bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah 1.pdf · bunyi pasal dari undang – undang telah...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya perekonomian suatu daerah mempengaruhi kebutuhan dari setiap individu atau masyarakat.Salah satunya pemenuhan kebutuhan akan transportasi. Transportasi merupakan pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin .Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. 1 Sistem transportasi yang andal merupakan sarana penunjang kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilisasi penduduk dari satu daerah kedaerah lain yang mampu mendistribusikan barang dari satu tempat ketempat lainnya secara meluas. 2 Sedikitnya angkutan umum mengakibatkan kebutuhan akan transportasi bertambah, karena dengan transportasi dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan akan transportasi yang semakin banyak, maka demi memenuhi kebutuhan dari masyarakat para penyedia jasa kursus mengemudi pun mulai menjamur. Hal tersebut mengakibatkan kendaraan pribadi adalah satu-satunya sarana 1 Muchlisin Riadi , 2012,Pengertian dan Fungsi Transportasihttp://www.kajianpustaka.com/p/profil.html , diakses pada tanggal 6 januari 2015 2 Syafran Sofyan, 2012, Pengembangan Sistem Trasnsportasi Nasional guna mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi dalam rangka ketahanan nasional Jurnal Kajian Nasional Lemhannas Republik Indonesia, Edisi 14, Desember 2012, h. 31

Upload: danghanh

Post on 12-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bertambahnya perekonomian suatu daerah mempengaruhi kebutuhan dari

setiap individu atau masyarakat.Salah satunya pemenuhan kebutuhan akan

transportasi. Transportasi merupakan pemindahan manusia atau barang dari satu

tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

oleh manusia atau mesin.Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan

manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.1

Sistem transportasi yang andal merupakan sarana penunjang kemajuan

ekonomi karena akan mendukung mobilisasi penduduk dari satu daerah kedaerah lain

yang mampu mendistribusikan barang dari satu tempat ketempat lainnya secara

meluas.2Sedikitnya angkutan umum mengakibatkan kebutuhan akan transportasi

bertambah, karena dengan transportasi dapat memudahkan masyarakat dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

Kebutuhan akan transportasi yang semakin banyak, maka demi memenuhi

kebutuhan dari masyarakat para penyedia jasa kursus mengemudi pun mulai

menjamur. Hal tersebut mengakibatkan kendaraan pribadi adalah satu-satunya sarana

1Muchlisin Riadi, 2012,“Pengertian dan Fungsi

Transportasi”http://www.kajianpustaka.com/p/profil.html, diakses pada tanggal 6 januari 2015 2Syafran Sofyan, 2012, “Pengembangan Sistem Trasnsportasi Nasional guna mempercepat

dan memperluas pembangunan ekonomi dalam rangka ketahanan nasional” Jurnal Kajian Nasional

Lemhannas Republik Indonesia, Edisi 14, Desember 2012, h. 31

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

2

yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi dari masyarakat

yang dinamis. Kursus mengemudi merupakan alternatif yang digunakan oleh

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dari sektor ekonomi dengan

bertransportasi.Dengan menggunakan jasa kursus mengemudi dapat mempermudah

dari segi fasillitas, dan efisiensi waktu.Tujuan lain masyarakat untuk ikut serta dalam

kursus mengemudi adalah untuk mendapatkan lisensi resmi untuk mengendarai

kandaraan bermotor.

Kemudahan-kemudahan yang telah dijanjikan, mengakibatkan penyedia jasa

kursus mengemudi menjadi idola dikalangan masyarakat terutama pelajar yang

usianya sudah dianggap cukup untuk mengendarai kendaraan bermotor khususnya

mobil.Pelayanan tersebut diantaranya:mendapat pengarahan dari instruktur pribadi

mulai dari hal-hal teknis memang terpapar secara teoritis seperti cara melepas

kopling, memindahkan tuas perseneling, mengerem, sampai teknik menahan kopling

dalam kondisi macet di jalan menanjak.

Pada umumnya ada 3 macam cara mengemudi yaitu :safety driving,

aggressive driving dan defensive driving.Safety driving adalah mengemudi dengan

selamat, dimana pengemudi dalam berkendaraan hanya mengutamakan selamat bagi

dirinya pribadi tanpa memperhatikan sekitarnya, serta memperhatikan peraturan dan

cara mengemudi yang baik. Aggressive drivingadalah yaitu mengemudi dengan lebih

cepat dalam berkendara bahkan sampai ugal-ugalan, kadang pengemudi sudah tidak

memperhatikan peraturan, dan sangat membahayakan pemakai jalan lain. Kemudian

defensive drivingadalah mengemudi dengan cara aman, dengan banyak mengalah,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

3

selain cara mengemudi ini akan aman bagi dirinya juga aman bagi pengguna jalan

lainnya. Dari berbagai cara yang telah disebutkan diatas tujuan dari kursus

mengemudi adalah menciptakan pengemudi yang safety driving dan defensive driving

karena cara tersebut adalah cara yang bertoleransi dengan pengendara lain dan

menaati aturan lalu lintas serta menjadikan jalan raya menjadi tempat aman untuk

berkendara.3

Semakin banyaknya minat dari masyarakat untuk mengikuti kursus

mengemudi, maka semakin banyak pula lembaga kursus mengemudi yang

bermunculan sehingga timbulnya persaingan pelaku usaha. Demi mendapatkan

pelanggan yaitu pengguna jasa kursus mengemudi maka banyaklah promosi-promosi

yang dimuat dalam surat kabar, jejaring sosial, serta iklan di televisi lokal dan masih

banyak lagi. Promosi tersebut menjanjikan banyak hal diantaranya harga yang

terjangkau, servis antar jemput pengguna jasa kursus, serta memberanikan akan

memberikan jaminan untuk mendapatkan lisensi mengemudi atau surat ijin

mengemudi.

Namun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan pada Pasal 7 angka 2e telah jelas merumuskan bahwa : “Urusan

pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan

3Achmad Salamun, 2011, “Cara Mengemudi Yang Aman - Defensive driving (Transporatsi

6)”, Published: 08 Oktober 2011, URL :http://www.kompasiana.com/. diakses tanggal 11 oktober

2015.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

4

Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,

serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.”

Pasal 12a Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang merumuskan :

Penyelenggaraan di bidang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor

dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu

Lintas, serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

huruf e meliputi pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan

Bermotor.

Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa

yang berhak untuk melakukan pengujian ataupun penerbitan lisensi mengemudi atau

surat ijin mengemudi adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Maka dari itu perlunya diteliti mengenai peraturan yang terkait lebih lanjut

karena kondisi ini dapat dikatakan norma yang kabur (vague van normen). Sahnya

suatu perjanjian karena adanya kesepakatan antara para pihak. Apabila dikaitkan

dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan dalam bidang kursus mengemudi keabsahan suatu perjanjian perlu

dipertanyakan. Maka dari itu timbulah masalah yang perlu dikaji yaitu keabsahan

perjanjian yang terjadi dalam kursus mengemudi berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Serta dalam

pelaksanaan kursus mengemudi tujuan dari calon pengemudi adalah untuk

mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi). Sering kali calon pengguna jasa

berasumsi bahwa mengikuti kursus mengemudi menjamin dalam mendapatkan SIM

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

5

(Surat ijin Mengemudi).Dengan demikian perlu pula diketahui lebih lanjut mengenai

tanggungjawan pelaku usaha kursus dalam upaya mendapatkan SIM (Surat Ijin

Mengemudi).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka akan dibahas masalah ini

dalam sebuah bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul: “Perjanjian

Penyedia Jasa Kursus Mengemudi Bagi Pengguna Jasa Ditinjau Dari Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat

dikemukakan beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam

penulisan skripsi ini. Permasalahan-permasalahan tersebut jika dirumuskan adalah

sebagai berikut:

1. Apakah perjanjian penyedia jasa kursus mengemudi denganpengguna jasa

kursus mengemudi dapat diakui keabsahannya berdasarkan Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (KUHPer) ?

2. Apakah tangggung jawabpenyedia jasa kursus mengemudi terhadap pengguna

jasa dalam upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi) berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

6

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pokok pembahasan disini adalah

mengenai keabsahan perjanjian antara lembaga pendidik pengemudi dengan

pengguna jasa pendidik pengemudi ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (KUHPer).

Pada pembahasan rumusan masalah yang kedua mencakup mengenai

pertanggungjawaban lembaga pendidik pengemudi terhadap pengguna jasa dalam

upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi)apabila dikaitkan dengan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1.4 Orisinalitas

Skripsi ini merupakan karya tulis asli penulis sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Permasalahan yang diangkat

oleh penulis adalah mengenai keabsahan dari pelaksanaan perjanjian lembaga

pendidik pengemudi terhadap pengguna jasa ditinjau dari KUHPer, dan juga

tanggung jawab penyedia jasa kursus mengemudi terhadap pengguna jasa dalam

upaya memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi) berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang merupakan

fenomena Hukum yang sering terjadi dimasyarakat.

1.5 Tujuan Penelitian

Bertolak dari pemaparan permasalahan yang diajukan di atas, dan yang akan

menjadi pokok bahasan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan umum

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

7

1. Untuk mengetahui dasar dari Hukum perjanjian dalam Kitab Undang-undang

Hukum Perdata (KUHPer) antara pihak penyedia jasa kursus pengemudi

dengan pengguna jasa kursus mengemudi.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab lembaga kursus pengemudi dalam upaya

memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi)berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk memahami keabsahan perjanjian yang terjadi antara penyedia jasa dan

pengguna jasa ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).

2. Untuk memahami hak dan kewajiban pengguna jasa dan pelaku usaha kursus

serta pertanggungjawaban lembaga kursus pengemudi dalam upaya

memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi) berdasarkanUndang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian selalu diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai

pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.6.1 Manfaat teoritis

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum bisnis,

khususnya dasar sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan jasa dalam

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

8

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah

informasi bagi pihak-pihak yang menjadi subjek hukum dalam kegiatan Lalu

Lintas serta Angkutan Jalan yaitu Polisi Lalu Lintas, penyedia jasa kursus

mengemudi, dan tentu saja masyarakat .

1.6.2 Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para pihak

dalam kursus mengemudi, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan

yang sejenis.

2. Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi pedoman bagi para pihak dalam

kursus mengemudi mengenai batasan tanggung jawab dalam upaya

memperoleh SIM (Surat Ijin Mengemudi).

1.7 Landasan Teoritis

Dalam penelitian ilmiah diperlukan teori yang berupa asumsi, konsep, definisi

dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep4. Dalam bentuknya yang paling sederhana,

suatu teori merupakan hubungan antar dua variabel atau lebih yang telah diuji

kebenarannya5.Landasan dari suatu penelitian Hukum perlu diawali dari pengertian

Hukum itu sendiri. Menurut Van Apeldoorn bahwa hukum itu terdiri dari :

4Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 19.

5Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.

30.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

9

pertama, peraturan-peraturan, kedua, obyek dari peraturan-peraturan adalah

perhubungan hidup yang menampakkan diri di dalam perbuatan atau kelakuan

manusia, dan bukan soal-soal pribadi atau soal bathin, dari obyeknya, dan ketiga,

peraturan hidup itu tidak berlaku untuk hewan atau tumbuh-tumbuhan6. Dengan

demikian, hukum mengatur perhubungan antar manusia7.

Menurut Mochtar Kusumaatmaja, bahwa pengertian hukum yang memadai

harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai perangkat kaedah dan asas-asas

yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi juga harus mencakup

lembaga (institution) dan proses (processes) yang diperlukan untuk mewujudkan

hukum itu dalam kenyataan8. Hal ini berarti Hukum sebagai suatu kaidah, memuat

petunjuk pedoman dan merupakan salah satu dari jenis kaidah sosial.Kaidah sosial

sendiri diartikan sebagai suatu pedoman, patokan, atau ukuran untuk berperilaku atau

bersikap dalam kehidupan bersama ini.9 Hukum sebagai kaedah mempunyai fungsi

sebagai berikut:

(a) Hukum yang menjamin kepastian hukum

(b) Hukum yang menjamin keadilan sosial

6Van Apeldoorn, 1976, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 13.

7Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2004, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia

Modern, PT. Refika Aditama, Jakarta, h. 7.

8Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina

Cipta, Bandung, h. 15. 9Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h. 4

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

10

(c) Hukum berfungsi pengayoman/perlindungan.10

Hukum berfungsi pengayom berasal dari teori Soehardjo (Menteri Kehakiman

dalam Kabinet Soekarno).Makna dari fungsi hukum ini, dimana hukum berfungsi

mengayomi atau melindungi manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa, serta

bernegara, baik jiwa dan badannya maupun hak-hak pribadinya, yaitu hak asasinya,

hak kebendaannya maupun hak perorangannya11

.

Dalam pengertian hukum, umumnya yang dimaksud dengan hak adalah

kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah

tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi.Kepentingan pada hakekatnya mengandung

kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya12

.

Menurut Soerjono Soekanto dan Otje Salman, hak merupakan suatu

wewenang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dan secara sosiologis, hak

merupakan suatu peranan atau lebih tepat peranan yang diharapkan (“ideal role”,

“expected role”)13

.Hak yang bersumber dari hukum maupun perjanjian itu dibedakan

menjadi hak kebendaan dan hak perorangan. Lebih lanjut diberikan pengertian dari

kedua hak tersebut sebagai berikut :

10

Bachsan Mustafa, 2003, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 20. 11

Ibid, h. 21.

12

Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h.

40. 13

Soerjono Soekanto dan Otje Salman, 1996, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Radjawali

Press, Jakarta, h. 96.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

11

Hak kebendaan berkaitan dengan penguasaan langsung atas suatu benda yang

dapat dipertahankan terhadap setiap orang.Sedangkan hak perorangan memberikan

suatu tuntutan atau penagihan terhadap seseorang. Dalam Hukum Romawi keduanya

disebut dengan “actiones in rem” untuk tuntutan kebendaan dan “actiones in

personam” untuk tuntutan perseorangan14

.

Hubungan perdata dalam bentuk perikatan antara penyedia kursus

mengemudi dengan pengguna jasa. Berdasarkan KUHPerdata buku ke tiga tentang

perikatan dalam Pasal 1313 menyebutkan :“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.”

Sedangkan dasar hukum perjanjian lainnya ialah Pasal 1338 KUHPerdata

tentang asas kebebasan berkontrak bahwa : “setiap orang bebas mengadakan suatu

perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam Undang-undang maupun

belum diatur dalam Undang-undang.”Perjanjian dengan demikian mengikat para

pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang

ditentukan dalam perjanjian itu.Perjanjian memberikan kepastian bagi penyelesaian

sengketa, dan perjanjian ditujukan untuk memperjelas hubungan hukum15

.

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa belanda yaitu

“overeenskomst”. Overeenskomst biasanya diterjemahkan dalam perjanjian dan atau

14

R. Subekti, 1989, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, h. 63.

15

Ibid, h.28.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

12

persetujuan. Menurut R. Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji

untuk melaksanakan suatu hal.16

Menurut Abdul Kadir Muhammad menjelaskan

bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang pihak atau lebih

mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.17

Dalam KUHPerdata telah diatur syarat-syarat umum sahnya suatu perjanjian

terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata, menurut ketentuan pasal tersebut perjanjian

sah apabila telah memenuhi persyaratan antara lain yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang

atau lebih dengan pihak lainnya.18

Kedua belah pihak diberi kebebasan dalam

menentukan hal-hal pokok yang akan disepakati dalam perjanjian.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

Pasal 1329 KUHPerdata merumuskan bahwa “Setiap orang adalah cakap

untuk membuat perjanjian, kecuali jika oleh Undang-Undang dinyatakan tak

cakap”.

Menurut Pasal 1330 KUHPerdata merumuskan, Mereka yang tidak cakap

membuat suatu perjanjian adalah mereka yang termasuk dalam katagori:

16

R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, h.1. 17

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia,PT. Citra Aditya Bakti,Bandung,

h.225.

18

Salim H.S, H. Abdullah dan Wiwiek Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak &

Memorandum Of Understanding (MOU), Sinar Grafika, Jakarta, h.9.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

13

a. Orang yang belum dewasa.

b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan

semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu.

3. Suatu hal tertentu;

Adapun yang dimaksud dalam hal tertentu adalah objek dari perjanjian

dalam Pasal 1332 KUHPerdata merumuskan bahwa “Hanya barang-barang yang

dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian”.Menurut Pasal

1333 KUHPerdata “Suatu perjanjian harus mempunyai pokok sebagai suatu

barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya”.Selanjutnya menurut Pasal 1334

ayat (1) KUHPerdata juga merumuskan “Barang-barang yang baru akan ada di

kemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian”.

4. Suatu sebab yang halal.

Dalam Pasal 1337 KUHPerdata merumuskan bahwa “Suatu sebab adalah

terlarang yang apabila dilarang oleh Undang-Undang atau apabila berlawanan

dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”.

Dalam hukum perjanjian terdapat tiga asas hukum yang melandasi perjanjian,

yaitu asas konsensualisme, asas pacta sunt servada, dan asas kebebasan berkontrak.

Asas konsensualisme (concsensualism) adalah bahwa suatu perikatan itu

tersebut terjadi atau ada sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak. Dengan

kata lain bahwa perikatan itu sudah sah dan memiliki akibat hukum sejak saat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

14

tercapai kata sepakat antara para pihak mengenai pokok perikatan.19

Sepakat, berarti

telah terjadi consensus secara tulus tidak ada kekilapan, paksaan ataupun

penipuan.20

Kesepakatan tersebut dapat dibuat secara lisan maupun tulisan. Dalam

perjanjian antara penyedia jasa kursus mengemudi dengan pengguna jasa kursus

perjanjian harus dibuat secara tertulis baik itu dalam bentuk kontrak, akta dibawah

tangan, ataupun surat berharga dalam hal ini yang dimaksud adalah nota pembayaran

dan/atau kwitansi pembayaran.

Asas pacta sunt servada atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas

pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang

merumuskan :“Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang.”

Kalimat secara sah berlaku sebagai Undang-undang mengandung arti bahwa para

pihak dalam membuat perjanjian harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

dan isi dari perjanjian tersebut bersifat mengikat sebagai Undang-undang terhadap

para pihak dan pada akhirnya akan terealisasikannya asas kepastian hukum bagi para

pihak21

.

Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) dapat dianalisis dari

ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang merumuskan :“Semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang

19

Titik Triwulan Tutik, 2010, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Cet.II,

Kencana, Jakarta, h.227. 20

I Ketut Artadi dan I Dewa Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan

Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, h.48

21

Titik Triwulan Tutik, op.cit, h.228.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

15

membuatnya.” Menurut Salim H.S, bahwa asas kebebasan berkontrak adalah suatu

asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk; (1) membuat atau tidak

membuat perjanjian; (2) mengadakan perjanjian dengan siapapun; (3) menentukan isi

perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan (4) menentukan bentuknya

perjanjian, yaitu tertulis atau lisan. Namun demikian, Abdulkadir Muhammad

berpendapat bahwa kebebasan berkontrak tersebut tetap dibatasi oleh tiga hal, yaitu :

(1) tidak dilarang oleh Undang-Undang; (2) tidak bertentangan dengan kesusilaan;

dan (3) tidak bertentangan dengan ketertiban umum.22

Dapat diambil kesimpulan

bahwa setiap orang dibebaskan dalam membuat pokok-pokok dari perjanjian selama

memenuhi syarat sahnya perjanjian, tidak melanggar kesusilaan, dan ketentuan

Hukum.

Asas itikad baik (good faith/tegoeder trouw) terdapat dalam Pasal 1338 ayat

(3) KUH Perdata yang merumuskan :“Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad

baik.”Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu para pihak harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh

atau kemauan baik dari para pihak.

Asas kepribadian terdapat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.

Pasal 1315 KUH Perdata merumuskan bahwa :“Pada umumnya seseorang tidak dapat

mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”Inti ketentuan ini

22

Titik Triwulan Tutik, op.cit, h.229.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

16

bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya

sendiri.

Pasal 1340 KUH Perdata merumuskan bahwa :“Perjanjian hanya berlaku

antara pihak yang membuatnya.”Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para

pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada

pengecualiannya, sebagaimana dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yang merumuskan

:“Lagi pun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna

kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh

seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberianyang dilakukannya kepada

seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu”. Pasal tersebut bermaksud bahwa

perjanjian dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang

dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu

syarat semacam itu.”Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak

dalam menentukan dan membuat suatu perjanjian.

Secara umum teori tanggung jawab dalam hukum perlindungan konsumen

dapat dibedakan sebagai berikut23

: Tanggung jawab atas dasar kesalahan (Based on

fault liability) adalah tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan terdapat dalam

Pasal 1365 KUH Perdata, yang dikenal sebagai tindakan melawan hukum

(onrechtsmatigdaad). Menurut pasal tersebut setiap perbuatan melawan hukum yang

menimbulkan kerugian terhadap orang lain mewajibkan orang yang karena

23

Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h.58.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

17

perbuatannya menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian24

. Tanggung jawab atas

dasar kesalahan harus memenuhi unsur-unsur adanya perbuatan, kesalahan, kerugian

yang diderita dan adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian25

.

Tanggung jawab hukum tanpa bersalah / mutlak (liability without fault /

strict liability) adalah prinsip tanggung jawab mutlak ini dalam hukum perlindungan

konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen

barang yang produknya merugikan konsumen.Prinsip ini lebih dikenal dengan istilah

product liability. Variasi yang sedikit berbeda dalam penerapan prinsip tanggung

jawab ini terletak pada risk liability yang mempunyai arti kewajiban mengganti rugi

dibebankan kepada pihak yang menimbulkan resiko adanya kerugian itu. Namun, si

penggugat atau konsumen tetap diberikan beban pembuktian walaupun tidak sebesar

si tergugat atau pelaku usaha26

Mengenai dirugikanya pengguna jasa kursus mengemudi atas tidak

terlaksananya kewajiban dari penyedia jasa kursus mengemudi yang posisi dari

pengguna jasa kursus mengemudi adalah sebagai konsumen, maka dalam menegakan

Hukum dapat menggunakan Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.Hukum Perlindungan Konsumen adalah upaya hukum bagi

konsumen untuk memperoleh hak-hak konsumen sebagaimana yang tertera dalam

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

24

H.K.Martono dan Amad Sudiro, 2011, Hukum Angkutan Udara Berdasarkan UU RI No 1

Tahun 2009, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.219. 25

Shidarta, op.cit, h. 59 26

Shidarta, op.cit, h. 63

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

18

Hak-hak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalammengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi danjaminan

barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;27

Mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna jasa kursus mengemudi

atas penyedia jasa kursus menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusi (HAM) yang dirugikan orang

lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua

hak-hak yang diberikan oleh Hukum.28

Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa : Perlindungan hukum merupakan

perlindungan harkat dan martabat dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang

dimiliki oleh subjek hukum dalam negara hukum dengan berdasarkan pada ketentuan

27

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen

Indonesia,Cet.IV, Gramedia, Jakarta, h. 4.

28

Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 53

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

19

hukum yang berlaku di negara tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-

wenangan. Perlindungan hukum itu pada umumnya berbentuk suatu peraturan

tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat dan akan mengakibatkan adanya sanksi

yang harus dijatuhkan kepada pihak yang melanggarnya.29

Menurut Philipus M. Hadjon, dibedakan 2 macam perlindungan hukum, yaitu:

Perlindungan Hukum yang preventif, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

permasalahan atau sengketa, dan perlindungan Hukum yang represif, yang bertujuan

untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa yang timbul.30

Perlindungan

hukum memperoleh landasan idiil atau filosofis pada sila kelima Pancasila, yaitu :

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Didalamnya terkandung suatu hak

seluruh rakyat Indonesia untuk diperlakukan sama di hadapan Hukum serta patut

untuk dilindungi pula oleh Hukum.

1.8 Metode Penelitian

Secara umum metode dapat diartikan sebagai suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui segala sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.31

1.8.1 Jenis penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:Penelitian

Hukum normatif adalah penelitian Hukum yang meletakkan Hukum sebagai sebuah

29

Philipus M. Hadjon, 1987, “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia”, Bina Ilmu,

Surabaya, h. 205. 30

Ibid, h. 117.

31

Soerjono Soekanto, 1982, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, h.5

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

20

bangunan sistem norma, asas, kaidah dari suatu peraturan perundangan, putusan

pengadilan, perjanjian serta doktrin.32

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam tulisan dan pembahasan masalah

yaitu dengan metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif

yang dipergunakan dalam penulisan ini guna melakukan penelitian yang beranjak dari

kaburnys norma yang berlaku. Dimana pendekatan masalah dikaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan, pandangan pendapat para ahli, tetapi juga

mengkaitkan, mengolah dan menganalisa data-data dari kegiatan penelitian di

lapangan yang disajikan sebagai pembahasan.Dalam penelitian hukum dengan aspek

normatif digunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.

1.8.2 Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini, yakni

Pendekatan perundang-undangan (The statute approach), dan Pendekatan analisis

konsep hukum (Analitical &conceptual approach)

Pendekatan perundang-undangan (The statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

Hukum yang sedang ditangani.33

Dalam metode pendekatan perundang-undangan

32

Mukti Fajar & Yulianto Ahmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,

Pustaka Pelajar, h. 34

33

Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 93

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

21

peneliti perlu memahamihierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-

undangan.34

Pendekatan analisis konsep Hukum (Analitical &conceptual approach)

dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin didalam

ilmu hukum, penelitian akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-

pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan

isu yang dihadapi.35

pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak

beranjak dari Hukum yang ada.36

1.8.3 Sumber bahan hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan meliputi :

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas.Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan,

dan putusan-putusan hakim.37

Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang

dipergunakan adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan

34

Ibid, h. 96 35

Ibid, h.95 36

Ibid, h. 137

37

Ibid, h.141.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

22

Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 Tentang Pendirian

Satuan Pendidikan Nonformal. Sehubungan dengan penulisan yang berkaitan dengan

konsumen maka menggunakan juga Resolusi perserikatan bangsa-bangsa nomor

39/248 tahun 1985 tentang perlindungan konsumen (Guidelines for consumer

protection).

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum penunjang yang berupa

semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi

yang meliputi buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa

permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan.38

Berkembangnya teknologi komunikasi bahan Hukum sekunder juga

didapatkan melalui situs-situs internet.

1.8.4. Teknik pengumpulan bahan hukum

Terhadap bahan-bahan hukum yang diperlukan dan akan digunakan dalam

penelitian, dijelaskan teknik pengumpulannya. Teknik pengumpulan bahan hukum

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tehnik sistem kartu (card system)

tehnik ini menggunakan literatur dari berbagai jenis buku serta ditunjang pula dengan

menggunakan metode bola salju (snow ball method) sehingga menemukan literatur –

literatur baru, peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah yang sesuai

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

38

Ibid., h.143.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.pdf · Bunyi pasal dari undang – undang telah dengan tegas menjelaskan bahwa yang berhak ... Permasalahan-permasalahan tersebut jika

23

1.8.5 Teknik analisis bahan hukum

Setelah bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder

terkumpul selanjutnya diteliti.Teknik analisis bahan hukum yang digunakan adalah

teknik deskripsi dan teknik argumentasi, yakni menguraikan dan menghubungkannya

dengan teori-teori atau literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan dan

akhirnya menarik suatu kesimpulan dalam bentuk argumentasi hukum untuk

menemukan hasil dari penelitian.