bab i pendahuluan 1.1. latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang ternyata memiliki permasalahan sanitasi yang besar. Menurut data BPS tahun 2012, hanya 57,82 % rumah tangga memiliki sanitasi yang layak. Untuk daerah perkotaan, rumah tangga yang memiliki sanitasi layak sebesar 73,15% sedang untuk daerah perdesaan hanya sebesar 42,73%. Hal tersebut menggambarkan bahwa sanitasi yang buruk didominasi pada daerah perdesaan. (Tabel 1.1) Kurangnya fasilitas MCK yang memadai menjadi salah satu penyebab buruknya sanitasi di lingkungan masyarakat. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya perilaku hidup bersih oleh masyarakat seperti buang air sembarangan, membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah beraktivitas dan lain-lain sehingga timbul penyakit seperti diare. Kementrian kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mencatat bahwa penyakit diare merupakan penyakit yang sering dialami khususnya oleh anak-anak dan balita bahkan diantaranya menyebabkan kematian. Penyakit diare sendiri secara umum merupakan penyebab kematian nomer tiga belas di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penanganan serius mengenai fasilitas sanitasi tersebut. Persentase rumah tangga dengan sanitasi layak sanitasi pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009,

Upload: nguyenkhuong

Post on 16-Feb-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang ternyata

memiliki permasalahan sanitasi yang besar. Menurut data BPS tahun 2012, hanya

57,82 % rumah tangga memiliki sanitasi yang layak. Untuk daerah perkotaan,

rumah tangga yang memiliki sanitasi layak sebesar 73,15% sedang untuk daerah

perdesaan hanya sebesar 42,73%. Hal tersebut menggambarkan bahwa sanitasi

yang buruk didominasi pada daerah perdesaan. (Tabel 1.1)

Kurangnya fasilitas MCK yang memadai menjadi salah satu penyebab

buruknya sanitasi di lingkungan masyarakat. Hal tersebut diperparah dengan

kurangnya perilaku hidup bersih oleh masyarakat seperti buang air sembarangan,

membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak mencuci tangan dengan sabun

sebelum dan setelah beraktivitas dan lain-lain sehingga timbul penyakit seperti

diare. Kementrian kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 mencatat bahwa penyakit diare merupakan penyakit yang sering dialami

khususnya oleh anak-anak dan balita bahkan diantaranya menyebabkan kematian.

Penyakit diare sendiri secara umum merupakan penyebab kematian nomer tiga

belas di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penanganan serius mengenai

fasilitas sanitasi tersebut.

Persentase rumah tangga dengan sanitasi layak sanitasi pada tahun 2012

mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

2

persentase rumah tangga mencapai 51,19% meningkat menjadi 55,53% di tahun

2010. Pada tahun 2011 persentase rumah tangga dengan sanitasi layak kembali

meningkat menjadi 55,60% sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi

57,82%. Sarana sanitasi merupakan salah satu target dari program Millenium

Development Goals (MDGs) sehingga tentu saja dari tahun-ketahun akan

dilakukan peningkatan fasilitas sanitasi guna mencapai target tersebut. Program

MDGs di Indonesia sendiri menargetkan pada tahun 2015 setidaknya tercapai

62,41% dari total rumah tangga sudah memiliki fasilitas sanitasi yang layak.

(Tabel 1.1)

Tabe l.1 Persentase Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak menurut Tipe Daerah

di Indonesia Tahun 2009-2012

Tahun Perkotaan PerdesaanPerkotaan +

Perdesaan

2009 69,51 33,96 51,19

2010 72,78 38,47 55,53

2011 72,54 38,97 55,60

2012 73,15 42,73 57,82 Sumber : BPS tahun 2012

Salah satu langkah pemerintah guna meningkatkan akses masyarakat

terhadap sarana sanitasi yang layak adalah dengan mengadakan program Sanitasi

Masyarakat (SANIMAS). Program Sanimas merupakan hasil dari kerjasama

Pemerintah Indonesias dengan Pemerintah Australia melalui Australian Agency

for International Development (AusAID) yang dikelola oleh Water and Sanitation

Program (WSP) dari World Bank dan Bremen Overseas Research and

Development association (BORDA). Program ini dikhususkan untuk pengelolaan

air limbah di lingkungan masyarakat yang berada pada kawasan padat kumuh

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

3

miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan berbasis masyarakat. Program

SANIMAS sudah berlangsung sejak tahun 2003. Tercatat sampai akhir tahun

2009, sebanyak 37.451 KK yang tersebar pada 420 lokasi di 124 kota dan

kabupaten pada 22 propinsi telah mendapat bantuan dari program SANIMAS ini.

Kota Kediri merupakan salah satu dari 124 kota/kabupaten yang mendapat

bantuan dari adanya program SANIMAS. Sama halnya dengan daerah lainnya, di

Kota Kediri masih dijumpai adanya masyarakat yang memiliki perilaku

bersanitasi kurang baik seperti buang air besar sembarangan baik di sungai

maupun di kebun. Hal tersbut tentu berdampak buruk bagi lingkungan dan

kesehatan masyarakat. Oleh karena itu program SANIMAS masuk ke Kota Kediri

guna mengatasi permasalahan tersebut. Sampai tahun 2009 terdapat 10 (sepuluh)

unit sarana sanitasi hasil program ini. Sarana sanitasi tersebar di 7 lingkungan

masyarakat dan 3 di lingkungan pondok pesantren. Lokasi MCK komunal di

lingkungan masyarakat yaitu 1 unit di Kelurahan Balowerti, 1 unit di Kelurahan

Mrican, 2 unit di Kelurahan Dandangan, 1 unit di Kelurahan Jamsaren, 1 unit di

Kelurahan Blabak dan 1 unit di Kelurahan Banaran sedangkan lokasi MCK

komunal pada lingkungan pondok pesantren yaitu pada Pondok Pesantren

Lirboyo, Pondok Pesantren Al-Islah dan Pondok Pesantren HM Ceria. Semua

sarana sanitasi berjenis MCK komunal.

Secara umum tidak ada kendala yang berarti dalam proses pengadaan

sarana sanitasi (MCK komunal) di Kota Kediri. Masalah justru datang pada saat

sarana MCK komunal sudah dioperasikan dalam waktu yang lama. Jumlah

pengguna tetap dari sarana MCK komunal semakin berkurang khususnya pada

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

4

sarana MCK komunal yang ada di lingkungan masyarakat. Berkurangnya jumlah

pengguna akan mengancam keberadaan dari sarana MCK komunal sebab dana

operasional MCK komunal berasal dari pengguna tetap. Minimnya dana

operasional dapat menggangu kinerja pengelola dalam memberikan pelayanan

dasar seperti kebersihan dan penyediaan fasilitas pada sarana MCK komunal.

Keberadaan pengguna MCK komunal menjadi sangat penting bagi

keberlanjutan dari sarana MCK komunal. Ketika tidak ada pengguna maka MCK

komunal tidak akan beroperasi. Di Kota Kediri, dari 7 unit MCK komunal yang

tersebar di lingkungan masyarakat terdapat 2 unit yang sudah tidak beroperasi lagi

yaitu 1 unit di Kelurahan Jamsaren dan 1 unit di Kelurahan Dandangan sedangkan

5 unit lainnya masih beroperasi dan memiliki pengguna tetap. Kelima unit sarana

MCK komunal tersebut yaitu 1 unit di Kelurahan Balowerti, 1 unit di Kelurahan

Mrican, 1 unit di Kelurahan Dandangan, 1 unit di Kelurahan Blabak serta 1 unit di

Kelurahan Banaran.

Program SANIMAS memiliki tujuan untuk menghasilkan produk sarana

sanitasi yang berkelanjutan. Jika terdapat sarana sanitasi yang tidak beroperasi

lagi tentu patut dipertanyakan lagi terkait efektivitas dari keberadaan sarana

sanitasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai “Efektivitas Sarana

Sanitasi (MCK Komunal) Di Kota Kediri” ini penting untuk dilakukan untuk

mengetahui situasi terkini terkait keberadaan sarana MCK komunal di Kota

Kediri. Melalui penelitian ini dinilai tingkat efektivitas dari masing-masing sarana

MCK komunal di Kota Kediri khusunya sarana yang masih beroperasi dan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

5

memiliki pengguna tetap. Lebih lanjut dipaparkan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat efektivitas sarana MCK komunal.

1.2. Perumusan Masalah

Kebutuhan akan sarana sanitasi yang layak menjadi hal yang perlu

diperhatikan. Kurangnya akses terhadap sarana sanitasi yang layak menyebabkan

timbulnya perilaku sanitasi yang kurang baik oleh masyarakat salah satunya yaitu

buang air besar sembarangan. Perilaku tersebut tentunya bedampak buruk bagi

kesehatan karena lingkungan masyarakat menjadi kotor. Guna memenuhi

kebutuhan sarana sanitasi, melalui program SANIMAS, pemerintah Kota Kediri

beserta pihak swasta membangun sarana sanitasi dasar berupa MCK komunal.

Sarana MCK komunal yang dibangun diharapkan efektif keberadaannya yaitu

dapat diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga tujuan keberlanjutan

dari penyediaan sarana ini dapat tercapai.

Permasalahan muncul ketika jumlah pengguna tetap dari sarana MCK

komunal berkurang. Banyak dari pengguna tersebut beralih menggunakan sarana

MCK pribadi. Walaupun tidak bisa dikatakan jelek, beralihnya pengguna ke

sarana pribadi tentu mengancam keberadaan sarana MCK komunal mengingat

sumber dana operasional dari MCK komunal tersebut berasal dari pengguna tetap.

Minimnya dana operasioal dapat mempengaruhi kinerja pengelolan dalam

memberikan pelayanan dasar berupa kebersihan dan penyediaan failitas. Kondisi

pelayanan yang jelek dapat mendorong timbulnya keinginan untuk beralih

menggunakan sarana lain. Jika ditingggalkan penggunanya maka tujuan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

6

keberlanjutan dari pengadaan sarana sanitasi ini tidak akan tercapai sehingga

keberadaan sarana MCK komunal ini tidak efektif lagi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. bagaimana tingkat efektivitas sarana MCK komunal di Kota Kediri?

2. faktor apa yang mempengaruhi tingkat efektivitas sarana MCK komunal?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat efektivitas sarana MCK komunal di Kota Kediri.

2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas sarana MCK

komunal.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Menambah khasanah ilmu khususnya pada bidang pengelolaan lingkungan

permukiman.

2. Sebagai bahan evaluasi terhadap kegitan penyediaan sarana MCK komunal di

Kota Kediri

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Ilmu Geografi

Geografi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari lokasi dan distribusi

kenampakan pada permukaan bumi (De Blij dan Muller, 1994). Dalam ilmu

geografi, dipelajari mengenai hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan

peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang bersifat fisik maupun

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

7

yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya. Objek kajian geografi

adalah fenomene-fenomena geosfer yang terdiri dari fenomena litosfer, hidrosfer,

biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian

tersebut, terdapat 3 (tiga) pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan

keruangan, pendekatan ekologikal dan pendekatan komplek wilayah.

Pendekatan keruangan adalah pendekatan yang menitikberatkan pada

analisis pola keruangan dari berbagai gejala dan perubahan ruang akibat dari

kegiatan manusia (Sutikno, 2005). Pendekatan ekologikal yaitu suatu metode

analisis mengenai keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya baik biotik

maupun abiotik dan bagaimana akibat yang ditimbulkannya. Menurut Yunus

(2004), dalam ilmu geografi terdapat 4 (empat) tema analisis yaitu: 1. human

behavior - environment analysis, 2. human activity - environment analysis, 3.

physico natural features - environment analysis, 4. physico artificial features -

environment analysis. Jika pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi

dikombinasikan dalam satu penelitian maka akan menjadi pendekatan kompleks

wilayah.

Penyediaan sarana sanitasi (MCK komunal) merupakan salah satu

penerapan dalam pendekatan kompleks wilayah. Pengadaan MCK komunal tidak

dilakukan di sembarang tempat tetapi memperhatikan kebutuhan dari masyarakat.

Tidak hanya berbicara mengenai lokasi, pengadaan MCK komunal juga

digunakan untuk mengurangi dampak buruk akibat kurangnya akses masyarakat

terhadap sarana sanitasi yang layak. Melalui penelitian ini dijabarkan mengenai

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

8

tingkat efektivitas sarana MCK komunal serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

1.5.2. Sanitasi

Sanitasi menurut World Bank (2011) adalah sebuah cara untuk

mengumpulkan dan membuang tinja serta air buangan yang dihasilkan oleh

masyarakat secara higienis sehingga menghindarkan masyarakat dari bahaya yang

dapat menurunkan tingkat kesehatan. Sejalan dengan World Bank, Notoatmodjo

(2003) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-

prinsip Dasar” menjelaskan bahwa sanitasi merupakan suatu upaya untuk menjaga

lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budaya guna pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Sedangkan menurut Tim teknis pembangunan sanitasi

(TTPS) yang dibentuk oleh Indonesia mendefinisikan sanitasi merupakan proses

yang terdiri dari banyak langkah untuk mengelola limbah dari titik asal limbah itu

dihasilkan sampai titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir.

Pengelolaan sanitasi tidak terlepas dari fasilitas-fasilitas pendukung baik

berupa fisik bangunan maupun instrumen yang digunakan untuk memelihara

kualitas lingkungan fisik seperti sarana air bersih, jamban, saluran limbah, bak

sampah, peralatan pencegahan terhadap hewan-hewan pembawa penyakit seperti

lalat, nyamuk tikus dan hewan lainnya serta instrumen kebersihan lainnya. Dalam

suatu wilayah, ketersedian fasilitas sanitasi harus diperhatikan karena dengan

fasilitas sanitasi tersebut akan mampu membantu menjaga kelestarian lingkungan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

9

dan menghindarkan masyarakat dari potensi penyakit akibat kontak dengan

limbah rumah tangga.

Air limbah domestik merupakan salah satu yang diperhatikan dalam

pengelolaan sarana sanitasi. Air limbah domestik bisa berasal dari kegiatan

memasak, mandi, cuci dan kakus yang dilakukan oleh masyarakat. Air limbah

domestik memiliki kandungan bahan organik yang tinggi serta terdapat bakteri

yang dapat membahayakan bagi kesehatan. Jika kandungan tersebut meresap

kedalam tanah atau masuk dalam sistem perairan maka dapat mencemari air tanah

dan lingkungan. Guna menghindarkan dari hal tersebut maka dibutuhkan sistem

pengelolaan air limbah yang baik di suatu wilayah. Berdasarkan peraturan

pemerintah no 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem perencanaan air

minum, sistem pengelolaan air limbah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu

sistem setempat dan sistem terpusat. (Gambar 1 dan Gambar 2)

Gambar 1. Sistem pengelolaan air limbah setempat

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

10

Sistem pengelolaan air limbah setempat yaitu sistem yang mengelola air

limbah langsung di lokasi setempat. Pada dasaranya pengelolaan ini merupakan

pengelolaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh masing-masing individu di

pekarangan dengan menggunakan wadah berupa tangki septik. Bahkan di

berbagai daerah masih ada yang menggunakan jamban sungai atau kubangan

untuk membuang limbah domestik yang tentu saja dapat mencemari lingkungan

serta air tanah. Penggunaan tangki septik merupakan yang paling aman dalam

sistem pengolaan air limbah setempat ini. Namun tangki septik ini lebih cocok

pada daerah pedesaan karena kepadatan permukimannya masih jarang. Lain

halnya di daerah perkotaaan dengan kepadatan permukiman yang tinggi,

keberadaan tangki septik pribadi justru akan membahayakan bagi ketersediaan air

bersih di wilayah tersebut karena bisa terjadi pencemaran akibat dekatnya jarak

sumur dan tangki septik.

Gambar 2. Sistem pengelolaan air limbah terpusat

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

11

Sistem pengelolaan air limbah terpusat yaitu sistem pengelolaan air limbah

melalui jaringan-jaringan perpipaan yang bermuara pada instalasi pengolahan air

limbah (IPAL). Sistem terpusat biasanya dikelola oleh pemerintah maupun swasta

secara langsung karena dibutuhkan keahlian khusus untuk membuat jaringan

perpipaan. Sistem terpusat cocok diterapkan di daerah perkotaan karena tidak

memungkinkan untuk menggunakan tangki septik pribadi karena keterbatasan

lahan dan bahaya pencemaran air tanah. Kelemahan sistem ini yaitu selain

memerlukan biaya investasi yang besar juga rawan terhadap kebocoran pipa yang

menyebabkan bau yang tidak enak bahkan saat adanya air limpasan dalam jumlah

besar akan menyebabkan air limbah di dalam pipa akan meluap ke rumah warga.

Sarana sanitasi (MCK komunal) yang dikaji pada penelitian ini yaitu

sarana sanitasi yang menggabungkan antara sistem pengelolana air limbah

setempat dengan sistem pengelolaan air limbah terpusat. Penggabungan sistem

bertujuan untuk memaksimalkan keunggulan dan meminimalisir kelemahan yang

ada pada kedua sistem tersebut. Sarana MCK komunal dibangun di sebuah lokasi

dengan fasilitas mandi, cuci dan kakus yang dilengkapi dengan tangki septik

khusus yang dapat mengolah limbah yang dihasilkan oleh masyarakat sehingga

menjadi aman jika akan dibuang pada sistem perairan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

12

1.5.3. Program SANIMAS

Program Sanimas merupakan hasil dari kerjasama Pemerintah Indonesia

dengan Pemerintah Australia melalui Australian Agency for International

Development (AusAID) yang dikelola oleh Water and Sanitation Program (WSP)

dari World Bank dan Bremen Overseas Research and Development association

(BORDA). Program ini dikhususkan untuk pengelolaan air limbah di lingkungan

masyarakat yang berada pada kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan

menerapkan pendekatan berbasis masyarakat.

Program SANIMAS menerapkan 6 prinsip dasar yaitu pendekatan tanggap

kebutuhan, seleksi sendiri, pilihan sarana teknologi sanitasi, pendanaan banyak

sumber, pemberdayaan serta partisipasi. Pendekatan tanggap kebutuhan

menekankan pada kebutuhan dan kemauan dari pemerintah daerah maupun

masyarakat. Hal tersebut menggambarkan bahwa program SANIMAS hanya

dilaksanakan pada daerah yang memang membutuhkan sarana sanitasi. Seleksi

sendiri menekankan pada proses pemilihan lokasi yang akan difasilitasi dalam

pembangunan sarana sanitasi. Proses seleksi dilakukan dengan mengidentifikasi

potensi dan kekurangan pada suatu lokasi secara objektif. Melalui seleksi tersebut

dihasilkan lokasi yang menjadi prioritas untuk mendapat fasilitas dalam

pembangunan sarana sanitasi. Pilihan saran teknologi sanitasi menekankan pada

jenis sanitasi yang akan dibangun. Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis sanitasi

yaitu pemipaan, MCK komunal dan kombinasi dari kedua jenis tersebut.

Pemilihan tersebut disesuaikan oleh kemampuan dari pemerintah daerah maupun

masyarakat.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

13

Pendanaan banyak sumber menekankan pada sistem pendanaan yang

digunakan dalam membangun sarana sanitasi di lingkungnan masyarakat. Sistem

pendanaan sanitasi berasal dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kota/Kabupaten,

swasta/LSM, dan masyarakat yang diproporsikan sesuai kemampuan masing-

masing. Pemberdayaan menekankan pada peningkatan kapasitas dari para pelaku

pembangunan sanitasi baik pemerintah daerah, LSM, maupun masyarakat.

Dengan adanya peningkatan kapasitas diharapkan pembangunan dan pengelolaan

sarana sanitasi dapat berjalan dengan baik. Partisipasi menekankan pada

keterlibatan masyarakat dari proses perencanaan sampai tahapan evaluasi.

Partisipasi merupakan hal yang paling diperhatikan dalam pembangunan sarana

sanitasi karena dapat menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat. Ketika

masyarakat mempunyai rasa memiliki tentu akan menggunakan dan merawat

sarana sanitasi yang ada. Melalui 6 (enam) prinsip dasar tersebut, diharapkan

sarana sanitasi yang dibangun dapat besifat berkelanjutan.

1.5.4. Efektivitas

Efektivitas memiliki kata dasar efektif yang artinya pencapaian sesuai

dengan tujuan. Efektivitas itu sendiri berarti pengukuran keberhasilan dalam

pencapaian tujuan tersebut. Menurut Atmosoeprapto (2002), efektivitas

merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara benar. Dalam lingkup

organisasi, efektivitas merupakan tingkat perwujudan dari sasaran yang

ditargetkan yang menunjukkan seberapa besar sasaran tersebut telah tercapai.

Menurut Sumaryadi (2005), berpendapat bahwa suatu organisasi yang efektif

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

14

adalah organisasi yang sepenuhnya telah mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam dunia manajemen, efektif berarti membuat keputusan yang tepat dan dapat

diimplementasikan dengan suskses (Griffin, 2004). Sedangkan efektivitas

merupakan kemampuan dalam memilih tujuan yang tepat (Ruky, 2002). Pada

penelitian ini, penilaian mengenai tingkat efektivitas sarana sanitasi (MCK

Komunal) di Kota Kediri difokuskan dengan melihat kondisi sarana yang ada

pada saat sekarang. Untuk menggambarkan keberlanjutan maka sarana MCK

komunal yang diteliti adalah sarana yang sudah beroperasi dalam waktu yang

lama (≥ 5 tahun).

1.5.5. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai sarana sanitasi sudah banyak dilakukan oleh para

peneliti salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hermin Poedjiastoeti

dan Mila Karmila (2007). Poedji dan Karmila meneliti mengenai karakteristik

kondisi sanitasi lingkungan di kawasan permukiman nelayan Bandengan

Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggambarkan kondisi sanitasi lingkungan

secara umum yaitu mengenai kondisi rumah, cakupan dan layanan air bersih,

perilaku sanitasi masyarakat, keberadaan saluran drainase serta pengelolaan

sampah. Selain itu juga digambarkan mengenai peran serta masyarakat dalam

perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan.

Penelitian lainnya yang berkaitan dengan sanitasi yaitu penelitian yang

mengaji program pengelolaan air limbah perkotaan di Balikpapan (Nelwan et al,

2003). Penelitian ini tentang studi kasus mengenai pengelolaan air limbah

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

15

perkotaan (IPAL) di kelurahan Margasari. Penelitian ini mengkaji mengenai

kinerja IPAL yang ada di kelurahan tersebut. Selain itu juga dikaji mengenai

persepsi masyarakat terhadap pelayanan IPAL tersebut.

Penelitian yang berkaitan langsung dengan MCK komunal yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Ariyani Indrayanti (2010). Penelitian ini lebih membahas

mengenai pola distribusi MCK komunal di Kota Yogyakarta. Pola distribusi

dihubungkan dengan persebaran permukiman kumuh di Kota Yogyakarta.

Penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Lina Eliana (2011). Penelitian ini fokus

pada tingkat efektivitas pengelolaan program sanitasi yang dilihat dari 4 indikator

yaitu pencapaian target, kemampuan adapatasi, kepuasan kerja dan tanggung

jawab. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian dengan judul “Efektivitas

Sarana Sanitasi (MCK Komunal) di Kota Kediri” ini fokus menggambarkan

tingkat efektivitas sarana MCK komunal yang ada dengan menilai 6 variabel yaitu

kondisi pengguna, kondisi sarana, keuangan, pengelolaan, fasilitas pendukung

serta kondisi listrik dan air pada sarana MCK komunal yang sudah beroperasi

setidaknya selama 5 tahun sehingga dapat diketahui keberlanjutan dari sarana

MCK tersebut. Penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat efektivitas sarana MCK komunal. (Tabel 1.2)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

16

Tabel 1.2 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Tahun

Penelitian

Jenis

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Fredy

Nelwan,

Kawik

Sugiana, dan

Budi

Kamulyan

Kajian Program

Pengelolaan Air

Limbah Perkotaan

Studi Kasus

Pengelolaal IPAL

Margasari Balikpapan

2003 Jurnal

online

1. Mengkaji kinerja

pengelolaan air

limbah dengan IPAL

2. Mengkaji Persepsi

Masyarakat terhadap

Pelayanan IPAL

Margasari

Deskriptif

Kualitatif

1. Kinerja pengelolaan air limbah

dengan IPAL secara umum sudah

baik

2. Persepsi masyarakat terhadap

pelayanan IPAL Margasari

cendrung positif

2 Hermin

Poedjiastoeti,

dan Mila

Karmila

Karakteristik Kondisi

Sanitasi Lingkungan

Di Kawasan

Permukiman Nelayan

Bandengan Kabupaten

Kendal

2007 Jurnal

online

1. Menggambarkan

Kondisi Sanitasi

Lingkungan Di

Kawasan

Permukiman Nelayan

(RW IV) Kelurahan

Bandengan

2. Mengkaji peran

masyarakat dalam

perbaikan dan

peningkatan kualitas

lingkungan

Deskriptif

Kualitatif

1. Kondisi sanitasi lingkungan

nelayan (RW IV) kelurahan

Bandengan dilihat dari

pemenuhan terhadap sarana

sanitasi dasar tergolong masih

buruk

2. Peran masyarakat dalam

perbaikan dan peningkatan

kualitas lingkungan sangat minim

dan tidak dapat berkembang

secara optimal

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

17

3 Ariyani

Indrayanti

Pola Distribusi

Keruangan MCK

Komunal Dan

Hubungannya Dengan

Kawasan Kumuh Di

Perkotaan Yogyakarta

2010 Jurnal

online

1. Menggambarkan Pola

Distribusi Keruangan

MCK Komunal

2. Mencari hubungan

Pola Distribusi MCK

Komunal Dengan

Kawasan Kumuh Di

Perkotaan Yogyakarta

Deskriptif

Kuantitatif

1. Distribusi spasial MCK Komunal

di Kota Yogyakarta, memiliki

pola mengelompok.

2. Pola distribusi spasial MCK

Komunal berasosiasi dengan pola

distribusi permukiman kumuh

yang ada di Kota Yogyakarta,

yaitu di sebagian besar di

sepanjang bantaran sungai.

4 Lina Eliana Eektivitas Pengelolaan

Program Sarana

Sanitasi Berbasis

Masyarakat

(SANIMAS) Di Desa

Bunihara Kecamatan

Anyar Kabupaten

Serang tahun 2011

2011 Skripsi 1. Mengetahui tingkat

efektivitas

pengelolaan program

sanitasi masyarakat di

Desa Bunihara

Kecamatan Anyar

Kabupaten Serang

tahun 2011

Deskriptif

kuantitatif

1. pengelolaan program sanitasi

masyarakat di Desa Bunihara

Kecamatan Anyar Kabupaten

Serang tahun 2011 kurang efektif

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

18

5 Mohammad

Ainun Najib

Anshori

Efektivitas Sarana

Sanitasi (MCK

komunal) di Kota

Kediri

2015 Skripsi 1. Mengetahui tingkat

efektivitas sarana

sanitasi (MCK

komunal) di Kota

Kediri

2. Menganalisis faktor

yang mempengaruhi

tingkat efektivitas

sarana MCK komunal

Deskriptif

kuantitatif

1. Sarana MCK komunal di

Kelurahan Blabak dan

Dandangan masuk kategori

efektif sedangkan sarana MCK

komunal di Kelurahan Balowerti,

Banaran dan Mrican masuk

klasifikasi tidak efektif.

2. Tingkat pelayanan merupakan

salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat efektivitas

sarana MCK komunal.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

19

1.6. Kerangka Pemikiran

Pengadaan sarana sanitasi (MCK komunal) melalui program SANIMAS

menuntut adanya pengelolaan sarana secara mandiri karena pada intinya sarana ini

dibangun oleh, dari dan untuk masyarakat (pengguna) itu sendiri. Pengelolaan

dilakukan oleh sekelompok orang yang dipilih berdasarkan kesepakatan bersama.

Pengelola bertugas untuk memastikan sarana MCK komunal berjalan dengan baik

selain itu pihak pengelola juga bertugas untuk memberikan pelayanan terbaik

guna menciptakan kenyamanan bagi pengguna dalam menggunakan sarana MCK.

Baik buruknya pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola dapat mempengaruhi

perubahan jumlah pengguna tetap.

Keberadaan pengguna berpengaruh terhadap keberlanjutan sarana MCK

komunal. Sumber dana operasional utama dari MCK komunal berasal dari

pengguna. Tanpa ada pengguna segala kegiatan yang ada pada MCK komunal

tidak dapat berjalan secara optimal. Keberlanjutan sarana MCK komunal dapat

dilihat dari kondisi pengguna dan sarana serta aktivitas yang ada pada MCK

komunal. Keberlanjutan sarana MCK komunal dapat dijadikan acuan untuk

penilaian tingkat efektivitas dari sarana MCK komunal mengingat keberlanjutan

merupakan tujuan dari diadakannya program SANIMAS. (Gambar 3)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

20

Keterangan:

: Hubungan

: Pengaruh

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

Keberlanjutan Sarana MCK Komunal

Tingkat

efektivitas sarana

MCK Komunal

Pengelolaan sarana

MCK komunal

secara mandiri

Pengadaan sarana

MCK komunal

melalui program

SANIMAS

1. Kondisi Pengguna

Jumlah

Jarak Rumah

2. Kondisi Sarana

Kamar Mandi

Tempat Cuci

Kakus

Biogas

3. Keuangan

4. Pengelolaan

Operator

Kegiatan KSM

5. Fasilitas Pendukung

6. Kondisi Listrik dan air

Perubahan jumlah

pengguna tetap

Tingkat

pelayanan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

21

1.7. Hipotesis

1. Terdapat variasi tingkat efektivitas sarana MCK komunal pada masing-

masing lokasi di Kota Kediri.

2. Faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas sarana MCK komunal yaitu

tingkat pelayanan MCK komunal.

1.8. Batasan Operasioanl

1. Efektivitas adalah suatu tindakan yang dilakukan secara benar sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai. (Atmosoeprapto, 2002). Sarana MCK komunal

dibangun untuk menyediakan sarana mandi, cuci, kakus yang aman dan

berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sarana MCK komunal

yang efektif mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakannya.

Karena bersifat berkelanjutan, semua sarana dan fasilitas mendukung harus

bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama (≥ 5 tahun). Sarana ini berasal

dari masyarakat dan untuk masyarakat sehingga tanggungjawab ada pada

masyarakat (pengguna) termasuk pada biaya operaionalnya. Jika semua hal

tersebut terpenuhi maka sarana MCK komunal yang dibangun dapat

dikatakan efektif.

2. MCK (Mandi Cuci Kakus) adalah bangunan sanitasi umum yang dikelola

oleh masyarakat, yang dapat melayani 20 – 200 Rumah Tangga dengan biaya

operasional berasal dari iuran pengguna MCK yang besarnya ditetapkan atas

kesepakatan bersama. (TTPS, 2010). Jumlah 20 rumah tangga dijadikan

acuan untuk menentukan efektif atau tidak efektifnya sarana MCK komunal

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93894/potongan/s1-2016... · biosfer, atmosfer pedosfer dan antrophosfer. Dalam mengkaji objek kajian tersebut,

22

berdasarkan jumlah penggunanya. Jika jumlah pengguna lebih dari sama

dengan 20 rumah tangga maka dapat dikatatakan efektif.

3. Jarak maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah pengguna yang

dilayani adalah 100 m. (TTPS, 2010). Jarak yang dekat akan memudahkan

pengguna dalam mengakses sarana MCK komunal. Namun jika ada pengguna

MCK komunal yang lokasi rumahnya berjarak lebih dari 100 m dapat

dikatakan bahwa sarana MCK komunal tersebut efektif sebab sarana itu

sangat dibutuhkan oleh masyarakat.