bab i pendahuluan 1.1. latar...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pendidikan merupakan salah satu fokus agenda utama bagi pembangunan nasional. Negara dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan diberbagai bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik, dan budaya melalui pendidikan. Oleh karena itu pemerintah harus memenuhi hak setiap warga dalam memperoleh layanan pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31. Pendidikan memiliki peran besar dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan hendaknya dapat dipandang sebagai cara agar suatu negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, agar pada akhirnya dapat menghasilkan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akan pengetahuan teoritis tetapi juga praktis, penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus. Peran pendidikan yang sedemikian penting memunculkan gagasan baru dimana upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk tidak hanya berasal dari sektor pendidikan formal saja melainkan juga dari sektor pendidikan non formal. Konsep awal pendidikan non formal muncul sekitar tahun 60-an hingga awal tahun 70-an (Philip Coombs dan Manzoor A., P.H 1985). Kehadiran pendidikan non formal marak di awal-awal tahun 1970-an terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan akan pendidikan yang begitu luas terutama di negara-negara berkembang. UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Kemudian pada ayat 2 menjelaskan lebih lanjut bahwa pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

Upload: phungtu

Post on 06-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pendidikan merupakan salah satu fokus agenda utama bagi

pembangunan nasional. Negara dapat meningkatkan sumber daya manusia

yang berimplikasi pada kemajuan diberbagai bidang kehidupan seperti

sosial, ekonomi, politik, dan budaya melalui pendidikan. Oleh karena itu

pemerintah harus memenuhi hak setiap warga dalam memperoleh layanan

pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31.

Pendidikan memiliki peran besar dalam kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan hendaknya dapat dipandang sebagai cara agar suatu negara

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, agar pada akhirnya dapat

menghasilkan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akan pengetahuan teoritis

tetapi juga praktis, penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus.

Peran pendidikan yang sedemikian penting memunculkan gagasan

baru dimana upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk tidak

hanya berasal dari sektor pendidikan formal saja melainkan juga dari sektor

pendidikan non formal. Konsep awal pendidikan non formal muncul sekitar

tahun 60-an hingga awal tahun 70-an (Philip Coombs dan Manzoor A., P.H

1985). Kehadiran pendidikan non formal marak di awal-awal tahun 1970-an

terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan akan pendidikan yang begitu

luas terutama di negara-negara berkembang.

UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa

pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat. Kemudian pada ayat 2 menjelaskan lebih lanjut

bahwa pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta

didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

2

profesional. Selanjutnya pada ayat 3 ditegaskan bahwa pendidikan non

formal meliputi (a) pendidikan kecakapan hidup (life skill) ; (b) pendidikan

anak usia dini; (c) pendidikan kepemudaan; (d) pendidikan pemberdayaan

perempuan; (e) pendidikan keaksaraan; (f) pendidikan keterampilan dan

pelatihan kerja; (g) pendidikan kesetaraan; (h) serta pendidikan lain yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Pendidikan non formal dapat berupa sekolah yang kini sedang marak

dikembangkan. Sekolah tersebut adalah Sekolah Alam. Sekolah Alam

adalah sekolah dimana alam digunakan sebagai media pembelajaran.

Lingkungan Sekolah Alam terasa natural dengan bangunan sekolah yang

hanya berupa rumah panggung yang biasa disebut sebagai saung yang

dikelilingi oleh berbagai kebun buah, sayur, bunga bahkan areal peternakan,

bukan suasana gedung bertingkat dan megah sebagai ruang kelas.

Keberagaman dipandang sebagai sesuatu yang unik di Sekolah Alam, dan

keseragaman tidak dipandang dari apa yang dikenakan, tapi pada akhlak,

perilaku dan sikap serta semangat belajar dan rasa ingin tahu mereka.

Kondisi Sekolah Alam yang dimaksud dapat diperjelas dengan gambar

berikut ini.

Gambar 1.1 Sekolah Alam

(Sumber : www.sekolahalamindonesia.org)

Proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Alam dalam

suasana fun learning. Proses belajar berubah menjadi aktivitas kehidupan

riil yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Dengan begitu akan tumbuh

kesadaran pada anak-anak bahwa belajar adalah kegiatan yang

3

menyenangkan dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan.

Metode pembelajaran yang digunakan untuk mendukung suasana tersebut,

yaitu metode “spider Web” (Tematik), dimana suatu tema diintegrasikan

dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap

materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif.

Kemampuan dasar yang ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam

adalah kemampuan membangun jiwa keingintauan, melakukan observasi,

membuat hipotesis, serta berpikir ilmiah. Dengan metode “spider web”,

mereka belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga

dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses

dari setiap pembelajaran. Berikut ini adalah gambar mengenai kegiatan

belajar di Sekolah Alam.

Gambar 1.2 Proses Pembelajaran di Sekolah Alam

(Sumber : www.sekolahalamindonesia.org )

Perkembangan Sekolah Alam beberapa tahun belakangan mengalami

peningkatan. Hal ini dilihat dari banyaknya Sekolah Alam yang mulai

didirikan. Sekolah Alam di Indonesia paling banyak didirikan di daerah

Jawa Barat seperti di daerah Cikeas, Bogor, Depok, Bekasi, Cibinong, dan

Bandung. Jenjang pendidikan yang ditawarkan beragam mulai dari PAUD

4

hingga SMA, namun tidak semua Sekolah Alam menawarkan hingga

jenjang SMA.

Yogyakarta sebagai kota pendidikan baru memulai mengembangkan

pendidikan dengan konsep Sekolah Alam. Jumlah Sekolah Alam di

Yogyakarta sendiri masih tergolong sedikit. Sekolah Alam yang ada di

Yogyakarta yaitu Sekolah Alam Nurul Islam yang terletak di Kabupaten

Sleman dan sekolah ini merupakan sekolah alam pertama di Yogyakarta.

Jenjang pendidikannya mulai dari SD hingga SMP. Sekolah Alam lain yang

telah resmi didirikan yaitu Sekolah Alam SHABA dan Sekolah Alam Prima

dimana kedua sekolah tersebut berada di Kabupaten Sleman.

Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang terletak di sebelah

selatan Kota Yogyakarta. Kabupaten ini menyimpan banyak potensi

terutama untuk sektor pendidikan. Kabupaten ini masih memiliki lahan

kosong yang luas dan apabila dikaitkan dengan standar berdirinya sebuah

sekolah, Kabupaten Bantul masuk dalam persyaratan tersebut. Keberadaan

sekolah dan letak sekolah memiliki standar masing-masing, dimana terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu jumlah penduduk suatu wilayah

dan luas lahan yang tersedia. Standar ini dibuat oleh Permendiknas No.24

tahun 2007.

Sekolah Alam di Kabupaten Bantul masih tergolong sangat sedikit,

dari informasi yang didapat Sekolah Alam di kabupaten ini yaitu Sekolah

Anak Alam (SALAM) yang berada di Nitripayan, Kasihan, Bantul. Sekolah

Alam di Bantul selain menjadi alternatif belajar anak juga dapat dijadikan

strategi pembangunan Provinsi DIY untuk bisa menyeimbangkan

pembangunan yang sekarang lebih cenderung ke arah utara.

Sekolah Alam dapat dijadikan alternatif pendidikan bagi orangtua

yang menginginkan anaknya berkembang tidak hanya dari segi teoritis

tetapi juga softskill. Sekolah Alam yang didirikan harus sesuai dengan

standar serta memiliki komponen pendukung seperti lahan pertanian atau

lahan kosong untuk bereksplorasi sehingga dapat menaikkan kualitas

pendidikan. Lokasi-lokasi yang dapat dikembangkan sebagai Sekolah Alam

5

akan lebih mudah diketahui dengan bantuan peta dan sistem informasi

geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk

membantu menganalisis dalam menentukan lokasi strategis pembangunan

Sekolah Alam. SIG menurut Aronoff, 1989 dalam Hanafi 2004 sendiri

merupakan sistem berbasis komputer yang mampu melakukan pemasukan,

pengelolaan atau manajemen data, manipulasi dan analisis, serta keluaran

yang secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi untuk

menanganani data bereferensi geografis, oleh karena itu SIG mampu dalam

melakukan input data, pemrosesan, dan juga menhasilkan output. Hal ini

yang menjadikan SIG dapat digunakan dalam melakukan pemetaan lokasi

sekolah. Inputnya berupa data sekunder ataupun primer kemudian diproses

dan hasil pemrosesan dapat berupa tabel maupun peta.

1.2. Perumusan Masalah

Pendidikan memiliki peranan besar untuk memajukan suatu bangsa.

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia

yang dihasilkan dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diciptakan

melalui pendidikan. Pendidikan saat ini tidak hanya berasal dari sektor

pendidikan formal tetapi juga berasal dari sektor pendidikan non formal.

Pendidikan non formal yang sedang marak dikembangkan saat ini

adalah Sekolah Alam. Pendidikan non formal melalui Sekolah Alam lebih

fokus dalam pengembangan softskill dimana siswa dapat langsung

mempraktekkan ilmu yang diperoleh. Jumlah Sekolah Alam di Yogyakarta

tergolong masih sedikit, padahal Yogyakarta sendiri merupakan kota

pendidikan. Sekolah Alam di Yogyakarta memiliki potensi yang sangat

besar karena provinsi ini masih banyak memiliki alam yang asri dan lahan-

lahan kosong potensial. Salah satu kabupaten yang potensial adalah

Kabupaten Bantul. Potensi didirikannya Sekolah Alam di Kabupaten Bantul

selain karena alamnya yang asri, adanya Sekolah Alam juga dapat

digunakan untuk menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan yang

sekarang ini cenderung berkembang kearah utara.

6

1.3.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui lokasi yang sesuai untuk dikembangkan sebagai Sekolah

Alam pada berbagai tingkatan pendidikan.

2. Visualisasi lokasi yang sesuai dikembangkan sebagai Sekolah Alam

menggnakan Peta Digital.

1.4.Kegunaan Penelitian

1. Dapat mengetahui tingkatan pendidikan Sekolah Alam di Kabupaten

Bantul.

2. Dapat mengetahui lokasi yang dapat dikembangkan sebagai Sekolah

Alam.

3. Dapat dijadikan alternatif pembangunan pemerintah Provinsi DIY agar

arah perkembangan Provinsi DIY seimbang, sehingga arah pembangunan

tidak hanya kearah utara.

1.5.Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya,

penelitian ini menggunakan beberapa pustaka dan penelitian sebelumnya untuk

dijadikan acuan penelitian dan akan dijelaskan berikut ini.

1.5.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang digunakan merupakan pustaka yang berkaitan

dengan penelitian. Berikut ini uraian mengenai tinjauan pustaka lokasi Sekolah

Alam.

A. Sekolah Umum

Sekolah Umum memiliki definisi yang beragam. Berikut ini merupakan

beberapa definisi Sekolah Umum menurut kamus besar bahasa Indonesia dan

Ensiklopedi Indonesia.

Sekolah adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar

serta tempat menerima/memberi pelajaran.(W.J.S. Poerwodarmito, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976).

Sekolah adalah tempat anak didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh

guru, yang hendaknya secara pedagogik dan didaktis, dengan tujuan

7

mempersiapkan anak didik menurut bakat dan kecakapan masing-masing agar

mampu berdiri sendiri didalam masyarakat.(Ensiklopedi Indonesia, Edisi

Khusus, PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve,Jakarta).

B. Jenis Sekolah Umum

Sekolah dapat dibedakan berdasarkan pihak penyelenggara, materi

kurikulum, dan tingkatan usia. Berikut penjelasannya.

a. Berdasarkan pihak penyelenggara, sekolah dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Sekolah Negeri, merupakan sekolah yang diselenggarakan dan dibiayai

oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.

2. Sekolah Swasta, merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh

masyarakat melalui suatu badan atau yayasan tertentu tanpa mendapat

bantuan dana dari pemerintah.

3. Sekolah Subsidi, merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh

masyarakat melaluai badan atau yayasan tertentu yang mendapat bantuan

dari pemerintah berupa tenaga guru atau dana penyelenggaraan.

b. Berdasar kurikulum, sekolah dibedakan atas :

1. Sekolah Umum

2. Sekolah Kejuruan

c. Berdasar kelompok usia anak didik dan pelajaran yang diberikan, sekolah

dibedakan atas :

1. Day care dan nursery, untuk anak-anak dibawah sampai usia 3 tahun,

semacam tempat penitipan anak bagi orang tua yang bekerja.

2. Taman kanak-kanak, untuk anak-anak usia 4-5 tahun sebagai persiapan

untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

3. Sekolah dasar, untuk anak-anak usia 6-12 tahun dengan 6 tingkatan kelas 1

sampai dengan kelas 6.

4. Sekolah menengah pertama, untuk anak-anak usia 13-15 tahun dengan 3

tingkatan kelas (grade 6 sampai grade 9).

5. Sekolah menengah atas, untuk anak-anak usia 16-18 tahun dengan 3

tingkatan kelas (grade 10 sampai grade 12).

8

C. Sekolah Alam

Sekolah Alam dan Sekolah Umum memiliki perbedaan baik dari segi

pengajaran maupun media belajar. Perbedaan tersebut dapat diketahui dengan

melihat definisi Sekolah Alam menurut para ahli pendidikan. Definisi tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Sekolah Alam menurut Eve Readety, salah seorang peneliti Sekolah Alam

Insan Mulia Surabaya adalah sekolah alternatif yang muncul dari adanya

fenomena Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

b. Sekolah Alam menurut Efriyani Djuwita, psikolog perkembangan anak dan

staf pengajar fakultas psikologi UI, Sekolah Alam adalah salah satu bentuk

pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama

pembelajaran.

c. Sekolah Alam menurut Maryati dalam Jurdik Kimia FMIPA UNY adalah

sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta dengan bangunan

sekolah yang hanya berupa rumah panggung yang dikelilingi oleh berbagai

kebun buah, sayur, bunga, bahkan areal peternakan.

D. Konsep Sekolah Alam

Konsep Sekolah Alam pada umumnya adalah pendidikan berbasis alam

dengan menitikberatkan pembelajaran pada akhlak. Sekolah Alam berfungsi

sebagai media pembentuk karakter anak. Karakter anak tersebut akan muncul saat

anak menjelajah alam, karena dialam mereka dapat bebas mengekspresikan

apapun yang ada dipikiran mereka. Berbeda dengan mereka yang mengikuti

kegiatan belajar mengajar didalam ruangan, anak tidak bisa berekspresi sesuai

keinginan mereka.

Ciri khas Sekolah Alam adalah tidak adanya tempat khusus yang digunakan

sebagai ruang belajar. Tempat yang digunakan berada dimana saja saat guru dan

murid berkumpul. Ketika anak sedang bosan, mereka dapat berkumpul di bawah

pohon untuk mendengarkan cerita dari guru ataupun saling berbagi pengalaman

satu sama lain. Sekolah Alam lebih mengutamakan belajar dari pengalaman dan

9

praktek langsung dilapangan sehingga anak lebih mengerti dan memahami

maksud yang ingin disampaikan oleh guru daripada anak hanya duduk diam

didalam kelas.

E. Sistem Pembelajaran dan Kurikulum Sekolah Alam

Kurikulum Sekolah Alam tetap mengacu kepada Depdiknas, Sekolah Alam

mengembangkan konsep sekolah berbasiskan alam. Cara belajar mengajar lebih

banyak menggunakan action learning atau belajar aktif. Sekolah alam merupakan

sebuah model pendidikan yang berusaha mengadaptasi apa yang telah dibuktikan

oleh Rasulullah SAW pada masanya di masa kini, dan masa di mana generasi

Rabbani kelak menjadi pemimpin di muka bumi. Metode sekolah ini

berusaha mengembangkan pendidikan bagi seluruh umat manusia dan belajar dari

seluruh makhluk hidup di alam semesta ini. Sekolah model ini tidak hanya

dilengkapi laboratorium serta perangkat komputer lengkap, namun juga

sekolahnya dibuat sebagai bagian dari alam terbuka. Ruang belajarnya berupa

saung, pepohonan rindang dibiarkan tumbuh di tiap sudut sekolah, serta

kelengkapan sarana eksplorasi, seperti, rumah pohon, papan climbing, lapangan

bola dan arena flying fox. Di sekolah ini, anak-anak didekatkan dengan alam

melalui suasana dan sarana yang memang sengaja dirancang untuk menumbuhkan

kecerdasan natural anak.Seperti, bermain outbound, bercocok tanam, beternak,

bermain sepakbola, dan menggambar. Mungkin kelihatannya mereka hanya

bermain, tapi tahukah Anda bahwa sesungguhnya mereka belajar banyak melalui

pengalamannya itu. Penggunaan alam sebagai media belajar ini, mengajarkan

anak untuk lebih peduli dengan lingkungannya dan mengetahui aplikasi dari

pengetahuan yang dipelajarinya, tidak hanya sebatas teori. Ini juga yang menjadi

kelebihan dari Sekolah Alam dibandingkan dari sekolah biasa atau Sekolah

Umum.

Menurut seorang psikolog perkembangan anak, Efrina Djuwita, Sekolah

Alam membuat anak tidak terpaku hanya pada teori saja, sebab mereka juga dapat

mengalami langsung pengetahuan yang mereka dapat dan pelajari dari alam.

Sedangkan sekolah biasa, lebih banyak menggunakan sistem belajar mengajar

10

konvensional, di mana para guru menerangkan dan siswa mendapatkan

pengetahuan hanya dengan mengandalkan buku panduan, dan jarang diberikan

kesempatan untuk mengalami langsung atau melihat langsung bentuk

pengetahuan yang dipelajarinya.

Peraturan yang diberlakukan di Sekolah Alam biasanya tidak seketat

peraturan Sekolah Umum, seperti siswa harus duduk rapi mendengarkan guru dan

mendapat hukuman jika tidak mengerjakan tugas atau PR. Bahkan, di beberapa

Sekolah Alam, jarang atau bahkan tidak menerapkan pemberian tugas atau PR.

Namun bukan berarti siswa tidak diajarkan bentuk tanggung jawab. Jika PR

merupakan wujud tanggung jawab dari sekolah umum, di Sekolah Alam

pengajaran tentang disiplin diri dan tanggung jawab diajarkan melalui cara dan

kegiatan yang berbeda, misalnya membiasakan diri mengantre barisan saat akan

mencuci tangan, dan bekerjasama dengan teman sebaya dalam mengerjakan tugas

atau kegiatan outbound lainnya. Selain itu, sistem ranking juga tidak diberlakukan

di sini, karena bukan menjadi satu tolak ukur prestasi siswa. Justru sekolah ini

memacu semua siswanya untuk mengembangkan potensi dan bakatnya masing-

masing.

Metode-metode pembelajaran di Sekolah Alam terdiri dari media pendidikan,

observasi, dan riset; modal produksi (magang dan dagang); serta sarana

pengembangan manusia. Media pendidikan, Observasi dan Riset. Dilakukan

dengan cara mengamati dan memahami langsung gejala alam yang terjadi,

sehingga kita bisa mendapatkan media belajar yang bermutu dan murah.Modal

Produksi (Magang dan Dagang) dilakukan dengan mengolah hasil dari praktik di

alam,diharapkan mampu membiayai diri sehingga secara langsung belajar hidup

mandiri. Sementara sarana pengembangan manusia berkaitan dengan manusia

yang tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksinya dengan alam akan

menghasilkan manusia yang berakhlak mulia terhadap sang Khaliq (Ibadah),

sesama manusia dan mahluk lainnya (Mua’malah) serta adil dan cinta damai

(Khalifah).

Selain dekat dengan alam, kebanyakan Sekolah Alam mengajarkan anak

untuk belajar secara aktif. Anak bukan hanya dijejali dengan pelajaran seperti di

11

sekolah biasa, tapi juga diperkenalkan bendanya secara kongkrit (langsung

diperlihatkan, anak bisa memegang, mencium baunya, memindahkan bendanya,

dan lain-lain) sehingga pemahaman anak lebih komplit dan bisa ingat lebih lama.

Selain itu, ketika anak sedang tertarik pada suatu hal, anak bisa langsung bertanya

dan guru bisa langsung menjelaskan, sehingga minat anak langsung mendapatkan

tanggapan yang positif.Dalam membentuk logika ilmiah, metode pembelajaran

yang digunakan dalam sistem pembelajaran Sekolah Alam pada umumnya adalah

“spider web” (tematik) yang bersifat fun learning. Metode ini merupakan metode

dimana suatu tema diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian,

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif,

dan aplikatif. Pembelajaran di sekolah alam dilakukan dengan konsep belajar

sambil bermain. Bermain dalam hal ini adalah bermain yang mengandung makna

sebagai bahan pembentuk karakter anak.

Mengenai konsep pembelajaran, Sekolah Alam memadukan antara kurikulum

sekolah internasional, kurikulum depdiknas, dan kurikulum khas Sekolah Alam.

Rapor yang diberikan kepada siswa ada dua, yaitu rapor akademis sesuai standar

diknas dan rapor khas Sekolah Alam berupa portofolio siswa. Pada dasarnya

materi yang diberikan di Sekolah Alam sama dengan sekolah biasa, namun

metode penyampaiannya menggunakan sistem spider web atau tematik. Bila

dalam membentuk logika ilmiah digunakan metode spider web, maka dalam

membentuk jiwa kepemimpinan digunakan metode outbound. Mungkin outbound

ini yang paling dikenal orang dari sekolah alam.

12

F. Perbedaan Sekolah Umum dengan Sekolah Alam

Dari hasil pengamatan pada beberapa sekolah yang ada, berikut

rangkuman perbedaan Sekolah Alam dengan Sekolah Umum :

Tabel 1.1 Perbedaan Sekolah Umum dengan Sekolah Alam

Pembanding Sekolah Umum Sekolah Alam

Kurikulum Mengikuti arahan

DIKNAS

Diintegrasikan dengan akhlak

dan leadership, diimbangi

dengan ilmu pengetahuan

Lokasi Dominasi di daerah

dalam kota

Pinggiran kota, suasana

pedesaan yang asri

Bangunan Gedung Saung kelas dari bambu/kayu

Sistem

pembelajaran

Guru menerangkan dan

murid mendengarkan

Guru dan muris sama-sama

belajar dengan lebih banyak

praktek daripada teori

Kegiatan Teori Teori dan praktek

Metode

Mata pelajaran

diajarkan tanpa ada

keterkaitan dengan

pelajaran lainnya

Tematik, dengan metode

spiderweb sehingga ada

keterkaitan antar palajaran

Lulusan

Menghasilkan lulusan

yang hanya

mengandalkan

kepintaran.

Menghasilkan lulusan yang

cerdas dan mampu bersaing

lebih sehat dan berani (aktif,

percaya diri,

bertanggungjawab)

Peraturan

Diwajibkan

menggunakan seragam

sekolah dan bersepatu

Tidak menggunakan

seragam, siswa menggunakan

pakaian bebas asalkan sopan.

Sumber : Intan Qurrotul Aini (2012)

13

G. Lokasi Sekolah

Pemilihan lokasi sekolah perlu mempertimbangkan beberapa aspek, menurut

Lawrence B. Perkins & Walter D. Cocking lokasi sekolah harus memiliki

persyaratan sebagai berikut :

1. Lokasi yg sesuai :

Lokasi yg sesuai untuk suatu bangunan pendidikan ditentukan berdasarkan

pertimbangan :

a. Syarat lingkungan

Kedekatan atau berada di kawasan permukiman, dimaksudkan untuk

mendekati masyarakat yang dilayani.

Bebas dari kegiatan komersial dan bisnis, maksudnya adalah tidak dekat

dengan pusat pertokoan atau bangunan komersial yang dapat

menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan.

b. Syarat ketenangan

Bebas kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan dan keramaian lalulintas

maupun sumber kebisingan lain.

c. Syarat keamanan

Tidak berada dikawasan rawan bencana.

d. Syarat kenyamanan

Bebas kebisingan, bau atau polusi udara dan lalu lintas pabrik atau

industri.

Jauh dari jalur kereta api, landasan pesawat terbang, dan pelabuhan atau

dermaga.

Jauh dari jalan raya angkutan berat.

e. Syarat aksesbilitas (kelancaran pencapaian)

Pencapaian secara layak dimungkinkan bagi pejalan kaki dan kendaraan

tanpa adanya kemacetan yang berarti.

Pencapaian secara aman : persyaratan yang baik untuk trotoar dan badan

jalan.

Kemudahan ke fasilitas umum lain yg mendukung

14

2. Luasan site:

Pertimbangan yang menentukan luasan site untuk sekolah :

a. Kurikulum pendidikan

b. Jenis kegiatan yang diwadahi

c. Jenis peruangan

d. Jumlah siswa yang diwadahi.

H. Luas Lahan Sekolah Alam

Luas lahan sekolah menjadi hal yang patut dipertimbangkan untuk mencapai

kenyamanan belajar. Luas lahan sekolah dipengaruhi oleh aktivitas dan jumlah

siswa dalam suatu sekolah. Sekolah Alam memiliki aktivitas yang lebih beragam

dibanding dengan Sekolah Umum. Oleh sebab itu Sekolah Alam memiliki luas

yang lebih besar dibanding Sekolah Umum. Penentuan luas Sekolah Umum telah

diatur dalam Permendiknas no. 24 tahun 2007 atas dasar pertimbangan jumlah

siswa dalam suatu kelas. Namun, Sekolah Alam belum memiliki peraturan resmi

terkait luas standar minimum lahan yang dapat didirikan di Sekolah Alam. Oleh

sebab itu diperlukan modifikasi perhitungan dengan melihat perbandingan luas

sekolah menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007 dan luas Sekolah Alam yang

telah berdiri.

Perhitungan matematis dilakukan untuk mengetahui jenjang pendidikan

Sekolah Alam. Perhitungan ini yang mengacu pada Permendiknas no. 24 tahun

2007 menggunakan data jumlah penduduk berdasarkan usia. Perhitungan tersebut

dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Sekolah Dasar memiliki jumlah anak usia 6-12 tahun maksimum 28 anak pada

setiap rombongan .

2. Sekolah Menengah Pertama memiliki jumlah usia 12-15 tahun maksimum 32

anak pada setiap rombongan .

3. Sekolah Menengah Umum memiliki usia 15-18 tahunmaksimum 32 anak pada

setiap rombongan.

15

Rombongan yang dimaksud diatas adalah tingkatan kelas yang terdiri dari

kumpulan siswa. Sekolah Dasar umumnya memiliki minimal 6 rombongan

belajar, SMP dan SMA memiliki minimal 3 rombongan belajar.

Setelah perhitungan, dilakukan pencarian lokasi yang sesuai dengan

mempertimbangkan penggunaan lahan serta luas lahan yangtersedia. Luas lahan

sekolah ini mengacu pada Permendiknas no.24 tahun 2007. Berikut adalah tabel

luas minimum lahan sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan.

Tabel 1.2 Luas Minimum Lahan Untuk Satuan Pendidikan SD/MI

No.

Banyak

Rombongan

Belajar

Rasio minimum luas lantai bangunan

terhadap peserta didik (m2/peserta

didik)

Bangunan

satu lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan

tiga lantai

1. 6 1340 790 710

2. 7-12 2270 1240 860

3. 13-18 3200 1720 1150

4. 19-24 4100 2220 1480 Sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007

Tabel 1.3 Luas Minimum Lahan Untuk Satuan Pendidikan SMP/MTs

No.

Banyak

Rombongan

Belajar

Rasio minimum luas lantai bangunan

terhadap peserta didik (m2/peserta

didik)

Bangunan

satu lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan

tiga lantai

1. 3 1440 - -

2. 4-6 1840 1310 -

3. 7-9 2300 1380 1260

4. 10-12 2770 1500 1310

5. 13-15 3300 1780 1340

6. 16-18 3870 2100 1450

7. 19-21 4340 2320 1600

8. 22-24 4870 2600 1780 Sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007

16

Tabel 1.4 Luas Minimum Lahan Untuk Satuan Pendidikan SMA/MA

No.

Banyak

Rombongan

Belajar

Rasio minimum luas lantai bangunan

terhadap peserta didik (m2/peserta didik)

Bangunan

satu lantai

Bangunan

dua lantai

Bangunan

tiga lantai

1. 3 2170 - -

2. 4-6 2570 1420 -

3. 7-9 3070 1650 1340

4. 10-12 3600 1920 1400

5. 13-15 4070 2190 1520

6. 16-18 4500 2420 1670

7. 19-21 5100 2720 1870

8. 22-24 5670 3050 2100

9. 25-27 6240 3340 2290 Sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007

Penentuan luas minimum sekolah alam tidak hanya mempertimbangkan luas

minimum menurut Permendiknas No.24 Tahun 2007, tetapi dengan

mempertimbangkan luas lahan dari Sekolah Alam yang telah resmi didirikan di

Indonesia. Berikut adalah daftar sekolah alam yang telah resmi berdiri di

Indonesia.

Tabel 1.5 Luas Lahan Sekolah Alam di Indonesia

No. Nama Sekolah Tahun

Berdiri

Luas

Lahan

Jenjang

Pendidikan

1 Sekolah Alam Indonesia 1998 8000m2 Paud, TK, SD

2 Sekolah Alam Bogor 2004 5000m2 Paud, TK, SD

3 SDIT Alam Nurul Islam 2002 4600m2 Paud, TK, SD

4 SAI Studio Alam - 9000m2 Paud, TK, SD

5 SAI Cibinong 2012 2000m2 Paud, TK, SD

6 SAI Meruyung - 4750 m2 Paud, TK, SD

7 SAI Bukit Sigutang - 5000m2 Paud, TK, SD

8 Sekolah Alam Bandung 2009 5000m2 SMP

Sumber :www.sekolahalamindonesia.org., www.sekolahalamjogja.com ,

www.sekolahalambogor.com , www.sekolahalambandung.sch.id

Berdasarkan data diatas, Sekolah Alam memiliki luas minimum kurang

lebih tiga kali lipat dari luas sekolah berdasar Permendiknas No.24 tahun 2007.

Sehingga dari pertimbangan tersebut, penentuan luas minimum Sekolah Alam

diperoleh dari standar luas minimum sekolah berdasar Permendiknas No.24 tahun

2007 yang dikali tiga. Hal tersebut dipilih karena belum ada standar baku untuk

17

penentuan luas minimun untuk Sekolah Alam. Selain itu pemanfaatan lahan

sekolah umum dengan Sekolah Alam berbeda, jika sekolah umum terdiri dari

bangunan sekolah dan lapangan bermain/olahraga sementara Sekolah Alam

membutuhkan tambahan lahan sebagai penunjang pembelajaran seperti

kebun/sawah dengan ukuran kecil. Dalam penelitian ini luas lokasi Sekolah Alam

memilih standar luas minimum sekolah dengan bangunan satu lantai, sehingga

dapat ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel. 1.6 Tabel Modifikasi Minimum Luasan Sekolah Alam

Jenjang Pendidikan Luas Sekolah Alam

SD 4020 m2

SMP 4320 m2

SMA 6510 m2

I. Kondisi Topografi Sekolah

Menurut Widyasa (2001) mengemukakan bahwa semakin landai lahan maka

akan semakin banyak aktivitas. Sehingga dalam penentuan lokasi sekolah

diutamakan berdiri pada lokasi yang landai. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

menyatakan bahwa kondisi topografi meliputi permukaan tanah yang relatif cukup

datar, lahan sekolah relatif tidak berbukit, kemiringan permukaan tanah maksimal

10%, ketinggian lahan relatif masih wajar, lahan tidak dekat dengan lereng sungai

dan dalam lokasi tidak terdapat tebing curam.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 disebutkan bahwa

lahan sekolah memiliki kemiringan lereng rata-rata kurang dari 15% dan tidak

berada dalam garis sepadan sungai dan jalur kereta api. Lahan bukan merupakan

daerah hutan lindung, daerah resapan air, daerah cadangan air, daerah purbakala,

dan bukan merupakan tempat keramat.

18

J. Kondisi Hidrologi Sekolah

Hidrologi adalah suatu cabang dari ilmu geografi yang mempelajari tentang

kualitas air sekaligus distribusinya diseluruh bumi. Hidrologi berhubungan

dengan sumber daya air dan siklus hidrologi. Siklus ini dimulai ketika panas dari

matahari menyebabkan air samudra menguap menjadi uap air. Uap air terkumpul

di atmosfer secara berangsur-angsur menjadi dingin dan membentuk awan. Ketika

kumpulan air sudah menjadi berat akan jatuh menjadi hujan. Hujan akan mengalir

ke laut dan ada yang terserap dan tersimpan didalam tanah. Ilmu inilah yang

digunakan untuk mengetahui persediaan sumber air bersih.

Kondisi hidrologi berperan dalam keberadaan kondisi air pada lahan sekolah.

Jika kondisi air buruk maka akan memiliki dampak yang kurang baik bagi warga

sekolah. Hal ini dikarenakan air berguna untuk kebutuhan MCK serta kebutuhan

lainnya. Selain itu sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 dan PP RI

No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, air juga harus terhindar

dari pencemaran sungai.

K. Aksesbilitas Sekolah

Aksesbilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu

lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesbilitas merupakan

tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari

lokasi lain disekitarnya (Tarigan,2005). Menurut Tarigan, jarak, kondisi prasarana

perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensi dan

tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas.

Aksesbilitas merupakan salah satu faktor strategis dalam penentuan lokasi

sekolah karena berkaitan dengan kemudahan siswa atau peserta didik dari dan ke

lokasi sekolah. Selain itu salah satu kriteria dalam penentuan lokasi adalah tingkat

daya hubung yang baik yakni ketersediaan angkutan umum, jaringan jalan,

frekuensi keberangkatan dan jarak.

19

Aksesbilitas ini dapat dianalisis berdasarkan wilayah terdekat yang mampu

diakses sesuai peta jaringan jalan berdasarkan jarak atau waktu minimum yang

diberikan antara tempat tinggal menuju sekolah. Menurut dtandar yang berlaku di

Indonesia, jarak tempuh maksimal ini tidak membedakan transportasi yang dipilih

dan kondisi jalan yang ditempuh. Indikator yang menentukan aksesbilitas ini yaitu

kedekatan lokasi dengan jaringan transportasi dan kedekatan lokasi dengan pusat

kota.

L. Sistem Informasi Geografis

SIG merupakan sistem yang mendukung (proses) pengambilan keputusan

(terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi

dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut.

SIG yang lengkap akan mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan

yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur organisasi

(Gistut, 1994). Meskipun SIG memiliki banyak definisi, pada prinsipnya

penggunaan SIG tidak lepas dari perangkat keras, perangkat lunak, serta

manajemen data dan informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi

dengan visualisasi dan analisa unik yang digunakan untuk pemetaan.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu

titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan

hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah

data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem

koordinat tertentu sebagai referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab

pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah

yang menunjukkan peranan SIG dalam menentukan lokasi sekolah yang sesuai

dengan syarat-syarat pembangunan sekolah.

20

M. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena

yang dikaji (Sutanto, 1990). Agar dapat memperoleh informasi tersebut

diperlukan teknik interpretasi citra atau foto udara. Estes dan Simonett (1975)

dalam Sutantao (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan

mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud mengidentifikasi obyek dan

menilai arti pentingnya obyek tersebut.

Penginderaan jauh sangat berperan dalam menentukan lokasi sekolah.

Dengan bantuan citra penginderaan jauh, obyek dapat terlihat dengan jelas. Hal

tersebut dapat mempermudah dalam mengetahui penggunaan lahan dalam suatu

wilayah, sehingga dapat membantu dalam menentukan memilih lokasi sekolah

sesai dengan persyaratan

N. Kartografi

Dalam artian yang sempit, kartografi merupakan ilmu membuat peta.

Sementara dalam arti yang lebih luas kartografi dapat dikatakan sebagai suatu

seni, ilmu, dan teknik pembuat peta yang akan melibatkan pelajaran geodesi,

fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta. Sedangkan peta merupakan

penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai

perwujudan yang diwakili (Aryono, 1988).

Peta mengandung arti komunikasi dimana pesan (gambar) yang

disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu perlu adanya desain

peta yang representatif dengan memperhatikan kaidah kartografi sehingga

menghasilkan peta yang dapat dimengerti oleh pembaca peta.Desain peta tidak

hanya terkait dengan tata letak peta melainkan pemilihan bentuk simbol, warna,

dan teks. Kartografi menggunakan simbol titik, simbol garis, dan area untuk

mempresentasaikan lokasi dan atribut-atribut data.

21

O. Carry Map

Carry Map merupakan file exe yang mengandung viewer dan data peta itu

sendiri. Integritas data pada peta tetap dipertahankan. Peta portabel ini dapat

diproteksi dengan password dan penggunaan peta dapat dibatasi dalam waktu

tertentu saja. Carry Map memiliki fitur dasar sebagai berikut.

a. Membuat peta executableyang dapat didistribusikan.

b. Terdapat versi dekstop dan pocket PC.

c. Melindungi peta dengan password dan batasan waktu.

d. Tidak perlu software tambahan.

e. Mudah digunakan.

1.5.2. Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang Sekolah Alam belum banyak dilakukan oleh peneliti. Hal

ini dikarenakan Sekolah Alam baru mulai berkembang sekitar tahun 2000an.

Berikut ini uraian mengenai penelitian mengenai lokasi Sekolah Alam yang

pernah dilakukan.

Penelitian pertama dilakukan oleh Anggita Ardani Savitri pada tahun 2010

dengan judul “Sekolah Alam, Pendidikan Alternatif Berbasis Alam Di Kota

Malang”. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan lokasi yang sesuai untuk

didirikan Sekolah Alam di Kota Malang yang kemudian dibuat desain bangunan

Sekolah Alam dengan kajian dari aspek arsitektur. Metode yang digunakan terdiri

dari 4 tahapan, yaitu pengumpulan data yang terdiri dari studi literatur, observasi,

dan wawancara; analisa data; penyimpulan data; dan merumuskan konsep dari

aspek arsitektur. Sementara parameter yang digunakan untuk memilih lokasi

Sekolah Alam yaitu dengan mempertimbangkan aksesbilitas, tingkat kebisingan,

view, topografi, dan arah angin dan matahari. Hasil dari penelitian ini berupa site

location Sekolah Alam yang langsung didelineasi pada google earth yang telah

didownload dan konsep rancangan desain Sekolah Alam.

Penelitian kedua dilakukan oleh Intan Qurrotul Aini pada tahun 2012. Judul

penelitian ini yaitu “Sanggar Anak Alam, Sekolah Alternatif Berbasis Alam

Dengan Pendekatan Integrasi Ruang Luar dan Ruang Dalam”. Penelitian ini

22

bertujuan untuk menentukan lokasi Sekolah Alam untuk anak-anak jalanan di

Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu dengan studi literatur, pengamatan

langsung, dan menyimpulkan hasil dengan pendekatan integrasi ruang dalam dan

ruang luar. Penentuan letak Sekolah Alam sendiri dilakukan dengan mengkaji

karakteristik Sekolah Alam yang sudah didirikan. Pertimbangan dalam memilih

lokasi dilakukan dengan melihat aksesbilitas, tingkat kebisingan, view, topografi,

dan arah angin dan matahari. Penelitian ini menyebutkan bahwa luasan yang

dibutuhkan untuk Sekolah Alam dengan jenjang TK dan SD dengan

mempertimbangkan kebutuhan ruang adalah 4.161,84m2. Hasil dari penelitian ini

adalah lokasi Sekolah Alam di Yogyakarta.

Peneliti ketiga yaitu Muanisya Sanjaya yang dilakukan pada tahun 2014 di

Cirebon dengan judul “Sekolah Anak Jalanan di Cirebon, dengan Pendekatan

Edukasi Rekreatif”. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan lokasi Sekolah

Alam untuk anak-anak jalanan di Cirebon dan merancang desain Sekolah Alam

dengan pendekatan arsitektural. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan

observasi Sekolah Alam dan pendidikan anak jalanan, wawancara, dokumentasi,

dan studi literatur. Perancangannya menggunakan pendekatan prinsisp Sekolah

Alam, pendekatan arsitektural, dan pendekatan ruang (kebutuhan dan besaran

ruang). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah penduduk

berdasarkan usia, topografi, iklim, ekonomi, jumlah penduduk berdasarkan

pendidikan, letak geografis, view, tingkat kebisingan, dan arah angin.Hasil dari

penelitian ini adalah site location dan rancangan desain Sekolah Alam.

Ketiga penelitian tersebut merupakan penelitian dengan fokus bidang

keilmuan arsitektur sehingga ketiganya terdapat parameter tambahan seperti arah

angin dan matahari dimana parameter tersebut nantinya tidak digunakan dalam

penentuan lokasi Sekolah Alam di Kabupaten Bantul.Penjelasan diatas dapat

diperjelas dengan tabel berikut ini.

23

Tabel 1.7 Perbandingan Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti dan Judul Penelitian Tahun Tujuan Metode Parameter Hasil

1. Anggita Ardani Savitri,

“Sekolah Alam, Pendidikan

Alternatif Berbasis Alam Di

Kota Malang”

2010 1. Menentukan lokasi yang

sesuai untuk didirikan

Sekolah Alam di Kota

Malang.

2. Mendesain bangunan

Sekolah Alam dengan

kajian dari aspek

arsitektur

Studi literatur, observasi,

dan wawancara; analisa data;

penyimpulan data; dan

merumuskan konsep dari

aspek arsitektur

Aksesbilitas, tingkat

kebisingan, view, topografi,

dan arah angin dan matahari

1. Site location Sekolah

Alam dari google earth

2. Rancangan desain

Sekolah Alam

2. Intan Qurrotul Aini, “Sanggar

Anak Alam, Sekolah Alternatif

Berbasis Alam Dengan

Pendekatan Integrasi Ruang

Luar dan Ruang Dalam”

2012 Menentukan lokasi Sekolah

Alam untuk anak-anak

jalanan di Yogyakarta.

Studi literatur, pengamatan

langsung, dan

menyimpulkan hasil dengan

pendekatan integrasi ruang

dalam dan ruang luar.

Aksesbilitas, tingkat

kebisingan, view, topografi,

dan arah angin dan matahari.

Lokasi Sekolah Alam di

Yogyakarta.

3. Muanisya Sanjaya, “Sekolah

Anak Jalanan di Cirebon,

dengan Pendekatan Edukasi

Rekreatif”.

2014 1. Menentukan lokasi

Sekolah Alam di

Cirebon

2. Merancang desain

Sekolah Alam dengan

pendekatan arsitektural.

Observasi Sekolah Alam dan

pendidikan anak jalanan,

wawancara, dokumentasi,

dan studi literatur.

Jumlah penduduk berdasarkan

usia, topografi, iklim,

ekonomi, jumlah penduduk

berdasarkan pendidikan, letak

geografis, view, tingkat

kebisingan, dan arah angin.

1. Lokasi Sekolah Alam

di Cirebon.

2. Desain Sekolah Alam

di Cirebon.

Sumber : Anggita Ardani Savitri (2010), Intan Qurrotul Aini (2012), Muanisya Sanjaya (2014), Nia Nurmawati (2005), Ayuning

Puspitorum (2009).

24

1.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasari oleh pemikiran mengenai peran pendidikan yang

besar untuk memajukan bangsa. Hal tersebut perlu didukung oleh adanya

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas baik secara teoritis maupun

praktis. Pada kenyataannya pendidikan sekarang lebih mengacu pada pendidikan

yang lebih bersifat teori dimana siswa dituntut untuk mampu menguasai materi

yang bersumber dari buku. Siswa lebih banyak diajarkan pada pemikiran yang

bersifat teori dan sedikit praktek. Hal ini yang membuat siswa kurang mampu

berkreasi, berinovasi, serta berprikir kritis dan kreatif, sementara dunia kerja

membutuhkan orang-orang yang unggul tidak hanya secara teori tetapi juga skill.

Inilah yang menjadi bukti kelemahan dari pendidikan formal seperti Sekolah

Umum.

Kelemahan tersebut yang pada akhirnya memunculkan sistem pendidikan

baru dimana dalam pengajarannya lebih fokus dalam pengembangan akhlak,

kemandirian, dan kreatifitas sehingga mampu bersaing diera globalisasi ini.

Sistem pendidikan tersebut ada pada sekolah yang mulai marak dikembangkan

di Indonesia, yaitu Sekolah Alam.

Sekolah Alam tidak bisa didirikan disembarang tempat karena konsep

pendidikannya yang berbasis alam, sehingga memerlukan pertimbangan-

pertimbangan tertentu agar tercipta sekolah yang kondusif dan menunjang

pembelajaran. Pertimbangan tersebut menjadi faktor penentu pemilihan lokasi

sekolah alam, yaitu penggunaan lahan, topografi, keberadaan jalan, keberadaan

sungai, ketersediaan air, dan jumlah anak usia sekolah.

Penentuan lokasi Sekolah Alam dapat dianalisis menggunakan SIG. SIG

dapat membantu menganalisis lokasi Sekolah Alam dengan menggunakan

metode scoring untuk dapat mengetahui wilayah yang sesuai didirikan Sekolah

Alam, menentukan luas dan jenjang Sekolah Alam, serta disajikan dalam bentuk

peta. Penyajian dalam bentuk peta ini dikemas dalam dua jenis peta yaitu peta

konvensional (hardcopy) dan digital (softcopy). Penjelasan tersebut dapat

dijelaskan melalui kerangka pemikiran berikut ini.

25

Kerangka Pemikiran

Pendukung : SDM berbasis teoritis

dan softskill

Peran pendidikan semakin besar

untuk kemajuan bangsa.

Pendidikan di Indonesia fokus pada teori, sementara yang dibutuhkan adalah orang-orang

yang berkualitas, kreatif, inovatif, dan mandiri

Kelemahan Pendidikan Formal

contohnya Sekolah Umum

Muncul sistem pendidikan baru yang lebih inovatif dan mampu bersaing diera globalisasi

yaitu Sekolah Alam

Faktor Penentu :

1. Penggunaan Lahan

2. Jalan

3. Sungai

4. Topografi

5. Ketersediaan Air Bersih

6. Jumlah Penduduk Usia

Sekolah

Sekolah Alam tidak bisa didirikan

disembarang tempat.

Dapat dianalisis menggunakan SIG

Desain Peta

Digital

Penentuan luas dan

jenjang pendidikan

Penentuan wilayah

dengan metode skoring