bab i pendahuluan 1.1 latar belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang...

75
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IFRS (International Financial Reporting Standards) merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang digunakan sebagai standard secara global dan telah disepakati. Indonesia, telah melakukan adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Perbedaan antara PSAK berdasar US GAAP dengan IFRS adalah yang sebelumnya PSAK menganut historical cost mengubah paradigma menjadi fair value based. Nilai wajar yang diatur dalam FASB Concept Statement No.7 adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran. IFRS merupakan standar akuntansi global yang bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi. Salah satu kriteria laporan keuangan dengan kredibilitas tinggi dengan didukung adanya opini dari auditor independen yang menilai apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar dan benar. Auditor melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengaudit laporan keuangan dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai, balasan atas jasanya akan mendapatkan fee atau imbalan sesuai atas jasa profesional yang telah diberikan kepada klien.

Upload: others

Post on 12-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

IFRS (International Financial Reporting Standards) merupakan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang digunakan sebagai

standard secara global dan telah disepakati. Indonesia, telah melakukan

adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Perbedaan antara PSAK

berdasar US GAAP dengan IFRS adalah yang sebelumnya PSAK

menganut historical cost mengubah paradigma menjadi fair value based.

Nilai wajar yang diatur dalam FASB Concept Statement No.7 adalah harga

yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk

mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di

pasar dan tanggal pengukuran. IFRS merupakan standar akuntansi global

yang bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat

kredibilitas tinggi.

Salah satu kriteria laporan keuangan dengan kredibilitas tinggi

dengan didukung adanya opini dari auditor independen yang menilai

apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar dan benar.

Auditor melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengaudit

laporan keuangan dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai,

balasan atas jasanya akan mendapatkan fee atau imbalan sesuai atas jasa

profesional yang telah diberikan kepada klien.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

2

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmar (2016) merupakan

penelitian untuk menginvestigasi 434 emiten sejak tahun 2012 sampai

dengan 2014 sejak implementasi IFRS memberikan hasil penelitian yang

mengejutkan. Tidak lebih dari 10% emiten melaporkan revaluasi aset.

Selanjutnya menurut Ahmar (2016) juga menjelaskan bahwa audit fees

yang meningkat seiring aktivitas revaluasi seharusnya tidak menjadi alasan

untuk takut melakukan revaluasi aset karena biaya keagenan yang muncul

atas kontrak antara emiten dengan pemeriksanya (auditor) terkait dengan

nilai wajar akan saling hapus dengan keuntungan atas nilai wajar tersebut.

Menurut Yao et al. (2014) yang menginvestigasi hubungan

revaluasi aset dengan audit fees pada perusahaan di Australia. Hasil

penelitian ini diantaranya ada peningkatan signifikan untuk audit fees

ketika fixed assets dinilai dalam fair value. Independen appraisal secara

signifikan mengurangi hubungan positif antara revaluasi aset dengan audit

fees. Dengan demikian, secara spesifik komite audit independen dapat

mengurangi bias laporan keuangan yang pada akhirnya meningkatkan

kualitas dan kredibilitas laporan keuangan. Hal ini menguatkan fakta

bahwa audit fees erat kaitannya dengan pengadopsian IFRS, karena

terdapat periode transisi dimana perusahaan masih dalam rangka peralihan

dari yang tidak IFRS ke tahap implementasi IFRS.

Di Indonesia, perkembangan audit fees masih menjadi

perbincangan karena belum adanya peraturan yang menetapkan standar

minimal audit fees yang akan diterima auditor setelah melakukan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

3

tugasnya. Audit fees masuk ke dalam pos beban umum dan administrasi

dan ditulis dengan nama akun jasa profesional. Berikut adalah gambar

perkembangan audit fees perusahaan manufaktur yang menerapkan

revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset.

Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian IFRS

dengan model revaluasi meskipun masih belum sepenuhnya dilakukan

oleh emiten, tahun 2012 sampai dengan 2014 audit fees emiten yang

melakukan revaluasi aset mengalami peningkatan. Hal ini didukung

dengan fakta yang salah satunya adalah meningkatnya beban jasa

profesional yang berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan revaluasi.

Tetapi fakta ini berbeda dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh

Goncharov et al (2012) yang mengungkapkan bahwa revaluasi aset tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap audit fees.

Gambar 1.

Perkembangan Audit Fees Perusahaan Manufaktur Tahun 2012-2014

(Jutaan Rp)

Sumber: Data IDX annual report (diolah kembali)

382565

478230

335308

2321 4422 62009

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

20

12

20

13

20

14

Audit Fees TidakRevaluasi Aset

Audit Fees RevaluasiAset

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

4

Dengan penerapan standarisasi internasional IFRS, maka

diharapkan akan berdampak pada performance atau kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini didukung adanya perbedaan pengukuran terhadap nilai

item-item laporan keuangan yang sebelumnya menggunakan konsep

historical cost. Penelitian yang dilakukan oleh Kappa (2009), yang

meneliti hubungan antara revaluasi aktiva tetap dengan return on

investment (ROI) dan return on assets (ROA). Penelitian dilakukan pada

10 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan

telah melakukan revaluasi aktiva tetap pada tahun 2006. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara revaluasi aktiva tetap

dengan ROI dan ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan

dilakukannya kebijakan revaluasi aktiva tetap tidak akan berdampak

terhadap ROI dan ROA. Berbeda dengan hasil penelitian Aboody et al

(1999), Dimitropoulos et al (2013), Yao et al (2014) penelitiannya

menunjukkan bahwa revaluasi aset berhubungan signifikan terhadap

return on assets (ROA). Revaluasi aktiva tetap berakibat kuat terhadap

komponen total aktiva, dikarenakan pada umumnya aktiva tetap

mempunyai nilai yang relatif lebih besar dibandingkan dengan komponen

aktiva lainnya sehingga hal ini akhirnya berdampak terhadap total

aktivanya.

Berikut adalah gambar perkembangan return on assets (ROA)

perusahaan manufaktur di Indonesia yang menerapkan revaluasi aset dan

yang tidak menerapkan revaluasi aset.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

5

Gambar 2.

Perkembangan ROA Perusahaan Manufaktur Tahun 2012-2014

(%)

Sumber: Data IDX annual report (diolah kembali)

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan pergerakan ROA untuk

emiten yang menerapkan revaluasi aset dari tahun 2012 ke tahun 2013

mengalami penurunan dan dari tahun 2013 ke 2014 mengalami kenaikan.

Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya penggunaan IFRS yang

meminta pengungkapan lebih dibanding dengan US GAAP. International

Financial Reporting Standards (IFRS) meningkatkan reliabilitas,

tranparansi dan komparabilitas laporan keuangan sehingga memungkinkan

penurunan rasio-rasio keuangan perusahaan. Kinerja keuangan ROA

merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba (profit) dari semua

kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan yang dipekerjakan.

680.27 735

444

14.53

-2.47

39.75

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

800

20

12

20

13

20

14

ROA Tidak RevaluasiAset

ROA Revaluasi Aset

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

6

Begitu juga yang terjadi untuk aspek leverage perusahaan. Dalam

melakukan pengambilan keputusan leverage, manajer keuangan tidak

cukup hanya memperhatikan laba, melainkan juga risiko yang

ditimbulkan. Rasio leverage yang diwakili oleh debt to assets ratio (DAR)

yang mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dibiayai oleh utang

atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva. Penelitian Kappa (2009) yang menunjukkan hasil berbeda dengan

penelitian oleh Yao et al. (2014), bahwa ROA mempunyai hubungan yang

signifikan negatif terhadap audit fees dan leverage sebagai variabel

kontrol berhubungan positif signifikan terhadap audit fees. Dalam hal ini

audit fees akan mengalami peningkatan ketika perusahaan melakukan

revaluasi aset dan diaudit oleh KAP Big 4. Hasil dari penelitian ini

memiliki implikasi yang penting untuk menetapkan standar untuk fair

value accounting dan jasa audit. Penggunaan fair value accounting

meningkatkan pengungkapan secara benar dan wajar, tetapi hal itu juga

meningkatkan biaya penilaian bagi auditor. Terlebih lagi keandalan

estimasi nilai wajar tergantung pada kualitas dari corporate governance.

Berikut adalah gambar perkembangan debt to assets ratio (DAR)

perusahaan manufaktur di Indonesia yang menerapkan revaluasi aset dan

yang tidak menerapkan revaluasi aset pada tahun pasca pengadopsian

IFRS 2012 sampai dengan 2014.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

7

Gambar 3.

Perkembangan DAR Perusahaan Manufaktur Tahun 2012-2014

(%)

Sumber: Data IDX annual report (diolah kembali)

Gambar tersebut menjelaskan bahwa perkembangan DAR emiten

yang melakukan revaluasi aset tahun 2012 sampai 2013 mengalami

penurunan sebesar 59,91% dan 2013 sampai 2014 mengalami kenaikan

sebesar 128,61%. Seperti halnya yang terjadi pada perkembangan ROA

yang sudah diuraikan di atas, pergerakan fluktuatif debt to assets ratio

(DAR) kemungkinan disebabkan adanya penggunaan IFRS yang meminta

pengungkapan lebih dibanding dengan US GAAP. International Financial

Reporting Standards (IFRS) meningkatkan reliabilitas, tranparansi dan

komparabilitas laporan keuangan sehingga memungkinkan penurunan

rasio-rasio keuangan perusahaan. Akan tetapi di sisi lain, revaluaasi aset

yang akan meningkatkan nilai buku total aset, mempunyai dampak

membaiknya bebrapa rasio keuangan perusahaan, khususnya debt to equity

6761.48 7264.15 7065.14

280 220.09 348.7

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

20

12

20

13

20

14

DAR Tidak RevaluasiAset

DAR Revaluasi Aset

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

8

dan debt to assets. Hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam

melunasi utang jangka panjang akan mempengaruhi pihak kreditur

memberikan pinjaman. Semakin baik tingkat leverage perusahaan, maka

maka akan semakin mudah memperoleh pinjaman.

Setiap perusahaan harus mempunyai aset agar dapat menghasilkan

produk untuk memenuhi tujuannya. Tanpa adanya aset, tidak ada

perusahaan yang dapat menghasilkan suatu produk untuk dijual. Aset

dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan

kriterianya yakni aset lancar (current assets), aset tidak berwujud

(intangible assets), aset tetap berwujud (tangible assets). Setiap

perusahaan memiliki jenis dan bentuk aset tetap yang berbeda tergantung

dari bidang usaha masing-masing. Rudianto (2012), mendefinisikan aset

tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif

permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk

diperjualbelikan.

Revaluasi aset merupakan salah satu topik yang menonjol saat

pemberlakuan standar akuntansi berbasis IFRS. Penilaian aset dan

dampaknya terhadap laba yang dilaporkan entitas perusahaan memiliki

masalah yang besar dalam literatur dan praktek akuntansi. Revaluasi

diperbolehkan berdasarkan IFRS tetapi tidak di bawah US GAAP. Dalam

IFRS memungkinkan perusahaan memilih untuk merevaluasi aset tetap

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Seperti yang dijelaskan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

9

dalam PSAK 16 Revisi 2007 dan 2011 menyatakan suatu perusahaan

diperbolehkan memilih model revaluasi dalam mengukur aset tetapnya.

Ketika Pemerintah meluncurkan Paket Kebijakan V pada tanggal 2

Oktober 2015 salah satu kebijakannya adalah insentif bagi perusahaan

yang melakukan revaluasi aset. Jika sebelumnya perusahaan dikenakan

pajak PPH 10% untuk kenaikan nilai aset, maka sekarang pajak dipangkas

menjadi 3-6% saja. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) nomor 191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali

aktiva tetap dengan tujuan agar perusahaan yang sebelumnya tidak

melakukan revaluasi atas aset tetapnya diharapkan dengan penurunan tarif

PPH tersebut dapat melakukan revaluasi aset.

Berdasarkan adanya Peraturan Menteri Keuangan tersebut maka

isu penting yang diakibatkan adalah aktivitas revaluasi aset, terutama

untuk perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri tersebut

menuntuu kepemilikan aset tetap untuk aktivitas produksi dan non

produksi.

Berikut adalah tabel dari persentase perusahaan yang melakukan

revaluasi aset dan yang tidak melakukan revaluasi aset dari tahun 2012

sampai dengan 2015.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

10

Penyajian hasil persentase atas perusahaan manufaktur yang

melakukan revaluasi aset dan yang tidak melakukan revaluasi aset juga

bisa dilihat dalam bentuk gambar berikut ini.

Gambar 4.

Perkembangan Proporsi Perusahaan Manufaktur Tahun 2012-2014

Sumber: Ahmar (2016)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas maka terdapat perbedaan

jumlah perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Hal ini

Ringkasan Jumlah Emiten Terkait Revaluasi Aset Berdasarkan Tahun Penyajian

Tidak Ya

2012 122 (94.1%) 8 (5.9%) 130 (100%)

2013 145 (91.6%) 13 (8.4%) 158 (100%)

2014 136 (93.7%) 10 (6.3%) 146 (100%)

Sumber: Ahmar (2016)

Tabel 1.

TahunRevaluasi Aset

Jumlah

94.1 91.6 93.7

5.9 8.4 6.3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2012 2013 2014

Tidak Revaluasi Aset

Revaluasi Aset

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

11

disebabkan ada beberapa perusahaan yang delisting ataupun relisting dari

Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui www.idx.co.id. Perusahaan

yang diteliti mulai tahun 2012 sejumlah 130 perusahaan, 2013 sejumlah

158 perusahaan, 2014 terdapat 146 perusahaan. Hasil pengamatan peneliti

bahwa tahun 2012 perusahaan manufaktur yang melakukan revaluasi

sebanyak 8 (5.9%) dan yang tidak revaluasi sebanyak 122 (94.1%), tahun 2013

yang melakukan revaluasi sebanyak 13 (8.4%), dan yang tidak revaluasi 145

(91.6%), tahun 2014 yang melakukan revaluasi sebanyak 10 (6.3%) dan yang

tidak revaluasi 136 (93.7%).

Menurut Hastoni (2013), yang meneliti tentang model revaluasi

aset tetap dan penerapannya pada perusahaan go public di Indonesia.

Penelitiannya menunjukkan sampai dengan akhir 2012, masih sedikit

perusahaan yang menerapkan model revaluasi. Hal tersebut disebabkan

karena belum sinkronnya antara standar akuntansi dan peraturan

perpajakan. Hastoni juga berpendapat sebenarnya model revaluasi sangat

baik jika diterapkan karena dapat meningkatkan kualitas informasi

keuangan.

Penelitian oleh Friskianti, (2014) yang menganalisis perbedaan

kualitas informasi akuntansi sebelum dan sesudah adopsi IFRS dari sisi

manajemen laba dan relevansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan signifikan kualitas informasi akuntansi sebelum dan

sesudah adopsi IFRS baik dari sisi manajemen laba maupun relevansi.

Hasil tersebut mungkin disebabkan karena penerapan fair value yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

12

seharusnya dapat mengurangi manajemen laba mengalami kendala yaitu

ketidaksinkronan peraturan pajak mengenai revaluasi.

Penelitian Lopes dkk, (2012) melakukan penelitian revaluasi aset

dan bagaimana hubungannya dengan kinerja perusahaan di masa

mendatang jika terkait praktek good corporate governance (GCG). Secara

empiris hasil penelitian menunjukkan revaluasi aset di Brazil dilakukan

bukan untuk menyampaikan informasi kepada investor, tetapi untuk

memperbaiki posisi ekuitas perusahaan. Begitu juga dengan GCG yang

diproksikan dengan Brazilian Corporate Governance Index (BCGI)

menunjukkan ketika BCGI tinggi maka tidak melakukan revaluasi,

sebaliknya BCGI rendah perusahaan cenderung melakukan revaluasi aset.

Hal ini fakta yang membuat pemerintah Brazil melarang perusahaan

melakukan revaluasi aset.

Banyaknya pandangan negatif mengenai revaluasi aset bisa jadi

disebabkan oleh reaksi emosional dan politikal selama dan setelah masa

Great Depression yang diduga disebabkan oleh penyalahgunaan revaluasi

aset pada tahun 1920-an sampai awal tahun 1930-an. Dillon (2015),

menginvestigasi pengaruh revaluasi aset terhadap Great Depression yang

terjadi pada tahun 1929–1939 di Amerika Serikat. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pada saat itu, perusahaan justru melakukan revaluasi

aset untuk menurunkan nilai aset pada periode 1925–1934 (paralel dengan

peristiwa Great Depression. Berdasarkan bukti yang ada, terlihat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

13

memanipulasi laba di periode tersebut. Konsep penerapan revaluasi aset

dipandang dapat diterima, tetapi faktanya menunjukkan sebaliknya.

Kinerja keuangan dalam kaitannya dengan revaluasi aset

diharapkan berpengaruh karena untuk melihat seberapa aktif aset yang

dimiliki perusahaan dapat mendorong adanya revaluasi. Penelitian

mengenai kinerja keuangan perusahaan yang berhubungan dengan

revaluasi aset sudah dilakukan oleh Kappa (2009), yang membuktikan

secara empiris bahwa ROA dan ROI tidak berpengaruh signifikan

terhadap revaluasi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cheng, Lin (2009) yang menunjukkan hasil empiris bahwa perusahaan

dengan resiko yang tinggi cenderung menaikkan aset saat revaluasi.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Yao et al. (2014), yang membuktikan

return on assets (ROA) dan debt to assets ratio (DAR) mempunyai

hubungan yang signifikan negatif dan positif terhadap audit fees

sebagai indikator dilakukannya revaluasi aset.

Sejauh ini di Indonesia belum banyak ditemukan penelitian

mengenai revaluasi aset dan bagaimana hubungannya dengan kinerja

keuangan perusahaan jika didasarkan atas berlakunya Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) nomor 191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali

aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada

tahun 2015 dan tahun 2016.

Penelitian ini menganalisis perbedaan audit fees, return on assets

(ROA) serta debt to assets ratio (DAR) emiten yang melakukan revaluasi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

14

aset dan tidak melakukan revaluasi aset. Pemilihan sektor manufaktur dan

indikator kinerja keuangan perusahaan sebagai sampel mengacu pada

penelitian Ahmar (2016), Kappa (2009), Yao et al. (2014) dan Cheng, Lin

(2009).

1.2 Identifikasi Masalah

Pengadopsian IFRS oleh Indonesia yang dimulai tahun 2012

memberikan kendala baik dalam kesiapan SDM dan infrastruktur yang

mendukung. Kondisi di Indonesia yang belum mensinkronisasikan aturan

perundang-undangan khususnya perpajakan dengan adopsi IFRS,

membuat para pelaku ekonomi khususnya perusahaan publik masih

enggan menerapkannya. Hal ini terlihat ketika dalam IFRS penilaian

kembali atas aset tetap (asset revaluation) belum banyak diterapkan oleh

para emiten di Indonesia. Dalam penerapan revaluation model

memerlukan biaya tambahan untuk jasa penilai (appraiser) untuk menilai

aset tetap sehingga hal ini yang menyebabkan emiten enggan menerapkan

model revaluasi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Audit fees merupakan salah satu komponen yang mengalami perubahan

seiring dengan aktivitas revaluasi aset yang erat kaitannya dengan

pengadopsian IFRS. Penentuan biaya audit sebenarnya sebagai

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

15

implikasi dari meningkatnya jasa pemeriksaan yang dilakukan oleh

auditor independen.

2. Return on Assets (ROA) sebagai indikator pengukuran kinerja

perusahaan dari aspek profitabilitas, memberikan gambaran mengenai

tingkat pengembalian investasi yang dapat diberikan perusahaan atas

penggunaan aktiva dalam kegiatan operasi perusahaan. ROA juga erat

kaitannya dengan penerapan model revaluasi. Dari beberapa penelitian

terdahulu ditemukan hasil yang signifikan hubungan antara ROA

dengan meningkatnya aktivitas revaluasi aset.

3. Return on Investment (ROI) merupakan salah satu pengukuran yang

biasa digunakan oleh para pemakai informasi, khususnya para investor

maupun calon investor dalam menilai kemampuan tingkat

pengembalian investasi perusahaan. ROI memberikan gambaran

mengenai keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan

jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan

keuntungan operasi tersebut.

4. Debt to Assets Ratio (DAR) sebagai salah satu pengukuran aspek

leverage yang menggambarkan seluruh aset perusahaan dan risiko

keuangan yang akan menjadi beban perusahaan di masa yang akan

datang yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan.

5. Market-to-Book-Ratio merupakan sinyal kemungkinan terhadap

pertumbuhan perusahaan. Market-to-book-ratio yang tinggi pertanda

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

16

bahwa pertumbuhan atau asset undervalued. Kondisi seperti ini

berdampak terhadap kebijakan revaluasi aset tetap perusahaan.

6. Ukuran perusahaan, merupakan salah satu faktor yang mendorong

keputusan perusahaan untuk merevaluasi aset. Perusahaan besar akan

melaporkan laba tinggi yang akan menarik perhatian regulator dan

pihak lain yang memiliki kapasitas untuk membuat aturan baru

7. Good Corporate Governance (GCG) akan meningkatkan kinerja

perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham.

Dengan GCG, memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara

meningkatkan penerapan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian,

akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan

kegiatan perusahaan.

8. Masih jarangnya penelitian mengenai revaluasi aset di Indonesia dan

bagaimana peran serta perpajakan dalam mendukung adanya kebijakan

IFRS tersebut.

9. Kontribusi penerapan revaluasi aset untuk perkembangan perusahaan

dan pemerintah Indonesia.

10. Dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat hasil penelitian yang tidak

mendukung bahwa revaluasi aset mempunyai pengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

11. Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan diantara variabel –

variabel yang mendukung adanya revaluasi aset yang paling berperan

adalah faktor pembebanan atas biaya audit (audit fees).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

17

12. Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja keuangan

emiten yang melakukan revaluasi aset dengan yang tidak melakukan

revaluasi aset dengan menggunakan rasio profitabilitas yang diwakili

return on assets (ROA) dan rasio leverage diwakili debt to assets ratio

(DAR).

13. Penerapan revaluasi aset juga diprediksi dapat mengakibatkan biaya

audit (audit fees) mengalami perubahan, sehingga penelitian ini

bermaksud membandingkan audit fees bagi emiten yang melakukan

revaluasi aset dan yang tidak melakukan revaluasi aset.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian ini adalah :

1. Audit fees dipilih karena berdasar penelitian terdahulu bahwa revaluasi

aset menyebabkan peningkatan terhadap biaya audit.

2. Kinerja keuangan perusahaan difokuskan pada faktor profitabilitas.

Profitabilitas karena laba sebagai indikator kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta salah

satu faktor penilaian terhadap prospek perusahaan di masa depan.

Dalam hal ini rasio yang digunakan adalah return on assets (ROA).

3. Pengukuran mengenai risiko perusahaan yang diproksikan dengan debt

to assets ratio (DAR) yang menggambarkan seberapa jauh utang dapat

ditutupi oleh aset.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

18

4. Perusahaan yang diteliti fokus pada perusahaan publik yang terdaftar

(listing) di Bursa Efek Indonesia.

5. Perusahaan difokuskan pada perusahaan manufaktur (secondary

manufacture) yang mempunyai komponen other comprehensive

income (OCI) pada laporan laba rugi komprehensif.

1.4 Perumusan Masalah

Revaluasi aset memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun

perusahaan. Bagi pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak sebagai sarana

untuk meningkatkan penerimaan pajak yang berasal dari Pajak

Penghasilan Badan (PPh Badan), sedangkan bagi perusahaan dapat

melakukan perencanaan dalam rangka menghemat pembayaran pajaknya.

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset?

2. Apakah ada perbedaan return on assets (ROA) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset?

3. Apakah ada perbedaan debt to assets ratio (DAR) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset?

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

19

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menganalisis perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

2. Menganalisis perbedaan return on assets (ROA) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

3. Menganalisis perbedaan debt to assets ratio (DAR) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

1.6 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1.6.1 Kegunaan Teoritis

1. Penelitian ini menganalisis perbedaan audit fees, kinerja keuangan dan

risiko bagi emiten yang melakukan revaluasi aset dan yang tidak

melakukan revaluasi aset.

2. Sebagai tambahan pengetahuan literatur akuntansi mengenai

penerapan revaluasi aset sebagai implementasi dari pengadopsian

IFRS.

1.6.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi pemerintah

Dapat memberikan acuan untuk mengevaluasi apakah aturan

perpajakan yang ditetapkan sudah mempunyai sinkronisasi dengan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

20

aturan akuntansi di Indonesia yakni Pernyataan Standar Akuntansi

(PSAK).

2. Bagi Perusahaan

Sebagai acuan bagi pihak internal perusahaan dalam mengelola

perencanaan penghematan pajak dan memberikan nilai tambah bagi

perkembangan perusahaan secara berkelanjutan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

21

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Signalling Theory

Signalling Theory adalah teori yang melihat tanda–tanda tentang

kondisi yang menggambarkan suatu perusahaan. Teori ini menekankan

kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap

keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Menurut Ross (1977) dalam

artikel “The Determination of Financial Structure: The Incentive –

Signalling Approach” mengemukakan bahwa ketika perusahaan memiliki

informasi, yang mana informasi tersebut mencerminkan sinyal positif

sesuai dengan kondisi sebenarnya perusahaan, maka sinyal tersebut

dianggap valid dan dapat dipercaya.

Signalling Theory menurut Fahmi (2011: 103), merupakan teori

yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga akan

memberi pengaruh pada keputusan investor. Apapun informasi yang

terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah selalu memberi efek

bagi keputusan investor sebagai pihak yang menangkap sinyal tersebut.

Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan sinyal negatif adalah

sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan

berbagai cara dalam menanggapi sinyal tersebut. Hal itu dikarenakan,

sinyal yang terbentuk sebagai reaksi investor untuk menghindari

timbulnya risiko yang lebih besar karena faktor pasar yang belum

memberi keuntungan atau berpihak kepadanya.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

22

Signalling Theory dalam penelitian ini menjelaskan bahwa pihak

internal perusahaan dalam hal ini manajemen perusahaan sebagai pihak

yang memberikan sinyal berupa pernyataan penilaian kembali atas aset

(revaluasi aset) yang disajikan dalam komponen laporan keuangan. Sinyal

yang diberikan pihak manjemen perusahaan tersebut diharapkan dapat

bermanfaat bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Dalam

segi positif perusahaan dapat menunjukkan kepemilikan asetnya yang

akhirnya dapat meyakinkan kepercayaan kreditur untuk meminjamkan

sejumlah dana bagi kelangsungan perusahaan. Hal lain juga berkaitan

dengan informasi laba yang disajikan dalam laporan laba rugi

komprehensif bisa memberikan sinyal positif terhadap kewajiban

perpajakannya.

Pihak internal perusahaan yang melaporkan tentang adanya

revaluasi aset di dalam komponen laporan laba rugi komprehensif yang

dilengkapi dengan penyajian other comprehensive income (OCI) akan

memberikan sinyal positif atas penerbitan laporan keuangan. Penyajian

other comprehensive income (OCI) yang merupakan pengadopsian dari

IFRS memberikan sinyal melalui komponen dalam OCI yang memuat

keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi: (1) selisih kurs mata

uang asing, (2) revaluasi aset tetap berwujud dan aset tidak berwujud, (3)

penyesuaian liabilitas minimum pension, (4) perubahan investasi dalam

sekuritas yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual, (5) lindung

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

23

nilai arus kas, (6) bagian dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang

dicatat dengan metode ekuitas dalam OCI.

Dalam penelitian ini, pada hakikatnya komponen other

comprehensive income (OCI) yang memberikan sinyal positif terhadap

pasar adalah bagian dari penilaian kembali atas aset tetap perusahaan.

Dengan adanya penyajian dan pengungkapan atas revaluasi aset

perusahaan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal

terhadap laba dan kepentingan perpajakannya.

2.2 Audit Fees

Penyajian informasi yang relevan sekaligus andal terkadang

menimbulkan kendala, yakni masalah ketepatan waktu, keseimbangan

biaya dan manfaat, dan trade-off antara relevan dan andal (Hidayat, 2012).

Penggunaan nilai wajar merupakan salah satu wujud untuk menghasilkan

informasi akuntansi yang relevan karena nilai wajar mengevaluasi

peristiwa masa lalu dan masa kini serta memberikan prediksi akan masa

yang akan datang. Informasi yang andal ditentukan oleh peran perusahaan

sebagai penyusun laporan keuangan dan auditor eksternal sebagai pihak

independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Kecakapan auditor

independen menentukan keandalan dari laporan keuangan yang

dicerminkan dari dari kualitas audit yang dilakukan. Semakin berkualitas

audit yang dilakukan, akan terjadi perubahan biaya secara serentak sebagai

akibat peningkatan kualitas audit tersebut.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

24

Audit fees adalah besaran biaya yang diterima auditor dengan

mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan,

tingkat keahlian dan lain-lain. Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) definisi

audit fees sebagai berikut:

”Besarnya biaya tergantung antara lain resiko penugasan,

kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan

untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang

bersangkutan dan pertimbangan biaya professional lainnya.”

Sedangkan indikator atas audit fees menurut Sukrisno Agoes

(2012:18) dapat diukur dari:

1. Resiko penugasan

2. Kompleksitas jasa yang diberikan

3. Struktur biaya kantor akuntan publik yang bersangkutan dan

pertimbangan profesi lainnya.

4. Ukuran KAP.

2.3 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan standar pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta

kelemahan suatu perusahaan. Menurut Irham Fahmi (2011: 2) kinerja

keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

25

suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

keuangan perusahaan yang dianalisis dengan dengan alat analisis

keuangan. Jika tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai

perusahaan, maka harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan

perusahaan dan secara bersama-sama mengoreksi kelemahan perusahaan.

Dalam hal ini analisis laporan keuangan mencakup (1) pembandingan

kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, (2)

evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu

(Brigham dan Houston, 2001:78).

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan melalui perhitungan dengan

rasio keuangan. Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi

laporan keuangan. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan

secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Berdasar teori kinerja keuangan di atas, maka pada dasarnya

hubungan antara kinerja keuangan dengan rasio keuangan adalah

digunakan untuk memprediksi dan mengantisipasi kondisi di masa depan

dan sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan

mempengaruhi kejadian di masa depan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

26

2.3.1 Return On Assets (ROA)

Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan

pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap

hasil operasi (Brigham dan Houston, 2001:89). Salah satu rasio

profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets

(ROA). Rasio yang disebut juga dengan rentabilitas ekonomis ini

digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dalam

mendapatkan laba dengan semua aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Secara konseptual ROA adalah rasio laba bersih terhadap total aktiva, tapi

laba di sini adalah laba sebelum pajak bunga dan pajak atau EBIT terhadap

rata-rata aktiva (Brigham dan Houston, 2001:90). Rumus yang digunakan

adalah :

ROA =

ROA menunjukkan efektivitas dari manajemen dalam

menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan aset perusahaan.

Semakin tinggi ROA maka dapat menunjukkan kinerja keuangan

perusahaan baik dalam pengelolaan asetnya. Sebaliknya semakin rendah

ROA menunjukkan aset yang digunakan tidak mampu memberikan laba

bagi perusahaan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

27

2.3.2 Debt to Assets Ratio (DAR)

Rasio leverage atau yang disebut dengan raiso pembiayaan dengan

utang, memiliki tiga implikasi penting: (1) memperoleh dana melalui

utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian

atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat

ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin

pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya meberikan sebagian

kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada

pada kreditur, (3) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih

besar atas investasi dibiayai dengan dana pinjaman disbanding

pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih

besar atau leveraged (Brigham dan Houston, 2001:84).

Salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rasio utang terhadap total aktiva, yang pada umumnya disebut rasio

utang (debt ratio) yakni mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan

dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh

terhadap pengelolaan aktiva, atau mengukur prosentase berapa besar dana

yang berasal dari utang (www. ilmuekonomi.net). Rumus yang digunakan

untuk menghitung rasio ini adalah:

DAR =

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

28

DAR memberikan beberapa indikasi mengenai kemampuan

perusahaan untuk menahan kerugian tanpa merusak ketertarikan para

kreditor. Semakin besar persentase utang terhadap total aset, semakin

besar risiko perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya yang akan

jatuh tempo.

2.4 Revaluasi Aset PSAK 16

Aset adalah sumberdaya yang dikendalikan oleh entitas sebagai

hasil dari peristiwa masa lalu dan dimana manfaat ekonomi di masa datang

diharapkan mengalir ke entitas tersebut (Ghozali, 2014:212). Dalam PSAK

16 revisi 2011, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk

digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk

disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan

diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

(http://www.iaiglobal.or.id). Karakteristik utama dari aset adalah :

1. Memiliki manfaat di masa yang akan datang artinya adalah dapat

digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bernilai bagi kesatuan

usaha tersebut.

2. Dapat dikendalikan manfaatnya. Untuk memiliki aset, suatu kesatuan

harus mengendalikan manfaat ekonomi suatu elemen di masa yang akan

datang dan pada umumnya dengan dapat mengatur penggunaan manfaat

elemen tersebut.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

29

3. Transaksi sudah terjadi. Manfaat ekonomi di masa yang akan datang

suatu aset dari suatu kesatuan usaha merupakan hasil suatu transaksi

atau suatu peristiwa seperti pembelian atau perjanjian persewaan telah

terjadi yang memberikan hak penggunaan dan pengendalian terhadap

manfaat ekonomi aset tersebut.

Sedangkan menurut Kartikahadi (2012:316) sifat dan karakteristik

aset tetap adalah:

1. Aset tetap adalah aset berwujud yang secara fisik dapat dilihat dan

disentuh.

2. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan

jasa dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aset berwujud yang

digunakan dalam kegiatan operasional sehari-hari yang dapat

dikategorikan sebagai aset tetap, sedangkan aset yang berwujud yang

akan dijual biasanya dikategorikan sebagai persediaan.

3. Digunakan untuk waktu yang panjang, lebih dari satu periode

akuntansi. Aset tetap memberikan manfaat untuk masa lebih dari satu

periode, dengan demikian investasi atau biaya untuk perolehan aset teap

harus dialokasikan pada periode-periode dimana manfaat dari aset

tersebut dapat diperoleh dan hal ini dilakukan melalui beban

penyusutan secara periodik.

Berdasarkan sifat dan karaktersitik tersebut, maka aset tetap dapat

dikelompokkan sebagai berikut: tanah, tanah dan bangunan, mesin dan

peralatan pabrik, peralatan dan perabotan kantor serta kendaraan.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

30

Dalam PSAK 16 mengatur aset tetap, perusahaan dapat memilih

metode penilaian atas aset tetapnya, yaitu:

1. Cost Method (Metode Biaya)

Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi

penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

2. Revaluation Method (Metode Revaluasi)

Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat

diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai

wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan

akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi

(Kartikahadi, 2012:337).

Dengan metode biaya, perusahaan menyusutkan aset tetapnya tanpa

melakukan revaluasi, sebagai konsekuensinya perusahaan menilai apakah

terdapat indikasi penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48: Penurunan

Nilai Aset. Sedangkan ketika perusahaan melakukan metode revaluasi,

maka akan muncul di dalam komponen other comprehensive income

(OCI) di dalam laporan laba rugi komprehensif.

Revaluasi aset tetap adalah penilaian ulang akan aset tetap suatu

entitas. Jika suatu entitas memilih menggunakan metode revaluasi maka

metode ini harus ditetapkan secara konsisten oleh perusahaan. Penerapan

metode revaluasi dilakukan untuk aset tetap dalam kelompok yang sama.

Sebagai contoh jika induk menggunakan metode revaluasi maka

konsekuensinya anak perusahaan untuk kelompok aset tanah harus

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

31

menggunakan metode revaluasi. Pada saat melakukan revaluasi, selisih

antara nilai tercatat aset dan nilai hasil revaluasi akan diakui sebagai

surplus revaluasi. Revaluasi merupakan komponen dalam laporan laba

rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas. Jika sebelum

revaluasi entitas telah melakukan penurunan nilai maka, akan dilakukan

pembalikan penurunan nilai sebelum diakui sebagai surplus revaluasi. Jika

revaluasi menghasilkan nilai yang lebih kecil dari nilai aset tercatat maka

penurunan nilai akan megurangi surplus revaluasi (jika ada), yang

kemudian akan mengurangi saldo laba. Dengan pencatatan tersebut, maka

entitas akan mengakui penurunan nilai (impairment), ketika revaluasi

menghasilkan nilai aset lebih kecil dari carrying value dengan

menggunakan metode biaya.

Dalam melakukan model revaluasi terdapat langkah untuk

menentukan nilai wajar suatu aset tetap. Sebagaimana disebutkan pada

paragraf 6 PSAK 16, yang dimaksud dengan nilai wajar adalah jumlah

yang dipakai untuk mempertukarkan aset antara pihak-pihak yang

berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi

dengan wajar (arm`s length transaction). Nilai wajar tanah dan bangunan

ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki

kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan

peralatan menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Jika tidak

ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat

dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjualbelikan, kecuali sebagai

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

32

bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas mungkin perlu mengestimasi

nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti

yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach).

Menurut Siswati (2015), manfaat revaluasi aset tetap untuk

perusahaan yaitu:

1. Mencerminkan nilai yang sesungguhnya (nilai wajarnya), sehingga

dapat lebih baik dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan

maupun investor dalam melakukan investasi.

2. Bagi perusahaan yang ingin atau yang sudah go public, revaluasi

berguna untuk menyusun nilai asetnya ke harga yang realistis.

3. Meningkatkan kepercayaan kreditur, sebagai dampak membaiknya

beberapa rasio keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh

debt to assets ratio dan debt to equity ratio.

4. Penilaian kembali aktiva tetap ini juga dapat dilakukan oleh perusahaan

yang ingin merger. Dengan revaluasi maka dapat diketahui nilai wajar

dari aktiva tetap pada perusahaan masing-masing yang akan melakukan

merger.

2.4.1 Revaluasi Aset Tetap Berdasar Aspek Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 191/PMK.010/2015

tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi

permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan 2016. Dalam PMK

tersebut dijelaskan bahwa Wajib Pajak dapat melakukan penilaian kembali

aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dengan mendapatkan perlakuan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

33

khusus apabila permohonan penilaian kembali diajukan kepada Direktur

Jenderal Pajak dalam jangka waktu sejak berlakunya Peraturan Menteri ini

sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 (http://www.pajak.go.id).

Perlakuan khusus yang dimaksud berupa Pajak Penghasilan yang

bersifat final sebesar:

a. 3% (tiga persen), untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya

Peraturan Menteri Keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember

2015.

b. 4% (empat persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari

2016 sampai dengan 30 Juni 2016.

c. 6% (enam persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016

sampai dengan 31 Desember 2016.

Tarif tersebut dikenakan atas selisih lebih aktiva tetap hasil penilaian

kembali atau hasil perkiraan penilaian kembali oleh Wajib Pajak, di atas

nilai sisa buku fiskal semula.

Wajib Pajak yang berhak mengajukan permohonan meliputi: Wajib

Pajak badan dalam negeri, Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan Wajib Pajak

orang pribadi yang melakukan pembukuan, termasuk:

a. Wajib Pajak yang menyelenggrakan pembukuan dengan Bahasa Inggris

dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

34

b. Wajib Pajak yang masih berada dalam jangka waktu 5 tahun sejak

dilakukannya penilaian kembali terakhir berdasarkan PMK

79/PMK.03/2008.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan pengembangan dari para peneliti

sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan

revaluasi aset, antara lain:

1. Philip Brown, H.Y. Izan and Alfred L. Loh (1992): Penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa revaluasi aset melibatkan peningkatan

subyektivitas dalam estimasi penilaian aset perusahaan yang akhirnya

menyebabkan tambahan pekerjaan bagi auditor eksternal. Auditor dapat

menghabiskan lebih banyak waktu dalam meninjau dan memeriksa aset

perusahaan sehingga dimungkinkan muncul biaya audit tambahan

sebagai konsekuensi dari tambahan waktu pemeriksaan atas aset–aset

entitas.

2. David Aboody, Mary E. Barth, Ron Kasznik (1999): Meneliti

perusahaan di Inggris yang melakukan revaluasi aset tetap dan hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa (1) surplus revaluasi berpengaruh

positif secara signifikan terhadap perubahan kinerja masa depan, (2)

revaluasi tahun berjalan juga berpengaruh positif secara signifikan

terhadap annual returns (prices).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

35

3. Julie Cotter, Scott Richardson (2002): Penelitian ini menginvestigasi

keandalan dari revaluasi aset dan bagaimana pengaruh dari penilai

independen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa revaluasi aset

lebih andal dinilai oleh appraiser independence daripada oleh

manajemen perusahaan (pimpinan).

4. Stephen M. Courtenay, Steven F. Cahan (2004): Penelitian ini

meneliti perusahaan di Selandia Baru yang melakukan revaluasi aset

tetap dan menemukan bahwa revaluasi aset tetap lebih memiliki

relevansi nilai untuk perusahaan dengan tingkat leverage yang lebih

rendah.

5. Franck Missonier-Piera (2007): Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa (1) Leverage berpengaruh signifikan dan positif terhadap

revaluasi aset, (2) tingkat penjualan ekspor berpengaruh signifikan dan

positif terhadap revaluasi aset, (3) peluang investasi berpengaruh

signifikan dan positif terhadap revaluasi aset.

6. Antonius Kappa (2009): Penelitian ini menganalisis hubungan antara

revaluasi aktiva tetap dengan ROI dan ROA. Temuan dalam penelitian

ini bahwa tidak terdapat hubungan antara revaluasi aktiva tetap

7. Igor Goncharov, Edward J. Riedl, Thorsten Sellhorn (2012):

Penelitian ini menginvestigasi efek dari pelaporan dengan nilai wajar

dan bagaimana perlakuan biaya auditnya. Sampel penelitiannya adalah

industri real estate di Eropa yang mengadopsi IFRS. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa auditor membebankan biaya yang lebih rendah

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

36

untuk investasi properti dalam hal pengungkapan atas nilai wajar. Nilai

wajar dapat menyebabkan biaya monitoring yang lebih rendah, namun

setiap penurunan biaya audit akan berbeda dengan karakteristik dari

pelaporan nilai wajar termasuk kesulitan dalam pengukurannya.

8. Alexsandro Broedel Lopes ,Martin Walker (2012): Hasil dari

penelitian ini adalah (1) revalausi aset di Brazil dilakukan bukan untuk

menyampaikan informasi kepada investor, tetapi untuk memperbaiki

posisi ekuitas, (2) keputusan revaluasi aset berbanding terbalik dengan

Brazilian Corporate Governance Index (BCGI). Ketika BCGI tinggi

maka perusahaan cenderung tidak melakukan revaluasi aset, dan begitu

sebaliknya ketika BCGI rendah maka perusahaan melakukan revaluasi

aset, (3) fakta ini membuat pemerintah Brazil melarang perusahaan

melakukan revaluasi aset.

9. Michael L. Ettredge, Yang Xu, and Han S. Yi (2013): Temuan dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara

biaya audit dengan eksposur nilai wajar terhadap industri bank di

Amerika. Dalam hal ini pengukuran nilai wajar meningkatkan risiko

audit yang mengarah pada tingginya biaya audit (audit fees).

10. Panagiotis E. Dimitropoulos , Dimitrios Asteriou , Dimitrios

Kousenidis , Stergios Leventis (2013): Temuan dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa (1) pasca IFRS mengurangi manajemen laba, (2)

meningkatkan relevansi nilai akuntansi jika dibanding dengan standard

lokal, (3) kualitas audit semakin meningkat sejak IFRS (Big 5), (4)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

37

ukuran perusahaan, risiko, profitabilitas, peluang pertumbuhan

berpengaruh signifikan ketika pasca adopsi IFRS.

11. Hastoni, Ak, MM (2013): Penelitian ini menginvestigasi adanya

penerapan model revaluasi aset tetap dan penerapannya pada

perusahaan Go Public di Indonesia. Temuan dalam penelitiannya

menunjukkan sampai dengan akhir 2012, masih sedikit perusahaan

yang menerapkan model revaluasi.

12. Dai Fei (Troy) Yao, Majella Percy, Fang Hu (2014): Penelitian ini

menganalisis hubungan antara reavaluasi aset dengan audit fees. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan: (1) ada peningkatan signifikan untuk

audit fees ketika fixed asset dinilai dalam fair value, (2) independent

appraisal secara signifikan mengurangi hubungan positif antara

revaluasi aset dengan audit fees, (3) perusahaan yang mengalami

peningkatan revaluasi aset dan yang fixed asset meningkat tiap tahun

memiliki audit fees yang lebih tinggi secara signifikan, (4) ROA

mempunyai hubungan negatif yang signifikan terhadap audit fees, (5)

Leverage sebagai variabel kontrol berhubungan positif signifikan

terhadap terhadap audit fees.

13. Resti Yulistia M., Popi Fauziati, Arie Frinola Minovia, Adzkya

Khairati (2014): Hasil dari penelitian menunjukkan (1) Leverage tidak

mempengaruhi pilihan perusahaan untuk melakukan upward fixed

assets revaluation, (2) arus kas operasi tidak mempengaruhi pilihan

perusahaan untuk melakukan upward fixed assets revaluation, (3) size

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

38

tidak mempengaruhi pilihan perusahaan untuk melakukan upward fixed

assets revaluation, (4) asset intensity tidak mempengaruhi pilihan

perusahaan untuk melakukan upward fixed assets revaluation.

14. Friskianti (2014): Penelitian ini menganalisis kualitas informasi

akuntansi pra dan pasca adospi IFRS. Hasil dari penelitiannya

menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan kualitas informasi

akuntansi sebelum dan sesudah adopsi IFRS baik dari sisi manajemen

laba maupun relevansi.

15. Putri Nabela Dewi (2014): Temuan penelitian ini (1) jika secara fiskal

perusahaan mengalami kerugian, maka sebaiknya perusahaan

melakukan revaluasi atas aset tetapnya, karena dalam pembayaran pajak

perusahaan akan lebih diuntungkan, (2) jika secara fiskal perusahaan

mengalami laba, maka revaluasi atas aset tetapnya dilakukan saja,

walaupun dalam pembayaran pajak perusahaan akan mengalami

kerugian, akan tetapi pada tahun berikutnya setelah dilakukan revaluasi

atas aset perusahaan maka perusahaan akan lebih menghemat pajak.

16. Mitchell Bryce , Muhammad Jahangir Ali, Paul R. Mather (2014):

Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) kualitas akuntansi

tidak mengalami peningkatan secara signifikan setelah adopsi IFRS di

Australia, (2) komite audit lebih efektif dalam menjaga kualitas

akuntansi berdasarkan IFRS daripada sebelumnya GAAP Australia

(AGAAP). Temuan tersebut menunjukkan dampak atas adopsi IFRS

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

39

dan karakteristik komite audit dalam kaitannya dengan kualitas

akuntansi.

17. Andison (2015): Temuan menunjukkan bahwa (1) adanya pengaruh

rasio leverage terhadap kebijakan perusahaan melakukan assets

revaluation, (2) tidak adanya pengaruh rasio liquidity terhadap

kebijakan perusahaan melakukan assets revaluation, (3) adanya

pengaruh rasio market to book ratio terhadap kebijakan perusahaan

melakukan assets revaluation, (3) reaksi pasar yang timbul sebagai

dampak perusahaan melakukan assets revaluation lebih baik dari

perusahaan yang tidak melakukan assets revaluation.

18. Nurmala Ahmar (2016): Penelitian ini merupakan investigasi awal

terkait perilaku revaluasi aset pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

Desain riset dalam penelitian ini adalah deskriptif investigatif dengan

menguji sebanyak 434 perusahaan yang memiliki komponen other

comprehensive income (OCI). Riset ini didasarkan pada revaluasi aset

yang berkaitan dengan penyajian tahun laporan keuangan, revaluasi aset

berdasarkan kualifikasi Kantor Akuntan Publik, dan revaluasi aset

berkaitan dengan penyajian laporan keuangan berdasarkan mata uang.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak lebih dari 10% emiten yang

melakukan revaluasi aset selama 3 tahun pemberlakukan IFRS dan

PSAK 16 terkait pilihan penilaian kembali berdasarkan nilai pasar, (2)

secara rata-rata jumlah emiten yang diaudit oleh KAP Non Big-4 secara

absolut lebih banyak (18 emiten) dibandingkan KAP Big 4 (13 emiten),

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

40

(3) proporsi emiten dalam sampel riset yang melakukan revaluasi aset

dan menyajikan laporan keuangannya dalam USD meningkat. Secara

keseluruhan, jumlah perusahaan yang menyajikan laporan keuangan

mata uang asing juga cenderung meningkat. Suatu temuan menarik

dalam konteks emiten di Indonesia.

Dari penelitian–penelitian sebelumnya, dapat ditarik matriks

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.

Matriks Penelitian Terdahulu

Revaluasi Aset

Audit Fees ROA ROI DAR

1 Yao et al (2014) Signifikan Signifikan Signifikan

2 Kappa (2009) Tidak Signifikan Tidak Signifikan

3 Yulistia dkk (2014) Tidak Signifikan

4 Andison (2015) Signifikan

5 Franck Missonier-Piera (2007) Signifikan

6 Dimitropoulos et al (2013) Signifikan Signifikan Signifikan

7 Ettredge et al (2013) Signifikan

8 Brown et al (1992) Signifikan

9 Goncharov et al (2012) Tidak Signifikan

10 Courtenay et al (2004) Tidak Signifikan

11 Aboody et al (1999) Signifikan

12 Bryce et al (2014) Signifikan

Sumber: Jurnal Nasional dan Internasional

No Peneliti (Tahun)

Variabel Dependen

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

41

2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah adanya

penerapan model revaluasi terhadap aset entitas. Dengan adanya Peraturan

Menteri Keuangan nomor 191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali

aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada

tahun 2015 dan 2016, maka diharapkan terdapat peningkatan penerapan

revaluasi aset dari emiten yang sebelumnya tidak menerapkan model

tersebut. Hal ini dikarenakan terdapat perlakuan khusus akan diberikan

kepada Wajib Pajak berupa pengenaan PPH final sebesar: (a) 3% (tiga

persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 20 Oktober 2015 s.d. 31

Desember 2015, (b) 4% (empat persen), untuk permohonan yang diajukan

sejak 1 Januari 2016 s.d. 30 Juni 2016, (c) 6% (enam persen), untuk

permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 s.d. 31 Desember 2016.

Dewi (2014), mengungkapkan (1) jika secara fiskal perusahaan

mengalami kerugian, maka sebaiknya perusahaan melakukan revaluasi

atas aset tetapnya, karena dalam pembayaran pajak perusahaan akan lebih

diuntungkan, (2) jika secara fiskal perusahaan mengalami laba, maka

revaluasi atas aset tetapnya dilakukan saja, walaupun dalam pembayaran

pajak perusahaan akan mengalami kerugian, akan tetapi pada tahun

berikutnya setelah dilakukan revaluasi atas aset perusahaan maka

perusahaan akan lebih menghemat pajak.

Penyajian laporan keuangan dengan nilai wajar (fair value)

diharapkan mampu meningkatkan kualitas informasi akuntansi yang

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

42

dikonsumsi oleh pengguna laporan keuangan secara luas. Salah satu

penyajian dengan nilai wajar adalah penyajian fair value atas aset – aset

perusahaan. Secara logis apabila nilai atas aset semakin tinggi maka

berdampak pada peningkatan kepercayaan bagi pengguna laporan

keuangan (Ahmar, 2016).

Penelitian ini dikembangkan dari penelitian–penelitian

sebelumnya. Menurut hasil penelitian Yao et al (2014), Dimitropoulos et

al (2013), Ettredge et al (2013), Brown et al (1992), Bryce et al (2014)

menunjukkan hasil yang signifikan hubungan antara revaluasi aset dengan

biaya audit (audit fees). Hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian

Goncharov et al (2012) yang mengungkapkan bahwa revaluasi aset tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap audit fees. Jika dilihat dari

aspek kinerja keuangan perusahaan, menurut Aboody et al (1999),

Dimitropoulos et al (2013), Yao et al (2014) penelitiannya menunjukkan

bahwa revaluasi aset berhubungan signifikan terhadap return on assets

(ROA). Sedangkan hasil yang berbeda didapat oleh Kappa (2009). Untuk

aspek leverage, hasil penelitian Yao et al (2014), Andison (2015), Franck

Missonier-Piera (2007), mengungkapkan revaluasi aset memiliki

hubungan yang signifikan terhadap leverage dalam diproksikan dengan

debt to assets ratio (DAR). Sedangkan hasil yang berbeda ditemukan oleh

Yulistia dkk (2014), Courtenay et al (2004).

Berdasarkan kajian teori, kerangka pemikiran teoritis dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

43

Gambar 5.

Kerangka Penelitian H1

Gambar 6.

Kerangka Penelitian H2

Gambar 7.

Kerangka Penelitian H3

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

44

2.7 Formulasi Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang

sifatnya masih sementara. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan

yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih dan memberikan

gambaran bagaimana bentuk hubungan tersebut positif atau negatif.

Mengacu pada kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

1. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara

revaluasi aset dan audit fees. Dari hasil penelitian Yao et al (2014),

Dimitropoulos et al (2013), Ettredge et al (2013), Brown et al (1992),

Bryce et al (2014) menunjukkan adanya signifikansi hubungan antara

revaluasi aset dengan biaya audit (audit fees). Secara tidak langsung

ketika perusahaan menetapkan penilaian atas asetnya menggunakan

revaluation model, seharusnya peningkatan biaya audit atas jasa auditor

independen yang dibebankan kepada perusahaan bukan menjadi alasan

takut dalam melakukan revaluasi aset. Hal tersebut akan dapat ditutup

dengan keuntungan atas kenaikan nilai wajar aset tersebut. Dari hal

tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

2. Dari hasil penelitian Aboody et al (1999), Dimitropoulos et al (2013),

Yao et al (2014) penelitiannya menunjukkan bahwa revaluasi aset

berhubungan signifikan terhadap return on assets (ROA). Perusahaan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

45

yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing, maka

perusahaan tersebut memiliki peluang untuk meningkatkan laba bersih.

Laba bersih diperoleh perusahaan dari jumlah pendapatan dikurangi

dengan beban perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan

dipengaruhi oleh penggunaan secara efisien pada aset perusahaan.

Dengan memfokuskan pada laba bersih dan pengelolaan atas aset

emiten secara efisien maka nilai return on assets akan meningkat.

Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang diajukan sebagai

berikut:

H2: Terdapat perbedaan return on assets (ROA) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

3. Untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dibutuhkan

rasio keuangan yang merupakan indeks menghubungkan dua angka

akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka

lainnya. Sehingga dapat diketahui tingkat efisiensi dalam penggunaan

modal untuk mendapatkan laba dengan tingkat penjualan tertentu.

Leverage yang diwakili oleh debt to assets ratio (DAR)

menggambarkan seluruh aset perusahaan dan risiko keuangan yang

akan menjadi beban perusahaan di masa yang akan datang yang pada

akhirnya akan mempengaruhi pendapatan. Rasio leverage akan menjadi

pertimbangan bagi emiten dalam melakukan revaluasi aset tetap atau

tidak. Berdasar uraian di atas maka hipotesis yang diajukan sebagai

berikut:

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

46

H3: Terdapat perbedaan debt to assets ratio (DAR) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan untuk

membuktikan adanya perbedaan audit fees, return on assets (ROA) dan

debt to assets ratio (DAR) emiten yang melakukan revaluasi aset tetap dan

yang tidak melakukan revaluasi aset tetap. Jenis dari penelitian ini

dikategorikan penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat

membandingkan dengan menggunakan variabel yang sama dengan

variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam

waktu yang berbeda. Sumber dan jenis data merupakan data sekunder

antara lain diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Data sekunder tersebut untuk memenuhi variabel yang diteliti yaitu

revaluasi aset tetap, audit fess, return on assets (ROA), dan debt to assets

ratio (DAR). Adapun subjek yang akan diteliti adalah emiten yang

termasuk dalam secondary manufacture yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode tahun 2012–2015.

3.2 Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sampel purposive

sampling, dimana peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan/pendapat

tertentu terhadap sampel yang diteliti. Adapun kriteria sampel tersebut,

adalah:

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

48

1. Perusahaan atau emiten yang termasuk secondary manufacture yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan diakses melalui website resmi

www.idx.co.id.

2. Perusahaan atau emiten yang dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif-

nya terdapat komponen other comprehensive income (OCI).

3. Perusahaan yang terdapat komponen revaluasi aset.

4. Perusahaan yang mempunyai ikhtisar data keuangan untuk melihat

perbandingan rasio keuangan perusahaan.

3.3 Operasionalisasi Variabel

3.3.1 Variabel dependen

3.3.1.1 Audit Fees

Audit fees diukur dengan menggunakan logaritma natural dari data

atas akun professional fees yang merujuk pada penelitian Goncharov et al

(2012), Yao et al (2014), Kurniasih (2014). Dasar pengambilan keputusan

ini adalah belum tersedianya data tentang audit fees dikarenakan

pengungkapan data tentang audit fees di Indonesia masih berupa voluntary

disclosure, sehingga belum banyak emiten yang mencantumkan data

tersebut dalam annual report.

3.3.1.2 Return On Assets (ROA)

Sedangkan return on assets (ROA) diukur dengan membandingkan

laba bersih terhadap total aktiva, tapi laba di sini adalah laba sebelum

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

49

pajak bunga dan pajak atau EBIT terhadap total aktiva (Brigham dan

Houston, 2001:90). Rumus yang digunakan adalah :

ROA =

3.3.1.3 Debt to Assets Ratio (DAR)

Rasio leverage atau yang disebut dengan raiso pembiayaan dengan

utang, Salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rasio utang terhadap total aktiva, yang pada umumnya disebut rasio

utang (debt ratio) yakni mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan

dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh

terhadap pengelolaan aktiva, atau mengukur prosentase berapa besar dana

yang berasal dari utang. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio

ini adalah:

DAR =

3.3.2 Variabel independen

Sedangkan variabel independennya adalah revaluasi aset

perusahaan yang melakukan dan yang tidak melakukan revaluasi aset.

Menurut penelitian yang dilakukan Yao et al (2014), variabel ini diukur

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

50

dengan menggunakan perhitungan variabel dummy, skor 1 jika emiten

melakukan revaluasi aset dan skor 0 jika emiten tidak melakukan revaluasi

aset.

Lebih rinci variabel dependen dan independen dalam penelitian ini

diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.

Operasionalisasi Variabel

Sumber: Jurnal penelitian sebelumnya

3.4 Metode Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan audit fees,

return on assets dan debt to assets ratio emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset. Menurut Ghozali (2016:3), tujuan

dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang terkandung

di dalam data penelitian dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan

suatu masalah. Data dari ketiga variabel terikat yaitu audit fees, ROA dan

Variabel/Sub

Variabel

Indikator Ukuran Rujukan

Audit

Fees

Professional

Fees

Logaritma Natural nilai

professional fees

Goncharov, et al.

(2011)

Kinerja

Keuangan

Return On

Assets (ROA)

x 100%

Yao, et al.

(2014)

Risiko/Leverage

Perusahaan

Debt to Assets

Ratio (DAR)

Yao, et al.

(2014)

Revaluasi Aset

Tetap

Financial

Statement

0 Jika item tersebut tidak

dilakukan oleh emiten

1 Jika item tersebut

dilakukan oleh emiten

Yao, et al.

(2014)

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

51

DAR dianalisis dengan uji normalitas untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016:154).

Metode yang dipakai dalam penelitian ini karena terdiri dari satu

variabel terikat (metrik) dan satu variabel bebas (non-metrik), maka uji

statistik yang digunakan adalah uji beda rata-rata atau independent sample

t-test (uji beda independen). Uji independent sample t-test merupakan uji

komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau

rata-rata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala

interval/rasio. Kadang–kadang uji ini tidak tepat oleh karena asumsinya

tidak terpenuhi, maka dalam kondisi seperti ini statistik yang sesuai

digunakan adalah statistik non-parametrik dengan kasus dua sampel

berbeda (Ghozali, 2002:98). Adapun uji statistik non-parametrik yang

dilakukan adalah uji Mann Whitney U-Test.

3.4.1 Uji Beda

Tahapan uji beda dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Data dikatakan normal jika probabilitas signifikan ≥ 0,05.

2. Pengujian hipotesis dengan tahapan sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis

Formula:

H0.1: µ1 = µ2

H1.1: µ1 ≠ µ2

sehingga

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

52

H0.1: Tidak terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H1.1: Terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H0.2: Tidak terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H1.2: Terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H0.3: Tidak terdapat perbedaan DAR emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H1.3: Terdapat perbedaan DAR emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

b. Menentukan tingkat signifikansi α = 5% atau 10%.

c. Menentukan kriteria pengujian hipotesis. H0 ditolak jika probabilitas

< 0,05.

d. Melakukan uji beda dengan uji Independent Sample T-Test. Jika data

tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji Mann Whitney U-

Test.

e. Menginterpretasi hasil pengujian.

f. Menyusun simpulan berdasarkan hasil interpretasi dan pembahasan.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

53

BAB IV

GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini menggunakan populasi perusahaan atau

emiten yang termasuk secondary manufacture yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang melaporkan keuangannya pada periode tahun 2012-2015

serta menggunakan data seluruh perusahaan publik yang diakses melalui

www.idx.co.id. Perincian data yang digunakan untuk penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

Berdasarkan seleksi sampel pada tabel 4.1 di atas daat dijelaskan

bahwa jumlah sampel awal pada perusahaan secondary manufacture yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012-2015 secara

keseluruhan tiap tahun jumlahnya sama masing-masing 143 perusahaan,

sehingga total seluruh sampel awal periode pengamatan sebanyak 572

perusahaan.

2012 2013 2014 2015

Jumlah sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 143 143 143 143 572

Eliminasi : Data perusahaan yang tidak lengkap (44) (44) (37) (47) (172)

Data Tahap 1 : 99 99 106 96 400

Eliminasi : Data perusahaan yang tidak melakukan revaluasi aset (73) (70) (75) (64) (282)

Data sampel final 26 29 31 32 118

Sumber: Data sekunder yang diolah.

TotalTahun

Sampel

Tabel 4.1

Pemilihan Sampel Penelitian

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

54

Penyesuaian seleksi data tahap pertama, yaitu pengurangan data

awal sampel perusahaan dengan yang tidak memiliki data yang lengkap

dan dibutuhkan pada periode penelitian setiap tahunnya. Perusahaan yang

dieliminasi dari tahun 2012-2015 yaitu sebanyak 44 perusahaan pada

tahun 2012, 44 perusahaan pada tahun 2013, 37 perusahaan pada tahun

2014 dan 47 perusahaan di tahun 2015.

Penyesuaian selanjutnya terdapat pengurangan data perusahaan

yang tidak melakukan revaluasi aset. Perusahaan yang dieliminasi tahun

2012-2015 dapat dirinci sebagai berikut, tahun 2012 sebanyak 72

perusahaan, tahun 2013 sebanyak 70 perusahaan, tahun 2014 sebanyak 75

perusahaan, tahun 2015 sebanyak 64 perusahaan.

Selanjutnya dapat diperoleh data sampel akhir (final) selama tahun

amatan 2012-2015 terdiri dari, tahun 2012 sebanyak 26, tahun 2013

sebanyak 29 perusahaan, tahun 2014 sebanyak 31 perusahaan, tahun 2015

sebanyak 32 perusahaan. Sehingga didapatlah total sampel perusahaan

manufaktur sebanyak 118 perusahaan.

4.2 Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik yaitu statistik

deskriptif, uji normalitas serta melakukan pengujian hipotesis

menggunakan uji beda parametrik atau data yang berdistribusi normal

dengan menggunakan uji Independent Sample T-Test dan uji beda non

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

55

parametrik atau data yang tidak terdistribusi normal dengan menggunakan

Mann Whitney U-Test. Software yang digunakan dalam pengujian ini

menggunakan SPSS 22.0 For Windows.

4.2.1 Uji Normalitas Data

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Test untuk variabel audit fees 0.340 dengan probabilitas signifikansi 0.000

yang menunjukkan bahwa variabel audit fees tidak terdistribusi secara

normal karena α ≤ 0.05. Data yang sama juga dimiliki oleh variabel ROA

dengan nilai K-S sebesar 0.142 dan probabilitas signifikansi 0.017, yang

menunjukkan bahwa variabel ROA tidak terdistribusi secara normal (α ≤

0.05).

Berbeda halnya dengan variabel DAR, dengan nilai K-S 0.059

dan probabilitas signifikansi 0.803, yang menunjukkan bahwa variabel

DAR terdistribusi secara normal (α ≥ 0.05).

AUDIT FEES ROA DAR

118 118 118

Mean 4007.351 3.966 45.839

Std. Deviation 8738.310 6.372 25.526

Absolute .340 .142 .059

Positive .340 .142 .052

Negative -.324 -.107 -.059

3.699 1.543 .643

.000 .017 .803

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Asymp. Sig. (2-tailed)

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N

Normal Parametersa,,b

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

56

4.2.2 Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan objek pada perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode amatan 2012-2015. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan

keuangan perusahaan, kinerja keuangan perusahaan dan laporan tahunan

perusahaan yang mempunyai komponen OCI (Other Comprehensive

Income) serta terdapat akun revaluasi aset tetap. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis perbedaan audit fees, ROA dan DAR emiten

yang melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif

digunakan untuk memberikan sebuah informasi maupun penjelasan

mengenai keseluruhan variabel yang digunakan. Langkah awal sebelum

melakukan pengujian hipotesis, terlebih dulu melakukan analisis deskriptif

terhadap setiap masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian,

antara lain audit fees yang disajikan dalam akun Biaya Jasa Profesional

(Professional Fees), kinerja keuangan yang dicerminkan dari ROA

(Return On Assets) dan risiko perusahaan yang diwakili oleh DAR (Debt

to Assets Ratio).

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

AUDIT FEES 118 4007.351 8738.310 21.222 45727.273

ROA 118 3.966 6.372 -10.700 34.440

DAR 118 45.839 25.526 .170 114.000

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskriptif

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

57

Berdasarkan tabel 4.3 di atas yang merupakan hasil output SPSS

menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak 118. Selain itu juga dapat

diketahui bahwa:

1. Variabel Audit Fees

Audit fees adalah besaran biaya yang diterima auditor dengan

mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan,

tingkat keahlian dan lain-lain. Penyajian informasi yang relevan sekaligus

andal terkadang menimbulkan kendala, yakni masalah ketepatan waktu,

keseimbangan biaya dan manfaat, dan trade-off antara relevan dan andal

(Hidayat, 2012). Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) definisi audit fees

adalah besarnya biaya tergantung antara lain resiko penugasan,

kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan

pertimbangan biaya professional lainnya. Audit fees yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan

yang terdapat pada akun biaya jasa profesional (professional fees) dengan

periode amatan 2012-2015.

Menurut tabel di atas menunjukkan audit fees memiliki nilai rata-

rata sebesar 4007.351 dengan nilai standar deviasi sebesar 8738.310 yang

menunjukkan bahwa variabel audit fees memiliki variasi yang besar

(heterogen), yaitu unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-

sifat yang relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya, selama tahun

penelitian 2012-2015. Nilai minimum 21.222 dimiliki oleh Multi Prima

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

58

Sejahtera Tbk d.h Lippo Enterprises Tbk (LPIN) pada tahun 2012, nilai

maksimum sebesar 45727.273 dimiliki oleh Astra International Tbk

(ASII) pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa variabel audit fees

memiliki nilai yang relatif beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan

perusahaan.

2. Variabel Kinerja Keuangan Return On Assets (ROA)

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan standar

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Rasio profitabilitas adalah

sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas,

manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi (Brigham dan

Houston, 2001:89). Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). ROA menunjukkan

efektivitas dari manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan

dengan ketersediaan aset perusahaan.

Menurut tabel di atas menunjukkan ROA memiliki nilai rata-rata

sebesar 3.966 dengan nilai standar deviasi sebesar 6.372 yang

menunjukkan bahwa variabel ROA memiliki variasi yang besar

(heterogen), yaitu unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-

sifat yang relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya, selama tahun

penelitian 2012-2015. Nilai minimum dari ROA sebesar -10.700 dimiliki

oleh Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) pada tahun 2015, nilai

maksimum sebesar 34.440 dimiliki oleh Ekadharma International Tbk

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

59

(EKAD) pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA

memiliki nilai yang relatif beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan

perusahaan. Nilai minimum menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

memiliki nilai laba negatif dan tidak dapat mengembalikan labanya pada

satu periode usahanya atau mengalami kerugian. Nilai maksimum

menujukkan bahwa perusahaan tersebut mendapatkan laba yang sangat

tinggi serta dapat mengembalikan labanya dalam periode usahanya.

3. Variabel Risiko Debt to Assets Ratio (DAR)

Rasio utang (debt ratio) yakni mengukur seberapa banyak aktiva

perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan

berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva, atau mengukur prosentase

berapa besar dana yang berasal dari utang (www. ilmuekonomi.net).

Dalam tabel di atas menunjukkan DAR memiliki nilai rata-rata

sebesar 45.839 dengan nilai standar deviasi sebesar 25.526 yang

menunjukkan bahwa variabel DAR memiliki variasi yang besar

(heterogen), yaitu unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-

sifat yang relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya, selama tahun

penelitian 2012-2015. Nilai minimum 0.170 dimiliki oleh Chitose

Internasional Tbk (CINT) pada tahun 2015, nilai maksimum sebesar

114.000 dimiliki oleh Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) pada tahun

2013. Hal ini menunjukkan bahwa variabel DAR memiliki nilai yang

relatif beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

4.2.2.1 Audit Fees Berdasarkan Status Revaluasi Aset

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

60

Rata-rata nilai kinerja keuangan audit fees berdasarkan status

revaluasi aset pada periode tahun 2012-2015:

Pada tabel 4.4 di atas merupakan deskriptif audit fees berdasarkan

status revaluasi aset. Status penyajian revaluasi aset yang disajikan oleh

variabel audit fees menunjukkan perusahaan yang melakukan revaluasi

aset, yaitu sebanyak 57 perusahaan manufaktur pada periode amatan 2012-

2015. Rata-rata audit fees pada perusahaan yang melakukan revaluasi aset

pada periode amatan 2012-2015 sebesar 5240.185 dan nilai standar deviasi

sebesar 11714.860. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki variasi

yang besar (heterogen), yaitu unsur-unsur dari populasi yang diteliti

memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Sedangkan status penyajian revaluasi aset yang menunjukkan perusahaan

tidak melakukan revaluasi aset, yaitu sebanyak 61 perusahaan manufaktur

pada periode amatan 2012-2015. Rata-rata audit fees perusahaan yang

tidak melakukan revaluasi aset pada periode amatan 2012-2015 sebesar

2855.358 dan nilai standar deviasi sebesar 4244.572.

Berdasarkan hasil tabel tersebut maka rata-rata audit fees

perusahaan yang melakukan revaluasi aset lebih banyak daripada

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

REVALUASI ASET 57 5240.185 11714.860 1551.671

TIDAK

REVALUASI ASET

61 2855.358 4244.572 543.462

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Group Statistics

Tabel 4.4

AUDIT

FEES

STATUS PENYAJIAN RA

Deskriptif Audit Fees Berdasarkan Status Revaluasi Aset

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

61

perusahaan yang tidak melakukan revaluasi aset (5240.185 > 2855.358)

tetapi selisihnya tipis.

4.2.2.2 ROA berdasarkan Status Revaluasi Aset

Rata-rata nilai Kinerja Keuangan ROA berdasarkan status

revaluasi aset pada periode tahun 2012-2015:

Pada tabel 4.5 di atas merupakan deskriptif ROA berdasarkan

status revaluasi aset. Status penyajian revaluasi aset yang disajikan oleh

variabel ROA menunjukkan perusahaan yang melakukan revaluasi aset,

yaitu sebanyak 57 perusahaan manufaktur pada periode amatan 2012-

2015. Rata-rata ROA pada perusahaan yang melakukan revaluasi aset pada

periode amatan 2012-2015 sebesar 2.726 dan nilai standar deviasi sebesar

5.546. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki variasi yang besar

(heterogen), yaitu unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-

sifat yang relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan

status penyajian revaluasi aset yang menunjukkan perusahaan tidak

melakukan revaluasi aset, yaitu sebanyak 61 perusahaan manufaktur pada

periode amatan 2012-2015. Rata-rata ROA perusahaan yang tidak

melakukan revaluasi aset pada periode amatan 2012-2015 sebesar 5.124

dan nilai standar deviasi sebesar 6.902.

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

REVALUASI ASET 57 2.726 5.546 .735

TIDAK REVALUASI

ASET

61 5.124 6.902 .884

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Tabel 4.5

Deskriptif ROA Berdasarkan Status Revaluasi Aset

STATUS PENYAJIAN RA

ROA

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

62

Berdasarkan hasil tabel tersebut maka rata-rata ROA perusahaan

yang melakukan revaluasi aset lebih sedikit daripada perusahaan yang

tidak melakukan revaluasi aset (2.726 < 5.124) tetapi selisihnya tipis.

4.2.2.3 DAR Berdasarkan Status Revaluasi Aset

Rata-rata nilai Kinerja Keuangan DAR berdasarkan status

Revaluasi Aset pada periode tahun 2012-2015:

Pada tabel 4.6 di atas merupakan deskriptif DAR berdasarkan

status revaluasi aset. Status penyajian revaluasi aset yang disajikan oleh

variabel DAR menunjukkan perusahaan yang melakukan revaluasi aset,

yaitu sebanyak 57 perusahaan manufaktur pada periode amatan 2012-

2015. Rata-rata DAR pada perusahaan yang melakukan revaluasi aset pada

periode amatan 2012-2015 sebesar 48.373 dan nilai standar deviasi

sebesar 27.256. Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki variasi yang

besar (heterogen), yaitu unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki

sifat-sifat yang relatif berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan

status penyajian revaluasi aset yang menunjukkan perusahaan tidak

melakukan revaluasi aset, yaitu sebanyak 61 perusahaan manufaktur pada

periode amatan 2012-2015. Rata-rata DAR perusahaan yang tidak

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

REVALUASI ASET 57 48.373 27.256 3.610

TIDAK REVALUASI

ASET

61 43.472 23.778 3.044

Sumber: Data sekunder yang diolah.

DAR

STATUS PENYAJIAN RA

Tabel 4.6

Deskriptif DAR Berdasarkan Status Revaluasi Aset

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

63

melakukan revaluasi aset pada periode amatan 2012-2015 sebesar 43.472

dan nilai standar deviasi sebesar 23.778.

Berdasarkan hasil tabel tersebut maka rata-rata DAR perusahaan

yang melakukan revaluasi aset lebih besar daripada perusahaan yang tidak

melakukan revaluasi aset (48.373 > 43.472) tetapi selisihnya tipis.

4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan pada uji beda hipotesis ini

dengan menggunakan uji beda parametrik Independent Sample T-Test

untuk data yang berdistribusi normal dan uji beda non-parametrik Mann

Whitney U-Test untuk data yang tidak berdistribusi normal. Hasil yang

didapatkan dari uji normalitas sebelumnya yakni Audit Fees, ROA

berdistribusi tidak normal dan DAR berdistribusi normal. Oleh karena

itu, uji beda yang dilakukan untuk menguji hipotesis ini menggunakan uji

beda parametrik yaitu Independent Sample T-Test dan uji beda non-

parametrik yaitu Mann Whitney U-Test dengan pengujian hipotesis pada

penelitian sebagai berikut:

4.3.1 Pengujian Hipotesis 1: Pengujian Audit Fees Berdasarkan

Status Penyajian Revaluasi Aset.

H0: Tidak terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

64

H1: Terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi aset

dan tidak melakukan revaluasi aset.

Berikut ini adalah hasil uji beda audit fees berdasarkan status

penyajian revaluasi aset:

Berdasarkan tabel 4.7 di atas pengujian dilakukan dengan alat uji

beda Mann Whitney U-Test diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas

sebesar 0.680 (p > 0.05) maka dapat dikatakan bahwa H0 diterima atau

tidak terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi aset

dan tidak melakukan revaluasi aset.

4.3.2 Pengujian Hipotesis 2: Pengujian ROA Berdasarkan Status

Penyajian Revaluasi Aset

H0: Tidak terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H1: Terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan revaluasi aset dan

tidak melakukan revaluasi aset.

Berikut ini adalah hasil uji beda ROA berdasarkan status

penyajian revaluasi aset:

AUDIT FEES

Mann-Whitney U 1662.000

Wilcoxon W 3553.000

Z -.412

Asymp. Sig. (2-tailed) .680

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Test Statisticsa

a. Grouping Variable: STATUS PENYAJIAN RA

Tabel 4.7

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

65

Berdasarkan tabel 4.8 di atas pengujian dilakukan dengan alat uji

beda Mann Whitney U-Test diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas

sebesar 0.064 (p < 0.1) maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak atau

terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan revaluasi aset dan tidak

melakukan revaluasi aset.

4.3.3 Pengujian Hipotesis 3: Pengujian DAR Berdasarkan Status

Penyajian Revaluasi Aset

H0: Tidak terdapat perbedaan DAR emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

H1: Terdapat perbedaan DAR emiten yang melakukan revaluasi aset dan

tidak melakukan revaluasi aset.

Berikut ini adalah hasil uji beda dari DAR berdasarkan status

penyajian revaluasi aset:

ROA

Mann-Whitney U 1394.500

Wilcoxon W 3047.500

Z -1.853

Asymp. Sig. (2-tailed) .064

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Test Statisticsa

a. Grouping Variable: STATUS PENYAJIAN RA

Tabel 4.8

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

66

Berdasarkan tabel 4.9 di atas pengujian dilakukan dengan alat uji

beda Independent Sample T-Test diperoleh hasil bahwa F=0.690

(p=0.408) karena p di atas 0.05 maka dapat dikatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan varians pada data DAR perusahaan yang melakukan

revaluasi aset dan yang tidak melakukan revaluasi aset. Terlihat bahwa

nilai t hitung adalah dengan probabilitas 0.299 > 0.05, maka H0 diterima

dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan DAR emiten yang

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

4.4 Pengembangan Pengujian

Pengembangan pengujian hipotesis dilakukan pada emiten sebelum

dan sesudah menerapkan metode revaluasi aset. Alat uji yang digunakan

yaitu uji beda parametrik Paired T-Test untuk data yang berdistribusi

normal dan uji beda non-parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test untuk

data yang berdistribusi tidak normal.

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Equal variances

assumed

.690 .408 1.043 116 .299 4.901 4.701 -4.409 14.211

Equal variances

not assumed

1.038 111.392 .302 4.901 4.723 -4.456 14.259

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Tabel 4.9

DAR

Independent Samples Test

Levene's Test for t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

67

Pada tabel 4.10 hasil yang didapatkan dari uji normalitas yakni

audit fees berdistribusi tidak normal. Sedangkan ROA dan DAR

berdistribusi normal. Hasil yang didapat dari pengembangan pengujian

hipotesis sebelum dan sesudah revaluasi aset sebagai berikut:

Pada tabel 4.11 menunjukkan hasil pengembangan hipotesis

dengan menggunakan alat uji Wilcoxon Signed Ranks Test untuk data

yang berdistribusi tidak normal dan Paired T-Test untuk data yang

berdistribusi normal. Bedasarkan tabel di atas menunjukkan hasil uji

ROA

Sebelum

ROA

Sesudah Audit Fee - Sblm Audit Fee Ssd

DAR

Sebelum

DAR

Sesudah

42 42 42 42 42 42

Mean 2.10 2.03 4497.033 5494.234 48.335 45.728

Std.

Deviation

6.253 5.167 11130.885 11976.919 28.062 27.480

Absolute .162 .141 .394 .424 .129 .114

Positive .161 .105 .394 .424 .096 .113

Negative -.162 -.141 -.343 -.325 -.129 -.114

1.051 .912 2.553 2.749 .833 .737

.220 .376 .000 .000 .492 .649

Sumber: Data sekunder yang diolah.

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N

Normal

Paramete

rsa,,b

Most

Extreme

Differenc

Kolmogorov-

Asymp. Sig. (2-

Tabel 4.10

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

P Value 0.000 0.000 0.220 0.376 0.492 0.649

Signifikansi Uji Normalitas Tidak Normal Tidak Normal Normal Normal Normal Normal

Alat Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Wilcoxon Signed Ranks Test Paired T-Test Paired T-Test Paired T-Test Paired T-Test

Hasil

Signifikansi Pengembangan Pengujian

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Tidak Beda Tidak Beda Tidak Beda

Tabel 4.11

Hasil Pengembangan Pengujian Hipotesis

Audit Fees ROA DARVariabel

0.936 0.5900.279

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

68

hipotesis untuk audit fees sebelum dan sesudah sebesar 0.279 (p > 0.05)

sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan audit fees

sebelum dan sesudah revaluasi aset. Sedangkan ROA dan DAR

menunjukkan hasil uji sebesar 0.936 dan 0.590 yang mana keduanya

mempunyai probabilitas > 0.05, hal ini dapat disimpulkan bahwa ROA

dan DAR tidak ada perbedaan untuk sebelum dan sesudah penerapan

revaluasi aset.

4.5 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan audit fees,

return on assets (ROA) dan debt to assets ratio (DAR) emiten yang

melakukan revaluasi aset dan yang tidak melakukan revaluasi aset.

Sehubungan dengan diberlakukannya standar akuntansi berbasis IFRS,

maka salah satu bahasan yang sedang berkembang adalah adanya

penerapan revaluasi aset. Revaluasi aset merupakan aktivitas dalam

akuntansi untuk menilai kembali aset tetap perusahaan yang berdampak

terhadap laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif.

Berdasarkan pengamatan beberapa tahun jika dilihat dari laporan keuangan

perusahaan khususnya terdapat pada komponen other comprehensive

income (OCI), penerapan penilaian kembali aset tetap (revaluasi aset)

masih sedikit jumlahnya. Sebenarnya model revaluasi sangat baik jika

diterapkan karena dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan.

Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal untuk variabel audit

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

69

fees dan ROA, sedangkan DAR datanya berdistribusi normal. Hasil

pengujian selanjutnya menggunakan uji beda Mann Whitney U-Test untuk

variabel yang tidak berdistribusi normal dan uji beda Independent Sample

T-Test untuk variabel yang berdistribusi normal.

Hasil uji beda dengan Mann Whitney U-Test yang ditunjukkan oleh

variabel audit fees dan ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikansi emiten yang melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan

revaluasi aset pada periode amatan 2012-2015. Sedangkan DAR yang diuji

dengan alat uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan signifikansi emiten yang melakukan revaluasi aset dan

tidak melakukan revaluasi aset pada periode amatan 2012-2015.

4.5.1 Perbedaan Audit Fees Berdasarkan Revaluasi Aset

Audit fees merupakan pendapatan yang besarannya bervariasi

tergantung dari jenis penugasan audit seperti ukuran perusahaan klien,

kompleksitas jasa audit serta nama KAP yang melakukan jasa audit

(www.ahlibaca.com). Audit fees biasanya diterima oleh seorang akuntan

publik setelah melaksanakan jasa auditnya, besarnya tergantung dari resiko

penugasan. Fee yang besar dapat membuat kantor akuntan sulit menolak

kehendak klien dan fee yang kecil dapat menyebabkan waktu dan biaya

pelaksanaan prosedur audit terbatas.

Berdasarkan tabel 4.7 telah dilakukan pengujian uji beda Mann-

Whitney U T-Test untuk menguji variabel Audit fees diperoleh hasil bahwa

H0 diterima atau tidak terdapat perbedaan audit fees emiten yang

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

70

melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset pada periode

amatan 2012-2015. Hasil ini dimungkinkan karena kenaikan audit fees

setelah dilakukan revaluasi aset memiliki nilai tidak signifikan, masih

dalam batas yang wajar dan umumnya KAP yang dipilih masih sama

dengan tahun-tahun sebelumnya dimaksudkan untuk menjaga hubungan

baik kedua belah pihak.

Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Yao et al (2014),

Dimitropoulos et al (2013), Ettredge et al (2013), Brown et al (1992),

Bryce et al (2014) menunjukkan hasil yang signifikan hubungan antara

revaluasi aset dengan biaya audit (audit fees). Hasil yang berbeda

didapatkan dari penelitian Goncharov et al (2012) yang mengungkapkan

bahwa revaluasi aset tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

audit fees.

4.5.2 Perbedaan ROA Berdasarkan Revaluasi Aset

Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

keuangan perusahaan yang dianalisis dengan dengan alat analisis

keuangan. Menurut Fahmi (2011: 2) kinerja keuangan adalah suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan

secara baik dan benar. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang

memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva,

dan hutang terhadap hasil operasi (Brigham dan Houston, 2001:89). Secara

konseptual ROA adalah rasio laba bersih terhadap total aktiva, tapi laba di

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

71

sini adalah laba sebelum pajak bunga dan pajak atau EBIT terhadap rata-

rata aktiva.

Berdasarkan tabel 4.8 telah dilakukan pengujian uji beda Mann-

Whitney U T-Test untuk menguji variabel ROA telah diperoleh hasil

bahwa H0 ditolak atau terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan

revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Aboody et al

(1999), Dimitropoulos et al (2013), Yao et al (2014) penelitiannya

menunjukkan bahwa revaluasi aset berhubungan signifikan terhadap

Return On Assets (ROA). Sedangkan hasil yang berbeda didapat oleh

Kappa (2009).

4.5.3 Perbedaan DAR Berdasarkan Revaluasi Aset

Rasio leverage atau yang disebut dengan raiso pembiayaan dengan

utang, memiliki tiga implikasi penting: (1) memperoleh dana melalui utang

membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas

perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas,

atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin pengaman,

sehingga jika pemegang saham hanya meberikan sebagian kecil dari total

pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur, (3)

jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi

dibiayai dengan dana pinjaman disbanding pembayaran bunga, maka

pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar atau leveraged

(Brigham dan Houston, 2001:84). Debt To Assets Ratio (DAR)

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

72

memberikan beberapa indikasi mengenai kemampuan perusahaan untuk

menahan kerugian tanpa merusak ketertarikan para kreditor. Semakin

besar persentase utang terhadap total aset, semakin besar risiko perusahaan

tidak dapat melunasi kewajibannya yang akan jatuh tempo.

Berdasarkan tabel 4.9 yang telah dilakukan pengujian dengan alat

uji beda Independent Sample T-Test diperoleh hasil bahwa tidak terdapat

perbedaan varians pada data DAR perusahaan yang melakukan revaluasi

aset dan yang tidak melakukan revaluasi aset. Dapat dikatakan bahwa H0

diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan DAR

emiten yang melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

Hal ini dikarenakan kenaikan nilai revaluasi aset tetap tidak signifikan

yang dapat meningkatkan nilai total aset, sehingga tidak mengalami

penurunan DAR secara signifikan meskipun aset tetap telah direvaluasi.

Begitu pula dengan total utang konstan (tidak mengalami perubahan).

Hasil ini juga didukung dengan adanya pengembangan pengujian

hipotesis penelitian yaitu untuk emiten yang sebelumnya tidak melakukan

revaluasi dan emiten yang pada tahun berikutnya menerapkan revaluasi.

Alat uji yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks Test untuk data

yang berdistribusi tidak normal dan Paired T-Test untuk data yang

berdistribusi normal. Bedasarkan tabel 4.11 yang sudah dijelaskan

sebelumnya menunjukkan bahwa audit fees sebelum dan sesudah didapat

kesimpulan tidak terdapat perbedaan audit fees sebelum dan sesudah

revaluasi aset. Sedangkan ROA dan DAR menunjukkan hasil bahwa ROA

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

73

dan DAR tidak terdapat perbedaan untuk sebelum dan sesudah penerapan

revaluasi aset.

Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Yao et al (2014),

Andison (2015), Piera (2007), mengungkapkan revaluasi aset memiliki

hubungan yang signifikan terhadap leverage dalam diproksikan dengan

debt to assets ratio (DAR). Sedangkan hasil yang berbeda ditemukan oleh

Yulistia dkk (2014), Courtenay et al (2004).

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

74

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan objek pada perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode amatan 2012-2015. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan

keuangan perusahaan, kinerja keuangan perusahaan dan laporan tahunan

perusahaan yang mempunyai komponen OCI (Other Comprehensive

Income) serta terdapat akun revaluasi aset tetap. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 118 sampel. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis perbedaan audit fees, ROA dan DAR emiten

yang melakukan revaluasi aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

Pengujian data menggunakan analisis deskriptif dan analisis

statistik yaitu statistik deskriptif, uji normalitas serta melakukan pengujian

hipotesis menggunakan uji beda parametrik atau data yang berdistribusi

normal dengan menggunakan uji Independent Sample T-Test dan uji beda

non parametrik atau data yang tidak terdistribusi normal dengan

menggunakan Mann Whitney U-Test. Software yang digunakan dalam

pengujian ini menggunakan SPSS 22.0 For Windows.

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang dilakukan,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...revaluasi aset dan yang tidak menerapkan revaluasi aset. Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pengadopsian

75

1. Tidak terdapat perbedaan audit fees emiten yang melakukan revaluasi

aset dan tidak melakukan revaluasi aset.

2. Terdapat perbedaan ROA emiten yang melakukan revaluasi aset dan

tidak melakukan revaluasi aset.

3. Tidak terdapat perbedaan DAR emiten yang melakukan revaluasi aset

dan tidak melakukan revaluasi aset.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, maka

saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbandingan status revaluasi aset perusahaan selain

perusahaan manufaktur perlu dilakukan observasi lebih lanjut.

2. Penelitian mendatang dapat menindaklanjuti dengan menguji secara

empiris perusahaan selain manufakur yaitu perbankan.