bab i pendahuluan 1.1. latar belakang masalah i.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi identik dengan kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang sangat pesat dan cepat. Fenomena ini terjadi di seluruh belahan dunia tanpa memandang negara maju dan negara berkembang. Masyarakat dunia suatu negara dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi ini agar dapat bersaing dengan dunia global yang semakin modern, praktis dan efisien. Hal inilah yang dikenal dengan istilah hubungan global. Indonesia yang termasuk dalam tata pergaulan hubungan global ini, mau tidak mau harus mengikuti tantangan untuk melaksanakan pemahaman dalam tatanan baru itu. 1 Kemajuan teknologi baik dari informasi dan komunikasi semakin hari semakin berkembang dengan pesat yang memberikan banyak kemudahan bagi umat manusia. Internet adalah salah satu produk dari kemajuan teknologi dari informasi dan komunikasi. Banyak hal dapat dilakukan melalui internet mulai dari berhubungan sosial, bekerja, hingga melakukan bisnis jual beli secara online. Semua hal tersebut dapat dilakukan tanpa melakukan kontak langsung dengan 1 H. Sutarman, 2007, Cyber Crime Modus Operandi dan Penanggulangannya, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, h.1.

Upload: phamlien

Post on 14-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi identik dengan kemajuan teknologi dan informasi yang

berkembang sangat pesat dan cepat. Fenomena ini terjadi di seluruh belahan dunia

tanpa memandang negara maju dan negara berkembang. Masyarakat dunia suatu

negara dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi ini agar

dapat bersaing dengan dunia global yang semakin modern, praktis dan efisien. Hal

inilah yang dikenal dengan istilah hubungan global. Indonesia yang termasuk

dalam tata pergaulan hubungan global ini, mau tidak mau harus mengikuti

tantangan untuk melaksanakan pemahaman dalam tatanan baru itu.1

Kemajuan teknologi baik dari informasi dan komunikasi semakin hari

semakin berkembang dengan pesat yang memberikan banyak kemudahan bagi

umat manusia. Internet adalah salah satu produk dari kemajuan teknologi dari

informasi dan komunikasi. Banyak hal dapat dilakukan melalui internet mulai dari

berhubungan sosial, bekerja, hingga melakukan bisnis jual beli secara online.

Semua hal tersebut dapat dilakukan tanpa melakukan kontak langsung dengan

1 H. Sutarman, 2007, Cyber Crime – Modus Operandi dan Penanggulangannya,

LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, h.1.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

2

orang lain. Bisnis secara online dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

fasilitas seperti situs internet, jejaring sosial, maupun layanan e-banking.

Teknologi informasi dan komunikasi saat ini sedang mengarah kepada

konvergensi yang memudahkan kegiatan manusia sebagai pencipta, pengembang

dan pengguna teknologi itu sendiri. Internet sebagai suatu media dan komunikasi

elektronik telah banyak di manfaatkan untuk berbagai kegiatan salah satunya

adalah melakukan perdagangan. Kegiatan perdagangan dengan memanfaatakan

media internet ini dikenal dengan istilah electronic commerce, atau disingkat

ecommerce.2

Kemajuan teknologi yang merupakan hasil budaya manusia di samping

membawa dampak positif, ternyata dalam perkembangannya juga dapat membawa

dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya, yaitu seperti ditandai dengan

adanya kejahatan. Jenis kejahatan yang ditimbulkan oleh perkembangan dan

kemajuan teknologi informasi adalah kejahatan yang berkaitan dengan

pemanfaatan aplikasi dari internet. Penyalahgunaan internet merupakan salah satu

sarana untuk melakukan kejahatan atau tindak pidana.

Jenis kejahatan yang semula dapat dikatakan sebagai kejahatan

konvensional, seperti halnya pencurian, pengancaman, pencemaran nama baik

bahkan penipuan kini modus operandinya dapat beralih dengan menggunakan

internet sebagai sarana melakukan kejahatan dengan resiko minim untuk

2 Ahmad M. Ramli, 2004, Cyber Law Dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia,

Bandung : PT. Refika Aditama, h.1.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

3

tertangkap oleh pihak yang berwajib, dan situs di internet (website) dapat

digunakan sebagai media perantara untuk melakukan transaksi melalui internet,

dimana isi dari situs tersebut seolah-olah terdapat kegiatan penjualan barang.

Bisnis online adalah bisnis yang dilakukan dengan internet sebagai media

pemasaran dengan menggunakan website sebagai katalog.3 Saat ini bisnis online

sedang menjamur di Indonesia baik untuk barang-barang tertentu seperti tas,

sepeda, sepatu, hingga jasa seperti ojek. Bisnis ini dianggap sangat potensial

karena kemudahan dalam pemesanan dan harga yang cukup bersaing dengan

bisnis biasa. Bisnis ini tidak memerlukan toko melainkan dengan media jejaring

sosial Instagram, Blog, Facebook maupun jejaring sosial lainnya yang

dihubungkan dengan internet.

Kegiatan perdagangan menggunakan internet tersebut membuat negara

seolah-olah tanpa batas teritorial (borderless) menimbulkan keuntungan dan

kemudahan bagi suatu bangsa yang dapat dilihat dalam berbagai bentuk kerjasama

antar negara dalam bidang ekonomi, politik dan budaya. Mekanisme transaksi dan

perjanjian dengan dunia luar cukup dikendalikan melalui ruang kecil dengan

teknologi berbasis protocol internet yang menawarkan fasilitas yang efektif,

efisien dan modern.

Cyber Crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh seseorang maupun

kelompok dengan menggunakan sarana komputer dan alat telekomunikasi lainnya.

Seseorang yang menguasai dan mampu mengoperasikan komputer seperti

3 Ollie, 2008, Membuat Toko Online dengan Multyply, Media Kita, Jakarta, h. 3.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

4

operator, programmer, analis, consumer, manager dan kasir dapat melakukan

cyber crime. Cara yang biasa digunakan adalah dengan merusak data, mencuri

data dan menggunakannya secara ilegal. Faktor dominan terjadinya cyber crime

adalah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi seperti telepon, hand phone

dan alat telekomunikasi lain yang dipadukan dengan perkembangan teknologi

komputer.

Cyber Crime dapat ditemui salah satunya pada kasus penipuan saat

berbelanja di toko online (online shop). Dalam rangka mengikuti gaya hidup masa

kini, banyak masyarakat yang memilih berbelanja secara online. Berbelanja secara

online adalah kemudahan yang ditawarkan dalam kecanggihan internet masa kini

melalui website ataupun media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, BBM

dan media sosial lainnya. Kecepatan waktu dan penawaran adalah keunggulan

bagi jejaring sosial ini. Online shop yang menawarkan berbagai macam kebutuhan

hidup memungkinkan terjadinya transaksi jual beli yang sederhana dan mudah

dilakukan. Cukup dengan memilih kebutuhan yang diinginkan di katalog yang

disediakan oleh pelaku usaha, konsumen dapat memiliki barang tersebut cukup

dengan melakukan pembayaran via transfer ataupun dengan cara lainnya. Segala

kemudahan yang ditawarkan online shop dan keterbatasan waktu masyarakat saat

ini mendorong besarnya aktifitas belanja secara online.

Kasus-kasus yang muncul di permukaan dan diketahui oleh publik

umumnya berdasarkan adanya laporan dari korban cyber crime akan kerugian

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

5

yang dialaminya.4 Pada kasus korban penipuan dalam transaksi jual beli di online

shop, yang salah satunya dimana seorang pembeli saat membeli barang sesuai

keinginanya di online shop, dan si penjual mewajibkan si pembeli tersebut untuk

mengirim sejumlah uang terlebih dahulu sesuai kesepakatan, setelah itu si penjual

baru akan mengirim barang yang diinginkan oleh si pembeli tersebut. Banyak

kasus dimana saat uang sudah dikirim oleh si pembeli, barang yang seharusnya

dikirim oleh si penjual tidak dikirim atau barang yang dikirim berbeda tidak

sesuai seperti informasi yang diberikan oleh si penjual. Sebaliknya kasus dimana

seorang penjual di online shop juga riskan sebagai korban tindak pidana penipuan,

dimana salah satu kasus seorang pembeli mengirimkan bukti palsu transfer

sejumlah uang yang di dalamnya si pembeli sudah mengirimkan sejumlah uang ke

rekening si penjual dengan bermaksud untuk menggerakkan si penjual untuk

memberikan barang yang diinginkan oleh si pembeli tersebut.

Dilihat dari tataran norma, kejahatan penipuan dirumuskan dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana selanjutnya disebut KUHP, pada BAB XXV

tentang perbuatan curang yang dimana pada Pasal 378 menyebutkan “Barangsiapa

dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,

ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan

barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan

piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat

tahun.”

4 H. Sutarman, Op.cit, h.6.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

6

Peraturan mengenai penipuan menggunakan barang elektronik juga

dilarang pada Pasal 28 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843,

selanjutnya disebut UU ITE). Perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 28 ayat (1) adalah “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak

menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian

konsumen dalam Transaksi Elektronik”.

Uraian pada Pasal 378 KUHP sudah jelas menyatakan dimana tindakan

penipuan itu dilarang. Pasal 28 UU ITE lebih khusus menjelaskan bahwa tindakan

penipuan yang dilakukan dengan sarana elektronik tersebut dilarang. Dapat dilihat

pada bunyi pasal tersebut yang menyatakan penipuan menggunakan sarana

elektronik adalah “tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang

mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik serta

menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya”.

Dilihat dari tataran norma dapat kita lihat bahwa pengaturan pengaturan

dalam norma tersebut sudah jelas, tetapi pelaksanaan dari norma norma tersebut

kurang efektif, hal tersebut dilihat dari penegakan hukum terhadap delik penipuan,

di Indonesia terkesan kurang mendapatkan prioritas apabila dibandingkan dengan

upaya pemberantasan tindak pidana lainnya, seperti narkotika, terorisme, maupun

korupsi. Kondisi seperti ini patutnya dievaluasi kembali karena akan semakin

meningkat, terlebih dengan semakin meningktanya modus- modus di dunia maya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

7

Semua orang rentan menjadi korban dari kejahatan cyber. Semua orang

rentan menjadi korban cyber karena sudah terpengaruh oleh pesatnya kemajuan

teknologi. Tingginya pengaruh-pengaruh negatif dari teknologi khususnya internet

akan memperbesar timbulnya suatu kejahatan cyber.

Peranan korban dalam terjadinya kejahatan Cyber pada kasus penipuan

dalam transaksi jual beli online tidak dapat diabaikan. Peran yang dimaksud

adalah sebagai sikap dan keadaan diri seseorang yang menjadi calon korban

ataupun sikap atau keadaan seseorang yang memicu seseorang berbuat kejahatan.

Kenyataannya tidak mungkin timbul tindak kejahatan apabila tidak ada korban.

Korban kejahatan bukan hanya orang perseorangan namun dapat pula korporasi,

institusi, pemerintah, bangsa dan negara.5 Pihak korban sebagai partisipan utama

dalam memainkan peran penting. Pihak korban dapat berperan secara sadar

ataupun tidak sadar, secara langsung dan tidak langsung, sendiri atau bersama-

sama, bertanggung jawab atau tidak, secara aktif atau pasif.6 Contoh peran korban

dalam tindak pidana penipuan pada transaksi jual beli online , dimana salah satu

kasus yang terjadi di Bali yang di peroleh dari situs internet (antarabali.com) yang

berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang

di pasang pada situs jual beli online yang sudah dilaporkan ke Polresta Denpasar.

Seorang korban yang bernama Lin Jayati (36) yang berasal dari Surabaya telah

mentransfer uang muka senilai Rp. 1,5 juta dari total harga kontrakan sebesar Rp.

5 Bambang Waluyo, 2011, Victimologi Perlindungan Korban dan Saksi, Sinar Grafika,

Jakarta, h. 11.

6 Retna Yulia, 2010, Victimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,

Graha Ilmu, Yogyakarta, h. 76.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

8

14,5 juta di daerah Pemogan, Denpasar Selatan. Namun rumah yang dituju korban

tidak sesuai dengan yang di iklan situs jual beli online OLX.7

Mencegah dan menanggulangi permasalahan tindak pidana penipuan

dalam transaksi jual beli online tidak cukup dengan proses kriminalisasi yang

dirumuskan dalam bunyi pasal, tetapi juga diperlukan upaya lain. Upaya tersebut

berupa tindakan pemerintah untuk menangani kasus penipuan di dunia maya ini,

sehingga peraturan-peraturan yang mengatur mengenai tindak pidana penipuan

yang terjadi di dunia maya dapat dijalankan dengan efektif apabila telah terjadi

kerjasama antar para pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan

kegiatan cyber.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

mengangkat dan melakukan penelitian dalam penulisan skripsi yang berjudul

“PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI JUAL BELI

ONLINE DI POLRESTA DENPASAR”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pencegahan tindak pidana penipuan pada transaksi jual beli online

di Polresta Denpasar ?

7 Dewa Wiguna, 2016, “Polresta Denpasar Tangani Penipuan Iklan Daring”, Antara

Bali, URL : http://www.antarabali.com/berita/86015/polresta-denpasar-tangani-penipuan-iklan-

daring, diakses tanggal 23 Februari 2016

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

9

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penipuan

pada transaksi jual beli online?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah menentukan ruang lingkup masalah

merupakan suatu hal yang sangat penting guna menjamin adanya keutuhan dan

ketegasan serta untuk mencegah kekaburan permasalahan karena terlalu luas dan

terlalu sempit.8 Agar tidak menyimpang terlalu jauh dari pokok permasalahannya,

maka dalam penulisan skripsi ini diberikan suatu pembatasan dalam pembahasan

dalam yaitu:

1. Permasalahan pertama, ruang lingkup pembahasannya mengenai bagaimana

pencegahan tindak pidana penipuan pada transaksi jual beli online di Polresta

Denpasar.

2. Permasalahan kedua, ruang lingkup pembahasannya yaitu akan dibahas faktor-

faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penipuan pada

transaksi jual beli online.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran pada kepustakawan, khususnya di

lingkungan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali sepanjang

yang diketahui dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada maka belum ada

penelitian yang menyangkut masalah “Efektifitas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Terhadap Korban

8 Soerjono Soekanto, 1983, Tata Cara Penyusunan Karya Ilmiah Bidang Hukum, Ghalian

Indonesia, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I ), h. 12.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

10

Tindak Pidana Penipuan Pada Transaksi Jual Beli Online”. Adapun penulisan

penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini melalui internet antara lain:

1. Nama : Abdul Kadir Pobela

Tempat : Universitas Hasanuddin Makasar

Nim : B 111 09 459

Judul Skripsi : Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penipuan Yang

Dilakukan Melalui Media Elektronik (Studi Kasus Putusan

No. 1193/PID.B/2012/PN.Mks)

Permasalahan:

1) Bagaimanakah penerapan hukum pidana materiil pada perkara tindak

pidana penipuan yang dilakukan melalui media elektronik dalam studi

kasus Putusan Nomor 1193/Pid.b/2012/PN.mks?

2) Bagaimanakah pertimbangan hukum dari hakim dalam Putusan Nomor

1193/Pid.b/2012/PN.mks?

Hasil:

1) Jaksa penuntut umum disini mendakwakan pasal45 ayat (2) jo. Pasal 28

ayat (1) UU ITE jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP, dimana telah terpenuhi

semua unsur-unsurnya didasarkan pada fakta-fakta hukum baik melalui

keterangan-keterangan maupun alat-alat bukti.

2) Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku

dalam perkara putusan nomor 1193/Pid.B/2012/PN.Makasar telah sesuai

karena berdasarkan penjabaran keterangan saksi-saksi, keterangan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

11

terdakwa, alat bukti serta terdapatnya pertimbangan-pertimbangan yuridis

menurut KUHP. Hal-hal yang meringankan dan memberatkan serta yang

diperkuat dengan adanya keyakinan hakim. Namun menurut penulis,

sanksi pidana yang dijatuhkan kepada para terdakwa kurang memberikan

efek jera karena kejahatan melalui elektronik mudah dilakukan dan sangat

cepat berkembang.

2. Nama : Rizki Dwi Prasetyo

Tempat : Universitas Brawijaya Malang

Nim : 105010100111042

Judul Skripsi : Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana

Penipuan Online Dalam Hukum Pidana Positif di Indonesia

Permasalahan:

1) Bagaimana bentuk pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana

penipuan online?

2) Bagaimana konsekuensi yuridis pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terhadap pasal

378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada tindak pidana penipuan

online?

Hasil:

1) Bentuk pertanggugjawaban pidana pelaku tindak pidana penipuan online

hanya dapat dijatuhi menggunakan pasal 28 ayat (1) jo. Pasal 45 ayat (2)

UU ITE. Pasal 378 KUHP tentang tindak pidana penipuan tidak dapat

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

12

digunakan untuk membebani pelaku tindak pidana penipuan online untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya, dikarenakan terdapat beberapa

kendala dalam membebani sanksi pidana pada pelaku tindak pidana seperti

kendala dalam pembuktian dimana alat bukti yang dibatasi oleh KUHAP,

dalam pasal 378 KUHAP terdapat kesulitan menentukan yurisdiksi untuk

menggunakan hukum mana dan siapa yang berhak untuk menghukum

pelaku karena penipuan online termasuk dalam kejahatan lintas Negara

atau cyber crime. Sehingga pasal 28 ayat (1) jo. Pasal 45 ayat (2) UU ITE

meskipun tidak secara khusus mengatur tentang tindak pidana penipuan

dalam konteks berbeda tetapi tetap dapat digunakan untuk membebani

pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam tindak

pidana penipuan online, pada aktivitas transaksi elektronik atau dapat

dikatakan jual-beli online mengingat konteks sebenarnya dari adanya UU

ITE adalah sebagai perlindungan konsumen.

2) Konsekuensi yuridis dari penggunaan Pasal 28 ayat (1) UU ITE terhadap

Pasal 378 KUHP pada tindak pidana penipuan online, dimana kedua pasal

tersebut saling mengesampingkan dan mengecualikan. Pasal 28 ayat (1)

UU ITE hanya dapat di gunakan pada tindak pidana penipuan online yang

berkarakteristik pada aktivitas jual beli online saja, sedangkan pada pasal

378 KUHP hanya dapat digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana

penipuan konvensional. Melihat unsur dan modus penipuan online yang

semakin canggih dan mengikuti perkembangan jaman, penggunaan pasal

28 ayat (1) UU ITE dirasa sangat tepat untuk langsung di dakwakan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

13

terhadap pelaku agar tidak akan timbul kehawatiran lolosnya pelaku dari

pembebanan pemidanaan pada tindakannya.

Perbedaan:

Perbedaan penulisan penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas

adalah penulisan penelitian ini akan lebih pada penelitian bagaimana Polresta

Denpasar dalam mencegah tindak pidana penipuan transaksi jual beli online dan

menelusuri atau meneliti apa faktor yang menyebabkan timbulnya korban dari

tindak pidana penipuan jual beli online. Pada penelitian di atas lebih cenderung

meneliti tentang suatu keputusan yang dijatuhkan oleh hakim pada pelaku tindak

pidana jual beli online serta cenderung meneliti konsekuensi yuridis dari

penggunaan suatu peraturan perundang-undangan yang sebaiknya digunakan

dalam menjerat pelaku tindak pidana penipuan transaksi jual beli online.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menganalisis permasalahan hukum dan isu-isu aktual mengenai tindak pidana

penipuan dalam transaksi jual beli online, khususnya terkait efektifitas

pelaksanaan UU ITE, serta menelusuri faktor-faktor yang menyebabkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

14

adanya tindakan cyber dan menegakan hukum cyber hingga solusi atas

masalah tersebut.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis apakah UU ITE sudah efektif

dalam pencegahan tindak pidana penipuan terkait pada transaksi jual beli

online.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor apa saya yang

menyebabkan adanya tindak pidana penipuan terkait pada transaksi jual

beli online.

1.6. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat

praktis, yaitu:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum pidana, khususnya

pemahaman teoritis mengenai efektivitas pelaksanaan UU ITE dalam mencegah

tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli online serta faktor-faktor yang

menyebabkan adanya tindak pidana penipuan tersebut. Manfaat teoritis dari

penelitian ini adalah penulis dapat memperoleh pencerahan mengenai

permasalahan yang penulis hadapi sehingga menjadi dasar pemikiran yang teoritis

bahwa UU ITE perlu dikaji dalam perumusan konsepnya agar penerapan tersebut

nantinya bisa memberikan kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

15

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar dapat memberikan referensi dan pengembangan wawasan

berpikir bagi diri sendiri maupun pembaca mengenai Efektifitas

Penegakan Hukum Pidana dalam mencegah timbulnya tindak pidana

penipuan dalam transaksi jual beli online.

b. Bagi Penegak Hukum

Diharapkan agar skripsi ini dapat dijadikan refrensi bagi penegak hukum

agar dalam melakukan tugasnya dalam menegakkan hukum terhadap cyber

crime khususnya dalam tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli

online dapat dilaksanakan secara optimal.

c. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan kesadaran hukum kepada masyarakat terhadap aturan-

aturan yang berlaku tentang tindak pidana penipuan dalam transaksi jual

beli online pada semua orang agar lebih berhati-hati dalam berkegiatan di

dunia maya.

1.7. Landasan Teoritis

Skripsi ini secara garis besar menggunakan tiga teori hukum dalam

membahas permasalahan ini. Tujuan dipergunakannya teori hukum untuk

membantu penulis dalam memperjelas masalah yang diteliti. Teori-teori yang

dipergunakan adalah:

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

16

a. Teori Pencegahan

Terkait pembahasan rumusan masalah mengenai pencegahan tindak pidana

penipuan dalam transaksi jual beli online di Polresta Denpasar digunakan Teori

Pencegahan Umum sebagaimana dikemukakan oleh Anselm Von Feurbach

mengenai psychologische zwag, yang dimana berbunyi :

“apabila setiap orang mengerti dan tahu, bahwa melanggar peraturan

hukum itu diancam pidana, maka orang itu mengerti dan tahu juga akan dijatuhi

pidana atas kejahatan yang dilakukannya dapat digolongkan ke dalam teori

pencegahan umum. Jadi menurut teori ini tercegahlah bagi setiap orang untuk

berniat jahat sehingga di dalam jiwa orang masing-masing telah mendapatkan

tekanan atas ancaman pidana.”9

b. Teori Kriminologi

Objek dari kriminologi sendiri adalah orang-orang yang melakukan tindak

pidana kejahatan (pelaku kejahatan) itu sendiri. Tujuan mempelajari

kriminologi ini sendiri agar nantinya menjadi mengerti apa sebab-sebabnya

berbuat jahat, apakah karena memang bakatnya adalah jahat, ataukah di

dorong oleh keadaan masyarakat di sekitarnya baik secara sosiologis dan

ekonomis, atau sebab-sebab lainnya. Jika sebab-sebab itu sudah diketahui,

maka di samping pemidanaan, dapat diadakan tindakan-tindakan yang tepat

agar orang tadi tidak lagi berbuat demikian, atau agar orang lain tidak akan

melakukannya.10

Kriminologi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Criminal Biology, menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan sebab-

sebab dari perbuatannya, baik dalam jasmani maupun rohani;

9 Marlina, 2011, Hukum Penitensier, PT. Refika Aditama, Bandung, h. 57.

10

Moeljatno, 2008, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, h. 14.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

17

2. Criminal Sosiology, mencoba mencari sebab-sebab dalam lingkungan

masyarakat di mana masyarakat itu berada;

3. Criminal Policy, tindakan-tindakan apa yang sekiranya harus

dijalankan supaya orang lain tidak berbuat demikian.11

Berabad-abad sudah menjatuhi pidana kepada orang yang melakukan

kejahatan, namun orang masih melakukan kejahatan. Pidana disini

menandakan bahwa tidak mampu untuk mencegah adanya kejahatan yang

dimana berarti pidana bukanlah obat bagi penjahat. Penjahat dianggap sebagai

orang sakit dan pidana bersifat memberi nestapa sebagai pembalasan atas

kejahatan yang telah dilakukan. Cara mengobati penjahat disini tentunya

terlebih dahulu diperlukan mengetahui sebab-sebab dari penyakit itu, dan

bukanlah pidana yang bersifat memberi nestapa sebagai pembalasan atas

kejahatan yang telah dilakukan, melainkan tindakan-tindakan.12

Moeljatno menyatakan pandangan seperti diatas agak terlalu simplitis,

sebab pandangan bahwa pidana adalah semata-mata sebagai pembalasan

kejahatan yang dilakukan, dan dimana sekarang hal tersebut sudah

ditinggalkan, dan telah diinsafi bahwa senyatanya sekarang sudah lebih

kompleks. Pada saat ini apabila masih terdapat sifat pembalasan, maka hal

tersebut hanya segi yang kecil saja. Pada saat ini yang lebih besar dan lebih

penting pada menentramkan kembali masyarakat yang telah digoncangkan

dengan adanya perbuatan pidana di satu pihak, dan di lain pihak, mendidi

11 Ibid, h.15.

12

Ibid.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

18

kembali orang melakukan perbuatan pidana tadi menjadi anggota masyarakat

yang berguna.13

Moeljatno menyatakan disini seharusnya pidana harusnya berubah tidak

lagi sebagai pembalasan atau penderitaan fisik dan perendahan martabat

manusia sebagai pembalasan dari kejahatan yang telah dilakukan, tetapi

mencangkup seluruh sarana yang telah dipandan layak dan dipraktikkan dalam

suatu masyarakat tertentu.14

Adanya kriminologi di samping ilmu hukum pidana, pengetahuan tentang

kejahatan menjadi lebih luas. Pengetahuan tersebut nantinya akan membuat

orang mendapat pengertian lebih baik tentang penggunaan hukumnya terhadap

kejahatan maupun tentang pengertiannyamengenai timbulnya kejahatan dan

cara-cara pemberantasannya, sehingga memudahkan penentuannya adanya

kejahatan dan bagaimana menghadapai untuk kebaikan masyarakat dan

penjahat itu sendiri.15

c. Teori Aksi

Meneliti efektifitas hukum hendaknya menelaah efektifitas suatu peraturan

perundang-undangan dengan membandingkan antara realitas hukum dengan

ideal hukum. Donald Black menyatakan, ideal hukum merupakan kaidah

hukum yang dirumuskan dalam undang-undang atau putusan hakim (law in

13

Ibid, h. 16.

14

Ibid.

15

Ibid.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

19

book). Dengan merujuk principle of effectiviness dari Hans Kelsen

menyebutkan bahwa realitas hukum berarti seseorang harus bertingkah laku

atau bersikap sesuai tata kaidah hukum, denga kata lain realitas hukum adalah

hukum dalam tindakan (law in action).16

Meneliti efektifitas hukum dari

undang-undang tidak hanya menetapkan tujuan dari undang-undang (baik dari

kehendak pembuat undang-undang atau tujuan langsung tidak langsung,

maupun tujuan instrumental-tujuan simbolis), diperlukan pula syarat-syarat

lain seperti:

1. Perilaku yang diamati adalah perilaku nyata;

2. Perbandingan antara perilaku yang diatur dalam hukum dengan keadaan

apabila tidak diatur dalam hukum. Apabila hukum sudah mampu

mengubah perilaku masyarakat (berprilaku sesuai hukum) maka

seharusnya perilaku tersebut akan sama ketika tidak ada hukum yang

mengatur perilaku tersebut.

3. Mempertimbangkan jangka waktu pengamatan

4. Mempertimbangkan tingkat kesadaran pelaku. Berl Kutschinsky

mengemukakan empat indicator kesadaran hukum yaitu:

a. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum (law awareness)

b. Pengetahuan tentang isi peraturan hukum (law aquitance)

c. Sikap hukum (law attitude); dan

d. Perilaku Hukum (legal behavior).17

Dalam bukunya The Structure of Social Action, Parsons mengemukakan

karakteristik tindakan sosial (Social Action) sebagai berikut:

1. Adanya individu sebagai aktor;

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan;

3. Aktor memilih alternative cara, alat dan teknik untuk mencapai tujuannya;

16

Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali

Pers, Jakarta, h. 137.

17

Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Pers,

Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II), h. 49.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

20

4. Aktor apabila berhadapan dengan sejumlah kondisi-kondisi situasional

(berupa kondisi dan kondisi yang sebagian tidak dapat dikendalikan oleh

individu) yang membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Misalnya

adalah kelamin dan tradisi;

5. Aktor berada di bawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide

abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan.

Contohnya kendala dalam kebudayaan.18

d. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan usaha dalam mewujudkan ide-ide dan

konsep-konsep hukum yang diharapkan rakyat menjadi suatu kenyataan.19

Soejono Soekanto mengemukakan, inti dari penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan antara apa yang ada di dalam kaidah-kaidah sejumlah

peraturan-peraturan perundang-undangan terhadap penciptaan, pemeliharaan

dan mempertahankan kedamaian dalam pergaulan hidup.20

Soerjono Soekanto mengemukakan ada 5 (lima) faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum, yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri, yang dibatasi dengan undang-undang saja;

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.21

18

Amirudin dan H. Zainal Asikin, Op.cit, h. 142

19

Soleman B. Taneko, 1993, Pokok-pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali

Pers, Jakarta, h. 49.

20

Sabian Utsman, 2010, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum – Makna Dialog antara Hukum

& Mayarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 373.

21

Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegak Hukum, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto III), h. 8.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

21

Efektifitas dari suatu perundang-undangan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, atara lain:

1. Pengetahuan tentang substansi perundang-undangan;

2. Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut;

3. Institusi yang terkait dengan ruang lingkup perundang-undangan di dalam

masyarakatnya;

4. Proses lahirnya perundang-undangan, yang tidak boleh dilahirkan secara

tergesa-gesa untuk kepentingan instan atau sesaat, yang dimana Gunar

Myrdall mengistilahkan sebagai sweep legislation, yang memiliki kualitas

buruk dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.22

Gangguan terhadap penegak hukum mungkin terjadi apabila tidak adanya

keserasia antara “tri tunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan

tersebut dapat terjadi apabila ketidakserasian antara nilai yang berpasangan

menjelma dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur dan pola perilakunya

tidak terarah sehingga mengganggu kedamaian pergaulan.23

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Jenis Penelitian Hukum Empiris

atau yang sering disebut sebagai Penelitian Hukum Sosiologis yang

mengkonsepkan hukum sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan

variable sosial lainnya. Sasaran dari jenis penelitian hukum empiris yakni law in

action.24

22

Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicial Prudence) Termasuk Interprestasi Undang-Undang (Legal Prudence), Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, h. 378.

23

Soerjono Soekanto III, Op.cit, h. 7.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

22

Penelitian hukum empiris sama seperti penelitian hukum normatif, yang

dimana juga mengggunakan data sekunder pada data awalnya, kemudian

dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan, jenis-jenis penelitian hukum

empiris dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Penelitian berlakunya hukum

Penelitian efektifitas hukum

Penelitian dampak hukum

b. Penelitian identifikasi hukum tidak tertulis.25

Penelitian empiris dalam skripsi ini mengkaji mengenai bekerjanya UU

ITE khususnya Pasal 28 ayat (1), namun ketika aturan yang mengatur mengenai

korban kejahatan tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli online tersebut

diberlakukan menimbulkan suatu permasalahan. Permasalahan tersebut dapat

dianalisis mengenai efektivitas dari UU ITE serta upaya yang dapat dilakukan

oleh penegak hukum dalam menanggulangi korban akibat dari tindak pidana

penipuan dalam transaksi jual beli online.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

fakta (The Fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (The Statute

Approach). Pendekatan fakta adalah pendekatan yang dilakukan dengan mlihat

langsung di lapangan berdasarkan fakta yang ada di lapangan dalam mencegah

tindak pidana penipuan transaksi jual beli online. Data yang diperoleh tersebut

untuk selanjutnya selanjutnya dibahas dengan kajian-kajian berdasarkan teori-

24

Nico Ngani, 2012, Metodelogi Penelitian dan Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, h. 71.

25

Amirudin dan H. Zainal Asikin, Op.cit, h. 15.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

23

teori hukum dan kemudian disambung dengan pendekatan perundang-undangan.

Pendekatan perundang-undangan yaitu pendekatan berdasarkan pada norma-

norma hukum atau kaidah-kaidah yang berlaku yaitu KUHP dan UU ITE

1.8.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penulisan skripsi ini adalah di daerah Denpasar di

Polresta Denpasar. Alasan dipilihnya lokasi penelitian ini karena banyaknya kasus

penipuan dalam transaksi jual beli online yang juga mengakibatkan adanya

korban, serta masih kurangnya pelaksanaan pemerintah untuk menangani dan

mencegah terjadinya kasus penipuan dalam transaksi jual beli online di daerah

Denpasar.

1.8.4 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian dalam penelitan skripsi ini adalah

dengan menggunakan teknik non probability sampling khususnya menggunakan

teknik Purposive Sampling. Penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan

tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh peneliti yang mana

penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah

memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri

utama populasinya.

1.8.5 Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriftif. Penelitian deskriftif

pada penelitian secara umum, termasuk pula di dalamnya penelitian ilmu hukum,

bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala

atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

24

untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain

dalam masyarakat. Penelitian deskriftif dapat membentuk teori-teori baru atau

dapat memperkuat teori yang sudah ada.

1.8.6 Sumber Data

Penelitian pada umumnya dibedakan dalam data yang diperoleh secara

langsung dari masyarakat yang dinamakan data primer (data dasar) dan diperoleh

dari bahan-bahan pustaka yang dinamakan data sekunder.26

Data yang

dipergunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) sumber data yaitu:

1. Data Primer

Data primer didapatkan melalui dilakukannya penelitian lapangan

(Field Research), yaitu dengan cara melakukan penelitian secara langsung

ke lapangan yang berasal dari informan, yaitu aparat penegak hukum

dalam hal ini adalah polisi.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan melalui dilakukannya penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan berbagai data yang

diperoleh dari menelaah literatur, majalah di bidang hukum guna

menemukan teori yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Data sekunder ini berdasarkan kekuatan mengikat dari isinya dapat dibagi

menjadi 3 (tiga) yaitu:

26

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Cet. VI, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 12.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

25

a. Bahan hukum primer, dimana isi bahannya mengikat, karena

dikeluarkan oleh pemerintah, seperti berbagai peraturan perundang-

undangan, yaitu KUHP dan UU ITE.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang isinya membahas

bahan hukum primer, seperti buku, majalah, artikel.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang bersifat menunjang

bahan hukum primer dan sekunder.27

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kamus hukum dan kamus besar bahasa Indonesia.

1.8.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu

Teknik Studi Dokumen dan Teknik Wawancara

1. Terhadap data kepustakaan dilakukan dengan teknik studi yang datanya

dikumpulkan dengan pencatatan dalam lembaran-lembaran kertas dan

selanjutnya dikualifikasikan menurut relevansinya dengan permasalahan

penelitian

2. Terhadap data lapangan dilakukan dengan teknik wawancara, teknik

wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara pengumpulan data dengan proses komunikasi dan interaksi.28

Pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan ahli

hukum agar memperoleh informasi serta jawaban-jawaban dari permasalahan

27

Burhan Ashshofa, 2001, Metode Penelitian Hukum, Cet. III, Rineka Cipta, Jakarta, h.

10.

28

Bagong Suryanto dan Sutinah, 2010, Metode Penelitian Sosial – Berbagai Alternatif

Pendekatan, Kencana, Jakarta, h. 70.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · berisi berita bahwa terjadinya kasus penipuan sebuah iklan rumah kontrakan yang di ... yang berasal dari Surabaya ... 14,5 juta

26

yang ada. Pedoman daftar pertanyaan dibuat secara sistematis dan telah

disiapkan oleh peneliti.

1.8.8 Pengolahan dan Analisis Data

Keseluruhan data yang diperoleh dan sudah terkumpul baik melalui studi

dokumen ataupun dengan wawancara, penelitian hukum ini tunduk dengan cara

analisis data ilmu-ilmu sosial. Menganalisis data tergantung pada sifat data yang

dikumpulkan oleh peneliti. Sifat data apabila yang dikumpulkan sedikit dan

bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun

dalam struktur klasifikasi analisis, melainkan melainkan yang dipakai adalah

analisis kualitatif.29

Melakukan penelitian dengan teknik analisis kualitatif maka keseluruhan

data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah dan

dianalisis dengan menyusun data secara sistematis, digolongkan dengan pola dan

tema, diklasifikasi dan dihubungkan antara satu dengan data lainnya. Interprestasi

penting dilakukan untuk memahami makna data dalam situasi sosial dan

dilakukan penafsiran dari persfektif peneliti setelah memahami seluruh kualitas

data. Proses analisis dilakukan sejak pencarian data dilapangan dan berlanjut

hingga tahap analisis. Data pada akhirnya akan disajikan secara deskriftif,

kualitatif dan sistematis.

29

Amirudin dan H. Zainal Asikin, Op.cit, h. 167