bab i pendahuluan 1.1.latar...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan tujuan dari kebijakan luar negeri ialah untuk memperoleh keuntungan dari luar agar dapat memenuhi kepentingan dalam negeri. Dengan kata lain, kebijakan luar negeri adalah perwujudan dari kepentingan nasional suatu Negara, yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai akan selalu berpatokan pada apa yang menjadi kebutuhan dalam negerinya. Kebutuhan tersebut misalnya kebutuhan politik dan keamanan, sosial budaya juga ekonomi. Secara umum, arah kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terdiri dari beberapa program dimana salah satunya yaitu meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN dan pembentukan Komunitas ASEAN 2015, yang menempati posisi teratas atau nomor satu. 1 Oleh karena itu, Indonesia kemudian berkomitmen untuk menjadikan ASEAN sebagai pilar utama pelaksanaan kebijakan luar negerinya. Salah satu wujud komitmen Indonesia ialah dengan selalu memastikan kesiapannya dalam menuju Komunitas ASEAN 2015. 2 Komitmen Indonesia di atas lantas mendapat dukungan penuh oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) selaku pelaksana Kebijakan Luar Negeri dengan mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 melalui laman resminya juga kepada Pemangku kepentingan di dalam negeri 3 . Di samping itu, upaya lain yang dilakukan oleh Kemlu RI ialah dengan selalu berpartisipasi aktif 1 Arah kebijakan luar negeri Indonesia secara menyeluruh dapat dilihat pada situs resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 6 September 2009, Arah Kebijakan Luar Negeri, http://www.kemlu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=21&l=id, diakses pada 27 oktober 2014. 2 Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI, 16 Agustus 2013, http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2013/08/16/2172.html , diakses pada 10 Maret 2014. 3 Pemangku kepentingan yang dimaksud mencakup Pemerintah Daerah, masyarakat sipil, pengusaha, pemuda, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum.

Upload: dodat

Post on 16-Sep-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional adalah dua hal yang tidak

dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan tujuan dari kebijakan luar negeri ialah untuk

memperoleh keuntungan dari luar agar dapat memenuhi kepentingan dalam negeri.

Dengan kata lain, kebijakan luar negeri adalah perwujudan dari kepentingan nasional

suatu Negara, yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai akan selalu

berpatokan pada apa yang menjadi kebutuhan dalam negerinya. Kebutuhan tersebut

misalnya kebutuhan politik dan keamanan, sosial budaya juga ekonomi.

Secara umum, arah kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terdiri dari beberapa program dimana salah

satunya yaitu meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN dan

pembentukan Komunitas ASEAN 2015, yang menempati posisi teratas atau nomor

satu.1 Oleh karena itu, Indonesia kemudian berkomitmen untuk menjadikan ASEAN

sebagai pilar utama pelaksanaan kebijakan luar negerinya. Salah satu wujud

komitmen Indonesia ialah dengan selalu memastikan kesiapannya dalam menuju

Komunitas ASEAN 2015.2

Komitmen Indonesia di atas lantas mendapat dukungan penuh oleh

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) selaku pelaksana

Kebijakan Luar Negeri dengan mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 melalui

laman resminya juga kepada Pemangku kepentingan di dalam negeri3. Di samping

itu, upaya lain yang dilakukan oleh Kemlu RI ialah dengan selalu berpartisipasi aktif

1 Arah kebijakan luar negeri Indonesia secara menyeluruh dapat dilihat pada situs resmi Kementerian

Luar Negeri Republik Indonesia, 6 September 2009, Arah Kebijakan Luar Negeri, http://www.kemlu.go.id/Pages/Polugri.aspx?IDP=21&l=id, diakses pada 27 oktober 2014. 2Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI, 16 Agustus 2013,

http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2013/08/16/2172.html, diakses pada 10 Maret 2014. 3 Pemangku kepentingan yang dimaksud mencakup Pemerintah Daerah, masyarakat sipil, pengusaha,

pemuda, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

2

dalam setiap forum ASEAN, terutama yang berhubungan dengan pembentukan

Komunitas ASEAN 2015.

Semua langkah atau strategi yang dilakukan oleh Kemlu RI di atas menjadi

bukti bahwa kebijakan luar negeri Indonesia terhadap ASEAN menjadi prioritas

utama dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia. Dengan kata lain, dapat

dikatakan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia terhadap ASEAN memiliki kesan

eksklusif dibandingkan dengan kebijakan luar negeri Indonesia di tempat lainnya. Hal

ini dibuktikan oleh Pemerintahan SBY dengan menjadikan ASEAN sebagai fokus

kebijakan luar negerinya. Salah satu wujudnya ialah peran serta Indonesia dalam

proses perealisasian Komunitas ASEAN 2015.

Bagaimanapun, di dalam proses menuju Komunitas ASEAN 2015, yang perlu

untuk diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan ialah hadirnya berbagai

tantangan yang dihadapi oleh komunitas itu sendiri, baik secara internal maupun

eksternal. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan peran dan fungsi dari Komunitas

ASEAN nantinya, maka langkah awal yang perlu untuk dilakukan oleh negara

anggota ASEAN, termasuk Indonesia, ialah menyusun sejumlah strategi untuk

menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Komunitas ASEAN yakni dalam

bidang politik dan keamanan. Untuk itu, ASEAN telah membentuk satu pilar yang

memiliki tujuan untuk menjamin seluruh Negara anggota ASEAN beserta

masyarakatnya agar dapat hidup dengan damai satu sama lain juga dengan dunia pada

umumnya, berdemokrasi dan berada dalam lingkungan yang harmonis, yang diberi

nama Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Dalam mencapai Komunitas Politik

Keamanan ASEAN, disusun langkah-langkah yang tertuang dalam Cetak Biru

Komunitas Politik Keamanan ASEAN sebagai kelanjutan dari Rencana Aksi

Komunitas Keamanan ASEAN dan Vientiane Action Programme (VAP), yang

disusun berdasarkan kesepakatan KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura.

Tantangan dalam bidang tersebut sangat perlu untuk dituntaskan sebelum

komunitas ini terealisasi pada 31 Desember 2015. Hal ini disebabkan oleh keberadaan

dari tantangan itu sendiri yang berpotensi menghambat perealisasian Komunitas

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

3

ASEAN. Jika tidak, hadirnya berbagai tantangan tersebut akan membuat tujuan

pembentukan Komunitas ASEAN akan menjadi kurang optimal.

1.2.Rumusan Masalah

Lantas, tantangan-tantangan apa sajakah yang dihadapi oleh Komunitas

Politik Keamanan ASEAN dalam proses menuju Komunitas ASEAN 2015?

Bagaimana pula upaya yang dilakukan oleh negara anggota ASEAN, termasuk

Indonesia dalam menyelesaikan berbagai tantangan tersebut? Hal inilah yang menjadi

fokus penulis dalam tesis ini dengan pertanyaan penelitian, yakni:

“Apa dan bagaimana kontribusi Kebijakan Luar Negeri Indonesia di bawah

Pemerintahan SBY terhadap Komunitas Politik Keamanan ASEAN 2015?”

1.3.Studi Literatur

Dari beberapa literatur seperti buku, jurnal dan artikel yang mengulas

mengenai Kebijakan Luar Negeri RI yang dikaitkan dengan ASEAN termasuk yang

membahas isu Komunitas ASEAN, penulis menyimpulkan bahwa kerja sama

ASEAN tetap ditempatkan sebagai prioritas Kebijakan Luar Negeri RI. Hal tersebut

terutama dalam upaya mendorong proses integrasi dan mewujudkan Komunitas

ASEAN 2015. Tetapi di sisi lain, terdapat pula akademisi yang memiliki pendapat

yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa prioritas Kebijakan Luar Negeri RI sudah

seharusnya tidak pada takaran ASEAN lagi, melainkan lebih ke tingkat global.

Di sisi lain, para akademisi juga masih ramai memperdebatkan mengenai

kesiapan Indonesia untuk menghadapi Komunitas ASEAN nantinya. Mereka lebih

banyak mempertanyakan mengenai prospek Komunitas ASEAN bagi Indonesia. Hal

tersebut disebabkan oleh adanya sejumlah tantangan yang harus dihadapi dan

dituntaskan oleh Indonesia agar dapat menjadi negara yang paling diuntungkan dari

Komunitas ASEAN.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

4

1.3.1. Prioritas Kebijakan Luar Negeri RI di ASEAN, Komunitas ASEAN atau

lainnya?

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional telah menekankan bahwa

ASEAN akan tetap menjadi sokoguru pelaksanaan diplomasi Indonesia dalam

upayanya untuk meningkatkan ketahanan regional di Asia Tenggara. Untuk itu,

Indonesia akan tetap memperjuangkan terwujudnya Komunitas ASEAN yang telah

dicanangkan sejak Bali Concord II pada 2003. Dengan terlaksananya komunitas

tersebut, diharap dapat menciptakan stabilitas dan kesejahteraan masyarakat Asia

Tenggara di masa akan datang, juga pada saat yang bersamaan memiliki dampak

positif bagi pembinaan stabilitas di kawasan yang berdekatan. Di antara tiga pilarnya,

kerja sama politik dan keamanan ASEAN masih merupakan prioritas utama

Indonesia, selain kerja sama di bidang lainnya.4 Hal tersebut mengingat kerja sama

ini memiliki kaitan yang erat dengan kerja sama ekonomi, karena bagaimana pun juga

ia tak dapat berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pembangunan ekonomi.

Berbeda dengan anggapan sebelumnya, Leonard C. Sebastian justru

menyangsikan apakah ASEAN masih tetap menjadi landasan kebijakan luar negeri

Indonesia atau hanya sekedar formalitas diplomatik yang hampa. Hal tersebut

dikarenakan respon Indonesia yang cenderung diam dalam menanggapi isu-isu

tertentu di ASEAN dalam beberapa tahun terakhir, misalnya pada konflik Laut

Tiongkok Selatan dimana Indonesia berupaya untuk tidak memihak pada Amerika

Serikat ataupun Republik Rakyat Tiongkok dengan dasar politik luar negeri yang

bebas-aktif. Ia juga menambahkan bahwa prioritas Kebijakan Luar Negeri RI di

ASEAN telah menjadi hambatan bagi pelaksanaan Kebijakan Luar Negeri RI di

tempat lainnya, meskipun sentralitas ASEAN telah dianggap sebagai “obat mujarab”

4 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2005, “BAB 8: Pemantapan Politik Luar Negeri

dan Peningkatan Kerja Sama Internasional” Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009, http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8902/1739/, diakses pada 27 Mei 2014.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

5

untuk perpecahan yang mungkin akan terjadi di kawasan.5 Sebastian juga

menambahkan bahwa seiring dengan meningkatnya profil ekonomi Indonesia,

ASEAN tidak harus menjadi landasan dalam kebijakan luar negeri Indonesia.

Sebaliknya, Indonesia harus mencari kebijakan luar negeri pasca-ASEAN. Akademisi

yang mendukung gagasan tersebut menyarankan bahwa Indonesia harus memperluas

prioritasnya ke dalam wilayah yang lebih global seperti Bali Democracy Forum

(BDF) dan G20.6

Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul „Indonesian

Foreign Policy: A Wounded Phoenix‟, mengilustrasikan politik luar negeri Indonesia

layaknya burung Phoenix yang terluka. Weatherbee beranggapan bahwa Indonesia

pada saat itu sedang berupaya untuk bangkit kembali pasca krisis finansial dan politik

yang melanda Indonesia di tahun 1998. Hal tersebut juga meliputi upaya Indonesia

untuk meredefinisi fokus kebijakan luar negerinya di lingkup ASEAN. Weatherbee

menambahkan bahwa yang semestinya menjadi prioritas utama Indonesia di ASEAN

bukanlah investasi politik dari ASEAN Security Community atau ASEAN itu sendiri,

melainkan bagaimana membangun hubungan yang baik dengan negara tetangga

terdekatnya, seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste, dan Australia. Untuk itu,

kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas-aktif harus dapat mengembalikan

kemampuannya yang telah habis terkuras pasca jatuhnya rezim Soeharto, agar dapat

menjamin kepentingan nasionalnya.7

Pendapat Weatherbee di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh

komite redaksi Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), yang memperkirakan

Indonesia akan berlanjut memainkan peran yang tidak signifikan di luar posisinya

sebagai „central power’ di Asia Tenggara. Beberapa pengamat dari ISEAS

5 L.C. Sebastian, 2013, Indonesia’s Dynamic Equilibrium and ASEAN Centrality, Tokyo, Jepang, The

National Institute for Defense Studies, http://www.nids.go.jp/english/event/symposium/pdf/2013/E-01.pdf, diakses pada 15 Juli 2014.

6 R. Sukma, 5 Oktober 2009, A post-ASEAN Foreign Policy for a Post-G8 World, The Jakarta Post,

dalam L.C. Sebastian, Indonesia’s Dynamic Equilibrium and ASEAN Centrality, p.6. 7 D.E. Weatherbee, 2005, “Indonesian Foreign Policy: A Wounded Phoenix”, Southeast Asian Affairs,

Singapore, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS), p. 166.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

6

berpendapat bahwa ketika Indonesia ikut serta dalam suatu isu kawasan (termasuk

Komunitas ASEAN) dan internasional, ia akan mengadopsi sikap defensif dan agresif

seperti pada kasus sengketa dengan Malaysia pada 2011.8

1.3.2. Peluang dan Tantangan Komunitas ASEAN bagi Indonesia

Dari tiga pilar Komunitas ASEAN, selain memprioritaskan kerja sama politik

dan keamanan Pemerintah Indonesia juga saat ini mengedepankan pembangunan

ASEAN Economic Community (AEC).9 Hal tersebut dilakukan mengingat banyaknya

peluang yang akan diperoleh Indonesia dari bidang tersebut. Dari data yang dirilis

oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia, setidaknya ada lima potensi Indonesia

untuk bersaing di bidang ini, yakni:

a. Dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN (sekitar 40% dari total penduduk

ASEAN), menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial di kawasan. Hal inilah

yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan

dinamis yang diharapkan dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan

kesempatan penguasaan pasar dan investasi.

b. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN dengan proporsi mencapai

43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-

negara ASEAN lain di ASEAN yang hanya sebesar 15%.

c. Indonesia berpeluang untuk meningkatkan nilai ekspornya ke intra-ASEAN,

dimana nilai ekspor saat ini hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar

80-82% dari total ekspornya.

d. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN membuat Indonesia sebagai salah satu

negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan

8 Institute of Southeast Asian Studies, 2012, Regional Outlook Southeast Asia 2012-2013, Singapore,

ISEAS Publishing, p.58. 9 Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2014, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN

Economic Community 2015, http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=7911, diakses pada 15 Juli 2014, p. 2.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

7

keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar

untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri.

e. Indonesia juga diuntungkan dari segi demografi. Perbandingan jumlah penduduk

produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang

artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia,

yang diharapkan dengan jumlah tersebut akan mampu menopang pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.10

Di samping itu, antara tahun 2005 dan 2011, Indonesia tercatat mampu untuk

mempertahankan laju pertumbuhan tahunan lebih dari 5%. Bahkan pada akhir tahun

2011, Gross Domestic Product (GDP) Indonesia mencapai US$ 1,124 milyar. Dari

data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia sebagai negara dengan

jumlah ekonomi yang cukup besar di lingkup ASEAN, berperan penting dalam usaha

untuk mengintegrasi kawasan melalui partisipasinya di AEC.11

Akan tetapi, yang

perlu untuk diperhatikan ialah dengan adanya mekanisme atau sistem perdagangan

bebas, hal ini berarti peluang ekonomi akan terbuka luas bagi semua negara anggota

tanpa adanya diskriminasi. Maka yang perlu untuk ditelaah lebih lanjut yakni

mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi situasi tersebut, apakah produk-

produk Indonesia sudah siap untuk bersaing dengan produk dari negara lain? Hal

tersebut penting untuk dijadikan pertimbangan bagi pembuat kebijakan agar

konsumen Indonesia tidak menjadi target pasar utama oleh para eksportir regional,

melainkan sebaliknya.

Untuk itu, diperlukan perhatian khusus pada kebijakan investasi dan

perdagangan khususnya mengenai pembatasan aliran barang, agar Indonesia dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal dari AEC. Misalnya, meningkatkan aliran

barang menengah yang dibutuhkan untuk aktivitas produksi di Indonesia melalui

10

Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015, p. 3. 11

J.J. Losari dan J.W. Koesnaidi, 2014, Indonesia and the Establishment of the ASEAN Economic Community 2015: Are We There Yet?, OREI Policy Briefs, No. 10, Maret, p. 1.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

8

pemulihan ukuran non tarif.12

Dengan mempertimbangkan hal tersebut ditambah

dengan keuntungan demografi, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi

negara yang paling diuntungkan dari AEC.

Di samping peluang-peluang yang telah diuraikan sebelumnya, untuk

mewujudkan AEC dengan prinsip pasar tunggalnya, ada beberapa tantangan yang

harus diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut ialah:

a. Dari segi infrastruktur, Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara-negara

inti ASEAN lainnya13

. Untuk itu, Indonesia perlu untuk mempersiapkan beberapa

infrastruktur menjelang AEC 2015, antara lain: darat, laut, udara, teknologi

informasi dan keamanan energi.

b. Biaya Logistik yang semakin mahal akibat rendahnya infrastruktur yang membuat

perdagangan menjadi kurang efisien mengingat biaya logistik yang mahal

dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya. Untuk itu, diperlukan

pengurangan biaya logistik, sehingga dapat menaikkan daya saing Indonesia.

c. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang memerlukan perbaikan

kualitas. Masalah ini disebabkan oleh ketidakmerataan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan di seluruh Indonesia yang berakibat pada rendahnya

kesadaran untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini

mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya dilirik sebagai buruh atau tenaga

kerja kasar di pasar tenaga kerja internasional.

d. UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang kurang mendapatkan

perhatian oleh pemerintah. Padahal, keanekaragaman yang dimiliki UMKM

Indonesia berpeluang untuk membentuk pasar ASEAN, contohnya adalah

kerajinan tangan, furniture, makanan daerah, dan industri lainnya.

e. Pertanian yang merupakan salah satu jantung perekonomian Indonesia yang

pembangunannya dirasa perlu untuk terus dilakukan. Hal ini mengingat bahwa

12

J.J. Losari dan J.W. Koesnaidi, Indonesia and the Establishment of the ASEAN Economic Community 2015: Are We There Yet?, p. 3. 13

Peringkat ke-5 berdasarkan The Global Competitiveness Report 2013/2014 yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF), berdasarkan data dari Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

9

luas daratan yang dimiliki Indonesia lebih besar dan tingkat konsumsi yang tinggi

terhadap hasil pertanian.14

Selain itu, Losari dan Koesnaidi menambahkan ada empat tantangan yang

harus diselesaikan agar memperoleh keuntungan penuh dari AEC. Pertama, subsidi

modal yang rendah yang membatasi usaha Indonesia untuk mengembangkan

kapasitas produksinya dan menjadi pusat produksi di kawasan. Kedua, infrastruktur

yang terbatas, baik soft (kebijakan) maupun hard (rel kereta api, Bandar udara,

pelabuhan dan jalan raya), untuk memfasilitasi aliran perdagangan yang besar.

Ketiga, korupsi dan desentralisasi, dimana desentralisasi telah berkontribusi pada

terbukanya kesempatan baru untuk aktivitas korupsi. Keempat, peraturan investasi

kontra-produktif ditambah dengan sarana prasarana yang kurang memadai, yang

dapat mempengaruhi aktivitas para investor sehingga dikhawatirkan mereka akan

termotivasi untuk berinvestasi di tempat (negara) lain.15

Di samping itu, satu hal yang patut untuk menjadi bahan pertimbangan

Pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan Komunitas ASEAN ialah partisipasi

masyarakat umum dalam proses pembentukannya. Guido Benny and Kamarulnizam

Abdullah dalam tulisannya yang berjudul „Indonesian Perceptions and Attitudes

toward the ASEAN Community, berpendapat bahwa hal itulah yang telah menjadi

bahan kritik utama yang ditujukan kepada gagasan Komunitas ASEAN. Padahal,

komponen tersebut berperan penting dalam keberhasilan organisasi regional serupa

lainnya seperti Uni Eropa.16

Dari beberapa literatur yang telah dijabarkan di atas, maka yang membedakan

antara bahasan literatur-literatur sebelumnya dan riset ini yaitu bahwa riset ini

berusaha untuk mendeskripsikan juga menganalisis apa dan bagaimana Kebijakan

14

Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015, pp. 4-7. 15

J.J. Losari dan J.W. Koesnaidi, Indonesia and the Establishment of the ASEAN Economic Community 2015: Are We There Yet?, pp. 4-5. 16

G. Benny dan K. Abdullah, 2011, Indonesian Perceptions and Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast Asian Affairs no.1, p.40.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

10

Luar Negeri RI di bawah Pemerintahan SBY berkontribusi terhadap perealisasian

Komunitas Politik Keamanan ASEAN 2015. Maka yang ingin ditunjukkan oleh riset

ini ialah bahwa Kebijakan Luar Negeri RI di bawah Pemerintahan SBY memiliki

kontribusi yang signifikan terhadap perealisasian Komunitas Politik Keamanan

ASEAN 2015. Hal itu diwujudkan dalam strategi-strategi yang dilaksanakan oleh

Kemlu RI termasuk di dalamnya pencapaian Indonesia selama menjadi Ketua

ASEAN 2011. Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia memegang komitmennya

untuk terus mendukung upaya mewujudkan komunitas tersebut.

1.4.Kerangka Teoritis

Kebijakan Luar Negeri

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pola hubungan internasional antara

negara satu dengan yang lainnya, pada hakikatnya didasari oleh kepentingan-

kepentingan di berbagai aspek kehidupan yang tentunya ingin dicapai oleh masing-

masing negara. Kepentingan-kepentingan semacam itulah yang dikenal dengan istilah

kepentingan nasional. Kepentingan nasional ini erat kaitannya dengan kebijakan luar

negeri. Hal ini dikarenakan kebijakan luar negeri ialah salah satu cara atau alat untuk

mewujudkannya, selain kebijakan dalam negeri.

Salah satu wujud kebijakan luar negeri ialah kerjasama internasional.

Kerjasama ini misalnya kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan politik

yang juga terdapat dalam kerangka Komunitas ASEAN. Kerjasama itulah yang

merupakan bentuk dari kerjasama internasional yang menjadi elemen penting dalam

pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia. Hal ini karena melalui kerjasama

internasional, Indonesia dapat memanfaatkan peluang-peluang untuk menunjang dan

melaksanakan pembangunan nasionalnya.17

17

D.T. Djani, 2008, “Kata Pengantar” ASEAN Selayang Pandang, Jakarta, Kementerian Luar Negeri RI.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

11

Kerjasama juga merupakan agenda utama dari para liberalis. Mereka

meyakini bahwa dengan bekerjasama, maka kepentingan dapat terpenuhi, dimana

kepentingan ini juga termasuk kepentingan nasional. Liberalis juga mengatakan

bahwa dalam sistem yang anarki, keteraturan atau order dapat tercapai ketika negara-

negara saling bekerja sama untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Pemikiran

tersebut didasari oleh keyakinan bahwa sifat dasar manusia yang sebenarnya ialah

baik, meski terkadang kepentingan negara dapat menyebabkan adanya perang. Akan

tetapi, perang ini masih dapat dihindari dengan membentuk suatu International

Society, dimana Komunitas ASEAN merupakan salah satu perwujudannya.18

Lalu, kebijakan luar negeri menurut pemikiran liberalisme dapat dipahami

dengan cara memfokuskan bagaimana individu beserta ide-ide dan cita-cita yang

mereka dukung (seperti hak asasi manusia, kebebasan, dan demokrasi), kekuatan

sosial (kapitalisme, pasar), dan lembaga-lembaga politik (demokrasi, perwakilan)

dapat memiliki pengaruh langsung pada hubungan luar negeri.19

Maka secara tidak

langsung dapat dipahami bahwa dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri, negara

harus melibatkan para individu dalam hal ini aktor non-negara. Pemikiran inilah yang

turut melatarbelakangi pemerintah Indonesia melalui Kemlu RI untuk menggunakan

jalur diplomasi total (diplomasi multijalur) dalam pelaksanaan kebijakan luar

negerinya, demi mencapai kepentingan nasional negara Indonesia.

Sementara itu, kepentingan nasional Indonesia sendiri diterjemahkan ke dalam

visi Kementerian Luar Negeri yang disebut sebagai “Sapta Dharma Caraka”, yang

salah satu diantaranya yaitu meningkatkan peranan dan kepemimpinan Indonesia

dalam proses integrasi ASEAN.20

Hal ini ditunjukkan oleh pemerintah dengan

18

Berdasarkan pemikiran S. Burchill, 2005, Theories of International Relations (3rd Edition), New York, St.Martin Press.Inc. 19

Kutipan tulisan M.W. Doyle, “Chapter 3: Liberalism and Foreign Policy” Introduction to Liberalism,http://instructional1.calstatela.edu/tclim/F11_Courses/lecture_notes/425f11_liberalism.pdf, California State University, diakses pada 01 Nopember 2014, p. 5.

20M.A. Soenanda, Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional,

http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=31, diakses pada 8 Juni 2014.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

12

senantiasa berkomitmen untuk memastikan kesiapan menuju pembentukan

Komunitas ASEAN 2015, yang didukung penuh oleh Kemlu RI sebagai pelaksana

Kebijakan Luar Negeri.

Konsep tersebutlah yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian

dalam riset ini. Konsep kebijakan luar negeri yang dihubungkan dengan kepentingan

nasional digunakan untuk menjelaskan apa yang menjadi dasar dalam pembuatan dan

pelaksanaan Kebijakan Luar Negeri RI terhadap ASEAN khususnya dalam

merealisasikan Komunitas Politik Keamanan ASEAN 2015. Hal ini didasari oleh

posisi kebijakan luar negeri yang merupakan perwujudan dari kepentingan nasional

suatu negara, dimana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai tercantum pada apa yang

menjadi tujuan nasionalnya, yang kemudian diperjuangkan dalam pelaksanaan

kebijakan luar negerinya.

1.5.Argumentasi Utama

Sejauh ini, Indonesia telah banyak memberikan kontribusi dalam perealisasian

APSC yang mengacu pada Cetak Birunya. Kontribusi tersebut terutama

dimaksimalkan oleh Pemerintah Indonesia pada masa keketuaannya di ASEAN tahun

2011. Meskipun demikian, di luar tahun tersebut Indonesia juga giat menunjukkan

bahwa ia memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan APSC yang sekaligus

memberikan bukti adanya bentuk kepemimpinan Indonesia di ASEAN.

Kebijakan-kebijakan inilah yang berupaya untuk dimaksimalkan

pelaksanaannya sebagai wujud dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk

mewujudkan Komunitas ASEAN. Bagaimanapun juga, Indonesia sebagai salah satu

negara anggota ASEAN memiliki kepentingan nasional yang perlu untuk dicapai.

Kepentingan-kepentingan ini kemudian diperjuangkan oleh Pemerintah melalui

pelaksanaan Kebijakan Luar Negerinya.

Dalam kasus kebijakan luar negeri terhadap APSC, yang ingin diraih oleh

Indonesia ialah meningkatkan peran dan kepemimpinannya dalam pembentukan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

13

Komunitas tersebut. Hal ini dikarenakan adanya bentuk kerjasama dalam bidang

politik dan keamanan, yang apabila dimaksimalkan pelaksanaannya dapat membuat

Indonesia menjadi negara yang paling diuntungkan di ASEAN sehingga dapat

memenuhi kepentingan nasionalnya sekaligus memberikan kontribusi terhadap

perealisasian APSC. Untuk itu, Pemerintah Indonesia perlu untuk mempersiapkan

diri dalam rangka menghadapi Komunitas ASEAN 2015.

1.6.Metode Penelitian

Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif analitik, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena secara mendalam

melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Metode ini tidak mengutamakan pada

banyaknya (kuantitas) data, melainkan lebih menekankan pada kualitas data. Untuk

memperoleh data sebagai penunjang utama dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi pustaka dan wawancara.

Studi pustaka yakni teknik yang dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan data dari

dokumen-dokumen, artikel-artikel, serta literatur-literatur yang relevan dan memiliki

keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan wawancara merupakan

pelengkap yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 13 April 2015 di Direktorat

Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, tepatnya pada bidang

Kerjasama Politik Keamanan Komunitas ASEAN.

1.7.Jangkauan Penelitian

Sesuai dengan jenis metode penelitiannya, untuk memaksimalkan data yang

dikumpulkan maka analisis tesis ini hanya dibatasi pada Periode Pemerintahan Susilo

Bambang Yudhoyono. Selain itu, dengan tidak menafikan kebijakan yang dilakukan

Indonesia pada tahun-tahun lainnya, tesis ini lebih banyak membahas mengenai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

14

kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Komunitas ASEAN selama tahun 2011

disaat Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN.

1.8.Organisasi Penulisan

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri

dari apa yang melatarbelakangi penulis untuk menulis riset mengenai Komunitas

Politik Keamanan ASEAN 2015, termasuk di dalamnya ialah pertanyaan penelitian

yang diajukan, pembahasan beberapa literatur yang relevan dengan riset, konsep yang

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, argumen atau hipotesis atas

pertanyaan penelitian yang diajukan, batasan serta metode penelitian yang digunakan

dalam pelaksanaan riset.

Bab kedua membahas mengenai gambaran umum ASEAN menuju Komunitas

ASEAN 2015, yakni apa yang dimaksud dengan Komunitas ASEAN yang mencakup

tujuan pembentukan serta perjalanannya menuju 2015 yang dideskripsikan penulis

dengan mengelaborasi ketiga pilarnya. Di samping itu, pada bab ini penulis juga

menjabarkan pencapaian apa saja yang telah diraih oleh ASEAN dalam menuju

Komunitas ASEAN 2015, beberapa tantangan yang dihadapi oleh Komunitas Politik

Keamanan ASEAN dalam menuju perealisasiannya di 2015, dan signifikansi Cetak

Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN bagi Komunitas ASEAN.

Bab ketiga menjelaskan mengenai persiapan yang dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia untuk menghadapi Komunitas ASEAN 2015. Hal tersebut meliputi

strategi-strategi apa saja yang dibuat lalu dilaksanakan oleh Pemerintah di dalam

negeri dalam rangka mempersiapkan diri menuju Komunitas ASEAN. Selain itu, bab

ini juga menjelaskan mengenai prioritas-prioritas Indonesia selama menjadi Ketua

ASEAN pada 2011 disertai dengan alasan yang mendorongnya.

Bab keempat kemudian menganalisis apa saja yang menjadi Kebijakan Luar

Negeri RI pada masa Pemerintahan SBY terhadap Komunitas Politik Keamanan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84150/potongan/S2-2015... · (BDF) dan G20.6 Selain itu, D.E. Weatherbee dalam salah satu tulisannya berjudul

15

ASEAN, termasuk bagaimana kemudian kebijakan-kebijakan tersebut dilaksanakan.

Kebijakan-kebijakan yang dimaksud ialah tindakan apa saja yang telah dilakukan

oleh Pemerintah Indonesia dalam upaya mewujudkan Komunitas Politik Keamanan

ASEAN 2015. Hal ini dihubungkan dengan peranan Indonesia untuk menyelesaikan

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh ASEAN dalam bidang politik keamanan

dalam menuju Komunitas ASEAN 2015.

Terakhir, bab kelima yang menutup tesis ini menyajikan kesimpulan dari riset

yang telah dijalankan bahwa Indonesia dengan sejumlah kebijakan luar negerinya

telah memberikan kontribusi positif terhadap perealisasian Komunitas Politik

Keamanan ASEAN 2015.