bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id i.pdf · karsinoma kolorektal menempati...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang
kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara
berkembang. Kanker ini insidennya lebih tinggi di negara maju dan dikaitkan
dengan pola makan dan gaya hidup. Pada saat ini karsinoma kolorektal sangat
sering kita jumpai. Karsinoma kolorektal menempati urutan keempat sebagai
penyebab kematian terbanyak akibat kanker di seluruh dunia, merupakan
keganasan utama urutan ketiga pada laki-laki yaitu 663.000 kasus (10 % dari total
kasus) dan keempat pada perempuan yaitu 570.000 kasus (9,4 % dari total kasus)
pada tahun 2008 (Ferlay et al., 2010).
Di Indonesia belum tersedia angka yang pasti berapa insidens karsinoma
kolorektal namun dari data Badan Registrasi Kanker Indonesia tahun 2010
menunjukkan bahwa kanker tersebut menempati urutan ketiga tertinggi 2.450
kasus (9,89 %) dari seluruh kejadian kanker di Indonesia. Angka ini agaknya
insiden minimal karena ada kasus yang tidak dilaporkan atau pasien tidak berobat
ke rumah sakit. Berdasarkan registrasi dari seluruh pusat Patologi di Indonesia
tahun 2010, prevalensi KKR adalah sebanyak 2.472 orang (9,98% dari seluruh
keganasan), yaitu pada laki-laki 1.278 kasus (15,22%), pada perempuan 1.172
kasus (7,27%). Di Bali KKR menempati urutan keempat setelah karsinoma
payudara, servik, dan tiroid dengan jumlah kasus 52 orang pada laki-laki
(13,26%), 35 orang pada perempuan (4,79%) (DitjenYanMed, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognostik pasien dengan KKR antara
lain: gambaran morfologi tumor primer (ukuran tumor, luasnya lapisan yang
terkena tumor, obstruksi usus, perforasi, pola invasi dan derajat diferensiasi),
invasi pembuluh darah (vena ekstramural, pembuluh limfatik atau celah perineural
yang terkena tumor dan perubahan reaktif kelenjar limfonodi regional), respon
penderita (angiogenesis, inflamasi lokal dan respon desmoplastik) dan
konsekuensi dari teknik pembedahan (jarak antara batas reseksi dengan tumor dan
adanya sisa tumor). Hal-hal tersebut tidak secara keseluruhan secara rutin
diperiksa dan dilaporkan pada kesimpulan diagnosis histopatologi dari bahan
operasi. Keseluruhan faktor-faktor tersebut merupakan faktor signifikan yang
menentukan prognosis penderita (Hamilton et al., 2010, Rosai, 2011).
Metastasis dan invasi sel ganas adalah merupakan aspek yang mematikan
dari suatu proses keganasan. Metastasis adalah kemampuan sel tumor untuk
berpindah ke tempat yang jauh dari tumor primer yang bilamana tiba pada organ
lain akan bertumbuh, oleh sebab itu metastasis menyebabkan peningkatan angka
kesakitan dan bahkan kematian. Kejadian tersebut juga merupakan salah satu
tanda utama tumor ganas, sebab tumor jinak tidak mengadakan metastasis. Proses
metastasis suatu keganasan melibatkan interaksi yang kompleks antara sel tumor
dan lingkungan sekitarnya. Kemampuan metastasis ini disebabkan oleh
kemampuan sel ganas untuk melakukan invasi ke dalam jaringan sekitarnya dan
seterusnya ke pembuluh darah atau pembuluh limfe. Sebagian besar pola
penyebaran karsinoma kolorektal secara limfogen menuju ke kelenjar getah
bening sekitar. Proses terjadinya metastasis terutama disebabkan oleh perubahan
sifat sel ganas. Sifat sel ganas itu antara lain perubahan biokimia permukaan sel,
pertambahan motilitas, kemampuan mengeluarkan zat litik, dapat membentuk
pembuluh darah baru (angiogenesis), berkurangnya adhesi sel tumor satu dengan
lainnya dan hilangnya daya pertumbuhan bersama antara sesama sel tumor dan sel
normal diantaranya (Kumar, 2010).
Karsinogenesis karsinoma kolorektal merupakan proses bertingkat yang
terjadi karena perubahan genetik dari mukosa normal menjadi adenoma dan
selanjutnya karsinoma, yang dikenal sebagai urutan adenoma–karsinoma. Jalur
karsinogenesisnya sudah diterima secara luas yaitu jalur instabilitas kromosom
yang ditemukan pada 80–85 % KKR sporadik dan Familial Adenomatous
Polyposis (FAP). Jalur karsinogenesis ini memerlukan akumulasi berbagai
perubahan genetik yang salah satunya diawali oleh inaktivasi gen supresor tumor
Adenomatous Polyposis Coli (APC). Mutasi gen APC ditemukan hingga 80 %
kasus KKR sporadik, adenoma dan FAP (Jass, 2007).
Proto-onkogen merupakan gen yang memproduksi faktor pertumbuhan
yang mempunyai peranan penting terhadap sel normal. Golongan HER reseptor ;
HER1 / EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor), HER2 (HER2/neu atau
ErbB2) , HER3 dan HER4 yang terikat membran, merupakan G – protein reseptor
yang ketika diaktifkan mendorong beberapa jalur sinyal transduksi mengatur
pertumbuhan sel. Aktivasi HER reseptor membutuhkan dimerisasi untuk
membentuk homodimers ataupun heterodimer yang merupakan hasil dari
dimerisasi antar anggota golongan yang berbeda. Golongan HER memiliki peran
penting dalam mengatur pertumbuhan sel, kelangsungan hidup, dan diferensiasi
secara kompleks. Proto - onkogen HER2/neu sangat jelas terekspresi pada 25%-
30 % kanker payudara manusia. Overekspresi dari HER2/neu menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak teratur dan mungkin mendorong transformasi
onkogenik. Overekspresi dari HER2/neu telah dilaporkan pada keganasan epitel
lainnya, termasuk kanker paru-paru, prostat, kandung kemih, pankreas, dan
esofagus, serta sarkoma. Sebagai hasil dari peran potensial dalam pemilihan
terapi, pengujian HER2/neu memiliki standar seperti pada kanker payudara
(Ghaffarzadegan et al., 2006).
HER-2/neu merupakan suatu protein yang diekspresikan pada membran
sel, yang berfungsi sebagai reseptor yang memiliki aktivitas tirosin kinase
intrinsik. Reseptor ini termasuk kedalam kelompok yang sama dengan EFGR.
HER-2/neu mulai diteliti dan ditemukan pada beberapa jenis kanker pada
manusia, diantaranya karsinoma payudara, kolon dan ovarium (Schuell et al.,
2006).
Berbagai data penelitian tentang prevalensi overekspresi HER-2/neu pada
karsinoma kolorektal menunjukkan hasil yang berlawanan antara penelitian satu
dengan yang lainnya, berkisar antara 0-83%, seperti hubungan overekspresi HER-
2/neu dengan gambaran klinikopatologinya antara lain klasifikasi Dukes dan
survival. Tidak ada hubungan signifikan antara grading tumor, jenis kelamin,
lokasi tumor primer dan survival dengan overekspressi HER-2/neu (Schuell et al.,
2006). Angka ekspresi HER-2/neu tinggi pada karsinoma kolon, tidak ada korelasi
antara HER-2/neu dengan umur, jenis kelamin, lokasi dan tipe tumor
(Ghaffarzadegan et al., 2006). Pada satu penelitian didapatkan ekspresi HER-
2/neu positif pada 49 dari 317 sampel karsinoma kolon yang diteliti (15,5%) dan
negatif pada 286 sampel (84,5%), hanya 7 sampel dengan positif kuat. Ekspresi
HER-2/neu berhubungan sangat signifikan dengan ukuran tumor dan jauhnya
metastasis (P<0.05), tapi tidak bisa independen sebagai marker prognostik dari
survival pasien (P>0.05)(Qingguo Li et al., 2011).
Pada kanker payudara, HER-2/neu telah terbukti berperan pada
karsinogenesis karsinoma payudara dan telah dikembangkan pula suatu metode
terapi dengan target HER-2/neu. Terapi ini telah mulai dipergunakan untuk
manajemen terapi penderita karsinoma payudara yang menunjukkan overekspresi
HER-2/neu. Pada karsinoma kolorektal peranan HER-2/neu pada karsinogenesis
belum banyak diteliti. Terapi dengan target HER-2/neu masih dalam penelitian uji
klinik dan belum banyak dikembangkan. Sampai saat ini, penanganan kuratif
untuk karsinoma kolorektal adalah dengan reseksi operatif jaringan tumor dengan
batas-batas yang ditentukan dengan menyertakan jaringan KGB sekitar. Di Bali
penanganan dengan menyertakan KGB sekitar masih beragam.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai peran faktor prognosis derajat diferensiasi, kedalaman invasi, dan
metastasis dalam hubungannya dengan ekspresi HER-2/neu pada karsinoma
kolorektal. Sampai saat ini, penelitian tersebut belum pernah dilakukan di bagian
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah
Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah penelitian ini
adalah :
1. Apakah terdapat hubungan positif antara overekspresi HER-2/neu dengan
derajat diferensiasi pada adenokarsinoma kolorektal?
2. Apakah terdapat hubungan positif antara overekspresi HER-2/neu dengan
kedalaman invasi pada adenokarsinoma kolorektal?
3. Apakah terdapat hubungan positif antara overekspresi HER-2/neu dengan
metastasis pada adenokarsinoma kolorektal?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui peran marka biologi HER-2/neu terhadap faktor
prognosis derajat diferensiasi, kedalaman invasi, serta kejadian metastasis pada
adenokarsinoma kolorektal.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Membuktikan adanya hubungan positif antara overekspresi HER-2/neu
dengan derajat diferensiasi pada adenokarsinoma kolorektal.
2. Membuktikan adanya hubungan positif antara overekspresi HER-2/neu
dengan kedalaman invasi pada adenokarsinoma kolorektal.
3. Membuktikan adanya hubungan positif antara overekspresi HER-2/neu
dengan metastasis pada adenokarsinoma kolorektal.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengungkap peran HER-2/neu terhadap faktor prognosis derajat
diferensiasi, kedalaman invasi, dan metastasis , serta hubungan diantaranya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Apabila dalam penelitian ini terbukti bahwa overekspresi HER-2/neu
menunjukkan hubungan dengan peran faktor prognosis derajat diferensiasi,
kedalaman invasi serta kejadian metastasis, maka overekspresi HER-2/neu :
1. Dapat dipakai sebagai faktor prognostik
2. Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tata
laksana penderita adenokarsinoma kolorektal.