permasalahan transportasi

11
Permasalahan Tata Guna Lahan dalam Sistem Transportasi Berdampak Kemacetan pada Bundaran Tugu Digulist Jalan Ahmad Yani Imam Tri Ramadhan, Irsyad M Rifa’ie, Jenifer Chelsea, Yuni H Riani Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak A. Latar Belakang Dalam kehidupannya, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan berbagai usaha atau kegiatan. Jumlah penduduk yang semakin berkembang, menjadikan semakin berkembang pula berbagai kegiatan tersebut. Dari kegiatan tersebut dibutuhkan tempat untuk melakukannya, seperti sekolah, kantor, tempat rekreasi, tempat ibadah dan lainnya yang menimbulkan kebutuhan akan lahan. Untuk menuju ke berbagai sistem kegiatan (tata guna lahan) ini, timbul pergerakan transportasi yang ditunjang oleh adanya sarana dan prasarana transportasi. Kota Pontianak sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat mengalami perkembangan pembangunan yang cukup pesat dalam berbagai bidang. Pembangunan jalan yang termasuk didalamnya peningkatan jalan adalah salah satu alternatif penting dalam pengadaan prasarana bagi mobilitas kegiatan tersebut. Sistem transportasi yang baik, yaitu yang mencakup 2 (dua) aspek yang sangat penting, yakni aspek sarana (moda atau jenis angkutan) dan

Upload: irsyad-m-rifaie

Post on 15-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Dampak Tata Guna Lahan terhadap Sistem Transportasi yang berakibat timbulnya kemacetan.

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Transportasi

Permasalahan Tata Guna Lahan dalam Sistem Transportasi Berdampak Kemacetan pada Bundaran Tugu Digulist Jalan Ahmad Yani

Imam Tri Ramadhan, Irsyad M Rifa’ie, Jenifer Chelsea, Yuni H Riani

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

A. Latar Belakang

Dalam kehidupannya, manusia selalu

dihadapkan oleh berbagai kebutuhan. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, manusia

melakukan berbagai usaha atau kegiatan.

Jumlah penduduk yang semakin

berkembang, menjadikan semakin

berkembang pula berbagai kegiatan tersebut.

Dari kegiatan tersebut dibutuhkan tempat

untuk melakukannya, seperti sekolah,

kantor, tempat rekreasi, tempat ibadah dan

lainnya yang menimbulkan kebutuhan akan

lahan. Untuk menuju ke berbagai sistem

kegiatan (tata guna lahan) ini, timbul

pergerakan transportasi yang ditunjang oleh

adanya sarana dan prasarana transportasi.

Kota Pontianak sebagai Ibu Kota

Provinsi Kalimantan Barat mengalami

perkembangan pembangunan yang cukup

pesat dalam berbagai bidang. Pembangunan

jalan yang termasuk didalamnya

peningkatan jalan adalah salah satu alternatif

penting dalam pengadaan prasarana bagi

mobilitas kegiatan tersebut.

Sistem transportasi yang baik, yaitu

yang mencakup 2 (dua) aspek yang sangat

penting, yakni aspek sarana (moda atau jenis

angkutan) dan aspek prasarana (wadah atau

alat lain yang digunakan untuk mendukung

sarana), secara alamiah akan menambah

nilai aksesibilitas. Jika nilai aksesibilitas

meningkat, akan ada kecenderungan

merubah nilai lahan yang berakibat pula

pada pola penggunaan lahan.

B. Maksud dan Tujuan

Dengan adanya pelaksanaan tugas

ini, diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pembaca, dan menjadi pertimbangan

dalam transportasi pada guna lahan yang ada

di wilayah Kota Pontianak, untuk lebih

memperhatikan mengenai penataan sistem

transportasi, yang sangat berhubungan

dengan penggunaan lahan dan pengaturan

tata guna lahan, serta memberikan wacana

pada umumnya.

C. Pembatasan Masalah

Penulisan ini diarahkan pada nilai

lahan dan sistem kegiatan yang terbentuk di

Page 2: Permasalahan Transportasi

Kota Pontianak sebagai pengaruh dari

tingkat aksesibilitas, serta dampak yang

terjadi akibat ketidaksesuaian lahan yang

terjadi pada Jalan Ahmad Yani yang

berlokasi di Tugu Digulist, pada lokasi

tersebut terdapat pusat pendidikan dan

perkantoran yang menjadi daya tarik

masyarakat dan daya lintas masyarakat yang

besar sehingga menyebabkan kemacetan

pada area tersebut disekitar bundaran tugu

digulist.

D. Ruang Lingkup Wilayah

Kota Pontianak dengan luas ± 107,82

km2 yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu

Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan

Pontianak Timur, Kecamatan Pontianak

Utara, Kecamatan Pontianak Selatan, dan

Kecamatan Pontianak Kota memiliki

jaringan jalan yang cukup kompleks.

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari

Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak,

ruas jalan dalam wilayah Kota Pontianak

berjumlah 277 ruas jalan, ditambah dengan

26 ruas jalan yang termasuk dalam Usulan

Jalan Kota Pontianak. Artinya jumlah total

ruas jalan yang berada dalam lingkup

wilayah Kota Pontianak adalah 303 ruas

jalan.

Adapun gambaran wilayah Kota Pontianak

sebagai berikut :

E. LANDASAN TEORI

1. Tata Guna Lahan

Menurut Vink (1975), ”Lahan

merupakan suatu wilayah tertentu di atas

permukaan bumi, khususnya meliputi semua

benda penyusun biosfer yang dapat

dianggap bersifat menetap atau berpindah

berada di atas dan di bawah wilayah

tersebut, meliputi atmosfer, tanah, batuan

induk, topografi, air, tumbuhan-tumbuhan,

binatang, serta akibat-akibat kegiatan

manusia pada masa lalu maupun sekarang,

yang semuanya memiliki pengaruh nyata

terhadap tata guna lahan oleh manusia, pada

masa sekarang maupun masa yang akan

datang”. Lahan merupakan bagian

permukaan bumi yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia terbentuk secara

komplek oleh faktor-faktor fisik maupun

non fisik yang terdapat di atasnya.

Tata guna lahan secara umum adalah

bagian/potongan lahan tempat

berlangsungnya berbagai aktivitas (kegiatan)

transportasi perkotaan, seperti bekerja,

sekolah, olah raga, belanja, dan bertamu.

Untuk memenuhi kebutuhannya manusia

melakukan perjalanan di antara tata guna

lahan tersebut dengan menggunakan sistem

Page 3: Permasalahan Transportasi

jaringan transportasi (misal berjalan kaki

atau naik bus), yang selanjutnya

menimbulkan pergerakan arus manusia ,

kendaraan dan barang, atau yang disebut

mobilitas.

Jenis tata guna lahan yang berbeda

(pemukiman, pendidikan, dan komersial).

Kemacetan (congestion), keterlambatan

(delay), polusi udara, polusi suara, dan

pemborosan energy merupakan sebagian

dari sekian banyak permasalahan yang

dihadapi suatu kota berkaitan dengan

masalah transportasi.

2. Transportasi

Morlok (1978) mendefinisikan

transportasi sebagai “suatu tindakan, proses,

atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu

tempat ke tempat lainnya”. Secara lebih

spesifik, transportasi didefinisikan sebagai

“kegiatan pemindahan orang dan barang dari

suatu tempat ke tempat lainnya”. Dalam

transportasi terdapat unsur pergerakan

(movement), dan secara fisik terjadi

perpindahan atas orang atau barang dengan

atau tanpa alat pengangkutan ke tempat lain.

Di sini pejalan kaki adalah perpindahan

orang tanpa alat pengangkut. Sistem adalah

suatu kelompok elemen atau subsistem yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan

tertentu.

Sistem Transportasi adalah suatu

bentuk keterikatan dan keterkaitan antara

penumpang, barang, prasarana dan sarana

yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

orang atau barang, yang tercakup dalam

suatu tatanan, baik secara alami ataupun

buatan/rekayasa.

3. Kaitan Tata Guna Lahan Dan

Transportasi

Pengembangan lahan tidak akan

terjadi tanpa sistem transportasi, sedangkan

sistem transportasi tidak mungkin

disediakan apabila tidak melayani

kepentingan ekonomi atau aktivitas

pembangunan. Dari asumsi mendasar

tersebut, maka perlu kajian yang mendalam

mengenai analisis keduanya (transportasi

dan penggunaan lahan).

Faktor utama yang berkaitan

terhadap terjadinya perubahan penggunaan

lahan serta kaitannya dengan transportasi

yaitu, kedekatan dengan Pusat Kota sebagai

pusat dari aktifitas masyarakat. Pusat Kota

atau yang lebih dikenal dengan CBD

(Central Business Distric) merupakan pusat

dari seluruh aktifitas ekonomi,

pemerintahan, pendidikan, dan sosial. Hal

ini yang mendorong perkembangan

penggunaan lahan dan transportasi.

Berkembangnya suatu kawasan baik itu di

Page 4: Permasalahan Transportasi

perkotaan maupun di pedesaan pada

dasarnya mengarah pada kedekatan terhadap

pusat atau sentralnya, dalam hal ini dikenal

dengan ”Towns” untuk perkotaan dan

”Countryside” untuk pedesaan. Kedekatan

dengan pusat atau CBD, memberikan

dampak positif baik dalam memperoleh

pelayanan publik maupun dampak ’tricle

down effect’.

F. Permasalahan

Jalan A.Yani sebagai jalan arteri

primer yang menghubungkan berbagai

bangkitan bangkitan perjalanan dari dan ke

kota Pontianak. Hal ini menyebabkan

timbulnya berbagai macam permasalahan.

Beban Jaringan Jalan A.Yani semakin

meningkat dikarenakan trip distribution

(distribusi pergerakan) yang tidak merata

yang diantaranya disebabkab oleh beberapa

faktor bangkitan perjalanan.

Kawasan A. Yani merupakan

kawasan perkantoran sesuai dengan

perencanaan kotanya. Sehingga Bundaran

dipersimpangan Kampus UNTAN–Ahmad

Yani atau yang di dalam tulisan ini

disebutkan ”Bundaran Tugu Digulist” akan

mengalami kepadatan pada waktu tertentu

yaitu pada waktu pagi sebagai waktunya

berangkat kerja dan sore hari sebagai

waktunya pulang kerja. Ini menjadi

permasalahan. Permasalahan meningkat

dengan ditempatkannya Mal A Yani di jalan

Ahmad Yani yang merupakan mal terbesar

di Pontianak dan di Kalbar untuk sekarang

ini. Berikut merupakan gambar kepadatan

kendaraan yang terjadi di Bundaran Tugu

Digulist :

Gambar 1.1. Kepadatan Lalu Lintas di Tugu Digulist

Sumber : Foto Survei, 2015

Ketidakseimbangan arus kendaraan

yang terjadi di Bundaran Tugu Digulist yaitu

pada jalur Kampus UNTAN dan Komplek

UNTAN dimana ketika akan memasuki

Page 5: Permasalahan Transportasi

Bundaran UNTAN mereka selalu tertahan

dengan kendaraan yang berjalan secara

berkelompok dari 2 arah jalan A Yani.

Berikut adalah gambar kepadatan arus lalu

lintas yang masuk ke Bundaran Tugu

Digulist :

Gambar 1.2. Arus masuk ke Bundaran dari Kampus UNTAN

Sumber : Foto Survei, 2015

Gambar 1.3. Arus masuk ke Bundaran dari Komplek UNTAN

Sumber : Foto Survei, 2015

Page 6: Permasalahan Transportasi

Gambar 1.4. Arus yang tertahan menuju Kampus UNTAN

Sumber : Foto Survei, 2015

Gambar 1.5. Arus yang masuk ke Tugu Digulist dari arah Jalan Ahmad Yani 2

Sumber : Foto Survei, 2015

Gambar 1.6. Arus yang masuk ke Tugu Digulist dari arah Jalan Imam Bonjol

Sumber : Foto Survei, 2015

Page 7: Permasalahan Transportasi

Gambar 1.7. Arus yang masuk ke Tugu Digulist dari arah Jalan Simpang 4 A.Yani 1

Sumber : Foto Survei, 2015

G. Alternatif Penyelesaian Masalah

1. Sistem Kegiatan : Rencana tata guna

lahan yang baik (lokasi toko, sekolah,

perumahan, pekerjaan dan lain-lain yang

benar) dapat mengurangi kebutuhan akan

perjalanan yang panjang sehingga membuat

interaksi menjadi lebih mudah;

2. Sistem Jaringan : Hal yang dapat

dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas

pelayanan prasarana yang ada seperti

melebarkan jalan, menambah jaringan baru

seperti membuat jalur alternatif agar tidak

terjadi pemusatan penumpukan kendaraan.

Berdasar kedua argumen tersebut,

maka perlu pengkajian ulang mengenai apa

yang menjadi faktor yang mempengaruhi

perkembangan suatu transportasi sehingga

berdampak pada perubahan penggunaan

lahan ataupun sebaliknya. Pada dasarnya

terdapat satu faktor yang sangat

mempengaruhi, yaitu aksesibilitas, dimana

setiap upaya peningkatan fasilitas

transportasi akan berdampak terhadap

perubahan tataguna lahan apabila tidak ada

upaya pengendalian. Pengendalian ini sangat

penting agar upaya peningkatan fasilitas

transportasi dapat bermanfaat dan berdaya

guna seoptimal mungkin.

Untuk mendukung usaha pemerintah

dalam melakukan upaya bebas kemacetan

dengan kondisi sekarang, dibutuhkan

kesadaran masyarakat dalam berlalu-lintas

demi menghindari kemacetan yang sangat

panjang disetiap jam produktif dan juga

menghindari kecelakaan yang tidak kita

Page 8: Permasalahan Transportasi

inginkan. Untuk itu diperlukan partisipasi

masyarakat dalam mendukung program-

program pemerintah dengan mengurangi

kemacetan yang ada sekarang agar dibenahi

untuk kedepannya.

H. Kesimpulan

Permasalahan kemacetan disuatu

Kota yang sering terjadi akibat

ketidaksesuaian tata guna lahan terhadap

Kota yang berdampak pada arus transportasi

sehingga menyebabkan kemacetan. Hal ini

sangat sering terjadi terutama di Kota-kota

besar seperti Kota Pontianak. Kota

Pontianak merupakan kota yang baru

berkembang yang akan menuju kota besar

seperti Kota Jakarta, Bandung dan lain-lain.

Pada umumnya Kota Pontianak

mengalami hal yang serupa dengan

permasalahan di kota-kota besar yaitu

ketidaksesuaian peruntukan tata guna lahan

yang seharusnya terdapat zona perkantoran

dan pendidikan menjadi bertambah dengan

zona komersil untuk kondisi eksisting yang

menyebabkan kemacetan.

I. Saran

Peran pemerintah sebagai owner dan

pemilik hak dalam menjalankan kebijakan

menjadi salah satu senjata utama untuk

pembenahan Kota bebas kemacetan. Tindak

lanjut dari pemerintah untuk menanggapi

dengan tegas bila terjadi suatu ketimpangan

wilayah yang ada demi kemajuan Kota

Pontianak yang lebih baik dimasa

mendatang.