bab i pendahuluan 1.1 latar belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan mula-mula Gereja Kristen Jawa tidak dapat dipisahkan dari peran misionaris yang datang dan melaksanakan misi di Pulau Jawa. Para misionaris tersebut adalah warga Negara Belanda yang mempunyai basis pelayanan di Gereja-gereja Belanda, yaitu di kalangan Nederlandsch Hervormd Kerk (NHK) sayap kanan Gereformeed juga kerinduan untuk ikut serta dalam pekabaran Injil di negeri jajahan. 1 Keinginan ini terjawab dengan dibentuknya Nederlandsche Gereformeerd zendingsvereeiging (NGZV) pada 6 Mei 1859 di Amsterdam. Lembaga ini berbadan hukum sejak 19 0ktober 1859. 2 Dalam melaksanakan tugas misi di Pulau Jawa, mereka bekerja sama dengan pemerintah kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja. Adanya kebijakan pemerintah kolonial yang memperbolehkan kaum pribumi bekerja dalam bidang-bidang tersebut memungkinkan terjadinya persinggungan antara nilai-nilai Kristen dan nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki kaum pribumi. Gereja Kristen Jawa mula-mula bertumbuh di lingkungan yang dibangun pemerintah Hindia Belanda dan kaum misionaris dapat ikut ambil bagian di dalamnya. Lingkungan tersebut antara lain berupa: rumah sakit, sekolah, dan pemerintahan. Nilai-nilai Kristen yang mulai dikenal oleh kaum pribumi 1 S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa, Jilid 1, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen dan Salatiga: Lembaga Studi dan Pengembangan, 2009), 112. 2 Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa., 112.

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan mula-mula Gereja Kristen Jawa tidak dapat dipisahkan dari

peran misionaris yang datang dan melaksanakan misi di Pulau Jawa. Para

misionaris tersebut adalah warga Negara Belanda yang mempunyai basis

pelayanan di Gereja-gereja Belanda, yaitu di kalangan Nederlandsch Hervormd

Kerk (NHK) sayap kanan Gereformeed juga kerinduan untuk ikut serta dalam

pekabaran Injil di negeri jajahan.1 Keinginan ini terjawab dengan dibentuknya

Nederlandsche Gereformeerd zendingsvereeiging (NGZV) pada 6 Mei 1859 di

Amsterdam. Lembaga ini berbadan hukum sejak 19 0ktober 1859.2 Dalam

melaksanakan tugas misi di Pulau Jawa, mereka bekerja sama dengan pemerintah

kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan

melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja.

Adanya kebijakan pemerintah kolonial yang memperbolehkan kaum

pribumi bekerja dalam bidang-bidang tersebut memungkinkan terjadinya

persinggungan antara nilai-nilai Kristen dan nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki

kaum pribumi. Gereja Kristen Jawa mula-mula bertumbuh di lingkungan yang

dibangun pemerintah Hindia Belanda dan kaum misionaris dapat ikut ambil

bagian di dalamnya. Lingkungan tersebut antara lain berupa: rumah sakit, sekolah,

dan pemerintahan. Nilai-nilai Kristen yang mulai dikenal oleh kaum pribumi

1S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa, Jilid 1, (Yogyakarta: Taman

Pustaka Kristen dan Salatiga: Lembaga Studi dan Pengembangan, 2009), 112. 2Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa., 112.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

2

membawa dampak sebagian kaum pribumi mulai menghayati dan menerima nilai-

nilai Kristen dan menjadi warga Kristen (Pasamuwan Kristen).

Oleh sebab jumlah pasamuwan Kristen terus meningkat akhirnya

dipandang perlu untuk mendirikan tempat ibadah di sekitar Pasamuwan Kristen

tersebut bertempat tinggal. Tempat ibadah tersebut menjadi awal keberadaan

Gereja Kristen Jawa. Para misionaris masih tetap mempunyai peran sangat

penting dalam mengelola Gereja Kristen Jawa, sebagai: Pendeta Jemaat,

mempersiapkan Penatua dan Diaken, mendidik warga pribumi yang bersedia

menjadi calon-calon guru Injil yang akan membantu para misionaris dalam

melaksanakan misi di wilayah pedesaan. Pada awal pelayanan Gereja Kristen

Jawa, tidak dapat dipungkiri bahwa Pendeta Jemaat maupun Penatua dan Diaken

masih dilakukan oleh orang Belanda namun kaderisasi bagi kaum pribumi untuk

menjadi Guru Injil maupun Pengurus Gereja tetap dilakukan secara

berkelanjutan3.

Peran misionaris secara langsung pada awal pelayanan Gereja Kristen

Jawa membawa konsekuensi jemaat yang hadir dalam ibadah di Gereja Kristen

Jawa tidak saja kaum pribumi namun juga para pegawai berbagai profesi (dokter,

guru, tentara, adminstrature perkebunan) berkebangsaan Belanda. Kehadiran

orang Belanda di Gereja Kristen Jawa dapat dilihat pada interior gedung gereja

jawa. Jika masih ada gedung gereja Jawa yang belum mengalami pembaruan dan

renovasi total maka interior Eropa kelihatan pada desain ruang gereja, posisi

3 S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa Jilid 1: Di Bawah Bayang-bayang

Zending (1968-1948),(Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2009), 356

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

3

mimbar yang simetris dengan ruang kanan kiri mimbar untuk duduk para penatua

yang bertugas. Kaderisasi yang dilakukan oleh para misionaris juga membawa

hasil berdirinya Gereja Kristen Jawa di desa-desa dan pada awalnya para guru

injil yang menjadi pendeta jemaat setempat. Meskipun dalam perkembangannya

pendeta jemaat dipersiapkan melalui pendidikan akademis dalam jenjang

pendidikan tertentu.

Keberadaan Gereja Kristen Jawa yang pada awalnya memang ada peran

para misionaris yang menimbulkan persinggungan dengan budaya Eropa (tradisi

Belanda) dan budaya Jawa namun dalam perkembangannya budaya (tradisi)

Belanda maupun budaya Jawa tumbuh bersama dalam terang nilai-nilai iman

Kristen. Identitas Gereja Kristen Jawa tidak cukup jika hanya dilihat dari bahasa

pengantar atau bahasa yang digunakan dalam Alkitab adalah bahasa Jawa, pakaian

petugas gereja yang sesekali memakai pakaian Jawa, penggunaan instrumen

gamelan sebagai pengiring lagu-lagu yang dinyanyikan dalam ibadah. Identitas

Gereja Kristen Jawa harus dicari melalui penelusuran mengenai para misionaris

yang menyampaikan misi kepada kaum pribumi dan kemudian dari mereka

ternyata ada sebagian yang dapat menerimanya bahkan menjadikan nilai-nilai

baru dalam kehidupan mereka selanjutnya. Misi apa yang dibawa oleh para

misioner sehingga ada kaum pribumi mau mengambil risiko menerima nilai-nilai

Kekristenan.

Realitas sejarah menunjukkan bahwa para misionaris adalah warga negara

berkebangsaan Belanda yang bersamaan waktu pada saat itu Indonesia dijajah

kaum kolonial yang juga berkebangsaan Belanda. Ketulusan para misionaris

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

4

dalam mengangkat harkat atau martabat orang pribumi untuk memperoleh

kesempatan dalam bidang pendidikan, pekerjaan, maupun pengobatan dan

kesehatan sungguh-sungguh merupakan jawaban atas kebutuhan kaum pribumi

atas gejolak hatinya untuk membebaskan diri dari kungkungan penjajahan.

Perbaikan kehidupan sosial kaum pribumi yang dilakukan oleh para misionaris

dalam bentuk memberi kesempatan kaum pribumi beroleh pendidikan, pekerjaan,

dan kesehatan sekaligus juga menjadi kesempatan bagi kaum pribumi untuk

mencari tahu nilai-nilai yang dibawa para misionaris dalam menjalankan misi

mereka. Penerimaan secara ikhlas oleh pribumi atas misi yang dilaksanakan para

misionaris diikuti dengan kesediaan membuka hati mereka untuk menerima nilai-

nilai kristiani yang dimiliki para misionaris sebagai landasan misionaris

melaksakan misi menjadi inti identitas Gereja Kristen Jawa4.

Latar belakang datangnya misionaris ke pulau Jawa tidak terlepas dari

realitas bahwa Ratu dan Parlemen Belanda secara pasti mengetahui hancurnya

sosial kaum pribumi setelah kekayaan alam, dan sumber daya manusia diperas

habis untuk kemakmuran rakyat dan negeri Belanda. Tindakan kemanusiaan yang

dapat dilakukan Ratu dan Parlemen Belanda adalah mengutus para misionaris ke

Pulau Jawa untuk memperbaiki sosial kaum pribumi melalui pendidikan,

pekerjaan, dan kesehatan. Para misionaris dipilih Ratu dan Parlemen Belanda

karena posisi mereka netral dalam politik di negeri Belanda sehingga dapat

diterima oleh pemerintahan kolonial di Indonesia. Oleh sebab pengiriman

4 Arif, Syaiful. "Misi Kristen dan Dampaknya bagi Kemajemukan: Pandangan IPTh.

Balewiyata Malang." Harmoni 13.1 (2014): 77-89.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

5

misionaris sepengetahuan Ratu dan Parlemen Belanda dan sekaligus juga ada

muatan misi yang harus dilakukannya maka para misionaris tersebut mendapatkan

dukungan dana sangat besar dari Parlemen Belanda.

Pemerintahan kolonial di Hindia Belanda Indonesia tidak rukun dengan

parlemen Belanda sehingga ketika Belanda menjadi kaya raya dan makmur

banyak orang Belanda secara perorangan pergi ke Indonesia untuk membuka

perkebunan dan berbisnis langsung tanpa mengindahkan kebijakan parlemen

Belanda. Sementara pemerintah kolonial Hindia Belanda juga mulai tidak taat

kepada parlemen Belanda, mereka memperkaya diri. Pemerasan kepada kaum

pribumi semakin menjadi-jadi. Keputusan Ratu Belanda mengutus misionaris ke

Pulau Jawa maupun ke Indonesia mempunyai muatan etis: memperbaiki nasib

kaum pribumi agar Pemerintah Belanda tidak mendapat tekanan dan dikucilkan

oleh Negara-negara persemakmuran di Eropa, dan mempunyai muatan politik

dalam negeri: menjaga agar tidak terjadi perpecahan antara parlemen dan

pemerintahan kolonial yang akan sangat merugikan Belanda jika sampai terjadi5.

Dalam konstelasi politik yang sangat genting: mestinya yang dikirim ke

Indonesia sebagai misionaris adalah ahli hukum yang membawa misi menegakkan

hukum, sekurang-kurangnya memberikan perlindungan hukum kepada kaum

pribumi atas kesewenang-wenangan yang dilakukan pemeritahan Kolonial. Atau

yang dikirim adalah para ahli infrastruktur dan pertanian maupun perkebunan

meskipun para ahli tersebut di Hindia Belanda sudah ada tetapi sudah mulai korup

5 S.H. Soekotjo, Sejarah Gereja-Gereja Kristen Jawa, Jilid 1, (Yogyakarta: Taman

Pustaka Kristen dan Salatiga: Lembaga Studi dan Pengembangan, 2009), 105-120; Suwitadi

Kusumo, Dilogo., dkk. Satu Abad (100 Tahun) GKJ Margoyudan Surakarta Meniti Laman, &

Menatap Masa Depan 30 April 1916-30 April 2016 (Surakarta: Majelis GKJ Margoyudan

Surakarta, 2016), 34-75, 133-136.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

6

untuk memperkaya diri sendiri. Ahli infrastruktur maupun perkebunan yang

didatangkan lansung dari Belanda diharapkan belum terpengaruh oleh

pemerintahan kolonial sehingga dapat bekerja jujur untuk memperbaiki sosial

kaum pribumi melalui perbaikan infrastruktur, pertanian, dan perkebunan. Tetapi

ternyata, bukan ahli hukum, ahli infrastruktur, maupun ahli perkebunan yang

dikirim Parlemen Belanda ke Indonesia sebab mereka sudah memihak pada

pemerintahan kolonial sehingga kalau mereka sampai di Hindia Belanda

(Indonesia) sudah pasti mereka juga akan melakukan tindakan memperkaya diri.

Itulah sebabnya pilihan untuk misionaris jatuh pada kaum agamawan Belanda

yang dari hasil pekabaran injil tersebut salah satunya lahir GKJ.

Peran serta Gereja Kristen Jawa (GKJ) dalam masyarakat dapat dicapai

ketika identitas yang dimiliki senantiasa diaktualisasi terhadap permasalahan

sosial dengan tetap berlandaskan nilai-nilai kristiani. Oleh sebab itu di GKJ perlu

memiliki identitas yang jelas di tengah kehidupan masyarakat yang ada. Penelitian

yang mengarahkan atau terkait dengan topik identitas GKJ, mencakup substansi

studi mengenai perkembangan Gereja dalam keberadaannya di tengah masyarakat

Jawa6.

Gereja Kristen Jawa yang berada di pulau Jawa, beranggotakan mayoritas

orang Jawa atau sering disebut etnis Jawa. Dengan perkembangannya di tengah-

tengah masyarakat yang memiliki budaya jawa, ternyata Gereja Kristen Jawa

dengan pola pelayanan yang dilakukan belum memiliki pemahaman yang sama

6 Yuwono, Emmanuel Satyo. "Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas Orang

Kristen Jawa dalam Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur." HUMANIKA 16.1 (2016): 93-113

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

7

terkait dengan identitasnya. Padahal Gereja Kristen Jawa tersebar di berbagai

wilayah, baik wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan dengan berbagai

identitas dan corak yang dimiliki berdasarkan konteks masing-masing.

Sejauh yang di telusuri, terdapat beberapa studi yang telah dilakukan

secara umum mencakup identitas orang Kristen maupun yang melakukan

kajiannya di GKJ dari beberapa bidang kajian sosial budaya humaniora tentang

Yesus Kristus dalam pemaknaan orang Jawa, GKJ dan perkembangan teknologi,

Misi Kristen dan Dampaknya bagi Kemajemukan.7 Semuanya ini menunjukkan

keunikannya masing-masing yang dalam konteks tersebut berkembang berbagai

keanekaragaman corak dalam konteks jemaat-jemat di gereja Kristen Jawa seperti

yang telah di jelaskan sebelumnya.

Walaupun demikian belum ada studi yang kemudian dilakukan dalam

konteks dualisme identitas kejawaan dan kebaratan khususnya Belanda dalam

sejarah perjalanan identitas Gereja Kristen Jawa khususnya GKJ Margoyudan di

Surakarta. Padahal konteks identitas ini juga berkembang dalam konteks gereja

Kristen Jawa Margoyudan8 hingga hari ini dalam tradisi Jawa yang berkolaborasi

dengan tradisi gereja yang ditransfer dari Eropa khususnya Belanda. Oleh

karenanya studi ini berfokus pada dualisme bahkan identitas tersebut dalam

7 Kristriyanto. "Yesus Kristus Juru Ruwat Manusia: Sebuah Pendekatan

Semiotikadalam Gereja Kristen Jawa." Kurios 4.1 (2018): 39-55., Arif, Syaiful. "Misi Kristen dan

Dampaknya bagi Kemajemukan: Pandangan IPTh. Balewiyata Malang." Harmoni 13.1 (2014): 77-

89. Yuwono, Emmanuel Satyo. "Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas Orang Kristen

Jawa dalam Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur." HUMANIKA 16.1 (2016): 93-113.,

Prasetyo, Dwi, and Khafiizh Hastuti. "Penerapan Haversine Formula pada Aplikasi Pencarian

Lokasi dan Informasi Gereja Kristen di Semarang Berbasis Mobile." Universitas Dian

Nuswantoro (2014). 8 Lihat dan Bandingkan, Suwitadi Kusumo, Dilogo., dkk. Satu Abad (100 Tahun) GKJ

Margoyudan Surakarta Meniti Laman, & Menatap Masa Depan 30 April 1916-30 April 2016

(Surakarta: Majelis GKJ Margoyudan Surakarta, 2016), 34-75, 133-136.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

8

memahami identitas Kekristenan yang berkembang di gereja ini tepatnya di GKJ

Margoyudan yang menunjukkan adanya ragam identitas yang dinominasi oleh

identitas Kejawaan yang di dukung dari penggunaan simbol-simbol budaya

seperti gedung gereja, nyanyian, dan dukungan pemerintah yang turut

memperkuat pekabaran injil dalam konteks filosofi hidup kejawaan sebagai

identitas utama, dan juga merangkul identitas-identitas lain untuk ada dalam

dominasi gereja Kristen tanah jawa. Bahkan yang sudah pindahpun untuk

beberapa alasan tertentu masih memiliki solidaritas dan identitas sebagai jemaat

Margoyudan karena gedung gereja sebagai cagar budaya memiliki daya tarik yang

kuat terhadap pengalaman, dan berbagai memori hidup yang kuat dalam

persekutuan individu yang pernah berjemaat di gereja ini sehingga mereka masih

merasa bagian dari identitas Margoyudan hingga saat ini dengan berbagai

percampuran di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: Apa Konstruksi Identitas yang berkembang di Gereja

Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan Di Surakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan: membuat

deskripsi dan analisis tentang konstruksi identitas yang berkembang di Gereja

Kristen Jawa (GKJ) khususnya jemaat Margoyudan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

9

1.4 Urgensi Dan Relevansi Penelitian

Pentingnya penelitian ini sebagai bagian dari pengembangan ilmu dan

memperluas wawasan mengenai budaya Jawa di tengah kehidupan Gereja.

Mengkaji ulang terkait dengan konstruksi identitas Gereja Kristen Jawa di

Margoyudan.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan tesis memiliki beberapa pemahaman

sesuai dengan konsepsi para pakar, menurut Tejoyuwono Notohadiprawiro,

metode merupakan suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau

kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkontek yang

relevan dengan maksud dan tujuan. Berkaitan dengan upaya ilmiah,

Koentjaraningrat mengartikan metode sebagai seperangkat cara kerja untuk

memahami obyek yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan.9 Keduanya

memiliki pemahaman yang sama yaitu meletakkan metode sebagai alat untuk

sebuah tujuan yang bersifat ilmiah.

Adapun jenis penelitian yang akan diterapkan adalah penelitian kualitatif,

menurut Ahmad Tanzeh, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

bertujuan mengungkap gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan

data dari latar alami sebagai sumber langsung dengan keterlibatan instrumen

kunci.10

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti juga akan

mendeskripsikan hasil. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memecahkan

9Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:PT Gramedia Pustaka

Utama, 1973),16. 10

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), 11.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

10

masalah yang diteliti dengan menggambarkan sesuatu masalah atau keadaan

dalam masyarakat atau kelompok tertentu pada saat sekarang berdasarkan fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya.11

a. Teknik Pengumpulan Data

a.1. Observasi

Observasi yang didilakukan oleh seorang peneliti, langsung ke obyek,

untuk mengamati tingkah laku dan kegiatan setiap setiap orang atau dalam skala

kelompok. Hal tersebut dilakukan pengamatan secara langsung maupun tidak

langsung, baik dengan mencatat dan merekam secara terstruktur ataupun semi

terstruktur. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang

beragam, mulai sebagai non partisipan hingga partisipan utuh.12

Observasi yang dilakukan dalam rangka mencari data lapangan, peneliti

terlibat secara langsung di lokasi penelitian, sehingga obsevasi yang dilakukan

adalah observasi partisipatif.

a.2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses percakapan antara pribadi satu sebagai

penanya dan pribadi yang lain menjawab pertanyaan, kedua memiliki kesepakatan

terlebih dahulu, bahwa percakapan yang dilakukan dalam rangka untuk

mengumpulkan beberapa data, terkait dengan penelitian yang dilakukan. Menurut

Haris Herdiansyah, wawancara juga diartikan sebagai interaksi sosial yang di

dalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan,

11

Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta:Raja Grafindo Perkasa,

2007), 20 12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2011), 8-25.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

11

kepercayaan, motif, dan informasi mengenai segala sesuatu yang ditetapkan

tujuannya.13

Dengan mengadakan proses wawancara, maka hal-hal yang belum lengkap

atau belum tersaji di beberapa sumber, dapat dilengkapi. Dan wawancara tidak

hanya dilakukan satu kali, tentu diawali dengan kesepakatan, maka wawancara

dapat berlangsung beberapa kali dan dengan narasumbernyapun juga tidak hanya

satu saja, melainkan beberapa orang untuk dapat menjangkau keakuratan data dari

penelitian ini.

Selain itu untuk menunjang penelitian ini juga dilakukan studi dokumen

terkait data sejarah dan berbagai literatur yang memperlengkapi penelitian ini

terutama tentang sejarah pekabaran Injil khusus di wilayah GKJ dan terlebih lagi

GKJ Margoyudan.

b. Lokasi Penelitian dan Sumber Data

Lokasi yang saya pilih adalah Gereja Kristen Jawa Margoyudan, dan

sumber data dari beberapa tokoh-tokoh Gereja Kristen Jawa Margoyudan. Ada

beberapa pertimbangan pokok mengapa di lingkungan Gereja-Gereja Kristen

Jawa Margoyudan?, GKJ Margoyudan ini merupakan Gereja GKJ yang tertua di

kota Sala, yaitu 100 tahun, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi

dan data terkait dengan judul dan penelitian ilmiah yang akurat.

1.6. Sistematika Penulisan

Secara garis besar tesis ini ditulis dalam beberapa bab, yaitu: Bab 1

Pendahuluan. Berisi tentang permasalahan identitas, sejarah perkembangan GKJ,

13

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:

Salemba Humaniku,2010), 118.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang€¦ · kolonial terutama dalam bidang kesehatan melalui rumah sakit, bidang pendidikan melalui sekolah, maupun melalui pemerintahan pamong praja

12

dan berbagai persoalan yang menjadi fokus pelayanan GKJ mula-mula, rumusan

masalah tujuan, manfaat, metode penelitian hingga sistematika penulisan. Bab 2

Landasan Teori. berisi tentang teori-teori identitas. Bab 3 merupakan hasil dari

Penelitian lapangan terutama GKJ Margoyudan Di Surakarta. Bab 4 Analisa

rekonstruksi. Bagian ini berisi tentang gambaran khusus terkait teori identitas

yang dibahas dengan hasil temuan di lapang. Bagian terakhir dari tulisan ini

adalah Bab V Penutup. Isinya berupa kesimpulan dan saran.