bab i pendahuluan 1.1. latar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan organisasi di suatu wilayah yg mempunyai kekuasaan tertinggi yg sah dan ditaati oleh rakyat; kelompok sosial yg menduduki suatu wilayah atau daerah tertentu yg diatur di bawah lembaga politik dan pemerintah yg efektif, mempunyai kesatuan politik, dan berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki dasar negara, yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila sebagai ideologi negara. Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu- ribu pulau yang tersebar dari Sabang hingga Marauke dan memiliki luas total 1.919.440 km 2 dan 238 juta jiwa penduduk, yang merupakan negara berpenduduk terbanyak ke empat di dunia (www.bps.go.id). Dalam rangka memajukan kesejahteraan segenap masyarakat Indonesia, pemerintah sudah tentu memiliki berbagai program pembangunan nasional. Pembangunan nasional hakikatnya merupakan upaya mewujudkan tujuan nasional

Upload: lammien

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

1!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan

organisasi di suatu wilayah yg mempunyai kekuasaan tertinggi yg sah dan ditaati

oleh rakyat; kelompok sosial yg menduduki suatu wilayah atau daerah tertentu yg

diatur di bawah lembaga politik dan pemerintah yg efektif, mempunyai kesatuan

politik, dan berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki dasar negara, yaitu

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila sebagai ideologi negara.

Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa tujuan Negara

Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-

ribu pulau yang tersebar dari Sabang hingga Marauke dan memiliki luas total

1.919.440 km2 dan 238 juta jiwa penduduk, yang merupakan negara berpenduduk

terbanyak ke empat di dunia (www.bps.go.id).

Dalam rangka memajukan kesejahteraan segenap masyarakat Indonesia,

pemerintah sudah tentu memiliki berbagai program pembangunan nasional.

Pembangunan nasional hakikatnya merupakan upaya mewujudkan tujuan nasional

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

2!

bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman

dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (www.bappenas.go.id). Mengetahui

fakta geografis dan demografis penduduk Indonesia, hal ini menjadi tantangan

besar bagi pemerintah Indonesia untuk membangun negara dengan baik dan adil.

Pemerintah juga membutuhkan dana yang sangat besar demi menjalankan semua

program yang telah dicanangkan. Untuk itu, dibutuhkan suatu anggaran

penerimaan dan pengeluaran setiap tahunnya dan hal ini tertuang pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan

setiap tahun dengan undang-undang. APBN ini yang menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan sesuai

dengan salah satu fungsinya yaitu fungsi otorisasi.

Berdasarkan data yang diambil dari Kementerian Keuangan Republik

Indonesia mengenai Data Pokok APBN 2007-2013, menunjukkan jumlah

penerimaan dan belanja negara selalu meningkat setiap tahunnya, kecuali

penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

dunia.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

3!

Gambar 1.1. Ringkasan APBN 2007-2013 (Miliar Rupiah)

sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Di dalam APBN, terdapat dua jenis sumber penerimaan negara, yaitu

penerimaan perpajakan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak

perdagangan internasional serta penerimaan bukan pajak. Sumber dana yang

memberikan proporsi terbesar terhadap penerimaan negara adalah dari sektor

perpajakan. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar–Dasar

Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1992), mendefinisikan pajak sebagai iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang–undang dengan tidak mendapat

jasa–jasa timbal yang langsung dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Sedangkan menurut Mardiasmo (2009) pajak adalah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Ia juga

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

4!

menambahkan bahwa terdapat dua fungsi pokok pajak, yaitu sebagai berikut: (1)

Fungsi Penerimaan (Budgetair), pajak berfungsi sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, dan (2)

Fungsi Mengatur (Regulator), pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Berdasarkan data Ringkasan APBN 2007-2013, penerimaan negara dari

sektor perpajakan dari tahun ke tahun menunjukkan tren yang meningkat. Pada

tahun 2007, penerimaan dari sektor ini memberikan kontribusi sebesar Rp 491

triliun dari total penerimaan yang diterima negara sebesar Rp 706 triliun atau

sebesar 69 persen dan persentase ini meningkat signifikan hingga mencapai 78

persen pada tahun 2013 yang memberikan kontribusi sebesar Rp 1.192 triliun dari

total penerimaan negara sebesar Rp 1.525 triliun. Berdasarkan hal itu, dapat

dikatakan bahwa kesuksesan program-program pemerintah untuk

mensejahterakan rakyat dan dalam upaya untuk terus membangun negara sangat

bergantung pada seberapa baiknya realisasi penerimaan negara dari sektor

perpajakan ini.

Menurut data Penerimaan Perpajakan 2012-2013 yang dikeluarkan

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, realisasi penerimaan dari sektor

pajak yang terkumpul hanya sebesar Rp 1.072,1 triliun per 31 Desember 2013.

Padahal Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P)

menentukan target penerimaan dari sektor ini sebesar Rp 1.148,4 triliun yang

artinya hanya terrealisasi sebesar 93,4 persen. Angka ini merupakan penurunan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

5!

jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 sebesar 99,3

persen dan tahun 2012 sebesar 94,3 persen.

Dari data tersebut menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan

membayar pajak oleh wajib pajak. Persentase tingkat kepatuhan wajib pajak di

Indonesia masih tergolong sangat rendah. Menteri Keuangan Agus Martowardojo

mengatakan bahwa pada tahun 2012 wajib pajak orang pribadi yang seharusnya

membayar pajak atau yang mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP) sebanyak 60 juta orang, tetapi jumlah yang mendaftarkan

dirinya sebagai wajib pajak hanya 20 juta orang dan yang membayar pajaknya

atau melapor Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilannya hanya 8,8 juta

orang dengan rasio SPT sekitar 14,7 persen. Sementara badan usaha yang

terdaftar sebanyak 5 juta, yang mau mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak

hanya 1,9 juta dan yang membayar pajak atau melapor Surat Pemberitahuan

(SPT) Pajak Penghasilannya hanya 520 ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar

10,4 persen (www.pajak.go.id).

Jika ditelusuri lebih jauh, pada tahun 1983 terjadi perubahan sistem

pemungutan pajak di Indonesia yang awalnya Official Assessment System berubah

menjadi Self Assessment System. Pada Official Assessment System tanggung jawab

pembayaran pajak berada pada fiskus (aparat pajak), sedangkan dalam Self

Assessment System wajib pajak diberikan tanggungjawab penuh untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan besarnya pajak

terutang dalam jangka waktu tertentu yang sudah diatur dalam peraturan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

6!

perundang-undangan perpajakan seperti yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan

(SPT), kemudian menyetor kewajiban perpajakannya ke kantor pajak.

Dengan sistem pemungutan pajak seperti ini, wajib pajak memiliki celah

untuk tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini yang sering menjadi

hambatan bagi pemerintah dalam upaya mengoptimalkan penerimaan dari sektor

perpajakan. Hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak pada dasarnya terjadi

karena adanya perlawanan oleh wajib pajak itu sendiri. Menurut Mardiasmo

(2009) hambatan dalam pemungutan pajak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Yang dimaksud dengan perlawanan pasif

adalah masyarakat tidak bersedia memenuhi kewajiban perpajakannya

sebagaimana mestinya sedangkan perlawanan aktif meliputi semua usaha dan

perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk

menghindari pajak. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk

pada realisasi penerimaan negara dan pada akhirnya akan mempengaruhi

kesejahteraan masyarakat Indonesia itu sendiri.

Maraknya kasus-kasus penggelapan pajak yang menjerat beberapa pejabat

maupun pegawai pajak di institusi perpajakan Indonesia, khususnya kasus yang

menimpa Gayus Tambunan, seperti membuka mata semua orang bahwa

penggelapan pajak di negera ini sudah sangat memperihatinkan dan harus segera

diatasi. Hal ini juga mengindikasikan lemahnya sistem perpajakan yang

diterapkan di Indonesia sehingga banyak pejabat pemerintahan yang mencuri

kesempatan untuk memanfaatkan uang rakyat demi kepentingan pribadi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

7!

Mardiasmo (2009) mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion)

sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak

dengan cara melanggar undang-undang.

Menurut Martin Crowe (dalam Nickerson, 2009) menemukan bahwa ada

beberapa alasan atau kondisi penggelapan pajak dapat dipandang sebagai tindakan

yang etis yaitu ketidakmampuan membayar pajak, pemerintah yang korup, tarif

pajak yang tinggi dan tidak mendapatkan imbalan langsung dari pembayaran

pajak.

Menurut Lars P. Feld dan Bruno S. Frey (2007), masyarakat kurang

tertarik untuk memenuhi tanggungjawab perpajakkannya karena tidak adanya

timbal balik langsung dari negara. Pajak yang telah dibayar juga tidak sebanding

dengan manfaat yang dirasakan masyarakat. Masyarakat akan menyisihkan

sebagian dari penghasilan yang diterimanya untuk membayar pajak apabila

mereka merasakan pelayanan publik sebanding dengan pembayaran pajaknya,

adanya perlakuan yang adil dari pemerintah serta proses hukum yang jelas dari

pemerintah.

Allingham dan Sandmo (1972) menyebutkan kecenderungan masyarakat

tidak mau membayar pajak atau membayar pajak tapi pajak yang dibayar tidak

sesuai dari penghasilan yang sebenarnya disebabkan karena rendahnya

pengawasan pemerintah dan sanksi atau denda yang dikenakan terhadap wajib

pajak yang tidak patuh masih sangat kecil.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

8!

Selama ini sudah banyak penelitian yang membahas fenomena

penggelapan pajak dari berbagai sudut pandang termasuk dari sisi akuntansi,

keuangan, sektor publik, maupun keagamaan. Namun fokus pada penelitian ini

akan membahas penggelapan pajak dari sudut pandang etika. Hal ini menarik

untuk diteliti karena berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa pandangan kelompok orang terhadap penggelapan

pajak bisa berbeda satu sama lain. Pada awalnya, kita dihadapkan pada pernyataan

bahwa penggelapan pajak merupakan hal yang salah karena selain tindakan

tersebut melanggar hukum, juga dapat merugikan negara dan kesejahteraan

rakyat. Seuatu yang salah atau yang tidak benar biasanya diartikan sebagai

tindakan tidak etis. Tetapi berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya, pada suatu kondisi dan alasan tertentu, penggelapan pajak

bisa dianggap sebagai tindakan etis.

McGee (2006) membagi penggelapan pajak ke dalam tiga pandangan yaitu

tidak pernah etis, kadang-kadang etis tergantung pada keadaan dan fakta-fakta

tertentu, serta etis.

Menurut Pennock (1998) penggelapan pajak juga bisa dipandang etis

ketika wajib pajak dipaksa untuk membayar sesuatu yang keuntungannya tidak

bisa diukur.

Sebuah studi penggelapan pajak di Armenia (McGee, 1999b) menemukan

dua alasan utama untuk menghindari pajak yaitu buruknya mekanisme di tempat

mengumpulkan pajak dan opini umum bahwa pemerintah tidak layak

mendapatkan sebagian atas penghasilan pekerja.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

9!

Sedangkan Lehmkuhl (1902) menyatakan bahwa tidak etis untuk

menghindari pajak ketika hasilnya mengakibatkan orang-orang yang tidak

menghindari pajak harus membayar lebih. Dengan kata lain, ada beberapa

kewajiban moral kepada wajib pajak lain bahkan jika merasa tidak ada kewajiban

moral kepada pemerintah.

Beberapa penelitian juga mencoba untuk membandingkan persepsi pada

kelompok disiplin ilmu yang berbeda terhadap etika penggelapan pajak.

McGee dan Lingle (2005) dalam surveinya pada mahasiswa ekonomi dan

hukum di Guatemala menemukan bahwa mahasiswa menganggap penggalapan

pajak dapat dikatakan etis apabila pemerintahan korup. Dalam penelitian ini juga

menunjukkan mahasiswa hukum merasa kurang setuju menyalahkan penggelapan

pajak dalam landasan etika dibandingkan dengan mahasiswa.

Hasil survei yang dilakukan kepada mahasiswa bisnis di Rumania

(McGee, 2005b) menemukan bahwa responden sering merasa penggelapan pajak

dapat dibenarkan secara etika.

McGee dan Guo (2006) mensurvei mahasiswa hukum, ekonomi dan

filsafat di Hubei. Mereka menemukan bahwa mahasiswa hukum lebih

bertentangan secara signifikan terhadap penggelapan pajak dibandingkan dua

kelompok lainnya.

McGee dan Ho (2006) mensurvei mahasiswa akuntansi, bisnis dan ilmu

ekonomi di Hong Kong. Mereka menemukan mahasiswa akuntansi lebih

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

10!

bertentangan terhadap penggelapan pajak secara signifikan dibandingkan dengan

mahasiswa bisnis dan ilmu ekonomi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nickerson et al., (2009)

menunjukkan bahwa dari item-item yang diuji dalam instrumen penelitian, secara

keseluruhan penggelapan pajak (tax evasion) dapat dikelompokkan menjadi tiga

dimensi persepsi skala etis yaitu: (1) keadilan, mengenai kegunaan positif atas

uang, (2) sistem perpajakan, mengenai tarif pajak dan kegunaan negatif atas uang

dan (3) diskriminasi, mengenai penghindaran dalam kondisi tertentu.

Dari tinjauan beberapa literatur mengenai etika dalam penggelapan pajak

di atas, menunjukkan bahwa penggelapan pajak bisa saja dianggap etis jika

dikaitkan dalam kondisi atau alasan tertentu. Hasil penelitian lainnya juga

menemukan bahwa persepsi terhadap etika penggelapan pajak berbeda antara satu

kelompok dengan kelompok lainnya dan dalam hal ini pembagian kelompok

tersebut berdasarkan disiplin ilmu. Penjelasan di atas yang mendorong peneliti

untuk menganalisis apakah faktor perbedaan disiplin ilmu mempengaruhi persepsi

masing-masing kelompok mengenai etika penggelapan pajak, dan diangkat

kedalam sebuah penelitian yang berjudul “ETIKA PENGGELAPAN PAJAK:

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA EKONOMI, HUKUM, DAN

PSIKOLOGI”.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

11!

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa literatur yang ditinjau sebelumnya, dimungkinkan

akan adanya perbedaan persepsi terhadap etika penggelapan pajak antar kelompok

mahasiswa yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda. Maka dari itu peneliti

menentukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi antar kelompok yang berbeda, yaitu

mahasiswa Ekonomi, Hukum dan Psikologi terhadap etika penggelapan

pajak?

2. Kelompok mana yang lebih menentang penggelapan pajak dan mana

yang lebih tidak menentang?

3. Sejauh mana penggelapan pajak dapat dianggap etis dan kapan pula

dianggap tidak etis?

1.3. Batasan Penelitian

Penelitian perlu dijelaskan ruang lingkup yang akan diteliti agar cakupan

bahasan menjadi fokus sehingga akan memberikan hasil penelitian yang sesuai

dengan harapan. Maka dari itu batasan masalah penelitian ini ditentukan sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa di Universitas Gadjah Mada.

2. Responden dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan

Bisnis, Hukum, dan Psikologi Universitas Gadjah Mada.

3. Variabel dependen yang ingin diteliti adalah persepsi mahasiswa terhadap

etika penggelapan pajak, sedangkan variabel keadilan, sistem perpajakan,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

12!

dan diskriminasi merupakan satu kesatuan yang menjadi variabel

independen.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menguji perbedaan persepsi mahasiswa ekonomi, hukum, dan psikologi

mengenai etika penggelapan pajak.

2. Menguji kelompok mana yang lebih menentang penggelapan pajak dan

mana yang lebih tidak menentang.

3. Menguji kapan penggelapan pajak dapat dikatakan etis dan kapan tidak

etis.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak

yaitu sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan

kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan di

Indonesia sehingga akan berdampak pada meningkatknya penerimaan

negara dari sektor pajak.

2. Menambah wawasan bagi para akademisi maupun masyarakat luas.

3. Menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70328/potongan/S1-2014... · penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

!

13!

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian ini berisikan lima bab yang masing-masing

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Pada bab ini menjelaskan landasan teori yang membangun pemahaman

terkait penelitian, penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya

dan perumusan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan, jenis

populasi dan pemilihan sampel serta beberapa pengujian penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisikan deskripsi data, demografi responden, hasil-hasil

pengujian penelitian dan pembahasan hipotesis penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk

penelitian selanjutnya.

!!!