bab i pendahuluan 1.1 latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan rangkaian aktivitas yang meliputi banyak komponen. Seseorang yang ingin melakukan aktivitas wisata mula-mula harus melakukan perpindahan ke luar dari lingkungannya menuju daerah tujuan wisata yang berupa destinasi di dalam kawasan tertentu. Setiap destinasi dan kawasan daya tarik wisata memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini kemudian menarik perhatian wisatawan untuk melakukan transaksi yang dapat berupa apa saja kaitanya dengan apa yang ditawarkan oleh daerah tersebut. Aktivitas ini kemudian dikenal dengan istilah belanja. Menurut Kinley dkk (via Khairunisa, 2015) belanja dan pariwisata adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belanja menjadi aktivitas yang banyak dilakukan oleh wisatawan ketika berkunjung ke sebuah destinasi. Hal tersebut juga ditegaskan oleh fakta yang ditemukan Yu dan Littrell (via Mayasita, 2016), mereka menemukan bahwa di Amerika Serikat dan Inggris merupakan contoh negara, dimana belanja menempati peringkat pertama dalam aktivitas rekreasi oleh wisatawan domestik dan wisatawan asing. Potensi kegiatan wisata belanja di Indonesia sebenarnya dapat dikembangkan dengan optimal, khususnya di daerah seperti Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak sentra kerajinan yang menjadikan belanja sebagai salah satu atraksi utamanya. Desa Wisata Kasongan merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Bantul,

Upload: buihanh

Post on 13-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan rangkaian aktivitas yang meliputi banyak komponen.

Seseorang yang ingin melakukan aktivitas wisata mula-mula harus melakukan

perpindahan ke luar dari lingkungannya menuju daerah tujuan wisata yang berupa

destinasi di dalam kawasan tertentu. Setiap destinasi dan kawasan daya tarik wisata

memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini

kemudian menarik perhatian wisatawan untuk melakukan transaksi yang dapat berupa

apa saja kaitanya dengan apa yang ditawarkan oleh daerah tersebut. Aktivitas ini

kemudian dikenal dengan istilah belanja . Menurut Kinley dkk (via Khairunisa, 2015)

belanja dan pariwisata adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belanja menjadi

aktivitas yang banyak dilakukan oleh wisatawan ketika berkunjung ke sebuah

destinasi. Hal tersebut juga ditegaskan oleh fakta yang ditemukan Yu dan Littrell (via

Mayasita, 2016), mereka menemukan bahwa di Amerika Serikat dan Inggris

merupakan contoh negara, dimana belanja menempati peringkat pertama dalam

aktivitas rekreasi oleh wisatawan domestik dan wisatawan asing.

Potensi kegiatan wisata belanja di Indonesia sebenarnya dapat dikembangkan

dengan optimal, khususnya di daerah seperti Yogyakarta. Yogyakarta memiliki

banyak sentra kerajinan yang menjadikan belanja sebagai salah satu atraksi utamanya.

Desa Wisata Kasongan merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Bantul,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

2

Yogyakarta yang memberikan ruang pada wisatawan untuk berbelanja sebagai atraksi

utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku tanah

liat atau keramik yang diproduksi oleh masyarakat di Desa W isata Kasongan, ini

sesuai dengan disematkannya kawasan ini sebagai sentra industri gerabah . Tercatat

pada tahun 2009 jum lah UKM (usaha kecil dan menengah) yang terdiri dari rumah

produksi hingga showroom dengan rentang skala usaha mikro atau rumah tangga

hingga usaha menengah terdapat sekitar 478. 1 Selain itu, hingga tahun 2016 lalu

tercatat ada 582 pengrajin gerabah yang terdiri dari tiga kelom pok pekerja gerabah

yaitu pembuat bahan baku, abangan dan finishing (Mayasita, 2016).

Saat kita masuk ke kawasan desa wisata ini melalui Gapura Utama Desa

Wisata Kasongan, kita akan melihat banyak showroom dan galeri di kanan dan kiri

jalan utama desa memamerkan produk-produknya. Produk yang ditawarkan pun kini

semakin beragam, tidak hanya variasi desain gerabah melainkan juga patung hingga

meubel. Seluruh potensi yang ada di Desa Wisata Kasongan dengan strategi

pengembangan yang tepat dapat menjadikannya sebagai salah satu ikon destinasi

wisata belanja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Identitas sebagai destinasi wisata

belanja sendiri tentu memiliki banyak keuntungan selain memiliki potensi untuk

meningkatkan daya tarik bagi wisatawan, tentu dapat meningkatkan kunjungan

wisatawan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Mayasita (2016), telah

membuktikan bahwa klaster industri kreatif Sentra Kerajinan Gerabah Desa W isata

1 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127951-D%2000973%20%20Pengelolaan%20modal-

%20Analisis.pdf. Diakses pada 30 Agustus 2017, pukul 15.21 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

3

Kasongan berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata belanja di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Sebagai sebuah destinasi wisata belanja tentu harus memenuhi beberapa

indikator, maka dari itu perlu dilakukan pengkajian pemenuhan indikator tersebut

melalui berbagai perspektif. Menurut Mayasita (2016), setelah dilakukan analisis dan

pengkajian, ada beberapa indikator pariwisata yang perlu dikembangkan di Sentra

Industri Kerajinan Gerabah Kasongan antara lain:

1. Ketersediaan fasilitas penunjang seperti kuliner, toko souvenir, fasilitas

keamanan, tempat parkir, tempat duduk, toilet, pemandu wisata, dan

penginapan;

2. Kemudahan transportasi umum dan kendaraan pribadi menuju industri

kreatif;

3. Kemudahan akses informasi terkait dengan keberadaan industri kreatif;

4. Penanda dan informasi perjalanan;

5. Keterlibatan masyarakat lokal dalam memberikan jasanya kepada

wisatawan.

Poin satu dan empat dapat ditafsirkan bahwa kebutuhan amenitas bagi wisatawan

belum terpenuhi dengan baik. Keadaan Desa Wisata Kasongan saat ini, seperti yang

telah disebutkan tadi tentu tidak mendukung keberadaan sebuah destinasi wisata

belanja, sehingga perlu dikaji lebih jauh.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

4

Penulis juga telah melakukan observasi dan menemukan bahwa amenitas yang

ada di kawasan Desa W isata Kasongan belum cukup memadai. Penulis menemukan

bahwa belum terdapat fasilitas TIC atau Tourist Information Center padahal ini

merupakan sarana penyampaian informasi yang penting bagi wisatawan . Papan

penunjuk jalan atau fasilitas serupa pun akan sulit kita temukan di kawasan ini

sehingga tidak jarang ada wisatawan yang kebingunggan ketika be rkunjung ke

kawasan desa wisata ini. Fasilitas seperti lahan parkir dan toilet umum di sepanjang

kawasan desa wisata juga sulit kita temukan. Keadaan tersebut sama sekali tidak

mendukung keberadaan wisatawan, padahal pemenuhan amenitas untuk kunjungan

wisatawan merupakan faktor yang fundamental dalam menjaga eksistensi sebuah

destinasi wisata.

Melihat banyak unsur-unsur yang dibutuhkan oleh wisatawan belum terpenuhi

dengan baik maka perlu dilakukan analisis mendalam mengenai strategi

pengembangan kawasan ini khususnya pada aspek amenitas. Penelitian ini bertujuan

untuk menemukan dan menyusun strategi pengembangan amenitas di Desa Wisata

Kasongan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini

mengacu pada potensi amenitas atau fasilitas fisik dalam aspek pariwisata (wisata

belanja) yang seharusnya dapat dikembangkan. Hasil dari analisis dalam penelitian

ini selanjutnya diharapkan bisa memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi,

selain itu dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk mengevaluasi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

5

ataupun mendesain ulang pembangunan dan penataan amenitas di kawasan Desa

Wisata Kasongan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan menganalisis keadaan

amenitas yang ada di Desa Wisata Kasongan beserta strategi pengembangannya,

yaitu:

1. Bagaimana kondisi aktual amenitas yang ada di Desa Wisata Kasongan?

2. Bagaimana strategi pengembangan amenitas di Desa Wisata Kasongan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui kondisi aktual amenitas yang ada di Desa Wisata Kasongan.

2. Mengetahui strategi dan dapat menyusun strategi pengembangan amenitas di

Desa Wisata Kasongan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Memberikan tambahan informasi bagi penelitian-penelitan selanjutnya dan

memberi kontribusi bagi ilmu kepariwisataan khususnya mengenai penyusunan

strategi pengembangan yang memiliki fokus pada segi amenitas.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

6

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada pihak Desa Wisata Kasongan mengenai

strategi pengembangan amenitas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Data-data

yang dihasilkan dari pene litian ini diharapkan mampu dijadikan bahan dan sudut

pandang baru bagi pihak desa wisata dalam mengambil keputusan untuk

mengembangkan Desa Wisata Kasongan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki fokus pembahasan pada amenitas atau fasilitas

pariwisata yang berlokasi di kawasan Desa Wisata Kasongan. Pertama-tama peneliti

akan membahas mengenai keadaan aktual amenitas yang ada di Desa Wisata

Kasongan selanjutnya peneliti melakukan analisis mengenai potensi amenitas yang

dapat dikembangkan. Temuan potensi pengembangan amenitas tadi selanjutnya akan

digunakan sebagai bahan dasar penyusunan strategi pengembangan amenitas yang

akan dilakukan di Desa Wisata Kasongan. Penyusunan strategi pengembangan

amenitas tersebut juga dilakukan berdasrkan prinsip sustainable tourism development

(pengembangan pariwisata berkelanjutan).

1.6 Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian yang mendasari penelitian ini, penelitian yang dilakukan

oleh Mayasita (2016) memaparkan bagaimana sebuah klaster industri kreatif dapat

berpotensi menjadi destinasi wisata belanja. Salah satu klaster industri kreatif yang

berpotensi tersebut adalah Sentra Industri Gerabah Desa Wisata Kasongan. Penelitian

tersebut melakukan beberapa analisis yang salah satunya menjelaskan dengan analisis

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

7

kuadran (IPA) yang telah diukur melalui perspektif tingkat kepuasan wisatawan

terhadap Sentra Industri Gerabah Desa Wisata Kasongan dengan 14 indikator.

Penelitian tersebut menggunakan empat jenis penilaian yaitu Kuadran A

(Prioritas Utama), Kuadran B (Lanjutan Prioritas), Kuadran C (Prioritas Rendah), dan

Kuadran D (Berlebihan). Keempat kuadran tersebut menjelaskan mengenai indikator

apa yang paling berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan dan bagaimana

kondisinya. Kuadran tersebut juga menjelaskan indikator apa yang harus

mendapatkan prioritas peningkatan atau tidak. Dari 14 indikator dalam analisis

tersebut ada tiga indikator yang memiliki keterkaitan den gan segi amenitas di Desa

Wisata Kasongan. Indikator tersebut merupakan:

1. Penanda (signage) dan informasi perjalanan.

2. Fasilitas penunjang seperti kuliner, toko souvenir, fasilitas keamanan,

tempat parkir, tempat duduk, toilet, pemandu wisata, dan penginapan .

3. Ketersediaan akses pedestrian di desa wisata.

Indikator satu dan dua masuk dalam kategori Kuadran A yang menjelaskan

bahwa indikator tersebut dapat mempengaruhi kepuasan wisatawan terhadap kinerja

yang kondisinya tidak memuaskan sehingga perlu mendapatka n prioritas

peningkatan. Sementara indikator tiga masuk dalam kategori Kuadran C yang

menjelaskan bahwa indikator tersebut dapat mempengaruhi kepuasan wisatawan

terhadapa kinerja yang kondisi pelaksanaannya cukup atau biasa saja . Hasil analisis

penelitian tersebut menunjukan bahwa salah satu elemen pariwisata yang harus

dikembangkan pada kawasan tersebut adalah amenitasnya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

8

Penelitian mengenai pengembangan destinasi wisata memang telah banyak

dilakukan tetapi penelitian yang berkonsentrasi pada segi amenitas saja sebagai salah

satu komponennya belum begitu banyak dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang

memaparkan mengenai bagaimana peran amenitas pada suatu destinasi. Penelitian

oleh Indri Kurniawati (2015) memaparkan bahwa komponen-kom ponen di

Lokawisata Baturadden yang salah satunya adalah amenitas turut m endukung

motivasi wisatawan untuk berkunjung kesana. Ketersediaan amenitas di lokasi

tersebut sangat mendukung kebutuhan wisatawan dan mudah dijangkau sehingga

dapat meningkatkan kepuasan wisatawan. Pene litian tersebut juga menyimpulkan

bahwa amenitas yang disediakan memuaskan wisatawan dengan cakupan nilai 89% .

Penelitian oleh Martinus Rakke (2008) menguraikan lebih jauh bagaimana

komponen amenitas menjadi salah satu unsur yang perlu dikaji perferensi dan

ekspektasinya oleh pengunjung. Penelitian ini dilatar belakangi oleh upaya untuk

menemukan acuan-acuan baru dalam menentukan arah perencanaan dan

pengembangan kawasan obyek wisata Pantai Nambo. Analisis preferensi dan

ekspektasi pengunjung yang dilakukan berdasarkan faktor demografi, psikografi, dan

sosiografi menemukan bahwa preferensi pengunjung terhadap amenitas adalah

gazebo sebagai pilihan utama yang berfungsi sebagai tempat istirahat. Sementara

ekspektasi pengunjung terhadap amenitas diantaranya adalah penambahan jumlah

gazebo, tersedianya toilet yang memadai, rumah makan terapung, toko souvenir atau

cinderamata, dan halaman parkir yang tertata rapi.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

9

Penelitian yang memiliki fokus mengenai strategi pengembangan desa wisata

juga telah dilakukan oleh Hanggara Nursetya Hendrayana (2015), penelitian tersebut

memiliki fokus lokasi di Desa Wisata Samiran itu menjelaskan bahwa desa wisata

tersebut memiliki potensi utama seperti suasana alam pengunungan karena berada

diantara kaki Gunung Merapi dan Merbabu. Daya tarik berupa pemerahan sapi dan

pengolahannya menjadikan desa wisata tersebut sangat menarik bagi wisatawan.

Namun desa wisata belum mengembangkan potensi daya tarik yang dimiliki dengan

maksimal. Strategi untuk menjadikan desa wisata tersebut menjadi wisata unggulan

perlu dilakukan, penulis menyarankan seperti meningkatkan kerja sama antar

masyarakat sekitar dalam pengelolaannya, mengadakan festival buah atau sayuran di

Desa Wisata Samiran, membuat paket menginap untuk para pendaki Gunung Merapi

dan Gunung Merbabu, pengembangan produk olahan susu sebagai wisata m inat

khusus, dan membuat ikon khas Desa Wisata Samiran.

Penelitian yang menjadikan amenitas sebagai salah satu dasar pengembangan

juga telah dilakukan oleh Marhafiz Luthfi (2011), penelitian tersebut menemukan

bahwa amenitas yang ada di Pulau Senoa sangat terbatas, hanya ada sarana pelabuhan

yang sudah patah, pondok berteduh milik masyarakat, dan Pembangkit Listrik Tenaga

Angin. Maka dari itu, persepsi wisatawan terhadap keberadaan amenitas di kawasan

ini kurang memuaskan. Penulis juga memberikan saran kepada pihak stakeholder

Pulau Senoa untuk menyediakan amenitas yang memadai. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan amenitas yang harusnya disediakan antara lain papan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

10

pengumuman dan pemberitahuan, gazebo, rumah makan maupun toko penjaja

makanan dan minuman ringan juga toko souvenir.

Berdasarakan uraian mengenai penelitian yang telah dilakukan, posisi

penelitian ini berada pada bagian interseksi antara strategi pengembangan dan peran

segi amenitas di sebuah destinasi wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan

strategi dalam mengoptimalkan fungsi amenitas di sebuah destinasi wisata. Sehingga

penulis perlu melakukan kajian pustaka pada penelitian-penelitian terdahulu yang

memiliki fokus serupa ataupun menyinggung fokus dari penelitian ini. Informasi

yang didapat dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut selanjutnya akan digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan hasil akhir dari penelitian in i.

1.7 Landasan Teori

1. Destinasi W isata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

destinasi wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

Cooper dkk (1993:103), menjelaskan bahwa ada empat komponen yang harus

dimiliki oleh sebuah destinasi pariwisata, yaitu attractions, amenities, access, dan

ancillary services. Kom ponen destinasi pariwisata tersebut kemudian dikenal dengan

istilah 4A. Berikut merupakan uraian dari komponen-komponen 4A tersebut:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

11

a. Attraction atau atraksi wisata merupakan daya tarik utama yang terkait dengan

apa-apa saja yang ditawarkan oleh sebuah destinasi. Undang-Undang Nom or

10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menjelaskan bahwa daya tarik wisata

adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang

berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

b. Amenity atau amenitas merupakan segala bentuk fasilitas fisik yang

disediakan untuk mendukung keberadaan wisatawan di suatu destinasi wisata.

Cooper dkk (1993:106), menjelaskan bahwa fasilitas tersebut terdiri dari

fasilitas akomodasi, fasilitas makanan dan minuman, dan fasilitas lainnya

yang sesuai dengan kebutuhan perjalanan wisatawan.

c. Access atau akses dalam konteks pariwisata berkaitan dengan sulit atau

mudahnya wisatawan untuk berkunjung ke sebuah destinasi wisata. M enurut

Pusat Studi Pariwisata UGM (2012), akses merupakan komponen aksesibilitas

meliputi jaringan jalan, moda transportasi atau angkutan, kepadatan jalan/lalu

lintas, waktu tempuh, serta rambu-rambu petunjuk menuju objek.

d. Ancillary service segala sesuatu yang berkaitan dengan kelembagaan.

Menurut Damanik dan Weber (2006:16-17), kelembagaan diartikan baik

sebagai kebijakan maupun kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembagaan

pariwisata.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

12

2. Destinasi W isata Belanja

Hubungan antara belanja dan pariwisata dibedakan menjadi dua kategori.

Pertama ketika tujuan utama wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah untuk

berbelanja, maka istilah itu disebut wisata belanja. Kedua disebut turis belanja ketika

belanja menjadi aktivitas kedua atau pendamping dimana motivasi utam a selain

belanja seperti ecotourism , wisata budaya, wisata sejarah dll (Timothy dalam Tomori,

2010). Adanya hubungan yang signifikan antara pariwisata dan kegiatan belanja

menjadi latar belakang terbentuknya destinasi wisata yang memiliki spesialisasi

sebagai kawasan atau destinasi untuk berbelanja. Singkatnya destinasi wisata belanja

merupakan sebuah destinasi wisata yang atraksi utamanya adalah kegiatan berbelanja .

Sebagai destinasi wisata belanja perlu ada beberapa hal yang harus dilakukan agar

dapat mengoptimalkan peran destinasi tersebut.

Menurut Fredrich (2005), di dalam jurnalnya Shopping Tourism in Germany

terdapat enam faktor-faktor penentu suksesnya wisata belanja:

a. Regulasi : Peraturan daerah yang ters truktur dari pusat ke daerah dimana

destinasi tersebut berada merupakan hal yang penting. Penetapan hokum

dapat memberikan keamanan dan mempertahankan daya tarik wisata dari

pusat perdagangan.

b. Area : Area yang ditawarkan wisata belanja merupakan dampak dari

perdagangan lokal. Area dengan tipe dari daya tarik dari penawaran pariwisata

perlu diperhatikan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

13

c. Harga : Level harga memberikan pengaruh yang penting terlebih lagi untuk

kategori merchandise yang biasa dicari wisatawan. Karena terdapat perbedaan

nilai tukar mata uang, level harga menjadi tidak tetap.

d. Posisi : Lokasi destinasi yang strategis menjadi penting dengan didukung

aksesibilitas dan transportasi yang mudah dijangkau wisatawan.

e. Infrastruktur : Faktor kesuseksesan yang penting dari wisata belanja adalah

adanya daya tarik wisata. Kota dengan pertum buhan yang ideal maupun tidak

ideal dapat dikembangkan dengan adanya daya tarik wisata dan infrastrukstur

sebagai pelengkap. Infrastruktur sebagai penunjang pariwisata seperti

ketersediaan air bersih, listrik, pembuangan limbah cair dan padat, drainase,

telekomunikasi serta fasilitas lain bagi pekerja pariwisata seperti sekolah,

perpustakaan, klinik, kesehatan, tempat peribadatan, kantor pos, pusat

komunitas, dan tempat perbelanjaan.

f. Popularitas dan marketing : Pemasaran membutuhkan struktur organisasi yang

memadai dan berkompeten. Tantangan saat ini penaaran ditangani oleh

pemasaran kota yang memiliki anggota dalam jumlah banyak sehingga

membutuhkan anggaran yang besar.

3. Pengembangan Amenitas

Menurut Poerwardaminta (2005), pengembangan adalah suatu proses atau

cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna dan berguna. Pelaksanaan

pengembangan destinasi wisata sendiri memiliki beberapa aspek penting yang perlu

diutamakan. Strategi dalam mengembangkan sebuah destinasi wisata akan lebih

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

14

efektif dan efisien ketika didasarkan pada pokok utama permasalahan yang ada di

desa tersebut, terutama ketika salah satu komponen dalam destinasi wisata tersebut

dirasa belum memberikan perannya dengan maksimal. Cooper dkk (1993:103), telah

menjelaskan mengenai komponen 4A (Attraction, access, amenities, dan ancillary

service) pada suatu destinasi wisata, selain itu Fredrich (2005), melalui perspektif

sebagai Destinasi Wisata Belanja juga telah menjelaskan mengenai enam faktor

penentu suksesnya destinasi wisata belanja sehingga pengembangan suatu destinasi

wisata belanja dapat difokuskan pada komponen atau faktor apa yang menjadi

prioritas untuk dikembangkan.

Keputusan strategis pertama yang diperlukan untuk mencapai pengembangan

pariwisata secara cepat dan ekonomis, adalah konsentrasi investasi dari fasilitas fisik

dalam kawasan dengan prioritas pengembangan tinggi untuk membangun fasilitas

rekreasi yang user oriented, yang berfungsi bersamaan dengan fasilitas yang resource

oriented dalam kawasan prioritas tersebut (Hadinoto, 1996:166). Amenity atau

amenitas merupakan segala bentuk fasilitas (user oriented) pendukung yang terkait

dengan fasilitas fisik yang disediakan untuk wisatawan disuatu destinasi wisata. Yoeti

(2002:211), menjelaskan bahwa amenitas adalah fasilitas yang dimiliki daerah tujuan

wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, transportasi, rekreasi dan

lain-lain. Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan

amenitas pariwisata dapat disimpulkan sebagai segala upaya dalam melengkapi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

15

sebuah destinasi wisata dengan aspek fisiknya yang berupa amenitas atau fasilitas

yang menunjang kegiatan pariwisata.

Strategi pengembangan amenitas di sebuah des tinasi wisata melalui prinsip

sustainable tourism development (pengembangan pariwisata berkelanjutan) dapat

dilakukan dengan mengimplementasikan metode spatial strategis untuk

memanipulasi ruang atau area sehingga selanjutnya dapat ditentukan dimana lokasi

amenitas yang akan dibangun atau dikembangkan (Butterword – Hinneman, 2006 :

154). McCannell (via Butterword – Hinneman, 2006 : 154), menjelaskan mengenai

konsep menbedakan fungsi dan manipulasi zona dalam konteks pariwisata , the

frontstage merupakan zona yang sepenuhnya dipergunakan untuk keperluan

wisatawan (pengembangan amenitas, akomodasi dan kegiatan pariwisata ) dan the

backstage yang merupakan zona bagi masyarakat lokal. Pembatasan dua zona ini

dilakukan untuk menghindari efek negatif pada aspek sosial masyarakat lokal. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan metode landscaping untuk memisahkan zona

aktivitas pariwisata dan zona tinggal masyarakat lokal. Metode landscaping biasanya

dilakukan dengan pembangunan pembatas yang bersifat bisa dilihat atau bersuara

seperti pagar pembatas, jalan raya, dan kanal sungai (Butterword – Hinneman, 2006 :

160).

Rencana fisik detail untuk pengembangan kawasan harus disediakan untuk

menentukan fasilitas tambahan yang diperlukan, dengan tidak mengguncangkan

karakteristik ligkungan dan menjamin preservasi kualitas aslinya (Hadinoto,

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

16

1996:208). Penggembangan destinasi wisata dengan prinsip sustainable tourism

development menjadi solusi untuk mereduksi guncangan atau dampak negatif pada

aspek–aspek kehidupan masyarakat lokal dan lingkungan. Menurut UNWTO

(2004:7), dalam buku “Indicators of Sustainable Tourism Developments for Tourism

Destinations”, pengembangan destinasi wisata memiliki 3 indikator yaitu

environmental (lingkungan), socio-cultural (sosio-kultural), dan economic (ekonom i),

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Enviromental : Mengoptimalisasi penggunaan sumber daya alam sebagai

faktor utama pengembangan pariwisata, mendorong pelestarian lingkungan

dan konservasi keragaman hayati di dalamya.

2. Socio-cultural : Menghormati nila-nilai kelokalan dan budaya masyarakat

setempat, serta turut berkontribusi menumbuhkan toleransi dalam pemahaman

lintas budaya.

3. Economic : Memastikan adanya pertumbuhan ekonom i bagi masyarakat

sekitar untuk pengentasan kemiskinan yang dapat berupa menumbuhkan

lapangan kerja bagi masyarakat setempat, menumbuhkan benih usaha lokal ,

dan pemerataan pendapatan dari pengembangan yang telah dilakukan.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

17

Gambar 1: Kerangka Konseptual

.

(Sumber : Amin, September 2017)

1.8 Metode Penelitian

Metode yang dipakai pada penelitia n ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

dengan pendekatan kualitatif adalah proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan m elakukan studi pada situasi

yang alami (Creswell via Utama dan Mahadewi, 2012:119). Hasil dari penelitian ini

bertujuan untuk menyusun dan mendeskripsikan pemodelan strategi pengembangan

pada amenitas pariwisata yang belum terdapat dan perlu ditambahkan di Desa Wisata

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

18

Kasongan sebagai upaya untuk menjadikan desa wisata tersebut sebagai destinasi

wisata belanja. Hasil tersebut didapat melalui observasi, wawancara, dan studi

pustaka untuk mengumpulkan data - data yang diperlukan. Pada tahap selanjutnya

data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan teori untuk mengambil keputusan

dalam pembuatan pemodelan mengenai strategi pengembangan amenitas di Desa

Wisata Kasongan.

1.8.1 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan informasi yang diperoleh dari sumber utama atau

langsung dari responden. Data primer dapat berupa opini subjek (responden) secara

individual maupun komunal, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian

atau kegiatan, dan hasil ujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data

primer yaitu metode observasi dan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber utama, melainkan melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder dapat berbentuk bukti, laporan maupun catatan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak

dipublikasikan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

19

1.8.2 Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengambilan data dilakukan melalui observasi atau pengamatan langsung

tentang bagaimana keadaan amenitas yang ada di Desa Wisata Kasongan . Observasi

adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Utama dan Mahadewi, 2012:52).

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum objek yang sedang

diteliti. Hasil dari melakukan metode observasi ini adalah kondisi aktual dan data

visual fisik lapangan yang berguna bagi pembentukan konsep strategi pengembangan

aspek amenitas yang ada di Desa Wisata Kasongan.

2. Wawancara

Wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang memuat pokok-pokok

masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung

mengikuti situasi. Pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai

apabila ternyata ia menyimpang. Pedoman interview berfungsi sebagai pengendali,

jangan proses wawancara kehilangan arah (Utama dan Mahadewi, 2012:64). Dalam

proses wawancara ini dilakukan metode sampling untuk menentukan narasumber

yang sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu mengenai aspek amenitas di Desa

Wisata Kasongan.

3. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara studi pustaka dilakukan sebagai acuan dalam

penelitian ini. Data didapatkan dari seluruh literatur yang terkait dengan objek yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

20

akan diteliti dan memiliki fokus yang sama dengan penelitian ini melalui perpustakan

dan sistem dalam jaringan atau internet.

1.8.3 Metode Sampling

Utama dan Mahadewi (2012:68), menjelaskan sampel yang diambil dalam

penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dan mengarah pada sentralisasi

permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari populasinya. Teknik

sampling yang digunakan adalah teknik nonrandom sampling, Utama dan Mahadewi

(2012:70), menjelaskan tidak semua individu atau elemen dalam populasi mendapat

peluang atau kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Jadi, bersifat

subjektif, bergantung kepada kebutuhan petugas yang mengambil sampel. Jenis

sampel yang dipilih merupakan non probability sampling, menurut Utama dan

Mahadewi (2012:74), dalam non probability sampling individu tidak mendapat

propability atau kemungkinan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Secara

teknis pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan teori terbatas (non

probability), salah satunya adalah purposive sampling. Utama dan Mahadewi

(2012:75), menjelaskan purposive sampling merupakan sampel yang diambil

berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti, di mana persyaratan yang dibuat sebagai

kriteria harus dipenuhi sebagai sampel, jadi dasar pertim bangannya ditentukan

tersendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peniliti menentukan sampel atau

narasumber berdasarkan pengetahuan dan kepemilikan kewenangan terhadap aspek

amenitas di Desa W isata Kasongan, contohnya kepala dukuh, pegawai kelurahan,

atau pengurus desa wisata.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

21

1.8.4 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif,

yaitu: a) mengadakan klasifikasi data, b) memaparkan atau mendeskripsikan data-

data yang ada, c) menginterpretasikan data yang diperoleh ke dalam bentuk kalimat

(Kartono, 1996). Data yang telah didapat akan diklasisfikasikan m enurut pokok

bahasan yang akan dipaparkan dalam hal ini terkait dengan data mengenai amenitas

pariwisata di Desa Wisata Kasongan. Seluruh data mengenai hal tersebut kemudian

akan deskripsikan secara rinci sebagai acuan untuk melakukan analisis. Pada bagian

selanjutnya seluruh data yang telah ditemukan tadi akan dianalasis sesuai dengan

teori yang digunakan dalam penelitian. Hasil analisis tersebut lalu akan

diinterpretasikan dalam bentuk kalimat yang menjelasakan mengenai strategi

pengembangan amenitas pariwisata dan disertakan pemodelan mengenai strategi

pengembangan amenitas di Desa W isata Kasongan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/156863/potongan/S1-2018... · utamanya. Hal ini tidak terlepas karena produk kerajinan dengan bahan baku

22

1.9 Sistematika Penulisan

Bab I: PENDAHULUAN

Bab pertama merupakan pendahuluan, pada bagian ini diuraikan mengenai

latar belakang penelitian, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori yang digunakan,

metode penelitian, dan sistematika penulisan yang diterapkan.

Bab II: GAMBARAN UMUM

Bab kedua merupakan gambaran umum, pada bagian ini diuraikan mengenai

kondisi aktual Desa Wisata Kasongan.

Bab III: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ketiga merupakan hasil dan pembahasan, pada bagian ini diuraikan

mengenai uji validitas dan reliabilitas, deskripsi, responden, analisis variable dan

pengujian hipotesis dari hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan.

Bab IV: PENUTUP

Bab keempat merupakan kesimpulan dan saran, pada bagian ini diuraikan

pernarikan kesim pulan pada hasil penelitian yang telah dilakukan serta saran bagi

pemangku kebijakan dan bagi penelitian selanjutnya.