3 Unit dan Tingkat Analisis
Tingkat analisis merupakan tingkat dimana pengetahuan itu berada sedangkan
unit analisis adalah objek kajian dari penelitian yang bersangkutan, atau dalam kata
lain unit analisis merupakan objek perilaku yang akan dianalisis sedangkan tingkat
analisis adalah unit yang menjadi landasan terhadap keberlakuan pengetahuan yang
36 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualtatif dan Kuantitatif) , Gaung Persada, Jakarta 2008, Hal 186
digunakan.37Oleh karena itu unit analisis dari penelitian ini adalah INGO yaitu BRAC
dengan tingkat analisisnya negara Pakistan, untuk unit eksplanasi dalam penelitian ini
adalah isu kemiskinan.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah secondary
data, yaitu data terpercaya yang telah terlebih dahulu dikumpulkan oleh peneliti lain.
Data ini didapat dari situ-situs resmi, situs-situs utama yang akan dijadikan sumber
informasi yaitu,situs BRAC, WorldBank, UNDP, situs resmi pemerintah Pakistan dan
situs resmi media nasional. Penulis juga akan penggunakan referensi penelitian-
penelitian, buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, artikel dan juga situs yang membahas
tentang objek penelitian. Mengingat keberagaman dari sumber informasi yang dapat
diperoleh, maka dalam penulisan ini dilakukan seleksi dan pemilihan atas sumber
yang dianggap paling relevan dengan tujuan penulisan. Data-data diolah untuk
menghasilkan serangkaian jawaban atas permasalahan penelitian.
Sebelum pada akhirnya menganalisis data yang telah terkumpul, penulis
melakukan pengumpulan literatur untuk memahami konsep organisasi internasional
terlebih dahulu. Penulis akan menggunakan International Organization yang ditulis
oleh Clive Archer sebagai panduan dalam menganalisa data. Penulis juga mencari
beberapa keyword tertentu untuk menemukan bahan pendukung menguatkan data
37 Joshua S, Golfstein, Jon C. Pavehouse, Level of Analysis, Pearson international Edition, International Relation, Edisi 8
yang dibutuhkan untuk melengkapi Bab I dan II, berupa buku-buku dan jurnal-jurnal
yang terpercaya.
1.8.5 Analisis dan Pengelolahan Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas peneliti akan memulai dengan
penjabaran mengenai BRAC dan upayanya sebagai INGO yang menangani isu
kemiskinan, kesehatan dan pendidikan.
Pada bagian selanjutnya, proses analisis berangkat pada peran organisasi
internasional yang dipaparkan Clive Archer dalam tulisannya yang berjudul
International Organization. Dalam tulisan ini dijabarkan tentang peran organisasi
internasional yang dibagi menjadi 3 poin, yaitu peran organisasi internasional
sebagai instrumen, arena dan sebagai aktor independen.38
Berangkat dari peran organisasi internasional, peneliti mulai dengan
memaparkan peran pertama sebagai instrument dimana akan dilihat bagaimana peran
BRAC sebagai instrument yang bisa digunakan oleh angota-anggotanya untuk
mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
Peran kedua adalah sebagai arena, dimana organisasi internasional dapat
menjadi tempat bertemu bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan dan
membahas masalah-masalah yang dihadapi seperti isu kemiskinan, kesehatan dan
pendidikan yang dihadapi.
38 Archer, Clive International Organitaion Third Edition, London, Tylo & Francis e-Library2001 Hal. 96-97
Peran ketiga adalah sebagai aktor independendimana organisasi internasional
dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan dan
paksaan dari luar organisasi, sehingga mereka dapat menjalankan aktifitas mereka
tanpa adanya pengaruh dan tekanan dari suatu negara. Hal ini kemudian dapat
menggambarkan tentang bagaimana BRAC bisa memiliki peran dalam
penanggulangan isu kemiskinan di Pakistan.
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB ini merupakan BAB pengantar yang berisi latar belakang masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, teori dan
konsep yang akan dipakai dalam penelitian, metodologi penelitian, pembatasan
masalah dan sistematika penulisan. Menggambarkan secara keseluruhan tentang
penelitian yang akan dilakukan.
BAB II Kemiskinan di Pakistan
BAB ini akan tentang isu kemiskinan di Pakistan, terkait faktor yang menyebabkan
tingginya tingkat kemiskinan di Pakistan beserta dampaknya.
BAB III Profil dan Peran BRAC di Pakistan
BAB ini akan menerangkan tentrang profir BRAC sebagai INGO dan peranan BRAC
dalam isu kemiskinan di Pakistan.
BAB IV Analisis Peranan BRAC Dalam Penanggulangan Isu Kemiskinan Di
Pakistan
Dalam BAB ini penulis melakukan analisis mengenai peran yang dilakukan BRAC
dalam penanganan isu kemiskinan di Pakistan. Dalam BAB ini penulis akan
menghubungkan isu kemiskinan yang terjadi dengan konsep yang ditawarkan,
menjelaskan secara akademis bagaimana fenomena ini bisa ditelaah melalui konsep
yang ditawarkan, Penulis akan menganalisis menggunakan kerangka berpikir yang
ditawarkan oleh Clive Archer
BAB V Kesimpulan dan Saran
BAB ini menyuguhkan hasil terpenting dari penelitian, kesimpulan dan kontribusi
yang didapat dari penelitian ini