bab i pendahuluan 1.1 latar...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Pengertian cerpen menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah akronim dari cerita pendek, yaitu kisahan pendek kurang dari 10000 kata yang memberikan kesan tunggal yang dominan, (Hasan Alwi dkk). Pendek di sini diartikan sebagai cerita yang dapat dibaca dengan sekali duduk di waktu kurang dari satu jam (Stanton 1965:39). Dikatakan pendek juga karena genre ini mempunyai efek mikroskonis karena mampu mengungkapkan satu makna yang demikian besar melalui sepotong kejadian saja (Stanton, 1965:43). Dalam bahasa Arab, cerpen disebut qiṣṣah qaṣīrah. Qiṣṣah qaṣīrah, yaitu cerita pendek berbentuk prosa yang relatif pendek dan hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks (Kamil, 2009: 44). Keistimewaan cerpen terletak pada kemampuannya mengemukakan satu pemikiran atau satu peristiwa dengan memperkuat sebuah kemungkinan yang jelas dan sempurna (As-Syayib, 1964:343). Cerpen dalam sastra Arab modern pertama kali muncul pada tahun 1870 di harian al-Jinan Mesir. Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre baru, baik yang sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa maupun yang asli. Perkembangan cerpen dalam kesusastraan Arab modern ini mengalami kemajuan pesat ketika Mesir menjadi kiblat dunia jurnalistik, yang mengakibatkan bertambahnya surat kabar dan koran dalam jumlah yang besar.

Upload: duongnhan

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Pengertian cerpen

menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah akronim dari cerita

pendek, yaitu kisahan pendek kurang dari 10000 kata yang memberikan kesan

tunggal yang dominan, (Hasan Alwi dkk). Pendek di sini diartikan sebagai cerita

yang dapat dibaca dengan sekali duduk di waktu kurang dari satu jam (Stanton

1965:39). Dikatakan pendek juga karena genre ini mempunyai efek mikroskonis

karena mampu mengungkapkan satu makna yang demikian besar melalui

sepotong kejadian saja (Stanton, 1965:43).

Dalam bahasa Arab, cerpen disebut qiṣṣah qaṣīrah. Qiṣṣah qaṣīrah, yaitu

cerita pendek berbentuk prosa yang relatif pendek dan hanya mempunyai efek

tunggal, karakter, plot, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak

kompleks (Kamil, 2009: 44). Keistimewaan cerpen terletak pada kemampuannya

mengemukakan satu pemikiran atau satu peristiwa dengan memperkuat sebuah

kemungkinan yang jelas dan sempurna (As-Syayib, 1964:343). Cerpen dalam

sastra Arab modern pertama kali muncul pada tahun 1870 di harian al-Jinan

Mesir. Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan

munculnya genre baru, baik yang sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa

maupun yang asli. Perkembangan cerpen dalam kesusastraan Arab modern ini

mengalami kemajuan pesat ketika Mesir menjadi kiblat dunia jurnalistik, yang

mengakibatkan bertambahnya surat kabar dan koran dalam jumlah yang besar.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

2

Peningkatan jumlah tersebut berdampak pada bertambahnya pula jumlah cerpen

yang dipublikasikan (Aziz dan Meguid, tt: 77-80).

Salah satu antologi cerpen adalah „Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ yang ditulis oleh

Iḥsan „Abd al-Quddūs, yaitu seorang novelis, cerpenis, dan juga jurnalis asal

Mesir. Selama hidupnya, Iḥsan „Abd al-Quddūs telah menghasilkan banyak karya.

Salah satu cerpen Iḥsan „Abd al-Quddūs, yaitu “Galṭatu Ḥabībī“ dalam antologi

cerpen „Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ{. Cerpen “Galṭatu Ḥabībī“ karya Iḥsan „Abd al-

Quddūs adalah cerpen ke limabelas dalam antologi „Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ. Cerpen

tersebut menceritakan tentang seorang wanita yang merasa bahagia dengan

kehidupannya di rumah justru dipaksa agar bekerja sesuai dengan permintaan

kekasihnya. Cerpen “Galṭatu Ḥabībī“ menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut

sehingga didapatkan makna yang dibangun oleh hubungan antarunsurnya. Oleh

karena itu, dalam pengkajian cerpen ini diperlukan sebuah teori yang beranggapan

bahwa karya sastra sebuah struktur yang terdiri dari beberapa unsur intrinsik yang

saling berhubungan, yaitu teori struktural.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apa saja unsur-unsur

intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Galṭatu Ḥabībī“ serta bagaimana keterkaitan

antarunsurnya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

memaparkan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita “Galṭatu

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

3

Ḥabībī“ dan menjelaskan keterkaitan antar unsurnya serta mengungkap pesan-

pesan moral apa saja yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui karyanya

tersebut.

1.4 Tinjauan Pustaka

Antologi cerpen „Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ karya Iḥsan „Abd al-Quddūs terdiri

atas dua puluh judul cerpen. Sembilan cerpen di antaranya sudah diteliti. Judul-

judul tersebut antara lain, “al-Qaḍiyyah al-Akhīrah”, “Kullu Haża al-Jamāli”,

“Lā Tazbahu al-Firakh”, “Ikhtisyāfu al-Alūmuniūm”, “Ḥabībī Aṣgaru Minnī”,

“al-„Aqlu al-Kabīru, Wisamūn li al-Muttahami”, “Kullu Hażā al-Ḥubbu”,

“Abdullāh wa Fātimah”. Pertama, yaitu cerpen “al-Qaḍiyyah al-Akhīrah” diteliti

oleh Adrika (2014) dengan menggunakan analisis struktural. Berdasarkan

penelitian tersebut tema yang disimpulkan adalah bahwa dalam mengambil

keputusan, seseorang harus berpegang teguh pada prinsip yang diyakini

kebenarannya sehingga tidak menimbulkan penyesalan..

Kedua, cerpen yang berjudul “Kullu Hażā al-Jamāli” diteliti oleh

Zainnurahman (2014) dengan menggunakan analisis struktural. Penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalam

cerpen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain yang meliputi tema dengan

tokoh, tokoh utama dengan alur, judul dengan tokoh utama, dan sudut pandang

dengan tokoh utama. Tema yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah

ketampanan atau kecantikan seseorang tidak dilihat dari fisiknya, tetapi dilihat

dari perilaku dan akhlaknya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

4

Ketiga, cerpen yang berjudul “Lā Tazbahu al-Firakh” diteliti oleh Faishal

(2014) dengan menggunakan analisis struktural. Penelitian tersebut dapat

menyimpulkan bahwa tema yang terkandung adalah perjalanan hidup tokoh

utama dalam melawan sifat psikopat dalam dirinya. Unsur-unsur yang ada di

dalam cerpen tersebut berkaitan dengan yang lainnya sehingga cerpen tersebut

memiliki makna yang utuh.

Cerpen yang keempat berjudul “Ikhtisyāfu al-Alūmuniūm” diteliti oleh

Prasetya (2014) dengan menggunakan analisis struktural. Dari hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang ada dalam cerpen tersebut

saling berkaitan, di antaranya adalah unsur tema dengan tokoh utama, tema

dengan latar tempat dan latar sosial, dan tema dengan judul cerpen. Tema yang

dapat disimpulkan dari penelitian tersebut adalah penerimaan terhadap ide atau

pikiran yang berbeda dengan ide atau pikiran sebelumnya yang sudah ada di

masyarakat membutuhkan perjuangan dan pengorbanan.

Kelima, cerpen yang berjudul “Ḥabībī Aṣgaru Minnī” diteliti oleh

Nurhalimah (2014) dengan menggunakan analisis struktural. Tema yang

disimpulkan dari penelitian tersebut adalah dalam menghadapi kenyataan hidup,

ssesorang memerlukan idealisme tetapi jangan berlebihan sehingga dapat

menyulitkan hidupnya. Unsur-unsur yang ada di dalam cerpen tersebut berkaitan

dengan yang lainnya sehingga cerpen tersebut memiliki makna yang utuh.

Cerpen yang keenam adalah “al-„Aqlu al-Kabīru” diteliti olah Bening

(2014) dengan menggunakan analisis struktural. Berdasarkan penelitian tersebut

dapat disiimpulkan bahwa kebahagiaan tergantung dari konsep diri seseorang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

5

Tema tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan karakter, judul cerpen, dan

alur

Ketujuh, cerpen yang berjudul “Wisamūn li al-Muttahami” diteliti oleh

Kalpikaningtyas (2014) dengan menggunakan analisis struktural. Unsur-unsur

yang ada di dalam cerpen tersebut berkaitan dengan yang lainnya sehingga

cerpen tersebut memiliki makna yang utuh. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa untuk menjaga kesolidan dan kelanggengan persahabatan

dibutuhkan pengorbanan yang besar.

Cerpen yang kedelapan adalah “Kullu Hażā al-Ḥubbu” diteliti oleh Serena

(2014) dengan menggunakan analisis struktural. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa bagi laki-laki, pernikahan harus berdasar pada cinta,

sedangkan bagi wanita, pernikahan adalah pengabdian sehingga penolakan

seorang wanita atas ajakan menikah bukan berarti tidak adanya cinta. Unsur-

unsur yang berkaitan dalam cerpen tersebut adalah tema dengan latar, tema

dengan judul, alur dengan latar, dan sudut pandang dengan perkembangan cerita.

Cerpen yang terakhir adalah “Abdullāh wa Fātimah” diteliti oleh Pratama

(2015) dengan menggunakan analisis struktural. Berdasarkan penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa cerpen tersebut merupakan karya sastra yang dibangun

oleh unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan satu sama lain sehingga

menghasilkan makna yang utuh. Tema yang terkandung dalam cerpen tersebut

adalah pengidap penyakit schizophrenia dapat melakukan tindak kejahatan tanpa

memiliki rasa bersalah sama sekali.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

6

Berdasarkan pengamatan peneliti, kajian struktural untuk menganalisis

cerpen sudah banyak dilakukan. Cerpen “Galṭatu Ḥabībī“ karya Iḥsan „Abd al-

Quddūs adalah cerpen ke limabelas dalam antologi „Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ.

Sejauh pengetahuan penulis, terkait penelitian terhadap cerpen “Galṭatu Ḥabībī“

karya Iḥsan „Abd al-Quddūs ini belum pernah dilakukan baik dari segi linguistik

maupun sastra. Oleh karena itu, penelitian terhadap cerpen ini layak dilakukan

untuk menambah khasanah pengetahuan kesusastraan Arab dengan

menggunakan analisis struktural.

1.5 Landasan Teori

Dalam, penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori struktural.

Menurut Teuuw (2013:105), teori struktural adalah sebuah teori yang

memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur

yang saling berkaitan tanpa dipengaruhi faktor-faktor dari luar. Struktural

dipandang sebagai salah satu pendekatan sastra yang menekankan pada kajian

hubungan antarunsur pembangun karya sastra (Nurgiyantoro, 2012: 36)..

Dalam penelitian ini digunakan teori struktural yang disampaikan oleh

Stanton. Stanton (1965:11) membagi unsur pembangun fiksi menjadi tiga aspek,

yaitu fakta cerita (fact), tema (theme), dan sarana cerita (literary device). Elemen-

elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita

(Stanton, 1965:12). Tema adalah makna yang terkandung dalam cerita (Stanton,

1965:4-5). Adapun sarana cerita dapat diartikan sebagai metode pengarang untuk

memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna

(Stanton, 1965:23). Fakta-fakta cerita mencakup karakter, alur, dan latar yang ada

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

7

pada cerita tersebut. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan

struktur faktual atau tingkatan faktual cerita (Stanton, 1965:12).

Robert Stanton (1965:17) menjelaskan bahwa tokoh atau biasa disebut

„karakter‟ dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter pertama merujuk

kepada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter

yang merujuk pada berbagai percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan,

emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut. Fakta cerita yang kedua

yaitu alur, alur merupakan suatu gambaran peristiwa demi peristiwa dalam sebuah

cerita yang biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara

kausal saja (Stanton, 1965:14). Alur memiliki bagian awal, bagian tengah, dan

bagian akhir yang nyata, meyakinkan, dan logis, sekaligus dapat memunculkan

bermacam-macam kejutan, dan mengakhiri cerita dengan ketegangan-ketegangan.

Kemudian fakta cerita yang terakhir adalah latar atau setting. Latar merupakan

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu berlangsungnya tindakan. Latar

merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, segala

sesuatu yang berinteraksi dengan rangkaian peristiwa-peristiwa yang sedang

berlangsung (Stanton, 1965:18).

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam

pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.

Tema menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya

akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita. Tema membuat cerita

menjadi lebih fokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak sehingga awal dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

8

akhir akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema (Stanton:

1965-20).

Sarana cerita dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan

menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 1965:23).

Sarana cerita meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme

dan ironi. Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya

membentuk satu kesatuan. Judul mengacu pada sang karakter utama atau latar

tertentu. Akan tetapi, penting untuk selalu waspada bila judul tersebut mengacu

pada satu detail yang tidak menonjol (Stanton, 1965:25). Sudut pandang yaitu

pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita.

Tempat dan sifat „sudut pandang‟ tidak muncul semerta-merta (Stanton, 1965:26).

Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Satu

elemen yang amat terkait dengan gaya adalah tone. Tone adalah sikap emosional

pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Menurut Stanton (1965:31),

simbolisme adalah salah satu cara untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam

pikiran pembaca. Adapun ironi adalah sebagai cara untuk menunjukkan bahwa

sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya (Stanton, 1965:34).

1.6 Metode Penelitian

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural,

maka metode yang digunakan adalah metode struktural. Metode analisis struktural

dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan

fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro:

2012:37). Metode struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

9

secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan

keterjalinan semua anasir sehingga menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw,

2013: 106).

Metode analisis struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga

tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dta, dan tahap penyajian data.

Prngumpulan data dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang cerpen

“Galṭatu Ḥabībī“ agar dapat menemukan data yang berupa unsur-unsur intrinsik

seperti fakta cerita yang meliputi karakter, alur, dan latar, tema, serta sarana cerita

yang meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, dan ironi dibongkar secara

struktural, diidentifikasi, dikaji, dan dideskripsikan fungsi dan hubungan

antarunsur intrinsiknya. Tahap terakhir adalah penyajian data. Dalam tahap

penyajian data, data yang berupa unsur-unsur intrinsik dan hubungan

antarunsurnya ditulis dalam bentuk pelaporan sesuai dengan sistematika penulisan.

Pelaporan hasil analisis dilakukan secara formal. Metode formal adalah

analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk,

yaitu unsur-unsur karya sastra. Tujuan metode formal adalah studi ilmiah

mengenai sastra dengan memperhatikan sifat-sifat teks yang dianggap artistik

(Ratna, 2013:49-51).

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan laporan penelitian disusun sebagai

berikut. Bab I adalah pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,

sistematika penulisan, serta pedoman translitrasi Arab-Latin. Bab II berisi tentang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

10

sinopsis cerpen “Galṭatu Ḥabībī“ karya Iḥsan „Abd al-Quddūs dalam antologi

cerpen „Ulbatun min aṣ-Ṣafīḥ Bab III berisi analisis struktural terhadap cerpen

“Galṭatu Ḥabībī“ karya Iḥsan „Abd al-Quddūs dalam antologi cerpen „Ulbatun

min aṣ-Ṣafīḥ dan pada Bab IV berisi penutup yang berupa kesimpulan.

1.8 Pedoman Translitrasi Arab-Latin

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman

transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan

dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah

ini daftar huruf Arab dan transliterasinya ke huruf latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif اTidak

dilambangkan Tidak dilambangkan

Bā` B Be ب

Tā` T Te ت

Ṡā` Ṡ Es (dengan titik di atas) ث

Jīm J Je ج

Hā` Ḥ حHa (dengan titik di

bawah)

Khā` Kh Ka dan ha خ

Dal D De د

Żal Ż Zet (dengan titik di atas) ذ

Rā` R Er ر

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

11

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Zai Z Zet ز

Sīn S Es س

Syīn Sy Es dan ye ش

Ṣād Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص

Dād Ḍ ضDe (dengan titik di

bawah)

Ṭāˋ Ṭ طTe (dengan titik di

bawah)

Ẓāˋ Ẓ ظZet (dengan titik di

bawah)

ain „ Koma terbalik (di atas)‘ ع

Gain G Ge غ

Fāˋ F Ef ف

Qāf Q Ki ق

Kāf K Ka ك

Lām L El ل

Mīm M Em م

Nūn N En ن

Wāwu W We و

Hāˋ H Ha ه

Hamzah ′ Apostrof ء

Yā` Y Ye ي

1. Vokal

Vokal bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong, vokal

rangkap atau diftong, dan vokal panjang.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

12

Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

Ā ...ا َ ...ىَ Ai ...يَ A َـ

...وَ I ِـ Au يِـ... Ī

... وُ U ُـ Ū

1. Tā Marbūṭah

Transliterasi untuk tā Marbūṭah ada dua, yaitu: tā Marbūtah hidup atau

mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/ dan tā

Marbūṭah yang dibaca mati, transliterasinya adalah /h/.

Kalau pada kata yang terakhir dengan tā Marbūṭah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka tā Marbūṭah itu

ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh : املدينة املنّورة :al-Madīnah al-Munawwarah atau al-Madīnatul-

Munawwarah.

2. Syaddah

Tanda Syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang

diberi tanda syaddah tersebut.

Contoh : نّزل :nazzala

3. Kata Sandang

Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh

huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

13

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditulis sesuai dengan

menghilangkan bunyinya, yaitu huruf /ال/ dan diganti dengan huruf pertama

dengan yang mengikuti kata sandang tersebut.

Contoh : الّشمس : asy-syamsu

Kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditulis sesuai dengan

bunyinya, yaitu /ال/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh : القمر : al-qamar

4. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak ditengah dan akhir

kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab

berupa alif.

Contoh : ّإن : inna, ويأخذ : wa ya`khużu, قرأ : qara`a

5. Penulisan Kata

Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu

yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain

karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya

dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh : وإّن اهلل هلو خري الرّازقني : Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau

innallāha lahuwa khairur-rāziqīn

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90410/potongan/S1-2015... · Pada 1870 sejarah cerita pendek modern di Arab ditandai dengan munculnya genre

14

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam

transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

Contoh : و ما حممد إالّ رسول : Wa mā Muḥammadun illā rasūl.