bab i pendahuluan 1.1. latar belakang permasalahan i.pdf · 2019. 11. 29. · 1 bab i pendahuluan...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia. Tidak lagi sebagai sebuah negara tertutup, terbelakang, dengan produksi barang-barang imitasi berkualitas rendah dan berbasiskan sistem komunis. China telah mentransformasikan dirinya secara sosial, budaya, politik, hingga ekonomi. 1 Saat ini, China menjadi lebih maju, modern, terbuka, kuat secara ekonomi dengan menjadi pusat manukfaktur perusahaan-perusahaan besar dunia, hingga mengalami surplus perdagangan yang besar dengan Amerika Serikat. Dalam pertahanan pun China memiliki angkatan senjata yang tangguh. Sekarang, China telah menjelma menjadi negara yang disegani dan daya tawar yang tinggi di dunia internasional. 2 China memelihara hubungan yang bersahabat dan stabil di Asia Tenggara merupakan faktor utama dalam upaya memuwujudkan pencapaian tujuan-tujuan China yaitu menjadi negara yang mempunyai kekuatan regional dan global. Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki kekayaan sumber daya alam, Asia Tenggara akan selalu menjadi penggerak penting dari modernisasi ekonomi China. China memelihara hubungan baik dengan Asia Tenggara dalam rangka 1 Koesmawan, “Penentuan Jenis Komoditas Ekspor Indonesia Ke China :Pemanfaatan Hubungan Perdagangan Indonesia-China”, Jurnal Ekonomi & bisnis No.2 Jilid 7, Tahun 2002. 2 Nanda Akbar A,” Transformasi besar China”, Diakses http://politik.kompasiana.com/2011/06/26/transformasi-besar-china/ , pada tanggal 07 Juni 2011,pukul 9.14 wib UPN "VETERAN" JAKARTA

Upload: others

Post on 28-Jul-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia. Tidak lagi sebagai

sebuah negara tertutup, terbelakang, dengan produksi barang-barang imitasi

berkualitas rendah dan berbasiskan sistem komunis. China telah

mentransformasikan dirinya secara sosial, budaya, politik, hingga ekonomi.1 Saat

ini, China menjadi lebih maju, modern, terbuka, kuat secara ekonomi dengan

menjadi pusat manukfaktur perusahaan-perusahaan besar dunia, hingga

mengalami surplus perdagangan yang besar dengan Amerika Serikat. Dalam

pertahanan pun China memiliki angkatan senjata yang tangguh. Sekarang, China

telah menjelma menjadi negara yang disegani dan daya tawar yang tinggi di dunia

internasional.2

China memelihara hubungan yang bersahabat dan stabil di Asia Tenggara

merupakan faktor utama dalam upaya memuwujudkan pencapaian tujuan-tujuan

China yaitu menjadi negara yang mempunyai kekuatan regional dan global. Asia

Tenggara merupakan kawasan yang memiliki kekayaan sumber daya alam, Asia

Tenggara akan selalu menjadi penggerak penting dari modernisasi ekonomi

China. China memelihara hubungan baik dengan Asia Tenggara dalam rangka

                                                             1 Koesmawan, “Penentuan Jenis Komoditas Ekspor Indonesia Ke China :Pemanfaatan Hubungan Perdagangan Indonesia-China”, Jurnal Ekonomi & bisnis No.2 Jilid 7, Tahun 2002. 2 Nanda Akbar A,” Transformasi besar China”, Diakses http://politik.kompasiana.com/2011/06/26/transformasi-besar-china/, pada tanggal 07 Juni 2011,pukul 9.14 wib

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

2  

membantu China dalam membangun ekonominya.3 Kebijakan regional China

terhadap stabilitas Asia Tenggara sangat penting karena mayoritas perdagangan

China, seperti impor minyak bumi melalui perairan Asia Tenggara, dimana China

berharap dengan meningkatnya interaksi ekonomi khususnya dalam bidang

perdagangan dengan kawasan Asia Tenggara dapat membantu pertumbuhan

China.

Dalam hal ini China lebih mengembangkan ekonominya dibandingkan

politik dan keamanan. Hal ini dikarenakan apabila dilihat dari dimensi politik,

sentralisasi politik China tidak bisa bertahan dalam sistem ekonomi yang makin

terbuka baik secara domestik dan dalam hubunganya dengan ekonomi

internasional. Sistem politik China dituntut untuk memberikan perhatian lebih

kepada aspek kesejahteraan sosial dan kebijakan-kebijakan politik kepada mereka

yang terkena efek negatif dari pertumbuhan ekonomi China, misalnya dalam hal

kesempatan kerja, pendidikan, dan pelayanan kesehatan terutama kepada para

petani dan masyarakat pedesaan. Hal ini merupakan tantangan politik bagi China

yang ideologinya yaitu komunis. Secara eksternal, kepentingan ekonomi China

juga memaksa China untuk menerapkan politik luar negeri yang bersahabat

dengan masyarakat internasional dengan diikuti oleh diplomasi yang makin aktif

untuk melindungi kepentingan strategis dan perdagangan internasionalnya.

Sedangkan dilihat dari dimensi keamanan China tidak menggunakan secara

militer untuk mendekati kawasan Asia Tenggara tetapi China lebih menggunakan

                                                             3 Hilman Halim, “Potensi Strategis Hubungan China-ASEAN, Indonesian Voices, tanggal 04 Maret 2010, diakses dari http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=159:potensi-hubungan-china-asean&catid=43:isu-asean&Itemid=62 pada tanggal 02 Oktober 2011,pukul 09.55 wib

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

3  

soft power untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya alam yang semakin

meningkat. Menurut Joseph S. Nye, Soft Power adalah kemampuan suatu negara

untuk membujuk negara lain dengan menggunakan pengaruh dalam melakukan

sesuatu. Ideologi, budaya, prestise atau kesuksesan suatu negara merupakan daya

tarik bagi negara lain sehingga negara itu bisa menjadi pemimpin, dan negara-

negara lain dengan sukarela bertindak sebagai pengikut.

Kawasan Asia Tenggara merupakan posisi penting bagi China baik secara

politik maupun strategis. Hal ini tidak akan semakin kuat untuk bekerjasama

karena kepentingan China yang makin besar untuk mengembangkan hubungan

yang lebih baik dengan negara-negara Asia Tenggara. Hal ini di sebabkan karena

pertama, Asia Tenggara adalah kunci untuk memperluas pengaruh terutama

persaingan dengan Jepang dan Amerika Serikat. Kedua, Asia Tenggara sangat

strategis untuk kepentingan ekonomi dan keamanan, terutama karena menjadi

jalur laut internasional SLOC (Sea Lanes Of Comunication), perairan Asia

Tenggara di layari oleh kapal-kapal dagang dan tenker dengan nilai lebih dari 350

milyar dollar tiap tahun. Sembilan puluh persen minyak China juga melalui

perairan Asia Tenggara. Ketiga, Asia Tenggara yang berpenduduk sekitar 500 juta

jiwa merupakan pasar yang sangat potensial bagi China, bahkan menjadi area

investasi di masa yang akan datang. Keempat, Asia Tenggara menjadi area sangat

penting bagi China untuk mengembangkan strategi untuk menyeimbangkan posisi

dengan Amerika Serikat di kawasan. Kelima, Asia Tenggara penting bagi Cina

untuk bersama-sama menghadapi tekanan Barat dan hak asasi manusia. Memang

tidak dapat dipungkiri, krisis ekonomi tahun 1997 memberikan ruang yang cukup

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

4  

luas bagi China untuk lebih aktif di Asia Tenggara, dimana China bersedia untuk

tidak mendevaluasi mata uangnya yaitu Yuan walaupun China jelas mengalami

tekanan berat.4

Dalam hal ini China mempunyai kepentingan untuk membendung

pengaruh Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan China

ingin sepenuhnya menguasai ekonomi yang ada di wilayah Asia Tenggara dan

bahan bakunya, untuk kebutuhan industrinya. Hal ini dikarenakan adanya

pengaruh Amerika Serikat (AS) di wilayah Asia Tenggara yang sangat signifikan.

Sebagai negara adidaya, pengaruh AS sangat signifikan bagi dunia. Pengaruh AS

yang paling terasa bagi dunia adalah pada saat masalah krisis ekonomi muncul.

Krisis ekonomi yang berawal dari krisis finansial dengan terjadinya kasus

subprime mortgage telah mendorong perekonomian AS ke dalam jurang resesi. Di

Asia Tenggara dampak krisis ekonomi sudah terasa, dengan menurunnya jumlah

permintaan ekspor ke negeri Paman Sam tersebut. Sebagai negara Adidaya,

kebijakan domestik atau luar negeri AS tentu akan banyak mempengaruhi negara-

negara lain, termasuk negara-negara Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan Asia

Tenggara merupakan wilayah pangsa pasar ekspor Amerika Serikat. Dengan ini

China meluncurkan strateginya untuk membendung pengaruh Amerika Serikat di

wilayah Asia Tenggara melalui strategi perdagangan, karena dengan strategi

perdagangan tersebut negara-negara Asia Tenggara akan ketergantungan dengan

China .5

                                                             4 Igor Dirgantara,” Analisis Cina di Asia Tenggara”, 09 Februari 2010, Diakses dari http://oseafas.wordpress.com/2010/02/09/analisis-cina-di-asia-tenggara/ pada tanggal 07 November 2011 5 Dewi Triwahyuni, “Signifikasi Kawasan Asia Tenggara Dalam Kepentingan Amerika Serikat”, Majalah UNIKOM Vol.9 No.1

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

5  

Seiring dengan berjalannya waktu, China semakin mempererat hubungan

dengan Asia Tenggara baik hubungan bilateral dan multilateral dalam bidang

perdagangan. Dalam hal ini dapat dilihat China tergabung dalam organisasi Asean

Regional Forum (ARF)6, ASEAN Plus Three (China, Jepang, Korea)7, Asia

Pacific Economic Cooperation (APEC)8, dan untuk menyaingi perdagangan

Amerika Serikat, China berkerja sama dengan ASEAN yaitu pada tanggal 4

November 2004 Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-

operation between The Association of Southeast Asian Nations and The People’s

Republic of China (ACFTA) telah ditandatangani di Phnom Penh, Kamboja oleh                                                              6 ARF (ASEAN Regional Forum) adalah ASEAN Regional Forum (ARF) merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. Dalam kaitan tersebut, ASEAN merupakan penggerak utama dalam ARF. ARF merupakan satu-satunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). ARF menyepakati bawa konsep keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan Amerika Serikat. Anggota ARF berjumlah 25 negara yang terdiri atas seluruh negara anggota ASEAN (Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina), 10 negara Mitra Wicara ASEAN (Amerika Serikat, Kanada, China, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Selandia Baru, dan Uni Eropa) serta negara di kawasanseperti Papua Nugini, Mongolia, Korea Utara, Pakistan dan Timor-Leste. 7 ASEAN Plus Three (APT) terjalin sejak tahun 1997 pada saat kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi, dimana KTT APT pertama berlangsung di Kuala Lumpur pada Desember 1997. Dalam periode 10 (sepuluh) tahun pertama 1997-2007, pelaksanaan kerjasama APT didasarkan pada Joint Statement on East Asia Cooperation, East Asia Vision Group Report danReport of the East Asia Study Group. China, Jepang dan Republik Korea telah mengaksesi Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) masing-masing pada tahun 2003 (China) dan tahun 2004 (Jepang dan Korea Selatan). Bidang-bidang kerjasama APT berdasarkan Joint Statement on East Asia Cooperation (1999) antara lain mencakup perdagangan, investasi, keuangan dan perbankan, transfer teknologi, teknologi telematika, e-commerce, industri, pertanian, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pengembangan growth areas, jejaring dunia usaha, dan iptek. Di bidang ekonomi dan moneter, kerjasama antara lain mencakup manajemen risiko makro ekonomi, monitoring regional capital flow, memperkuat sistem keuangan dan perbankan, serta reformasi arsitektur keuangan internasional. 8APEC adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik. Forum tersebut berdiri tahun 1989 dan beranggotakan 21 ekonomi - Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, Papua New Guinea, Peru, Philipina, Russia, Singapore, China Taipei, Thailand, dan Amerika serikat. APEC merupakan forum kerjasama yang penting dan strategis dalam perekonomian dunia mengingat dengan jumlah penduduk 2,5 miliar, secara keseluruhan anggotanya mempunyai produk domestik bruto sebesar 19 triliun US dollar dan mencakup 45 persen perdagangan dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir, forum kerjasama ekonomi tersebut telah membuktikan diri sebagai kawasan ekonomi yang dinamis dan menyumbangkan 70 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia. Dengan keragaman sistem politik, tingkat pembangunan/kemakmuran dan nilai sosial-budaya, maka APEC perlu mengembangkan suatu proses yang cocok untuk mencapai tujuannya. Keberhasilan dalam hal ini akan mendorong APEC memainkan peran yang semakin penting, bahkan menjadi salah satu kunci bagi peningkatan kesejahteraan dan stabilitas dunia di masa mendatang.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

6  

para Kepala Negara ASEAN dan RRC. Perjanjian ini dibuat karena memiliki

tujuan yaitu untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama dalam perdagangan

antara kedua pihak, meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui

pengurangan atau penghapusan tarif, mencari area baru dan mengembangkan

kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan untuk kedua pihak,

memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru

ASEAN dan menjembatani gap yang ada di kedua belah pihak.9 Peningkatan

hubungan China – Asia Tenggara semakin di pererat dengan adanya kesepakatan

FTA antara ASEAN – China pada tanggal 29 November 2004. Kesepakatan ini

berisi ketentuan-ketentuan dalam hal membuka pasar yang seluas-luasnya bagi

produk -produk yang berasal dari China di kawasan Asia Tenggara dengan

menghilangkan hambatan tarif dalam pembebasan bea masuk. Pelaksanaan FTA

ini dimulai sejak tahun 2010 untuk 6 negara anggota ASEAN yaitu Brunei

Darussalam, Filiphina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, sedangkan

4 negara lainnya yaitu Kamboja, Laos, Myamar, dan Vietnam akan dijalankan

2015.10

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat

ditarik pertanyaan penelitian yang perlu penulis kaji lebih lanjut yaitu:

                                                             9 Djauhari Oratmangun, “Kerjasama ASEAN-China dan Stabilitas Kawasan Asia Timur”, Tabloid Diplomasi, tanggal 20 Agustus 2009, Diakses pada http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/36-juni-2009/106-kerjasama-asean-china-dan-stabilitas-kawasan-asia-timur.html,pada tanggal 02 Oktober 2011, pukul 10.12 wib 10 Vincent Wang, “China-ASEAN Free Trade Area: A Chinese "Monroe Doctrine" or "Peaceful Rise"?”, China Brief Volume: 9 Issue: 17, pada tanggal 20 Agustus 2009, Diakses dari http://www.jamestown.org/programs/chinabrief/single/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=35434&cHash=d1d96f3f64 pada tanggal 02 Oktober 2011, pukul 08.00.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

7  

Mengapa China memilih strategi perdagangan sebagai instrumen untuk

membendung pengaruh Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian diatas

dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitaian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kepentingan China di wilayah Asia Tenggara

2. Untuk mengetahui pengaruh Amerika Serikat di Asia Tenggara dan

efeknya bagi China

3. Untuk mengetahui pilihan-pilihan strategi yang pernah diapdosi China

sebelumnya

4. Untuk mengetahui strategi perdagangan seperti apa yang dijalankan oleh

China

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan

dan penjelasan secara umum dan menambah wawasan bagi para pembaca

mengenai China mempergunakan strategi perdagangan untuk menguasai

wilayah Asia Tenggara.

2. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa ilmu

hubungan internasional dan dapat dijadikan sebuah referensi bagi siapa

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

8  

saja yang akan melakukan riset tentang hubungan kerjasama Asia

Tenggara dengan China.

1.5. Tinjauan Pustaka

Begitu banyak literatur yang mengkaji dan membahas tentang

perdagangan China dan Asia Tenggara, adapun beberapa tulisan yang dijadikan

tinjauan bagi penulis antara lain:

Dalam jurnal yang berjudul “China’s Strategy for Free Trade Agreements:

Political Battle in the Name of Trade”, Henry Gao mengemukakan bahwa

awalnya China tidak mau untuk terlibat dalam perundingan Free Trade

Agreement (FTA), padahal China telah berangsur-angsur menjadi pemain aktif

dalam persaingan global FTA. Sementara FTA China masih tertinggal dibanding

pemain utama lainnya seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea

Selatan, dimana yang sedang berkembang pesat. Sebagai salah satu negara

perdagangan paling penting di dunia, keputusan China untuk mengejar jalan aktif

negosiasi FTA memiliki implikasi bagi semua negara di dunia. Sebelum mereka

bisa memutuskan bagaimana menanggapi FTA China, mereka harus terlebih

dahulu memahami strategi FTA China. Henry Gao, berpendapat pertimbangan

ekonomi mungkin merupakan faktor penting dalam keputusan China untuk

mengejar FTA, motivasi utama sejauh ini tampaknya adalah pertimbangan

politik. Pada intinya, China telah berusaha menggunakan jaringan FTA untuk

mengembangkan dan mencari sekutu strategis sebagai bagian dari strategi untuk

membangun lingkungan internasional yang kondusif untuk menciptakan

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

9  

”peaceful rise”.11 Ini merupakan tantangan dan kesempatan bagi negara yang

berbeda. Sementara beberapa negara dipilih sebagai mitra FTA karena

kepentingan strategis mereka, negara-negara lain mungkin akan ditinggalkan

karena kurangnya nilai strategis. Dalam jurnal Henry Gao, hanya menjelaskan

tujuan China untuk mengejar FTA, didalam artikel disini tidak menjelaskan,

China menggunakan strategi FTA untuk membendung pengaruh Amerika Serikat.

Jurnal ini hanya menjelaskan bagaimana China telah berusaha menggunakan

jaringan FTA untuk mengembangkan dan mencari sekutu strategis sebagai bagian

dari strategi untuk membangun lingkungan internasional yang kondusif

untuk menciptakan ”peaceful rise”.

Dalam jurnal yaang berjudul “Is China an Economic Threat to Southeast

Asia?”, John Ravenhill mengemukakan bahwa pengamatan terhadap data-data

perdagangan antara China dan ASEAN dan arah perdagangan internasional dari

China maupun negara-negara ASEAN memperlihatkan bahwa potensi kerjasama

ekonomi dan perdagangan antara kedua pihak sangatlah besar. Jika sebelumnya

China dan negara-negara ASEAN bersaing di pasar negara maju terutama

Amerika Serikat dan Jepang, dengan semakin menguatnya market share China di

kedua negara tersebut yang semakin menggantikan market share China dan

menggantikan market share ASEAN, China akan menjadi pusat industri baru yang

merupakan supplier utama pasar kedua negara tersebut. Sekalipun negara-negara

ASEAN mungkin agak rugi, kerugian ini akan tertutupi dengan terbukanya pasar

baru yang lebih besar di China sendiri karena China akan semakin membutuhkan                                                              11 Henry Gao, “China’s Strategy for Free Trade Agreements: Political Battle in the Name of Trade”,2009,diakses dari http://www.networkideas.org/ideasact/dec09/pdf/Henry_Gao.pdf pada tanggal 25 Oktober 2011,pukul 07.00

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

10  

barang modal berupa komponen industri bagi perusahaan-perusahaan

manufakturnya. Dengan demikian, arah perdagangan akan beralih dan dengan

ASEAN-China Free Trade Agreement, proses peralihan arah perdagangan ini

semakin cepat dan bisa diharapkan menciptakan “regional division of labour” di

wilayah Asia.12Dengan ini akan menimbulkan sebuah ancaman bagi ASEAN

dimana pertumbuhan ekonomi China berkembang dengan cepat. Barang produksi

ASEAN akan bersaing dengan barang produksi China, dimana barang produksi

China akan menguasai pasar produksi ASEAN. Hal ini mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi ASEAN akan mengalami pertumbuhan yang sangat lemah.

Bagi China dengan adanya ini, China merasa beruntung sekali karena

mendapatkan surplus dari ASEAN-China Free Trade Agreement.

Dalam artikel yang berjudul “China-ASEAN Free Trade Area: A Chinese

"Monroe Doctrine" or "Peaceful Rise"?”, Vincent Wang beranggapan pasca tahun

1990an China mulai bangkit dalam mengembangkan ekonominya. China mulai

menjalin baik hubungannya dengan Asia Tenggara, dimana China mulai

membentuk ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yaitu dilaksanakan

pada tahun 2010 untuk ASEAN 6 ( Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,

Filiphina, Singapura, dan Thailand ), dan pada tahun 2015 untuk 4 negara

ASEAN ( Kamboja, Laos, Myamar, dan Vietnam ). Dengan kemunculan China

ini untuk mencapai perdagangan bebas itu menandakan bahwa China mempunyai

kebijakan baru. Menurut Vincent hal tersebut masih mempertanyakan apakah

diplomasi aktif dari ekonomi Cina di Asia Timur akan memacu persaingan

                                                             12 John Ravenhill,”Is China an Economic Threat to ASEAN”, Asian Survey, Vol. XLVI, No.5, September/October 2006,hlm.664

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

11  

komersial di wilayah di mana konflik kekuatan masih mungkin terjadi. Tetapi

China yakin akan kebijakan yang telah di buat China, China merasakan dengan

kebijakan “peaceful rise” akan mengembangkan perekonomiannya dan dapat

menguasai Asia Tenggara.13

Dalam artikel yang berjudul “China-ASEAN: From Interdependence to

Political Influence?”, Afrimadona beranggapan dimana kekuatan ekonomi China

dapat digunakan untuk memajukan kepentingan politik di Asia Tenggara. Tetapi

hal tersebut diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini dikarenakan banyak para ahli

yang meragukan kemampuan China untuk mendominasi Asia, dikarenakan

kekuatan ekonomi China masih terbatas dan jauh dibawah Amerika Serikat dan

sekutu seperti Jepang dan Uni Eropa. Padahal secara teoritis, pengaruh politik bisa

efektif dalam hubungan yang saling bergantungan. Afrimadona, mengemukakan

China memanfaatkan Interdependence (kesalingtergantungan) ini untuk mencapai

kepentingan politik di Asia Tenggara. Saling ketergantungan ekonomi antara

China dan ASEAN dapat diaktifkan untuk menjalankan kekuasaannya dengan

negara tetangga ASEAN. Seperti kerjasama China-ASEAN dalam Free Trade

Agreement. Tetapi, kemampuan China untuk mempengaruhi negara-negara

ASEAN sangat terbatas. Dalam hal ini kondisi untuk pengaruh kekuasaan yang

efektif berdasarkan saling ketergantungan, ketersedian sistem politik yang

ditawarkan China yaitu sumber daya dan utilitas marjinal yang tinggi dari negara-

negara ASEAN untuk sumber daya ekonomi. Tetapi, jika kita melihat hati-hati,

                                                             13 Vincent Wang, “China-ASEAN Free Trade Area: A Chinese "Monroe Doctrine" or "Peaceful Rise"?”, China Brief Volume: 9 Issue: 17, pada tanggal 20 Agustus 2009, Diakses dari http://www.jamestown.org/programs/chinabrief/single/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=35434&cHash=d1d96f3f64 pada tanggal 02 Oktober 2011, pukul 08.00.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

12  

tren jangka panjang FTA dapat meniadakan konsekuensi dari hambatan saling

ketergantungan. Dengan FTA secara bertahap akan mengintensifkan hubungan

ekonomi melalui jaringan produksi dan spesialisasi produksi di kawasan sehingga

masih ada potensi kekuatan hubungan antara China dan ASEAN.14

Dalam artikel yang berjudul “Strategic Dimensions of Economic

Interdependence in Southeast Asia”, Donald E. Weatherbee mengemukakan motif

utama analisis kontemporer hubungan internasional dan ekonomi politik Asia

Timur dan Tenggara yaitu membahas "kebangkitan China." Beberapa pengamat

melihat peran ekonomi China meningkat, dimana China sebagai mitra dagang

utama negara-negara ASEAN telah memainkan peran kunci untuk membantu

mengurangi dominasi Amerika Serikat di Asia Tenggara. Donald E. Weatherbee

melihat posisi regional Cina muncul sebagai dasar untuk menantang kebijakan

strategis AS di kawasan tersebut sejak 1950. Peran keamanan Amerika Serikat di

Asia Tenggara sangat penting bagi perdamaian, stabilitas dan menjaga

keseimbangan daerah kekuasaan dengan Amerika Serikat, kekuatan ekstra-

regional dominan besar. Kepentingan keamanan regional negara-negara Asia

Tenggara bertujuan untuk menghindari, membantu untuk mempromosikan

lingkungan strategis yang non-mengancam baik Cina atau Amerika Serikat. Bagi

negara-negara ASEAN, hubungan bilateral mereka dengan kekuatan ekstra-

regional semakin dikaitkan dengan hubungan kelompok mereka dalam format

ASEAN+1 atau kerangka kerja multilateral lainnya seperti keamanan berorientasi

Forum Regional ASEAN (ARF). ASEAN sebagai platform kebijakan regional,

                                                             14 Afrimadona, ““China-ASEAN: From Interdependence to Political Influence?”,05 Januari 2011, Lanskap Baru Politik Internasional:Proceeding Konvensi Nasional I AJHII, hal.94

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

13  

menjadi lebih penting untuk anggota ketika mereka mulai bergerak menuju format

yang lebih terintegrasi organisasi-organisasi regional. Cina dan Amerika Serikat

mengakui pentingnya ASEAN dan anggotanya telah menempatkan hubungan

bilateral mereka di Asia Tenggara dalam konteks perkembangan regionalisme

ASEAN. Dalam konteks ini, negara-negara ASEAN berharap bahwa saling

ketergantungan pertumbuhan regional yang melibatkan Cina dan Amerika Serikat

adalah sebagai mediator hubungan dengan kepentingan bersama dalam menjaga

lingkungan strategis yang stabil. Interdependensi ekonomi diekspresikan melalui

proliferasi perdagangan bebas bilateral dan multilateral. China cenderung

membayangi fakta bahwa hubungan ekonomi ASEAN untuk Amerika Serikat,

Jepang dan Uni Eropa (UE) jauh lebih banyak dibandingkan dengan China.15

Dalam skripsi yang berjudul “ Perubahan Strategi Perdagangan China Di

Wilayah Asia Tenggara Dari Bilateralisme Ke Multilateralisme”, Roro Lonita

Lorensa membahas tentang perubahan paradigma kebijakan perdagangan

internasional China di wilayah Asia Tenggara dari bilateralisme menjadi

multilateralisme yang tertuang lewat kerjasama ASEAN-China Free Trade Area

(ACFTA). Lonita menjelaskan bahwa perubahan paradigma kebijakan

perdagangan internasional China dengan wilayah Asia Tenggara terjadi

disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

terkait dengan perubahan persepsi dan paradigma pembangunan para pemimpin

China dan perubahan konstelasi politik dalam negeri. Sementara faktor eksternal

terkait dengan keinginan China dalam membendung kekuatan Amerika Serikat

                                                             15 Donald E. Weatherbee, ““Strategic Dimensions of Economic Interdependence in Southeast Asia”, Strategic Asia 2006-2007,The National Bureau of Asian Research, hal 271

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

14  

dan Jepang serta perubahan dinamika politik di ASEAN.16 Dalam penelitian ini

sangat berbeda dengan penelitian saya. Dalam penelitian ini, penulis akan

membahas pilihan-pilihan strategi China dalam upaya mencapai kepentingan

yakni membendung kekuatan Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara. Secara

spesifik, mengapa China lebih memilih strategi perdagangan dari pada strategi

lainnya seperti strategi militer, diplomasi publik , dan sebagainya.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Teori Perdagangan Internasional

Dengan liberalisasi perdagangan baik yang bersifat internasional maupun

regional, hambatan-hambatan perdagangan dapat kurangi dan bahkan dihilangkan.

Integrasi ekonomi regional adalah suatu proses dimana beberapa ekonomi dalam

suatu wilayah bersepakat untuk menghapus hambatan dan mempermudah arus

lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga kerja. Pengurangan bahkan

penghapusan tarif dan hambatan non tarif akan mempercepat terjadinya integrasi

ekonomi regional seiring lancarnya lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga

kerja tersebut. Perdagangan bebas ataupun kerjasama regional diharapkan dapat

menimbulkan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan. Tak dapat dipungkiri

bahwa kerjasama perdagangan juga akan meningkatkan kompetisi antar anggota.

Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka manfaat yang

dapat dipetik antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan peningkatan

perdagangan itu sendiri. Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing                                                              16 Roro Lonita Lorensa, “Skripsi berjudul Perubahan Strategi Perdagangan China Di Wilayah Asia Tenggara Dari Bilateralisme Ke Multilateralisme”, 2011, Jakarta:Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

15  

negara, setiap negara dapat berfokus pada produksi barang yang mempunyai

keunggulan komparatif sehingga akan terjadi realokasi faktor produksi. Pada

akhirnya akan tercipta keseimbangan harga yang lebih murah dan output yang

lebih banyak sehingga memberikan kesejahteraan lebih besar terhadap negara-

negara yang terlibat.17

Teori yang dapat menjelaskan perdagangan internasional diantaranya H-O,

Standard trade model, economic of scale, Free Trade Area (FTA) yang

menimbulkan trade creation dan trade diversion.

Teori Heckscer-Ohlin (H-O) mempunyai dua kondisi penting bagi dasar

dari munculnya perdagangan internasional yaitu ketersediaan faktor produksi dan

intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor produksi.Teori

Heckscer-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,

negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan

faktor produksi yang relatif melimpah. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara

akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut

memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan

keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Analisis hipotesis

H-O adalah sebagai berikut:18

a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

                                                             17 Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19830/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 26 Oktober 2011,pukul 7.22 18 Tulus T.H. Tambunan, “ Globalisasi dan Perdagangan Internasional”, 2004, Bogor:Ghalia Indonesia, hal.66

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

16  

b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-

masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi

yang dimilikinya.

c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi

dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor

produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

d. Masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena

negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal

untuk memproduksinya.

Teori H-O mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab

terjadinya perbedaan produktivitas dikarenakan adanya jumlah atau proporsi

faktor produksi yang memiliki (endownment factors) oleh masing-masing negara,

sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang

dihasilkan. Selanjutnya negara-negara yang dimiliki faktor produksi relatif banyak

atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk

kemudian mengekspor barangnya.19

Menurut Paul Krugman,20 perdagangan internasional dan geografi

ekonomi dianggap sebagai sub-disiplin ilmu terpisah. Jika perdagangan

internasional berbicara mengenai tranksaksi perdagangan antar negara, geografi

ekonomi lebih berfokus pada arus migrasi individu atau perusahaan yang

melampaui batas-batas geografi. Geografi ekonomi juga mencermati bagaimana

                                                             19 Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19830/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 26 Oktober 2011,pukul 7.22 20 Paul,Krugman dan Maurice, Obstfeld.International Economics: Politic and Theory. (Pearson Addisin Weasley: Boston,2009), hal 182

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

17  

kota-kota mengorganisasi dirinya sendiri (ekonomi perkotaan). Perdagangan

internasional berfokus pada dampak skala ekonomi terhadap sektor perdagangan

dan lokasi bisnis. Konsep skala ekonomi diperoleh dari analisis yang berakhir

pada kesimpulan bahwa makin banyak barang dan jasa diproduksi di satu pabrik

yang sama, semakin rendah pula biaya produksi yang harus dikeluarkan.

Selanjutnya Economics of scale bertolak belakang dengan teori H-O. Teori

H-O mengamsumsikan skala penambahan hasil yang konstan, sedangkan di dalam

teori skala ekonomis , skala penambahan hasil tidak tetap, melainkan meningkat

terus. Keadaan economies of scale adalah dimana semakin meluasnya pasar maka

biaya rata-rata (avarage cost) yang ditanggung oleh produsen mengalami

penurunan.21 Biaya rata-rata dapat turun dapat disebabkan oleh faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal economies of scale yang dimaksud adalah jika

negara memproduksi barang begitu banyak. Faktor eksternal economies of scale

terjadi jika pasar dan industri mengalami perluasan, maka biaya produksi dapat

ditekan. Perluasan proses industri tidak hanya terjadi ke satu negara saja namun

lingkupnya dapat ke lingkup regional bahkan internasional.

Economies of Scale (Skala Ekonomis) dalam ilmu mikro ekonomi,

merujuk kepada keuntungan biaya yang berhubungan dengan ekspansi usaha.

Adapun faktor yang menyebabkan rata-rata biaya produksi per unit saat ini turun

saat jumlah output meningkat. Economies of Scale merupakan sebuah konsep

yang merujuk pada pengurangan biaya per unit saat ukuran fasilitas dan tingkat

penggunaan input lain meningkat. Sumber umumnya adalah pembelian,

                                                             21 Tulus T.H. Tambunan, “ Globalisasi dan Perdagangan Internasional”, 2004, Bogor:Ghalia Indonesia, hal.66

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

18  

manajemen, pemasaran, dan teknologi (mengambil keuntungan dari hasil skala

dalam fungsi produksi). Economies of Scale merupakan sebuah konsep praktis

yang penting untuk menjelaskan fenomena dunia nyata seperti pola-pola

perdagangan internasional, jumlah perusahaan di pasar, dan bagaimana

perusahaan bisa “terlalu besar untuk gagal”. Pemanfaatan skala ekonomi

membantu menjelaskan mengapa perusahaan tumbuh besar di beberapa industri

dan merupakan pembenaran untuk kebijakan perdagangan bebas, karena beberapa

skala ekonomi mungkin memerlukan pasar yang lebih besar daripada yang

mungkin dalam suatu negara tertentu.22

Dengan liberalisasi perdagangan baik yang bersifat internasional maupun

regional, hambatan-hambatan perdagangan dapat kurangi dan bahkan dihilangkan.

Integrasi ekonomi regional adalah suatu proses dimana beberapa ekonomi dalam

suatu wilayah bersepakat untuk menghapus hambatan dan mempermudah arus

lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga kerja. Pengurangan bahkan

penghapusan tarif dan hambatan non tarif akan mempercepat terjadinya integrasi

ekonomi regional seiring lancarnya lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga

kerja tersebut. Perdagangan bebas ataupun kerjasama regional diharapkan dapat

menimbulkan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan. Tak dapat dipungkiri

bahwa kerjasama perdagangan juga akan meningkatkan kompetisi antar anggota.

Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka manfaat yang dapat

dipetik antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan peningkatan perdagangan

itu sendiri.

                                                             22 Kakali, Mukhopadhyay dan Paul J, Thomassin, “Economic and Environmental Impact Of Free Trade In” ,East and South East Asia (New York:Springer,2010),hlm 137

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

19  

Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing negara, setiap negara

dapat berfokus pada produksi barang yang mempunyai keunggulan komparatif

sehingga akan terjadi realokasi faktor produksi. Pada akhirnya akan tercipta

keseimbangan harga yang lebih murah dan output yang lebih banyak sehingga

memberikan kesejahteraan lebih besar terhadap negara-negara yang terlibat.

Banyak studi yang berkesimpulan bahwa perdagangan bebas berimplikasi positif

bagi negara-negara yang terlibat. Disamping meningkatkan kesejahteraan, juga

meningkatkan kuantitas perdagangan dunia dan efisiensi. Salah satu indikator

untuk mengukur dampak kerjasama perdagangan internasional adalah dengan

melihat terjadinya trade diversion dan trade creation. Dengan analisis partial

equilibrium, trade creation adalah penggantian dimana produk domestik suatu

negara yang melakukan integrasi ekonomi regional melalui pembentukan FTA

dengan produk impor yang lebih murah dari anggota lain. Jika seluruh sumber

daya digunakan secara full employment dan dengan melakukan spesialisasi

berdasarkan comparative advantage, masing-masing negara akan memperoleh

dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat karena memperoleh

barang dengan harga yang relatif lebih murah. Efek positif dari trade creation ini

bukan hanya berlaku untuk negara anggota, tetapi juga untuk negara lain yang

bukan anggota karena adanya peningkatan spesialisasi produksi yang mendorong

peningkatan impor dari negara lain. Adapun trade diversion terjadinya pengalihan

perdagangan dari negara yang tidak ikut serta dalam perjanjian perdagangan tapi

lebih efisien ke negara yang ikut serta dalam perjanjian walaupun kurang efisien.

Manfaat perdagangan bebas atau kerjasama regional sangat ditentukan oleh salah

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

20  

satu efek yang lebih dominan. Efek secara keseluruhan dapat bersifat positif,

negatif ataupun netral, tergantung dari besarnya magnitude dari trade creation

dan trade diversion. Perdagangan bebas akan sangat menguntungkan apabila

dampaknya terhadap trade creation lebih besar dibandingkan dampaknya

terhadap trade diversion.23

Jika diibaratkan, bahwa negara adalah sebuah aktor yang sudah dilengkapi

dengan seperangkat identitas dan kepentingan. Dalam kerjasamanya dengan Asia

Tenggara, China kadang menyangkal bahwa dirinya berambisi untuk

menyetarakan posisinya. Namun di suatu sisi, China merasa nyaman dengan Asia

Tenggara karena antara keduanya memiliki historis yang begitu erat. Negara Asia

Tenggara termasuk kawasan yang paling awal menerima China disaat China jatuh

terpuruk pasca Tiananmen di tahun 1989. Hampir seluruh dunia mengisolasi

China, dan negara awal yang mau menerima China kala itu adalah Asia Tenggara.

Dalam ACFTA, China merasa diuntungkan karena China memiliki skala

usaha besar, sehingga biaya produksi menjadi semakin murah. China bermain

pada economies of scale. Disamping itu, China memiliki kebijakan tidak

mengapresiasi mata uang Yuan. Ketika China ketika tidak mengapresiasi mata

uangnya, berarti mata uang tersebut cenderung terdepresiasi dari nilai

sesungguhnya. Produk barang China menjadi lebih murah, sehingga mampu

bersaing.24 China lebih menekankan kerjasama multilateral yang pada awalnya

                                                             23 Prabianto Mukti Wibowo, Any Ratnawati, Mangara Tambunan dan Erwidod, “Dampak Perdagangan bebas ASEAN-China Terhadap Kinerja Ekonomi Indonesia, Khususnya Sektor Pertanian dan Kehutanan”,4 Desember 2008, Jakarta: JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 5 No., Hal. 265 – 293. 24 Herry Prasetyo, “Guru Besar IPB:Soal ACFTA, Pemerintah Terlalu Berani Mati”, Kontan Lifestyle tanggal 11 April 2011, diakses dari http://lifestyle.kontan.co.id/v2/read/1302492187/64508/Guru-Besar-IPB-Soal-ACFTA-Pemerintah-terlalu -berani-mati pada tanggal 06 Oktober 2011,pukul 22.45 wib

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

21  

adalah kerjasama bilateral. China lebih menyukai karakter personal ASEAN yang

mana ASEAN tidak terlalu legally binding seperti Eropa.

Transformasi ASEAN yang kian menunjukkan bahwa Asia Tenggara

merupakan kawasan strategis dan didukung oleh ASEAN kini yang telah memiliki

payung hukum dan memungkinkan permasalahan diselesaikan di lingkup mereka

saja. Dengan adanya kesamaan misi, maka terjalinlah kerjasama lebih dalam

antara ASEAN dan China lewat kerangka kerjasama ACFTA yang lebih

komprehensif. Dengan berlakunya ACFTA maka bermacam produk China,

termasuk tekstil mulai tahun 2010 dipastikan membajiri di pasaran dalam negeri,

dikarenakan bea masuknya nol persen.25 Dengan perkembangan perdagangan

barang antara ASEAN dan China dengan ini akan mendorong perdagangan antara

ASEAN dan China menjadi trade creation atau trade diversion.

Tetapi banyak pihak yang menentang keberlangsungan ACFTA karena

menganggap bahwa keberadaan ACFTA akan membuat industri mati dan tidak

benar. Justru momen inilah saatnya industri-industri dapat bangkit dan bisa

berimprovisasi serta berkembang menjadi industri besar. Dengan adanya

persaingan justru membuat setiap berusahaan berusaha untuk menghasilkan

produk yang lebih baik. Inilah yang menjadi alasan pentingnya pelaksanaan

perjanjian dengan China. Negara ASEAN harus mengatakan siap untuk

menghadapi kondisi ini. Dengan adanya kerjasama ekonomi yang ruang

lingkupnya regional akan terjadi spesialisasi produksi. Perdagangan bebas yang

terjadi secara natural membuat negara berfokus pada wilayah produksi yang

                                                            25 http://nusantaranews.wordpress.com/2009/12/30/indonesia-vs-china-studi-komparatif-bisnis-ekonomi-cafta/, diakses tanggal 22/01/2010, pukul 08.10 WIB

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

22  

paling unggul dari yang lain (comparative advantage). Akibatnya terjadi

pengalihan produksi, dan peningkatan permintaan. Jika comparative advantage

menyebutkan bahwa negara cenderung mengekspor barang-barang yang

diunggulkan dalam faktor produksi, terutama tanah (land) dan tenaga kerja

(labour). Sedangkan spesifik trade model menyebutkan bahwa yang termasuk

faktor produksi tidak hanya tanah dan tenaga kerja saja, akan tetapi beragam.

Pilihan negara untuk spesialisasi barang yang dimilikinya dipengaruhi oleh

tingkat harga internasional.

1.6.2. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest)

Kepentingan nasional adalah konsep yang paling populer dalam analisa

hubungan internasional, baik untuk mendeskripsikan , menjelaskan, meramalkan,

maupun menganjurkan perilaku internasional. Analisis sering memakai konsep

“kepentingan nasional” sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri

suatu negara.

Pendekatan Morgentau telah menjadi paradigma dominan dalam studi

politik internasional sesudah Perang Dunia II. Bersama-sama dengan konsep

power, kepentingan nasional merupakan pilar utama bagi teorinya tentang politik

luar negeri dan politik internasional yang realis. Pemikiran Morgentau didasarkan

pada asumsi bahwa strategi diplomasi harus didasarkan pada kepentingan

nasional, bukan pada alasan-alasan moral, legal dan ideologi yang dianggapnya

utopis dan bahkan berbahaya. Ia menyatakan kepentingan nasional setiap negara

adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membuatnya bisa

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

23  

mengendalikan satu atau beberapa negara lain yang bisa mengendalikan itu.

Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini bisa diciptakan melalui teknik-teknik

pemaksaan maupun kerjasama.26

Secara umum, konsep kepentingan nasional diartikan sebagai

kelangsungan hidup. Dalam pandangan Morgentau, kemampuan minimum

negara-negara bangsa adalah melindungi identitas fisik, politik,ekonomi,

keamanan dan kulturalnya dari gangguan negara lain. Biasanya kepentingan

nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk

kebutuhan negara yang paling vital seperti pertahanan, keamanan, militer dan

kesehjateraan ekonomi. Menurut Morgentau dari tujuan-tujuan umum ini para

pemimpin suatu negara bisa menurunkan dalam berbagai kebijakan-kebijakan

khusus terhadap negara lain, baik yang bersifat kerjasama maupun konflik.

Misalnya perlombaan persenjataan, perimbangan kekuatan, pemberian bantuan

asing, pembentukan aliansi, ataupun perang ekonomi.27

Dalam hal ini China mulai berubah kebijakannya untuk menuju kekuatan

ekonomi dunia. China berusaha mencari ruang baru untuk memperluas pasar dan

kemitraan baru untuk pengembangan, dengan tujuan untuk memastikan terus

masuknya sumber daya dan modal, dan untuk melindungi kepentingan pasar

dalam produksi ekspor. Tetapi China terus-menerus mempertahankan statusnya

sebagai negara berkembang, dan mengatakan bahwa sebagai proses dari

transformasi, China akan mau menerima bantuan. Retorika ini berkorelasi

langsung pada kepentingan strategis China terhadap negara-negara mitranya di                                                              26 Hans J. Morgenthau, “Politik antar bangsa”, Yayasan Obor Indnesia.1990. 27 Netty Rustiningsih, “Modul Pengantar Ilmu Hubungan Internasional bagi mahasiswa Hubungan Internasional semester II FISIP UPN ‘Veteran’ Jakarta”, hal.14

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

24  

kawasan Asia dan Afrika. Pada saat ini China sedang bergerak menuju kerjasama

multilateral, dengan harapan dapat memajukan tujuannya termasuk pembangunan

ekonomi dan mempertahankan kelanjutan dari sistem politiknya. Secara umum

strategi China yaitu menggunakan kebijakan yang lebih lunak (soft power policy)

dengan tujuan memperingatkan dunia tentang konsekuensi dari maslah

transnasional yang tidak menguntungkan yang timbul dari dalam sektor

lingkungan, China menantang negara-negara mitra untuk ambil bagian dalam

memecahkan masalah ini. Beberapa mendorong peningkatan kerja sama yang erat

dengan China dengan tujuan untuk dapat menekan kekhawatiran atas ekspansi

imperialis China di Asia Timur. Pemikiran lainnya menunjukkan bahwa

pragmatisme tentang China secara negatif dapat mempengaruhi kepentingan

negara-negara kecil di kawasan, seperti dalam kasus Myanmar. Tentu saja hal ini

akan merusak atau melemahkan upaya ASEAN untuk menciptakan pondasi

politik yang satu dengan misalnya mendukung kolaborasi bilateral. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan China membangun hubungan dengan ASEAN,

khususnya dibidang ekonomi, yaitu:28

1. Kebijakan reformasi yang dijalankan oleh pemerintah China.

2. Kebijakan China dalam hal berhubungan dengan tetangga secara

bersahabat.

3. Kedekatan geografis dan sejarah serta budaya dengan ASEAN.

4. Keterbatasan bahan mentah di China dan kepentingan nasional China yang

ingin menggantikan posisi hegemoni dalam perekonomian dengan Jepang.

                                                             28 Hans J. Giessmann, ”ChIndia” and ASEAN: About National Interests, Regional Legitimacy, and Global Challenges, FES Berlin Briefing Paper 7, May 2007, hal, 3-4.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

25  

5. Orientasi kebijakan ekonomi ASEAN yang memang berkeinginan kuat

untuk menjalin hubungan ekonomi dengan China.

Tetapi faktor yang paling penting adalah perdagangan luar negeri.

Perdagangan luar negeri adalah pendorong bagi pembangunan ekonomi China-

ASEAN. Oleh karena itu China dan ASEAN berusaha untuk meningkatkan

hubungan perdagangan luar negeri diantara mereka sejak memasuki tahun 1990-

an. Pola perdagangan China-ASEAN memasuki dimensi baru dimana

berkembangnya gejala interdependensi ekonomi membawa dampak pada

meningkatnya hubungan ekonomi China-ASEAN. Sejak China resmi menjadi

mitra dialog penuh ASEAN pada tahun 1996 dan keanggotaan China dalam

ASEAN+3 sejak tahun 1997 semakin mempererat hubungan bilateral China-

ASEAN yang secara otomatis semakin meningkatkan hubungan ekonomi

khususnya perdagangan dan investasi antar kedua pihak.

1.6.3. Teori Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)

Politik luar negeri pada dasarnya merupakan “action theory”, atau

kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu

kepentingan tertentu. Secara umum politik luar negeri merupakan seperangkat

tujuan yang dicari untuk memetakan bagaimana negara tersebut akan berinteraksi

secara resmi dengan negara-negara lain atau aktor non negara di dunia. Politik

luar negeri ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup

suatu negara.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

26  

Politik luar negeri mempunyai tiga konsep untuk menjelaskan hubungan

suatu negara dengan kejadian dan situasi di luar negaranya, yaitu:

1. Foreign policy sebagai sekumpulan orientasi. Politik luar negeri sebagai

sekumpulan orientasi merupakan pedoaman bagi para pembuat keputusan

untuk menghadapi kondisi-kondisi eksternal yang menuntut pembuatan

keputusan dan tindakan verdasarkan orientasi tersebut. Orientasi ini terdiri

dari sikap, persepsi, dan nilai-nilai yang diajabarkan dari pengalaman

sejarah, dan keadaan strategis yang menentukan posisi negara dalam

politik internasional.

2. Foreign policy sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk

bertindak. Dalam hal ini kebijakan luar negeri berupa rencana dan

komitmen konkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk

membina dan mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang

konsisten dengan orientasi politik luar negeri. Pada fase ini rencana

tindakan politik luar negeri ini akan memberikan pedoman bagi tindakan

yang ditujukan pada situasi yang berlangsung lama, tindakan yang

ditujukan pada negara-negara tertentu, dan tindakan yang ditujukan pada

isu-isu khusus.

3. Foreign policy sebagai bentuk perilaku atau aksi.29

Sistem politik China mempercayakan dalam pelaksanaan peraturan-

peraturan kepada berbagai struktur. Dalam hal ini kebijakan luar negeri China

sangat dipengaruhi oleh banyak aktor diantaranya adalah lembaga, kementerian,

                                                             29 Netty Rustiningsih, “Modul Pengantar Ilmu Hubungan Internasional bagi mahasiswa Hubungan Internasional semester II FISIP UPN ‘Veteran’ Jakarta”, hal.16

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

27  

dan individu, masing-masing memainkan pengaruhnya agar dapat dijadikan

sebuah kebijakan.30

Menurut Cristopher Hill, kebijakan luar negeri adalah suatu kumpulan dari

hubungan eksternal resmi yang dilakukan oleh aktor independen yaitu negara

dalam konteks hubungan internasional. Hubungan eksternal yang resmi

memungkinkan masuknya semua kebijakan dari mekanisme pemerintahan sebagai

input. Istilah “aktor independen” memungkinkan terjadinya pergeseran aktor.

Padahal eksistensi dari hubungan eksternal resmi tersebut merupakan kebijakan.

Karena jika tidak, hal ini akan dilihat sebagai kebijakan luar negeri yang terpisah.

Perlu diketahui bahwa dunia dipisahkan oleh beragam komunitas yang berbeda,

sehingga suatu kebijakan yang ada akan dinilai sebagai kebijakan luar negeri.31

Adapun tahap pembuatan kebijakan luar negeri adalah:

1. Menjabarkan pertimbangan kepentingan nasional ke dalam bentuk tujuan

dan sasaran yang spesifik.

2. Analisis lingkungan politik internasional dan domestik.

3. Menganalisis kapabilitas nasional yang dimiliki untuk menjangkau hasil

yang dikehendaki.

4. Memetakan berbagai opsi strategi dan perencanaan beserta kalkulasinya

5. Memilih opsi strategi dan perencanaan.

6. Mengemvangkan strategi dan perencanaan untuk memakai kapabilitas

nasional sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

                                                             30 David Lampton, “The Making of Chinese Foreign and Security Policy in the Era of Reform”, (Stanford:Stanford University Press,2001), hlm.85 31 Christoper Hill, “The Changing Politics of Foreign Policy”, (New York: Palgrave Macmillan,2003),hlm 3-5

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

28  

7. Melaksanakan tindakan yang diperlukan.

8. Melakukan evaluasi.32

Menurut K.J. Holsti, kawasan dapat diartikan sebagai sekumpulan negara

yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu wilayah

tertentu.33Secara rasional, setiap pemerintah akan mengidentifikasikan tujuan

mereka dan kemudian mengelola cara-caranya mencapainya melalui aksi politik

atau kebijakan luar negerinya. Tujuan jangka panjang adalah untuk memenuhi

paling tidak satu dari sejumlah nilainilai sosial, ekonomi, maupun simbolis serta

sikap dan persepsi dalam negeri yang telah terbentuk oleh perkembangan sejarah,

ideologi dan asumsi mengenai hidup yang ideal.34

Padahal apabila dijabarkan, substansi kebijakan luar negeri suatu negara

dipengaruhi oleh :

a. Faktor konteks eksternal yang meliputi: struktur sistem internasional,

struktur ekonomi dunia, tujuan dan kebijakan negara lain, masalah global

dan regional yang ditimbulkan oleh aktifitas pereorangan, serta hukum

internasional dan pendapat dunia.

b. Faktor politik domestik yang meliputi berbagai kebutuhan atau

kepentingan sosioekonomi dan keamanan, karakter geografis, atribut

nasional,struktur pemerintahan,opini publik,birokrasi,dan pertimbangan

etis.35

                                                             32 Op Cit Netty Rustiningsih, hal 17. 33 Craig A. Synder, “Contemporary Security and Strategy, (Palgrave:Macmillan,2008),hal.228 34 Ibid,hlm 11 35 Ibid,hal 271-274

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

29  

c. Pengaruh persepsi dan perilaku para aktor pembuat kebijakan meliputi

citra, perilaku, nilai, doktrin, ideologi, analogi, dan bahkan kepribadian.

Adapun pilihan model-model perumusan kebijakan luar negeri diantaranya:

a. Model Aktor Rasional

Asumsi dasar perspektif ini yaitu bahwa negara-negara dapat

dianggap sebagai aktor yang berupaya untuk memaksimalkan pencapaian

tujuan mereka berdasarkan kalkulasi rasional. Fokus perhatian

menekankan pada interaksi antar pihak-pihak yang terlibat daripada

mengkaji suatu peristiwa hanya dari sudut pandang pihak yang

memberikan tanggapan saja. Proses diarahkan pada pemilihan baik

pemilihan tujuan-tujuan politik luar negeri, pemilihan alternartif-alternatif

keputusan yang mungkin akan dijalankan dan pemilihan tindakan dari

sekian banyak alternatif yang ada. Didalam perspektif strategi, pola umum

dari kesinambungan dan perubahan politik luar negeri dijelaskan

berdasarkan tujuan-tujuan strategis para pembuat keputusan.

John P. Lovel telah menyarankan adanya beberapa faktor utama

yang memepngaruhi proses perumusan startegi kebijakan luar negeri suatu

negara-bangsa, yaitu: struktur sistem internasional, persepsi elit, strategi

negara-bangsa lain, dan kapabilitas yang dimilki oleh negar tersebut.

Keempat faktor ini menentukan corak interaksi antar negara dalam

perspektif startegi yang meliputi leadership strategy, confrontatition

strategy, accommodative strategy, dan concordance strategy. Istilah

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

30  

leadership strategy menunjukkan adanya posisi pengawasan melalui cara

persuasi dan tawar-menawar daripada melalui cara kekerasan (walaupun

kadangkala cara kekerasan mungkin saja dapat dikombinasikan dengan

cara persuasi). Pada tipe startegi ini suatu negara mengganggap

kapabilitasnya superior dan strategi negarabangsa lain mendukung.

Concordance strategy mengacu pada adanya suatu kepentingan yang

saling menguntungkan. Namun, menyadari bahwa kapabilitasnya relatif

lebih rendah daripada negara A, maka para pembuat keputusan negara B

akan berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan negara A

dengan cara menghindari pembuatankebijakan luar negeri yang dapat

menimbulkan mkonflik dengan negara A, dan negara B akan bertingkah

laku selaras dengan initiatif-initiatif negara A.36

Sementara itu, menurut confrontation strategy, negara-bangsa A

akan mencoba untuk mempertajam isu-isu yang mengandung konflik

kepentingan dengan negara B, dan memaksa negara B untuk memodifikasi

posisinya melalui pengakuan terhadap superioritas kapabilitas negara A.

Di lain pihak, dengan adanya pengakuan negara B terhadap superirotas

kapabilitas negara A, maka diharapkan negara B akan mencoba untuk

membuat strategi penyesuaian-penyesuaian (accommodation strategy)

untuk menghindari konflik, meskipun ada kemungkinan di waktu depan

negara B akan menerapkan strategi konfrontasi (confrontation strategy)

                                                             36 John P. Lovel. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision Making. New York,Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1970, especially chapter 3.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

31  

ketika kapabilitas negara B meningkat.37 Keempat varian strategi di atas

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1 : Policy makers’ estimates of the strategy of another

nation-state and estimates of their own relative capabilities as

determinants of the style of interactiom

Sumber: John P. Lovel. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision Making. New York,Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1970, especially chapter 3. Dalam Artikel Yanyan Mochamad Yani,yang berjudul “Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri:Teori dan Praksis”

Kelemahan yang melekat pada model ini adalah asumsi mengenai

perhitungan rasional dari para pembuat keputusan. Sering terjadi suatu

keputusan yang rasional bagi seseorang belum tentu rasional pula bagi

orang lain. Dalam banyak literatur mengenai studi politik luar negeri

dijelaskan bahwa para pengambil keputusan akan bertindak rasional.

Kesulitan muncul ketika kita mencoba mendefinsikan apa yang dimaksud

                                                             37 Ibid, hal. 98-101

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

32  

dengan keputusan atau tindakan rasional, dipandang rasional oleh siapa

atau rasional untuk siapa.

b. Model Pembuatan Keputusan

Dalam model ini, motivasi dari pembuat keputusan (nilai dan

norma yang dianut) memegang peranan penting. Selain itu yang menjadi

fokus adalah arus informasi diantara mereka serta pertimbangan pengaruh

dari berbagai politik luar negeri terhadap pilihan mereka dan keadaan atau

situasi untuk mengambil keputusan (situasional).

Model ini menyatakan bahwa faktor apapun yang menjadi

determinan dalam politik luar negeri akan diperhatikan dan

dipertimbangkan oleh para pembuat keputusan (decision-makers).

Kelebihan model ini yaitu dimensi manusia dianggap lebih efektifdari

proses politik luar negeri itu sendiri.38 Maka itu faktor-faktor paling

penting yang dapat menjelaskan pilihan-pilihan politik luar negeri adalah:

1. Motivasi dari para pembuat keputusan (nilai-nilai dan norma-

norma yang dianut).

2. Arus informasi diantara mereka (jaringan informasi).

3. Pengaruh dari berbagai politik luar negeri terhadap pilihan mereka

sendiri.

                                                             38 James A. Robinson dan Richard C. Snyder, “Decision-Making in International Politics”, in Herbert C.Kelman, ed., International Behaviour: A Social-Psychological Analysis. New York, Holt, Rinehart and Winston, 1965, pp.433-463; G.M., Herek, Irving L. Janis, and P. Huth, “Decisison-Making During International Crises: Is Quality of Process Related to Outcome?”, Journal of Conflict Resolution 31 (2),1987, pp.203-226; Jack Levy, “Prospect Theory and International Relations: Theoretical Applicationsand Analytical Problems”, Political Psychology 13 (2), 1992,pp.171-186.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

33  

4. Keadaan atau situasi untuk mengambil keputusan (occasion for

decision) yang mengacu pada sifat-sifat khusus situasional yang

ada pada waktu keputusan itu dibuat, apakah sedang dalam

keadaan krisis atau tidak.

c. Model Politik Birokratik

Dalam model ini ditekankan pada peran yang dimainkan birokrat

yang terlibat dalam proses politik luar negeri. Pada model ini pemerintah

dianggap terdiri dari sekian banyak individu dan organisasi. Konsekwensi

yang muncul adalah keputusan tidaklah dipandang sebagai produk

rasionalitas melainkan produk dari proses interaksi dan penyesuaian dari

berbagai individu dan organisasi. Dengan kata lain, politik luar negeri

merupakan proses politik yang meliputi rundingan-rundingan (bargaining),

kompromi (compromise), dan penyesuaian-penyesuaian (adjustment).39

d. Model Adaptif

Dalam model ini merupakan respon negara terhadap hambatan dan

peluang yang tersedia dalm lingkungan nasional. Model ini berupaya

untuk memisahkan beberapa pilihan politik luar negeri berdasarkan

perkiraan kapabilitas yang dimiliki suatu negara dan posisi geopilitiknya.

Secara umum, politik luar negeri yang dipandang sebagai model adaptif

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.40

                                                             39 Peter A. Toma dan Robert F. Gorman. 1991. International Relations : Understanding Global Issues.Pasific Grove, California : Brooks Cole Publishing Company, hal. 135-136. 40 John P. Lovel. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision Making. NewYork, Holt, Rinehart and Winston, Inc., hal. 133-156.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

 

SuFin

per

(pe

neg

ind

Jam

eksternal

negara. Ke

G

umber: Jandings, and

Menur

rubahan ya

erubahan str

gara pada

dependen, y

mes N. Ros

saling beri

eterkaitan a

Gambar 2.

ames N. RMethods. N

rut model in

ang terjadi

ruktural). D

suatu wakt

yaitu peruba

senau meng

nteraksi pr

antara aspek

Model Ada

Rosenau, CNew York:

ni politik lu

di lingkung

Dengan kata

tu tertentu

ahan ekstern

gemukakan

roses pembe

k nasional in

aptif Politik

Comparing Sage Public

uar negeri m

gan ekstern

a lain, tindak

merupakan

nal dan peru

bahwa situa

entukan ke

nternasiona

k Luar Neg

Foreign Pcations, 197

merupakan k

nal dan ling

kan politik

penjumlah

ubahan struk

asi dan kon

bijakan lua

al digunakan

geri

olicy: The74, hal. 47

konsekwens

gkungan int

luar negeri

han dua var

ktural (inter

ndisi interna

ar negeri se

n sebagai

34 

ories,

si dari

ternal

suatu

riabel

rnal).

al dan

ebuah

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

35  

variabel yang terikat. Keterkaitan aspek internal dan eksternal memberikan input

dalam kebijakn suatu negara.41

Menurut Samuel S.Kim mengemukakan ada 3 (tiga) pendekatan utama

yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri China.

Pertama, pendekatan internal. Kedua, pendekatan eksternal. Ketiga, keterkaitan

antara faktor internal dan eksternal.42

Dalam Kebijakan ekonomi China di Asia Tenggara diawali sejak krisis

finansial yang menimpa kawasan Asia Tenggara dan juga adanya tekanan akibat

pertumbuhan ekonomi China yang terus-menerus meningkat, dimana telah

mendorong ASEAN untuk lebih mengutamakan stabilitas ekonomi domestik dan

pertumbuhan ekonomi daripada ancaman keamanan eksternal. Sejak akhir 1990an

kekhawatiran negara-negara Asia Tenggara pada umumnya berkaitan dengan

tampak pertumbuhan ekonomi China yang mengancam negara di kawasan Asia

Tenggara. Untuk mengurangi kekhawatiran ASEAN, China mulai secara aktif

mengajukan perjanjian untuk memenuhi kebutuhan negara-negara ASEAN akan

stabilitas finansial, perdagangan dan investasi dengan dalih merupakan kebutuhan

nasional China pula untuk mempererat hubungan ekonomi China dan ASEAN

serta untuk memperkuat perekonomian negara-negara Asia Tenggara. Dengan

menekankan hasil yang yang saling mengutungkan, China menerapkan kebijakan

untuk mengurangi kekhawatiran regional dengan meyakinkan dan

membangkitkan optimisme dikalangan pemimpin ASEAN bahwa China yang

                                                             41 James N.Rosenau,”Introduction:New Directions and Recurrent Question in the Comparative Study Foreign Policy”, New Direction in the Study of Foreign Policy,eds Charles F.Hermann, Charles W.Kegley,Jr,James N.Rosenau,Boston:Allen &Unwia,1987,hlm.1 42 Samuel S.Kim, “ China and the World in Theory and Pratice,China and the World Chinese Foreign Relations in the post-Cold War Era”, eds Samuel S.Kim Boudler: Westview Press,Inc,1994,hlm21

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

36  

semakin kuat terbukti dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta

kesehjaterahan di kawasan Asia Tenggara, sekaligus mengurangi rasa

ketidakkepercayaan.43

Tetapi, tidak menghalangi China melancarkan manuver kebijakan, yang

tidak dipunyai oleh negara-negara Asia lain dalam menghadapi krisis. Padahal

kebebasan melancarkan manuver tersebut yang sangat dibutuhkan untuk dapat

membangun kembali perekonomian Asia. Sampai saat ini sustainability dari

proses reformasi ekonomi China tampak berjalan lancar dan cukup berhasil. Yang

menarik adalah bahwa proses reformasi ekonomi China dapat dilaksanakan tanpa

mengubah sistem politiknya. Dalam mewujudkan tekadnya untuk memperkuat

perekonomiaannya, China lebih berkepentingan menjalin hubungan yang lebih

erat dengan ASEAN. Untuk itu berbagai kebijakan dan cara ditempuh China di

dalam menganstisipasi berbagai faktor eksternal maupun internal. Faktor

eksternal, China menjalin hubungan bersahabat dengan negara-negara lain.44

Dengan ASEAN, China bersikap lunak dan bersahabat. Faktor internal, para

pemimpin China mentransformasikan modal, kesempatan untuk mendorong elite

dan masyarakatnya bersikap produktif dan mengerjakan berbagai hal dalam

standar internasional. Sekarang China telah menjadi negara yang paling produktif

diseluruh dunia, dan hasilnya dapat dilihat di pasaran dunia.

Lalu dalam kebijakan perdagangan China di Asia Tenggara, China

mencoba untuk menguasai peluang pasar di Asia Tenggara, dengan hasil produksi

                                                             43 Rahadian T. Akbar, “ Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN: Sebuah Potret Kerja Sama”, 2011, Jakarta: Pustaka Pelajar dan Pusat penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 44 David Shambaugh, “Power Shift: The Rise of China and Asia’s New Dynamics’, University of California Press, 2005, 1-3

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

37  

bukan lagi “Made in Asia” , tetapi menjadi “Made in China”. Dimana China

melihat masyarakat ASEAN mempunyai sifat komsumsimers. Untuk memperoleh

gambaran yang lebih jelas mengenai pendekatan tersebut, penulis akan

menggunakan model sistem kebijakan luar negeri China menurut Samuel S.Kim

sebagai berikut:

Gambar 3. Model Sistem Kebijakan Luar Negeri China

Sumber: Bagian diatas merupakan penyerdahanaan dari bagan yang dibuat oleh Samuel S.Kim. Lihat dalam, Samuel S.Kim, “Chinese Foreign Policy Behaviour”, “China and the World: Chinese Foreign Policy in the post-Mao Era, Samuel S.Kim (Boulder:Westview Press,Inc,1984),hlm.6

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

38  

China memiliki prinsip-prinsip sebagai pegangan bagi kebijakan luar

negerinya secara umum. Tetapi, prinsip tersebut tidak dapat mengakomodasi

kepentingan China, sehingga China cenderung bersifat pragmatis. Lima prinsip

yang dianut China45tersebut antara lain:

1. Lima prinsip hidup berdampingan.

2. Membangun tatangan ekonomi dan politik dunia yang layak dan adil.

3. Tidak menggunakan kekuatan atau ancaman yang menggunakan kekuatan

dalam hubungan internasional.

4. Semua bangsa, besar atau kecil, kuat atau lemah, kaya atau miskin, adalah

setara dalam masalah-masalah internasional

5. China harus selalu berpihak pada negara-negara berkembang, China

seharusnya tidak berupaya menjadi hegemon atau status adidaya.

Sedangkan Five Principles of Peaceful Coexistence46 diantaranya:

1. Saling menghormati kesatuan wilayah masing-masing.

2. Tidak melakukan agresi.

3. Tidak melakukan intervensi dalam masalah dalam negeri masing-masing

negara

4. Kesamaan dan saling menguntungkan

5. Hidup damai berdampingan

                                                             45 Op Cit,hlm.30-31 46 Flemming Christiansen and Shirin M. Rai, Chinese Politic and Society:An Introduction, (London:Prentice Hall,199),hlm.169

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

39  

1.7. Model Analisis

1.8. Asumsi

Dalam penelitian mengenai China menggunakan strategi perdagangan

sebagai instrumen untuk membendung pengaruh Amerika Serikat di wilayah Asia

Tenggara, penulis berasumsi:

a. Strategi perdagangan merupakan instrumen kebiajakan luar negeri China

untuk mencapai kepentingan nasionalnya di wilayah Asia Tenggara.

b. China merupakan aktor rasional yang pilihan strateginya untuk mencapai

kepentingan nasional didasarkan perhitungan cost and benefit.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

40  

c. Asia Tenggara merupakan wilayah strategis tempat dimana China

memaksimalkan kepentingan nasional dan memiliki peluang pangsa pasar

yang luas bagi China.

1.9. Hipotesis

China mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yaitu untuk

membendung pengaruh Amerika Serikat di Asia Tenggara. Untuk membendung

pengaruh Amerika Serikat di Asia Tenggara, China menggunakan strategi

perdagangan. Adapun strategi perdagangan yang digunakan yaitu dengan

hubungan kerjasama baik bilateral dan multilateral dan usaha China untuk

penerapan uang bersama yaitu mata uang Yuan untuk tranksaksi dalam kegiatan

perdagangan. Strategi perdagangan ini akan menimbulkan trade creation, trade

diversion, dan adanya ketergantungan ASEAN terhadap China. Sehingga China

dapat membendung pengaruh Amerika Serikat, dimana China akan dapat

menguasai ekonomi di Asia Tenggara dan pertumbuhan ekonomi China akan

meningkat.

1.10. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

explanatif, dimana penulis berupaya menjelaskan mengenai Cina yang

menggunakan pendekatan perdagangan untuk mencapai kepentingan di wilayah

Asia Tenggara.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

41  

Dalam penelitian ini, penulisan menggunakan satu jenis data yakni data

sekunder. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari hasil penelitian yang

diambil dari berbagai hasil penelitian terdahulu baik yang berupa buku-buku,

artikel-artikel yang berasal dari berbagai jurnal ilmiah studi Hubungan

Internasional, majalah dan surat kabar serta artikel-artikel yang terdapat dalam

situs internet. Untuk data-data sekunder ini, metode pengumpulan data yang

penulis gunakan adalah internet research dan documentary research.

Dalam menganalisis data, penulis akan melakukan serangkaian prosedur

yang meliputi pemurnian data, kategorisasi data (coding) dan interpretasi serta

induksi data menjadi sebuah generalisasi. Dalam aktivitas pemurnian data, penulis

memilih data-data yang benar-benar diperlukan berdasarkan insight teori yang

dipakai. Kemudian setelah itu, penulis mengelompokkan data-data kedalam

kategori-kategori tertentu yang penulis buat berdasarkan indikator-indikator yang

penulis turunkan dari teori yang dipakai. Penulis kemudian membuat interpretasi

dan generalisasi mengenai logika kausalitas (hubungan sebab-akibat) antar data-

data tersebut berdasarkan logika explanatoris teori. Selanjutnya data-data tersebut

diagregasikan dan digeneralisasikan untuk memperoleh penjelasan umum

(infererence) terhadap fenomena yang diteliti dan juga berdasarkan sistematika

penulisan.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

42  

1.11. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memberikan pemahaman mengenai isi dari penelitian secara

menyeluruh, maka skripsi ini dibagi menjadi 4 bab yang terdiri dari bab dan sub-

bab yang saling berkaitan satu sama lain. Bab-bab tersebut antara lain:

BAB I. Pendahuluan

Bab ini merupakan penjabaran dari pendahuluan yang meliputi penjelasan

tentang latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, model analisis, asumsi, hipotesis,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. Strategi Perdagangan China Untuk Membendung Pengaruh

Amerika Serikat Di Wilayah Asia Tenggara

Bab ini merupakan penjelasan tentang kepentingan ekonomi China di

wilayah Asia Tenggara, pegaruh Amerika di Asia Tenggara yang merupakan

ancaman bagi China, pilihan-pilihan strategi China untuk membendung pengaruh

AS di wilayah Asia Tenggara .

BAB III. Penyebab Perubahan Strategi Perdagangan China

Bab ini merupakan penjabaran yang meliputi penjelasan tentang faktor-

faktor perubahan strategi perdagangan China yang terdiri dari faktor eksternal dan

internal, analisis tentang cost dan benefit pilihan strategi perdagangan yang

digunakan China, implikasi strategi perdagangan China bagi kepentingan China:

apakah kepentingan nasionalnya tercapai dengan strategi perdagangan yang

diambil.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan I.pdf · 2019. 11. 29. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan China telah muncul sebagai kekuatan besar dunia

43  

BAB IV. Penutup

Bab ini merupakan jawaban dari pokok permasalahan penelitian. Dalam

bab ini peneliti mencoba menyimpulkan sebuah jawaban yang berasal dari analisis

data yang diperoleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

UPN "VETERAN" JAKARTA