bab i pendahuluan 1.1.latar belakang masalah i.pdfdaerah dalam pemberian dan peningkatan kualitas...

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah United Nations Development Programme (UNDP) sebagaimana yang dikutip oleh Joko Widodo mengemukakan definisi “governance” sebagai kepemerintahan, dimana hal ini diartikan sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk mengatur urusan- urusan bangsa. Pemerintahan dibidang politik dimaksudkan sebagai proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan publik. Tata pemerintahan dibidang ekonomi meliputi proses-proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi didalam negeri dan interaksi diantara penyelenggaraan ekonomi. Tata pemerintahan di bidang administrasi adalah berisi implementasi proses, kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik 1 . Arti penting good governance disadari oleh APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia dan APEKSI (Asosisasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) dengan bersama- sama membuat kesepakatan tentang prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) yang terdiri dari atas : 1. Prinsip partisipasi; 2. Prinsip penegakan hukum; 3. Prinsip transparasi; 4. Prinsip kesetaraan; 5. Prinsip daya tanggap; 6. Prinsip wawasan kedepan; 7. Prinsip akuntabilitas; 8. Prinsip pengawasan; 9. Prinsip efisiensi, dan; 1 Joko Widodo, 2001, Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah ). Insan Cendekia, Surabaya h.26.

Upload: phungkhanh

Post on 16-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

United Nations Development Programme (UNDP) sebagaimana yang dikutip oleh Joko

Widodo mengemukakan definisi “governance” sebagai kepemerintahan, dimana hal ini diartikan

sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk mengatur urusan-

urusan bangsa. Pemerintahan dibidang politik dimaksudkan sebagai proses-proses pembuatan

keputusan untuk formulasi kebijakan publik. Tata pemerintahan dibidang ekonomi meliputi

proses-proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi didalam negeri dan

interaksi diantara penyelenggaraan ekonomi. Tata pemerintahan di bidang administrasi adalah

berisi implementasi proses, kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik1.

Arti penting good governance disadari oleh APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten

Seluruh Indonesia dan APEKSI (Asosisasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) dengan bersama-

sama membuat kesepakatan tentang prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good

governance) yang terdiri dari atas :

1. Prinsip partisipasi;

2. Prinsip penegakan hukum;

3. Prinsip transparasi;

4. Prinsip kesetaraan;

5. Prinsip daya tanggap;

6. Prinsip wawasan kedepan;

7. Prinsip akuntabilitas;

8. Prinsip pengawasan;

9. Prinsip efisiensi, dan;

1Joko Widodo, 2001, Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era

Desentralisasi dan Otonomi Daerah ). Insan Cendekia, Surabaya h.26.

10. Prinsip profesionaliatas2.

United Nation Development Program (UNDP) sebagaimana yang dikutip oleh Lembaga

Administrasi Negara (LAN) mengajukan prinsip-prinsip good governance sebagai berikut ;

1. Partisipasi (Participation)

2. Aturan hukum (Rule of law)

3. Transparasi (Transparency)

4. Daya tangkap (responsiveness)

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

6. Berkeadilan (Equlity)

7. Efektifitas dan efisien (Efektiveness and efisiency)

8. Akuntabilitas (Accountability)

9. Visi Strategis (Strategi Vision)3.

Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas KKN menyebutkan asas-asas umum Penyelenggaraan Negara yang

hampir sama dengan prinsip-prinsip atau karakter umum good governance yaitu :

1. Asas Kepastian Hukum;

2. Asas Tertib Administrasi;

3. Asas Kepentingan Umum;

4. Asas Keterbukaan

5. Asas Proporsionalitas;

6. Asas Profesionalitas;

7. Asas Akuntabilitas4

Berlakunya Undang – Undang No 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah yang menitik

beratkan pada daerah kabupaten atau kota yang memberikan kewenangan luas, nyata dan

bertanggung jawab kepada daerah. Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sangat

ditentukan oleh kesiapan dan kemampuan daerah itu sendiri dalam mengelola dan

memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya yang tersedia. Wewenang dan tanggung jawab

2

I Gusti Ngurah Wairocana, 2005, “Good Governance” (Kepemerintahan yang Baik) dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Bali”, Desertasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, h.23. 3 Lembaga Adminstrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2000,

Akuntabilitas Dan Good Governce”Jakarta h.23.

4 Op.cit, h.22.

yang dimiliki oleh pemerintah daerah diperlukan adanya aparat birokrasi yang semakin

bertanggung jawab. Muara dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terselenggaranya

pemerintahan yang good governance akan menghasilkan birokrasi yang handal dan profesional,

efisien, produktif serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Masyarakat dan

pemerintah dapat terjadi sinkronisasi yaitu saling bersentuhan, menunjang dan melengkapi dalam

satu kesatuan langkah menunju tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur negara

dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya berorientasi pada kebutuhan

dan kepuasan penerima layanan5, sehingga dapat meningkatkan daya saing dalam pemberian

layanan baik berupa barang maupun jasa. Undang – Undang No 23 Tahun 2014 mengandung

spirit untuk terciptanya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan

pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan memberikan peluang bagi pemerintah

daerah dalam pemberian dan peningkatan kualitas layanan. Pelaku pelayanan umum di Indonesia

adalah aparatur negara sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang didalamnya terdapat

kelompok yang dominan baik dalam hal peran layanannya maupun dalam hal jumlah layanan

yang diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kepentingan umum.6 Salah satu perwujudan

dari fungsi aparatur negara adalah pelayanan publik. Pelayanan publik menurut Keputusan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003,

memberikan pengertian pelayanan publik yaitu, “segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

5 Adya Brata, Atep., 2003, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Gramedia, Jakarta, h.28.

6 Ibid.

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Keputusan Menpan Nomor:

163 Tahun 2003 tentang prinsip-prinsip dari pelayanan publik adalah :

1. Kesederhanaan,

2. Kejelasan,Kepastian Waktu,

3. Akurasi,

4. Keamanan,

5. Tanggung Jawab,

6. Kelengkapan Sarana dan Prasarana,

7. Kemudahan Akses,Kedisiplinan,

8. Kesopanan dan Keramahan,

9. Kenyamanan.

Pengembangan penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu pilihan strategis

untuk membangun pemerintah yang baik (good governance) di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena salah satu tolak ukur penyelenggaraan good governance dapat dilihat dari

terselenggaranya pelayanan publik yang berkualitas dan berorientasi pada kepuasan.

Penyelenggara negara mempunyai peran yang sangat menentukan terhadap keberhasilan

pelaksanaan tugas umum pemerintah, serta membangun tugas – tugas pelayanan kepada

masyarakat. Hal tersebut dapat tercapai dengan mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan

aparatur negara yang berfungsi melayani secara profesionalisme, berdayaguna, produktif,

transparan, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta mampu melaksanakan maupun

mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Dalam konteks penerapan prinsip –

prinsip good governance dalam pengelolaan pemerintahan menjadi suatu tuntutan utama

terhadap peningkatan kinerja pelayanan aparatur negara semakin dirasakan dan penting, karena

pelayanan yang baik dan prima akan berdampak pada terwujudnya iklim usaha yang kondusif.

Tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah semakin menjadi sorotan masyarakat karena

mendapatkan pelayanan yang baik adalah hak masyarakat, sedangkan aparatur berkewajiban

menyelenggarakan pelayanan secara prima, dengan prinsip – prinsip pelayanan yang sederhana,

cepat, tepat, tertib, murah, transparan dan tidak diskriminatif dan memenuhi standar. Masyarakat

tidak hanya menuntut pelayanan publik yang lebih efisien, dan memuaskan, tetapi juga

menginginkan perilaku administrasi publik yang lebih responsive dan mencerminkan kepatutan

(fairness), keseimbangan etika dan kearifan / good judgement .7 Tuntutan yang gencar dilakukan

oleh masyarakat kepada pemerintah merupakan tuntutan yang wajar yang sudah seharusnya

direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan – perubahan yang terarah dengan

semakin terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik.

Dalam hal penerapan asas-asas good governance dalam pelayanan publik di Pemerintah

Kota Denpasar dari sekian SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang telah mampu

melaksanan pelayanan publik dengan sangat baik masih adanya beberapa SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Daerah) yang belum optimal menerapkan asas-asas good governace dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini di sebabkan karena kurang infrfastruktur

dalam pemberian layanan kepada masyarakat seperti halnya Puskesmas I Denpasar Timur yang

sering berpindah-pindah tempat pelayanannya yang membuat masyarakat yang ingin berobat ke

Puskesmas menjadi binggung karena tidak adanya akses informasi ke masyarakat yang diberikan

oleh Pemerintah Kota Denpasar serta kurang professionalnya petugas Puskesmas dalam

mendokumentasikan arsip-arisp riwayat penyakit pasien yang dilakukan secara manual sehingga

menjadi lama dalam mendapatkan arsip riwayat penyakit pasien yang ingin mendaftarkan untuk

berobat kembali. Dalam penerapan asas kecepatan dan efisien, Dinas Catatan Sipil Kota

Denpasar masih ada beberapa masalah yang perlu sedikit di perbaiki seperti masih lamanya

dalam kepengurusan KTP (Kartu Tanda Penduduk, KK (Kartu Keluarga), di karenakan masih

kurang pegawai sehingga menjadi lama dalam kepengurusan surat-surat tersebut, serta masih

adanya punggutan liar yang dilakukan aparat desa/kelurahan sumerta kauh di tempat tinggal

7 Ibid, h. 35.

penulis dan penulis alami sendiri dalam hal kepengurusan surat-surat penghantar sebelum

melanjutkan ke dinas yang dituju yang mencerminkan belum mampunya menerapkan prinsip

transparasi dalam memberikan pelayanan, dan juga PDAM Kota Denpasar yang kurang cepat

merespon pengaduan masyarakat, apabila terdapat pipa yang bocor,air yang terkadang kecil,

membuka pelanggang baru, PDAM hanya mendengarkan tanpa merespon cepat pengaduan

tersebut yang berdampak menjadi kerugian pada masyarakat atau publik. Dari sekian permasalah

pelayanan publik yang terjadi di kota denpasar di harapakan kedepanya dalam menerapkan

prinsip-prinsip good governance pemerintah kota denpasar selalu mengevaluasi dan mengawasi

dengan menerapkan prinsip punishment and reward kepada UPT – UPT (Unit Pelayanan Teknis)

yang menyelenggarakan pelayanan publik agar tercapai pelayanan publik yang berbasis good

governance.

Kemajuan teknologi yang sangat cepat mengharuskan instansi mengikuti perkembangan

teknologi, untuk itu suatu instansi membutuhkan suatu sistem informasi yang mendukung

kebutuhan instansi pemerintah dalam menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja maupun dalam

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu kemajuan teknologi informasi juga

merupakan solusi dalam memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas dalam partisipasi

masyarakat. Keterpaduan sistem penyelenggaraan pemerintah melalui jaringan informasi perlu

terus dikembangkan terutama dalam penyelenggaraan pelayanan sehingga memungkinkan

tersedianya data dan informasi pada instansi pemerintah yang dianalisis dan dimamfaatkan

secara cepat akurat dan efisien.8

8 Dwiyanto, Agus, 2003, Reformasi Pelayanan Publik: Apa yang harus dilakukan?, Policy Brief. Pusat

Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Yogyakarta. h. 43

Pentingnya penerapan teknologi informasi baik dalam pelayanan publik maupun dalam

penyelenggaraan pemerintahan, merupakan bagian tak terpisahkan dalam reformasi birokrasi,

karena mampu memberikan berbagai kemudahan, kecepatan serta efisiensi dalam pelayanan

publik merupakan wujud dari mampu atau tidaknya suatu pemerintahan membangun suatu

kepemerintahan yang baik ( good governace) dalam halnya peningkatan pelayanan publik. Untuk

terwujudkan kepemerintahan yang baik ( good governance ) khususnya dalam bidang

peningkatan pelayanan publik, Pemerintah Kota Denpasar berpedoman pada Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang

berasaskan :

1. Kepentingan umum;

2. Kepastian hukum;

3. Kesamaan hak;

4. Keseimbangan hak dan kewajiban;

5. Keprofesionalan;

6. Partisipatif;

7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

8. Keterbukaan;

9. Akuntabilitas;

10. Fasilitaas dan perlakuan khusus bagi kelompok renta;

11. Ketepatan waktu, dan ;

12. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Dengan adanya asas-asas tersebut di harapkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) dan Unit Pelayanan di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar menciptakan inovasi-

inovasi, kreatifitas dan standar pelayanan dalam membangun kepemerintahan yang baik (good

governance) khususnya dalam bidang peningkatan pelayanan publik. Untuk tujuan inilah

penelitian hukum yang berjudul “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam

Pelayanan Publik Pada Pemerintah Kota Denpasar”

1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah antara lain :

1. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Denpasar menerapkan prinsip-prinsip good

governance melalui peningkatkan kualitas Pelayanan Publik ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Denpasar menerapkan prinsip-prinsip

good governance melalui peningkatkan kualitas Pelayanan Publik ?

1.3.Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan skripsi ini ditentukan secara tegas mengenai materi yang akan di bahas.

Hal ini tentunya untuk menghindari agar materi atau isi dari pembahasan tidak menyimpang dari

pokok permasalahan. Maka permasalahan yang diteliti dibatasi sesuai dengan rumusan masalah

yang dibahas yaitu mengenai bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar dalam

menerapkan prinsip-prinsip good governance melalui peningkatan kualitas pelayanan publik

serta kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Denpasar dalam menerapkan prinsip-

prinsip good governance melalui peningkatkan kualitas pelayanan publik.

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian skripsi ini ada dua jenis yaitu tujuan umum dan tujuan khusus

adalah sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Secara umum yang menjadi tujuan penelitian dari skripsi ini adalah mengetahui

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik di Pemerintah

Kota Denpasar.

b. Tujuan Khusus

Sementara itu secara khusus sesuai permasalahan yang dibahas, adapun tujuan

khusus yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang dilakukan Pemerintah Kota Denpasar dalam

menerapkan prinsip-prinsip good governance melalui peningkatan kualitas

pelayanan publik.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Denpasar

dalam penerapan prinsip-prinsip good governance melalui peningkatan kualitas

pelayanan publik.

1.5.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sebuah sumbangan dan manfaat

bagi khasanah ilmu pengetahuan khususnya hukum administrasi, good governance

dan ilmu hukum pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memperdalam pengetahuan mengenai bentuk-bentuk upaya pemerintah kota

denpasar dalam menerapkan prinsip-prinsip good governance dalam peningkatan

kualitas pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik, Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 30 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar

Tahun 2010-2015.

b. Manfaat Praktis

1. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada semua pihak yang terkait dalam upaya

pemerintah kota denpasar dalam penerapan prinsip-prinsip good governance dalam

peningkatan kualitas pelayanan publik

2. Memberikan informasi bagi masyarakat secara umum, mengenai upaya yang

dilakukan Pemerintah Kota Denpasar dalam penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam bidang peningkatan Penyelenggaraan Pelayanan Publik pada

Pemerintah Kota Denpasar.

1.6.Landasan Teoritis

a. Good Governance

Istilah Good Governance memiliki makna yang berbeda-beda yang diberikan oleh para

pakar, terdapat 7(tujuh) istilah yang digunakan dalam konsep Good Governance. Pertama

“Sistem Pemerintahan Layak” istilah ini dipergunakan oleh Panitia Seminar Hukum Nasional

ke VII “Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani” yang diselenggarakan di Jakarta

pada tanggal 12-15 Oktober 1999, dalam laporannya pada halaman 6 (enam) dinyatakan :

“sistem pemerintahan layak (good governance) yang terwujud dalam penyelenggaraan

pemerintahan Negara yang bersih, transparan, partisipatif, dan memiliki akuntabilitas publik,

merupakan hal yang sangat menentukan berfungsinya supra struktur dan infra struktur politik

sesuai dengan ketentuan hukum yang dibuat secara demokratis, kedua menurut Mitfah Toha

dengan berpijak pada pengertian governance menurut World Bank yang diartikan sebagai

“tata pemerinatahan” (yaitu suatu sikap dimana kekuasaan atau power itu digunakan untuk

mengelola sumber-sumber ekonomi dan sosial dalam rangka melakukan pembangunan)

merupakan istilah “Tata kepemerintahan yang baik dan berwibawa” untuk istilah good

governance, ketiga Soewoto Mulyosudarmo mempergunakan istilah “Pemerintahan yang

baik”., dikatakan pemerinatahan yang bersih (Clean Government), pemerintah yang baik

harus berlandaskan pada prinsip transparasi dan akuntabilitas, keempat Bintoro

Tjokroamidjojo Mahfud MD mempergunakan istilah “pengelolaan yang baik” untuk

mengartikan good governance, kelima Emil Salim dalam tulisannya yang berjudul “Dari Rio

melalui Jakarta ke Johanesburg” diharian Tempo tanggal 17 Juni 2001 mempergunakan

istilah “Penadbiran yang baik”, keenam APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh

Indonesia) dan APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) mempergunakan

istilah “Tata Pemerinatahan Yang Baik”, ketujuh para penulis dari disiplin ilmu pemerintahan

atau administrasi Negara cenderung mempergunakan istilah “kepemerintahan yang baik

misalnya : Moestapadidjaja AR, Sedarmayanti mempergunakan istilah ini bertolak dari

pendekatan aspek fungsionaldari kata governance yaitiu apakah pemerinatah telah berfungsi

secara efektif atau efisien.9

Pengertian Good Governance hasil dari Seminar Hukum Nasional ke VII dengan tema

“Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani” memberi pengertian good governance

sebagai supremasi hukum dan berfungsinya semua lembaga pemerintahan di tingkat pousat

dab daerah (infra dab supra struktur) sesuai dengan aturan hukum yang dibuat secara

demokratis, menurut Jusuf Wanadi tentang good governance sebagi berikut :

“ good governance means that authority based on the rule of law, its policy are

transparent, and its accountable to the society. It also has to be based on institution and

not on the wishes of men or personalities. It should also adhere to principle that all men

(and women)are equal before that law”

9

I Gusti Ngurah Wairocana, 2005, “Good Governance” (Kepemerintahan yang Baik) dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Bali”, Desertasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, h.6

menurut Bank Dunia, I.M.F (Internasional Monetery Fund) dan UNDP (United Nations

Development Programme) memberikan definisi yang berbeda tentang good governance,

menurut Bank Dunia :

“ Penyelenggaraan managemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, yang

sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien. Juga penghindaraan salah satu alokasi

dan intervensi yang langka serta pencegahan korupsi secara politik maupun

administrative, menjalankan disiplin anggaran berikut penciptaaan kerangka politik dan

hukum yang kondusif bagi tumbuhnya aktifitas kewiraswataan”

menurut UNDP :

“good governance adalah suatu hubungan sinergi antara Negara sector swasta (pasar),

dan masyarakat yang berlanadaskan pada sembilan karakteristik yakni: partisipasi; rule of

law; tranparasi, sikap responsive; berorientasi konsensus; kesejahteraan/kebersamaan;

efektifi dan efisien; akuntabilitas; dan visi strategis”

Bintoro Tjokroamidjojo, dalam bukunya yang berjudul “Reformasi Nasional

Penyelenggaraan Good Governance Dan Perwujudan Masyarakat Madani” memberikan

pengertian good governance sebagai sharing/partnership pengelolaan negara anatara sektor

publik yaitu pemerintah dangan sektor swasta /usaha dan sektor organisasi masyarakat10

.

Di belanda prinsip-prinsip good governance telah diatur di dalam Undang-Undangnya

yaitu Awb “Algemene Wet BestUUrsrecht” dan diterjemahkan kedalam bahasa inggris denga

istilah GALA (General Administrative Law Act), G.H. Addink membagi (GPGG) General

Principles of good governance di dalam General Administrative Law Act atas 3 bagian yaitu :

a. Procedural and Substantive General Principles of good governance

b. General Principles of good governance Reated to the phase of decision making

c. Relive weight General Principles of good governance

Combination of those divisions

Putting into perspective difference procedural and substantive General Principles of good governance

Weight thought putting the substantive General Principles of good governancein the first plance

11

10

Ibid h.12. 11

Ibid h.16

Substantive General Principles of good governance terdiri dari :

1. Prohibition of the misuse of power ( Larangan penyalahgunaan kekuasaan)

2. The principle of prohibition of arbitrariness of principle of reasonableness (prinsip

larangan bertindak sewenang-wenang atau prinsip kelayakan)

3. The principle of legal certainty (prinsip kepastian hukum)

4. The principle of confidence (prinsip kepercayaan)

5. The principle of equality (prinsip persamaan)

6. The principle of proportionality (asas keseimbangan)

Procedural General Principles of good governance terdiri atas :

1. Principle od carefulness (prinsip kecermatan)

2. Principle of reasoning (prinsip alasan yang baik)

Dalam kaitannya dengan General Principles of good governance sebelumnya di Belanda

Belanda telah ada apa yang disebut dengan “aalgemene van behoorlijk bestur” (Asas-Asas

Umum Pemerintahan Yang Baik) yang mula dirintis oleh komisi de Monchy (1950) dan

susul komisi van der Grinten, kedua komisi tersebut mengetenagahkan behoorlijkheid

sebagai saranan untuk mrnguji segi rechtmatigheid penggunaan kekuasaan bebas12

. Di

Indonesia cikal bakal asas-asas umum pemerintahan yang baik melalui hasil desakan

gerakan reformasi menciptakan suatu kepemerintahan yang baik melalui Tap

No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme dan disempurnakannya dan Undangkannya UU RI No.28 Tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme. Asas-asas yang terdapat dalam UU RI No.28 Tahun 1999 pasal 3 meliputi :

1.Asas kepastian hukum

2.Asas tertib administrasi

3.Asas kepentingan umum

4.Asas kerterbukaan

5.Asass proporsional

6.Asas profesionalitas

7.Asas akuntabilitas

12

Ibid

Dari asas-asas tersebut hampir sama dengan prinsip-prinsip atau karakter umum good

governance dan dilihat dari kata penyelenggaraan menunjukan adanya aktivitas

(action)sama dengan makna good governance, dengan kata lain dilihat dari sudut hukum

positif Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance adalah 7(tujuh) prinsip yang diatur

dalam Undang-Undang No. 28 Tahun1999 tentang Penyenggaraan Negara Yang bersih dan

Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme13

.

Secara substansial governance ditopang oleh tiga komponen utama yaitu :

1. Political governance

2. Economic governance

3. Administrative governance14

.

1. Political governance, yang dimaknai sebagai sebagai proses keputusan untuk formulasi

kebijakan

2. Economic governance, yang didalamnya melingkupi proses pembuatan keputusan

(descision making process )

3. Administrative governance adalah dimasudkan sebagai sistem implementasi proses

kebijakan.

Berdasarakan atas tiga komponen governance diatas, yang dalam hal ini governance

dalam kerangka institusi, menderivasi tiga domain, yaitu :

1. state (negara atau pemerintahan),

2. private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan

3. society (masyarakat) 15 , yang paling berinteraksi dan dan menjalakan fungsi

masing-masing.

13

Ibid h.22. 14

Husin Thamrin, 2013 Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, Aswaja Pressindo,Yogyakarta, h.47. 15

Ibid.

state (negara) berfungsi menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sementra society

berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, dan politik, termasuk mengajak kelompok

masyarakat untuk berpatisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik. Secara teoritis good

governance dapat pula dimaknai sebagai suatu proses yang mengorientasikan penyelenggaraan

pemerintahan (daerah) pada pemencaraan kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh

elemen masyarakat agar dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan

kehidupan masyrakat beserta seluruh upaya pembangunan politik, ekonomi, soial, dan budaya

Selain itu good governance juga bersubstansikan adanya tata hubungan yang sinergis

dengan masyarakat luas (stake holder)16. Masyarakat turut berperan serta secara aktif dalam

proses pengambilan keputusan pemrintahan dan pembangunan melalui instrumen-instrumen

kelembagaan yang formal atau informal. Oleh karena itu good governance juga mengkriterikan

adanya suatu proses yang berkelanjutan (sustainable process) untuk mengkomodasikan dan

memediasi konflik-konflik kepentingan (conflicts of interest) yang ada dalam struktur

kemasyrakatan sehingga dapat memperoleh suatu kesepakatan bersama.

Pemerintahan yang terbuka berisi badan-badan publik yang terbuka kepada masyarakat

dalam rangka pelayanan. Sedangkan transparansi memberikan ruang bagi masyarakat untuk

mengetahui proses perumusan dan pelaksanaan sebuah kebijakan. Transparansi memungkinkan

publik untuk mengawasi dan menilai jalannya sebuah kebijakan dengan memastikan alokasi dan

peruntukan sebuah kebijakan secara tepat, efisien serta sesuai dengan kerangka anggaran yang

ditentukan. Pemerintahan yang dinamis dan responsif bergantung pada bagaimana pemerintah

mampu menjadi inspirasi, memanfaatkan dan memupuk keterlibatan yang mantap dari seluas

mungkin sektor-sektor masyarakat. Partisipasi masyarakat memungkinkan pemerintah untuk

16

Ibid.

benar-benar responsif terhadap perubahan-perubahan dalam segala situasi dan berinovasi sesuai

dengan kebutuhan dalam menjalankan mandatnya untuk menyediakan pelayanan kepada

masyarakat. Partisipasi masyarakat membantu menciptakan suatu kerangka umum bagi

pengambilan keputusan, komunikasi, dan pemecahan masalah. Partisipasi masyarakat juga

mempunyai peranan penting dalam memberikan tingkat komitmen yang lebih luas dan

memanfaatkan kemampuan yang lebih besar dalam melaksanakan keputusan bersama tadi.

Dengan demikian, partisipasi masyarakat merupakan cara yang efektif untuk mendorong dan

mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab bagi pemerintahan dan pembangunan. Sedangkan

akuntabilitas merupakan suatu kondisi dimana penyelenggaraan pemerintahan dapat

dipertanggunggugatkan di hadapan publik secara administatif maupun secara politik. Baik dari

segi pengambilan kebijakan, pelaksanaan hingga pelaporan dari sebuah kebijakan. Aspek

akuntabilitas memungkinkan publik untuk mengukur berhasil tidaknya pelaksanaan sebuah

kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan

akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, tidak mungkin dijalankan tanpa adanya

keterbukaan informasi.

b. Pelayanan Publik

Dalam konteks ke-Indonesia-an, penggunaan istilah pelayanan publik (public service)

dianggap memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan masyarakat.

Pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapat

beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu

umum,masyarakat, dan negara.17

Public dalam pengertian umum atau masyarakat dapat kita

17 Lembaga Administrasi Negara., 2003, Penyusunan Standar Pelayanan Publik, LAN, Jakarta. h. 67

temukan dalam istilah public offering (penawaran umum), public ownership (milik umum), dan

public utility (perusahaan umum), public relations (hubungan masyarakat), public service

(pelayanan masyarakat), public interest (kepentingan umum) dll.

Sedangkan dalam pengertian negara salah satunya adalah public authorities (otoritas

negara), public building (bangunan negara), public revenue (penerimaan negara) dan public

sector (sektor negara)18

. Dalam hal ini, pelayanan publik merujukkan istilah publik lebih dekat

pada pengertian masyarakat atau umum. Namun demikian pengertian publik yang melekat pada

pelayanan publik tidak sepenuhnya sama dan sebangun dengan pengertian masyarakat.

Nurcholish memberikan pengertian publik sebagai sejumlah orang yang mempunyai kebersamaa

berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai

norma yang mereka miliki19

.

Berdasarkan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang

dimaksud dengan Pelayanan Publik adalah “kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap

warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan public”. Sebagai penyelenggara pelayanan publik

yakni setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk

berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, badan hukum lain yang dibentuk

semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik dan sebagai pelaksana adalah pejabat, pegawai,

petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas

18

Ibid

19

Dwiyanto Agus,2005 Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gajahmada Universiti

Press, Yogyakarta. h.22

melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik. Sebagai turunan

pelaksanaan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 yakni Keputusan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan

pengertian pelayanan publik yaitu, “segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

c. Otonomi daerah

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai wadah berkah bagi daerah-daerah. dengan

kewenangan yang datur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah itu, daerah-daerah menjadi memiliki keleluasaan dan kebebasan untuk mengatur dan

mengelola dirinya sendiri. Otonomi bertolak dari adanya hak dan wewenang untuk berprakarsa

dan mengambil keputusan dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya guna

kepentingan masyarakatnya dengan jalan mengadakan berbagai peraturan daerah yang tidak

bertentangan dengan UU1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang lebih tinggi20

.

Dalam hubungan inilah pemerintah melaksanakan pembagian kekuasaan kepada

pemerintah daerah yang dikenal dengan istilah desentralisai, bentuk dan susunan tampak dari

ketentuan-ketentuan di dalam undang-undang yang mengatur. Seperti pada pasal 1 ayat 6

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang memuat pengertian

otonomi daerah yaitu:

“otonomi daerah adalah hak wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

20 E. Koswara 2001, Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan kemandirian Rakyat, PT. sembrani Aksara

Nusantara, Jakarta, h. 77

Bahwa dalam rangka penyelengaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah yang

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan pembantuan,

diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaandan kekhusussan

suatu daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi, inti konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya memaksimalkan hasil yang

akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan

otonomi daerah. Dengan demikian tututan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dan

penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum untuk tidak terabaikan.

Selain itu juga, kata kunci otonomi daerah sebenarnya adalah kewenangan. Makin besar

kewenangan digunakan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat maka makin bermanfaat

penerapan daerah itu.

1.7. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

skripsi ini adalah suatu karya tulis yang bersifat ilmiah. Karena itu dalam

pembahasannya atau penyelesaiannya harus didukung atas data atau hasil penelitian yang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Skripsi ini merupakan jenis penelitian yuridis empiris, karena mendekati masalah

dari peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam

masyarakat. Dalam penelitian hukum dengan aspek empiris digunakan bahan hukum

sekunder, bahan hukum primer dan bahan hukum tersier.21

b. Jenis Pendekatan

Suatu karya tulis yang baik dan bermanfaat ilmiah haruslah mempergunakan suatu

pendekatan masalah yang baik dan benar, yang mana nantinya dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah, dalam penulisan skripsi ini, pendekatan masalah yang digunakan

adalah Statue Approach yaitu pendekatan perundang-undangan , The Fact Approach

yaitu pendekatan fakta, karena untuk menyelesaikan setiap pemasalahan pendekatan yang

dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan dan fakta yang terjadi, selain itu juga

menggunakan Conceptual Approach yaitu pendekatan konseptual dengan membangun

konsep yang beranjak dari pandangan-pandangan sarjana dan doktrin-doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum.22

c. Sifat Penelitian

Berdasarkan keterangan diatas, maka sifat penelitian yuridis empiris yang digunakan

adalah penelitian yang sifatnya deskriptif, yaitu yang berupaya untuk menggambarkan

secara lengkap menegnai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian

deskriptif pada penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu

hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala

atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam

masyarakat.

21 Soetrisno Hadi, 1978, Metodologi Research, UGM, Yogyakarta, h. 49.

22

Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo, Jakarta h.184.

d. Data dan Sumber Data

Untuk sempurnanya pembahasan skripsi ini, maka sebagai penunjang usaha

pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian ini terdapat dua sumber data utama

yaitu sumber data primer yang berasal dari lapangan sedangkan sumber data kepustakaan

sebagai penunjang dalam penulisan ini yang berasal dari. Adapun data tersebut dapat

diperoleh dengan cara dua sumber data yaitu:

1. Data Primer

Data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung

dari sumber pertama di lapangan baik dari responden maupun informan.

2. Data Sekunder

Dimana data sekunder ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu Bahan hukum primer

yaitu bahan yang diperoleh dari Peraturan Perundang-Undangan. Bahan hukum

sekunder berupa buku-buku hukum (Library Research), jurnal-jurnal hukum.

Sedangkan bahan Hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk,

penunjang ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

contohnya: kamus, ensiklopedi, indeks kumulatif dan seterusnya.23

.

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kepustakaan pada penelitian ini adalah dilakukan dengan

cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan masalah

yang dibahas yang bertujuan untuk mendapatkan data yang bersumber dari buku-buku

dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sedangkan data lapangan

23

Soerjono Soekanto dan sri Mamuji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13.

(data primer ) dengan cara mengadakan penelitian secara langsung ke lapangan atau

melalui wawancara terstruktur atau interview pada aparat Pemerintah Kota Denpasar.

f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, baik data lapangan (data primer) maupun data sekunder,

dipilih, dianalisis, secara kualitatif yaitu dengan mengambil data yang berkaitan erat

dengan permasalahan dan data tersebut mendukung penyelesaian masalah yang telah

disebutkan yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara

sistematis, dihubungkan antara satu data dengan data yang lain. Setelah dilakukan analisis

secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif.24

24

Kartini Kartono, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung, h. 171.