bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/bagian_akhir_tesis_final.pdf ·...

115
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepailitan merupakan status hukum yang disandang oleh debitor akibat putusan pailit lembaga peradilan. Akibat dari putusan pailit, harta kekayaan debitor diletakkan di bawah sita umum (mengalami keadaan automatic stay) yang mana menyebabkan debitor tidak lagi dapat menguasai harta kekayaannya. Hal tersebut terjadi hingga pemberesan harta pailit selesai dilaksanakan oleh administrator harta pailit (dalam Undang-Undang Kepilitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang disebut sebagai kurator). Putusan pailit dapat dijatuhkan kepada debitor apabila tidak mampu membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Jumlah kreditor dari si debitor sendiri minimal dua orang dan bisa lebih. Apabila jumlah kreditor hanya satu orang dan kemudian terjadi sengketa, maka sengketa perjanjian utang-piutang tersebut dapat diselesaikan dengan gugatan wanprestasi terhadap debitor melalui jalur peradilan. Hal tersebut yang membedakan antara gugatan wanprestasi dan permohonan pailit. Hukum kepailitan yang sekarang hadir di dunia merupakan perkembangan dari hukum kepailitan zaman kuno. Hukum kepailitan modern lebih memanusiakan manusia dibandingkan hukum kepailitan yang dulu pernah hadir di dunia. Regulasi mengenai kepailitan merupakan bagian yang penting dalam setiap sistem hukum dan dapat dijumpai dalam The Hammurabi Code (2250 Sebelum Masehi), The

Upload: hakiet

Post on 23-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepailitan merupakan status hukum yang disandang oleh debitor akibat

putusan pailit lembaga peradilan. Akibat dari putusan pailit, harta kekayaan debitor

diletakkan di bawah sita umum (mengalami keadaan automatic stay) yang mana

menyebabkan debitor tidak lagi dapat menguasai harta kekayaannya. Hal tersebut

terjadi hingga pemberesan harta pailit selesai dilaksanakan oleh administrator harta

pailit (dalam Undang-Undang Kepilitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang disebut sebagai kurator).

Putusan pailit dapat dijatuhkan kepada debitor apabila tidak mampu

membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Jumlah kreditor dari si debitor sendiri minimal dua orang dan bisa lebih. Apabila

jumlah kreditor hanya satu orang dan kemudian terjadi sengketa, maka sengketa

perjanjian utang-piutang tersebut dapat diselesaikan dengan gugatan wanprestasi

terhadap debitor melalui jalur peradilan. Hal tersebut yang membedakan antara

gugatan wanprestasi dan permohonan pailit.

Hukum kepailitan yang sekarang hadir di dunia merupakan perkembangan

dari hukum kepailitan zaman kuno. Hukum kepailitan modern lebih memanusiakan

manusia dibandingkan hukum kepailitan yang dulu pernah hadir di dunia. Regulasi

mengenai kepailitan merupakan bagian yang penting dalam setiap sistem hukum

dan dapat dijumpai dalam The Hammurabi Code (2250 Sebelum Masehi), The

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

2

Twelve Tables of The Roman Republic (450 Sebelum Masehi), The Talmud (200

Masehi), dan The Corpus Juris Civilis (534 Masehi).1

Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang

dapat menyebabkan dirinya, istrinya, anak-anaknya serta pelayannya menjadi

budak bagi kreditor. Hal demikian disebut sebagai debt slavery. Keadaan demikian

berakhir ketika kreditor memperoleh penggantian atas kerugian yang dialaminya

akibat ketidakmampuan debitor membayar seluruh utangnya. Banyak kota di

Yunani yang membatasi masa debt slavery tersebut maksimum selama lima tahun.2

Dalam ajaran Yahudi, ada istilah holy year atau jubilee year. Pada tahun tersebut

semua utang ditiadakan berdasarkan perintah Tuhan. Tahun tersebut terjadi setelah

tujuh kali sabbatical year yakni tahun dimana pengampunan utang diberikan

kepada komunitas yahudi. Setelah tujuh kali subbatical year maka hadir holy year

yang mana memberikan pengampunan utang bukan hanya untuk anggota

komunitas saja, melainkan juga orang-orang yang ada di luar komunitas.3

Pada zaman romawi (118 Sebelum Masehi), apabila debitor tidak dapat

membayar utang-utangnya maka pribadi debitor secara fisik yang harus

bertanggung jawab. Debitor diberikan waktu selama enam puluh hari untuk

melunasi utangnya, dan apabila sampai enam puluh hari utang tersebut tidak

dilunasi maka debitor dapat dijual oleh kreditor sebagai budak untuk orang lain.

Sumber pelunasan utang nantinya diambil dari hasil penjualan debitor. Lebih parah,

1 Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang

No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran, Edisi Kedua,

(Jakarta: Kencana, 2016), halaman 25. 2 Ibid., halaman 26. 3 Ibid., halaman 26-27.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

3

jauh sebelum zaman tersebut yakni ketika zaman romawi kuno dan yunani kuno,

hukuman bagi seorang debitor yang tidak mampu membayar seluruh utangnya

dapat berupa pemotongan atas anggota tubuh, hukuman penjara, dan pengasingan.4

Khusus untuk hukuman penjara, Indonesia pernah memiliki hukuman serupa bagi

para debitor yang tidak dapat membayar utang-utangnya yakni penyanderaan

dimana hal tersebut berlaku sebelum dikeluarkannya Peraturan Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan.5

Dalam perkembangan, eksekusi sehubungan dengan cedera janji debitor

terhadap pembayaran utang-utangnya bukan lagi dilakukan terhadap jasmaninya,

melainkan terhadap harta kekayaannya. Penjualan harta debitor diapakai sebagai

sumber pelunasan bagi utang-utangnya kepada kreditor. Perkembangan ini ditandai

dengan munculnya adagium missio in bona yang mana menjadi salah satu landasan

filososfis hukum kepailitan modern.

Hukum kepailitan yang mana merupakan bagian dari hukum privat

berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam hukum publik

terutama hukum publik internasional. Hukum publik yang dimaksud adalah hukum

perdagangan internasional. Arus ekonomi maupun bisnis yang tidak lagi mengenal

wilayah teritorial mendorong perubahan atas hukum kepailitan suatu negara.

Perkembangan hukum publik internasional yang sedang terjadi sejatinya tidak

dapat dilepaskan dari globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi.

4 Loc. Cit. 5 Ibid., halaman 84.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

4

Semenjak tahun 1994 pasca penandatanganan Agreement Establishing the

World Trade Organization (WTO) di Uruguay, pasar satu negara dengan negara

lain terkoneksi. Pendirian WTO pada dasarnya ditujukan untuk mengurangi

hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional, baik berupa tarif maupun

tindakan-tindakan yang bersifat protektif dari suatu negara. Pengurangan hambatan

tersebut dapat memberikan kemanfaatan baik bagi konsumen maupun produsen.

Kemanfaatan bagi konsumen dapat berupa penurunan harga barang atau jasa,

sementara bagi produsen dapat memberikan kesempatan untuk melakukan ekspansi

ke pasar baru. Kehadiran WTO beserta lampiran-lampiran dalam Agreement

Establishing the World Trade Organization mendorong negara-negara untuk

mendirikan asosiasi yang mana merupakan wadah untuk melaksanakan pasar bebas

seperti European Union (EU), North America Free Trade Aread (NAFTA), dan

Association of Southeas Asian Nations (ASEAN).

ASEAN merupakan asosiasi yang didirkan oleh lima orang sebagai

representatif dari lima negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan

Thailand) yang ada di wilayah Asia Tenggara pada 8 Agustus 1967 untuk

melakukan kerjasama dalam berbagai bidang (politik, kemanan dan ekonomi).6

Beberapa tahun berlalu, lima negara lain (Brunei Darussalam, Vietnam, Laos,

Myanmar dan Kamboja) menyatakan bergabung dalam asosiasi tersebut.

6 Tommy Koh, Rosario G. Manalo, dan Walter Woon, ed., The Making of The ASEAN Charter

(Singapura: World Scientific, 2009), hlm. xv. Pada awalnya pendirian ASEAN pada 8 Agustus 1967

hanya dilakukan oleh lima negara yang direpresentasikan oleh: Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul

Razak (Malaysia), Narciso Ramos (Filipina), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman

(Thailand). Rodolfo C. Saverino, ASEAN (Singapore: ISEAS Publications, 2008), hlm. 1.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

5

Negara-negara anggota ASEAN memiliki tradisi hukum yang berbeda-

beda. Kebanyakan tradisi hukum yang dianut merupakan tradisi hukum warisan

dari negara penjajah. Indonesia menganut civil law, sementara Singapura dan

Malaysia menganut common law yang mana sistem hukum tersebut merupakan

tradisi hukum yang dianut oleh negara-negara yang pernah menjajahnya.7 Civil law

merupakan tradisi hukum dimana hukum dibukukan dalam bentuk kodifikasi-

kodifikasi.8 Kodifikasi hukum—yang mana merupakan hasil dari lembaga

legislatif—merupakan sumber hukum utama dalam mengadili perkara di pegadilan,

sementara di negara yang menganut common law sumber hukum yang utama adalah

yurisprudensi (keputusan-keputusan hakim terdahulu).9

Meskipun memiliki banyak perbedaan—terutama dilihat dari tradisi hukum

yang dianut—negara-negara yang tergabung dalam ASEAN telah menyatakan

tunduk kepada asosiasi untuk kemajuan bersama. Sifat tunduk pada ASEAN oleh

negara-negara anggota (tidak dapat dipungkiri) merupakan analisis atas potensi

7 Beberapa ahli tidak sepakat untuk menyebut common law maupun civil law sebagai sistem,

melainkan tradisi. Sistem hukum menurut mereka merupakan “an operating set of legal institution,

procedures and rules”. Dalam artian seperti di atas maka di Amerika Serikat terdapat satu sistem

hukum federal dan lima puluh sistem hukum negara bagian. John Henry Merryman dan Rogelio

Perez-Perdomo, The Civil Law Tradition: an Introduction to the Legal Systems of Europe and Latin

America, Third Edition (Stanford: Stanford University Press, 2007), hlm. 1. 8 Rencana melakukan kodifikasi hukum mulanya merupakan kebijakan Germaniac rulers pada abad

kedelapan belas. Frederick William I (1714-1740) dan Frederick Agung (1740-1786) berusaha

untuk mensistematiskan hukum yang ada di wilayahnya, sistematisasi dengan menggunakan kaidah-

kaidah hukum, usus modernus Pandectarum. Thomas Glyn Watkin, An Historical Introduction to

Modern Civil Law (New York: Routledge, 2017), hlm. 132-133. 9 Bentham dan Austin menganalisis tradisi common law secara luas dan tanpa kompromi yang

membawa mereka pada sebuah kesimpulan yakni “As a system of rules, the common law is a thing

marely imaginary. Childish fiction employed by our judges that common law is not made by them,

but is a miraculous something made by nobody, existing from eternity, and marely declared from

time to time by the judges”. Allan C. Hutchinson, Evolution and the Common Law (Cambridge:

Cambridge University Press, 2005), hlm. 2. Sumber hukum pada peradilan yang bertradisi common

law bukan hanya legislasi melainkan yang utama adalah judicial decisions. Larry Alexander dan

Emily Sherwin, Judges as Rule Makers dalam Douglas E. Edlin, ed., Common Law Theory

(Cambridge: Cambridge University Press, 2007), hlm. 27.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

6

ekonomi yang dapat diterima oleh negara anggota apabila terjadi integrasi di antara

para anggota. Motif ekonomi tersebut pada dasarnya termuat dalam Bangkok

Declaration sebagai salah satu tujuan dibentuknya asosiasi.10

ASEAN pada awalnya didirikan untuk tujuan politik dan keamanan, namun

demikian the ASEAN Declaration atau lebih dikenal sebagai Bangkok Declaration

yang ditandatangani pada 8 Agustus 1967 menempatkan “economic, social,

cultural, technical, scientific and administration collaboration” sebagai salah satu

maksud dan tujuan. Berikut merupakan maksud dan tujuan yang merupakan

landasan dibentuknya ASEAN:

1. Economic growth, social progress and cultural development;

2. Regional peace and satbility;

3. Economic, social, cultural, technical, scientific and administration

collaboration;

4. Mutual assistance in training and research;

5. Collaborating in agriculture and industry, trade, transportation and

communication, and the improvement of living standars;

6. Promoting of Southeast Asian studies; and

7. Cooperating with regional and international organizations.

Terdapat tiga alasan penekanan terhadap dimensi ekonomi ASEAN.

Pertama untuk menghilangkan anggapan bahwa ASEAN akan menjadi semacam

pengaturan pertahanan yang tertututup dari dunia luar seperti Beijing dan Moscow.

10 Angela Pennisi di Floristella, The ASEAN Regional Security Partnership: Strengths and Limits of

a Cooperative System (New York: Palgrave Macmillan, 2015), hlm. 60.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

7

Kedua untuk menegaskan komitmen negara anggota terhadap pembangunan

ekonomi. Ketiga untuk membujuk atau mempengaruhi Masyarakat ASEAN bahwa

perbaikan hidup mereka tergantung pada pemikiran pemerintah mereka.11

Setahun setelah pembentukan ASEAN, menteri luar negeri negara anggota

digabungkan dalam forum untuk menjalin hubungan pada sektor makanan,

penerbangan sipil, komunikasi, meteorologi, dan ekspedisi. Sektor-sektor yang

dikerjasamakan semakin tahun semakin bertambah begitu pula jumlah proyek yang

dijalankan, namun demikian kerjasama yang dilakukan bukan dalam bentuk

integrasi ekonomi melainkan sebatas kerjasama dimana industri negara anggota

diberikan kemudahan untuk melakukan kegiatan di wilayah negara anggota

lainnya.12 Bentuk kerjasama ekonomi tersebut kemudian dicanangkan berubah

menjadi integrasi ekonomi sebagai dampak liberalisasi perdagangan yang sedang

terjadi di dunia, terutama untuk meningkatkan daya saing dan menjadi salah satu

aktor kuat dalam perdagangan internasional. Apalagi negara-negara eropa telah

menggabungkan diri dalam EU dan negara-negara Amerika Utara telah terintegrasi

dalam NAFTA.

Realisasi integrasi ekonomi dikukuhkan pada 1992 melalui pembentukan

ASEAN Free Trade Area (AFTA).13 Skema ini diharapkan mampu menjadikan

industri-industri ASEAN sebagai aktor yang secara signifikan mampu

mempengaruhi perdagangan internasional. Integrasi ekonomi regional memerlukan

11 Rodolfo C. Saverino, Op.Cit., hlm. 41. 12 Pada pembukaan the 1972 ASEAN Ministerial Meeting, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan

Yew mengatakan, “ASEAN did not for the present aim at integrating a regional economy”. Ibid.,

hlm. 42. 13 Ibid., hlm. 46.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

8

reformasi hukum secara besar-besaran di dalam negeri negara anggota terutama

pengurangan atau bahkan peniadaan sikap proteksi terhadap industri dalam negeri.

Bentuk integrasi mulanya direncanakan berbentuk pengurangan tarif manjadi

sekitar 0-5%, namun demikian disadari bahwa untuk menjadikan integrasi ekonomi

regional yang sempurna diperlukan lebih dari sekedar kerjasama di bidang tarif,

sehingga dicanangkan kerjasama terkait standar produk, transportasi, jasa,

pariwisata, dan bidang-bidang lainnya. Hingga tahun 2017, para negara anggota

sedang mempersiapkan payung hukum agar kerjasama AFTA dapat berjalan

sebagaimana yang diharapkan.

Globalisasi dan pasar bebas yang sedang terjadi, mau tidak mau

mengharuskan terjadinya kesolidan dan integrasi di antara para negara anggota

ASEAN.14 Tujuannya adalah untuk menjadi pemain penting dalam aktifitas

perdagangan internasional, bukan hanya sekedar menjadi salah satu pemain yang

tidak memiliki andil dalam menentukan kebijakan perdagangan internasional.

Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah menjadi modal utama

ASEAN untuk menjadi pemain kunci dalam perdagangan internasional, apalagi

mengingat sudah terintegrasinya negara-negara eropa dalam European Union dan

negara-negara Amerika Utara dalam North America Free Trade Area.

14 Kemunculan istilah globalisasi dapat ditelusuri pada awal 1960-an, namun baru seperempat abad

kemudian kesadaran publik muncul. Istilah globalisasi muncul sebagai kata kunci dalam gemuruh

sembilan belasan (roaring nineties) ketika kehidupan sosial di dunia menunjukkan kenaikan sifat

ketergantungan satu sama lain. Globalisasi merupakan proses universalisme yang dimotori oleh

negara-negara barat untuk melawan kekuatan parokial nasionalisme, lokalisme dan kesukuan.

Manfred B. Steger, Globalization: A Very Short Introduction, 2nd Edition (New York: Oxford

University Press, 2009), hlm. 1.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

9

Pembicaraan dalam pertemuan di antara negara anggota ASEAN pada

dasarnya merupakan pembahasan terkait hukum publik internasional (hukum

perdagangan internasional yang membicarakan tentang tarif dan sejenisnya).

Namun demikian, dari hukum publik tersebut akan memberikan dampak terhadap

hukum privat (bisnis) internasional.

Pemberian keringanan tarif dan kemudahan melakukan gerak bisnis di

antara negara-negara anggota berkorelasi positif terhadap pergerakan bisnis di

wilayah ASEAN. Banyak perusahaan yang membuka cabang di negara lain entah

dengan alasan mendekati bahan baku, membuka pasar baru, atau mendekati tenaga

kerja dengan biaya paling rendah. Kesemua tujuan yang telah disebutkan di atas

pada dasarnya merupakan turunan teknis dari cara memperoleh profit semaksimal

mungkin. Setidaknya terdapat dua akibat positif dari terintegrasinya negara-negara

di ASEAN bagi dunia bisnis, yakni: (1). Kelahiran multi national corporation

(MNC) dan (2). Peningkatan kuantitas transaksi bisnis lintas batas negara di

ASEAN.

MNC memiliki peran terhadap masyarakat, terutama terkait produk yang

dihasilkan, tenaga kerja yang diserap, serta pajak yang dibayarkan.15 Produk yang

dihasilkan merupakan alat pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Sisi

lainnya, dengan kekuatan modal serta efektifitas dan efisiensi yang ada dalam

MNC, maka terdapat kemungkinan penurunan harga atas jenis produk yang

dihasilkan. Penurunan harga tersebut akan menguntungan masyarakat selaku

15 Alfred D. Chandler, dan Bruce Mazlish, ed., Leviathans: Multinational Corporations and The

New Global History (Cambridge: Cambridge University Press, 2005), hlm. 19.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

10

konsumen. Pada sektor tenaga kerja, MNC dapat menyerap banyak tenaga kerja

yang mana dengan begitu si tenaga kerja dapat memenuhi kebutuhan sehari-

harinya. Sementara terkait pajak yang dibayarkan kepada negara, dapat digunakan

oleh negara untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya baik dalam bentuk

langsung (bantuan langsung tunai) atau yang tidak langsung (misal pembangunan

infrastruktur).

Keuntungan lain dari terintegrasinya negara-negara anggota ASEAN adalah

kemudahan dalam melaksanakan transaksi bisnis. Mobilisasi yang hampir tanpa

hambatan dapat mendorong pebisnis lokal untuk berwirausaha dengan

menggunakan modal yang didapat melalui utang atau investasi dari pebisnis atau

korporasi di negara lain. Pada titik ini mulai dapat kita sadari bahwa ketika hukum

publik internasional (khususnya yang berlaku di ASEAN) mengalami perubahan,

maka hukum privatnya juga harus mengalami perubahan.

Integrasi ekonomi memiliki arti dan konsekuensi yang lebih besar

dibandingkan dengan kerjasama ekonomi. Integrasi ekonomi memerlukan

keharmonisan bahkan keselarasan pada negara-negara anggota, termasuk

diantaranya keharmonisan bahkan keselarasan pengaturan. Padahal telah kita sadari

bahwasanya ketika sebuah negara telah menyatakan kemerdekaannya, maka negara

tersebut memiliki kedaulatan atas segala sesuatu yang ada dalam teritorialnya.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan menyatakan bergabung dalam

sebuah asosiasi—dalam hal ini ASEAN—negara-negara anggota telah kehilangan

kedaulatannya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

11

Integrasi ekonomi ASEAN perlu didukung dengan kehadiran pengaturan

hukum privat di ASEAN sebagaimana yang terjadi di EU. Salah satu pengaturan

yang dipandang perlu untuk diatur adalah terkait dengan kepailitan lintas negara di

ASEAN. Kepailitan lintas negara utamanya dapat terjadi apabila debitor pailit

memiliki aset yang tersebar di beberapa negara. Adanya kedaulatan pada setiap

negara dapat menjadi penghambat untuk mengajukan permohonan maupun

melaksanakan putusan pailit, terutama akibat sifat protektif yang berlebihan dari

negara dimana aset berada atau negara asal MNC. Permasalahan pertama yang

timbul adalah hukum mana yang dapat dijadikan sebagai alat untuk memberikan

keadilan (choice of law), selanjutnya lembaga mana yang berwenang untuk

memberikan keadilan (choice of forum), dan terakhir apakah pelaksana pemberesan

aset (dalam Hukum Kepailitan Indonesia disebut sebagai kurator) yang ada di

negara dimana putusan pailit dijatuhkan dapat melaksanakan pemberesan atas aset

yang ada di negara lain.

Efektifitas dan efisiensi peradilan terutama terkait kepailitan merupakan

permasalahan yang tidak dapat dianggap sepele bagi dunia bisnis. Pengurusan yang

berlarut-larut dan ketidakbisaan pelaksanaan putusan pailit yang dijatuhkan di suatu

negara atas aset di negara lain akan menjadi penghambat dalam usaha untuk

mewujudkan integrasi ekonomi ASEAN.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

12

1.2. Permasalahan

Integrasi ekonomi ASEAN mengindikasikan perlunya keselarasan

pengaturan terhadap bidang-bidang tertentu, salah satunya terkait kepailitan badan

usaha. Pailitnya badan usaha yang beroperasi lintas negara memiliki dampak yang

luas yakni kepada penerimaan negara, kesediaan lapangan kerja, dan stabilitas

ekonomi negara atau bahkan internasional. Terdapat kemungkinan suatu negara

akan bersifat protektif terhadap industri yang ada di negaranya apabila dimohonkan

pailit mengingat dampak luas yang dapat terjadi. Sejatinya memang harus ada asas

keseimbangan dalam pengaturan kepailitan, yakni seimbang dalam

mempertimbangkan kepentingan debitor maupun kreditor. Namun demikian, tidak

adanya komando atau contoh aturan yang disediakan oleh ASEAN dapat menjadi

permasalahan apabila terjadi permohonan pailit badan usaha yang beroperasi lintas

negara.

Permasalahan yang timbul dalam mekanisme penyelesaian masalah

kepailitan lintas negara atas badan usaha dimungkinkan terjadi dalam dua hal, yakni

hukum mana yang seharusnya digunakan (choice of law) dan lembaga mana yang

berwenang mengadili (choice of forum). Khusus terkait lembaga yang mengadili,

bentuk manakah yang cocok apakah menggunakan landasan pemikiran

teritorialisme, universalisme atau modifikasi dari keduanya. Teritorialisme berarti

setiap negara diberikan hak untuk menyelesaikan perkara kepailitan, sementara

universalisme menekankan kehadiran lembaga tunggal yang didirikan khusus

untuk menangani semua perkara kepailitan di dalam wilayah yang telah

menyatakan tunduk atau bergabung dengan ASEAN. Alternatif dari keduanya

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

13

semisal tetap menggunakan pemikiran bahwa hanya satu pengadilan yang memiliki

kewenangan mengadili permohonan pailit namun dalam pelaksanaan putusan

nantinya dilakukan dengan kerjasama di antara pengadilan-pengadilan yang terkait,

terutama terkait pemberesan aset. Secara ringkas, penelitian ini nantinya akan

membahas rumusan permasalahan sebagai berikut:

A. Bagaimanakah pengaturan kepailitas badan usaha lintas negara di

negara-negara anggota ASEAN?

B. Bagaimanakah bentuk mekanisme yang sesuai dalam penanganan

kepailitan lintas negara badan usaha di ASEAN?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul “Konsep Pengaturan Cross-Border Insolvency

Badan Usaha di ASEAN dalam Rangka Mewujudkan ASEAN Economic

Integration” ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan

pengaturan cross-border insolvency terutama untuk negara-negara di ASEAN,

mengingat integrasi ekonomi yang telah digadang-gadangkan terjadi di antara

negara-negara ASEAN. Pengaturan cross-border insolvency menjadi penting

dikarenakan ketika nantinya semua negara ASEAN telah terintegrasi, maka pelaku

usaha akan dengan mudah bergerak di semua negara. Kemudahan tersebut akan

berbanding lurus dengan persebaran aset para pelaku usaha, yang mana apabila

terjadi kepailitan maka akan terdapat permasalahan mekanisme tentang siapa yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

14

berwenang mengadili dan bagaimana mekanisme pelaksanaan putusannya. Secara

ringkas, tujuan dari penelitian ini antara lain:

A. Tujuan objektif:

1) Menganalisis keharmonisan pengaturan cross-border insolvency

dalam peraturan perundang-undangan negara anggota ASEAN,

dan

2) Memberikan konsep pengaturan cross-border insolvency bagi

negara anggota ASEAN yang mana mencakup muatan hukum

materiil dan formil.

B. Tujuan subjektif:

1) Menambah wawasan penulis yang mengambil konsentrasi

hukum ekonomi dan bisnis, khusunya terkait pengaturan cross-

border insolvency.

2) Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar

magister dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro.

1.4. Manfaat Penelitian

Laporan penelitian yang nantinya dihasilkan oleh penulis terkait penelitian

dengan judul “Konsep Pengaturan Cross-Border Insolvency Badan Usaha di

ASEAN dalam Rangka Mewujudkan ASEAN Economic Integration” diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pembaca tentang tema besar yang dibahas dalam

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

15

penelitian ini yakni cross-border insolvency. Secara khusus, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak, yang antara lain

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagaimana yang disebutkan di

bawah ini:

A. Bagi Civitas Akademika Ilmu Hukum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan serta

memperkaya referensi dan literatur sehingga dapat dijadikan sebagai

salah satu bahan pertimbangan bagi civitas akademika yang tertarik

pada bidang hukum kepailitan guna melakukan penelitian untuk

mencari pengaturan cross-border insolvency badan usaha yang ideal

dan sesuai bagi ASEAN.

B. Bagi Pemerintah Indonesia

Menjadi bahan pertimbangan dalam perubahan Undang-Undang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, khusunya

pengaturan terkait cross-border insolvency badan usaha.

C. Bagi Pengurus ASEAN

Menjadi kerangka acuan dalam konvensi tingkat ASEAN terkait

pengaturan cross-border insolvency badan usaha dalam rangka

mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN yang terintegrasi.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

16

1.5. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dengan judul “Konsep Pengaturan Cross-Border

Insolvency Badan Usaha di ASEAN dalam Rangka Mewujudkan ASEAN Economic

Integration” dibagi dalam dua bentuk, yakni kerangka konseptual dan kerangka

teoritik. Kerangka konseptual akan mendeskripsikan secara ringkas mengenai

permasalahan yang hendak dikaji serta batasan kajian penelitian, sementara

kerangka teoritik merupakan acuan teori yang nantinya akan dijadikan sebagai

dasar dalam menganalisis permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian.

Berikut merupakan kerangka pemikiran dari penelitian ini:

1.5.1. Kerangka Konsep

Perkembangan dunia menuju tanpa batas serta lahirnya perjanjian-

perjanjian internasional yang mengikat para pihak,16 membawa

pengaruh besar terhadap tata kelola kenegaraan dan arah kebijakan-

kebijakan yang diambil. Pada prinsipnya, negara dilahirkan atau

didirikan dengan memproklamasikan kedaulatannya. Negara melalui

pemerintah memiliki kedaulatan atas segala sesuatu yang ada di

wilayahnya, namun semenjak globalisasi, kedaulatan tersebut seakan

terkikis sedikit demi sedikit. Setiap negara diberikan kewajiban untuk

memenuhi ketentuan-ketentuan yang termuat dalam perjanjian

16 Perjanjian internasional pada dasarnya bersifat partisipatif dalam arti hanya negara yang menjadi

peserta yang terikat dengan perjanjian tersebut. Meskipun demikian, sifat pasrtisipatif tersebut

disertai dengan tekanan-tekanan terutama dari negara maju yakni apabila sebuah negara tidak

menjadi peserta, maka negara tersebut tidak akan mendapatkan kemudahan yang didapatkan oleh

negara yang menjadi anggota, bahkan bisa saja negara tersebut mendapatkan blokade ekonomi dari

negara-negara lain. Stephen C. Neff, Justice among Nations: a History of International Law

(Cambridge: Harvard University Press, 2014), hlm. 418.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

17

internasional, sementara di lain sisi apabila negara tidak mengikuti

perjanjian tersebut, maka akan mendapatkan hukuman dari dunia

internasional.

Kesinergian mekanisme penyelesaian sengketa dalam dunia

internasional dapat terjadi dengan menggunakan landasan teori

teritorialisme, teori universalisme atau modifikasi dari keduanya.

Teritorialisme meyakini bahwa hanya terdapat satu pengadilan yang

berwenang untuk mengadili satu kasus dalam satu yurisdiksi, yang

berarti mungkin saja dalam satu kasus kepailitan lintas negara harus

dilakukan di beberapa pengadilan, sementara modifikasi dari

teritorialisme berupa integrasi dalam bentuk terkoneksinya satu

pengadilan di negara tertentu dengan pengadilan di negara lainnya atau

dengan lembaga-lembaga yang berwenang.17 Teritorialisme

memberikan jalan agar negara tetap memiliki kedaulatan atas segala

sesuatu yang ada di wilayahnya.18 Sementara universalisme meyakini

bahwa untuk terciptanya sebuah kesinergian di dunia, maka perlu

dibentuk sebuah pengadilan khusus yang menangani semua perkara di

semua negara.19 Kehadiran lembaga tersebut akan berdampak positif

terutama terkait efektifitas dan efisiensi peradilan serta kepastian hukum

17 Anne Nielsen, Mike Sigal, dan Karen Wagner, The Cross-Border Insolvency Concordat:

Principles to Facilitate the Resolution of International Insolvencies, Am. Bankr, LJ. 70, 1996, hlm.

534. 18 Kent Anderson, The Cross-Border Insolvency Paradigm: a Defense of the Modified Universal

Approach Considering the Japanese Experience, University of Pennsylvania Journal of

International Law, Vol. 21, Iss. 4, 2000, hlm. 681. 19 Anne Nielsen, Mike Sigal, dan Karen Wagner, Op. Cit., hlm. 533.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

18

bagi rakyat atau masyarakat, namun berdampak negatif terkait ketiadaan

pengakuan kedaulatan negara atas segala hal yang ada di wilayahnya.

Bisa jadi, hal tersebut berimplikasi terhadap eksistensi negara di dunia

menuju kondisi ketiadaan negara.

Kepailitan terhadap badan usaha bukan masalah sepele bagi suatu

negara. Kemanfaatan badan usaha baik berbentuk produknya, tenaga

kerja yang diserap serta pajak yang dibayarkan membuat banyak negara

akan bersikap protektif terhadap badan usaha yang ada di wilayahnya.

Padahal kehadiran badan usaha semestinya disadari hadir bersamaan

dengan kemungkinan musnahnya badan usaha tersebut sebagaimana

hukum alam yang menyatakan ada kelahiran maka ada pula kematian.

Kepailitan lintas batas mengalami kendala terutama terkait pelaksanaan

putusan untuk melikuidasi aset dari perusahaan yang berada di wilayah

yurisdiksi negara lain. Terdapat dua permasalahan yang ada dalam

kepailitan lintas negara:

1) Pengakuan terhadap putusan pailit dari negara lain, dan

2) Pelaksanaan pailit oleh pengurus pemberesan harta pailit (kurator).

European Union sebagai bentuk asosiasi negara-negara eropa yang

melaksakanakan integrasi ekonomi memiliki European Council yang

mengeluarkan peraturan yang bersifat hard law, badan yang jelas belum

dimiliki oleh ASEAN. Kehadiran badan tersebut mempermudah untuk

melakukan sinkronisasi serta harmonisasi pengarturan kepailitan di

antara negara-negara anggota European Union. Pengaturan kepailitan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

19

lintas negara di ASEAN dapat mencontoh pengaturan yang ada di EU

atau melakukan modifikasi dari EU serta Model Law.

Gambar I. Kerangka konsep penelitian

ASEAN

ECONOMIC

INTEGRATION

HUKUM

PUBLIK

HUKUM

PRIVAT

HUBUNGAN

HUKUM

NASIONAL DAN

HUKUM

INTERNASIONAL KEPAILITAN

KESINERGIAN MEKANISME

TERITORIALISME UNIVERSALISME

MODIFIKASI KEDUANYA

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

20

1.5.2. Kerangka Teori

1) Kepailitan dan Kepailitan Lintas Negara

Pailit merupakan sebuah kondisi yang terjadi akibat

ketidakmampuan atau ketidakmauan debitor melunasi utang20

kepada satu atau lebih kreditor.21 Perbedaan antara pailit dengan

wanprestasi22 ada pada persyaratan pembuktian jumlah kreditor,

dimana dalam kasus kepailitan biasanya dibutuhkan bukti bahwa

debitor memiliki dua atau lebih kreditor yang mana salah satu

utangnya telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Akibat putusan

pailit, seorang debitor tidak lagi memiliki hak untuk mengelola

hartanya dan pengelolaan tersebut dilakukan oleh seorang yang

diberikan wewenang oleh pengadilan—dalam hukum indonesia

disebut sebagai kurator. Kurator nantinya mengurus harta

debitor guna keperluan pelunasan utang kapada kreditornya.

20 Para ahli memiliki pendapat yang berbeda mengenai persyaratan untuk dapat terjadinya pailit. Hal

ini diamini dan dapat dilihat dari beranekagaram pengaturan syarat kepailitan di dunia. Ada yang

menjadikan insolvensi (ketidakmampuan membayar utang) sebagai syarat mutlak terjadinya

kepailitan, namun demikian ada pula yang hanya mensyaratkan tidak membayar utang—yang dapat

terjadi karena ketidakmauan debitor seperti Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepilitan

dan Penundaan Kewajiban Pembatayan Utang. 21 Utang merupakan salah satu perbuatan hukum yang berguna dalam kegiatan bisnis. Perbuatanan

tersebut dituangkan dalam kontrak perjanjian utang-piutang. Dalam rangka menegakkan hukum atas

kontrak perjanjian utang-piutang, utamanya ketika kreditor dari si debitor berjumlah dua atau lebih,

maka negara membuat mekanisme hukum supaya tidak terjadi kejahatan dalam pelaksanaan

penagihan utang yakni mekanisme pailit. Simeon Djankov, Oliver Hart, Caralee McLiesh dan

Andrei Shleifer, Debt Enforcement around the World, Journal of Political Economy, Vol. 116, No.

6, Desember 2008, hlm. 1106. 22 Pada diri debitor terdapat kewajiban untuk memenuhi prestasi dan apabila prestasi tersebut tidak

dilaksanakan maka debitor dikatakan telah melakukan tindakan yang dinamakan ingkar janji atau

wanprestasi. Adapun bentuk ingkar janji ada tiga, yakni: (1). Debitor tidak memenuhi prestasi sama

sekali; (2). Debitor terlambat dalam memenuhi prestasi, atau (3) Debitor berprestasi tidak

sebagaimana mestinya. Achmad Busro, Hukum Perikatan Berdasarkan Buku III KUH Perdata,

Edisi Revisi (Yogyakarta: Pohon Cahaya, 2012), hlm. 19.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

21

Kepailitan lintas negara dapat terjadi apabila debitor memiliki

aset yang tersebar di beberapa negara.23 Kepailitan lintas negara

dapat terjadi baik kepada individu maupun badan usaha,24

namun penelitian ini nantinya akan memfokuskan diri dengan

kepailitan lintas negara badan usaha dengan argumentasi

dampak yang lebih besar kepailitan badan usaha dibandingkan

dengan kepailitan individu.

2) Integrasi Ekonomi ASEAN

Keharmonisan peraturan diperlukan untuk mencapai integrasi

ekonomi ASEAN.25 Keharmonisan tersebut diartikan adanya

sambung-menyambung mekanisme dan kesamaan karakteristik

pengaturan, sehingga peradilan dapat efektif dan efisien.26

Efektifitas dan efisiensi berkaitan dengan lama waktu serta biaya

yang diperlukan. Efektifitas dan efisiensi peradilan diperlukan

guna mendukung kegiatan bisnis serta tidak menghambat

kegiatan usaha dari badan usaha. Harmonis atau tidak

harmonisnya pengaturan dapat dilihat dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku di setiap negara anggota ASEAN.

23 United Nations Commission on International Trade Law, UNCITRAL Model Law on Cross-

Border Insolvency: The Judicial Perspective (New York: United Nations, 2012), hlm. 4. 24 Vanessa Finch, Corporate Insolvency Law: Perspective and Principles, Second Edition

(Cambridge: Cambridge University Press, 2009), hlm. 11-13. 25 Integrasi memiliki makna yang sama dengan penyatuan. Integrasi ekonomi bermakna proses

sosial dan ekonomi dalam menghilangkan berbagai hambatan yang ada di antara pelaku kegiatan

ekonomi. Bela Balassa, Towards a Theory of Economic Integration, Kyklo, Vol. 14, No. 1, 1961,

hlm. 1-2. 26 United Nations, Op. Cit., hlm. 9.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

22

Apabila ketidakharmonisan pengaturan dibiarkan, maka

integrasi ekonomi ASEAN tidak akan pernah terwujud.

ASEAN awalnya didirikan oleh lima negara yakni Indonesia,

Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Filipina. Namun

seiring berjalannya waktu, beberapa negara lain ikut bergabung

di antaranya Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan

Vietnam.27

3) Keberlakuan Hukum Internasional dan Hubungan Hukum

Internasional dengan Hukum Nasional

Keberlakuan hukum internasional pada suatu negara dapat

ditinjau dari dua pandangan yakni voluntarisme dan objektivis.

Melihat dari sudut pandang voluntarisme, berlakunya hukum

internasional tergantung pada kemauan negara, sementara dari

sudut pandang objektivis sebaliknya.28 Sementara hubungan

hukum nasional dan hukum internasional dapat dilihat dari dua

pandangan yakni monoisme dan dualisme. Melihat dari

pandangan monoisme, hukum nasional dan hukum internasional

merupakan dua bagian dari satu kesatuan yang lebih besar yaitu

hukum yang mengatur hidup manusia.29 Akibat pandangan

tersebut maka ada hubungan hierarki di antara keduanya yang

27 Mark Beeson, Institutions of the Asia-Pacific: ASEAN, APEC, and beyond (New York: Routledge,

2009), hlm. 24. 28 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung: PT.

Alumni, 2003), hlm. 56. 29 Ibid., hlm. 60.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

23

mana berdampak pula atas eksistensi pandangan monosime

dengan primat hukum nasional30 dan monoisme dengan primat

hukum internasional.31 Sementara menurut pandangan dualisme,

hukum nasional dan hukum internasional merupakan dua sistem

atau perangkat hukum yang terpisah satu dari lainnya,32

sehingga agar ketentuan hukum internasional dapat berlaku di

suatu negara maka harus ditransformasikan terlebih dahulu

menjadi hukum nasional.33

4) Nilai Dasar Hukum bagi Pelaku Usaha

Menurut Gustav Radbruch terdapat tiga nilai dasar dari hukum

yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Ketiga nilai

dasar tersebut akan tarik-menarik yang mana menyebabkan

ketika salah satu lebih unggul maka yang lain akan menjadi

lemah. Hal demikian disebut Satjipto Rahardjo sebagai

spannungsverhaltnis.34 Bagi pebisnis, dari ketiga nilai dasar dari

hukum yang disebutkan di atas, kepastian hukum merupakan

nilai dasar yang paling diharapkan untuk menonjol dalam

hukum. Kepastian hukum dapat memberikan jaminan

perlindungan bagi mereka atas perbuatan melawan hukum

30 Hukum internasional merupakan lanjutan hukum nasional belaka, atau tidak lain dari hukum

nasional untuk urusan luar negeri. Ibid., hlm. 61. 31 Hukum nasional bersumber pada hukum internasional. Menurut pandangan ini hukum

internasional memiliki hierarki lebih tinggi dibandingkan dengan hukum nasional. Ibid., hlm. 62. 32 Ibid., hlm. 57. 33 Ibid., hlm. 58. 34 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan ke-VII (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2012), hlm.

19.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

24

maupun wanprestasi yang dilakukan oleh orang lain

terhadapnya.

1.6. Metode Penelitian

Setiap ilmu pengetahuan memiliki metode penelitian35 yang berbeda,36

begitu pula dengan ilmu hukum. Hukum secara nyata bersentuhan dengan semua

aspek kehidupan. Pada tahap awal pembentukan hukum yakni tahap formulasi,37

semua data dari lintas keilmuan dikumpulkan untuk membentuk atau menyusun

suatu peraturan perundang-undangan. Setelah peraturan perundang-undangan

tersebut disahkan oleh lembaga berwenang kemudian dimuat dalam lembaran

negara, maka peraturan perundang-undangan tersebut akan merubah situasi dan

kondisi dalam wilayah dimana peraturan tersebut diberlakukan.38 Sederhananya,

hukum dipengaruhi oleh bidang lain dan hukum nantinya akan mempengaruhi

35 Metode penelitian merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

Tidak semua pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang

cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-sayarat tertentu. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat

Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm. 119. 36 Pendapat van Eikema Hommes tersebut mengindikasikan bahwa tidak dimungkinkan

penyeragaman metode untuk semua bidang ilmu. Ilmu hukum menurutnya bukan ilmu sosial, oleh

karena itu metode riset atau metode penelitian sosial tidak tepat untuk digunakan dalam ilmu hukum.

Suratman dan Phillips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Cetakan ke-3 (Bandung: Alfabeta, 2015),

hlm. 6. 37 Hukum yang dimaksud adalah hukum dalam arti sempit yakni hukum tertulis. Penulis menyadari

bahwa hukum sejatinya bukan hanya hukum tertulis, melainkan juga mencakup hukum yang secara

turun-temurun dilaksanakan meskipun bentuknya tidak tertulis, misalnya hukum adat di daerah-

daerah yang masih dalam yurisdiksi Indonesia. 38 Terkadang terdapat peraturan perundang-undangan yang tidak berlaku bersamaan dengan

pengesahannya, melainkan ditentukan kapan mulai pemberlakuannya dalam peraturan perundang-

undangan tersebut.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

25

bidang lain. Terjadi hubungan timbal balik antara hukum dengan bidang lainnya,

bukan hanya hubungan satu arah saja.

Penelitian dengan judul “Konsep Pengaturan Cross-Border Insolvency

Badan Usaha di ASEAN dalam Rangka Mewujudkan ASEAN Economic

Integration” akan diteliti menggunakan metode penelitian ilmu hukum, sehingga

hasil dari penelitian tidak lepas dari disiplin ilmu penulis—ilmu hukum—dan hasil

yang dicapai dari pelaksanaan penelitian adalah sebuah karya ilmiah di bidang ilmu

hukum.

Penelitian dengan judul “Konsep Pengaturan Cross-Border Insolvency

Badan Usaha di ASEAN dalam Rangka Mewujudkan ASEAN Economic

Integration” sejatinya dilakukan guna menemukan konsep yang dapat digunakan

dalam pengaturan kepailitan lintas batas negara di ASEAN guna mewujudkan

integrasi ekonomi. Untuk mendapatkan konsep yang sesuai, maka diperlukan

pengetahuan tentang peraturan-peraturan di negara ASEAN guna menentukan

apakah pengaturannya telah harmonis atau belum.

Berkaitan dengan sifat penelitian yang hasilnya merupakan konsep, maka

dalam melaksanakan penelitian, penulis lebih condong menggunakan pendekatan-

pendekatan yang termasuk dalam metode penelitian yuridis normatif yakni

pendekatan filosofis (philosophical approach)39 terutama terkait kedaulatan negara

guna menyejahterakan rakyatnya. Selain pendekatan filosofis, digunakan pula

39 Objek studi filsafat dipilah dalam dua kategori yakni objek materiil (lapangan) dan objek formil

(sudut pandang). Penggunaan cara filsafati digunakan agar dapat melihat kebenaran tentang sesuatu

di antara kebenaran yang lain. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi

dan Logika Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 16-17.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

26

pendekatan undang-undang (statue approach) serta pendekatan perbandingan

(comparasion approach) guna mengetahui keharmonisan pengaturan kepailitan

lintas negara di ASEAN.40

Adakalanya manusia mecari kebenaran dengan melalui pikiran yang kritis

ataupun berdasarkan pengalaman, namun demikian perlu disadari bahwa usaha

seperti di atas belum merupakan kegiatan ilmiah yang seutuhnya oleh karena tidak

jarang mengabaikan sistematika dan metodologi tertentu.41 Penelitian merupakan

sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta

mengembangkan ilmu pengetahuan.42 Dalam ilmu hukum, dikenal dua jenis

penelitian yakni penelitian doktrinal dan penelitian nondoktrinal.43 Penelitian yang

dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang masuk dalam kategori penelitian

doktrinal atau di Indonesia sering disebut sebagai metode penelitian normatif.44

Penelitian hukum doktrinal adalah penelitan atas hukum yang dikembangkan dan

dikonsepkan atas dasar doktrin yang dianut oleh sang pengonsep dan/atau

pengembangnya,45 dalam hal ini guna membentuk konsep pengaturan kepailitan

lintas negara yang tepat untuk digunakan di ASEAN maka penulis menggunakan

teori-teori yang telah ada yakni teori universalisme dan teori teritorialisme.

40 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan Ke-9 (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 133-

177. 41 Pencarian kebenaran yang tidak berdasarkan pada metodologi tertentu maka yang dihasilkan

adalah pengetahuan, sementara agar yang dihasilkan adalah ilmu pengetahuan maka pencarian

kebenaran tersebut harus terikat dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Soerjono Soekanto,

Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ke-3 (Jakarta: UI-Press, 1986), hlm. 2. 42 Ibid., hlm. 3. 43 Soetandyo Wignjosoebroto, Ragam-Ragam Penelitian Hukum, dalam Sulistyowati Irianto dan

Shidarta, ed., Metode Penelitian Hukum: Konstelasi dan Refleksi, Cetakan Kedua (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor, 2013), hlm. 121-141. 44 Ibid., hlm. 122. 45 Ibid., hlm. 121.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

27

Penelitian hukum doktrinal merupakan penelitian kepustakaan.46 Bahan

hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-

undangan kepailitan di negara-negara ASEAN.47 Peraturan perundang-undangan

tersebut nantinya akan dilihat terutama terkait asas hukumnya. Selain itu, peraturan

lain yang akan digunakan sebagai bahan perbandingan adalah UNCITRAL Model

Law yang mana merupakan panduan yang digunakan oleh Uni Eropa dalam

pembuatan hukum kepailitannya. Selain peraturan perundang-undangan, penulis

juga menggunakan bahan-bahan hukum yang berasal dari jurnal, buku dan

sejenisnya terutama terkait pencarian teori yang digunakan sebagai acuan dalam

pembuatan konsep pengaturan kepailitan lintas negara di ASEAN.

Hukum sebagai objek penelitian dikonsepsikan oleh Soetandyo ke dalam

empat bentuk konsep, antara lain:48

A. Hukum yang dikonsepkan sebagai asas keadilan dalam sistem

moral, yang ilahi, dan/atau yang secara kodrati berlaku universal;

B. Hukum modern yang dikonsepkan sebagai hukum nasional yang

positif: hukum undang-undang yang hadir in abstracto dan amar-

amar putusan hakim yang hadir in concreto;

46 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan Ke-4 (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 11. 47 Menurut Amirudin dan Zainal Asikin bahan hukum primer dikualifikasikan sebagai data

sekunder. Pengkualifikasian tersebut menurut penulis merupakan pencampuran antara ilmu hukum

dan ilmu sosial yang sejatinya tidak diperlukan. Terminologi data jelas mengarah pada ilmu sosial,

sementara ilmu hukum sejatinya dapat dicukupkan dengan menggunakan terminologi bahan hukum.

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006), hlm. 31. 48 Soetandyo Wignjosoebroto, Penelitian Hukum dan Hakikatnya sebagai Penelitian Ilmiah, dalam

Sulistyowati Irianto dan Shidarta, ed., Op.Cit., hlm. 83-95.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

28

C. Hukum dalam manifestasinya sebagai pola perilaku yang teramati

dalam kehidupan bermasyarakat; dan

D. Hukum sebagaimana dimaknakan oleh para subjek pemakainya

dalam proses interaksi antar mereka.

Dalam penelitian ini, hukum yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah

hukum modern yang dikonsepsikan sebagai hukum positif. Analisis terhadap bahan

hukum yang digunakan merupakan analisis kualitatif. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik analisis data dengan logika

deduktif,49 yakni analisis yang berpangkal dari pengajuan premis mayor yang

kemudian diajukan premis minor yang mana kemudian ditarik suatu kesimpulan

(silogisme).50

Berikut merupakan bahan hukum yang akan dianalisis oleh penulis, antara

lain:

A. Indonesia: Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

B. Thailand: Bankruptcy Act B.E. 2483 (1940)

C. Singapura: Bankruptcy Act Revised Edition 2009

49 Teknik analisis deduktif merupakan teknik yang digunakan para ilmuan yang menyatakan bahwa

kebenaran dapat dicari hanya dengan menggaunakan logika saja tanpa harus melihat fakta yang

nyata dalam realita, hal tersebut berbeda dengan teknik analisis induktif yang mana untuk

mendapatkan kebenaran maka harus melalui penyimakan inderawi terhadap realita. Ibid., hlm. 110. 50 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hlm. 89.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

29

D. Filipina: Republic Act No. 10142 An Act Providing for the

Rehabilitation or Liquidation of Financially Distressed Enterprises and

Individuals

1.7. Orisinalitas Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ditekankan terhadap konsep

pengaturan kepailitan lintas batas (negara) di ASEAN sehingga terjadi sinkronisasi

dan harmonisasi dalam pelaksanaan putusan pailit dengan melihat keharmonisan

pengaturan lintas batas di antara anggota negara ASEAN. Titik fokus tersebut yang

membedakan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis dengan penelitian-

penelitian sebelumnya.

Peneliti Juudul Penelitian Hasil Penelitian

1 Respati Damardjati

(Surakarta: UNS,

2016)

Urgensi Pengaturan

Cross-Border

Insolvency di

Kawasan ASEAN

dalam Rangka

Mewujudkan

ASEAN Economic

Community

(Skripsi)

1. Kebutuhan akan

keberadaan pengaturan

hukum kepailitan lintas

negara di kawasan ASEAN

menjadi penting untuk

memberikan kemudahan

dalam hal pelaksanaan dan

pengakuan putusan pailit

pengadilan suatu negara di

wilayah ASEAN. 2. Model

Law merupakan model

yang dapat diterapkan

dalam pengaturan ASEAN

Cross-Border Insolvency .

2 Loura Hardjaloka

(Jurnal Yuridika, Vol.

30, No. 3, 2015)

Kepailitan Lintas

Batas Perspektif

Hukum Internasional

dan Perbandingan

dengan Instrumen

Nasional di Beberapa

Negara (Jurnal)

Indonesia, Thailand, dan

Singapura tidak mengakui

putusan pailit dari negara

lain karena masih

menerapkan prinsip

teritorialisme.

Penelitian SebelumnyaNo.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pailit sebagai Upaya Hukum Penagihan Utang

Untuk memahami suatu permasalahan, hal mendasar yang harus dilakukan

adalah pendefinisian baik dari sisi kebahasaan maupun dari ilmu yang berkaitan

dengan permasalahan tersebut. Pendefinisian dapat menjadi alat untuk membatasi

kajian yang dilakukan oleh penulis.

Secara terminologi, pailit didefinisikan sebagai jatuh (tentang perusahaan

dan sebagainya), bangkrut, dan jatuh miskin sementara kepailitan didefinisikan

sebagai keadaan atau kondisi seseorang atau badan hukum yang tidak mampu lagi

membayar kewajibannya (dalam hal utang-utangnya) kepada si pemberi utang.51

Istilah pailit dalam bahasa inggris sering disebut dengan insolvency atau

bankruptcy—dua kata yang sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Bankruptcy

memiliki definisi a statutory procedure by which a (usu. insolvent) debtor obtains

financial relief and undergoes a judicially supervised reorganization or liquidation

of the debtor's assets for the benefit of creditors,52 sementara insolvency memiliki

definisi (1). The condition of being unable to pay debts as they fall due or in the

usual course of business, atau (2). The inability to pay debts as they mature.53

Secara sederhana perbedaan makna kedua kata tersebut yakni bankruptcy mengarah

pada status hukum sementara insolvency mengarah pada kondisi keuangan.

51 https://kbbi.web.id 52 Bryan A. Garner, ed, Black’s Law Dictionary, Ninth Edition, (St. Paul: West, 2009), hlm. 166. 53 Ibid., hlm. 867.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

31

Secara kronologis, kemunculan pailit diawali dengan terjadinya perikatan

utang-piutang antara kreditor dengan debitor yang di kemudian hari tidak dapat

dibayarkan oleh debitor. Sebelum jauh membahas perkara kepailitan, maka terlebih

dahulu perlu sebuah pengantar untuk membahas apa yang dimaksud dengan hutang

sebagaimana yang disebutkan di atas.

Debt atau hutang merupakan (1). Liability on a claim; a specific sum of

money due by agreement or otherwise, (2). The aggregate of all existing claims

against a person, entity, or state; (3). A nonmonetary thing that one person owes

another, such as goods or services; (4). A common-law writ by which a court

adjudicates claims involving fixed sums of money.54 Hutang dapat timbul

dikarenakan dua hal, yakni dikarenakan perikatan atau dikarenakan hal lainnya.

Salah satu contoh timbulnya hutang yang dikarenakan hal lainnya adalah hutang

pajak yang timbul dari kewajiban wajib pajak, atau hutang yang timbul dikarenakan

putusan hakim. Hutang dapat muncul bukan hanya karena si berhutang (debitor)

mendapatkan pinjaman berbentuk uang dari kreditor, namun juga dapat timbul

karena seseorang mendapatkan suatu barang atau jasa dari orang lain misalnya

seorang yang mendapatkan jasa parkir memiliki hutang biaya retribusi parkir

terhadap pemerintah daerah beserta tukang parkir.

Hutang dapat dibagi menjadi dua yakni hutang jangka panjang dan hutang

jangka pendek. Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh temponya

lebih dari satu tahun dan sumber pembayarannya bukan dari aktiva lancar,

54 Ibid., hlm. 462.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

32

sementara hutang jangka pendek merupakan hutang yang akan dilunasi dalam

waktu satu tahun atau satu siklus perusahaan. Hutang merupakan cara yang paling

cepat dibandingkan dengan cara lainnya bagi perusahaan maupun individu untuk

mendapatkan dana segar yang mana dapat digunakan untuk mengembangkan

usaha. Namun demikian ketidakhati-hatian dalam penggunaan hutang dapat

menyebabkan seseorang atau korporasi menjadi bankrut yang mana lebih lanjut

dapat dijatuhkan pailit.

Kepailitan merupakan salah satu upaya hukum untuk melakukan penagihan

pelunasan hutang kepada debitor.55 Seiring berjalannya waktu, kepailitan dapat

pula dijadikan sebagai alat untuk mengancam debitor baik debitor nakal maupun

debitor dengan itikad baik. Hal tersebut tentu bukan merupakan tujuan

diundangkannya kepailitan dalam peraturan perundang-undangan di dunia. Untuk

megetahui apakah suatu peraturan tentang kepailitan sudah baik atau belum, dapat

dilihat dari pencakupan beberapa indikasi di bawah ini, antara lain:56

a. Seberapa jauh hukum pailit telah melindungi kepentingan kreditor;

b. Seberapa jauh hukum pailit telah melindungi kepentingan debitor;

c. Seberapa jauh hukum pailit telah memerhatikan kepentingan

masyarakat yang lebih luas daripada hanya kepentingan debitor atau

kreditor semata-mata;

55 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2017), hlm.

2. 56 Ibid., hlm. 2-3.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

33

d. Seberapa jauh constraint dapat dieliminasi dengan menerapkan

aturang-aturan yang bersifat prosedural dan substantif; dan

e. Seberapa jauh aturan kebangkrutan yang ada dapat mencapai tujuan-

tujuannya.

Mengapa perlu hukum kepailitan? Pertanyaan yang bersifat filosofis

tersebut dapat dijawab dengan realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang yang berhutang (debitor) memiliki dorongan untuk melakukan hal buruk

yakni kabur dari kewajibannya untuk membayar hutang atau setidaknya

mengamankan beberapa asetnya sehingga pelunasan hutang tidak harus dalam

jumlah penuh atau semestinya. Hukum kepailitan hadir untuk melindungi

kepentingan kreditor dari itikad tidak baik si debitor sebagaimana yang dijelaskan

di atas sehingga memungkinkan:57

a. Menjangkau bagian harta debitor yang tidak diketahui;

b. Menjangkau debitor nakal yang mengurung diri di tempat-tempat

yang kebal hukum;

c. Mengantisipasi kecurangan debitor yang berupa rekayasa tagihan.

Selain itu hal buruk juga dapat dilakukan oleh kreditor terhadap debitornya.

Melihat seseorang tidak juga membayar hutang secara psikologis mampu membuat

kreditor melakukan tindakan kekerasan, yang mana jelas bertentangan dengan

hukum yang berlaku. Titik tengah yang mampu menyelesaikan hal tersebut adalah

57 Ibid., hlm. 4.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

34

melalui jalur hukum, yakni gugatan wanprestasi atau permohonan pailit sehingga

penyelesaian perkara tidak menibulkan kerugian yang lebih besar.

2.2. Asas Keseimbangan dalam Hukum Kepailitan

Setiap negara memiliki syarat yang berbeda untuk penjatuhan putusan pailit.

Beberapa negara mengatur persyaratan pailit yang debtor-friendly namun ada juga

yang creditor-friendly. Indonesia misalnya, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dapat

digolongkan sebagai peraturan kepailitan yang creditor-friendly. Hal tersebut dapat

dilihat dari Pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan,

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar

lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,

dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya

sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”.

Pada pasal tersebut, syarat-syarat untuk jatuhnya putusan pailit terhadap debitor

antara lain:

a. Mempunyai dua atau lebih kreditor;

b. Tidak membayar lunas satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Tidak dicantumkan persyaratan apakah kondisi keuangan dari debitor sedang baik

atau buruk, padahal apabila kondisi keuangan debitor sedang baik, pemailitan justru

akan berdampak buruk terhadap semua pihak yang berhubungan dengan debitor

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

35

misal tenaga kerjanya. Seharusnya dipersyarakan telah terjadi insolvensi pada diri

debitor, sehingga pantas untuk dipailitkan. Selain itu perlu diketahui bahwasanya

tidak membayar lunasnya debitor dapat muncul karena dua hal yakni ketiadaan

keinginan membayar atau ketiadaan kemampuan membayar. Khusus terkait

ketidakmauan membayar, harus dilihat lebih dalam lagi mengapa debitor tidak

melakukan pembayaran. Apabila ketidakmauan membayar tersebut beralasan,

maka patut dipertimbangkan untuk menolak permohonan pailit misalnya seorang

debitor tidak mau membayar dikarenakan barang yang dibeli mengalami kecacatan

sehingga tidak layak untuk dijual atau dalam bahasa hukum dikatakan bahwa

prestasi yang dilakukan oleh pihak lawan debitor tidak sesuai dengan kesepakatan.

Berbeda dengan hukum kepailitan Amerika Serikat (US Bankruptcy Law) yang

digambarkan sebagai hukum kepailitan yang debtor-friendly, karena berorientasi

kepada pemberian kesempatan kepada perusahaan debitor untuk melakukan

reorganisasi sebelum debitor diputuskan pailit oleh pengadilan.58

Hukum kepailitan seharusnya menganut asas keseimbangan yaitu baik

melindungi kepentingan debitor maupun kreditor. Banyak alasan mengapa hukum

kepailitan harus berimbang dalam melindungi kepentingan debitor dan kreditor.

Tidak seharusnya hanya melindungi debitor saja dengan mengabaikan kepentingan

kreditor maupun sebaliknya. Kepentingan debitor perlu dilindungi karena debitor

memiliki banyak pemangku kepentingan mengingat dengan diputuskannya debitor

pailit oleh Pengadilan, maka bukan saja pada umumnya piutang para kreditor tidak

58 Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang

No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran, Edisi Revisi,

(Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 147.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

36

kembali dalam jumlah penuh namun juga banyak pihak lain yang merupakan

stakeholders dari debitor yang menjadi korban pailitnya debitor, yaitu Negara yang

terpaksa kehilangan subyek pajak, para pegawai yang kehilangan pekerjaan, para

pensiunan yang tidak lagi dapat memperoleh pembayaran pensiunannya, dan

masyarakat yang kehilangan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan

debitor. Secara makro, pertumbuhan ekonomi negara akan terpengaruh pula.59

2.3. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Terkait dengan kondisi debitor yang telah insolven, hampir semua peraturan

hukum di dunia memberikan kesempatan kepada debitor untuk menyelesaikan

permasalahannya yakni dapat berupa penundaan kewajiban pembayaran hutang

maupun dengan likuidasi.

Tujuan penundaan kewajiban pembayaran hutang adalah untuk mencegah

kepailitan debitor yang tidak membayar tetapi yang mungkin dapat membayar di

masa yang akan datang. Debitor semata-mata menghadapi masalah likuiditas

sementara, yang dalam hal ini kepailitan akan berakibat terhadap penurunan modal

yang juga berakibat tidak menguntungkan bagi para kreditor.60

Penundaan pembayaran memberikan keringanan sementara bagi debitor.

Bentuk keringanan yang mungkin dapat terjadi adalah restrukturisasi hutang atau

reorganisasi. Namun apabila para kreditor menganggap debitor tidak akan mampu

59 Loc. Cit. 60 Jerry Hoff, Indonesian Bankruptcy Law, diterjemahkan oleh Kartini Muljadi, Undang-Undang

Kepailitan di Indonesia, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2000), hlm. 187.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

37

untuk melunasi segala kewajibannya setelah diberikan keringanan sebagaimana

disebut di atas, maka status penundaan kewajiban pembayaran hutang dapat dengan

mudah berganti menjadi likuidasi atau pailit.

2.4. Akibat Hukum Putusan Pailit

Umumnya pailit terjadi terhadap debitor yang telah mengalami insolvensi

sebagaimana yang dikemukakan Rohan Lamprecht, “Insolvency does not

necessarily lead to bankruptcy, but all bankrupt debtors are considered

insolvent”.61 Akibatnya, para kreditor tidak mendapatkan piutangnya dalam jumlah

penuh, melainkan hanya sebagian. Hukum kepailitan umumnya mengatur bahwa

meskipun hutang tidak dibayar lunas oleh debitor, kreditor tidak diperbolehkan

untuk meminta kembali kepada debitor atas kekurangan pelunasan hutang tersebut.

Namun demikian, hal tersebut kadang tidak diatur pada beberapa hukum kepailitan,

salah satunya dalam hukum kepailitan di Indonesia.

Akibat hukum putusan pailit bukan hanya menimbulkan dampak pada

debitor, melainkan juga terhadap kreditor dan pihak yang berkaitan dengan debitor.

Berikut merupakan rincian akibat hukum tersebut:

a. Akibat Hukum bagi Debitor

Jatuhnya putusan pailit menyebabkan debitor tidak dapat lagi

menguasai segala harta kekayaannya. Keadaan tersebut disebut

61 Ibid., hlm. 151.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

38

sebagai automatic stay. Beberapa negara mengatur permulaan

automatic stay secara berbeda. Di Indonesia, automatic stay berlaku

semenjak jatuhnya putusan pailit terhadap debitor, sementara di

Amerika Serikat automatic stay berlaku semenjak permohonan

pailit.62 Terhadap harta kekayaan debitor yang dipindahkan sebelum

adanya putusan pailit dapat dibatalkan perikatannya dengan syarat

bahwa pembeli kekayaan debitor pailit tersebut dapat dibuktikan

memiliki itikad buruk. Hal sebagaimana yang disebut di atas sering

dinamakan sebagai actio paulina.63 Ketika automatic stay berlaku,

harta kekayaan debitor nantinya akan diurus oleh kurator atau

trustee selaku pengurus dalam pembagian harta debitor pailit kepada

para kreditornya, sehingga pembagiannya dapat dilakukan secara

adil sesuai dengan hierarki para kreditor.64

b. Akibat Hukum Bagi Kreditor

Ketika putusan pailit dijatuhkan, maka hal yang umum terjadi adalah

piutang para kreditor tidak dapat dibayar dalam jumlah penuh. Oleh

karenanya, seringkali sebelum putusan dijatuhkan, para kreditor

berebut untuk mendapatkan harta kekayaan debitor.65 Hal tersebut

merupakan salah satu alasan mengapa kepailitan perlu diatur dalam

peraturan perundang-undangan.

62 Ibid., hlm. 286. 63 Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 85. 64 Ibid., hlm. 42. 65 Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, dan Benny Ponto, ed., Penyelesaian Utang-Piutang Melalui

Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Edisi Pertama, (Bandung: Alumni, 2001),

hlm. 299.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

39

Prinsip umum hukum kepailitan adalah paritas creditorium yang

berarti bahwa semua kreditor mempunyai hak yang sama atas

pembayaran, dan bahwa hasil kekayaan debitor akan dibagikan

secara proporsional menurut besarnya tagihan mereka.66 Prinsip

umum ini dinyatakan dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.

Setiap peraturan mempunyai pengecualian, dan walaupun secara

teoritis semua kreditor mempunyai kedudukan yang sama,

kenyataan beberapa di antaranya mempunyai kedudukan yang lebih

dibandingkan dengan yang lainnya. Kreditor dalam perkara

kepailitan dapat dikelompokkan menjadi:67

(1) Kreditor Separatis

Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan

kebendaan yang dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini

tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit, artinya hak-hak

eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada

kepailitan debitor.

(2) Kreditor Preferen

Kreditor preferen adalah kreditor yang karena sifat piutangnya

mempunyai kedudukan istimewa dan mendapat hak untuk

memperoleh pelunasan lebih dahulu dari penjualan harta pailit.

66 Jerry Hoff, Op. Cit., hlm. 97. 67 Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta

Pailit, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 48-52.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

40

Kreditor istimewa berada di bawah pemegang hak tanggungan

dan gadai. Pasal 1133 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mangatakan bahwa hak untuk didahulukan di antara orang-orang

berpiutang terbit dari hak istimewa dari gadai dan hipotek.

Dijelaskan lebih lanjut maksud dari hak istimewa dalam Pasal

1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu hak

yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang

sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang

lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Gadai dan

hipotek adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam

hal-hal dimana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.

(3) Kreditor Konkruen

Kreditor yang dikenal juga dengan istilah kreditor bersaing.

Kreditor konkruen memiliki kedudukan yang sama dan berhak

memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitor, baik yang

telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari setelah

sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar piutang

kepada para kreditor pemegang hak jaminan dan para kreditor

dengan hak istimewa secara proporsional menurut perbandingan

dengan piutang masing-masing kreditor konkruen tersebut

(berbagi secara pari passu prorata parte).

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

41

c. Akibat Terhadap Harta Kekayaan Debitor Pailit

Kepailitan meluputi seluruh harta kekayaan di berutang pada saat

penyataan pailit, beserta segala apa yang diperoleh selama

kepailitan. Namun demikian terdapat beberapa barang yang tidak

terjangkau atau tidak dikenakan pernyataan pailit, antara lain:68

1. Alat perlengkapan tidur dan pakaian sehari-hari;

2. Alat perlengkapan dinas;

3. Alat perlengkapan kerja;

4. Persediaan makanan untuk kira-kira satu bulan;

5. Buku-buku yang dipakai untuk kerja;

6. Gaji dan upah pensiun, uang jasa, honorarium pengarang;

7. Sejumlah uang untuk nafkah yang besarnya ditentukan oleh

hakim pengawas; dan

8. Sejumlah uang yang diterima dari penghasilan anak-

anaknya.

Barang-barang yang dikenakan pailit haruslah milik debitor pailit,

sedangkan barang-barang pihak ketiga yang kebetulan berada pada

tangan debitor pailit, tidak terkena putusan pernyataan pailit.69

68 Victor M. Situmorang, dan Hendri Soekarso, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1994), hlm. 66. 69 Ibid., hlm. 67.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

42

2.5. Actio Paulina dalam Kepailitan

Terdapat kemungkinan sebelum pernyataan pailit debitor merugikan

kreditor-kreditornya misalnya dengan melakukan transaksi berupa pengalihan aset-

asetnya kepada pihak lain.70 Transaksi tersebut dapat dibatalkan asalkan dapat

dibuktikan bahwa:71

a. Debitor melakukan tindakan yang tidak diwajibkan;

b. Tindakan debitor merugikan kreditor;

c. Terhadap perikatan timbal-balik yang dibuat oleh debitor dengan

suatu pihak tertentu dalam perjanjian, yang mengakibatkan

berkurangnya harta kekayaan debitor, maka kreditor harus

membuktikan bahwa pada saat perjanjian tersebut dilakukan,

debitor dan orang yang dengannya itu berjanji, mengetahui bahwa

perjanjian itu mengakibatkan kerugian bagi pihak para kreditro; dan

d. Terhadap perjanjian atau perbuatan hukum yang bersifat cuma-

cuma, cukuplah kreditor membuktikan bahwa pada saat membuat

perjanjian atau melakukan tindakan itu, debitor mengetahui bahwa

dengan cara demikian dia merugikan kreditor, tidak peduli apakah

orang yang diuntungkan juga mengetahui hal tersebut atau tidak.

Kata-kata actio paulina berasal dari Bahasa Romawi yang maksudnya

menunjuk kepada upaya hukum yang digunakan guna menyatakan batal tindakan

70 Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 64. 71 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2003), hlm. 43.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

43

debitor yang meniadakan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu

debitor yang merasa bahwa ia akan dinyatakan pailit melakukan tindakan hukum

untuk memindahkan hak atas sebagian kekayaannya atau dengan cara lain

merugikan kreditornya.72

2.6. Aspek Internasional Kepailitan

Pendekatan asli pada kepailitan lintas batas adalah teritorial. Menurut teori

ini, akibat pernyataan pailit, proses dan pengakhiran kepailitan terbatas pada

wilayah negara tempat pengadilan yang telah menangani kepailitan berada atau

dengan kata lain putusan pailit hanya berlaku di negara tempat putusan pailit itu

diucapkan. Apabila harta pailit berada di beberapa negara, maka permohonan pailit

juga harus dilakukan di negara tempat harta kekayaan debitor berada.73

Alternatif dari teori tersebut adalah teori universal. Terdapat dua aspek

dalam teori ini, yakni (a). Negara tempat harta kekayaan berada menganut prinsip

universal, dan (b). Putusan pailit yang dijatuhkan harus diberlakukan secara

penuh.74 Apabila negara tempat harta kekayaan berada tidak menganut prinsip

universal, maka tidak dimungkinkan putusan pailit di suatu negara dapat

dilaksanakan di negara lain.

72 Jerry Hoff, Op. Cit., hlm. 302. 73 Ibid., hlm. 200. 74 Loc. Cit.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

44

Terkait dengan pelaksanaan putusan secara penuh, sebuah negara akan

memenuhi dengan beberapa pertimbangan, antara lain:75

a. Pengadilan asing yang memutus mempunyai kemampuan menurut

standar-standar yang diterima secara internasional;

b. Terdapat sidang yang adil; dan

c. Putusan pengadilan asing tidak melanggar kepentingan umum.

75 Ibid., hlm. 201.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

45

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengaturan Kepailitan di Negara Anggota Association of South East

Asian Nations

3.1.1. Indonesia

3.1.1.1. Pengaturan

Pengaturan kepailitan di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan yang antara lain: Undang-Undang nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

3.1.1.2. Definisi Kepailitan

Kepailitan menurut Pasal 1 Poin 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang didefinisikan

sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.

Tidak ada definisi baku dari lembaga pembuat perundang-undangan terkait dengan

sita umum, namun demikian dapat diartikan bahwa sita umum merupakan

perampasan/pengambilalihan seluruh harta kekayaan debitor pailit yang mana

ditujukan untuk melunasi seluruh hutang-hutangnya kepada semua kreditor, bukan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

46

hanya untuk kreditor tertentu. Pengurusannya dilakukan oleh kurator yang dalam

hal ini, antara lain:

(1) Balai Harta Peninggalan; atau

(2) Orang perseorangan

yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitor

Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas.

3.1.1.3. Jenis Kreditor dan Pembagian Harta Debitor Pailit

Terkait dengan kreditor, meskipun seharusnya pembagian harta kekayaan

debitor pailit dilakukan secara pro rata dalam artian menyamakan semua kreditor,

namun dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia jenisnya dibedakan

menjadi tiga yang mana bersifat hierarki atau yang pertama lebih didahulukan

dibandingkan dengan jenis kreditor setelahnya. Dasar hukum pembedaan jenis

kreditor dalam arti terdapat kreditor yang kedudukannya lebih tinggi/didahulukan

dibandingkan dengan kreditor lain adalah Pasal 1132 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang berbunyi: Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-

sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan-pendapatan

benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya

piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-

alasan yang sah untuk didahulukan.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

47

Pengecualian sebagaimana disebutkan dalam Pasal di atas dijelaskan secara

terperinci pada Pasal 1133 dan Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang mana disebutkan bahwa hak untuk didahulukan timbul dari:

(1) Hak istimewa;

(2) Gadai dan hipotek.

Yang dimaksud dengan hak istimewa adalah suatu hak yang oleh undang-undang

diberikan kepada seseorang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi

dibandingkan dengan orang berpiutang lainnya. kedudukan hak istimewa tersebut

lebih rendah dibandingkan gadai dan hipotek, kecuali dalam undang-undang

ditentukan secara terperinci bahwa hak istimewa tersebut berada lebih tinggi

dibandingkan dengan gadai dan hipotek.

3.1.1.4. Persyaratan Pengajuan Permohonan Pailit

Persyaratan untuk mengajukan gugatan kepailitan di Indonesia diatur dalam

Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU yakni:

(1) Debitor memiliki dua atau lebih kreditor;

(2) Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo

dan dapat ditagih.

Apabila kedua persyaratan sebagaimana yang disebutkan di atas telah terpenuhi,

maka dengan mudah debitor akan dipailitkan oleh Pengadilan Niaga. Pembuktian

dalam kasus kepailitan di Indonesia merupakan pembuktian sederhana, sehingga

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

48

tidak diperlukan pembuktian dengan mengetahui terlebih dahulu sisi keuangan

debitor yang hendak dipailitkan. Pemberian penundaan kewajiban pembayaran

utang atau restrukturisasi utang merupakan tindakan yang dapat dilakukan baik oleh

debitor maupun kreditor dengan persetujuan pihak lainnya. sifat dari penundaan

kewajiban pembayaran utang tergantung hasil kesepakatan/negosiasi antara debitor

dengan para kreditornya, dan tidak dapat dipengaruhi oleh lembaga peradilan.

Terkait dengan persyaratan sebagaimana yang disebutkan di atas, undang-

undang kepailitan di Indonesia dapat digolongkan sebagai creditor friendly. Dapat

dikatakan demikian dengan beberapa pertimbangan, yakni:

(1) Tidak dibutuhkan pembuktian terkait apakah keadaan keuangan debitor

sedang solven atau insolven;

(2) Kewenangan pemberian penundaan kewajiban pembayaran utang tidak

dapat dicampuri oleh lembaga peradilan, dimana lembaga peradilan

hanya menjadi fasilitator rencana perdamaina, sementara terkait dengan

pemberian penundaan kewajiban pembayaran utang tergantung pada

hasil negosiasi antara debitor dengan para kreditornya dalam

pemungutan suara. Bilamana debitor gagal meyakinkan para kreditor

tentang kelangsungan keuangannya, maka kreditor dapat menolak

permohonan penundaan kewajiban tersebut dan melakukan likuidasi

terhadap aset debitor yang mana dalam hal ini diwakili oleh kurator.

Persyaratan untuk mengajukan pailit sebagaimana yang diatur dalam UUK-

PKPU memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya terdapat pada

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

49

perlindungan terhadap kepentingan kreditor. Kreditor dapat dengan mudah

mengajukan gugatan pailit terhadap debitor apabila tidak membayar utangnya,

entah apakah tidak membayar tersebut disebabkan karena permasalahan

kemampuan (ability to pay) atau kemauan (willingness to pay) debitor. Keuntungan

bagi kreditor pada kasus ini, dapat memperoleh pelunasan utang secara penuh

dikarenakan debitor mungkin saja tidak membayar hutang tersebut dikarenakan

ketidakmauan (willingness to pay). Kekurangannya, debitor dapat dengan mudah

dipailitkan. Padahal dengan pemailitan debitor, yang terkena dampak pailit bukan

hanya kreditor dan debitor saja, melainkan pihak-pihak yang terkait seperti tenaga

kerja maupun negara akan merasakan dampaknya pula.

3.1.1.5. Automatic Stay Harta Kekayaan Debitor

Automatic stay atau sita umum dalam bahasa perundang-undangan

kepailitan Indonesia berlaku semenjak putusan pernyataan pailit diucapkan. Hal

tersebut diatur dalam Pasal 24 ayat (1) UUK-PKPU yang mana menyebutkan,

“Debitor kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaan yang

termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan”.

Putusan tersebut berlaku dihitung sejak pukul 00.00 waktu setempat, sehingga

apabila putusan dijatuhkan pada 21 Februari 2017 pukul 14.30, maka keberlakuan

putusan secara efektif adalah pada tanggal 22 Februari 2017 pukul 00.00.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

50

3.1.1.6. Actio Paulina

Terkait dengan harta kekayaan yang dialihkan oleh debitor ketika putusan

belum dijatuhkan, apabila dapat dibuktikan bahwa pihak ketiga yang menerima

harta kekayaan tersebut mengetahui bahwa apa yang dilakukannya dapat

merugikan para kreditor, maka pemindahan harta kekayaan tersebut dapat

dibatalkan. Upaya pembatalan tersebut sering dinamakan sebagai actio paulina

yang mana diatur dalam Pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Sementara apabila pihak ketiga tersebut tidak mengetahui bahwasanya pengalihan

harta kekayaan tersebut dapat merugikan para kreditor, maka transaksi yang telah

dilakukan tidak dapat dibatalkan.

Pembuktian yang dibutuhkan berbeda apabila pihak ketiga mendapatkan

harta kekayaan si debitor secara cuma-cuma. Jika kejadiannya adalah sebagaimana

demikian, maka cukup bagi para kreditor untuk membuktikan bahwasanya si

debitor tahu bahwa apabila dia melakukan transaksi, maka kreditor dapat dirugikan.

Tidak dibutuhkan pembuktian terkait tahu atau tidaknya pihak ketiga yang

bertransaksi dengan debitor.

Secara khusus, actio paulina diatur dalam UUK-PKPU pada Pasal 41

hingga Pasal 49 yang isinya tidaklah berbeda dengan Pasal 1341 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata. Dikecualikan dari ketentuan actio paulina apabila

perbuatan hukum debitor bersifat wajib yang timbul dari perjanjian dan/atau karena

undang-undang.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

51

Debitor dan pihak dengan siapa perbuatan tersebut dilakukan (dalam jangka

waktu satu tahun sebelum putusan pailit) dianggap mengetahui bahwa perbuatan

tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi para kreditor dalam hal perbuatan

tersebut:

(1) Merupakan perjanjian dimana kewajiban debitor jauh melebihi

kewajiban pihak dengan siapa perjanjian tersebut dibuat;

(2) Merupakan pembayaran atas atau pemberian jaminan untuk utang yang

belum jatuh tempo dan/atau belum atau tidak dapat ditagih;

(3) Dilakukan oleh debitor perorangan, dengan atau untuk kepentingan:

a. Suami atau istrinya, anak angkat, atau keluarganya sampai

derajat ketiga;

b. Suami atau badan hukum dimana debitor adalah anggota direksi

atau pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak

langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut lebih dari

50% dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum

tersebut.

(4) Dilakukan oleh debitor yang merupakan badan hukum, dengan atau

untuk kepentingan:

a. Anggota direksi atau pengurus dari debitor, suami atau istri,

anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga dari anggota

direksi atau pengurus tersebut;

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

52

b. Perorangan, baik sendiri atau bersama-sama dengan suami atau

istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, yang ikut

serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan

pada debitor lebih dari 50% dari modal disetor atau dalam

pengendalian badan hukum tersebut;

c. Perorangan yang suami atau istrinya, anak angkat atau

keluarganya sampai derjat ketiga, ikut secara langsung atau tidak

langsung dalam kepemilikan pada debitor lebih dari 50% dari

modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut.

(5) Dilakukan oleh debitor yang merupakan badan hukum dengan atau

untuk kepentingan badan hukum lainnya apabila:

a. Perorangan anggota direksi atau pengurus pada kedua badan

usaha tersebut adalah orang yang sama;

b. Suami atau istri, anak angkat atau keluarga sampai derajat ketiga

dari perorangan anggota direksi atau pengurus debitor yang juga

merupakan anggota direksi atau pengurus pada badan hukum

lainnya, atau sebaliknya;

c. Perorangan anggota direksi atau pengurus atau anggota badan

pengawas debitor, atau suami atau istri, anak angkat atau

keluarga sampai derajat ketiga, baik sendiri atau bersama-sama,

ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam

kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari 50% dari modal

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

53

atau dalam pengendalian badan hukum tersebut, atau

sebaliknya;

d. Debitor adalah anggota direksi atau pengurus pada badan hukum

lainnya atau sebaliknya;

e. Badan hukum yang sama, atau perorangan yang sama baik

bersama atau tidak dengan suami atau istrinya, dan atau para

anak angkatnya dan keluarga sampai derajat ketiga ikut serta

secara langsung atau tidak langsung dalam kedua badan hukum

tersebut paling kurang sebesar 50% dari modal yang disetor.

(6) Dilakukan oleh debitor yang merupakan badan hukum dengan atau

terhadap badan hukum lain dalam satu grup dimana debitor adalah

anggotanya.

Terkait dengan pembayaran utang yang sudah dapat ditagih, pembayaran

tersebut hanya dapat dibatalkan apabila dibuktikan bahwa penerima pembayaran

mengetahui bahwa permohonan pernyataan pailit debitor sudah didaftarkan atau

dalam hal pembayaran tersebut merupakan akibat dari persekongkolan antara

debitor dan kreditor dengan maksud menguntungkan kreditor tersebut melebihi

kreditor lainnya.

Tuntutan pembatalan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas hanya dapat

diajukan oleh kurator. Para kreditor tidak diberikan hak untuk melakukan

penuntutan secara tersendiri karena kurator dalam hal ini merupakan representatif

dari semua kreditor dari debitor pailit. Hal ini untuk mencegah perebutan harta

kekayaan debitor pailit oleh para kreditor. Apabila kepailitan berakhir dengan

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

54

perdamaian, maka berdasarkan Pasal 48 ayat (1) tuntutan pembatalan atas

perbuatan hukum debitor yang merugikan para kreditor menjadi gugur, kecuali isi

perdamaian adalah pelepasan atas harta pailit oleh debitor pailit.

3.1.1.7. Harta Pailit

Harta kekayaan debitor yang termasuk dalam harta pailit diatur dalam Pasal

1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa

segala kebendaan debitor, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik sudah

ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk

segala perikatan debitor. Mengingat ketentuan pasal tersebut, harta kekayaan

debitor bukan saja terbatas pada harta kekayaan berupa barang-barang tetap seperti

tanah, tetapi juga barang-barang bergerak seperti perhiasan, mobil dan mesin.

Termasuk barang yang berwujud maupun barang yang tidak berwujud seperti

piutang atau tagihan. Termasuk pula barang-barang baik bergerak maupun tidak

bergerak yang berada di bawah penguasaan orang lain yang terhadap barang

tersebut debitor memiliki hak, baik penguasaan yang dilakukan oleh orang lain

tersebut melawan hukum atau tidak. Kebendaan debitor menjadi jaminan bersama-

sama bagi semua kreditor.

Ketentuan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bukan tanpa

pengecualian. Ada di antara harta kekayaan debitor, baik yang sudah ada maupun

yang akan ada di kemudian hari, yang tidak dimasukkan ke dalam harta pailit.

Menurut ketentuan Pasal 184 ayat (3) UUK-PKPU debitor pailit dapat diberikan

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

55

sekadar perabot rumah tangga dan perlengkapannya, alat-alat medis yang

dipergunakan untuk kesehatan, atau perabot kantor yang ditentukan oleh Hakim

Pengawas. Pengecualian yang lain adalah apabila debitor pailit merupakan badan

hukum, maka dalam hal perusahaan dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda

yang termasuk harta pailit, yang tidak diperlukan untuk meneruskan perusahaan.

Permasalahannya siapa yang dapat menentukan bahwa perusahaan tersebut akan

dioperasikan kembali atau tidak. Pengecualian lain disebutkan dalam Pasal 22

UUK-PKPU yang antara lain:

(1) Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor

sehubung dengan pekerjaannya, perelangkapannya, alat-alat medis yang

dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapan yang

dipergunakan oleh debitor dan keluargannya, yang terdapat di tempat

itu;

(2) Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaanya sendiri sebagai

penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang

tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim

Pengawas; atau

(3) Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban

memberi nafkah menurut undang-undang.

3.1.1.8. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Terdapat satu cara yang disediakan oleh UUK-PKPU agar debitor dapat

terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi yakni dengan mengajukan

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

56

penundaan kewajiban pembayaran utang, sementara di luar UUK-PKPU terdapat

satu cara yakni dengan mengadakan perdamaian antara debitor dengan para

kreditornya setelah debitor dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Tujuan penundaan kewajiban pembayaran utang adalah untuk mengajukan

rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh

utang kepada para kreditor. Meskipun kemungkinan untuk mendapatkan

pengembalian utang secara penuh tipis, namun dengan persetujuan rencana

perdamaian, para kreditor dapat meminimalisir biaya yang diperlukan untuk

melakukan likuidasi terhadap harta kekayaan debitor, selain juga dapat

meminimalisir waktu penyelesaian sengketa di antara para pihak (debitor dengan

para kreditor).

Terkait dengan penundaan kewajiban pembayaran utang, UUK-PKPU

mengaturnya pada Bab III yakni pada Pasal 222 sampai Pasal 294. Yang dapat

menjadi pemohon penundaan kewajiban pembayaran utang, antara lain:

(1) Debitor;

(2) Kreditor;

(3) Otoritas Jasa Keuangan; atau

(4) Menteri Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan adalah satu-satunya yang dapat menjadi pemohon

apabila debitornya adalah Bank, Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring

dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Asuransi,

Perusahaan Reasuransi, dan Dana Pensiun, sementara Menteri Keuangan adalah

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

57

satu-satunya yang dapat menjadi pemohon apabila debitornya adalah Badan Usaha

Milik Negara.

Apabila pemohon penundaan kewajiban pembayaran utang adalah debitor,

maka harus dilampirkan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang

debitor beserta surat bukti secukupnya, bila ada, rencana perdamaian. Apabila

pemohon adalah kreditor maka dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum

sidang, pengadilan memanggil debitor untuk mengajukan daftar sebagaimana yang

telah disebutkan di atas.

Atas permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang tersebut,

pengadilan wajib untuk mengabulkannya dimana apabila pemohon adalah debitor

maka paling lambat pengabulan tersebut adalah tiga hari semenjak didaftarkannya

surat permohonan, sementara apabila pemohon adalah kreditor maka paling lambat

pengabulan tersebut adalah 20 (dua puluh) hari semenjak didaftarkannya surat

permohonan.

Setelah putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara

diucapkan, paling lama pada hari ke-45 terhitung sejak putusan, debitor dan para

kreditor wajib menghadap dalam sidang. Apabila pada persidangan tersebut debitor

tidak hadir, maka penundaan kewajiban pembayaran utang sementara menjadi

berakhir dan pengadilan menyatakan debitor pailit dalam sidang yang sama. Sidang

sebagaimana yang disebutkan di atas adalah terkait pemungutan suara untuk

pemberian penundaan kewajiban pembayaran utang tetap yang mana

perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 (dua ratus tujuh puluh) hari setelah

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

58

putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara diucapkan. Apabila

disetujui oleh para kreditor, maka penundaan kewajiban pembayaran utang

sementara berubah menjadi penundaan kewajiban pembayaran utang tetap, namun

apabila tidak disetujui maka ke-esokan harinya, debitor dapat dinyatakan pailit.

Terhadap putusan penundaan kewajiban pembayaran utang tidak dapat diajukan

upaya hukum apapun.

Pemberian penundaan kewajiban pembayaran utang tetap berikut

perpanjangannya ditetapkan oleh pengadilan berdasarkan:

a. Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkruen yang haknya diakui

atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian

dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor

konkruen atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut; dan

b. Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor yang piutangnya dijamin

dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak

agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit

2/3 bagian dari seluruh tagihan kreditor atau kuasanya yang hadir dalam

sidang tersebut.

Selama penundaan kewajiban pembayaran utang, debitor tanpa persetujuan

pengurus (yang diangkat oleh hakim pengawas) tidak dapat melakukan tindakan

kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Jika debitor

melanggar ketentuan tersebut, pengurus berhak untuk melakukan segala sesuatu

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

59

yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitor tidak dirugikan karena

tindakan debitor.

3.1.1.9. Pertanggungjawaban Direksi

Jajaran direksi dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan yang

terjadi pada perusahaan dalam hal direksi bersalah atau lalai dalam menjalankan

tugasnya. Dalam hal direksi terdiri dari dua orang atau lebih, maka tanggung jawab

sebagaimana yang dimaksud di atas berlaku secara tanggung renteng. Anggota

direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan apabila dapat

membuktikan:

a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh

tanggungjawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan kepengurusan yang dilakukan; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

3.1.1.10. Berakhirnya Kepailitan

Setelah berakhirnya kepailitan baik yang disebabkan karena perdamaian

maupun telah dilaksanakannya pembagian penutup, debitor atau ahi warisnya dapat

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

60

mengajukan permohonan rehabilitasi. Permohonan rehabilitasi tersebut tidak akan

dikabulkan kecuali apabila pada surat permohonan tersebut dilampiri bukti yang

menyatakan bahwa semua kreditor yang diakui sudah memperoleh pembayaran

secara memuaskan. Pembayaran secara memuaskan sebagaimana yang telah

disebutkan diartikan bahwa kreditor yang diakui tidak akan lagi mengajukan

tagihan lagi terhadap debitor, sekalipun mereka mungkin tidak menerima

pembayaran atas seluruh tagihannya.

Permohonan rehabilitasi tersebut haruslah diumumkan paling sedikit dalam

2 (dua) surat kabar harian yang ditunjuk oleh Pengadilan. Atas permohonan

rehabilitasi tersebut, kreditor yang diakui dapat mengajukan keberatan hanya

apabila dapat dibuktikan bahwa debitor tidak memenuhi persyaratan administratif

(surat kepuasan dari kreditor yang diakui). Dalam jangka waktu 60 (enam puluh)

hari semenjak pengumuman di surat kabar, terlepas diajukan atau tidak diajukannya

keberatan, Pengadilan akan mengabulkan atau menolak permohonan tersebut dan

atas putusan tersebut tidak terbuka upaya hukum apapun. Yang dimaksud dengan

rehabilitasi sebagaimana yang telah disebutkan di atas adalah pemulihan nama baik

debitor yang semula dinyatakan pailit, melalui putusan pengadilan yang berisi

keterangan bahwa debitor telah memenuhi kewajibannya. Apabila debitor telah

diberikan rehabilitasi, maka semua kreditor yang diakui tidak dapat lagi melakukan

penagihan atas piutang mereka kepada debitor.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

61

3.1.1.11. Aspek Internasional Kepailitan

Pada UUK-PKPU, pembahasan terkait dengan kepailitan lintas batas negara

termuat dalam Pasal 212 hingga Pasal 214. Pada pasal-pasal tersebut hanya

dijelaskan terkait dengan kewajiban kreditor untuk mengembalikan harta pailit

yang diperolehnya yang berasal dari pelunasan piutangnya dengan cara melikuidasi

atau mengambil aset debitor pailit yang berada di luar negeri atau dengan

memindahkan piutang tersebut kepada pihak ketiga sehingga terjadi perjumpaan

utang. Tidak dijelaskan terkait dengan pelaksanaan putusan pailit Pengadilan

Indonesia di negara lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa UUK-

PKPU menganut prinsip teritorialisme yang berarti bahwa putusan pailit di

Indonesia hanya berlaku bagi harta pailit yang berada di Indonesia, sementara untuk

harta pailit yang berada di luar negeri hal tersebut tidak dapat diputuskan atau

dimintakan penyitaannya kecuali dengan itikad baik dari debitor pailit. Meskipun

demikian, harta pailit yang berada di luar tetap harus dicantumkan dalam daftar

kekayaan debitor pailit dan apabila harta tersebut dipindahkan oleh kreditor atau

debitor, maka hasil transaksi tersebut haruslah diurus oleh pengurus yang mana

akan membagikan hasil pemindahan aset tersebut untuk semua pelunasan semua

piutang kreditor. Pengecualiannya adalah apabila dalam perikatan, kreditor

mendapatkan hak untuk didahulukan atas harta pailit yang berada di luar negeri

tersebut.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

62

3.1.2. Singapura

3.1.2.1. Pengaturan

Kepailitan di Singapura diatur dalam Companies Act dan Bankruptcy Act

Revised Edition 2009 yang berisi dua belas bagian, antara lain:

1. Preliminary;

2. Constitution, Procedur amd Powers of Court;

3. Official Assignee;

4. Trustee in Bankrupcy;

5. Voluntary Arrangements;

6. Debt Repayment Scheme;

7. Proceedings in Bankruptcy;

8. Administration in Bankruptcy;

9. Annulement and Discharge;

10. Duties, Disqualification and Disabilities of Bankrupt;

11. Bankruptcy Offences; dan

12. Miscellaneous Provisions.

3.1.2.2. Definisi Kepailitan

Pailit dalam Bankruptcy Act Revised Edition 2009 didefinisikan sebagai

status hukum bagi seseorang atau firm yang tidak dapat membayar hutangnya yang

nominalnya tidak kurang dari $15.000 dan dinyatakan pailit oleh High Court. Tidak

dibutuhkan apakah debitor memiliki dua atau lebih kreditor untuk mengajukan

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

63

permohonan pailit. Subjek yang dapat dipailitkan dibagi menjadi dua yakni

individu atau firm. Firm dalam peraturan ini diartikan sebagai an unincorporated

body of individuals carrying on business in partnership with a view to profit.

Pemohon yang dapat mengajukan kepailitan debitor dibedakan berdasarkan jenis

dari debitor. Apabila debitor merupakan manusia dan yang mengajukan

permohonan pailit adalah kreditor, maka yang dapat mengajukan permohonan

pailit:

1. Satu atau lebih kreditor dari individu; atau

2. Nominee yang mengawasi pelaksanaan, atau orang lain yang untuk

sementara waktu terikat oleh, permohonan kepailitan sukarela

(voluntary arrangement) yang diajukan oleh individu.

Sementara apabila debitor merupakan firm, maka yang dapat mengajukan

permohonan pailit adalah:

1. Satu atau lebih kreditor dari perusahaan baik sendiri maupun bersama-

sama, yang kreditor tersebut berhak untuk mengajukan aplikasi

kebangkrutan terhadap salah satu partner sehubungan dengan hutang

kemitraan; atau

2. Nominee yang mengawasi pelaksanaan, atau siapapun (selain rekan

kerja di perusahaan) yang untuk sementara waktu terikat oleh,

permohonan kepailitan sukarela (voluntary arrangement) yang diajukan

oleh perusahaan dan telah mendapat persetujuan berdasarkan Part V.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

64

Apabila yang mengajukan pailit adalah debitor, khusus untuk pemailitan debitor

yang berbentuk perusahaan haruslah dengan pernyataan tertulis dari seluruh partner

atau sebagian besar partner.

3.1.2.3. Jenis Kreditor dan Pembagian Harta Debitor Pailit

Kreditor didefinisikan sebagai seseorang atau badan yang mana dapat

membuktikan bahwa debitor memiliki hutang terhadapnya. Tidak terdapat

pengklasifikasian kreditor secara tertulis dalam peraturan, namun dari dimuatnya

definisi secured creditors maka secara tersirat, kreditor dibedakan menjadi dua

yakni unsecured dan secured kreditor. Secured creditors didefinisikan sebagai a

person holding a mortage, pledge, charge, lien or other security on or against the

property of the debtor or any part thereof as security for a debt due to him from the

debtor. Keuntungan menjadi secured creditors adalah bahwa dia mendapatkan

jaminan atas hak yang dipegang atas suatu harta kekayaan debitor yang dijaminkan

kepadanya. Secured creditors mendapatkan hak untuk didahulukan atas likuidasi

harta kekayaan milik debitor pailit yang mana harta kekayaan tersebut dijaminkan

kepadanya, namun hak didahulukan tersebut hilang apabila secured creditors

menjadi pemohon kepailitan debitor dikarenakan apabila hendak mengajukan

permohonan pailit terhadap diri debitor, secured creditor diwajibkan untuk

menyatakan bahwa dia bersedia untuk menyerahkan hak didahulukan atas aset yang

dijaminkan kepadanya untuk pembayaran seluruh kreditor.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

65

Terdapat beberapa hutang atau kepentingan atas harta kekayaan debitor

pailit yang harus didahulukan pembayarannya dibandingkan dengan hutang yang

lain, yang secara hierarki antara lain:

1. Biaya yang timbul atas kegiatan pengadministrasian the Official

Assignee (OA);

2. Biaya dari pemohon pailit, dalam hal ini kreditor, sehubungan dengan

permohonan kebangkrutan yang relevan;

3. Semua upah atau gaji termasuk tunjangan-tunjangan kerja yang termuat

dalam perjanjian kerja;

4. Semua bentuk apresiasi atas pencapaian karyawan yang termuat dalam

perjanjian kerja;

5. Semua bentuk kompensasi yang harus dibayar sehubungan dengan

cedera kerja berdasarkan Injury Compensation Act (Cap. 354);

6. Semua jumlah terhutang sehubungan dengan kontribusi yang harus

dibayarkan selama dua belas bulan berturut-turut, yang dimulai tidak

lebih dari 12 bulan sebelumnya dan berakhir selambat-lambatnya 12

bulan setelahnya dari tanggal efektif skema, yang mana debitor

merupakan pemberi kerja, terkait dana pensiun karyawan berdasarkan

Income Tax Act (Cap. 134);

7. Segala renumerasi kepada karyawan sehubungan dengan cuti liburan

atau kematiannya; dan

8. Semua pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

66

3.1.2.4. Persyaratan Pengajuan Permohonan Pailit

Pengajuan permohonan kepailitan debitor haruslah memenuhi beberapa

persyaratan yang dimuat dalam Bankruptcy Act Revised Edition 2009 yang antara

lain:

1. Jumlah hutang atau jumlah keseluruhan hutang tidak kurang dari

$15.000;

2. Hutang atau masing-masing hutang harus dibayarkan segera oleh

debitor;

3. Debitor tidak dapat membayar hutang atau semua hutangnya;

4. Apabila hutang tersebut dilaksanakan di luar Singapura, maka hutang

tersebut haruslah dengan pengajuan permohonan di Singapura.

Berdasarkan cakupan tersebut, kepailitan hanya dapat dilakukan dengan

nilai minimal hutang tertentu, sehingga tidak semua hutang dapat menjadi alasan

untuk memailitkan debitor. Persyaratan ketiga yakni debitor tidak dapat membayar

hutang atau semua hutangnya, secara tersirat menunjukkan bahwa yang dapat

dipailitkan hanyalah debitor yang berada dalam keadaan insolven. Apabila debitor

tidak membayar hutang dengan penyebab ketidakmauan membayar (willingness to

pay), maka tidak dapat diajukan dengan melakukan permohonan pailit namun

dengan jenis perbutan hukum yang lain. Berdasarkan persyaratan yang telah

disebutkan di atasm dapat dikatakan bahwa Bankruptcy Act Revised Edition 2009

bersifat debitor friendly.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

67

3.1.2.5. Automatic Stay Harta Kekayaan Debitor

Automatic stay atau yang dalam UUK-PKPU disebut sebagai sita umum

atas harta kekayaan debitor dapat mulai berlaku semenjak adanya permohonan

pailit terhadap diri debitor. Penggunaan kata dapat disebabkan terjadinya automatic

stay tergantung pada pandangan pengadilan apakah perlu untuk melaksanakan sita

ataukah tidak sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 73 ayat (1) yakni:

The court may, if it thinks it necessary or expedient for the protection of the

debtor’s property, at any time after the making of a bankruptcy application

and before making a bankruptcy order, appoint the Official Assignee to be

interim receiver of the debtor’s property or any part thereof and direct him

to take immediate possession of the same, including any books of accounts

and other documents relating to the debtor’s business.

Pengurusan harta kekayaan debitor akan diberikan oleh Pengadilan kepada

Official Assignee. Pada Pasal 107 ayat (1) disebutkan bahwa: The Official Assignee

shall forthwith after the bankruptcy order take possesion of:

a. The deeds, books and documents which relate to the bankrupt’s estate

or affairs and which belong to him or are under his control; and

b. All other parts of his property capable of manual delivery.

3.1.2.6. Actio Paulina

Pembahasan tentang actio paulina dalam Bankruptcy Act Revised Edition

2009 diatur pada Pasal 97 hingga Pasal 106. Bankruptcy Act Revised Edition 2009

memberikan jalan untuk melawan transaksi anteseden yang dilakukan dalam hal

transaksi tersebut:

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

68

1. Undervalue transaction; atau

2. Unfair preference.

The Official Assigne dapat meminta bantuan kepada pengadilan untuk

mengungkap transaksi yang seharusnya tidak terjadi untuk jangka waktu sebelum

debitor divonis bangkrut. Pengadilan dapat memerintahkan pengembalian dana

atau membatalkan transaksi di bawah harga (undervaleu transaction) yang

dilakukan oleh pihak ketiga dengan debitor pailit dalam jangka waktu lima tahun

sebelum. Yang termasuk dalam transaksi tersebut antara lain:

1. Hibah atau hadiah;

2. Transaksi yang dilakukan akibat pernikahan (imbalan pernikahan); dan

3. Transaksi yang nilainya kurang dari harga wajar.

Hampir sama dengan pengaturan undervalue transaction, apabila terjadi

unfair preference, liquidator dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan

untuk mengembalikan debitor pada posisi semula. Unfair preference terjadi dalam

hal kreditor ditempatkan pada posisi yang lebih menguntungkan daripada yang

seharusnya dan hal tersebut dilakukan dengan itikad buruk yang dilakukan oleh

debitor. Jangka waktu terbatas pada enam bulan sebelumnya atau dua tahun apabila

yang mendapatkan unfair preference adalah associate. Associate diartikan secara

luas yakni meliputi pasangan, anggota keluarga, saudara, mitra, direktur dan

trustee.

Bagi pihak ketiga yang tidak mengetahui bahwa dengan siapa dirinya

melakukan transaksi dapat menyebabkan kerugian bagi para kreditor (tidak

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

69

mengetahui bahwa telah diajukan atau akan diajukan permohonan pailit kepada

debitor), maka transaksi tersebut tetap dianggap berlaku kecuali transaksi yang

dilakukan bersifat cuma-cuma. Pengaturan tersebut diatur dalam Pasal 77 ayat (3)

huruf a, “any property or payment which he received from the bankrupt before the

commencement of the bankruptcy in good faith, for value and without notice that

the bankruptcy application had been made”.

3.1.2.7. Harta Pailit

Yang termasuk dalam harta pailit yang dapat dilikuidasi untuk kepentingan

pembayaran seluruh hutang yang dimiliki debitor diatur dalam Pasal 78 ayat (1)

antara lain:

1. All such property as belongs to or is vested in the bankrupt at the

commencement of his bankruptcy or is acquired by or devolves on him

before his discharge (semua harta kekayaan milik debitor atau yang

dipinjamkan oleh debitor pada saat atau sebelum terjadi kepailitan); dan

2. The capacity to exercise and to take proceedings for exercising all such

powers in or over or in respecr of property as might have been exercised

by the bankrupt for his own benefit at the commencement of his

bankruptcy or before his discharge (semua kekuasaan atas harta

kekayaan yang dimiliki oleh debitor pada saat atau sebelum terjadinya

kepailitan).

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

70

Harta kekayaan milik debitor yang tidak dapat dimasukkan dalam aset yang

dilikuidasi untuk kepentingan para kreditor diatur dalam Pasal 78 ayat (2), antara

lain:

1. Property held by the bankrupt on trust for any other person (harta

kekayaan yang dikuasai oleh debitor pailit yang diberikan atas dasar

kepercayaan dari orang lain);

2. Such tools, books, vehicles and other items of equipment as are needed

by the bankrupt for the bankrupt’s personal use in the bankrupt’s

employment, business or vocation (peralatan, buku, kendaraan dan

barang-barang lainnya yang dibutuhkan untuk kepentingan pribadi

debitor);

3. Such clothing, bedding, furniture, household equipment and provisions

as are necessary for satisfying the basic domestic needs of the bankrupt

and his family (kebutuhan dasar bagi debitor dan keluarganya);

4. Property of the bankrupt which is excluded under any other written law

(harta kekayaan debitor yang dikecualikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan);

5. The remainder of the bankrupt’s monthly income after deducting the

bankrupt’s monthly contribution (sisa pendapatan bulanan debitor

setelah dikurangi dengan kontribusi bulanan atas kepailitan yang

dialaminya); dan

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

71

6. Any annual bonus or annual wage supplement paid as part of the

bankrupt’s income (bonus atau gaji tambahan tahunan yang dibayarkan

sebagai pendapatan bagi debitor pailit).

3.1.2.8. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Penundaan kewajiban pembayaran utang dalam Bankruptcy Act Revised

Edition 2009 disebut dengan istilah Debt Repayment Scheme (DRP). DRP

merupakan skema pelunasan untuk membantu debitor (individu) yang memiliki

pendapatan tetap dan nilai hutangnya tidak lebih dari $100.000, untuk menghindari

kepailitan. Jangka waktu maksimal yang dapat diajukan adalah selama lima tahun.

Apabila debitor merupakan badan usaha atau dalam istilah Bankruptcy Act

Revised Edition 2009 disebut sebagai firm, maka upaya penyelamatan tidak terikat

dengan persyaratan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Terdapat tiga

tahapan yang harus dilalui agar perusahaan dapat diselamatkan dari ancaman

kepailitan, antara lain:

1. Permohonan diajukan ke pengadilan untuk memanggil semua kreditor

dalam suatu pertemuan;

2. Proposal skema harus diajukan sebelum pertemuan, dan disetujui oleh

mayoritas kreditor dengan minimal kehadiran ¾ dari total keseluruhan

kreditor;

3. Apabila proposal tersebut disetujui dalam pertemuan, maka pengadilan

akan mengesahkan skema tersebut.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

72

Pelaksanaan skema ini dilaksanakan dengan mengedepankan asas

kejelasan, kepastian dan finalitas. Mekanisme sesuai dengan Companies Act dibuat

dengan maksud memastikan bahwa semua anggota dan kreditor diberikan

informasi secara lengkap dan diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan

sebelum putusan dijatuhkan oleh pengadilan. Terkait dengan jangka waktu

pelaksanaan yang dimuat dalam proposal, undang-undang tidak memberikan

batasan. Jangka waktu pelaksanaan tergantung pada negosiasi yang dilakukan oleh

debitor dengan para kreditornya.

3.1.2.9. Pertanggungjawaban Direksi

Jajaran direksi dapat dipertanggungjawabkan atas kepailitan sebuah

perusahaan. Hal tersebut didasari dari kewajiban jajaran direksi untuk mengelola

perusahaan demi kepentingan perusahaan atau dalam arti memenuhi kepentingan

para pemilik saham. Terdapat beberapa kejadian dimana seorang direksi harus

bertanggungjawab atas kepailitan perusahaan, antara lain:

1. Melakukan pembagian dividen dalam kondisi perusahaan tidak

memiliki keuntungan yang mencukupi;

2. Melakukan hutang yang diyakini bahwa perusahaan tidak akan mampu

membayar hutang tersebut; dan

3. Memberikan keistimewaan terhadap satu atau beberapa kreditor ketika

perusahaan mengalami insolvensi.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

73

3.1.2.10. Berakhirnya Kepailitan

Setelah terjadinya kesepakatan dalam restrukturisasi hutang atau dalam hal

telah terjadinya pembagian akhir, debitor pailit tidak dapat ditagih kembali atas

hutang (yang telah diakui) yang belum terbayarkan. Hal tersebut sesuai dengan

dasar pembuatan hukum kepailitan.

Bagi seseorang (manusia) yang dinyatakan pailit, terdapat banyak hal yang

akan merintangi kehidupannya di masa mendatang. Misalnya tidak dapat

menempati posisi tertentu atau tidak boleh bepergian ke luar negeri tanpa izin dari

OA. Catatan kepailitan diri debitor akan melekat, kecuali dalam masa tidak lebih

dari tujuh tahun, debitor pailit dapat membayar seluruh hutangnya atau kontribusi

yang harus dibayarkan.

3.1.2.11. Aspek Internasional Kepailitan

Terdapat pembahasan terkait dengan kepailitan mana yang merupakan

kewenangan Pengadilan Singapura. Pengaturannya terdapat dalam Pasal 60, yang

mana dibedakan kepailitan untuk debitor manusia dan debitor badan (firm). Tidak

dapat diajukan permohonan pailit kepada debitor pailit kecuali jika:

1. Berdomisili di Singapura;

2. Memiliki harta kekayaan di Singapura;

3. Dalam waktu satu tahun sebelum diajukan permohonan telah:

a. Menjadi penduduk atau memiliki tempat tinggal di Singapura;

atau

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

74

b. Menjalankan bisnis di Singapura.

Dari pengaturan sebagaimana disebutkan di atas dapat diartikan bahwa debitor

tidaklah harus berkewarganegaraan Singapura atau badan yang induknya berada di

Singapura. Setiap debitor yang menjalankan bisnis di Singapura dapat diadili

menurut Hukum Kepailitan Singapura. Tidak terdapat pengaturan terkait dengan

harta kekayaan debitor pailit yang berada di luar negeri, karenanya dapat dikatakan

bahwa pelaksanaan kepailitan terutama kepailitan lintas batas di Singapura

menerapkan teritorialisme.

3.1.3. Filipina

3.1.3.1. Pengaturan

Pembahasan mengenai kepailitan di Filipina diatur dalam Financial

Rehabilitation and Insolvency Act of 2010 (FRIA). Pengaturannya mencakup

kepailitan baik untuk debitor juridical person maupun natural person. FRIA

diundangkan pada tanggal 18 Juli 2010. Pengundangannya disebutkan dalam Pasal

Section 2 (Declrataion of Policy) sebagai kebijakan negara untuk mendorong

debitor dan para kreditornya secara kolektif untuk menyelesaikan permasalahan

terkait hak-hak atas harta kekayaan debitor.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

75

3.1.3.2. Definisi Kepailitan

Istilah pailit yang digunakan dalam FRIA adalah insolvent. Penggunaan

istilah tersebut tidak lepas dari siapa yang dapat dipailitkan di Filipina. Di Filipina

hanya debitor Istilah insolven sendiri diartikan dalam FRIA sebagai kondisi

keuangan debitor yang umumnya tidak mampu membayar kewajiban yang timbul

dari kegiatan usahanya yang telah jatuh tempo atau memiliki kewajiban yang lebih

besar daripada asetnya.

Kepailitan di Filipina dapat dimohonkan baik secara sukarela oleh debitor

maupun tidak dengan sukarela yakni oleh kreditor. Istilah debitor mencakup:

“refer to, unless specifically excluded by a provision of this Act, a sole

proprietorship duly registered with the Department of Trade and Industry

(DTI), a partnership duly registered with the Securities and Exchange

Commission (SEC), a corporation duly organized and existing under

Philippine laws, or an individual debtor who has become insolvent as

defined herein”.

Definis debitor sebagaimana disebut di atas tidak termasuk bank, perusahaan

asuransi, perusahaan kebutuhan pokok mentah (pre-need plans), dan badan atau

unit pemerintah nasional atau lokal.

3.1.3.3. Jenis Kreditor dan Pembagian Harta Debitor Pailit

Kreditor dibagi menjadi secured creditors dan unsecured creditors. Secured

creditor didefinisikan sebagai a creditor with a secured claim. Yang termasuk

secured claim adalah a claim that is secured by a lien. Sementara unsecured

creditor didefinisikan sebagai a creditor with an unsecured claim. Selian kedua

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

76

kreditor sebagaimana yang dimaksud di atas, terdapat beberapa pihak yang dapat

dianggap sebagai kreditor berdasarkan Pasal 42 yakni:

1. Trade creditros and suppliers; dan

2. Employees of the debtor.

Secured creditor dapat mempertahankan atau melepaskan hak istimewanya.

Apabila secured creditor menegakkan hak-haknya maka:

1. The value of the property may be fixed in a manner agreed upon by the

creditor and the liquidator. When the value of the property is less than

the claim it secures, the liquidator may convey the property to the

secured creditor and the latter will be admitted in the liquidation

proceedings as a creditor for the balance; if its value exceeds the claim

secured, the liquidator may convey the property to the creditor and

waive the debtor's right of redemption upon receiving the excess from

the creditor (Nilai aset ditentukan oleh kreditor dan likuidator. Apabila

nilai aset kurang dari nilai klaim, aset tersebut diserahkan kepada

kreditor dan untuk sisa nilai terutang diberikan setelah proses likuidasi

terhadap semua aset debitor pailit. Namun apabila nilai aset lebih dari

nilai klaim, maka likuidator dapat membebaskan sepenuhnya hak

istimewa kreditor setelah menerima kelebihan tersebut);

2. The liquidator may sell the property and satisfy the secured creditor's

entire claim from the proceeds of the sale (likuidator dapat menjual aset

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

77

tersebut dan memenuhi seluruh klaim kreditor dari hasil penjualan aset

yang dijaminkan tersebut); atau

3. The secured creditor may enforce the lien or foreclose on the property

pursuant to applicable laws (Kreditor dengan hak istimewa dapat

menegakkan hak istimewanya atas aset yang dijaminkan kepadanya).

Terkait dengan pembagian hasil likuidasi aset kekayaan debitor pailit, diatur

dalam Pasal 33 FRIA. Disebutkan bahwa:

The Liquidation Plan and its implementation shall ensure that the

concurrence and preference of credits as enumerated in the Civil Code of

the Philippines and other relevant laws shall be observed, unless a

preferred creditor voluntarily waives his preferred right. For purposes of

this chapter, credits for services rendered by employees or laborers to the

debtor shall enjoy first preference under Article 2244 of the Civil Code,

unless the claims constitute legal liens under Articles 2241 and 2242

thereof.

Rencana likuidasi dan pelaksanaanya harus memastikan bahwa hutang konkruen

dan hutang yang mendapatkan preferensi berdasarkan KUH Perdata Filipina

dijamin pelunasannya, kecuali yang berhak atas tersebut melepaskan haknya.

Untuk tujuan tersebut, upah/gaji karyawan harus didahulukan dibandingkan dengan

lainnya berdasarkan Pasal 2244 KUH Perdata, kecuali klaim tersebut merupakan

hak legal berdasarkan Pasal 2241 dan 2242 KUH Perdata.

Pasal 2241 mengatur tentang hak istimewa terhadap benda bergerak yang

didahulukan dibandingkan pembayaran hutang lainnya, yakni:

1. Cukai, pajak, dan biaya yang harus dibayar kepada negara;

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

78

2. Klaim yang timbul dari penyalahgunaan, pelanggaran kontrak, atau

penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat publik dalam pelaksanaan

tugasnya, pada benda bergerak, uang, atau surat berharga yang

diperoleh;

3. Klaim atas harga jual barang yang belum terbayarkan, padahal barang

telah berpindah tangan;

4. Hutang yang dijaminkan dengan benda bergerak;

5. Hutang yang timbul dari pembuatan, perbaikan, atau penyimpanan

benda bergerak;

6. Klaim yang timbul dari upah buruh atas barang yang telah diproduksi

atau pekerjaan yang telah selesai dilakukan;

7. Biaya penyelamatan atas benda bergerak;

8. Hutang antara pemilik dan penyewa yang timbul dari penyewaan tanah

terkait dengan bagi hasil pertanian;

9. Hutang biaya transportasi atas barang, untuk sejumlah nilai kontrak dan

biaya insidental hingga sampai tujuan dan selama tiga puluh hari

sesudahnya;

10. Hutang penginapan dan perlengkapan yang biasanya diberikan kepada

tamu oleh manajemen hotel pada barang bergerak milik tamu selama

barak bergerak tersebut berada di hotel;

11. Hutang untuk benih, biaya budidaya dan biaya panen;

12. Hutang untuk sewa selama satu tahun atas benda tidak bergerak;

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

79

13. Klaim terkait penjualan barang yang didepositkan dengan harga yang

tidak sesuai.

Sementara terkait dengan benda tidak bergerak diatur dalam Pasal 2242 KUH

Perdata Filipina, dimana hak-hak yang didahulukan antara lain:

1. Pajak bumi dan bangunan;

2. Harga real estate yang telah terjual namun belum dibayarkan;

3. Klaim pekerja, tukang batu, mekanik dan pekerja lainnya semisal arsitek,

insinyur dan kontraktor yang terlibat dalam konstruksi, rekonstruksi atau

perbaikan bangunan, kanal atau karya lain;

4. Klaim atas bahan yang digunakan dalam konstruksi, rekonstruksi atau

perbaikan bangunan, kanal atau karya lain;

5. Hipotek yang tercatat;

6. Biaya untuk pelestarian benda tetap atas benda yag tidak dapat diawetkan

atau diperbaiki;

7. Hutang yang tercatat dalam Registry of Property, berdasarkan perintah

pengadilan;

8. Klaim ahli waris atas benda tidak bergerak yang belum terbagi, yang mana

partisi dari benda tidak bergerak tersebut merupakan kepunyaan debitor

pailit;

9. Klaim atas biaya hibah yang telah dilaksanakan;

10. Kredit asuransi atas benda yang diasuransikan, untuk premi asuransi selama

dua tahun.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

80

3.1.3.4. Persyaratan Pengajuan Permohonan Pailit

Permohonan pailit di Filipina terhadap debitor individual maupun debitor

juridical person, dapat terjadi dalam dua bentuk yakni permohonan pailit secara

sukarela oleh debitor atau permohonan pailit yang dilakukan bukan oleh debitor.

Terkait dengan involuntary liquidation terhadap debitor individual harus memenuhi

persyaratan yang termuat dalam Section 105 FRIA yakni, “Any creditor or group

of creditors with a claim of, or with claims aggregating, at least Five hundred

thousand pesos (Php500,000.00) may file a verified petition for liquidation with the

court of the province or city in which the individual debtor resides”. Kreditor atau

gabungan kreditor yang dapat mengajukan permohonan pailit harus memiliki total

klaim minimal lima ratus ribu Peso. Pada permohonan tersebut setidaknya harus

memuat salah satu dari beberapa tuduhan sebagaimana disebut di bawah ini:

a. Orang tersebut akan atau telah pergi dari Filipina dengan maksud untuk

menipu kreditornya;

b. Tidak berada di Filipina dengan maksud menipu kreditornya;

c. Bersembunyi untuk menghindari penegakan hukum dalam hal

menghalangi atau menunda likuidasi atau menipu kreditornya;

d. Menyembunyikan atau memindahtangankan harta kekayaannya dengan

maksud agar tidak diambil dalam proses peradilan;

e. Melakukan hal-hal tertentu terhadap harta kekayaannya yang mana

dalam tiga hari berkakibat menghalangi proses hukum atau menunda

likuidasi atau menipu kreditornya;

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

81

f. Memberikan preferensi terhadap satu atau lebih kreditor dengan tujuan

menghalangi atau menunda likuidasi atau menipu kreditornya;

g. Dengan sengaja melakukan wanprestasi dengan tujuan dijatuhi putusan

yang akibatnya dapat menghalangi atau menunda likuidasi atau menipu

kreditornya;

h. Memberikan preferensi terhadap satu atau lebih kreditor untuk

mengambil pelunasan piutangnya yang akibatnya dapat menghalangi

atau menunda likuidasi atau menipu kreditornya;

i. Telah memindahtangankan harta kekayaannya dengan maksud untuk

menghalangi atau menunda likuidasi atau menipu kreditornya.

Terkait dengan involuntary liquidation terhadap debitor juridicial person

maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana yang termuat dalam Section 91

yakni, “Three or more creditors the aggregate of whose claims is at least either

One million pesos or at least twenty-five percent (25%) of the subscribed capital

stock or partner's contributions of the debtor, whichever is higher, may apply for

and seek the liquidation of an insolvent debtor by filing a petition for liquidation of

the debtor with the court” (tiga ata lebih kreditor dengan total piutang satu juta peso

atau lebih atau sekurang-kurangnya 25% dari jumlah modal disetor dapat

mengajukan permohonan pailit atas diri debitor kepada pengadilan). Permohonan

sebagaimana dimaksud di atas harus dengan dugaan bahwa:

1. Debitor tidak membayar hutang-hutangnya dalam jangka waktu 180

hari setelah jatuh tempo atau debitor telah gagal untuk memenuhi

kewajibannya pada saat jatuh tempo; dan

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

82

2. Tidak ada kemungkinan bahwa debitor dapat direhabilitasi.

Terkait dengan voluntary liquidation yang dilakukan oleh debitor juridicial person,

dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan 2/3 dari total pemilik saham atau

total suara pengurus apabila bentuknya bukan perseroan terbatas.

Persyaratan jumlah minimal debitor untuk memohonkan pailit beserta

adanya nilai minimal utang menunjukkan bahwa FRIA merupakan peraturan yang

debitor friendly.

3.1.3.5. Automatic Stay Harta Kekayaan Debitor

Keadaan diam terhadap harta kekayaan debitor dimulai semenjak 5 hari

setelah permohonan didaftarkan. Automatic Stay atau Suspension Order

memberikan penegakan atas semua klaim, baik dalam bentuk uang atau yang

lainnya. Masa berlaku suspension order berlaku hingga rencana rehabilitasi

disetujui atau permohonan dicabut. Yang termasuk lingkup suspension order antara

lain:

1. Menangguhkan semua tindakan atau proses baik di dalam atau di luar

pengadilan terhadap debitor;

2. Menangguhkan semua tindakan atau proses baik penegakan putusan dan

sejenisnya terhadap debitor;

3. Melarang debitor menjual, membebani, memindahtangankan atau

membuang dengan cara apapun atas harta kekayaannya kecuali untuk

kegiatan sehari; dan

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

83

4. Melarang debitor untuk melakukan pembayaran atas kewajiban-

kewajiban yang ada padanya.

3.1.3.6. Actio Paulina

Pasa Section 58 disebukan bahwa transaksi-transaksi yang terjadi sebelum

tanggal dimulainya permohonan pailit yang melibatkan aset debitor dapat

dibatalkan baik berupa pemindahtanganan maupun pemberian preferensi terhadap

orang-orang tertentu, asal transaksi-transaksi tersebut dapat dibuktikan:

1. Ada ketidakwajaran dan transaksi tersebut dilaksanakan dalam waktu

sembilan puluh hari sebelum tanggal dimulainya permohonan pailit;

2. Pembayaran kewajiban yang dipercepat dalam kurun waktu sembilan

puluh hari sebelum tanggal dimulainya permohonan pailit;

3. Pemberian keamanan atau keamanan tambahan yang dilakukan dalam

waktu sembilan puluh hari sebelum tanggal dimulainya permohonan

pailit;

4. Melibatkan satu atau lebih kreditor dimana kreditor mendapatkan

keuntugan dari transaksi tersebut dibandingkan ketika nanti terjadi

kepailitan; atau

5. Dimaksudkan untuk mengalahkan, menunda atau menghalangi

kemampuan para kreditor yang mana berakibat aset tersebut di luar

jangkauan para kreditor.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

84

3.1.3.7. Harta Pailit

Tidak ada definisi dan ruang lingkup terkait dengan pendefinisian harta

pailit dalam FRIA, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan harta

pailit dalam FRIA adalah seluruh kekayaan debitor. Pada Section 130 hanya

disebutkan bahwa,

It shall be the duty of the court, upon petition and after hearing, to exempt

and set apart, for the use and benefit of the said insolvent, such real and

personal property as is by law exempt from execution, and also a

homestead; but no such petition shall be heard as aforesaid until it is first

proved that notice of the hearing of the application therefor has been duly

given by the clerk, by causing such notice to be posted in at least three (3)

public places in the province or city at least ten (10) days prior to the time

of such hearing, which notice shall set forth the name of the said insolvent

debtor, and the time and place appointed for the hearing of such

application, and shall briefly indicate the homestead sought to be exempted

or the property sought to be set aside; and the decree must show that such

proof was made to the satisfaction of the court, and shall be conclusive

evidence of that fact.

Pengadilan diberikan kewenangan untuk menentukan harta mana saja yang dapat

dibebaskan dari likuidasi berdasarkan permohonan yang telah dibuat dan setelah

diperiksa keterangan para saksi dan yang berkepentingan atas harta kekayaan

tersebut.

3.1.3.8. Rehabilitasi

Seorang debitor yang insolven dapat mengajukan permohonan untuk

rehabilitasi apabila telah disetujui olehnya dalam hal insolvensi tunggal atau oleh

oleh sebagian besar mitra dalam hal insolvensi terhadap persekutuan atau sebagian

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

85

besar direksi dan wakil dari pemilik saham yang minimal mewakili 2/3 dari

keseluruhan saham dalam hal insolvensi terhadap perseroan terbatas. Permohonan

tersebut berisi insolvensi debitor dan kelangsungan rehabilitasinya. Apabila

permohonan tersebut telah cukup dalam hal substansi maka pengadilan akan

mengeluarkan perintah untuk mulainya rehabilitasi, dimana berisi:

1. Menunjuk penerima rehabilitasi;

2. Merangkum persyaratan dan tenggat waktu bagi para kreditor untuk

mengajukan klaimnya;

3. Melarang pemasok melakukan pemotongan terhadap persediaan selama

debitor melakukan pembayaran;

4. Melarang debitor melakukan pembayaran kewajiban-kewajibannya;

dan

5. Menetapkan harta kekayaan debitor dalam keadaan diam.

Permohonan rehabilitasi juga dapat diajukan oleh debitor dengan beberapa

kreditor, dimana minimal total kreditor mewakili 2/3 dari nilai total kewajiban

debitor termasuk 50% dari total kewajiban kepada secured creditor dan 50% dari

total kewajiban kepada unsecured creditor.

Restrukturisasi hutang atau rehabilitasi juga dapat dilakukan di luar

pengadilan apabila:

1. Debitor setuju untuk melakukan restrukturisasi atau rehabilitasi di luar

pengadilan;

2. Kesepakatan disetujui oleh:

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

86

a. 67% secured creditors;

b. 75% unsecured creditors; dan

c. Kreditor setidaknya 85% dari total kewajiban (secured dan

unsecured claims).

Terkait dengan involuntary rehabilitation, dapat diajukan oleh kreditor atau

kumpulan kreditor yang setidaknya total piutangnya satu juta peso atau 25% dari

total modal ditempatkan.

3.1.3.9. Pertanggungjawaban Jajaran Direksi dan Pemilik Saham

Hukum Filipina mengakui tanggung jawab terbatas pada perseroan terbatas

kecuali apabila jajaran direksi menggunakan perusahaan yang berakibat

terganggunya ketentraman publik, membenarkan kesalahan, melindungi kejahatan

atau kecurangan, atau membela kejahatan. Pada pra-kebangkrutan apabila jajaran

direksi melakukan hal-hal sebagaimana disebut dibawah, maka mereka dapat

dipertanggungjawabkan. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:

1. Menjual atau membuat aset debitor dimiliki oleh orang lain secara

sengaja dan tidak wajar dilihat dari kegiatan bisnisnya atau memberikan

wewenang atau menyetujui transaksi apapun dengan maksud menipu

atau merugikan para kreditor; atau

2. Menyembunyikan atau menyetujui penyembunyian atas aset debitor

dari kreditor atau melakukan penggelapan atau penyalahgunaan harta

kekayaan debitor.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

87

Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan persetujuan pemilik saham, maka

para pemilik saham juga dapat dipertanggungjawabkan sampai pada harta kekayaan

pribadinya.

3.1.3.10. Berakhirnya Kepailitan

Kepailitan berakhir setelah dilakukannya pembagian atas semua harta

kekayaan debitor kepada para kreditor atau apabila jangka waktu rehabilitasi telah

selesai. Untuk debitor juridical person, tidak ada kewajiban yang bertahan setelah

berakhirnya kepailitan. Klaim yang ada dalam masa rehabilitasi juga otomatis

berhenti saat dilaksanakan likuidasi.

3.1.3.11. Aspek Internasional Kepailitan

Pengadilan filipina dapat memberikan bantuan hukum terkait kasus

kepailitan lintas batas sesuai dengan UNCITRAL Model Law antara lain:

1. Menangguhkan tindakan untuk memberlakukan klaim terhadap entitas

atau dengan cara lain menyita harta kekayaan entitas asing yang berada

di Filipina; dan

2. Menyerahkan harta kekayaan milik entitas asing kepada perwakilan

asing.

FRIA secara tegas mengadopsi UNCITRAL Model Law yang mana dapat

dilihat dari Section 136 FRIA. Perlakuan terhadap kreditor luar negeri dalam

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

88

likuidasi dan reorganisasi didasarkan pada Model Law, yang mana memberikan

mereka akses langsung ke Pengadilan Filipina. Keputusan pengadilan asing dapat

diberlakukan di Filipina melalui sebuah permohonan yang diajukan kepada

pengadilan negeri sesuai yurisdiksi harta kekayaan tersebut berada.

3.1.4. Thailand

3.1.4.1. Pengaturan

Kepailitan di Thailand diatur dalam Bankruptcy Act, B.E. 2483 (1940).

Peraturan ini mulai berlaku semenjak 01 Januari 1941. Undang-undang ini

menggantikan beberapa peraturan kepailitan sebelumnya yakni Bankruptcy Act,

R.E. 130 (1911), the Bankruptcy Amandement Act, B.E. 2470 (1927), the

Bankruptcy Act, B.E. 2474 (1931).

3.1.4.2. Definisi Kepailitan

Tidak ada definisi kepailitan dalam Bankruptcy Act, B.E. 2483 (1940).

Hanya disebutkan dalam Section 7 BA bahwa yang dapat dipailitkan adalah debitor

yang berdomisili atau menjalankan bisnis di Kerajaan Thailand dalam waktu satu

tahun sebelum tanggal debitor tersbut gagal karena bangkrut. Pada Section 9 BA

dijelaskan bahwa juridical person dapat dipailitkan dengan persyaratan yang

hampir sama dengan natural person kecuali terkait minimal hutangnya, yakni untuk

juridical person nilai minimalnya adalah dua juta bhat sementara natural person

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

89

satu juta bhat. Oleh karena itu, entitas asing yang memenuhi persyaratan

sebagaimana disebut di atas dapat dinyatakan pailit oleh Pengadilan Thailand.

Saat ini dalam proses reorganisasi hanya debitor yang merupakan perseroan

terbatas atau perseroan terbatas terbuka yang dapat memenuhi atau tunduk pada

involuntary reorganisation yang diatur dalam Section 90/1 BA, namun disebutkan

pula bahwa reorganisasi juga dapat dilakukan oleh bentuk juridical person yang

termuat dalam Peraturan Menteri.

3.1.4.3. Jenis Kreditor dan Pembagian Harta Debitor Pailit

Tidak terdapat pengelompokan secara eksplisit terkait jenis-jenis kreditor

dalam BA, namun dilihat dari siapa saja yang dapat memohonkan kepailitan maka

setidaknya terdapat dua jenis kreditor dalam BA yakni secured creditor dan

unsecured creditors.

Secured creditor merupakan kreditor dengan kepemilikan hak yang

diutamakan atas aset debitor baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

Mereka mendapatkan pembagian harta kekayaan terlebih dahulu dibandingkan

kreditor lain yang tidak memiliki jaminan atas piutang-piutangnya.

Bagi unsecured creditors untuk mendapatkan pembayaran atas hak-haknya,

dilakukan dengan mengajukan permohonan pelunusan hutang. Sesuai dengan

Section 90/27 dan 91 BA, unsecured creditors berhak untuk mengajukan

permohonan pelunasan hutang pada likuidasi maupun reorganisasi. Prosedurnya

tidaklah rumit, namun durasi proses ini dapat bervariasi tergantung pada komplikasi

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

90

kasus. Sehubungan dengan aplikasi pelunasan hutang, tidak ada prosedur khusu

yang diterapkan pada kreditor asing.

Berdasarkan Hukum Thailand, hutang dengan jaminan memiliki prioritas

untuk didahulukan dibandingkan dengan hutang lainnya. untuk hutang tanpa

jaminan, pelunasannya dilakukan setelah pembayaran dengan hierarki sebagai

berikut:

1. Biaya administrasi pengurusan harta kekayaan debitor;

2. Biaya yang dikeluarkan oleh pengurus dalam mengelola aset debitor;

3. Biaya pemakaman dari debitor yang meninggal dunia;

4. Biaya yang dikeluarkan untuk mengumpulkan aset;

5. Biaya dari tagihan kreditor dan biaya pengacara;

6. Pajak yang telah jatuh tempo untuk pembayaran dalam waktu enam

bulan sebelumnya; dan

7. Hutang-hutang lainnya.

3.1.4.4. Persyaratan Pengajuan Permohonan Pailit

Hukum Thailand tidak mengizinkan kebangkrutan sukarela dimulai oleh

debitor kecuali dalam kasus likuidator debitor yang hilang/telah bubar dan harta

kekayaan debitor yang hilang/bubar diperkiran tidak cukup untuk memenuhi semua

kewajibannya.

Berdasarkan Pasal 9 BA, kreditor dapat mengajukan permohonan kepailitan

atas diri debitor. Untuk melakukannya, harus dibuktikan bahwa kreditor memiliki

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

91

satu atau lebih kreditor dengan jumlah minima hutang sebesar satu juta bhat untuk

natural person, sementara untuk jurisdical person minimal nilai hutangnya adalah

dua juta bhat.

3.1.4.5. Automatic Stay Harta Kekayaan Debitor

Terdapat proses yang serupa dengan automatic stay dalam BA dimana

diatur dalam Pasal 90/12. Dalam keadaan diam (stay), dimungkinan debitor untuk

melakukan kegiatan bisnisnya selama proses reorganisasi dengan bentuk

penangguhan tuntutan hukum yang diajukan oleh kreditor dan pelarangan

penegakan klaim.

Pada proses kepailitan, saat pengadilan telah memerintahkan debitor untuk

menyerahkan kepengurusan hartanya kepada kuratur/pengurus, semenjak tersebut

debitor dilarang melakukan tindakan apapun terhadap harta kekayaannya keculai

yang dilakukan berdasarkan perintah atau dengan persetujuan pengadilan, kurator,

dan representatif kreditor. Automatic stay berlaku semenjak pengadilan

mengeluarkan putusan tentang penerimaan permohonan reorganisasi.

3.1.4.6. Actio Paulina

Transaksi yang melibatkan aset perusahaan yang dalam proses reorganisasi

dapat dilakukan pembatalan dengan putusan pengadilan dengan dasar permohonan.

Transaksi yang dapat dibatalkan antara lain:

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

92

1. Pengalihan aset yang melibatkan aset debitor dilakukan dengan

pengetahuan debitor bahwa hal tersebut akan merugikan kreditor

(kecuali jika penerima manfaat tidak sadar tindakan atau transaksi

semacam itu akan merugikan kreditor);

2. Pengalihan aset debitor yang dengan sengaja memberikan preferensi

kepada satu atau lebih kreditor atas kreditor lainnya, yang

dibuat/dilakukan dalam jangka waktu tiga tiga bulan sebelum

dimulainya persidangan atau pemberian preferensi kepada satu atau

lebih kreditor dengan cara apapun dalam jangka waktu satu tahun

sebelum dimulainya persidangan.

Pembatalan transaksi-transaksi di atas harus didasari dengan alasan seperti

penerima manfaat mengetahui bahwa pelaksanaan transfer merugikan kreditor yang

lain atau transaksi tersebut dilakukan secara tidak wajar.

3.1.4.7. Harta Pailit

Harta pailit yang nantinya harus dilikuidasi dalam hal kemungkinan

terburuk untuk pelunasan hutang debitor diatur dalam Pasal 109 BA. Di bawah ini

merupakan aset yang akan didistribusikan kepada semua kreditor, antara lain:

1. Semua harta yang dimiliki debitor termasuk klaim yang dapat dilakukan

atas harta orang lain kecuali:

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

93

a. Properti untuk kepentingan pribadi dan kebutuhan hidup,

konsumsi yang dibutuhkan oleh debitor dan keluarganya sesuai

dengan kondisi yang wajar; dan

b. Ternak, tanaman, alat dan barang dengan nilai keseluruhan tidak

lebih dari seratus ribu bhat.

2. Aset yang diakuisisi oleh debitor semenjak waktu dimulainya pailit

sampai berakhirnya pailit;

3. Barang yang disewa debitor dengan pembayaran dimuka. Dimana hak

sewa tersebut dapat dialihkan kepada orang lain dalam jangka waktu

kontrak awal yang ditentukan oleh debitor dengan pemilik aslinya.

3.1.4.8. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Debitor pailit yang memiliki jumlah hutang tidak kurang dari sepuluh juta

bhat kepada satu atau lebih kreditor berhak untuk mengajukan permohonan

reorganisasi sesuai dengan Pasal 90/4 BA. Begitu permohonan reorganisasi

diterima oleh pengadilan, beberapa kegiatan yang melibatkan aset debitor akan

tunduk pada Pasal 90/12 BA (lihat pembahasan terkait automatic stay).

Debitor diizinkan untuk menjalankan bisnisnya selama masa rehabilitasi

sesuai dengan Pasal 90/12 BA, namun wewenang dan tugas eksekutif debitor dalam

mengelola bisnis dan asetnya akan hilang apabila pengadilan mengeluarkan

putusan rehabilitasi dan menunjuk seseorang untuk mengambil alih sampai rencana

rehabilitasi disetujui. Aset debitor tidak dapat dijual kecuali dalam kegiatan normal

Page 94: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

94

yang telah mendapatkan persetujuan dari pengadilan. Apabila rencana reorganisasi

gagal, maka akan dilaksanakan likuidasi terhadap aset-aset debitor.

3.1.4.9. Pertanggungjawaban Jajaran Direksi dan Pemilik Saham

Jajaran direksi dan pemilik saham tidak dapat dipertanggungjawabkan atas

terjadinya kepailitan atas perusahaan yang dikelola dikarenakan kewajiban jajaran

diresksi dipisahkan dengan kewajiban pribadi menurut Hukum Thailand.

3.1.4.10. Berakhirnya Kepailitan

Kepailitan berakhir dalam hal telah terjadi pendistribusian atas aset debitor

kepada para kreditornya atau rehabilitasi telah selesai dilaksanakan. Kewajiban

debitor akan bertahan dalam dua kasus pembebasan debitor dari kepailitan yang

mana akan terdapat dua jenis hutang: hutang sesuai dengan putusan pengadilan dan

hutang setelah selang tiga tahun setelah kepailitan. Putusan pembebasan pengadilan

tidak membebaskan debitor dari hutang yang terkait dengan pajak bumi dan hutang

yang timbul karena ketidakjujuran dan kecurangan.

3.1.4.11. Aspek Internasional Kepailitan

Sehubungan dengan proses kepailitan, Thailand mengikuti prinsip teritorial.

Keputusan pengadilan asing sehubungan dengan proses kepailitan di negara lain

Page 95: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

95

tidak diakui menurut Hukum Thailand. Berdasarkan Pasal 178 BA, kreditor asing

yang berdomisili di luar Thailand dapat melakukan klaim di Pengadilan Thailand.

3.1.5. Pengaruh Perbedaan Substansi Hukum Kepailitan di Negara Anggota

ASEAN terhadap Pelaksanaan Kepailitan Lintas Negara

Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan di atas, terdapat fakta

bahwasanya ada perbedaan pengaturan substantif atas kepailitan di negara anggota

ASEAN. Perbedaan tersebut dapat dilihat misalnya dari syarat dapat dipailitkannya

badan usaha atau orang dimana menurut Hukum Kepailitan Indonesia tidak

diharuskan bahwa debitor harus dalam keadaan insolven, sementara menurut

Hukum Kepailitan Singapura, Filipina dan Thailand insolven merupakan syarat

mutlak. Perbedaan lain yang cukup penting untuk diperhatikan adalah jenis utang

yang didahulukan pembayarannya dibandingkan dengan jenis lainnya.

Perbedaan substansi hukum dapat mengganggu jalannya pelaksanaan

kerjasama penyelesaian kepailitan lintas negara. Terdapat dua kemungkinan atas

putusan pailit dari pengadilan negara lain yakni:

1. Menerima sepenuhnya, dalam arti hanya menguatkan dengan bentuk

putusan pengadilan lokal dengan dasar pengajuan berupa putusan dari

pengadilan luar; dan

2. Menerima namun disesuaikan dengan hukum lokal.

Apabila menerima sepenuhnya, konsekuensi yang timbul berupa adanya

pihak-pihak yang akan dirugikan terutama debitor pailit dan tenaga kerja yang

Page 96: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

96

bekerja pada debitor pailit. Ketika suatu negara telah menetapkan hukumnya, maka

seharusnya hukum tersebut berlaku atas segala hal yang ada di wilayah

yurisdiksinya. Ketika putusan negara lain diterima secara penuh tanpa ada

penyesuaian dengan hukum lokal yang berlaku, maka dapat dikatakan bahwa tidak

terdapat kepastian hukum bagi pelaku usaha. Kemungkinan lain adalah tidak

terakomodirnya kepentingan tenaga kerja untuk dipastikan pembayaran gaji/upah

mereka terlebih dahulu dibandingkan dengan jenis utang lainnya mengingat di salah

satu negara angota ASEAN, yakni Thailand, upah/gaji karyawan tidak termasuk

dalam jenis utang yang harus didahulukan pembayarannya.

Perlakuan putusan dari pengadilan asing dengan terlebih dahulu disesuaikan

dengan hukum lokal lebih masuk akan dibandingkan dengan opsi pertama. Hal

yang diterima adalah putusan bahwa debitor dinyatakan pailit, namun terkait

dengan pembagian harta-kekayaan debitor pailit yang ada di negara tersebut, dapat

diatur dahulu sesuai dengan hukum lokal. Opsi ini setidaknya dapat mengurangi

kerugian yang dapat dialami oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan

debitor pailit.

3.1.6. Rezim Teritorialisme dalam Hukum Kepailitan di Negara Anggota

ASEAN

Berdasarkan data yang telah disebutkan pada bagian pengaturan hukum

kepailitan di ASEAN, dari empat negara hanya terdapat satu negara—Filipina—

yang secara legal menerima putusan pailit dari pengadilan asing. Tiga negara

Page 97: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

97

lainnya yakni Indonesia, Singapura dan Thailand tidak menerima putusan

pengadilan asing terkait dengan kasus kepailitan.

Secara teoritis disebutkan bahwasanya kerjasama terkait dengan

penyelesaian perkara kepailitan lintas negara hanya dapat dilaksanakan apabila

negara-negara yang hendak bekerjasama menerapkan asas universal dalam hukum

kepailitannya. Apabila hanya satu negara atau sebagian kecil negara saja yang

menerapkan asas universal, maka kerjasama tersebut urung untuk terlaksana.

Terdapat alasan klasik mengapa sebuah negara tidak menerapkan asas

kepailitan dalam peraturan perundang-undanganannya. Alasan tersebut adalah

karena pada dasarnya, negara dapat diakatakan berdaulat apabila dia (negara) dapat

menentukan kebijakannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh pihak asing. Alasan

tersebut tidak dapat dipersalahkan mengingat tujuan kelahiran sebuah negara

adalah untuk mensejahterakan rakyatnya.

Secara historis, perlu juga kita perhatikan bahwasanya mayoritas negara

anggota ASEAN (kecuali Thailand), merupakan negara yang pernah terjajah oleh

bangsa lain. Penderitaan semasa zaman penjajahan masih bersifat traumatis bagi

mayoritas masyarakat ASEAN, tidak terkecuali anggota legislatif, eksekutif

maupun yudikatif masing-masing negara. Trauma tersebut memberikan efek yang

besar bagi negara anggota ASEAN untuk tidak membuka dirinya terhadap

pergaulan dengan bangsa lain.

Hampir mayoritas negara di ASEAN memiliki keyakinan bahwasanya

mereka siap untuk membuka diri dengan bangsa lain setelah bangsa atau negaranya

Page 98: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

98

telah menjadi developed country. Ketika dalam kondisi negaranya masih

merupakan developing country, terdapat perasaan khawatir bahwasanya bangsa

atau negaranya hanya akan dieksploitasi saja oleh bangsa lain dan lebih banyak

mendapatkan dampak buruk dibandingkan dengan dampak baik.

Untuk menyakinkan negara anggota ASEAN agar menerapkan asas

universal pada hukum kepailitannya bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Pro-

kontra akan tetap terjadi dalam proses penerapan asas universal, baik di dalam

gedung legislatif maupun di luar gedung. Pihak yang kontra terutama berasal dari

golongan nasionalis yang mana tidak mau negaranya diatur oleh bangsa lain.

Namun demikian, mengingat mobilitas bisnis yang sekarang terjadi antara negara,

pengakomodiran asas universal dalam hukum kepailitan negara anggota ASEAN

bukanlah hal yang tidak mungkin untuk terjadi. Kepentingan bisnis dapat

mendorong sebuah negara untuk melakukan perubahan atas kebijakannya.

3.2. Konsep Cross-Border Insolvency di ASEAN Berdasarkan Hukum

Indonesia

3.2.1. Bentuk Integrasi Ekonomi Assosiation of Southeast Asian Nations

3.2.1.1. Uni Eropa sebagai Model Integrasi Ekonomi

Uni Eropa merupakan organisasi internasional yang unik karena bukan

merupakan federasi seperti Amerika Serikat, namun juga bukan organisasi

kerjasama antara pemerintah selayaknya Persatuan Bangsa-Bangsa. Uni Eropa

Page 99: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

99

terdari dari satu set instansi supranasional yang didirikan oleh negara-negara

anggota—yang masing-masing menyerahkan sebagian dari kedaulatannya, untuk

membuat kebijakan mengenai masalah kepentingan bersama di Eropa. Penyatuan

kedaulatan ini sering disebut sebagai “European Integration”. Tujuan

pembuatannya tidak lain adalah untuk menciptakan persatuan di antara masyarakat

Eropa.

Gagasan tentang intergrasi eropa dimulai setelah terjadinya Perang Dunia

Kedua. Penyatuan produksi batu bara dan baja yang merupakan sumber kekuatan

militer, diusulkan sebagai dasar pertama federasi Eropa oleh Menteri Luar Negeri

Perancis Robert Schuman dalam sebuah pidato pada tanggal 09 Mei 1950. Tanggal

tersebut sekarang dirayakan sebagau hari eropa. Gagasan Schuman adalah bahwa

apabila setiap negara berbagi sumber daya dan membutuhkan negara lain untuk

bahan baku utama, maka kemungkinan untuk saling berperang di antara mereka

menjadi kecil.

Gagasan Schuman kemudian ditindaklanjuti pada tahun 1951 dengan

dibentuknya the European Coal and Steel Community. Keenam negara anggota

pendiri komunitas ini antara lain: Belgia, Perancis, Italia, Luksemburg dan Belanda.

Keenam negara ini kemudian pada tahun 1957 menandatangani Traktat Roma yang

mana agendanya adalah pembentukan European Economic Community.

Penandatanganan terssebut merupakan awal pembentukan pasar bersama di antara

para negara anggota dimana setiap negara anggota memberikan izin terhadap

negara anggota lainnya untuk melakukan transaksi baik jasa maupun barang secara

Page 100: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

100

bebas. Setelah ditandatanganinya Traktat Roma, berbondong-bondong negara lain

menyatakan ikut bergabung seperti Inggris, Irlandia dan Denmark.

Peraturan hukum merupakan hal yang mendasar atas berlangsungnya Uni

Eropa hingga saat ini. Semua keputusan Uni Eropa didasarkan pada perjanjian yang

merupakan dasar hukumnya dan disetujui oleh semua negara anggota.

Pada Februari 1992 ditandatangani Perjanjian Maastricht di Uni Eropa yang

mana perjanjian tersebut mengambil alih tujuan ekonominya yang asli menuju

tingkat yang lebih tinggi dari kesatuan politik. Perjanjian Maastricht menciptakan

Uni Eropa yang terdiri dari tiga pilar:

1. Komunitas Eropa yang terdiri dari Uni Eropa, the European Coal and

Steel Community dan Euratom;

2. Kebijakan luar negeri dan keamanan bersama yang memungkinkan

negara-negara anggota untuk melakukan tindakan bersama di bidang

kebijakan luar negeri; dan

3. Kerjasama kepolisian dan hukum dalam masalah pidana yang

melibatkan tindakan bersama sehingga dapat memebri warga eropa

perlindungan di bidang kebebasan, keamanan dan keadilan.

Perjanjian Maastricht juga memberikan kekuatan pada Parlemen Eropa

untuk membentuk mata uang bersama. Perjanjian Maastricht merupakan tahap

kunci dalam konstruksi Uni Eropa dengan menciptakan sebuah serikat ekonomi dan

moneter dengan memperluas integrasi ke wilayah-wilayah baru.

Page 101: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

101

3.2.1.2. Bentuk Integrasi Ekonomi Association of Sotheast Asian

Nations berdasarkan Hukum Ketatanegaraan Indonesia

Pelaksanaan Integrasi Ekonomi ASEAN harus memperhatikan sistem

ketatanegaraan masing-masing negara anggotanya, salah satunya Indonesia.

Indonesia telah bergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mana artinya

Indonesia tidak memiliki masalah terkait dengan menundukkan diri terhadap

hukum internasional. Terhadap perjanjian-perjanjian multilateral, beberapa di

antaranya Indonesia tidak ikut meratifikasi. Hal tersebut merupakan pelaksanaan

salah satu asas perjanjian internasional yakni pacta sunt servanda. Apabila

Indonesia tidak meratifikasi, maka keuntungan-keuntungan yang dapat diterima

oleh para negara yang menundukkan diri tidak diterima oleh Indonesia.

Secara filosofis, konstitusi harus dijadikan sebagai dasar pijakan bagi

pemerintah dalam menentukan segala kebijakannya termasuk kebijakan luar negeri.

Terhadap sebuah perjanjian multilateral, harus dikaji terlebih dahulu apakah

perjanjian tersebut bertentangan dengan konstitusi ataukah tidak. Jika perjanjian

tersebut tidak bertentangan baru dipertimbangkan untung-rugi atas penandatangan

perjanjian tersebut.

Berdasarkan paparan di atas, bentuk integrasi ekonomi selayaknya Uni

Eropa tidak dapat dilaksanakan oleh Indonesia. Hukum Ketatanegaraan Indonesia

tidak dapat mengamini bentuk tersebut dikarenakan apabila ASEAN dibentuk

selayaknya Uni Eropa maka posisi legislatif tidak berada pada Indonesia. Bentuk

yang dapat diterima adalah bentuk kerjasama per peraturan atau per perjanjian,

Page 102: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

102

dimana Indonesia diberikan kedaulatan untuk meratifikasi atau tidak meratifikasi

perjanjian yang dibuat di ASEAN. Hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi,

“kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar”.

Indonesia tidak memiliki masalah dengan tujuan integrasi ekonomi, apalagi

dengan tujuan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat ASEAN. Hal tersebut

sejalan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 khususnya alinea ke-4. Pemerintah diperbolehkan untuk melakukan

segala sesuatu yang pada pokoknya menyangkut memajukan kesejahteraan umum

dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

3.2.2. Mekanisme Penyelesaian Kepailitan Lintas Negara Berdasarkan

Hukum Ketatanegaraan Indonesia

3.2.2.1. Perjanjian Multilateral sebagai Dasar Pelaksanaan

Kerjasama Penyelesaian Kepailitan Lintas Negara

Beberapa dekade terakhir terlihat adanya pergeseran dari pendekatan

teritorialis-universalis menuju hukum kepailitan internasional yang didasarkan atas

kerjasama. Mengadopsi pendekatan universalisme ataupun teritorialisme

memerlukan perubahan drastis baik perubahan hukum, kebijakan dan bahkan

struktur negara yang mana dapat menggoyahkan kehidupan bernegara suatu

Page 103: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

103

bangsa, sementara pendekatan yang didasarkan atas kerjasama dapat dilaksanakan

melalui interaksi antar negara yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

pihak dan disepakati bersama oleh semua pihak.

Secara historis kerjasama antar pengadilan didasarkan pada prinsip comity

yang mana dapat dijelaskan sebagai pengakuan yang diberikan oleh suatu negara

dalam wilayahnya terhadap tindakan legislatif, eksekutif atau yudikatif negara lain

dengan memperhatikan kewajiban internasioalnya dan hak-hak warga negaranya

sendiri atau orang lain yang berada di bawah perlindungan hukumnya. Seperti yang

telah disebutkan di atas, comity merupakan sebuah diskresi dan karenanya bersifat

tidak dapat diprediksi. Pelaksanaannya berbeda-beda tergantung pada sisi historis

negara-negara yag hendak melakukan kerjasama, misal Amerika Serikat dengan

Kanada dan Inggris yang secara historis memiliki keterikatan.

3.2.2.2. UNCITRAL Model Law sebagai Model Pengaturan

Kepailitan Lintas Negara

Sejarah menunjukkan bahwa reformasi sistem keuangan internasional

memerlukan kepemimpinan dan inklusifitas. Hal tersebut mendorong organisasi

internasional untuk aktif dalam menyusun naskah global mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan hukum dagang, dengan pandangan bahwa modernisasi dan

harmonisasi akan mendukung perdagangan internasional. Pada tahun 1966, Majelis

Umum PBB membentuk komisi yang khusus menangani hukum perdagangan

internasional yakni United Nations Commission on International Trade Law

Page 104: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

104

(UNCITRAL). Semenjak pembentukannya, perbedaan dalam praktik perdagangan

internasional dapat dikurangi melalui proses harmonisasi dan penyatuan yang

progresif yang mencakup partisipasi negara maju dan negara berkembang.

Isu kepailitan lintas negara diajukan pada Kongres UNCITRAL tentang

Uniform Commercial Law in the 21st Century pada Mei 1992 di New York.

Semenjak awal pengajuan isu telah disebutkan bahwa harmonisasi terhadap hukum

kepailitan bersifat inpraktikal namun dengan hati-hati UNCITRAL

mengungkapkan pandangan bahwa masalah seperti bantuan kepada pengadilan dan

administrator (kurator) asing, kerjasama lintas negara antar pihak yang tekena

dampak dan perlakuan yang sama terhadap kreditor, merupakan bagian integral

untuk memfasilitasi perdagangan internasional.

Pada bulan April 1994, UNCITRAL membentuk sebuah kelompok kerja

dengan tujuan untuk membuat model undang-undang terkait kepailitan lintas

negara. Tujuan awalnya adalah agar perwakilan debitor/kreditor asing diakui

namun kemudian tujuan tersebut berkembang lebih luas. Berdasarkan hal ini,

sekretariat UNCITRAL menyelenggarakan temu wicara tentang kepailitan lintas

negara di Wina pada 17-19 April 1994. Di sinilah disepakati bahwa penyatuan

hukum kepailitan tidak dapat dilakukan namun peraturan umum mengenai akses

dan pengakuan serta kerjasama yudisial disepakati.

Model Law kemudian disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 15

Desember 1997 dimana negara-negara seperti India, Rusia dan China mendukung

semangat undang-undang tersebut. Model Law kemudian dijadikan sebagai

Page 105: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

105

panduan bagi legislator di negara-negara yang tertarik untuk mengatur kepailitan

lintas negara, yang disesuaikan dengan kondisi lokalnya masing-masing.

Model Law adalah dokumen singkat yang terdiri dari 32 pasal dan secara

luas dapat dianggap sebagai dokumen doktrinal yang netral, yang sebagian besar

bersifat prosedural. Tujuan dari Model Law tercantum dalam pembukaannya yakni

untuk menyediakan mekanisme yang efektif untuk menangani kasus-kasus

kepailitan lintas negara sehingga dapat menciptakan:

1. Kerjasama antar pengadilan dan perjabat berwenang lainnya dari satu

negara dengan negara lainnya dalam kasus kepailitan lintas negara;

2. Menjamin kepastian hukum untuk perdagangan dan investasi;

3. Administrasi kepailitan lintas negara yang adil dan efisien yang

melindungi kepentingan semua kreditor dan orang-orang yang

berkepentingan lainnya, termasuk debitor;

4. Perlindungan dan maksimisasi nilai aset debitor; dan

5. Fasilitasi penyelamatan bisnis yang bermasalah secara finansial

sehingga dapat melindungi investasi dan tenaga kerja.

Ruang lingkup penggunaan Model Law sebagaimana diatur dalam Pasal 1

dan Pasal 2 Model Law dimaksudkan untuk diterapkan dalam kasus dimana

dibutuhkan bantuan dari pengadilan negara tertentu oleh pengadilan asing atau

representatif asing terkait dengan putusan pengadilan asing; kreditor asing atau

yang berkepentingan berusaha untuk melakukan proses insolvensi lokal; atau

terjadi dua proses kepailitan di dua negara secara bersamaan dengan debitor yang

Page 106: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

106

sama. Penggunaan Model Law tidak mencakup proses kepailitan bagi badan atau

lembaga yang dispesialkan seperti bank atau perusahaan asuransi.

Perwakilan asing dalam Pasal 11 diberikan hak untuk secara langsung

mengakses pengadilan negara untuk memulai proses kepailitan. Pengakuan awal

terhadap proses kepailitan di luar negeri tidak diperlukan. Namun demikian jika

proses kepailitan di luar negeri telah dimulai dan diakui, perwakilan asing dapat

secara langsung berpartisipasi dalam proses kepailitan lokal. Perlu dicatat bahwa

Model Law memberi perlindungan minimum kepada kreditor asing dengan

membiarkan mereka berpartisipasi dalam proses kepailitan atas dasar yang sama

dengan kreditor lokal, atau setidaknya disamakan dengan kreditor tanpa jaminan

(unsecured creditor).

Pasal 15 menetapkan prosedur terkait bagaimana perwakilan asing dapat

mendapatkan pengakuan pengadilan negara yang terkena dampak, terkait dengan

proses persidangan asing. Dalam memberikan pengakuan, pengadilan akan

mempertimbangkan:

1. Salinan resmi atas dimulainya proses persidangan di pengadilan luar

negeri dan penunjukkan perwakilannya; atau

2. Surat keterangan dari pengadilan asing yang menegaskan eksistensi

proses peradilan kepailitan di luar negeri dan pengangkatan

perwakilannya di negara yang terkena dampak; atau

3. Bukti lain yang bisa diterima pengadilan terkait eksistensi proses

peradilan kepailitan di luar negeri dan pengangkatan perwakilannya.

Page 107: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

107

Salah satu pengaturan yang penting dalam Model Law tercantum dalam Pasal 20

dimana mengatur bahwa segera setelah pengakuan diberikan, maka harus dilakukan

penyitaan terhadap segala harta kekayaan debitor atau setidaknya automatic stay

diberlakukan terhadap harta kekayaan debitor.

Pengadilan lokal harus memastikan perlindungan terhadap kreditor lokal,

debitor dan orang-orang yang berkepentingan. Bantuan yang diberikan kepada

pengadilan luar negeri harus sesuai dengan hukum kepailitan lokal negara yang

terkena dampak, bahkan apabila proses kepailitan di luar negeri tersebut

bertentangan dengan kebijakan publik suatu negara maka tindakan dari pengadilan

luar negeri dapat ditolak berdasarkan Pasal 6.

Model Law memiliki unsur universalisme dan teritorialisme di dalamnya.

Pasal 28 dapat dianggap sebagai salah satu ketentuan teritorialisme dimana

disebutkan bahwa diperlukan pengakuan dari pengadilan lokal untuk memulai

kegiatan—baik penyitaan maupun likuidasi harta kekayaan debitor. Pelaksanaan

Model Law dapat dilakukan apabila kedua negara memberlakukannya atau

menundukkan diri terhadapnya.

ASEAN belum membentuk institusi-institusi sebagaimana yang telah

dilakukan Uni Eropa. Berdasarkan hal tersebut, langkah paling mudah yang dapat

dilakukan adalah dengan perjanjian multilateral negara-negara aggota ASEAN

untuk menyatakan tunduk terhadap Model Law di undang-undang kepailitannya.

Indonesia sendiri tidak memiliki masalah dalam hal hukum tata negara terkait

Page 108: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

108

dengan Model Law dikarenakan hal tersebut sesuai dengan Pembukaan UUD NRI

Tahun 1945 yakni menciptakan ketertiban dunia.

Page 109: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

109

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pengaturan hukum kepailitan terutama terkait substansi hukumnya,

Indonesia, Singapura, Filipina dan Thailand memiliki perbedaan pada beberapa

bagian. Perbedaan tersebut dapat dilihat terkait dengan persyaratan pengajuan

kepailitan, kapan dimulainya automatic stay, hierarki klaim yang mendapatkan hak

untuk didahulukan dan sebagainya. Perbedaan substansi hukum tersebut dapat

menjadi penghalang yang signifikan untuk terjadinya kerjasama di antara negara-

negara tersebut dalam kasus kepailitan lintas negara.

Secara teknis, ASEAN tidak harus melakukan integrasi ekonomi secara

total sebagaimana yang telah dilakukan Uni Eropa untuk menangani kasus

kepailitan lintas batas. Perjanjian multilateral di antara negara-negara anggota

ASEAN untuk tunduk pada Model Law dapat menjadi langkah paling sederhana

yang dapat dilakukan guna menangani kasus kepailitan lintas negara di ASEAN.

Kedaulatan masing-masing negara tetap diakui apabila negara anggota ASEAN

menundukkan diri pada Model Law.

4.2. Saran

Substansi hukum UUK-PKPU Indonesia perlu dirubah khususnya terkait

dengan persyaratan permohonan pailit. Persayaratan kepailitan yang ada dalam

Page 110: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

110

UUK-PKPU terlalu beresiko terhadap investasi baik investasi berbentuk

Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Asing. Terkait dengan

kepailitan lintas negara, tidak diperlukan harmonisasi terkait dengan substansi

hukum dikarenakan kerjasama dapat dilaksanakan hanya dalam ranah teknis.

Pelaksanaan integrasi ekonomi tidak harus mencontoh mutlak apa yang

dilakukan oleh Uni Eropa yang mana melakukan unifikasi hukum untuk semua

negara anggotanya. ASEAN dapat memilih jalan lain yakni mengakui pluralisme

hukum setiap negara dan menghormati konstitusi setiap negara anggota, namun

tetap dapat melaksanakan kerjasama di antara mereka.

Page 111: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

111

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Jurnal

Adib, Mohammad, 2015, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan

Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Anderson, Kent, The Cross-Border Insolvency Paradigm: a Defense of the

Modified Universal Approach Considering the Japanese Experience,

University of Pennsylvsania Journal of International Law, Vol. 21, Iss. 4,

2000.

Balassa, Bela, Towards a Theory of Economic Integration, Kyklo, Vol. 14, No. 1,

1961.

Beeson, Mark, 2009, Institutions of the Asia-Pacific: ASEAN, APEC, and beyond,

New York: Routledge.

Busro, Achmad, 2012, Hukum Perikatan Berdasarkan Buku III KUH Perdata,

Edisi Revisi, Yogyakarta: Pohon Cahaya.

Chandler, Alfred D., dan Bruce Mazlish, ed., 2005, Leviathans: Multinational

Corporations and The New Global History, Cambridge: Cambridge

University Press.

Page 112: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

112

di Floristella, Angela Pennisi, 2015, The ASEAN Regional Security Partnership:

Strengths and Limits of a Cooperative System, New York: Palgrave

Macmillan.

Djankov, Simeon, dkk., Debt Enforcement around the World, Journal of Political

Economy, Vol. 116, No. 6, Desember 2008.

Edlin, Douglas E., ed., 2007, Common Law Theory, Cambridge: Cambridge

University Press.

Finch, Vanessa, 2009, Corporate Insolvency Law: Perspective and Principles,

Second Edition, Cambridge: Cambridge University Press.

Hutchinson, Allan C., 2005, Evolution and the Common Law, Cambridge:

Cambridge University Press.

Irianto, Sulistyowati dan Shidarta, ed., 2013, Metode Penelitian Hukum: Konstelasi

dan Refleksi, Cetakan Kedua, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.

Koh, Tommy, Rosario G. Manalo, dan Walter Woon, ed., 2009, The Making of The

ASEAN Charter, Singapura: World Scientific.

Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum

Internasional, Bandung: PT. Alumni.

Marzuki, Peter Mahmud, 2014, Penelitian Hukum, Cetakan Ke-9, Jakarta:

Kencana.

Page 113: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

113

Merryman, John Henry dan Rogelio Perez-Perdomo, 2007, The Civil Law

Tradition: an Introduction to the Legal Systems of Europe and Latin

America, Third Edition, Stanford: Stanford University Press.

Neff, Stephen C., 2014, Justice among Nations: a History of International Law,

Cambridge: Harvard University Press.

Nielsen, Anne, Mike Sigal, dan Karen Wagner, The Cross-Border Insolvency

Concordat: Principles to Facilitate the Resolution of International

Insolvencies, Am. Bankr, LJ. 70, 1996.

Rahardjo, Satjipto, 2012, Ilmu Hukum, Cetakan ke-VII, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti.

Saverino, Rodolfo C., 2008, ASEAN, Singapore: ISEAS Publications.

Sjahdeini, Sutan Remy, 2016, Sejarah, Asas dan Teori Hukum Kepailitan:

Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ke-3, Jakarta:

UI-Press.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Cetakan Ke-4, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Steger, Manfred B., 2009, Globalization: A Very Short Introduction, 2nd Edition,

New York: Oxford University Press.

Page 114: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

114

Suratman dan Phillips Dillah, 2015, Metode Penelitian Hukum, Cetakan ke-3,

Bandung: Alfabeta.

Suriasumantri, Jujun S., 2013, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

United Nations Commission on International Trade Law, 2012, UNCITRAL Model

Law on Cross-Border Insolvency: The Judicial Perspective, New York:

United Nations.

Watkin, Thomas Glyn, 2017, An Historical Introduction to Modern Civil Law, New

York: Routledge.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia

Bankruptcy Act B.E. 2483 (1940) Thailand

Bankruptcy Act Revised Edition 2009 Singapura

Companies Act Singapura Revised Edition 2006

Page 115: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.undip.ac.id/61965/1/Bagian_akhir_tesis_final.pdf · Pada masa yunani kuno seorang debitor yang tidak mampu membayar utang ... Undang Nomor

115

Republic Act No. 10142 An Act Providing for the Rehabilitation or Liquidation of

Financially Distressed Enterprises and Individuals Filipina

Code Civil Filipina

UNCITRAL Model Law on Cross-Border Insolvency