bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri jasa transportasi saat ini memegang peranan
penting dan berkembang pesat dalam hal distribusi (pengangkutan atau
pengiriman) baik distribusi barang maupun jasa yang ditujukan kepada konsumen
di suatu negara. Jasa transportasi yang diberikan oleh perusahaan mempunyai
keunggulan yang ditawarkan kepada konsumen. Strategi pemasaran menjadi hal
penting yang harus dilakukan perusahaan untuk mewujudkan tingkat kepuasan
konsumen yang maksimal selain itu juga untuk mempertahankan konsumen agar
tidak berpindah ke perusahaan jasa transportasi lain. Di dalam industri jasa
transportasi kita mengenal tiga jenis transportasi , yaitu : Transportasi Darat ,
Transportasi Laut dan Transportasi Udara. Salah satu jenis jasa Transportasi Darat
adalah Bus, dimana Bus yang beroperasi di Indonesia memiliki tiga jenis tipe
transportasi yang didasarkan pada daerah atau wilayah yang dilaluinya , yaitu :
Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) &
Pariwisata. Jasa transportasi Bus merupakan bentuk pelayanan jasa yang diberikan
perusahaan kepada konsumen untuk mengantarkan konsumen dari satu tempat ke
tempat lain dengan memberikan tingkat pelayanan dan kepuasan yang terbaik
selama perjalanan. Saat ini Bus yang beroperasi di Indonesia sangat banyak dari
berbagai macam perusahaan jasa transportasi Bus milik Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
2
Dalam era saat ini semakin banyak PO yang mengubah diri mereka
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan tidak hanya fokus pada jasa transportasi
darat saja (Antar Kota Antar Propinsi atau Dalam Propinsi atau Pariwisata), tetapi
semakin mengembangkan sayapnya dengan merambah bidang usaha lain
misalnya jasa titipan paket baik domestik, atau jasa Travel, hal ini telah dilakukan
oleh beberapa perusahaan besar misalnya PT Pahala Kencana, PT Eka Sari
Lorena, PT Rosalia Indah, dsb. Ini membuktikan persaingan Perusahaan Jasa
transportasi darat khususnya bus semakin tahun semakin ketat dan tidak hanya
berbentuk PO lagi tetapi telah menjelma menjadi perusahaan yang lebih besar lagi
dengan berbentuk PT.
Semakin berkembangnya jumlah penduduk dan semakin besarnya minat
masyarakat menggunakan jasa transportasi darat khususnya jasa transportasi bus
untuk melakukan tour atau bepergian ke berbagai daerah, menyebabkan semakin
banyak para pengusaha baru yang melirik peluang bisnis dalam bidang jasa
transportasi bus dalam bentuk Perusahaan Otobus yang selanjutnya disebut PO.
Hal ini diikuti pula dengan perkembangan usaha dalam bentuk jasa transportasi
khususnya PO yang semakin pesat, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya
jumlah bus pariwisata yang singgah di objek daerah tujuan wisata dan semakin
banyak PO baru yang bermunculan sehingga menyebabkan persaingan antar PO
semakin ketat dalam melayani Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Antar Kota
Antar Propinsi (AKAP), dan Pariwisata.
Menurut Ariani (2003:8-9) faktor utama yang menentukan kinerja suatu
perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang
3
berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumennya. Oleh Karena itu, organisasi / perusahaan perlu mengenal
konsumen / pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya.
Menurut Schnaars, pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk
menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan
dapat memberikan manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan
pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian
ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan terbentuk suatu rekomendasi dari
mulut kemulut yang menguntungkan bagi perusahaan (Fandy 1997:24).
Peranan bus sebagai sarana transportasi menjadi penting bagi daerah atau
propinsi di Indonesia yang secara langsung sebagai penunjang sektor pariwisata.
Oleh sebab itu bus diharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada para
konsumen dengan berupaya memberikan semaksimal mungkin pemenuhan
keinginan konsumen.
PO Nusantara merupakan salah satu perusahan jasa transportasi bus yang
melayani angkutan penumpang antar kota dalam propinsi (AKDP), antar kota antar
propinsi (AKAP) & pariwisata yang melayani rute Jawa, Bali, & Sumatra. PO
Nusantara dituntut supaya terus dapat bersaing dengan PO lainnya agar
kelangsungan hidup perusahaan dapat terarah kedepannya, sehingga diperlukan
suatu perencanaan strategi pemasaran yang tepat supaya PO Nusantara tetap
mampu bersaing dengan para kompetitor. Ditengah intensitas persaingan yang
4
semakin tinggi PO Nusantara dapat selalu mempertahankan eksistensinya sebagai
PO yang unggul di Kabupaten Kudus.
Strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh perusahaan juga sangat
berbeda dari jasa transportasi yang lain yaitu beberapa diantaranya, memberikan
pelayanan & fasilitas terbaik kepada konsumen, serta harga yang kompetitif.
Strategi kegiatan pemasaran yang baik yaitu dapat membuat konsumen mengerti
dan memamahami apa saja keunggulan dari sebuah produk yang ditawarkan
perusahaan kepada konsumen, sehingga konsumen dapat menyesuaikan dengan
kebutuhannya akan produk yang ditawarkan tersebut dan pada akhirnya
konsumen dapat terus loyal untuk menggunakan produk yang ditawarkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahan yang
akan dikaji dalam usulan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pemasaran bus pariwisata PO Nusantara dalam
meningkatkan jumlah konsumen?
2. Bagaimana penerapan strategi pemasaran jika dikaitkan dengan dinamika
penjualan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitiaan ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui strategi pemasaran bus pariwisata PO Nusantara dalam
meningkatkan jumlah konsumen.
5
2. Untuk mengetahui penerapan strategi pemasaran terhadap dinamika
penjualan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
perusahaan bus untuk melakukan pembenahan pada berbagai hal yang
nantinya menjadi temuan peneliti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan strategi
pemasaran.
c. Sumber informasi data sekunder untuk aspek penelitian yang sama.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah dalam
penelitian Ilmu Pariwisata di Indonesia mengingat kajiannya yang masih
terbatas. Diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan dapat
dijadikan sebagai sumber acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pemasaran perusahaan jasa transportasi.
1.5 Batasan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas dalam
penelitian ini peneliti membahas tentang strategi pemasaran PO Nusantara.
6
Karena dalam penelitian ini peneliti menghadapi kendala waktu, tenaga, dan akses
untuk memperoleh data dari perusahaan pesaing, maka perlu dilakukan
pembatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah PO Nusantara
yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi darat bus
yang melayani Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Antar Kota Antar
Propinsi (AKAP), dan Pariwisata.
2. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah strategi
pemasaran bus pariwisata PO Nusantara dalam meningkatkan jumlah
konsumen.
1.6 Tinjauan Pustaka
Handro Tumpal (2012) meneliti tentang Pengaruh Citra Perusahaan Dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen PO Nusantara. Peneliti
sendiri berasal dari Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diduga citra perusahaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen PO
Nuasantara. Jika citra perusahaan yang dimiliki sudah baik, maka kepuasan
konsumen akan meningkat. Kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan konsumen PO Nuasantara. Jika Kualitas pelayanan
yang diterapkan sudah baik, maka kepuasan konsumen akan meningkat. Citra
perusahaan dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen,
7
namun demikian citra perusahaan memiliki pengaruh dominan dari kualitas
pelayanan.
Wahju Nugroho (2009) meneliti tentang Analisis Persepsi Kualitas
Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan Konsumen Pengguna Bus Malam Cepat PO
Sedya Mulya. Peneliti berasal dari Program Studi Magister Manajemen,
Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan :
1. Keseluruhan dimensi kualitas pelayanan yang diteliti (tangibles,
reliability, responsiveness, assurance dan emphaty) secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepuasan penumpang
yang berarti dimensi kualitas pelayanan beserta indikatorindikatornya
memberikan pengaruh nyata terhadap kepuasan penumpang bus malam
PO Sedya Mulya.
2. Keseluruhan dimensi kualitas pelayanan yang diteliti yang terdiri dari
tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty, masing-
masing secara individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat kepuasan penumpang bus malam Sedya Mulya.
3. Dimensi responsiveness dengan nilai koefisien regresi standar yaitu
sebesar 516 telah terbukti menjadi dimensi yang paling berpengaruh atau
dominan apabila dibandingkan dengan dimensi-dimensi tangibles,
reliability, assurance atau emphaty.
8
1.7 Landasan Teori
1.7.1 Manajemen Transportasi
Menurut Siregar (1990:3), transportasi diartikan sebagai proses
mengangkut atau membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat ke tempat yang
lainnya. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
transportasi akan terjadi apabila dipenuhi beberapa persyaratan dengan adanya
muatan yang diangkut, tersedianya alat angkut yang memadai dan terdapata
fasilitas jalan yang akan dilalui.
Manajemen transportasi adalah sebagai usaha dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan penghasilan jasa angkutan oleh perusahaan angkutan
sedemikian rupa, sehingga dengan tarif yang berlaku dapat memenuhi
kepentingan umum. Pada umumnya manajemen transportasi menghadapi tiga
tugas utama :
1. Menyusun rencana dan progam untuk mencapai tujuan dan misi organisasi
secara keseluruhan.
2. Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
3. Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam pengoperasikan angkutan
kota. Masalah umum manajemen lalu lintas adalah bagaimana mencapai
optimalisasi kapasitas angkutan. Kapasitas angkutan adalah kemampuan suatu
alat angkut untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke
tempat tertentu. Unsur-unsur kapasitas angkutan menurut Abbas Salim
9
(1993:10) terdiri dari berat dan muatan, jarak yang ditempuh, waktu yang
dibutuhkan.
Dari penjelasan di atas peneliti mengambil kesimpulan utnuk pemanfatan
maksimum dari kapasitas angkutan, manajemen lalu lintas harus mampu
mencapai efisiensi dan operasional yang tinggi, mencapai standar perawatan yang
layak jalan dari kendaraan dan dapat mencapai organisasi yang sehat dengan
standar tanggung jawab manajemen yang tinggi.
1.7.2 Manajemen Perjalanan Wisata
Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage yang memiliki
kesamaan dengan kata to hand yang berarti “mengurus”, to control “memeriksa”,
to guide “memimpin atau membimbing”, jadi apabila dilihat dari asal katanya
manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.
Manajemen adalah suatu proses yang diterapkan oleh individu atau
kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Dalam
skala aktivitas manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas mengatur,
menertibkan dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang, sehingga mampu
mengemukakan, menata, merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya sesuai
dengan prinsip-prinsip serta menjadikan hidup lebih selaras, serasi dengan yang
lainnya.
Menurut M. A. Desky (1999:6) manajemen perjalanan wisata adalah ilmu
yang mengatur agar suatu perjalanan wisata baik di dalam negeri maupun di luar
negeri dapat berjalan dengan lancar serta memuaskan wisatawan dan dalam
10
pengaturannya memanfaatkan segala potensi yang ada secara efektif dan efisien.
1.7.3 Manajemen Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi berasal dari kata
Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan
ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai
sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan.
Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan tersebut dapat dicapai. Selanjutnya Quinn (1999:10) mengartikan strategi
adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama,
kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu
kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu
penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi
suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun
berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan
dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata
musuh.
Dari kedua pendapat di atas, maka manajemen strategi dapat diartikan
sebagai suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai
11
tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan, kebijakan, dan tindakan
yang harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan
menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki
keunggulan kompetitif. Hal ini seperti yang diungkapkan Ohmae (1999:10) bahwa
strategi bisnis, dalam suatu kata, adalah mengenai keunggulan kompetitif. Satu-
satunya tujuan dari perencanaan strategis adalah memungkinkan perusahaan
memperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas
saingan mereka. Strategi koorperasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk
mengubah kekuatan perusahaan relatif terhadap saingan dengan seefisien
mungkin.
Setiap perusahaan atau organisasi, khususnya jasa, bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Oleh karena itu, setiap
strategi perusahaan atau organisasi harus diarahkan bagi para pelanggan. Hal ini
seperti yang dijelaskan Hamel dan Prahalad (1995:31) bahwa strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan.
1.7.4 Manajemen Pemasaran
Berkaitan dengan semakin ketatnya persaingan bisnis khususnya di bidang
jasa transportasi, maka untuk dapat memenangkan persaingan sekaligus dapat
bertahan, PO Nusantara melakukan berbagai strategi dalam menjalankan
bisnisnya. Selain harga yang menjadi pertimbangan ada beberapa pertimbangan
lain yang tak kalah penting antara lain yaitu pemasaran.
12
Pada umumnya setiap perusahaan menginginkan produk atau jasa yang
ditawarkan kepada konsumennya dapat diterima. Karena adanya sikap mau
menerima produk atau jasa yang diberikan perusahaan itu merupakan cermin
konsumen mempunyai karakteristik terhadap produk atau jasa tersebut. Hal ini
merupakan keuntungan bagi perusahaan didalam menarik perhatian konsumen
terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Kotler (2001:7) pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan
nilai dengan orang lain. analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian
program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara
pertukaran yang menguntungkan dengan membeli sasaran, untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Kotler (2001:38) manajemen pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan
dengan membeli sasaran, untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini mencakup
lebih dari sekedar mendapat pelanggan yang cukup untuk menghabiskan output
perusahaan.
1.7.5 Segmentasi Pasar
Menurut Peter Doyle (2006:22) secara khusus menyatakan bahwa
keberhasilan pemasaran produk sangat dipengaruhi oleh keberhasilan perusahaan
13
memilih segmen pasar secara tepat dan menyusun marketing mix yang dapat
diterima oleh setiap segmen pasar yang dipilih.
Segmen pasar adalah bagian dari pasar secara keseluruhan. Sedangkan
bagi setiap perusahaan pasar adalah orang perorangan dan organisasi yang
membutuhkan produk mereka serta mempunyai kemampuan untuk membelinya.
Segmen pasar terdiri dari pembeli potensial tertentu yang memenuhi kriteria yang
sama. Kriteria berupa demografis, tingkat tenaga beli, umur, ras, suku, gender,
serta faktor – faktor situasi khusus.
Segmentasi Consumer Market, dalam bukunya Marketing An Introduction,
Philip Kotler dan Gary Amstrong membagi segmen pasar tersebut dilakukan
berdasarkan perbedaan empat macam kriteria yang berikut :
1. Segmentasi Pasar Secara Geografis
Secara geografis pasar dapat dikelompokan menjadi beberapa segmen
yaitu segmen pasar internasional, nasional, lokal, dalam dan luar kota.
Memusatkan pemasaran hasil produksi pada satu atau beberapa daerah
geografis seringkali memberikan manfaat tersendiri bagi jenis-jenis usaha
bisnis tertentu. Misalnya supermarket dan toserba yang selalu memusatkan
usahanya pada kota – kota besar tertentu saja. Karena jumlah hasil penjualan
produk yang diperoleh dari konsumen di kota – kota besar cukup banyak
untuk menutup biaya operasional dan memperoleh keuntungan.
2. Segmentasi Pasar Secara Psikhografis
Yang termasuk dalam faktor psikogarfis adalah penggolongan sosial,
gaya hidup, dan pola konsumsi. Ketiga faktor psikografis tersebut
14
mempengaruhi kebutuhan, pola konsumsi, dan keinginan seseorang untuk
memiliki barang dan jasa.
Semakin maju kehidupan ekonomi suatu negara maka semakin banyak
jenjang pengelompokan golongan sosial penduduknya.
Philip Kotler dan Gary Amstrong menyebutkan berdasarkan tingkat
penghasilan di bagi menjadi tujuh strata kelas sosial yaitu golongan teratas,
golongan atas, golongan menegah atas, golongan menengah, golongan
pekerja, golongan bawah atas, dan golongan bawah.
Konsumen Golongan Atas ; Kebanyakan negara berkembang Asia,
Afrika, dan Amerika Latin jumlah golongan sosial kelas atas hanya sedikit.
Namun mereka memiliki penghasilan dan harta kekayaan sangat banyak.
Kebanyakan mereka mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi
sebagian besar mereka berprofesi sebagai manajemen di perkantoran
pemerintah. Mereka menjadi konsumen berbagai macam barang dan jasa
mewah yang dihasilkan oleh banyak perusahaan dalam dan luar negeri.
Konsumen Golongan Menengah ; Jumlah golongan menengah di
negara – negara berkembang tidak sama. Namun di kebanyakan negara
berkembang jumlah penduduk kelas menengah dibandingkan dengan seluruh
jumlah penduduk relatif sedikit. Kebanyakan penduduk kelas menengah
berprofesi sebagai manajemen atau karyawan perusahaan swasta, instansi
pemerintah, tenaga akademis, dan pengusaha kecil. Latar belakang pendidikan
mereka cukup tinggi.
Jumlah penghasilan yang diperoleh penduduk kelas menengah lebih
15
besar dari jumlah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Namun tidak sedikit pula penduduk golongan menengah yang penghasilannya
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Konsumen Golongan Bawah ; Di hampir seluruh negara berkembang
jumlah penduduk kelas bawah paling banyak dibandingkan dengan jumlah
kedua golongan sosial penduduk yang lain. Sebagian besar mereka bekerja di
sektor pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan jasa, eceran, dan sektor
in-formal. Penghasilan mereka rendah oleh karena itu tenaga belinya juga
rendah. Oleh karena tenaga belinya rendah mereka tidak mampu membiayai
pendidikan anak-anaknya sampai tingkat pendidikan kelas menegah atau
menegah atas.
Mereka mengkonsumsi beraneka ragam barang dan jasa dengan harga
yang relatif lebih murah. Oleh karena jumlah mereka banyak segmen pasar
konsumen golongan bawah seringkali cukup menjanjikan bagi perusahaan –
perusahaan yang memilih konsumen golongan bawah sebagai segmen pasar
yang mereka layani.
3. Segmentasi Pasar Secara Behavioristik
Dalam segmentasi pasar secara behavioristik konsumen dibagi menjadi
beberapa segmen pasar berdasarkan jadwal pemakain produk, manfaat yang
ingin diperoleh, status pemakai, intensitas konsumsi, kesetiaan, dan kesiapan
membeli.
Jadwal pembelian, konsumen dapat dibedakan menjadi pembeli tetap
dan pembeli musiman. Para pimpinan negara, pejabat, dan sebagainya
16
merupakan pelanggan perusahaan penerbangan, kapal, kereta api, bus antar
kota, dan rumah penginapan. Sepanjang tahun mereka berpergian ke luar kota
untuk urusan pekerjaan, oleh karena itu sepanjang tahun mereka
mempergunakan jasa perusahaan angkutan udara, darat, dan laut serta jasa
penginapan.
Sedangkan pihak pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga dapat
dikategorikan sebagai pembeli musiman jasa perusahaan angkutan udara, laut,
darat, dan jasa penginapan. Jumlah permintaan mereka akan jasa prusahaan
pariwisata pada musim liburan sekolah dan hari raya meningkat. Dengan hal
itu upaya perusahaan jasa pariwisata mempromosikan produk mereka kepada
segmen pasar tersebut hanya dapat efektif pada masa menjelang dan selama
masa liburan berlangsung.
Manfaat yang diperoleh konsumen dari produk yang dibeli berbeda –
beda. Dalam kaitannya dengan harga dan manfaat produk konsumen dapat
dibagi menjadi dua segmen, yaitu mereka yang menganggap harga bersaing
sebagai kepuasan yang mereka cari dan mereka yang lebih mengutamakan
kepuasan yang tidak bersangkutan dengan harga. Kepuasan non-harga adalah
kebanggaan memiliki atau menikmati barang atau jasa yang dibeli,
peningkatan status sosial karena memiliki produk yang dibeli.
1.7.6 Bauran Pemasaran [Marketing Mix]
Marketing mix merupakan salah satu strategi pemasaran yang paling
banyak digunakan oleh pemasar (marketer). Strategi ini tidak hanya diaplikasikan
pada bisnis produk dan jasa semata, tetapi dapat diterapkan pada model
17
pengelolaan perguruan tinggi yang dimasukan ke dalam model bisnis jasa (Andre,
2009; Sembiring, 2009). Selain itu, kualitas dalam jasa adalah faktor terpenting
sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tciptono 2000 dalam
Sembiring, 2009). Lebih lanjut, marketing mix memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas jasa (Sembiring, 2009). Mc Carthy dalam
Dharmmesta (1997) membagi kombinasi aspek-aspek strategi pemasaran atau
yang lebih dikenal dengan sebutan 4 P dari marketing mix. Aspek-aspek 4 P dapat
dilihat pada Tabel 1.1. :
Tabel 1.1. Perincian 4 P dari Marketing Mix
Sumber : Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen (1997:125)
Dari tabel 1.1 di atas dapat disimpulkan bahwa marketing mix (4 P) terdiri
dari product, place, promotion, dan price. Santon dalam Dharmmesta, (1997:124)
mendefinisikan marketing mix sebagai:
Kombinasi dari empat variabel atau kegiatan inti dari sistem pemasaran
perusahaan yang terdiri dari 4 P dan tiap bagian dari marketing mix tersebut
18
merupakan variabel-variabel terkendali (controllabel) yang dapat digunakan
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar tertentu
yang dituju perusahaan (Dharmmesta, 1997:124).
Aspek-aspek 4 P sangat menunjang keberhasilan sebuah perusahaan dalam
mencapai tujuan yang ditargetkan. Selain untuk mendukung aktifitas manajemen,
maka diperlukan tambahan variabel yang khusus menangani model bisnis jasa.
Menururt Lovelock dan Wright, (2005) ada model 7P manajemen jasa terpadu
yang menyoroti delapan variabel keputusan bagi manajer perusahaan jasa yaitu,
Product, Price, Place, Process, People, Promotion and Education, Phisycal
Evidence.
Untuk mengelaborasi strategi marketing mix, maka Lovelock dan Wright,
(2005) membaginya ke dalam 7 kategori yaitu:
1. Product
Banyak orang berfikir bahwa produk merupakan barang yang ditawarkan
berupa barang yang terlihat secara kasat mata. Tetapi produk secara luas
menawarkan kepuasan atas keinginan dan kebutuhan termasuk barang secara
fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, organisasi, informasi, ataupun
ide. Selain itu, produk memuat semua komponen kinerja jasa yang menciptakan
nilai bagi pelanggan. Bagi pemakai jasa perguruan tinggi, produk dapat
disimpulkan sebagai elemen terpenting dari sebuah jasa pendidikan, dengan upaya
untuk memuaskan konsumen atas keinginan dan kebutuhannya yang bersifat tidak
berwujud (intangible) dan hanya dapat dikonsumsi pada waktu yang bersamaan
19
dengan partisipasi konsumen yang prosesnya tidak dapat disimpan. Dalam hal ini,
jasa diarahkan pada tindakan intangible atau diarahkan pada mental manusia,
yaitu pendidikan.
2. Price
Harga merupakan pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan
untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Tetapi harga dapat hadir dengan berbagai
bentuk dan berbagai macam fungsi seperti, sewa, biaya kuliah, ongkos, tarif, bea,
biaya gaji dan komisi menjadi harga yang kita bayar sebagai usaha untuk
mendapatkan barang maupun jasa yang kita butuhkan, sehingga konsumen akan
bersedia membayar lebih untuk suatu merek di atas produk-produk sejenis karena
merek tersebut dipersepsikan mempunyai nilai lebih (value added) dibandingkan
dengan komoditas generik.
3. Place
Tempat merupakan keputusan manajemen mengenai kapan, dimana, dan
bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. Pentingnya tempat atau lokasi
tergantung pada jenis dan tingkat interaksi yang terlibat. Kotler dan Keller (2009)
dalam bukunya yang berjudul “Marketing Management” menyatakan bahwa place
(distribusi) mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi
konsumen sasaran. Untuk penyediaan jasa pendidikan, maka interaksi penyedia
jasa dengan pelanggan terdiri dari 2 interaksi yaitu, pelanggan mendatangi
penyedia jasa, penyedia jasa mendatangi pelanggan atau pelanggan dan penyedia
jasa mentransaksikan bisnis dalam jarak jauh.
20
4. Promotion and Education
Promosi dan edukasi sebagai semua aktivitas dan alat yang menggugah
komunikasi dan dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa
dan penyedia jasa tertentu. Promosi yang menyangkut ketersediaan informasi
mengenai administrasi dan registrasi perkuliahan turut menjadi faktor penentu
dalam aktivitas promosi. melakukan penelitian bahwa brand awareness harus
selalu ditingkatkan dengan melakukan brand recall, maka itu diperlukan
pengelolaan promosi yang akan membantu perusahaan dalam menstimuli
pembelian atas barang maupun.
5. Process
Proses adalah metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu,
yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang
telah ditetapkan. Lingkungan fisik termasuk ke dalam bagian proses dari
penyediaan jasa pendidikan. Lingkungan fisik menjadi faktor pendukung penentu
keputusan calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi yang akan
dimasukinya. Diantaranya adalah proses yang dimulai dengan kunjungan untuk
melihat bangunan, ruang kuliah, perpustakaan, laboratorium komputer dan
manusia, dimana penyedia jasa dan konsumennya berinteraksi dan setiap
komponen tangible memfasilitasi penampilan atau kounikasi jasa tersebut.
6. People
People bagi pemasaran jasa menjadi sangat penting, keberhasilan
memasarkan suatu jasa berkaitan erat dengan selection, training, motivation, dan
21
management people. Orang adalah karyawan (dan kadang-kadang pelanggan lain)
yang terlibat dalam proses produksi. Yang termasuk kedalam people terdiri dari
staff pengajar, staff administrasi, pustakawan dan teknisi, yang dimiliki oleh
lembaga pendidikan tersebut yang memainkan peranannya selama proses
komunikasi jasa berlangsung. Staff yang penuh perhatian, cekatan dan ramah
dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, oleh karena itu personil dan
orang-orang yang profesional dalam bidangnya juga akan mempengaruhi
keputusan calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi.
7. Phisycal Evidence
Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang
memberikan bukti atas kualitas jasa. Bukti fisik dapat berupa fasilitas seperti
gedung, kelas, laboratorium yang dimiliki Universitas, penampilan pegawai,
dosen, staff dan manajemen Universitas yang secara langsung dapat dilihat oleh
calon mahasiswa. Lingkungan fisik ini dapat mempengaruhi persepsi konsumen
dan kualitas pelayananan jasa.
1.8 Metode Penelitian
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Sementara Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2007) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan
22
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
1.8.1 Teknik Pengumpulan Data
A. Data Primer
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi Langsung
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung
mengenai kegiatan yang di lakukan. Kegiatan observasi yang dilakukan oleh
penulis akan tertuju pada direktorat pemasaran divisi bus pariwisata PO
Nusantara di Kantor Pusat (Pool) Jalan Raya Kudus - Demak Km.4
Karanganyar - Demak, Jawa Tengah (Suharsimi Arikunto, 1998:235).
“Mengamati adalah menatap kejadian gerak atau proses. Mengamati
bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi minat dan
kecenderungan – kecenderungan yang ada padanya padahal hasil pengamatan
harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang. Dengan lain perkataan,
pengamatan harus obyektif.”
2. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan
responden yang sudah di pilih untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
penulis. Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
23
(interviewer) (Suharsimi Arikunto, 1998:236). Penulis akan melakukan
wawancara secara mendalam untuk mendapatkan informasi yang lebih kepada
narasumber yang berkompeten atau pelaku langsung yang berada di lapangan,
terkait dengan bahasan skripsi penulis. Wawancara digunakan untuk
mengetahui sejauh mana mekanisme yang telah dijalankan dalam melayani
pelanggan. Pemilihan responden dalam teknik pengumpulan data melalui
wawancara menggunakan purposive sampling. Dalam purposive sampling
peneliti telah memiliki sasaran tersendiri dalam pemilihan responden yang
akan di wawancara.
Tujuannya adalah untuk menghindari meluasnya bahasan dalam
penelitian. Responden dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah
pihak yang paling baik untuk dijadikan responden. Jenis ini dinamakan
judgement sampling yang pada umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi responden karena mereka mempunyai kekayaan informasi yang sesuai
dengan keinginan peneliti.
Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah:
a. Key Infroman yaitu mewawancarai informan kunci yang mampu
memberikan informasi tentang data yang dibutuhkan, Bapak Handojo
Budianto selaku Direktur Utama PO Nusantara, Bapak Andy
Dharmawan selaku Manager Operasional PO Nusantara, dan Bahharizki
Novrie Maulana Staff Operasional PO Nusantara.
b. Depth Interview yaitu wawancara mendalam kepada informan.
24
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan
data yang di peroleh melalui dokumen yang telah ada dan telah dibukukan
sebelumnya. Peneliti mencari dan mendapatkan data-data primer melalui data
kearsipan manajemen PO Nusantara (baik dalam bentuk barang cetakan
maupun rekaman) data penjualan bus pariwisata dari tahun 2011 sampai 2013,
data gambar bus pariwisata dan lain sebagainya (Supardi, 2005:138).
B. Data Sekunder
Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan,
skripsi, tesis, atau karya ilmiah, laman website dan artikel-artikel yang berkaitan
dengan penelitian ini. Relevansi dari sumber data sekunder dipergunkan untuk
menguatkan analisis untuk mempertegas hasil dari penelitian ini.
1.8.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini diperlukan untuk menganalisis data temuan yang
ditemukan oleh peneliti. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah
disebutkan di atas analisis data terdiri dari observasi langsung, studi pustaka,
wawancara, dan dokumentasi. Diantara data-data yang di sebutkan tadi peneliti
akan menjelaskannya dalam sub bab ini.
Penulisan kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Langkah-
langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah membuat catatan -
catatan dalam bentuk verbatim wawancara, mereduksi data dengan cara
25
membuang data – data yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
Selanjutnya dihubungkan pola pengembangan tertentu atau menjadi hipotesis.
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting karena
mempunyai fungsi untuk menjelaskan garis-garis besar masing-masing bab agar
saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan
dalam penyusunannya sehingga terhindar dari kesalahan ketika penyajian
pembahasan masalah.
Skripsi ini akan terdiri dari empat bab ;
Bab Pertama, berupa pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab Kedua, berupa gambaran umum obyek penelitian berisi gambaran umum
perusahaan, sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur
organisasi, operasional perusahaan, produk perusahaan.
Bab Ketiga, berupa pembahasan dan analisis strategi pemasaran terhadap
dinamika penjualan dari tahun 2011-2013.
Bab Keempat, berupa saran dan kesimpulan
Selain itu, terdapat pula lampiran meliputi daftar gambar, daftar tabel,
daftar grafik, daftar bagan, dan daftar informan.