askep ca kolorektal

37
Tugas Keperawatan Medikal Bedah II “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ca Kolorektal” Oleh: Nila Trisna Mulya No. Bp: 04 121 011 Program Studi Ilmu Keperawatan 1

Upload: novat-em

Post on 29-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP CA Kolorektal

Tugas Keperawatan Medikal Bedah II

“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ca Kolorektal”

Oleh:

Nila Trisna MulyaNo. Bp: 04 121 011

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

Padang

1

Page 2: ASKEP CA Kolorektal

2007

2

Page 3: ASKEP CA Kolorektal

BAB I. LANDASAN TEORI

I.1. Definisi

Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan

epithelial dari colon / rectum.

Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polyp

adenoma.

I.2. Etiologi

Penyebab dari Ca Colorektal tidak diketahui secara pasti, namun terdapat factor-

factor predisposisi yang terdiri dari:

1. Usia lebih dari 40 tahun

2. Riwayat keluarga

3. Riwayat kanker di bagian tubuh yang lain

4. Polip Benigna, Polip Kolorektal, Polip Adematosa atau adenoma Villus

5. Kolitis ulseratif lebih dari 20 tahun

6. Sedentary Life style, merokok, Obesitas.

7. Kebiasaan makan tinggi kolesterol/lemak dan protein (konsumsi daging)

serta rendah serat / Karbohidrat Refined yang mengakibatkan perubahan

pada flora feses dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil

pemecahan protein dan lemak yang bersifat karsinogenik.

I.3. Patofisiologi

I.3.1 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik. Bisa dijumpai tanpa

keluhan sampai adanya keluhan berat dan tergantung pada lokasi / besarnya

tumor. Pada karsinoma kolon kanan, klien datang dengan keluhan ada masa di

3

Page 4: ASKEP CA Kolorektal

abdomen kanan, obstruksi akan timbul bila tumor sudah besar. Tumor kolon kiri

lebih cepat terjadi obstipasi dan tanda-tanda obstruksi.

Pada penderita Ca Colorektal umumnya Asymptomatis atau relative

bergejala ringan pada saat penyakit ditemukan. Gejala yang muncul dapat

berkaitan dengan saluran cerna. Tanda dan gejala sangat ditentukan oleh lokasi

kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Rasa

tidak enak di perut atau Nyeri abdomen merupakan keluhan paling sering

disampaikan penderita. Namun keluhan ini berhubungan dengan kanker kolon

bukan dengan kanker rectum.

Perdarahan Peranal sebagai keluhan pertama penderita dengan gejala

berupa perdarahan segar bercampur atau tanpa disertai tinja. Perubahan pola

defekasi dapat berupa; diare/ konstipasi, bentuk tinja seperti pensil, serta perut

masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar. Adapun gejala lain yaitu:

Anemia idiopatik, Nausea, malaisea, Haemoroid, Anoreksia, dan Perubahan Berat

badan (BB menurun) akibat iritasi dan respon refluks

I.3.2 Komplikasi

1. Obstruksi usus parsial atau lengkap diikuti penyempitan lumen akibat lesi.

2. Haemorrhagi/ perdarahan

3. Pembentukan Abses akibat Perforasi dinding usus oleh tumor diikuti

kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus.

4. Shock akibat peritonitis dan sepsis

5. Mestatase ke organ lain yang berdekatan. Terjadi fistel pada kantong kemih,

vagina / usus.

I.4. Penatalaksanaan

Tindakan pencegahan perlu dilakukan dan mencakup pendidikan

mengenai diet agar individu meningkatkan asupan buah, sayur, makanan kasar

4

Page 5: ASKEP CA Kolorektal

dan padi-padian untuk meningkatkan masa makanan menurunkan lemak dan

menyediakan antioksidant.

Pemeriksaan Diagnostik dan laboratorium:

Pendekatan diagnosis pada penderita kanker kolorektal tergantung pada

gejala klinik yang muncul. Sebagian kecil penderita yang datang dalam kondisi

gawat yang segera memerlukan tindakan pembedahan sehingga diagnosis dapat

segera dibuat, atau kadang-kadang diagnosis dapat dibuat melalui pemeriksaan

colok dubur.

Pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba adanya masa. Pemeriksaan

darah samar pada tinja dapat mengindikasikan adanya kanker. Identifikasi dini

polip dengan pemeriksaan colok dubur, prokto-sigmoidoskopi/ kolonoskopi serta

pengangkatan secara bedah seluruh polip yang dapat mencegah pembentukan

kanker. Pemeriksaan darah untuk antigen-antigen spesifik berhubungan dengan

Ca kolorektal terutama antigen karsinoembrionik (CEA).

Adapun tes laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut:

1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik,

ditandai dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat

penyebab adalah indikasi umum untuk tes diagnostic selanjutnya

untuk menemukan kepastian kanker kolorektal.

2. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam

feses, karena semua kanker kolorektal mengalami perdarahan

remitten.

3. CEA (carcino Embrioniogenic Antigen) adalah ditemukannya

glikoprotein dimembran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker

kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh Radioimmunoassay dari

serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi.

5

Page 6: ASKEP CA Kolorektal

4. Pemeriksaan kimia darah alkaline phospatase dan kadar bilirubin

dapat meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Tes laboratorium

lainnya hanya meliputi serum protein, kalsium, dan kreatinin.

5. Barium Enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada

tidaknya dan lokasi tumor.

6. X-ray dada untuk mendeteksi metastase tumor ke paru-paru.

7. CT (computed tomography)- Scan, Magnetic Resonance Imaging

(MRI) atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji

apakah sudah ada metastase.

8. Endoskopi (sigmoidoscopy atau Colonoskophy) adalah test

diagnostic utamadigunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor.

Sekalian dilakukan biopsy jaringan.Pemeriksaan endoskopi dari

kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy

lesi pada klien dengan perdarahan rectum.

Pengamatan saluran cerna dilakukan dengan pemeriksaan barium enema

atau kolonoskopi serat lentur. Pemeriksaan kolonoskopi merupakan pilihan dan

cara membuat diagnosis kanker kolorektal yang akurat. Dengan pemeriksaan

kolonoskopi dapat dilakukan biopsi untuk memastikan ada tidaknya suatu kanker.

Dapat pula dilakukan polipektomi pada polipsinkronos jinak, karena sinkronos

polip jinak.

 

Kolonoskopi Versus Barium Enema

Kemampuan kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan barium

enema kontras ganda. Kemampuannya mendeteksi polip berukuran > 7 mm.

Kemampuan kombinasi pemeriksaan barium enema dan sigmoidoskopi pada

kasus perdarahan saluran cerna bawah lebih baik daripada pemeriksaan

kolonoskopi terutama untuk mendiagnosis kelainan jinak seperti divertikel, tetapi

kolonoskopi tetap lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis neoplasma.

6

Page 7: ASKEP CA Kolorektal

CT Scan

Klien kanker kolorektal tanpa komplikasi tidak memerlukan pemeriksaan

CT Scan rutin. Pemeriksaan CT Scan pada kanker rectum lanjut sangat akurat

untuk menilai adanya invasi ke jaringan sekitarnya. Kemampuannya sangat

terbatas untuk mendeteksi lesi primer kecil. USG efektif untuk menampilkan

lapisan dinding rectum dan kemampuan untuk mengamati kelenjar limfe serta

untuk menilai metastase di hati.

Endosonografi

Stadium kanker kolorektal mencerminkan derajat penyebaran penyakit.

Pada dasarnya stadium penyakit terbagi atas tiga komponen yaitu: invasi lokal,

penyebaran ke kelenjar getah bening dan metastasis ke lain organ. Metastase pada

kelenjar getah bening dapat juga dilihat dengan EUS. Namun EUS sulit untuk

membedakan sebab pembesaran kelenjar apakah disebabkan peradangan atau

suatu proses metastasis. EUS pada metastasis kelenjar getah bening tampak lebih

hipoechoik di daerah jaringan parirektal.

I.4.1. Penatalaksanaan Medik

Keberhasilan pengobatan kanker kolorektal ditentukan oleh stadium saat

diagnosis dibuat. Terdapat berbagai macam stadium penyakit kanker kolorektal.

Penentuan stadium sebelum tindakan operasi, khususnya pada kanker rectum,

berguna untuk menentukan strategi pengobatan seperti pemberian khemoterapi

ajuvan, pemilihan jenis operasi yang akan dilakukan. Pemerikasaan Ro foto dada

harus dikerjakan untuk memastikan ada tidaknya proses metastasis di paru. Test

fungsi hati tidaklah terlalu diperlukan, Pemeriksaan CEA kadang-kadang

diperlukan untuk menilai keberhasilan pengobatan.

7

Page 8: ASKEP CA Kolorektal

Dalam penatalaksanaan medik diberikan terapi adjuvant, mencakup

kemoterapi, terapi radiasi, dan ataupun imunoterapi. Terapi radiasi diberikan pada

periode praoperatif, intra operatif dan pascaoperatif. Untuk tumor yang tidak di

operasi atau di reseksi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala

Penatalaksanaan Medik berdasarkan stadium:

Pada stadium 0, Berupa polip di mukosa colon disebut juga dengan precursor Ca.

Penatalaksanaannya dengan pemotongan polip (colonoskopi)

Pada stadium 1, Tumor tumbuh di mukosa usus. Penatalaksanaanny dengan

pembedahan.

Pada stadium 2, Tumor menyebar hingga lapisan muskularis mukosa (lap Usus).

Penatalaksanaanya: pembedahan.

Pada Stadium 3, Tumor menyebar ke kelenjar getah bening.

Penatalaksanaannya: pembedahan, kemoterapi, Radiasi terapi.

Pada Stadium 4, Tumor bermetastase. Penatalaksanaannya: kemoterapi.

I.4.2. Penatalaksanaan Keperawatan

Perawatan Klien dengan bedah usus:

A. Pra-Operatif

1. Pastikan tanda-tanda valid untuk prosedur. Ini berguna bagi

pasien dan anggota keluarga untuk memahami prosedur dan

kemungkinan risiko dan keunggulan, sebaiknya altenatif untuk

persiapan prosedur. Penandatanganan Format persetujuan

khususnya untuk prosedur sebagai dokumentasi bahwa klien

dan keluarga setuju.

2. Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur,

klarifikasi dan interpretasikan sesuai kebutuhan. Beri instruksi

apa yang diharapkan selama periode post operatif, meliputi

penanganan nyeri, pemasangan selang NGT/IVFD, latihan

pernafasan, reintroduksi intake oral makanan dan cairan. Klien

8

Page 9: ASKEP CA Kolorektal

yang dipersiapkan dengan baik selama praoperatif biasanya

tidak cemas dan mampu lebih baik mendukung perawatan

pasca operatif. Persiapan adekuat juga mengurangi kebutuhan

narkotik untuk analgesic dan meningkatkan pemulihan klien.

3. Pemasangan NGT. Meskipun sering dilakukan pemasangan di

kamar bedah hanya untuk pembedahan, NGT dapat dipasang

preoperative untuk membuang sekresi dan mengosongkan isi

lambung.

4. Prosedur persiapan usus. Antibiotok oral dan parenteral

sebaiknya kathartik dan enema/ ditelan dapat diberikan

preoperative untuk membersihkan usus dan mengurangi risiko

kontaminasi peritoneal oleh isi usus selama pembedahan.

Tujuan Perawatan pre-operatif:

1. Menghilangkan nyeri

2. Meningkatkan toleransi Aktivitas

3. Memberikan tindakan nutrisional

4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Menurunkan Ansietas

6. Mencegah Infeksi

7. Pendidikan Klien Pra-operatif

B. Pasca-Operatif

1. Perawatan rutin untuk klien bedah. Monitor TTV dan intake

dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain

luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal,

kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainya dan

pertahankan integritas psikologi.

2. Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen. Manipulasi

pembedahan dari usus manghentikan peristaltic, menyebabkan

9

Page 10: ASKEP CA Kolorektal

ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi

kembalinya peristaltic.

3. Sediakan obat mengurangi nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman

seperti perubahan posisi

4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau

bantal untuk membantu batuk

5. Kaji posisi dan Patensi NGT, persambungan suction. Bila

selang terlipat, irigasi dengan salin steril secara hati-hati.

6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada)

catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan

berwarna merah terang.

7. Hindari pemasangan temperature rectal, suppositoria atau

prosedur rectal lain sebab dapat merusak garis jahitan anal,

menyebabkan perdarahan, infeksi atau gangguan

penyembuhan.

8. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction

naso gastric

9. Pemberian antacid, antagonis histamine 2 reseptor dan terapi

antibiotic dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang

dilakukan. Terapi antibiotic untuk mencegah infeksi akibat

kontaminasi rongga abdomen dengan isi usus.

10. Anjurkan ambulasi untuk merangsang peristaltic

11. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan

dengan ahli gizi untuk instruksi diet dan menu, beri penguatan

pengajaran.

Tujuan Perawatan pasca-operatif:

1. Perawatan luka

2. Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah

3. Citra tubuh positif

4. Pemantauan dan penatalaksanaan Komplikasi

10

Page 11: ASKEP CA Kolorektal

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

DIVERSI FEKAL :

PERAWATAN PASCA OPERASI ILEOSTOMI DAN KOLOSTOMI

Ileostomi adalah lubang pada ileum untuk tujuan pengobatan ulseratif

regional dan ulseratif dan pengalihan isi usus pada kanker kolon, polip dan

trauma. Biasanya permanent.

Kolostomi adalah pengalihan isi kolon, yang dapat permanent atau

sementara . Kolostomi asenden, transversum dan sigmoid dapat dilakukan.

Kolostomi transversum biasanya sementara. Kolostomi sigmoid paling umum

untuk stoma permanent, biasanya dilakukan pada kanker.

Prioritas keperawatan:

1. Membantu klien dalam penilaian psikososial

2. Mendukung perawatan diri mandiri

3. Mencegah komplikasi

4. Memberikan informasi tentang prosedur/ prognosis, kebutuhan pengobatan,

potensial komplikasi, dan sumber komunity

II.1. Pengkajian

Data tergantung kepada masalah dasar, lamanya, dan beratnya

(misalnya Obstruksi, perforasi, inflamasi, kerusakan congenital)

II.1.1 Riwayat Kesehatan Dahulu

Memiliki riwayat penyakit kolitis ulseratif atau poliposis familial.

Memilki kebiasaan makan karbohidrat murni dan rendah serat. Polip Benigna,

Polip Kolorektal, Polip Adematosa atau adenoma Villus. Riwayat kanker di

bagian tubuh yang lain.

11

Page 12: ASKEP CA Kolorektal

II.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang

Data tergantung kepada masalah dasar, lamanya, dan beratnya

(misalnya Obstruksi, perforasi, inflamasi, kerusakan congenital)

1. Kaji keadekuatan penanganan nyeri (lokasi, intensitas, dan karakteristik

nyeri). Tanyakan Skala nyeri dalam rentang 0-10.

2. Kaji efektifitas penanganan nyeri ½ jam setelah pemberian obat

3. Kaji luka dan tanda-tanda peradangan atau bengkak

4. Kaji distensi abdomen, tenderness dan bising usus

5. Kaji Aktivitas klien meliputi: kelemahan atau keletihan, perubahan pola

istirahat, adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, ansietas,

keringat malam dan nyeri. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen

lingkungan, dan tingkat stress tinggi.

6. Kaji sirkulasi atau perubahan pada Tekanan darah

7. Kaji pola eliminasi klien misalnya: perubahan pola defekasi (darah pada

feses, nyeri pada defekasi), Perubahan urinarius (nyeri, hematuria, poliuria),

lihat tanda perubahan bising usus dan distensi abdomen.

8. Kaji Status nutrisi (kebiasaan diet buruk: rendah stinggi lemak, aditif, bahan

pengawet, adanya anoreksia, mual/muntah dan perubahan pada berat Badan

9. Kaji pola Pernafasan

10. Kaji tingkat keamanan Klien

11. Kaji seksualitas dan interaksi social.

II.1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat keluarga dengan Ca kolorektal, atau riwayat keluarga dengan

penyakit kolitis ulseratif, poliposis familial, Polip Benigna, Polip Kolorektal,

Polip Adematosa atau adenoma Villus.

12

Page 13: ASKEP CA Kolorektal

II.2. Perumusan Diagnosa

1. Risiko tinggi terhadap Kerusakan Integritas Kulit

Faktor Risiko meliputi: Tidak ada sfingter stoma, Karakteristik/aliran

feses dan flatus dari stoma, Reaksi produk/kimia: pemakaian/

pengangkatan adesif tidak tepat.( jika tanda dan gejala ada diagnosa

menjadi aktual)

2. Gangguan Citra Tubuh. dihubungkan dengan:

Biofisikal: adanya stoma; kehilangan kontrol usus eliminasi.

Psikososial: Gangguan struktur tubuh

Proses penyakit dan berhubungan dengan program pengobatan (misalnya:

kanker)

DS: menyatakan perubahan citra diri, takut penolakan/ reaksi orang

lain, perasaan negatif tentang tubuh.

DO: perubahn aktual pada struktur dan atau fungsi

Tidak menyentuh atau melihat stoma, menolak untuk

berpartisipasi dalam perawatan

3. Nyeri Akut. dihubungkan dengan:

• Faktor Fisik (kerusakan kulit dan jaringan),

• Faktor Biologis (aktifitas proses penyakit, misalnya: Kanker)

• Faktor Psikologis (misalnya: Takut, Ansietas)

DS: menyatakan nyeri

DO:

kerusakan kulit dan jaringan, aktifitas proses penyakit, misalnya:

Kanker, Takut, Ansietas.

13

Page 14: ASKEP CA Kolorektal

4. Kerusakan Integritas Kulit/ jaringan: actual

Dihubungkan dengan:

• Invasi struktur tubuh (reseksi perineal)

• Tertahannya Sekresi/ drainase)

• Gangguan sirkulasi, edema dan malnutrisi

DS: menyatakan adanya edema

DO:

reseksi perineal, Tertahannya Sekresi/ drainase,Gangguan sirkulasi,

edema dan malnutrisi

5. Risiko tinggi terhadap kekurangan Volume cairan

Factor Risiko meliputi:

• Kehilangan yang berlebihan melalui jalan normal misalnya:

muntah praoperasi dan diare Kehilangan melalui jalan abnormal

misalnya: selang NG/Usus, selang drainase luka perineal

• Keluaran Ileostomi dengan Volume tinggi

• Pembatasan masukan secara medik

• gangguan absorbsi cairan misalnya kehilangan funsi kolon

DS: jika ada keluhan tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa

aktual

DO: Jika ada tanda dan gejal diagnosa menjadi aktual.

6. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Faktor Risiko meliputi:

• Anoreksia Lama/ gangguan masukan saat pra operasi

• Status Hipermetabolik

• Adanya diare

• Pembatasan bulk dan makanan mengandung sisa

DS: jika ada tanda-tanda dan gejala diare, anoreksia

14

Page 15: ASKEP CA Kolorektal

DO: jika ada tanda dan gejala menjadi aktual

7. Gangguan Pola Tidur

Dihubungkan dengan:

• Factor eksternal: perawatan ostomi, flatus berlebihan/fese ostomi

• Faktor internal: stress psikologik, takut kebocoran kantung stoma

DS: pernyataan kurang tidur, dan merasa kurang segar atau tidak

segar setelah bangun tidur

DO: adanya perubahan perilaku seperti; mudah marah,

gelisah/letargik.

8. Risiko tinggi terhadap Konstipasi /diare

Faktor Risiko meliputi:

• Penempatan ostomi pada kolon sigmoid atau desenden

• Ketidakadekuatan masukan diet/ cairan

(jika ada tanda dan gejala serta keluhan maka diagnosa menjadi

aktual)

9. Risiko tinggi terhadap Disfungsi Seksual

Faktor Risiko meliputi:

• Perubahan fungsi tubuh

• Kerentanan/ masalah psikologi

• Gangguan pola respon seksual.

(jika ada tanda dan gejala serta keluhan maka diagnosa menjadi

aktual)

II.3 Intervensi

1. Risiko tinggi terhadap Kerusakan Integritas Kulit

15

Page 16: ASKEP CA Kolorektal

Kritesia hasil yang diharapkan: Klien akan:

• Mempertahankan integritas kulit

• Mengidentifikasi factor Risiko individu.

• Menunjukan perilaku/ teknik peningkatan penyembuhan / mencegah

kerusakan kulit.

Intervensi:Mandiri

1. Lihat stoma/ area kulit periostomal pada tiap penggantian kantong.

Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi, kemerahan (warna

gelap, kebiru-biruan), kemerahan.

2. Ukur stoma secara periodic, misalnya: tiap perubahan kantong selama

6 minggu pertama, kemudian 1 kali sebulan selama 6 bulan

3. Yakinkan bahwa lubang pada bagian belakang kantung berperekat

sedikitnya lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adekuat

menempel pada kantung.

4. Berikan pelindung kulit yang efektif misalnya: Wafer stomahesive,

karaya gum, Reliaseal (Davol) atau produk semacamnya.

5. Kosongkan , irigasi, dan bersih

6. Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan.

Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi, kemudian cuci dengan

baik.

7. Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal / melepuh disekitar stoma

8. evaluasi produk perekat dan kecocokan kantung secara terus-

menerus.hkan kantong ostomi dengan rutin, gunakan alat yang tepat.

Intervensi Kolaborasi:

1. Konsul dengan ahli terapi/enterostomal

16

Page 17: ASKEP CA Kolorektal

Rasional: Mambantu pemilihan produk yang tepat untuk kebutuhan

penyembuhan klien, termasuk tipe ostomi, status fisik / mental dan

sumber financial

2. Berikan sprei aerosol kortikosteroid dan bedak nistatin sesuai indikasi.

Rasional: Membantu penyembuhan bila terjadi iritasi periostomal/

infeksi jamur. Catatan: Produk ini mempunyai efek samping yang

besar dan harus digunakan dengan jumlah sedikit saja.

2. Gangguan Citra Tubuh

Kriteria hasil:

1. menyatakan penerimaan diri sesuai situasi

2. Perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri rendah

3. menunjukkan penerimaan dengan melihat/ menyentuh stoma dan

berpartisipasi dalam perawatan diri

4. Menyatakan perasaan tentang stoma/ penyakit: mulai menerima situasi

secara konstruktif.

Intervensi Mandiri:

1. Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin dan/ atau ostomi

perlu didiskusikan

2. Dorong klien untuk menyatakan perasaan tentang ostomi. Akui

kenormalan perasaan marah, depresi dan kehilangn.

3. Kaji ulang alas an untuk pembedahan dan harapan masa yang akan

dating

4. Catat perilaku menarik diri . peningkatan ketergantungan , manipulasi

atau tidak terlibat pada perawatan

5. berikan kesempatan pada klien untuk memandang dan menyentuh

stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positiftentang

17

Page 18: ASKEP CA Kolorektal

penyembuhan. Penampialan normal dan sebagainya. Ingatkan klien

bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik secara fisik dan emosi

6. Berikan Kesempatan pada klien untuk menerima ostomi melalui

partisipasi pada perawatan diri.

7. Rencanakan / jadwalkan aktivitas perawatan dengan klien.

8. Pertahankan Pendekatan positif selama aktifitas perawatan. Hindari

ekspresi menghina atau reaksi berubah mendadak. Jangan perlihatkan

rasa marah secara pribadi

9. Diskusikan Kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi dan buat

perjanjian untuk kunjungan bila diperlukan

3. Nyeri Akut

Kriteria Hasil:

1. Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol

2. Menunjukkan nyeri hilang, mampu tidur/ istirahat dengan tepat

3. Menunjukkan penggunaan, keterampilan relaksasi dan kenyamanan

umum sesuai indikasi situasi individu.

Intervensi Mandiri:

1. Kaji nyeri , catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)

2. Dorong klien menyatakan masalah. Mendengarkan dengan aktif pada

masalah ini dan memberikan dukungan dengan penerimaan ,

mengingat klien dan memberikan informasi yang tepat

3. Berikan tindakan kenyamanan misalnya perawatan mulut, pijatan

punggung, ubah posisi. Yakinkan klien bahwa perubahan posisi tidak

akan mencedrai stoma.

4. Dorong penggunaan tekhink relaksasi misanya membimbing

imajinasi, visualisasi. Berikan aktifitas senggang.

5. Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini .

Hindari posisi duduk lama.

18

Page 19: ASKEP CA Kolorektal

6. Selidiki dan laporkan adanya kekakuan otot abdominal , kehati-hatian

yang tidak disengaja dan nyeri tekan.

Intervensi Kolaborasi:

1. Berikan obat sesuai indikasi misalnya Narkotik, analgesic, Analgesi

dikontrol klien (ADP) untuk menurunkan nyeri, meningkatkan

kenyamanan , khususnya setelah perbaikan AP.

2. Berikan Rendam duduk untuk menurunkan ketidaknyamanan local,

menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan luka perineal.

3. Lakukan / pantau efek unit TENS sebab perangsangan kutaneus dapat

digunakan untuk menghambat transmisi rangsangan nyeri.

4. Kerusakan Integritas kulit/jaringan: aktual

Kriteia Hasil:

Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi

Intervensi Mandiri:

1. Observasi luka, catat karakteristik drainase sebab perdarahan pasca

operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi

dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe penutupan luka.

Penyembuhan sempurna memerlukan waktu 6-8 bulan.

2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan teknik Aseptik sebab

sejumlah besar drainase serosa harus diganti sesering mungkin untuk

menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi.

3. Dorong posisi miringdengan kepala tinggi. Hindari duduk lama.

Tujuannya untuk meningkatkan drainase dari luka perineal/ drain

menurunkan risiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan

perineal, menurunkan sirkulasi ke luka dan dapat memperlambat

penyembuhan.

Intervensi Kolaborasi:

19

Page 20: ASKEP CA Kolorektal

1. Irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam fisiologis, larutan

hydrogen peroksida/larutan Antibiotik. Cairan ini diperlukan untuk

mengobati inflamasi / infeksi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi

2. Berikan Rendam duduk untuk meningkatkan kebersihan dan

mempermudah penyembuhan khususnya setelah tampon diangkat

(biasanya 3-5 hari)

5. Risiko tinggi terhadap Kekurangan Volume cairan

Kriteria Hasil:

Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membrane mukosa lembab,

turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil dan

secara individual mengeluarkan urin dengan tepat

Intervensi Mandiri:

1. awasi masukan dan keluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang

berat badan setiap hari

2. Awasi tanda-tanda vital, catat hipotensi postural, takikardi. Evaluasi

turgor kulit, pengisisan kapiler, dan membrane mukosa.

3. Batasi masukan es batu selama periode intubasi gaster

Intervensi Kolaborasi:

1. Awasi hasil laboratorium misalnya (Ht dan elektrolit)

2. Berikan cairan IV dan elektrolit sesuai indikasi.

6. Risiko tinggi terhadap perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil:

1. Mempertahankan Berat Badan / menunjukkan peningkatan berat badan

bertahap sesuai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bvebas

tanda malnutrisi.

2. Merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi/ membatasi

gangguan GI

20

Page 21: ASKEP CA Kolorektal

Intervensi Mandiri

1. Lakukan pengkajian Nutrisi dengan seksama

2. Auskultasi bising usus

3. Mulai dengan makan cairan berlahan.

4. Identifikasi bau yang ditimbulakan oleh makanan dan sementara batasi

diet. Secara bertahap kenalkan kembali satu makanan pada saat makan

5. Anjurkan klien meningkatkan penggunaan yogurt dan mentega susu

agar dapat membantu menurunkan pembanetukan bau.

6. Berikan latihan kewaspadaan ileostomi pada buah prem, strawberry,

anggur, pisang, keluarga kol, kacang-kacangan, kurma, hindari produk

berserat. Contohnya kacang-kacangan sebab produk ini meningkatkan

feses ileum. Pencernaan selulosa memerlukan bakteri kolon yang tidak

ada lagi karena direseksi.

7. Diskusikan meknaisme menelan udara sebagai factor pembentukan

flatus dan beberapa cara agar klien mengontrol latihan.

Intervensi Kolaborasi:

1. Konsul dengan ahli diet

2. Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila

masukan oral dimulai

3. Berikan makanan enteral/ parenteral bila diindikasikan.

7. Gangguan Pola Tidur

Kriteria Hasil:

1. Tidur/ sititahat diantara gangguan

2. Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat.

Intervensi:Mandiri:

21

Page 22: ASKEP CA Kolorektal

1. Jelaskan perlunya pengawasan fungsi usus dalam periode pasca

operasi awal

2. berikan system kantong adekuat. Kosongkan kantung sebelum tidur

3. Batasi masukan yang mengandung kafein

4. Dukung kebiasaan ritual sebelum tidur

Intervensi Kolaborasi:

1. Tentukan pesnyebab terlalu banyak flatus atau feses

2. Berikan anlgesik, sedative saat tidur sesuai indikasi.

8. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare

Kriteia Hasil:

Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan

ketapatan jumlah dan konsistensi

Intervensi Mandiri:

1. Pastikan kebiasaan defekasi klien dan gaya hidup sebelumnya

2. Selidiki perlambatan awitan/ tidak adanya keluaran.

3. Auskultasi Bising usus

4. Informasikan klien bahwa pada awalnya keluaran akan cair.

5. Tinaju ulang pola diet dan jumlah/ tipe masukan cairan

6. tinjau ulang fisiologi kolon dan diskusikan penatalaksanaan ostomi

sigmoid bila tepat.

7. Demonstrasikan penggunaan alat irigasi untuk menginjeksikan salin

normal per protocol sampai pengurangan didapatkan

8. Instruksikan klien dalam penggunaan kantung ujung tertutup atau

lempengan, balutan bila irigasi berhasil dan keluaran kolostomi

sigmoid menjadi dapat lebih diatasi dengan pengeluaran setiap 24 jam.

Intervensi Kolaborasi: Berikan unit TENS bila diindikasikan.

9. Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual

22

Page 23: ASKEP CA Kolorektal

Kriteria Hasil:

1. Mengungkapkan pemahaman hubungan kondisi fisik pada masalah

seksual

2. Mengidentifikasikan kepuasan/ penerimaan praktik seksual dan

menggali pilihan metoda

3. Melakuakn kembali hubungan seksual dengan tepat

Intervensi Mandiri:

1. Tentukan hubungan seksual klien sebelum sakit, dan atau setelah

pembedahan dan apakah mereka mengantisipasi masalah berkaitan

dengan adanya ostomi

2. Tinjau ulang klien dengan fungsi seksual dalam hubungannya dengan

situasi masing-masing.

3. Tegaskan informasi yang diberikan dokter. Anjurkan bertanya. berikan

informasi tambahan sesuai kebutuhan.

4. Diskusikan penatalaksanaan kembali aktivitas seksual pada saat

pulang, mulai dengan perlahan dan bertahap. Libatkan metoda

pengganti stimulasi bila tepat.

5. Anjurkan dialog diantara pasangan

6. Anjurkan menggunakan penutup kantung. Pakaian tidur.

7. Tekankan kesadaran tentang factor yang dapat mengalihkan

pandangan (misalnya: bau tak sedap dan kebocoran kantung)

8. Anjurkan penggunaan rasa humor

9. Berikan informasi tentang keluarga berencana dengan tepat dan

tekankan bahwa impotent bukan berarti steril.

Intervensi Kolaborasi:

1. Atur pertemuan dengan pengunjung ostomi bila tepat

2. Rujuk pada konseling/ terapi seks bila ada.

23

Page 24: ASKEP CA Kolorektal

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.

Harahap Ikhsanudiddin Ahmad, 2004. Perawatan Pasien dengan kolostomi pada

penderita kanker Kolorektal. http// www.library.usu.ac.id

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC

Heriady Yusuf, dr SpB, SpBOnk. Artikel Kanker Usus Besar dan Rektum.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 2004. Gaya hidup penyebab kolorektal.

http//www.keluargasehat.com

Waspodo Agus, dr. SpPD.KGEH. 2006. Artikel Kanker Kolorektal. e-mail

[email protected]. Jakarta Barat: Dharmais cancer hospital

24