bab i pendahuluan 1.1. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pendidikan merupakan salah satu fokus agenda utama bagi
pembangunan nasional. Negara dapat meningkatkan sumber daya manusia
yang berimplikasi pada kemajuan diberbagai bidang kehidupan seperti
sosial, ekonomi, politik, dan budaya melalui pendidikan. Oleh karena itu
pemerintah harus memenuhi hak setiap warga dalam memperoleh layanan
pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31.
Pendidikan memiliki peran besar dalam kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan hendaknya dapat dipandang sebagai cara agar suatu negara
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, agar pada akhirnya dapat
menghasilkan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akan pengetahuan teoritis
tetapi juga praktis, penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus.
Peran pendidikan yang sedemikian penting memunculkan gagasan
baru dimana upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk tidak
hanya berasal dari sektor pendidikan formal saja melainkan juga dari sektor
pendidikan non formal. Konsep awal pendidikan non formal muncul sekitar
tahun 60-an hingga awal tahun 70-an (Philip Coombs dan Manzoor A., P.H
1985). Kehadiran pendidikan non formal marak di awal-awal tahun 1970-an
terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan akan pendidikan yang begitu
luas terutama di negara-negara berkembang.
UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa
pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Kemudian pada ayat 2 menjelaskan lebih lanjut
bahwa pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
2
profesional. Selanjutnya pada ayat 3 ditegaskan bahwa pendidikan non
formal meliputi (a) pendidikan kecakapan hidup (life skill) ; (b) pendidikan
anak usia dini; (c) pendidikan kepemudaan; (d) pendidikan pemberdayaan
perempuan; (e) pendidikan keaksaraan; (f) pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja; (g) pendidikan kesetaraan; (h) serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Pendidikan non formal dapat berupa sekolah yang kini sedang marak
dikembangkan. Sekolah tersebut adalah Sekolah Alam. Sekolah Alam
adalah sekolah dimana alam digunakan sebagai media pembelajaran.
Lingkungan Sekolah Alam terasa natural dengan bangunan sekolah yang
hanya berupa rumah panggung yang biasa disebut sebagai saung yang
dikelilingi oleh berbagai kebun buah, sayur, bunga bahkan areal peternakan,
bukan suasana gedung bertingkat dan megah sebagai ruang kelas.
Keberagaman dipandang sebagai sesuatu yang unik di Sekolah Alam, dan
keseragaman tidak dipandang dari apa yang dikenakan, tapi pada akhlak,
perilaku dan sikap serta semangat belajar dan rasa ingin tahu mereka.
Kondisi Sekolah Alam yang dimaksud dapat diperjelas dengan gambar
berikut ini.
Gambar 1.1 Sekolah Alam
(Sumber : www.sekolahalamindonesia.org)
Proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Alam dalam
suasana fun learning. Proses belajar berubah menjadi aktivitas kehidupan
riil yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Dengan begitu akan tumbuh
kesadaran pada anak-anak bahwa belajar adalah kegiatan yang
3
menyenangkan dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan.
Metode pembelajaran yang digunakan untuk mendukung suasana tersebut,
yaitu metode “spider Web” (Tematik), dimana suatu tema diintegrasikan
dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif.
Kemampuan dasar yang ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam
adalah kemampuan membangun jiwa keingintauan, melakukan observasi,
membuat hipotesis, serta berpikir ilmiah. Dengan metode “spider web”,
mereka belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga
dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses
dari setiap pembelajaran. Berikut ini adalah gambar mengenai kegiatan
belajar di Sekolah Alam.
Gambar 1.2 Proses Pembelajaran di Sekolah Alam
(Sumber : www.sekolahalamindonesia.org )
Perkembangan Sekolah Alam beberapa tahun belakangan mengalami
peningkatan. Hal ini dilihat dari banyaknya Sekolah Alam yang mulai
didirikan. Sekolah Alam di Indonesia paling banyak didirikan di daerah
Jawa Barat seperti di daerah Cikeas, Bogor, Depok, Bekasi, Cibinong, dan
Bandung. Jenjang pendidikan yang ditawarkan beragam mulai dari PAUD
4
hingga SMA, namun tidak semua Sekolah Alam menawarkan hingga
jenjang SMA.
Yogyakarta sebagai kota pendidikan baru memulai mengembangkan
pendidikan dengan konsep Sekolah Alam. Jumlah Sekolah Alam di
Yogyakarta sendiri masih tergolong sedikit. Sekolah Alam yang ada di
Yogyakarta yaitu Sekolah Alam Nurul Islam yang terletak di Kabupaten
Sleman dan sekolah ini merupakan sekolah alam pertama di Yogyakarta.
Jenjang pendidikannya mulai dari SD hingga SMP. Sekolah Alam lain yang
telah resmi didirikan yaitu Sekolah Alam SHABA dan Sekolah Alam Prima
dimana kedua sekolah tersebut berada di Kabupaten Sleman.
Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang terletak di sebelah
selatan Kota Yogyakarta. Kabupaten ini menyimpan banyak potensi
terutama untuk sektor pendidikan. Kabupaten ini masih memiliki lahan
kosong yang luas dan apabila dikaitkan dengan standar berdirinya sebuah
sekolah, Kabupaten Bantul masuk dalam persyaratan tersebut. Keberadaan
sekolah dan letak sekolah memiliki standar masing-masing, dimana terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu jumlah penduduk suatu wilayah
dan luas lahan yang tersedia. Standar ini dibuat oleh Permendiknas No.24
tahun 2007.
Sekolah Alam di Kabupaten Bantul masih tergolong sangat sedikit,
dari informasi yang didapat Sekolah Alam di kabupaten ini yaitu Sekolah
Anak Alam (SALAM) yang berada di Nitripayan, Kasihan, Bantul. Sekolah
Alam di Bantul selain menjadi alternatif belajar anak juga dapat dijadikan
strategi pembangunan Provinsi DIY untuk bisa menyeimbangkan
pembangunan yang sekarang lebih cenderung ke arah utara.
Sekolah Alam dapat dijadikan alternatif pendidikan bagi orangtua
yang menginginkan anaknya berkembang tidak hanya dari segi teoritis
tetapi juga softskill. Sekolah Alam yang didirikan harus sesuai dengan
standar serta memiliki komponen pendukung seperti lahan pertanian atau
lahan kosong untuk bereksplorasi sehingga dapat menaikkan kualitas
pendidikan. Lokasi-lokasi yang dapat dikembangkan sebagai Sekolah Alam
5
akan lebih mudah diketahui dengan bantuan peta dan sistem informasi
geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk
membantu menganalisis dalam menentukan lokasi strategis pembangunan
Sekolah Alam. SIG menurut Aronoff, 1989 dalam Hanafi 2004 sendiri
merupakan sistem berbasis komputer yang mampu melakukan pemasukan,
pengelolaan atau manajemen data, manipulasi dan analisis, serta keluaran
yang secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi untuk
menanganani data bereferensi geografis, oleh karena itu SIG mampu dalam
melakukan input data, pemrosesan, dan juga menhasilkan output. Hal ini
yang menjadikan SIG dapat digunakan dalam melakukan pemetaan lokasi
sekolah. Inputnya berupa data sekunder ataupun primer kemudian diproses
dan hasil pemrosesan dapat berupa tabel maupun peta.
1.2. Perumusan Masalah
Pendidikan memiliki peranan besar untuk memajukan suatu bangsa.
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia
yang dihasilkan dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diciptakan
melalui pendidikan. Pendidikan saat ini tidak hanya berasal dari sektor
pendidikan formal tetapi juga berasal dari sektor pendidikan non formal.
Pendidikan non formal yang sedang marak dikembangkan saat ini
adalah Sekolah Alam. Pendidikan non formal melalui Sekolah Alam lebih
fokus dalam pengembangan softskill dimana siswa dapat langsung
mempraktekkan ilmu yang diperoleh. Jumlah Sekolah Alam di Yogyakarta
tergolong masih sedikit, padahal Yogyakarta sendiri merupakan kota
pendidikan. Sekolah Alam di Yogyakarta memiliki potensi yang sangat
besar karena provinsi ini masih banyak memiliki alam yang asri dan lahan-
lahan kosong potensial. Salah satu kabupaten yang potensial adalah
Kabupaten Bantul. Potensi didirikannya Sekolah Alam di Kabupaten Bantul
selain karena alamnya yang asri, adanya Sekolah Alam juga dapat
digunakan untuk menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan yang
sekarang ini cenderung berkembang kearah utara.
6
1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui lokasi yang sesuai untuk dikembangkan sebagai Sekolah
Alam pada berbagai tingkatan pendidikan.
2. Visualisasi lokasi yang sesuai dikembangkan sebagai Sekolah Alam
menggnakan Peta Digital.
1.4.Kegunaan Penelitian
1. Dapat mengetahui tingkatan pendidikan Sekolah Alam di Kabupaten
Bantul.
2. Dapat mengetahui lokasi yang dapat dikembangkan sebagai Sekolah
Alam.
3. Dapat dijadikan alternatif pembangunan pemerintah Provinsi DIY agar
arah perkembangan Provinsi DIY seimbang, sehingga arah pembangunan
tidak hanya kearah utara.
1.5.Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya,
penelitian ini menggunakan beberapa pustaka dan penelitian sebelumnya untuk
dijadikan acuan penelitian dan akan dijelaskan berikut ini.
1.5.1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang digunakan merupakan pustaka yang berkaitan
dengan penelitian. Berikut ini uraian mengenai tinjauan pustaka lokasi Sekolah
Alam.
A. Sekolah Umum
Sekolah Umum memiliki definisi yang beragam. Berikut ini merupakan
beberapa definisi Sekolah Umum menurut kamus besar bahasa Indonesia dan
Ensiklopedi Indonesia.
Sekolah adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
serta tempat menerima/memberi pelajaran.(W.J.S. Poerwodarmito, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976).
Sekolah adalah tempat anak didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh
guru, yang hendaknya secara pedagogik dan didaktis, dengan tujuan
7
mempersiapkan anak didik menurut bakat dan kecakapan masing-masing agar
mampu berdiri sendiri didalam masyarakat.(Ensiklopedi Indonesia, Edisi
Khusus, PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve,Jakarta).
B. Jenis Sekolah Umum
Sekolah dapat dibedakan berdasarkan pihak penyelenggara, materi
kurikulum, dan tingkatan usia. Berikut penjelasannya.
a. Berdasarkan pihak penyelenggara, sekolah dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Sekolah Negeri, merupakan sekolah yang diselenggarakan dan dibiayai
oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.
2. Sekolah Swasta, merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat melalui suatu badan atau yayasan tertentu tanpa mendapat
bantuan dana dari pemerintah.
3. Sekolah Subsidi, merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat melaluai badan atau yayasan tertentu yang mendapat bantuan
dari pemerintah berupa tenaga guru atau dana penyelenggaraan.
b. Berdasar kurikulum, sekolah dibedakan atas :
1. Sekolah Umum
2. Sekolah Kejuruan
c. Berdasar kelompok usia anak didik dan pelajaran yang diberikan, sekolah
dibedakan atas :
1. Day care dan nursery, untuk anak-anak dibawah sampai usia 3 tahun,
semacam tempat penitipan anak bagi orang tua yang bekerja.
2. Taman kanak-kanak, untuk anak-anak usia 4-5 tahun sebagai persiapan
untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
3. Sekolah dasar, untuk anak-anak usia 6-12 tahun dengan 6 tingkatan kelas 1
sampai dengan kelas 6.
4. Sekolah menengah pertama, untuk anak-anak usia 13-15 tahun dengan 3
tingkatan kelas (grade 6 sampai grade 9).
5. Sekolah menengah atas, untuk anak-anak usia 16-18 tahun dengan 3
tingkatan kelas (grade 10 sampai grade 12).
8
C. Sekolah Alam
Sekolah Alam dan Sekolah Umum memiliki perbedaan baik dari segi
pengajaran maupun media belajar. Perbedaan tersebut dapat diketahui dengan
melihat definisi Sekolah Alam menurut para ahli pendidikan. Definisi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Sekolah Alam menurut Eve Readety, salah seorang peneliti Sekolah Alam
Insan Mulia Surabaya adalah sekolah alternatif yang muncul dari adanya
fenomena Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
b. Sekolah Alam menurut Efriyani Djuwita, psikolog perkembangan anak dan
staf pengajar fakultas psikologi UI, Sekolah Alam adalah salah satu bentuk
pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama
pembelajaran.
c. Sekolah Alam menurut Maryati dalam Jurdik Kimia FMIPA UNY adalah
sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta dengan bangunan
sekolah yang hanya berupa rumah panggung yang dikelilingi oleh berbagai
kebun buah, sayur, bunga, bahkan areal peternakan.
D. Konsep Sekolah Alam
Konsep Sekolah Alam pada umumnya adalah pendidikan berbasis alam
dengan menitikberatkan pembelajaran pada akhlak. Sekolah Alam berfungsi
sebagai media pembentuk karakter anak. Karakter anak tersebut akan muncul saat
anak menjelajah alam, karena dialam mereka dapat bebas mengekspresikan
apapun yang ada dipikiran mereka. Berbeda dengan mereka yang mengikuti
kegiatan belajar mengajar didalam ruangan, anak tidak bisa berekspresi sesuai
keinginan mereka.
Ciri khas Sekolah Alam adalah tidak adanya tempat khusus yang digunakan
sebagai ruang belajar. Tempat yang digunakan berada dimana saja saat guru dan
murid berkumpul. Ketika anak sedang bosan, mereka dapat berkumpul di bawah
pohon untuk mendengarkan cerita dari guru ataupun saling berbagi pengalaman
satu sama lain. Sekolah Alam lebih mengutamakan belajar dari pengalaman dan
9
praktek langsung dilapangan sehingga anak lebih mengerti dan memahami
maksud yang ingin disampaikan oleh guru daripada anak hanya duduk diam
didalam kelas.
E. Sistem Pembelajaran dan Kurikulum Sekolah Alam
Kurikulum Sekolah Alam tetap mengacu kepada Depdiknas, Sekolah Alam
mengembangkan konsep sekolah berbasiskan alam. Cara belajar mengajar lebih
banyak menggunakan action learning atau belajar aktif. Sekolah alam merupakan
sebuah model pendidikan yang berusaha mengadaptasi apa yang telah dibuktikan
oleh Rasulullah SAW pada masanya di masa kini, dan masa di mana generasi
Rabbani kelak menjadi pemimpin di muka bumi. Metode sekolah ini
berusaha mengembangkan pendidikan bagi seluruh umat manusia dan belajar dari
seluruh makhluk hidup di alam semesta ini. Sekolah model ini tidak hanya
dilengkapi laboratorium serta perangkat komputer lengkap, namun juga
sekolahnya dibuat sebagai bagian dari alam terbuka. Ruang belajarnya berupa
saung, pepohonan rindang dibiarkan tumbuh di tiap sudut sekolah, serta
kelengkapan sarana eksplorasi, seperti, rumah pohon, papan climbing, lapangan
bola dan arena flying fox. Di sekolah ini, anak-anak didekatkan dengan alam
melalui suasana dan sarana yang memang sengaja dirancang untuk menumbuhkan
kecerdasan natural anak.Seperti, bermain outbound, bercocok tanam, beternak,
bermain sepakbola, dan menggambar. Mungkin kelihatannya mereka hanya
bermain, tapi tahukah Anda bahwa sesungguhnya mereka belajar banyak melalui
pengalamannya itu. Penggunaan alam sebagai media belajar ini, mengajarkan
anak untuk lebih peduli dengan lingkungannya dan mengetahui aplikasi dari
pengetahuan yang dipelajarinya, tidak hanya sebatas teori. Ini juga yang menjadi
kelebihan dari Sekolah Alam dibandingkan dari sekolah biasa atau Sekolah
Umum.
Menurut seorang psikolog perkembangan anak, Efrina Djuwita, Sekolah
Alam membuat anak tidak terpaku hanya pada teori saja, sebab mereka juga dapat
mengalami langsung pengetahuan yang mereka dapat dan pelajari dari alam.
Sedangkan sekolah biasa, lebih banyak menggunakan sistem belajar mengajar
10
konvensional, di mana para guru menerangkan dan siswa mendapatkan
pengetahuan hanya dengan mengandalkan buku panduan, dan jarang diberikan
kesempatan untuk mengalami langsung atau melihat langsung bentuk
pengetahuan yang dipelajarinya.
Peraturan yang diberlakukan di Sekolah Alam biasanya tidak seketat
peraturan Sekolah Umum, seperti siswa harus duduk rapi mendengarkan guru dan
mendapat hukuman jika tidak mengerjakan tugas atau PR. Bahkan, di beberapa
Sekolah Alam, jarang atau bahkan tidak menerapkan pemberian tugas atau PR.
Namun bukan berarti siswa tidak diajarkan bentuk tanggung jawab. Jika PR
merupakan wujud tanggung jawab dari sekolah umum, di Sekolah Alam
pengajaran tentang disiplin diri dan tanggung jawab diajarkan melalui cara dan
kegiatan yang berbeda, misalnya membiasakan diri mengantre barisan saat akan
mencuci tangan, dan bekerjasama dengan teman sebaya dalam mengerjakan tugas
atau kegiatan outbound lainnya. Selain itu, sistem ranking juga tidak diberlakukan
di sini, karena bukan menjadi satu tolak ukur prestasi siswa. Justru sekolah ini
memacu semua siswanya untuk mengembangkan potensi dan bakatnya masing-
masing.
Metode-metode pembelajaran di Sekolah Alam terdiri dari media pendidikan,
observasi, dan riset; modal produksi (magang dan dagang); serta sarana
pengembangan manusia. Media pendidikan, Observasi dan Riset. Dilakukan
dengan cara mengamati dan memahami langsung gejala alam yang terjadi,
sehingga kita bisa mendapatkan media belajar yang bermutu dan murah.Modal
Produksi (Magang dan Dagang) dilakukan dengan mengolah hasil dari praktik di
alam,diharapkan mampu membiayai diri sehingga secara langsung belajar hidup
mandiri. Sementara sarana pengembangan manusia berkaitan dengan manusia
yang tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksinya dengan alam akan
menghasilkan manusia yang berakhlak mulia terhadap sang Khaliq (Ibadah),
sesama manusia dan mahluk lainnya (Mua’malah) serta adil dan cinta damai
(Khalifah).
Selain dekat dengan alam, kebanyakan Sekolah Alam mengajarkan anak
untuk belajar secara aktif. Anak bukan hanya dijejali dengan pelajaran seperti di
11
sekolah biasa, tapi juga diperkenalkan bendanya secara kongkrit (langsung
diperlihatkan, anak bisa memegang, mencium baunya, memindahkan bendanya,
dan lain-lain) sehingga pemahaman anak lebih komplit dan bisa ingat lebih lama.
Selain itu, ketika anak sedang tertarik pada suatu hal, anak bisa langsung bertanya
dan guru bisa langsung menjelaskan, sehingga minat anak langsung mendapatkan
tanggapan yang positif.Dalam membentuk logika ilmiah, metode pembelajaran
yang digunakan dalam sistem pembelajaran Sekolah Alam pada umumnya adalah
“spider web” (tematik) yang bersifat fun learning. Metode ini merupakan metode
dimana suatu tema diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian,
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif,
dan aplikatif. Pembelajaran di sekolah alam dilakukan dengan konsep belajar
sambil bermain. Bermain dalam hal ini adalah bermain yang mengandung makna
sebagai bahan pembentuk karakter anak.
Mengenai konsep pembelajaran, Sekolah Alam memadukan antara kurikulum
sekolah internasional, kurikulum depdiknas, dan kurikulum khas Sekolah Alam.
Rapor yang diberikan kepada siswa ada dua, yaitu rapor akademis sesuai standar
diknas dan rapor khas Sekolah Alam berupa portofolio siswa. Pada dasarnya
materi yang diberikan di Sekolah Alam sama dengan sekolah biasa, namun
metode penyampaiannya menggunakan sistem spider web atau tematik. Bila
dalam membentuk logika ilmiah digunakan metode spider web, maka dalam
membentuk jiwa kepemimpinan digunakan metode outbound. Mungkin outbound
ini yang paling dikenal orang dari sekolah alam.
12
F. Perbedaan Sekolah Umum dengan Sekolah Alam
Dari hasil pengamatan pada beberapa sekolah yang ada, berikut
rangkuman perbedaan Sekolah Alam dengan Sekolah Umum :
Tabel 1.1 Perbedaan Sekolah Umum dengan Sekolah Alam
Pembanding Sekolah Umum Sekolah Alam
Kurikulum Mengikuti arahan
DIKNAS
Diintegrasikan dengan akhlak
dan leadership, diimbangi
dengan ilmu pengetahuan
Lokasi Dominasi di daerah
dalam kota
Pinggiran kota, suasana
pedesaan yang asri
Bangunan Gedung Saung kelas dari bambu/kayu
Sistem
pembelajaran
Guru menerangkan dan
murid mendengarkan
Guru dan muris sama-sama
belajar dengan lebih banyak
praktek daripada teori
Kegiatan Teori Teori dan praktek
Metode
Mata pelajaran
diajarkan tanpa ada
keterkaitan dengan
pelajaran lainnya
Tematik, dengan metode
spiderweb sehingga ada
keterkaitan antar palajaran
Lulusan
Menghasilkan lulusan
yang hanya
mengandalkan
kepintaran.
Menghasilkan lulusan yang
cerdas dan mampu bersaing
lebih sehat dan berani (aktif,
percaya diri,
bertanggungjawab)
Peraturan
Diwajibkan
menggunakan seragam
sekolah dan bersepatu
Tidak menggunakan
seragam, siswa menggunakan
pakaian bebas asalkan sopan.
Sumber : Intan Qurrotul Aini (2012)
13
G. Lokasi Sekolah
Pemilihan lokasi sekolah perlu mempertimbangkan beberapa aspek, menurut
Lawrence B. Perkins & Walter D. Cocking lokasi sekolah harus memiliki
persyaratan sebagai berikut :
1. Lokasi yg sesuai :
Lokasi yg sesuai untuk suatu bangunan pendidikan ditentukan berdasarkan
pertimbangan :
a. Syarat lingkungan
Kedekatan atau berada di kawasan permukiman, dimaksudkan untuk
mendekati masyarakat yang dilayani.
Bebas dari kegiatan komersial dan bisnis, maksudnya adalah tidak dekat
dengan pusat pertokoan atau bangunan komersial yang dapat
menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan.
b. Syarat ketenangan
Bebas kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan dan keramaian lalulintas
maupun sumber kebisingan lain.
c. Syarat keamanan
Tidak berada dikawasan rawan bencana.
d. Syarat kenyamanan
Bebas kebisingan, bau atau polusi udara dan lalu lintas pabrik atau
industri.
Jauh dari jalur kereta api, landasan pesawat terbang, dan pelabuhan atau
dermaga.
Jauh dari jalan raya angkutan berat.
e. Syarat aksesbilitas (kelancaran pencapaian)
Pencapaian secara layak dimungkinkan bagi pejalan kaki dan kendaraan
tanpa adanya kemacetan yang berarti.
Pencapaian secara aman : persyaratan yang baik untuk trotoar dan badan
jalan.
Kemudahan ke fasilitas umum lain yg mendukung
14
2. Luasan site:
Pertimbangan yang menentukan luasan site untuk sekolah :
a. Kurikulum pendidikan
b. Jenis kegiatan yang diwadahi
c. Jenis peruangan
d. Jumlah siswa yang diwadahi.
H. Luas Lahan Sekolah Alam
Luas lahan sekolah menjadi hal yang patut dipertimbangkan untuk mencapai
kenyamanan belajar. Luas lahan sekolah dipengaruhi oleh aktivitas dan jumlah
siswa dalam suatu sekolah. Sekolah Alam memiliki aktivitas yang lebih beragam
dibanding dengan Sekolah Umum. Oleh sebab itu Sekolah Alam memiliki luas
yang lebih besar dibanding Sekolah Umum. Penentuan luas Sekolah Umum telah
diatur dalam Permendiknas no. 24 tahun 2007 atas dasar pertimbangan jumlah
siswa dalam suatu kelas. Namun, Sekolah Alam belum memiliki peraturan resmi
terkait luas standar minimum lahan yang dapat didirikan di Sekolah Alam. Oleh
sebab itu diperlukan modifikasi perhitungan dengan melihat perbandingan luas
sekolah menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007 dan luas Sekolah Alam yang
telah berdiri.
Perhitungan matematis dilakukan untuk mengetahui jenjang pendidikan
Sekolah Alam. Perhitungan ini yang mengacu pada Permendiknas no. 24 tahun
2007 menggunakan data jumlah penduduk berdasarkan usia. Perhitungan tersebut
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Sekolah Dasar memiliki jumlah anak usia 6-12 tahun maksimum 28 anak pada
setiap rombongan .
2. Sekolah Menengah Pertama memiliki jumlah usia 12-15 tahun maksimum 32
anak pada setiap rombongan .
3. Sekolah Menengah Umum memiliki usia 15-18 tahunmaksimum 32 anak pada
setiap rombongan.
15
Rombongan yang dimaksud diatas adalah tingkatan kelas yang terdiri dari
kumpulan siswa. Sekolah Dasar umumnya memiliki minimal 6 rombongan
belajar, SMP dan SMA memiliki minimal 3 rombongan belajar.
Setelah perhitungan, dilakukan pencarian lokasi yang sesuai dengan
mempertimbangkan penggunaan lahan serta luas lahan yangtersedia. Luas lahan
sekolah ini mengacu pada Permendiknas no.24 tahun 2007. Berikut adalah tabel
luas minimum lahan sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan.
Tabel 1.2 Luas Minimum Lahan Untuk Satuan Pendidikan SD/MI
No.
Banyak
Rombongan
Belajar
Rasio minimum luas lantai bangunan
terhadap peserta didik (m2/peserta
didik)
Bangunan
satu lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan
tiga lantai
1. 6 1340 790 710
2. 7-12 2270 1240 860
3. 13-18 3200 1720 1150
4. 19-24 4100 2220 1480 Sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007
Tabel 1.3 Luas Minimum Lahan Untuk Satuan Pendidikan SMP/MTs
No.
Banyak
Rombongan
Belajar
Rasio minimum luas lantai bangunan
terhadap peserta didik (m2/peserta
didik)
Bangunan
satu lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan
tiga lantai
1. 3 1440 - -
2. 4-6 1840 1310 -
3. 7-9 2300 1380 1260
4. 10-12 2770 1500 1310
5. 13-15 3300 1780 1340
6. 16-18 3870 2100 1450
7. 19-21 4340 2320 1600
8. 22-24 4870 2600 1780 Sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007
16
Tabel 1.4 Luas Minimum Lahan Untuk Satuan Pendidikan SMA/MA
No.
Banyak
Rombongan
Belajar
Rasio minimum luas lantai bangunan
terhadap peserta didik (m2/peserta didik)
Bangunan
satu lantai
Bangunan
dua lantai
Bangunan
tiga lantai
1. 3 2170 - -
2. 4-6 2570 1420 -
3. 7-9 3070 1650 1340
4. 10-12 3600 1920 1400
5. 13-15 4070 2190 1520
6. 16-18 4500 2420 1670
7. 19-21 5100 2720 1870
8. 22-24 5670 3050 2100
9. 25-27 6240 3340 2290 Sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007
Penentuan luas minimum sekolah alam tidak hanya mempertimbangkan luas
minimum menurut Permendiknas No.24 Tahun 2007, tetapi dengan
mempertimbangkan luas lahan dari Sekolah Alam yang telah resmi didirikan di
Indonesia. Berikut adalah daftar sekolah alam yang telah resmi berdiri di
Indonesia.
Tabel 1.5 Luas Lahan Sekolah Alam di Indonesia
No. Nama Sekolah Tahun
Berdiri
Luas
Lahan
Jenjang
Pendidikan
1 Sekolah Alam Indonesia 1998 8000m2 Paud, TK, SD
2 Sekolah Alam Bogor 2004 5000m2 Paud, TK, SD
3 SDIT Alam Nurul Islam 2002 4600m2 Paud, TK, SD
4 SAI Studio Alam - 9000m2 Paud, TK, SD
5 SAI Cibinong 2012 2000m2 Paud, TK, SD
6 SAI Meruyung - 4750 m2 Paud, TK, SD
7 SAI Bukit Sigutang - 5000m2 Paud, TK, SD
8 Sekolah Alam Bandung 2009 5000m2 SMP
Sumber :www.sekolahalamindonesia.org., www.sekolahalamjogja.com ,
www.sekolahalambogor.com , www.sekolahalambandung.sch.id
Berdasarkan data diatas, Sekolah Alam memiliki luas minimum kurang
lebih tiga kali lipat dari luas sekolah berdasar Permendiknas No.24 tahun 2007.
Sehingga dari pertimbangan tersebut, penentuan luas minimum Sekolah Alam
diperoleh dari standar luas minimum sekolah berdasar Permendiknas No.24 tahun
2007 yang dikali tiga. Hal tersebut dipilih karena belum ada standar baku untuk
17
penentuan luas minimun untuk Sekolah Alam. Selain itu pemanfaatan lahan
sekolah umum dengan Sekolah Alam berbeda, jika sekolah umum terdiri dari
bangunan sekolah dan lapangan bermain/olahraga sementara Sekolah Alam
membutuhkan tambahan lahan sebagai penunjang pembelajaran seperti
kebun/sawah dengan ukuran kecil. Dalam penelitian ini luas lokasi Sekolah Alam
memilih standar luas minimum sekolah dengan bangunan satu lantai, sehingga
dapat ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel. 1.6 Tabel Modifikasi Minimum Luasan Sekolah Alam
Jenjang Pendidikan Luas Sekolah Alam
SD 4020 m2
SMP 4320 m2
SMA 6510 m2
I. Kondisi Topografi Sekolah
Menurut Widyasa (2001) mengemukakan bahwa semakin landai lahan maka
akan semakin banyak aktivitas. Sehingga dalam penentuan lokasi sekolah
diutamakan berdiri pada lokasi yang landai. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
menyatakan bahwa kondisi topografi meliputi permukaan tanah yang relatif cukup
datar, lahan sekolah relatif tidak berbukit, kemiringan permukaan tanah maksimal
10%, ketinggian lahan relatif masih wajar, lahan tidak dekat dengan lereng sungai
dan dalam lokasi tidak terdapat tebing curam.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 disebutkan bahwa
lahan sekolah memiliki kemiringan lereng rata-rata kurang dari 15% dan tidak
berada dalam garis sepadan sungai dan jalur kereta api. Lahan bukan merupakan
daerah hutan lindung, daerah resapan air, daerah cadangan air, daerah purbakala,
dan bukan merupakan tempat keramat.
18
J. Kondisi Hidrologi Sekolah
Hidrologi adalah suatu cabang dari ilmu geografi yang mempelajari tentang
kualitas air sekaligus distribusinya diseluruh bumi. Hidrologi berhubungan
dengan sumber daya air dan siklus hidrologi. Siklus ini dimulai ketika panas dari
matahari menyebabkan air samudra menguap menjadi uap air. Uap air terkumpul
di atmosfer secara berangsur-angsur menjadi dingin dan membentuk awan. Ketika
kumpulan air sudah menjadi berat akan jatuh menjadi hujan. Hujan akan mengalir
ke laut dan ada yang terserap dan tersimpan didalam tanah. Ilmu inilah yang
digunakan untuk mengetahui persediaan sumber air bersih.
Kondisi hidrologi berperan dalam keberadaan kondisi air pada lahan sekolah.
Jika kondisi air buruk maka akan memiliki dampak yang kurang baik bagi warga
sekolah. Hal ini dikarenakan air berguna untuk kebutuhan MCK serta kebutuhan
lainnya. Selain itu sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 dan PP RI
No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, air juga harus terhindar
dari pencemaran sungai.
K. Aksesbilitas Sekolah
Aksesbilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu
lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesbilitas merupakan
tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari
lokasi lain disekitarnya (Tarigan,2005). Menurut Tarigan, jarak, kondisi prasarana
perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensi dan
tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas.
Aksesbilitas merupakan salah satu faktor strategis dalam penentuan lokasi
sekolah karena berkaitan dengan kemudahan siswa atau peserta didik dari dan ke
lokasi sekolah. Selain itu salah satu kriteria dalam penentuan lokasi adalah tingkat
daya hubung yang baik yakni ketersediaan angkutan umum, jaringan jalan,
frekuensi keberangkatan dan jarak.
19
Aksesbilitas ini dapat dianalisis berdasarkan wilayah terdekat yang mampu
diakses sesuai peta jaringan jalan berdasarkan jarak atau waktu minimum yang
diberikan antara tempat tinggal menuju sekolah. Menurut dtandar yang berlaku di
Indonesia, jarak tempuh maksimal ini tidak membedakan transportasi yang dipilih
dan kondisi jalan yang ditempuh. Indikator yang menentukan aksesbilitas ini yaitu
kedekatan lokasi dengan jaringan transportasi dan kedekatan lokasi dengan pusat
kota.
L. Sistem Informasi Geografis
SIG merupakan sistem yang mendukung (proses) pengambilan keputusan
(terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi
dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut.
SIG yang lengkap akan mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan
yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur organisasi
(Gistut, 1994). Meskipun SIG memiliki banyak definisi, pada prinsipnya
penggunaan SIG tidak lepas dari perangkat keras, perangkat lunak, serta
manajemen data dan informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi
dengan visualisasi dan analisa unik yang digunakan untuk pemetaan.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu
titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu sebagai referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab
pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah
yang menunjukkan peranan SIG dalam menentukan lokasi sekolah yang sesuai
dengan syarat-syarat pembangunan sekolah.
20
M. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena
yang dikaji (Sutanto, 1990). Agar dapat memperoleh informasi tersebut
diperlukan teknik interpretasi citra atau foto udara. Estes dan Simonett (1975)
dalam Sutantao (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan
mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud mengidentifikasi obyek dan
menilai arti pentingnya obyek tersebut.
Penginderaan jauh sangat berperan dalam menentukan lokasi sekolah.
Dengan bantuan citra penginderaan jauh, obyek dapat terlihat dengan jelas. Hal
tersebut dapat mempermudah dalam mengetahui penggunaan lahan dalam suatu
wilayah, sehingga dapat membantu dalam menentukan memilih lokasi sekolah
sesai dengan persyaratan
N. Kartografi
Dalam artian yang sempit, kartografi merupakan ilmu membuat peta.
Sementara dalam arti yang lebih luas kartografi dapat dikatakan sebagai suatu
seni, ilmu, dan teknik pembuat peta yang akan melibatkan pelajaran geodesi,
fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta. Sedangkan peta merupakan
penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai
perwujudan yang diwakili (Aryono, 1988).
Peta mengandung arti komunikasi dimana pesan (gambar) yang
disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu perlu adanya desain
peta yang representatif dengan memperhatikan kaidah kartografi sehingga
menghasilkan peta yang dapat dimengerti oleh pembaca peta.Desain peta tidak
hanya terkait dengan tata letak peta melainkan pemilihan bentuk simbol, warna,
dan teks. Kartografi menggunakan simbol titik, simbol garis, dan area untuk
mempresentasaikan lokasi dan atribut-atribut data.
21
O. Carry Map
Carry Map merupakan file exe yang mengandung viewer dan data peta itu
sendiri. Integritas data pada peta tetap dipertahankan. Peta portabel ini dapat
diproteksi dengan password dan penggunaan peta dapat dibatasi dalam waktu
tertentu saja. Carry Map memiliki fitur dasar sebagai berikut.
a. Membuat peta executableyang dapat didistribusikan.
b. Terdapat versi dekstop dan pocket PC.
c. Melindungi peta dengan password dan batasan waktu.
d. Tidak perlu software tambahan.
e. Mudah digunakan.
1.5.2. Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang Sekolah Alam belum banyak dilakukan oleh peneliti. Hal
ini dikarenakan Sekolah Alam baru mulai berkembang sekitar tahun 2000an.
Berikut ini uraian mengenai penelitian mengenai lokasi Sekolah Alam yang
pernah dilakukan.
Penelitian pertama dilakukan oleh Anggita Ardani Savitri pada tahun 2010
dengan judul “Sekolah Alam, Pendidikan Alternatif Berbasis Alam Di Kota
Malang”. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan lokasi yang sesuai untuk
didirikan Sekolah Alam di Kota Malang yang kemudian dibuat desain bangunan
Sekolah Alam dengan kajian dari aspek arsitektur. Metode yang digunakan terdiri
dari 4 tahapan, yaitu pengumpulan data yang terdiri dari studi literatur, observasi,
dan wawancara; analisa data; penyimpulan data; dan merumuskan konsep dari
aspek arsitektur. Sementara parameter yang digunakan untuk memilih lokasi
Sekolah Alam yaitu dengan mempertimbangkan aksesbilitas, tingkat kebisingan,
view, topografi, dan arah angin dan matahari. Hasil dari penelitian ini berupa site
location Sekolah Alam yang langsung didelineasi pada google earth yang telah
didownload dan konsep rancangan desain Sekolah Alam.
Penelitian kedua dilakukan oleh Intan Qurrotul Aini pada tahun 2012. Judul
penelitian ini yaitu “Sanggar Anak Alam, Sekolah Alternatif Berbasis Alam
Dengan Pendekatan Integrasi Ruang Luar dan Ruang Dalam”. Penelitian ini
22
bertujuan untuk menentukan lokasi Sekolah Alam untuk anak-anak jalanan di
Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu dengan studi literatur, pengamatan
langsung, dan menyimpulkan hasil dengan pendekatan integrasi ruang dalam dan
ruang luar. Penentuan letak Sekolah Alam sendiri dilakukan dengan mengkaji
karakteristik Sekolah Alam yang sudah didirikan. Pertimbangan dalam memilih
lokasi dilakukan dengan melihat aksesbilitas, tingkat kebisingan, view, topografi,
dan arah angin dan matahari. Penelitian ini menyebutkan bahwa luasan yang
dibutuhkan untuk Sekolah Alam dengan jenjang TK dan SD dengan
mempertimbangkan kebutuhan ruang adalah 4.161,84m2. Hasil dari penelitian ini
adalah lokasi Sekolah Alam di Yogyakarta.
Peneliti ketiga yaitu Muanisya Sanjaya yang dilakukan pada tahun 2014 di
Cirebon dengan judul “Sekolah Anak Jalanan di Cirebon, dengan Pendekatan
Edukasi Rekreatif”. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan lokasi Sekolah
Alam untuk anak-anak jalanan di Cirebon dan merancang desain Sekolah Alam
dengan pendekatan arsitektural. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan
observasi Sekolah Alam dan pendidikan anak jalanan, wawancara, dokumentasi,
dan studi literatur. Perancangannya menggunakan pendekatan prinsisp Sekolah
Alam, pendekatan arsitektural, dan pendekatan ruang (kebutuhan dan besaran
ruang). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah penduduk
berdasarkan usia, topografi, iklim, ekonomi, jumlah penduduk berdasarkan
pendidikan, letak geografis, view, tingkat kebisingan, dan arah angin.Hasil dari
penelitian ini adalah site location dan rancangan desain Sekolah Alam.
Ketiga penelitian tersebut merupakan penelitian dengan fokus bidang
keilmuan arsitektur sehingga ketiganya terdapat parameter tambahan seperti arah
angin dan matahari dimana parameter tersebut nantinya tidak digunakan dalam
penentuan lokasi Sekolah Alam di Kabupaten Bantul.Penjelasan diatas dapat
diperjelas dengan tabel berikut ini.
23
Tabel 1.7 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti dan Judul Penelitian Tahun Tujuan Metode Parameter Hasil
1. Anggita Ardani Savitri,
“Sekolah Alam, Pendidikan
Alternatif Berbasis Alam Di
Kota Malang”
2010 1. Menentukan lokasi yang
sesuai untuk didirikan
Sekolah Alam di Kota
Malang.
2. Mendesain bangunan
Sekolah Alam dengan
kajian dari aspek
arsitektur
Studi literatur, observasi,
dan wawancara; analisa data;
penyimpulan data; dan
merumuskan konsep dari
aspek arsitektur
Aksesbilitas, tingkat
kebisingan, view, topografi,
dan arah angin dan matahari
1. Site location Sekolah
Alam dari google earth
2. Rancangan desain
Sekolah Alam
2. Intan Qurrotul Aini, “Sanggar
Anak Alam, Sekolah Alternatif
Berbasis Alam Dengan
Pendekatan Integrasi Ruang
Luar dan Ruang Dalam”
2012 Menentukan lokasi Sekolah
Alam untuk anak-anak
jalanan di Yogyakarta.
Studi literatur, pengamatan
langsung, dan
menyimpulkan hasil dengan
pendekatan integrasi ruang
dalam dan ruang luar.
Aksesbilitas, tingkat
kebisingan, view, topografi,
dan arah angin dan matahari.
Lokasi Sekolah Alam di
Yogyakarta.
3. Muanisya Sanjaya, “Sekolah
Anak Jalanan di Cirebon,
dengan Pendekatan Edukasi
Rekreatif”.
2014 1. Menentukan lokasi
Sekolah Alam di
Cirebon
2. Merancang desain
Sekolah Alam dengan
pendekatan arsitektural.
Observasi Sekolah Alam dan
pendidikan anak jalanan,
wawancara, dokumentasi,
dan studi literatur.
Jumlah penduduk berdasarkan
usia, topografi, iklim,
ekonomi, jumlah penduduk
berdasarkan pendidikan, letak
geografis, view, tingkat
kebisingan, dan arah angin.
1. Lokasi Sekolah Alam
di Cirebon.
2. Desain Sekolah Alam
di Cirebon.
Sumber : Anggita Ardani Savitri (2010), Intan Qurrotul Aini (2012), Muanisya Sanjaya (2014), Nia Nurmawati (2005), Ayuning
Puspitorum (2009).
24
1.6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasari oleh pemikiran mengenai peran pendidikan yang
besar untuk memajukan bangsa. Hal tersebut perlu didukung oleh adanya
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas baik secara teoritis maupun
praktis. Pada kenyataannya pendidikan sekarang lebih mengacu pada pendidikan
yang lebih bersifat teori dimana siswa dituntut untuk mampu menguasai materi
yang bersumber dari buku. Siswa lebih banyak diajarkan pada pemikiran yang
bersifat teori dan sedikit praktek. Hal ini yang membuat siswa kurang mampu
berkreasi, berinovasi, serta berprikir kritis dan kreatif, sementara dunia kerja
membutuhkan orang-orang yang unggul tidak hanya secara teori tetapi juga skill.
Inilah yang menjadi bukti kelemahan dari pendidikan formal seperti Sekolah
Umum.
Kelemahan tersebut yang pada akhirnya memunculkan sistem pendidikan
baru dimana dalam pengajarannya lebih fokus dalam pengembangan akhlak,
kemandirian, dan kreatifitas sehingga mampu bersaing diera globalisasi ini.
Sistem pendidikan tersebut ada pada sekolah yang mulai marak dikembangkan
di Indonesia, yaitu Sekolah Alam.
Sekolah Alam tidak bisa didirikan disembarang tempat karena konsep
pendidikannya yang berbasis alam, sehingga memerlukan pertimbangan-
pertimbangan tertentu agar tercipta sekolah yang kondusif dan menunjang
pembelajaran. Pertimbangan tersebut menjadi faktor penentu pemilihan lokasi
sekolah alam, yaitu penggunaan lahan, topografi, keberadaan jalan, keberadaan
sungai, ketersediaan air, dan jumlah anak usia sekolah.
Penentuan lokasi Sekolah Alam dapat dianalisis menggunakan SIG. SIG
dapat membantu menganalisis lokasi Sekolah Alam dengan menggunakan
metode scoring untuk dapat mengetahui wilayah yang sesuai didirikan Sekolah
Alam, menentukan luas dan jenjang Sekolah Alam, serta disajikan dalam bentuk
peta. Penyajian dalam bentuk peta ini dikemas dalam dua jenis peta yaitu peta
konvensional (hardcopy) dan digital (softcopy). Penjelasan tersebut dapat
dijelaskan melalui kerangka pemikiran berikut ini.
25
Kerangka Pemikiran
Pendukung : SDM berbasis teoritis
dan softskill
Peran pendidikan semakin besar
untuk kemajuan bangsa.
Pendidikan di Indonesia fokus pada teori, sementara yang dibutuhkan adalah orang-orang
yang berkualitas, kreatif, inovatif, dan mandiri
Kelemahan Pendidikan Formal
contohnya Sekolah Umum
Muncul sistem pendidikan baru yang lebih inovatif dan mampu bersaing diera globalisasi
yaitu Sekolah Alam
Faktor Penentu :
1. Penggunaan Lahan
2. Jalan
3. Sungai
4. Topografi
5. Ketersediaan Air Bersih
6. Jumlah Penduduk Usia
Sekolah
Sekolah Alam tidak bisa didirikan
disembarang tempat.
Dapat dianalisis menggunakan SIG
Desain Peta
Digital
Penentuan luas dan
jenjang pendidikan
Penentuan wilayah
dengan metode skoring