indonesia pada masa kolonial

16
Adinda Nadya Permana 7 rsbi C

Upload: adindanadya

Post on 29-Dec-2015

146 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sejarah

TRANSCRIPT

Page 1: Indonesia Pada Masa Kolonial

Adinda Nadya Permana7 rsbi C

Pengaruh koloniasme Barat di Indonesia sudah sangat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Keadaan yang dahulunya tenteram dan damai menjadi berbalik. Hal ini terutama dirasakan oleh masyarakat kecil yang

Page 2: Indonesia Pada Masa Kolonial

kehidupannya selalu dibebankan oleh beban kerja yang berat dan sangat menyiksa.

A. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial Eropa

Ada perbedaan antara masyarakat di Pulau Jawa dan pulau-pulau di luar Jawa. Keduanya memiliki karakter dan ciri khas yang berbeda. Perbedaan ini sangat memengaruhi bukan saja terhadap kegiatan masyarakat dan kebudayaannya, melainkan juga terhadap bentuk kerajaannya.

Di sepanjang Pulau Jawa mempunyai sederetan gunung berapi yang berjajar dari timur ke barat. Gunung-gunung dan dataran-dataran tinggi lainnya membantu memisahkan wilayah pedalaman menjadi beberapa kawasan yang relative terpencil yang sangat cocok bagi persawahan.

Hanya ada dua sungai, yaitu Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo, yang paling cocok untuk jalur perhubungan jarak jauh. Tidak mengherankan, apabila lembah-lembah dari kedua sungai tersebut menjadi pusat-pusat kerajaan besar saat itu.

Adapun daerah yang berada di luar Pulau Jawa, secara geografis tidak memungkinkan untuk dilalui oleh jalur darat karena wilayahnya yang terdiri atas gunung-gunung dan hutan belantara. Kondisi fisiknya agak berbeda. Pulau-pulau luar Jawa hanya memiliki sedikit jalan darat jarak jauh.

Berdasarkan perbedaan kondisi fisik antara Pulau Jawa dan beberapa pulau di luar Jawa, maka beberapa pengamat membedakan berdasarkan landasan perekonomian yang berbeda. Masyarakat Jawa dipandang sebagai masyarakat “hidrolis” yang didasarkan pada pertanian sawah. Adapun daerah-daerah luar Pulau Jawa sebagai kawasan yang bergantung pada perdagangan luar negeri.

Dilihat dari sudut ekonomi dan militer, masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih menitikberatkan kehidupannya pada perdagangan. Kekuatan militernya dititikberatkan pada angkatan laut. Adapun masyarakat kota agraris

Page 3: Indonesia Pada Masa Kolonial

dalam kehidupan ekonominya lebih menitikberatkan pada pertanian. Dalam hal kekuatan militernya, masyarakat agraris lebih menitikberatkan kepada angkatan darat.

1. Bangsa Barat Mulai Mendatangi Asia

Orang-orang Eropa pertama kali dating ke Asia Tenggara pada awal abad ke-15. Hal tersebut dapat dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah di kawasan-kawasan Asia Tenggara.

Pada abad ke-15, kawasan Eropa bukanlah kawasan yang paling maju di dunia dan bukan pula kawasan yang paling dinamis. Kekuatan besar yang berkembang saat itu ialah Islam. Pada tahun 1453, orang-orang Turki Ottoman dapat menaklukkan Konstantinopel.

Sejak jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan Turki, orang-orang Eropa menjadi sulit mendapatkan barang dagangan, khususnya rempah-rempah. Jalur perniagaan antara Asia dan Eropa menjadi terhambat karena dipersulit oleh orang Turki.

Hal tersebut mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk mengambil sendiri barang-barang dagangan tersebut langsung dari Timur. Kemudian dibawanya ke Eropa untuk dijual dengan keuntungan yang tinggi.

Berbekal pengetahuan yang ada, bangsa-bangsa Eropa, khususnya Portugis dan Spanyol berupaya mengarungi lautan. Mereka berusaha mencari wilayah penghasil rempah-rempah di Asia.

Rempah-rempah sangat diperlukan oleh bangsa Eropa terutama selama musim dingin. Karena itulah, banyak hewan ternak disembelih dan dagingnya kemudian diawetkan. Untuk itu diperlukan sekali adanya garam dan rempah-rempah. Indonesia pun menghasilkan cengkih, lada, buah pala, dan bunga pala yang sangat diperlukan masyarakat Eropa selama musim dingin. Indonesia adalah kawasan yang dicari orang-orang Eropa, walaupun mereka saat itu masih belum tahu tentang letak “Kepulauan Rempah-Rempah” ataupun cara mencapainya.

Teknologi bidang industri dan pengolahan mulai tumbuh pada abad ke-16.

Page 4: Indonesia Pada Masa Kolonial

Bangsa yang dapat digolongkan sebagai kolonisator pertama adalah Portugis dan Spanyol. Kemudian, disusul oleh Inggris dan Belanda pada abad ke 17.

Abad ke-19, merupakan titik puncak perkembangan politik colonial. Tujuan politik kolonial terutamaan untuk memiliki sumber perdagangan dan pertambangan untuk kepentingan pengolahan industri di negara mereka.

2. Penggolongan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial Eropa

Masyarakat Indonesia pada masa kolonial Eropa di golongkan ke dalam beberapa lapisan penduduk yang dibagi menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut.

a. Golongan Raja-Raja dan Keluarganya

Raja atau Sultan ialah penguasa tertinggi dari suatu kerajaan. Pemakaian gelar raja berbeda-beda untuk setiap daerah. Misalnya arong digunakan untuk menyebutkan raja di Sulawesi ataupun Kolano untuk di daerah Maluku.

Sebagai seorang raja, ia bertempat tinggal dan berkedudukan di keraton atau istana. Di sinilah raja atau sultan menyebarkan pemerintahan atau kekuasaannya.

Di samping gelar raja atau sultan, terdapat pula gelar-gelar lainnya, seperti adipati, senopati, pangeran, kiai gede, sunan. Gelaran tersebut biasanya dipakai oleh keluarga berdasarkan garis keturunan atau pertalian darah. Jabatan raja biasanya turun menurun dari ayah kepada anak atau cucunya, meskipun ada juga beberapa pengecualian.

Raja atau sultan sebagai penguasa tertinggi kerajaan, dalam pemerintahannya dibantu oleh pejabat-pejabat birokrasi dari tingkat pusat sampai daerah. Pertemuan langsung antara raja dan pejabat kerajaan, lebih-lebih dengan masyarakat umum, tidak dilakukan setiap hari. Menurut Rijckloff Van Goens, ia menceritakan bahwa raja menampakkan diri di hadapan umum tiga kali dalam seminggu, yaitu untuk menghadiri turnamen, menjalankan peradilan, dan menyelenggarakan sidang dewan pemerintahan. Berdasarkan hal tersebut hubungan dengan golongan raja menjadi terbatas.

Penggunaan pakaian dan lambang-lambangnya, pemakaian kata-kata dalam percakapan denga raja merupakan factor keterbatasan diantara raja dan bawahannya. Kehidupan sosial ekonomi golongan bangsawan merupakan pemisah antara raja di lapisan atas dan rakyat di lapisan bawah.

Pada zaman Hindu Buddha, maupun pada masa kerajaan Islam terdapat anggapan bahwa raja atau sultan bersifat magis-religius. Pada dasarnya raja ialah seorang Dewa Raja, suatu konsepsi yang berasal dari zaman Hindu-Buddha. Seorang raja memiliki ciri-ciri dan sifat magis serta keramat.

Page 5: Indonesia Pada Masa Kolonial

b. Golongan Elite

Golongan elite merupakan segolongan masyarakat yang status sosialnya dipandang tinggi karena fungsinya atau pekerjaanya. Orang-orang yang termasuk golongan ini ialah para aristokrat (priayi atau hulubalang), tentara, tokoh keagamaan, atau pedagang. Mereka adalah penghubung atau jembatan yang menghubungkan antara raja dan rakyatnya.

Dalam kerajaan tradisional Jawa, golongan priyayi adalah para kawula raja yang langsung. Setiap priayi diberikan sejumlah cacah (keluarga petani) di bawah mereka. Artinya rakyat dibagi dalam keluarga-keluarga petani yang tidak saja merupakan kesatuan pajak (= pemberi upeti dan kerja bakti), akan tetapi juga merupakan suatu kesatuan militer.

Menutut Van Niel, golongan priayi sebagai kelompok sosial di sekitar tahun 1900 ialah golongan elit. Golongan elit, yaitu siapa saja yang berdiri di atas rakyat jelata, yang dalam beberapa hal memimpin, memberi pengaruh, mengatur, dan menonton masyarakat.

Di Pulau Jawa, priayi memainkan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Gelar yang menunjukan martabat seseorang, seperti Raden adalah gelar yang dihubungkan dengan kedudukan para administrasi pemerintahan tertentu dan bukan dihubungkan dengan garis keturunan asal dari leluhur keningratan.

Jadi, jabatan-jabatan pada administrasi pemerintahan terbuka bagi siapa pun.

c. Golongan Non-Elit

Golongan non-elite merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar jumlahnya. Keberadaan mereka dalam masyarakat kerajaan di Jawa disebut wong cilik. Lapisan masyarakat yang termasuk golongan ini, di antaranya golongan pedagang kecil (wong dagang), petani (wong tani), para tukang, dan nelayan.

Sebagai lapisan masyarakat yang paling banyak, keberadaan mereka sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, tanpa golongan non-elit, kekuasaan dan keberadaan para priayi ataupun raja tidak ada. Diantara lapisan masyarakat ini, ada ketergantungan satu sama lain. Jika salah satu lapisan sosialnya tidak ada, lapisan sosial lainnya tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Jika para penguasa daerah, para priayi, atau wong cilik tidak menjalankannya, kelangsungan kerajaan pun akan terganggu.

Page 6: Indonesia Pada Masa Kolonial

d. Golongan Budak

Golongan budak menempati lapisan yang paling bawah. Biasanya, orang yang termasuk ke dalam golongan ini ialah mereka yang melakukan pekerjaan berat, menjual tenaga badaniah, dan mengerjakan pekerjaan kasar. Golongan yang termasuk budak atau abdi, kawula, atau hamba. Ini terdiri atas orang laki-laki dan para perempuan.

Adanya golongan budak disebabkan oleh beberapa faktor. Seseorang tidak dapat membayar utang sehingga anak dan kerabatnya diberikan sebagai pembayaran atas utang. Itu salah satu alasan mereka menjadi budak.

Perbedaan tingkat sosial antara lapisan bawah dan lapisan atas sangatlah jelas. Kehidupan mereka tidak lepas dari penderitaan, kelaparan, dan ketakutan.

Jika dilihat dari susdut status sosial, golongan budak pada umumnya merupakan orang-orang di luar lapisan non-elit. Nasib mereka seperti binatang yang diperjualbelikan.

B. Kebudayaan pada Masa Kolonial Eropa

Pengaruh PortugisPengaruh kebudayaan Eropa di Indonesia diawali dengan aktivitas perdagangan antara Portugis dan Indonesia pada paruh pertama abad ke-16. Zaman kekuasaan kolonial yang berlangsung antara 1511-1942, telah meninggalkan bekas-bekas yang tertanam dalam kebudayaan Indonesia sampai sekarang. Bentuk peninggalan kebudayaan dapat terlihat dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di bagian timur Indonesia.

Bentuk-bentuk peninggalan kebudayaan kolonial tersebut, di antaranya sebagai berikut.

a. Persebaran Agama KristenSejak awal, kedatangan para kolonisator ke wilayah Nusantara, salah satunya bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen di setiap wilayah yang dikunjungi.

Persebaran agama Kristen, pertama kali disebarluaskan oleh Fransiscu Xaverius, seorang misionaris asal Portugis di Maluku. Banyak orang Ambon yang akhirnya memeluk agama Kristen Katolik.

b. Monetisasi di PedesaanSejak 1830, bentuk penyewaan tanah apanage untuk perluasan areal perkebunan dan pabrik semakin bertambah. Dari sini para petani dan buruh mendapatkan upah kerja.

Dengan diterimanya upah kerja ini, secara tidak langsung telah terjadi proses monetisasi di perdesaan. Kerja upah menyebabkan desa-desa mulai terbuka terhadap penawaran tenaga kerja dan terbuka pula terhadap lalu lintas ekonomi uang (monetisasi).

Page 7: Indonesia Pada Masa Kolonial

c. Jalan Kereta Apipada pertengahan abad ke-19, jalan kereta api merupakan kebutuhan mendesak. Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan pengangkutan hasil perkebunan sudah tidak dapat dipenuhi lagi oleh transportasi lewat jalan-jalan pos.

Perusahaan pertama yang mengembangkan sarana transportasi di wilayah Nusantara adalah Poolman. Pada 1863 dibuat jalur jalan Semarang-Yogyakarta. Adapun perusahaan Nederlands Indische Stroomtram-Maschappij membuat jalur jalan Batavia (sekarang, Jakarta)-Biutenzorg (sekarang, Bogor).

d. MeriamBenda-benda peninggalan bangsa Portugis yang kemudian dianggap keramat oleh bangsa Indonesia, di antaranya meriam-meriam yang terkenal dengan nama Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, atau Ki Amuk di Banten. Selain itu, beberapa kosa kata Portugis masuk ke dalam bahasa Indonesia, antara lain gereja, mentega, atau sinyo.e. KesenianDalam bidang kesenian, pengaruh yang masuk adalah seni musik keroncong yang berasal dari seni musik Portugis. Keroncong yang menggunakan bahasa Portugis yang pernah terkenal di Indonesia, yaitu Keroncong Morisco.

f. Arsitektur dan Ornamen BangunanDalam bidang arsitektur, pengaruh budaya kolonial dapat dilihat dari beberapa bangunan kuno. Bangunan-bangunan kuno tersebut, keberadaanya mulai hilang satu per satu.

C. Pemerintahan Indonesia pada Masa Kolonial Eropa

Indonesia sebelum kedatangan bangsa Barat, dalam hal ini Eropa, sering disebut dengan masa pra-kapitalis, pra-kolonial, atau zaman feudal. Zaman feodal adalah suatu zaman di mana masih terdapat perbudakan di kalangan tuan tanah dan hamba sahaya. Kaum tuan tanah ialah kaum yang mempunyai tanah yang luas serta hamba sahaya yang banyak. Adapun kaum hamba sahaya ialah mereka yang dipekerjakan oleh kaum feodal di tanah mereka dengan suatu ketentuan.

Di bawah sistem feodalisme, alat produksi seperti tanah adalah milik raja dan bangsawan, bahkan rakyat pun menjadi milik raja yang dapat dikerahkan tenaganya untuk kepentingan penguasa. Rakyat yang menggunakan hanya punya hak menggunakan.

Saat itu, pemerintah kolonial masih berkonsentrasi sebagai pedagang rempah-rempah. Barulah ketika raffles berkuasa pemerintah kolonial mulai mengintervasi terhadap masalah pertahahanan secara khusus.

Secara umum, meskipun pemerintah kolonial menerapkan politik agrarian yang berbeda, namun bagi Indonesia tetap saja sama. Masyarakat Indonesia

Page 8: Indonesia Pada Masa Kolonial

selalu hidup kesusahan, kemelaratan, dan ketakutan yang mendalam. Ini akibat dari sistem feodal.

1. Pemerintahan Portugis di IndonesiaBandar Malaka pada masa prakolonial merupakan Bandar di Asia yang letaknya sangat strategis. Hal inilah yang mendorong keinginan Portugis untuk merebut dari tangan Sultan Malaka, Mahmud Syah. Maka dikirimlah ekspedisi ke Malaka. Sampai akhirnya, Sultan Malaka mengundurkan diri dari jabatannya. Sejak saat itu, Malaka menjadi pusat dan pangkalan Portugis di Asia.

a. Dampak Jatuhnya Malaka kepada Portugis1.) Selat Malaka tertutup bagi saudagar-saudagar Islam. Akibatnya, para pedagang Islam berupaya mencari jalan lain untuk melakukan perdagangan.2.) Agama Islam mengalami perkembangan yang luas.3.) Kerajaan-kerajaan Islam yang mulai berkembang di Indonesia, seperti Aceh dan Demak, berusaha memperkuat diri untuk menghadapi Portugis di Malaka.

Akhir abad ke-15, di Maluku saat itu terdapat 2 kerajaan yang berpengaruh, yaitu Kerajaan Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini selalu bersaing yang akhirnya berunjung pada permusuhan yang kemudian menjerumuskan Maluku ke dalam genggaman Portugis, Spanyol, dan Belanda.

Pada tahun 1512, orang Portugis mulai muncul di Maluku yang saat itu sangat terkenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Permusuhan di antara kedua kerajaan ini kemudian dimanfaatkan oleh bangsa Portugis untuk mendapatkan keuntungan. Siasat Portugis adalah pendekatan dengan mengadakan hubungan erat dengan Kerajaan Ternate.

Sampai akhirnya pada 1522, mereka mendapatkan izin dari Sultan Ternate untuk mendirikan benteng yang dijadikan sebagai pangkalan mereka untuk berusaha memonopolikan perdagangan rempah-rempah dan menyebarkan agama Kristen.

Lambat laun, Sultan Ternate mulai menentang monopoli. Sampai puncaknya hampir terjadi peperangan. Tapi tidak terjadi karena diadakannya perdamaian yang disertai sumpah di antara kedua pemimpinnya. Namun keesokannya ketika Sultan Hairun berkunjung ke benteng Portugis, tiba-tiba beliau dibunuh oleh kaki tangan De Mesquita. Dan akhirnya rakyat Maluku dibawah Baabullah, putra Hairun mengusir Portugis dari Ternate.

Pengaruh Portugis di daerah Jawa tidak terlalu besar. Portugis mencoba menduduki wilayah Sunda Kelapa, namun usahanya gagal karena kalah dalam perang. Sementara itu, di wilayah Sumatra pun Portugis tidak mampu menguasainya. Wilayah ini telah dikuasai kerajaan Aceh.

b. Portugis Mengganti SiasatOrang Portugis kembali memusat di Malaka. Kini mereka membuka siasat

dengan membuka Malaka slebar-lebarnya untuk semua pedagang, termasuk dari saudagar-saudagar Islam. Mereka tidak lagi memusuhi mereka, bahkan Portugis mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam. Dengan siasat

Page 9: Indonesia Pada Masa Kolonial

ini mereka dapat mempertahankan hidupnya di Malaka sampai kota itu direbut Belanda pada 1641.

2. Pemerintah Inggris di IndonesiaPada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak berdagang di Indonesia sehingga sekaligus banyak menjadi saingan Belanda. Bahkan, sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia.

Pada 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raffles diangkat sebagai pemimpin Inggris memberikan kesempatan penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas, tetap saja sifatnya menindas.

Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahannya di Pulau Jawa, Raffles menyusun beberapa rencana. Rencana-rencana itu sebagian ada yang dilanggarnya sendiri.

Sementara itu, Perancis mengalami kekalahan dalam peperangan, maka secara langsung Belanda terlepas dari kekuasaan Prancis.

Namun berdasarkan Perjanjian London pada 1815, Inggris diharuskan mengembalikan wilayah kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Kemudian Inggris melaksanakan kewajiban itu. Maka berakhirlah kekuasaan Pemerintahan Inggris di Indonesia.

3. Pemerintahan Belanda di Indonesia

a. Pembentukan VOCPada tahun 1596, rombongan Belanda akhirnya tiba di Banten dipimpin oleh Cornelius de Houtman. Lambat-laun, banyak kapal Belanda yang berlabuh di Indonesia sehingga terjadi persaingan diantara mereka. Untuk mengantisipasinya, pada 1602, didirikan sebuah kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenigde-Oost Indische Compagnie) dengan tujuan:

1.) Mempersatukan usaha dagang mereka di Indonesia2.) Menghindarkan persaingan di antara mereka3.) Agar kuat mengahadapi persaingan di antara nmereka.

Dan memperoleh hak-hak istimewa, seperti:1.) Hak monopoli2.) Hak memiliki tentara dan armada3.) Hak mendirikan benteng-benteng4.) Hak menyatakan perang, mendorong perdamaian, dan mengadakan

perjanjian-perjanjian dengan raja-raja di daerah.5.) Hak mencetak mata uang6.) Hak mengangkat hakim-hakim sendiri

Page 10: Indonesia Pada Masa Kolonial

Dengan demikian VOC memiliki 2 sifat. Pertama, sebagai badan niaga. Kedua, sebagai suatu pemerintahan. Pimpinan VOC di Nederland dipegang oleh Dewan, sedangkan di Indonesia dipegang oleh seorang gubernur jenderal.

Siasat yang dijalankan VOC untuk menguasai barang-barang:1. Menjalankan sistem monopoli2. Mengadakan ekstirpasi, yaitu membinasakan pohon rempah-rempah yang

berlebih.3. Mengadakan pelayaran hongi, arti hongi adalah armada. Berhongi berarti

merampok, merampas, menangkap manusia untuk dijual sebagai budak.Selama kurang lebih 2 abad lamanya, VOC berhasil menguasai perdagangan di Indonesia dan mengeruk keuntungan yang banyak. Hal ini menyebabkan Belanda menjadi kaya raya.

Namun, pada awal abad ke-18, VOC mengalami kemunduran. Yang disebabkan beberapa hal diantaranya.

-Para pegawai VOC banyak yang korupsi.-Kuatnya persaingan di antara kongsi-kongsi perdagangan-Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.

Hal-hal tersebut telah menyebabkan VOC tidak dapat mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, pada 31 Desember 1799, VOC secara resmi dibubarkan. Segala daerah yang dikuasainya diserahkan kepada Belanda.

b. Sistem Tanam Paksa

1) Latar Belakang Tanam PaksaPemerintah Belanda mengubah politik ekonominya, yaitu menjadi Politik Bebas. Peperangan yang berlangsung di Indonesia telah menggerogoti buruknya keuangan Belanda. Akhirnya, pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang ahli keuangan bernama Johannes Van den Bosch ke Indonesia. Ia mulai menerapkan sistem tanam paksa (Cultuur Stelsel).

a. Rakyat harus menanami 1/5 dari tanah yang dimilikinya dengan tanaman ekspor seperti kopi, tebu, teh, dan tembakau

b. Hasil tanaman harus dijual kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan pemerintah.

c. Tanah yang ditanami tanaman ekspor tersebut, bebas dari pajak.d. Kaum petani tidak boleh disuruh bekerja lebih keras dari pada

bekerja untuk penanaman padinya.e. Rakyat yang tidak memiliki tanah dikenakan kerja rodi selama 65

hari setiap tahun di tanah milik pemerintah.2) Pelaksanaan Sistem Tanam PaksaMelalui sistem itu, Belanda mendapat hasil yang besar dengan modal yang kecil. Sepintas, peraturan Tanam Paksa ini tidak begitu berat dirasakan oleh rakyat kalau dibandingkan dengan peraturan kerja rodi pada zaman Deandels dan peraturan pajak pada zaman Raffles. Bahkan bagi petani ini merupakan suatu keuntungan. Akan tetapi, dalam praktiknya semua peraturan tersebut dilanggar.

C. Sistem Usaha Swasta Asing

Page 11: Indonesia Pada Masa Kolonial

1.) Latar Belakang Sistem Usaha AsingSecara resmi, paham liberal dianut oleh pemerintah Belanda pada 1870. Praktik Tanam Paksa yang dijalankan Belanda di Indonesia banyak ditentang oleh pengusaha-pengusaha Belanda karna tidak sesuai dengan paham liberal. Atas desakan itulah, akhirnya peraturan sistem Tanam Paksa dihapus, kemudian diganti dengan kerja bebas yang berdasarkan paham liberalisme yang menuntut kebebasan untuk dapat bersaing. Dengan mengajukan gugatan berdasarkan gugatan Baron Van Hoevel dan Douwes Dekker, akhirnya gugatan mereka dikabulkan.

Setelah sistem Tanam Paksa diganti dengan Sistem Politik Liberal oleh pemerintah Belanda, golongan pengusaha swasta Belanda yang merupakan kaum liberal berduyun-duyun dating ke Indonesia terutama ke Jawa dan Sumatra untuk menanamkan modal mereka melalui usaha perkebunan teh, kopi, dan kina.

2) Undang-Undang Agraria 1870Adapun Undang-Undang Agraria bertujuan melindungi hak milik petani atas tanah agar tidak dikuasai bangsa asing. Setelah mengeluarkan Undang-Undang Agraria usaha-usaha yang bermodalkan swasta mulai berkembang di Indonesia. Berbagai bidang usaha segera berkembang pesat.

4. Pengaruh Kolonialisme di IndonesiaPengaruh kolonialisme di Indonesia mulai dirasakan sejak 1511, yaitu ketika Portugis menundukkan Malaka. Kemudian, pada 1640-an, ketika VOC berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis dan menguasai perdagangan di hampir seluruh Nusantara menunjukkan proses awal masuknya kolonialisme Belanda.

Adapun eksploitasi kolonial di Indonesia, terutama di Jawa mulai dirasakan saat memasuki tahun-tahun pembubaran VOC pada 1975, dan awal pembentukan cultuurstelsel. Puncaknya, ketika Jenderal Van den Bosch yang mengeluarkan kebijakan tentang esploitasi Negara tanah jajahan menjadi pedoman kerja pemerintah kolonial.

Selama kurun waktu 1830-1870, petani diwajibkan untuk melakukan sistem tanam paksa. Sistem tanam paksa ini ternyata mampu memberi keuntungan kepada negara penjajah. Namun sistem Tanam paksa telah menjadi faktor penting yang bertanggung jawab terhadap keterbelakangan dan kemiskinan di Indonesia.

Penjajahan kolonial ini sesungguhnya hanyalah meneruskan pola zaman kerajaan, dimana penjajah bekerja sama dengan kaum bangsawan.

Bersamaan munculnya iklim politik yang bercorak liberalisme di Belanda, pihak swasta di sana menuntut diberi kesempatan untuk membuka perkebunan di Indonesia.

Untuk itu, pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria pada 1870 (Agrarische Wet) tujuannya untuk memberikan kesempatan luas bagi pemodal swasta asing untuk berinvestasi di wilayah Indonesia.

Page 12: Indonesia Pada Masa Kolonial

Just Info

Kolonialisme berasal dari bahasa Latin, colonial yang artinya tanah pemukiman atau tanah jajahan. Jika suatu bangsa kolonial memiliki koloni di daerah lain dan berusaha menyatukannya di bawah satu sistem penguasaan, usaha ke arah itu disebut kolonialisme.

Meriam Si Jagur yang menurut mitos dipercaya dapat memberikan berkah bagi orang yang ingin mendapatkan keturunan. Meriam ini terdapat di Museum Fatahillah, Jakarta.

Cornelius de Houtman merupakan orang yang memolopori perdagangan Belanda atas Indonesia.