bab i pendahuluan 1.1. latar belakang masalah i.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh...

13
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini saja di Indonesia semakin marak munculnya berbagai macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang menjanjikan produk perawatan kecantikan yang mampu menarik hati konsumen. jenis usaha inipun semakin beragam. Bukan hanya salon kecantikan dan pasar produk perawatan kulit tetapi juga spa dan perawatan tubuh lainnya.Selain itu belakangan ini banyak bermunculan trend baru mengenai produk perawatan kulit maupun spa yang menawarkan perawatan lebih baik. Terlebih lagi konsumen telah terlanjur membayar mahal terhadap layanan produk dan jasa kecantikan yang telah dibelinya, namun ketika mengalami komplikasi dalam pemakaiannya pihak klinik kecantikan yang telah melakukan perawatan kepadanya seakan enggan bertanggungjawab atas segala akibat yang terjadi pada konsumen.Padahal di dalam undang-undang perlindungan konsumen jelaslah disebutkan bahwa menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau di perdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.Idealnya pelaku usaha berkewajiban untuk menjamin mutu barang dan/atau jasa yang di produksi dan di perdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku, namun dalam prakteknya pelaku usaha klinik kecantikan tidak menjamin mutu barang dan/jasa yang berlaku dengan adanya produk yang tidak cocok di gunakan oleh konsumen. Perkembangan perekonomian yang pesat di Indonesia telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang/dan atau jasa yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh konsumen.Barang dan jasa tersebut pada umumnya merupakan barang dan/atau jasa sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap lainnya. Kondisi 1

Upload: vodung

Post on 06-Feb-2018

268 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun terakhir ini saja di Indonesia semakin marak munculnya berbagai

macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang menjanjikan

produk perawatan kecantikan yang mampu menarik hati konsumen. jenis usaha inipun

semakin beragam. Bukan hanya salon kecantikan dan pasar produk perawatan kulit tetapi

juga spa dan perawatan tubuh lainnya.Selain itu belakangan ini banyak bermunculan trend

baru mengenai produk perawatan kulit maupun spa yang menawarkan perawatan lebih baik.

Terlebih lagi konsumen telah terlanjur membayar mahal terhadap layanan produk dan

jasa kecantikan yang telah dibelinya, namun ketika mengalami komplikasi dalam

pemakaiannya pihak klinik kecantikan yang telah melakukan perawatan kepadanya seakan

enggan bertanggungjawab atas segala akibat yang terjadi pada konsumen.Padahal di dalam

undang-undang perlindungan konsumen jelaslah disebutkan bahwa menjamin mutu barang

dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau di perdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu

barang dan/atau jasa yang berlaku.Idealnya pelaku usaha berkewajiban untuk menjamin mutu

barang dan/atau jasa yang di produksi dan di perdagangkan berdasarkan ketentuan standar

mutu barang dan/atau jasa yang berlaku, namun dalam prakteknya pelaku usaha klinik

kecantikan tidak menjamin mutu barang dan/jasa yang berlaku dengan adanya produk yang

tidak cocok di gunakan oleh konsumen.

Perkembangan perekonomian yang pesat di Indonesia telah menghasilkan berbagai

jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang/dan atau jasa yang dapat dinikmati dan

dimanfaatkan oleh konsumen.Barang dan jasa tersebut pada umumnya merupakan barang

dan/atau jasa sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap lainnya. Kondisi

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

2

seperti ini, di satu sisi memberi manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang

dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, sedangkan di sisi lain semakin terbuka

kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan

keinginan dan kemampuan konsumen.

Namun dibalik pesatnya pertumbuhan klinik kecantikan ternyata terdapat sisi

negatifnya, diantaranya banyak produk kecantikan kulit yang ternyata tidak cocok dengan

konsumen pengguna jasa dan produk.Tak heran jika banyak pengguna jasa kecantikan yang

justru mengeluhkan produk dan/atau jasa yang di berikan oleh sebuah klinik

kecantikan.Diantara keluhan konsumen tersebut biasanya terkait dengan produk kecantikan

yang malah semakin memperburuk kondisi kulit konsumen.Hal ini tentu saja sangat

merugikan konsumen pemakai jasa layanan klinik kecanttikan tersebut.

Di tengah carut marutnya ekonomi dunia pada saat ini tentu membuat orang lebih bijak

dalam membelanjakan uangnya.Namun tidak demikian untuk urusan kecantikan, walaupun

kondisi dunia seperti itu, klinik kecantikan begitu diminati. Tak terkecuali di Indonesia,

berbagai macam klinik kecantikan tumbuh di berbagai kota di Indonesia. Hal ini didasari oleh

keinginan para wanita di Indonesia untuk tampil cantik dan sempurna dan demi

mewujudkannya mereka rela membelanjakan uang demi membeli produk kecantikan ataupun

melakukan perawatan yang harganya mahal.Keinginan untuk tampil cantik dan terawat

merupakan kebutuhan lahiriah seorang wanita.Bahkan perkembangan jaman yang ada tak

lagi berkata demikian, karena kini para pria juga seakan tak mau ketinggalan tampil rapi dan

mempesona.Kenyataan inilah yang mendorong berbagai perusahaan yang bergerak di bidang

beauty and personal care untuk terus berinovasi menciptakan produk berkualitas yang dicari

konsumen untuk dapat memenangkan pasar.

Idealnya pelaku usaha klinik kecantikan memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau

kerugian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

3

yang di perdagangkan sebagaimana di atur dalam Pasal 7 butir e dan f Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Namun dalam prakteknya pelaku

usaha enggan memberikan ganti rugi ataupun kompensasi terhadap kerugian yang diderita

oleh konsumen. Sehingga konsumen berada dalam posisi yang lemah, terlebih lagi konsumen

kurang memahami tentang hak-haknya sebagai konsumen dan kebanyakan dari mereka

enggan mempermasalahkan kerugian yang terjadi dikarenakan banyaknya waktu, tenaga dan

biaya yang dikeluarkan lagi untuk mendapatkan hak-haknya sebagai konsumen.

Jual-beli sudah lazim dilakukan oleh masyarakat, untuk mendapatkan barang maupun

jasa yang diinginkan.KUHPerdata perjanjian jual-beli di atur dalam buku III Pasal 1457 BW

yang menyebutkan bahwa jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk

membayar harga yang telah dijanjikan. Pada perjanjian jual-beli maka barang atau jasa

berhadapan dengan uang. Barang disini harus diartikan luas baik barang (benda) berwujud

maupun tidak berwujud (jasa).1Apabila definisi dari perjanjian jual-beli dari Pasal 1457 BW

diperhatikan, maka tampaklah bahwa perjanjian jual-beli itu menimbulkan kewajiban-

kewajiban pada kedua belah pihak.Satu pihak adalah kewajiban menyerahkan barang dan

pihak yang lain untuk membayar harganya. Perjanjian jual beli menurut Burgelijk Wetboek

tidak diperlukan lagi kecuali persesuaian kehendak antara para pihak mengenai barang (zaak)

dan harga.2

Atas dasar latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat ditarik untuk dijadikan

skripsi dengan judul,” PelaksanaanGanti Rugi Terhadap Konsumen Atas Kerugian Akibat

Menggunakan Produk Dari Natasha Skin Care’’

1.2. Rumusan Masalah

1 Hartono Soerjopratikno, 1982,Aneka Perjanjian Jual Beli,Cetakan Pertama, Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,h. 1.

2Ibid, h. 3.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

4

Dari uraian Latar Belakang Masalah di atas maka dapat dirumuskan pokok

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tanggung jawab pelaku usaha terhadapkerugian konsumen akibat

menggunakan produk natasha skin care?

2. Bagaimanakah pelaksanaan ganti rugi pelaku usaha terhadap kerugian konsumen

akibat menggunakan produk Natasha Skin Care?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian ini ruang lingkup masalah yang dikaji penulis adalah Pelaksanaan

ganti rugi terhadap konsumen atas kerugian akibat menggunakan produk dari Natasha Skin

Care yang diproduksinya yaitu meliputi langkah yang ditempuh oleh pelaku usaha dalam

upaya hukum atas kerugian yang dialami konsumen, macam-macam ganti rugi bagi

konsumen, dan konsumen yang mengalami kerugian akibat menggunakan produk kecantikan

yang tidak cocok pada klinik kecantikan Natasha Skin Care yaitu meliputi macam-macam

upaya yang dapat ditempuh oleh konsumen serta hambatan yang dihadapi konsumen

menuntut ganti rugi kepada pelaku usaha klinik kecantikan Natasha Skin Care jika

mengalami kerugian, upaya yang dilakukan oleh konsumen jika mengalami ketidakcocokan

akan produk kosmetik yang dikonsumsi dari klinik kecantikan Natasha skin care.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat dalam dunia pendidikan di

Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk mampu menunjukkan orisinalitas dari

penelitian yang tengah dibuat dengan menampilkan beberapa judul penelitian terdahulu

sebagai pembanding. Adapun dalam penelitian kali ini, peneliti akan menampilkan 3 skripsi

terdahulu yang pembahasannya berkaitan dengan hukum bisnis

NO Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1. Perlindungan I Gusti Ngr Bagus Andy 1. Bagaimanakah bentuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

5

Hukum Bagi

Pekerja

Laundry

terhadap

Penularan

Penyakit

melalui

Pakaian

Surya Wirawan

(Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas

Udayana tahun 2015 ))

perjanjian antara pekerja

laundry dengan pelaku

usaha ?

2. Bagaimanakah bentuk

perlindungan hukum bagi

pekerja laundry terhadap

penularan penyakit

melalui pakaian ?

2 Perlindungan

hukum hak

desain

industry atas

kerajinan

perak di Desa

Celuk Kab.

Gianyar

Putu Nova Risna

Wiyatna (Mahasiswa

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

tahun 2009)

1. Bagaimanakah

perlindungan hukum hak

desain industri pada

kerajinan perak di Desa

Celuk Kabupaten

Gianyar?

2. Bagaimanakah mekanisme

penyelesaian pelanggaran

yang dapat ditempuh

pemegang hak desain atau

penerima hak desain atas

kerajinan perak di Desa

Celuk Kabupaten Gianyar

dalam hal terjadinya

pelanggaran terhadap

suatu desain perak yang

menjadi haknya?.

3 Perlindungan

hukum bagi

konsumen

akibat

beredarnya

minuman

kadaluwarsa

I Gusti Ngrh Gde Setya

Wijaya(Mahasiswa

Fakultas hukum

Universitas Tabanan

tahun 2010)

1. Bagaimanakah pengaturan

perlindungan hukum

terhadap konsumen

berkaitan dengan

peredaran minuman

kadaluwarsa serta badan /

lembaga yang di berikan

kewenangan untuk

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

6

melakukan pengawasan

peredaran minuman

kadaluwarsa?

2. Apakah bentuk-bentuk

pelanggaran yang di

lakukan pelaku usaha

berkaitan dengan

peredaran minuman

kadaluwarsa serta sanksi-

sanksi yang dapat di

kenakan terhadap pelaku

usaha yang melakukan

pelanggaran?

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum dimaksudkan sebagai upaya pengembangan ilmu hukum,

terkait dengan paradigma bahwa ilmu pengetahuan adalah sebuah proses yang tidak hanya

berhenti pada satu titik saja. Sehingga di harapkan pengetahuan akan terus berkembang

menurut perkembangan jaman dan tidak akan pernah mencapai titik final. Di samping itu

penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum.

1.5.2. Tujuan Khusus

1. Untuk memperoleh pengetahuan di bidang hukum perdata, pengetahuan di bidang

perlindungan konsumen pada klinik kecantikan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan ganti rugi pelaku usaha terhadap kerugian konsumen

akibat menggunakan produk Natasha skin care.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

7

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis akan bermanfaat sebagai pengembangan ilmu hukum khususnya

mengenai pelaksanaan ganti rugi yang di lakukan oleh pelaku usaha atas kerugian akibat

menggunakan produk kecantikan yang diproduksinya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis nya dapat memberikan sumbangan pemikiran yang akan bermanfaat

bagi konsumen dan pelaku usaha klinik kecantikan.

1.7.Landasan Teoritis

1. Tanggungjawab Pelaku Usaha

Tanggungjawab produk adalah tanggungjawab para produsen untuk produk yang telah

dibawanya kedalam peredaran, yang menimbulkan / menyebabkan kerugian karena cacat

yang melekat pada produk tersebut.3

Tanggung jawab pelaku usaha tercantum dalam UU no 8 tahun 1999 tentang

Perlidungan Konsumen pasal 19, yaitu:

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran

dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang

dihasilkan atau di perdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau

penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan

kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan yang berlaku.

3 Sidharta,2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta,(selanjutnya disingkat Sidharta II), h.65

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

8

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah

tanggal transaksi

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih

lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila

pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan

konsumen

Inti dari pasal diatas adalah pelaku usaha bertanggung jawab atas segala kerugian yang

timbul dari hasil produk/ jasanya.Seperti yang disebutkan pada pasal 19 ayat (1), Pelaku

usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau

kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau di

perdagangkan.

Prinsip tentang tanggungjawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum

perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran terhadap hak-hak konsumen,

diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggungjawab dan

seberapa jauh tanggungjawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.4

Secara umum, prinsip-prinsip tanggungjawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai

berikut:

1) Prinsip tanggungjawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault)

Prinsip tanggungjawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault) adalah

prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata,

khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini

menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabanya secara hukum jika ada

4 Sidharta I, Op. Cit, h.59.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

9

unsur kesalahan yang dilakukannya.5 Pasal 1365 KUHPerdata, yang lazim dikenal sebagai

pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok,

yaitu:

a. adanya perbuatan;

b. adanya unsur kesalahan;

c. adanya kerugian yang diderita,

d. adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

Yang dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum.Secara

common sense, asas tanggungjawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang

berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban.Mengenai beban pembuktiannya,

asas ini mengikuti ketentuan Pasal 163 HIR atau Pasal 283 Rbg dan Pasal 1865

KUHPerdata.disitu dikatakan, barang siapa yang mengakui mempunyai suatu hak, harus

membuktikan adanya hak atau peristiwa itu (actorie incumbit probatio).6 Ketentuan ini juga

berlaku dengan teori umum dalam hukum acara yaitu asas audi et alterm partem atau asas

kedudukan yang sama antara semua pihak yang berperkara.

Latar belakang penerapan prinsip ini adalah konsumen hanya melihat semua dibalik

dinding suatu korporasi itu sebagai suatu kesatuan ia tidak dapat membedakan mana yang

berhubungan secara organik dengan korporasi dan mana yang tidak.

2) Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanguggung jawab (presumption

of liability principle) sampai ia tidak dapat membuktikan ia tidak bersalah. jadi, beban

pembuktian ada pada si tergugat.

3) Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab

5Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum perlindungan konsumen, Sinar Grafika,Jakarta,h. 92. 6Ibid, h. 93.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

10

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua diatas. Prinsip praduga untuk tidak

selalu bertanggungjawab (presumption non liability principle) hanya dikenal dalam lingkup

transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara

common sense dapat dibenarkan.

4) Prinsip tanggungjawab mutlak

Prinsip tanggungjawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip

tanggungjawab absolute (absolute liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang

membedakan kedua terminology diatas. Ada yang mengatakan strict liability adalah prinsip

tanggungjawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun,

ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab

misalnya keadaan force majeur.Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggungjawab

tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiaannya.

Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum

di gunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen barang, yang memasarkan

produknya yang merugikan konsumen. Asas tanggungjawab itu dikenal dengan namaproduct

liability. Menurut asas ini produsen wajib bertanggungjawab atas kerugian yang diderita

konsumen atas penggunaan produk yang dipasarkannya. Gugatan product liability dapat

dilakukan berdasarkan tiga hal:

a. melanggar jaminan (breach of warranty), misalnya khasiat yang timbul tidak sesuai

dengan janji yang tertera dalam kemasan produk;

b. ada unsur kelalaian (negligence), yaitu produsen lalai memenuhi standar pembuatan

obat yang baik;

c. menetapkan tanggungjawab mutlak (strict liability)

5) Prinsip tanggung jawab dengan Pembatasan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

11

Prinsip tanggung jawab dengan Pembatasan (limitation of liability principle) sangat

disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausul eksonerasi dalam perjanjian

standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film misalnya ditentukan bahwa bila

film yang ingin dicuci atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk akibat kesalahan petugas),

maka konsumen hanya dibatasi ganti kerugiannya sebesar sepuluh kali harga satu rol film

baru. Prinsip ini sangat merugikan konsumen bila diberlakukan secara sepihak oleh pelaku

usaha.

Menyangkut tanggung jawab bagi pelaku usaha yang di atur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menganut prinsip tanggung jawab

mutlak (strict liability) dilihat dari sudut pandang civil law dengan pengalihan beban

pembuktian unsur kesalahan ada pada pelaku usaha, jadi unsur kesalahan tersebut

dipersangkakan kepada pelaku usaha. Hal ini dapat dipandang sebagai wujud nyata dari

maksud dan tujuan perlindungan konsumen yang pada dasarnya konsumen biasanya lebih

lemah kedudukannya dari pada pelaku usaha.

1.8.Metode Penelitian

a. Jenis penelitian

Penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode

penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian yang bersifat yuridis empiris.

Sehubungan dengan metode penelitian yang di gunakan tersebut penulis melakukan dengan

cara meneliti peraturan-peraturan, perundang-undangan, teori-teori hukum dan yang

merupakan data sekunder, kemudian dikaitkan dengan kenyataan di lapangan. Sedangkan

pendekatan empirisnya mempergunakan sumber data primer, yakni data yang langsung

diperoleh dari informasi informan dan responden.

b. Sifat Penelitian

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

12

Sifat penelitian ini adalah penelitian Deskriptif bertujuan menggambarkan secara

tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan

penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara suatu

gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

c. Sumber Data / Data

1. Sumber Data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh penulis dari

lapangan.Dalam hal ini, data primer yang bersumber dari lapangan diperoleh dari

(Wawancara dari para pihak ataupun instansi yang terkait.

2. Sumber Data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini bersumber pada Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dan dari beberapa literatur-literatur yang terdiri dari

buku-buku, makalah, jurnal dan referensi-referensi lain yang terkait dengan

permasalahan.

d. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Studi Pustaka/dokumen

Studi pustaka/dokumen yaitu kegiatan menelusuri dan mengkaji berbagai

peraturan perundang-undangan atau literatur yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

b. (Wawancara

(Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan bertanya secara langsung

kepada informan atau pihak yang berkompeten dalam suatu permasalahan. Dalam

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang ... perlindungan konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran

13

hal ini telah dilakukan (Wawancara terhadap pelaku usaha klinik kecantikan

Natasha skin care dan konsumen klinik kecantikan Natasha skin care.

e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu

penarikan sampeldilakukan berdasarkan tujuan tertentu yaitu sample yang dipilih telah

memenuhi kriteria, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari

populasinya.7

Dalam hal ini digunakan sampel yaitu Klinik Kecantikan Natasha Skin Care karena Klinik

Kecantikan Natasha Skin Care mempunyai karakteristik selain sebagai penjual jasa dan barang juga

sebagai produsen, dan mempunyai pengunjung yang banyak.

f. Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil penelitian kemudian data-data tersebut akan diolah

dan dianalisa dengan menggunakan teknik pengolahan data secara kualitatif. Yang dimaksud

dengan teknik pengolahan data secara kualitatif, yaitu dengan memilih data dengan

kualitasnya untuk dapat menjawab permasalahan yang di ajukan. Untuk penyajiannya

dilakukan secara deskriptif analisa yaitu suatu cara analisa data yang dilakukan dengan jalan

menyusun secara sistematis sehingga diperoleh kesimpulan yang ilmiah.

7Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 122.