bab i pendahuluan 1.1. latar belakang...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini penyakit HIV /AIDS telah menimbulkan keresahan dan kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah satu negara Asia yang rentan terhadap penularan penyakit ini. HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, dimana jumlah orang yang dilaporkan mengidap penyakit ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah sebenarnya (Octavianty, dkk, 2015, hlm.53). Human Immunodificiency Virus (HIV) merupakan salah satu virus yang menyerang sel darah putih sebagai sistem kekebalan tubuh manusia sehingga seseorang yang tertular virus HIV akan mengalami penurunan kekebalan tubuh (Murni, dkk, 2016, hlm. 7). Sementara Acquired immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kelanjutan dari virus HIV yang ditandai dengan munculnya berbagai penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh tersebut (Murni, dkk, 2016, hlm. 7). Artinya, virus HIV/AIDS dapat memperlemah kekebalan tubuh manusia serta membuat penderitanya rentan terhadap berbagai penyakit. Khusus bagi orang yang terinfeksi virus HIV/AIDS akan menjadi pembawa dan penular selama hidupnya. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat untuk menghindari penularan penyakit ini adalah hal yang penting. Berdasarkan pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI, kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di Provinsi Bali tahun 1987. Sampai saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 407 dari 507 Kabupaten/Kota (80%) di Indonesia 1 , termasuk diantaranya Kabupaten Subang. 1 http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infoda tin-Situasi-Penyakit-HIV-AIDS-di-Indonesia.pdf, diakses pada Minggu, 5 Februari 2017

Upload: others

Post on 11-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini penyakit HIV /AIDS telah menimbulkan keresahan dan

kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

satu negara Asia yang rentan terhadap penularan penyakit ini. HIV/AIDS

merupakan fenomena gunung es, dimana jumlah orang yang dilaporkan

mengidap penyakit ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

sebenarnya (Octavianty, dkk, 2015, hlm.53). Human Immunodificiency

Virus (HIV) merupakan salah satu virus yang menyerang sel darah putih

sebagai sistem kekebalan tubuh manusia sehingga seseorang yang tertular

virus HIV akan mengalami penurunan kekebalan tubuh (Murni, dkk, 2016,

hlm. 7). Sementara Acquired immune Defiency Syndrome (AIDS)

merupakan kelanjutan dari virus HIV yang ditandai dengan munculnya

berbagai penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh

tersebut (Murni, dkk, 2016, hlm. 7). Artinya, virus HIV/AIDS dapat

memperlemah kekebalan tubuh manusia serta membuat penderitanya rentan

terhadap berbagai penyakit. Khusus bagi orang yang terinfeksi virus

HIV/AIDS akan menjadi pembawa dan penular selama hidupnya. Oleh

karena itu, pemahaman masyarakat untuk menghindari penularan penyakit

ini adalah hal yang penting.

Berdasarkan pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI,

kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di Provinsi Bali

tahun 1987. Sampai saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 407 dari 507

Kabupaten/Kota (80%) di Indonesia1, termasuk diantaranya Kabupaten

Subang.

1http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infoda

tin-Situasi-Penyakit-HIV-AIDS-di-Indonesia.pdf, diakses pada Minggu, 5 Februari

2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

2

Menurut informasi yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Subang pada saat pra penelitian berupa hasil pengolahan data

Validasi Surveilans HIV/AIDS diketahui jumlah penderita HIV AIDS dari

tahun 2013-2016 rata-rata mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini

dibuktikan dengan data sebagai berikut:

Gambar 1.1.

Pasien HIV/AIDS Kabupaten Subang

Periode Tahun 2013-2016

Sumber: Hasil pengolahan data Validasi Surveilans HIV/AIDS Dinas

Kesehatan Kabupaten Subang periode 2013-2016

Berdasarkan pada grafik diatas, bahwa jumlah pasien penderita

HIV/AIDS yang ditangani oleh RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) dan

puskesmas wilayah Kabupaten Subang selama empat tahun terakhir rata-rata

menunjukkan jumlah peningkatan tiap tahunnya.

Rumah sakit merupakan salah satu pilihan yang dianggap tepat

untuk pelayanan kesehatan, dikarenakan rumah sakit dianggap tempat yang

paling lengkap baik dari segi sarana, prasarana, fasilitas maupun tenaga

kesehatannya. Hal tersebut sesuai dengan kewajiban rumah sakit yaitu

“…memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

masyarakat, memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

0

50

100

150

200

250

Jumlah Pasien HIV/AIDS

2013 2014 2015 2016

161

215 234

218

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

3

antidiskriminasi, dan afektif dengan mengutamakan kepentingan pasien

sesuai standar pelayanan rumah sakit” (S, Minarwati, 2014, hlm. 101). Oleh

karena itulah banyak masyarakat Subang lebih memilih pelayanan kesehatan

Rumah Sakit daripada pelayanan kesehatan di puskesmas, termasuk salah

satunya dalam memperoleh pelayanan kesehatan terhadap penyakit

HIV/AIDS.

RSUD Ciereng merupakan satu-satunya Rumah Sakit milik

pemerintah daerah yang memiliki peran serta dalam menanggulangi

peningkatan dan penularan kasus HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Subang.

Yaitu dengan menumbuhkan sikap pencegahan penularan HIV/AIDS bagi

para pasien penderita HIV/AIDS.

Arifin mengemukakan bahwa sikap (attitude) merupakan konsep yang

paling penting dalam psikologi sosial, karena pada dasarnya sikap akan

memberikan corak atas perilaku orang yang bersangkutan (Arifin, 2015,

hlm. 123). Arifin berpendapat “…sikap adalah kesiapan yang senantiasa

cenderung berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu jika dihadapkan

dengan suatu masalah atau objek” (Arifin, 2015, hlm. 125). Hal ini sejalan

dengan pendapat Notoatmodjo (2012, hlm. 140) yang menyatakan bahwa

“sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek”. Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut maka perilaku atau respons seseorang terhadap suatu masalah atau

keadaan yang dihadapinya, dapat diprediksi dengan mengetahui sikapnya.

Maka, sudah menjadi keharusan bagi pihak rumah sakit untuk senantiasa

dapat menanamkan sikap pencegahan penularan HIV/AIDS pada para

pasien penderita HIV/AIDS, karena bagi rumah sakit perilaku pasien

tersebut sangat berpotensi menularkan penyakit HIV/AIDS kepada

keluarganya dan orang lain disekitarnya.

Oleh karena itu, RSUD Ciereng sebagai satu-satunya rumah sakit

yang menangani kasus pasien HIV/AIDS di Kabupaten Subang perlu

mempersiapkan tenaga kesehatan khusus menangani pasien HIV/AIDS.

Salah satunya yaitu dengan menyiapkan tenaga konselor yang bertugas

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien HIV/AIDS.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

4

Konselor HIV/AIDS berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 adalah “seseorang yang

memberikan konseling tentang HIV dan telah terlatih”. Konseling adalah

komunikasi antara konselor dengan pasien dalam konteks komunikasi

interpersonal, yang merupakan interaksi antara dua orang secara tatap muka

dimana komunikator dapat menyampaikan pesan secara langsung kepada

komunikan, serta pesan dari komunikator dapat diterima dan ditanggapi

secara langsung pula oleh komunikan (Hardjana, 2003, hlm. 85). Menurut

pendapat Hardjana tersebut, maka jelaslah bahwa konseling yang dilakukan

konselor merupakan bagian dari komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal dianggap sebagai suatu upaya konselor

untuk mendalami kepribadian pasien, membangun dan menjaga hubungan

baik dengan para pasien HIV/AIDS, menyampaikan pengetahuan dan

informasi, memecahkan masalah yang dihadapi pasien, serta merubah sikap

pasien sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh konselor HIV/AIDS. Hal

tersebut sesuai dengan tujuh fungsi komunikasi interpersonal efektif

menurut pendapat Suranto (2011, hlm. 79) yaitu diantaranya membentuk

dan menjaga hubungan baik antar individu, menyampaikan

pengetahuan/informasi, mengubah sikap dan perilaku, pemecahan masalah

hubungan antar manusia, citra diri menjadi lebih baik, jalan menuju sukses,

serta membantu seorang untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan hal tersebut, maka komunikasi interpersonal efektif yang

diterapkan konselor HIV/AIDS terhadap pasiennya berperan penting untuk

menumbuhkan dan mempengaruhi sikap pasien penderita HIV/AIDS dalam

menerapkan pencegahan penularan HIV/AIDS. Menurut hasil wawancara

peneliti dengan salah seorang konselor HIV/AIDS RSUD Ciereng bernama

Ibu Wiwi yang telah berkerja sebagai konselor HIV/AIDS selama 9 tahun

dari tahun 2007 sampai dengan 1 April 2016, mengatakan bahwa konselor

HIV/AIDS berperan sangat penting. Penting oleh karena konselor sebagai

pihak yang berhubungan lansung dengan pasien memiliki pengaruh yang

besar terhadap tinggi atau rendahnya penyebaran HIV/AIDS di suatu

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

5

daerah. Menurut Ibu Wiwi komunikasi yang biasa di gunakan pada semua

pasiennya adalah komunikasi interpersonal yang prakteknya berfungsi

sebagai konseling melalui program pelayanan VCT.

Lebih jauh Ibu Wiwi menuturkan bahwa VCT (Voluntary

Counselling and Testing) merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

dimana konselor dan pasien melakukan interaksi komunikasi interpersonal

pra testing, post testing, dan testing HIV/AIDS yang dilakukan di dalam

ruangan tertutup, bersifat rahasia, langsung, dua arah, serta mengutamakan

kejujuran dan rasa saling percaya antara konselor dan pasien. Tujuan utama

komunikasi interpersonal dalam program pelayanan VCT adalah

memberikan informasi dan pengetahuan kepada pasien mengenai bahaya

penyakit HIV/AIDS, cara pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS, serta

berbagai hal terkait penyakit HIV/AIDS guna membantu pasien menjalani

kehidupannya. Oleh karena itu hasil yang diharapkan dari pelayanan VCT

bagi pasien penderita HIV/AIDS adalah agar pasien mampu menerima

kondisi penyakit yang dideritanya, mampu mengatasi masalah yang

dihadapinya, mampu beradaptasi dengan keadaan penyakitnya, berani

mengambil keputusan pribadi yang positif, meningkatkan kualitas hidup,

serta yang terpenting adalah pasien tidak menularkan penyakit HIV/AIDS

yang dideritanya kepada orang lain serta keluarganya.

Menurut Ibu Wiwi menjadi konselor, banyak hambatan komunikasi

interpersonal yang mempengaruhi sikap pencegahan penularan HIV/AIDS

pasien saat melakukan pelayanan VCT kepada pasien. Terutama kendala

yang sering dihadapi ketika berinteraksi dengan pasien ibu rumah tangga

penderita HIV/AIDS sehubungan dengan keinginan atau ketertarikan pasien

menjalani pengobatan yang rendah, daya tangkap pasien yang lambat,

sikapnya yang tertutup, tingkat pendidikannya yang rendah, serta tingkat

pengetahuan ibu rumah tangga yang sangat terbatas.

Sementara itu, data yang diperoleh peneliti berdasarkan olahan

terhadap data Validasi Surveilans HIV/AIDS 2013-2016 dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Subang, justru menunjukan bahwa jumlah pasien

penderita HIV/AIDS dari kalangan ibu rumah tangga adalah yang tertinggi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

6

dan terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, seperti yang di

gambarkan pada grafik berikut ini:

Gambar 1.2

Pasien IRT HIV/AIDS RSUD Ciereng Kabupaten Subang

Periode Tahun 2014-2016

Sumber: Hasil pengolahan data Validasi Surveilans HIV/AIDS Dinas

Kesehatan Kabupaten Subang periode 2014-2016

Didasarkan pada grafik diatas, jelaslah bahwa selama tiga tahun

terakhir pasien HIV/AIDS dari golongan ibu rumah tangga menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari

Tahun 2014 yang berjumlah 3 orang bertambah menjadi 23 orang di Tahun

2015, kemudian bertambah lagi menjadi 34 orang di Tahun 2016. Apabila

disimak dengan cermat, bertambahnya jumlah pasien ibu rumah tangga

penderita HIV/AIDS setiap tahunnya, terletak pada masalah komunikasi

interpersonal konselor sebagai orang pertama yang memberikan informasi

dan pengetahuan pertama kali kepada pasien HIV/AIDS ibu rumah tangga

terkait pencegahan penularan HIV/AIDS. Oleh karena itu, komunikasi

interpersonal konselor merupakan hal yang penting untuk diteliti.

Adapun rincian 34 orang pasien ibu rumah tangga penderita

HIV/AIDS di RSUD Ciereng Kabupaten Subang digambarkan dalam tabel

sebagai berikut :

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Jumlah Pasien Ibu Rumah Tangga HIV/AIDS

2014 2015 2016

3

23

34

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

7

Tabel 1.1

Jumlah Pasien IRT HIV/AIDS di RSUD Ciereng Kabupaten Subang

tahun 2016

No Nama Kecamatan Rentang Usia Jumlah

1. Pusakajaya

31-35 1

36-40 1

2.

Subang

16-20 1

26-30 3

31-35 2

36-40 3

3. Pagaden

21-25 1

26-30 1

4. Pabuaran

36-40 1

41-45 1

5.

Cikaum

26-30 1

36-40 2

41-45 1

6. Ciater 26-30 1

7. Compreng 41-45 1

8. Sagalaherang 16-20 1

9. Cibogo 16-20 1

10.

Pamanukan

26-30 1

31-35 3

41-45 1

11. Tambakdahan 36-40 1

12. Kalijati 51-55 1

13. Pagaden Barat

21-25 1

46-50 1

14. Cipunagara 36-40 1

15. Dawuan 36-40 1

Total 34

Sumber: Hasil pengolahan data Validasi Surveilans HIV/AIDS Dinas

Kesehatan Kabupaten Subang

Berdasarkan pada data diatas, jelaslah bahwa jumlah ibu rumah

tangga HIV/AIDS terdapat pada usia produktif, sehingga hal tersebut

menjadi pertimbangan atau alasan peneliti menetapkan responden pada ibu

rumah tangga. Adapun pertimbangan lainnya dikarenakan seorang ibu

adalah sebagai pendidik utama dan pertama didalam keluarga, serta

berperan penting yang sampai saat ini dikenal sebagai tiang keluarga. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Anggara (2015) bahwa ibu merupakan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

8

sekolah pertama bagi anak, karena dari ibu pendidikan anak dimulai, dan

dari seorang ibulah anak belajar tentang segala hal baru dalam kehidupan2.

Sehingga apabila seorang ibu rumah tangga menderita penyakit HIV/AIDS

maka sangat memungkinkan jika penyakit tersebut dapat menularkan pada

suaminya, keluarganya, keturunannya, dan masyarakat disekitarnya.

Didasarkan pada pemaparan fakta dan data pasien ibu rumah tangga

HIV/AIDS tersebut, maka tingginya tingkat HIV/AIDS pada ibu rumah

tangga merupakan sebuah masalah yang menarik untuk diteliti, sekaligus

menjadi sebuah tantangan bagi seorang konselor dalam melakukan

komunikasi interpersonal yang dapat mempengaruhi sikap pencegahan

penularan HIV/AIDS kepada para pasien ibu rumah tangga.

Komunikasi interpersonal merupakan salah satu upaya konselor dalam

membangun dan menjaga hubungan baik dengan para pasien HIV/AIDS ibu

rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu, yang diaplikasikan dalam

interaksi komunikasi yang terjadi secara langsung dan tatap muka. Hal

tersebut didukung oleh definisi Berger, dkk (2016, hlm. 213) menyatakan

bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses sosial berkait konteks,

rumit, yang di dalamnya orang-orang yang telah membangun hubungan

komunikatif bertukar pesan dalam upaya untuk menghasilkan makna-makna

yang dianut bersama dan mencapai tujuan sosial”. Hal ini juga sesuai

dengan pendapat Hardjana (2003, hlm. 85) yang menyatakan bahwa

“komunikasi interpersonal merupakan interaksi tatap muka antara dua orang

atau lebih dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan

penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung”.

Berkaitan dengan hal tersebut Mulyana (2011, hlm. 81) menegaskan bahwa

“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

ataupun nonverbal”. Oleh karena itu, komunikasi interpersonal yang bersifat

langsung dibutuhkan tindakan saling memberi dan menerima pesan secara

verbal baik berupa saran maupun berupa informasi diantara pelaku yang

terlibat didalam komunikasi interpersonal (Diasmoro, 2017, hlm.109).

2https://www.jatik.com/peran-ibu-sekolah-pertama/, diakses pada Minggu, 30 April 2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

9

Menurut beberapa pendapat mengenai pengertian komunikasi

interpersonal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang

dilakukan secara tatap muka baik verbal maupun non verbal antara individu

dengan individu, atau individu dengan kelompok kecil, bersifat dua arah,

langsung, serta menghasilkan efek dan umpan balik secara seketika.

DeVito (2011, hlm. 285) mengemukakan lima kualitas umum dalam

pendekatan humanistik yang dapat menciptakan terjalinnya komunikasi

interpersonal yang efektif. Lima kualitas tersebut diantaranya adalah

keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung

(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaran (equality).

Lima kualitas umum komunikasi interpersonal yang disusun oleh

DeVito tersebut merupakan tolak ukur komunikasi interpersonal yang

berkualitas. Bilamana kelima aspek tersebut tercapai, maka akan

membentuk sikap pencegahan penularan HIV/AIDS pasien ibu rumah

tangga. Berdasarkan skema triadik, Azwar (2016, hlm. 23) mengungkapkan

struktur sikap yang terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang, yaitu

diantaranya kognitif (kepercayaan), afektif (perasaan), dan konatif

(kecenderungan berperilaku). Apabila tiga komponen tersebut terpenuhi

maka akan membentuk sikap pencegahan penularan HIV/AIDS yang utuh.

Berdasarkan pemaparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa

idealnya, semakin openness, empathy, supportiveness, positiveness, dan

equality komunikasi interpersonal yang dilakukan konselor, maka

komunikasi tersebut semakin efektif. Hal ini akan menjadi kendala apabila

pasien yang dihadapi konselor, ataupun konselor dalam berinteraksi dengan

pasien justru sebaliknya. Akibatnya tujuan komunikasi interpersonal

konselor untuk mempengaruhi sikap pencegahan penularan HIV/AIDS

secara utuh kepada pasien ibu rumah tangga tidak dapat terwujud sesuai

dengan yang diharapan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka konselor

HIV/AIDS perlu meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal

efektif yang berperan penting dalam pelayanan VCT. Sehingga akan tercipta

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

10

sikap pencegahan penularan HIV/AIDS pada pasien ibu rumah tangga di

RSUD Ciereng.

Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung peneliti melakukan

penelitian mengenai ini diantaranya menurut Mariska, dkk (2016, hlm. 34)

dengan judul penelitian “Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan

Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Tindakan Pencabutan Gigi di RSGM

FK UNSRAT” berpendapat bahwa komunikasi interpersonal yang terjadi

antara dua orang atau lebih, baik verbal dan nonverbal merupakan salah satu

unsur penting dalam hubungan dokter dan pasien. Dalam kasus ini

komunikasi interpersonal berfungsi untuk menggali serta bertukar informasi

dengan para pasien yang berguna untuk menciptaan rasa percaya pasien

kepada dokter. Mariska, dkk berasumsi bahwa apabila komunikasi

interpersonal dokter optimal maka akan menurunkan kecemasan pasien saat

sebelum melakukan pencabutan gigi. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal

operator-pasien memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat

kecemasan pasien sebelum pencabutan gigi. Adapun persamaan penelitian

Mariska, dkk dengan yang dilakukan peneliti yaitu terletak pada variabel

komunikasi interpersonal dibidang kesehatan yang disusun berdasarkan

definisi operasional terkait 5 indikator, yaitu Keterbukaan, Empati,

Dukungan, Kepositifan dan Kesamaan.

Penelitian kedua yang dilakukan Dermawanti, dkk melakukan

penelitian berjudul “Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas

Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Menjalani Pengobatan Paru di

Puskesmas Sunggal Medan Tahun 2014”. Penelitian Dermawanti, dkk

tersebut dalam latar belakang penelitiannya mengaggap bahwa komunikasi

interpersonal adalah hal yang penting guna meningkatkan interaksi tenaga

kesehatan dengan pasien.

Berdasarkan pendapat Nazar (2013), Dermawanti, dkk berasumsi

bahwa memperbaiki komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien

dari faktor keterbukaan, empati, sikap mendukung dan kesetaraan

merupakan strategi untuk meningkatkan ketaatan. Asumsi tersebut terbukti

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

11

kebenarannya dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara variabel keterbukaan, empati, sikap

mendukung dan kesetaraan terhadap Kepatuhan Pasien menjalani

pengobatan TB Paru di Puskesmas Sunggal Medan Tahun 2014. Adapun

kesamaan penelitian Dermawanti dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti ini terdapat pada penelitian komunikasi bidang kesehatan dengan

variabel bebas komunikasi interpersonal yang diukur oleh lima aspek yaitu

keterbukaan, empati sikap mendukung dan kesetaraan.

Penelitian ketiga yang dilakukan Parulian, dkk (2014) dengan judul

penelitian “The Influence of Competence and Interpersonal Communication

on Nurses’ Performance”. Hal yang melatar belakangi penelitian Parulian

ini karena keinginan peneliti untuk membuktikan adanya hubungan

kompetensi dan komunikasi interpersonal dengan kinerja perawat di RSUD

Dr. Pirngadi. Dalam hal ini komunikasi interpersonal tersebut dilihat dari

“sikap perawat ramah saat berkomunikasi, perawat menggunakan bahasa

yang santun, parawat tidak berbelit-belit saat memberikan informasi, dan

juga perawat selalu menanyakan keluhan pasien, memberikan penjelasan

saat memberikan obat, dan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

lain”. Menurut hasil penelitian parulian membuktikan adanya hubungan

yang berarti bahwa komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang

signifikan dengan kinerja perawat. Adapun hal yang sama pada penelitian

Parulian dengan penelitian ini terletak pada kajian penelitian dibidang

komunikasi kesehatan dengan variabel bebas komunikasi interpersonal,

dimana dalam hal ini komunikasi dianggap perlu untuk dikaji karena

penting dalam asuhan keperawatan.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Octavianty, dkk (2015)

dengan judul penelitian “Pengetahuan, Sikap Dan Pencegahan HIV/AIDS

Pada Ibu Rumah Tangga”. Hal yang melatar belakangi dilakukannya

penelitian ini adalah aggapan pentingnya Komunikasi Informasi dan

Edukasi (KIE) mengenai HIV/AIDS melalui media komunikasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengetahuan ibu rumah tangga yang

berisiko tinggi menderita HIV/AIDS guna merubah sikap dan perilaku seks

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

12

untuk mencegah HIV/AIDS. Hasil penelitian membuktikan bahwa adanya

hubungan antara pengetahuan, sikap dengan upaya pencegahan ibu rumah

tangga terhadap HIV/ AIDS. Terdapat kesamaan penelitian Octavianty

dengan penelitian ini yaitu target responden pada ibu rumah tangga

penderita HIV/AIDS, inti latar belakang penelitian terkait tingginya tingkat

penderita HIV/AIDS, serta kajian penelitian terkait sikap pencegahan

penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga.

Penelitian kelima yang dilakukan oleh Mirnawati dengan penelitian

berjudul “Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Kepuasan

Pasien Rawat Inap di Ruang Cempaka RSUD AW Sjahranie Samarinda”.

Penelitian Minarwati dilatar belakangi karena pelayanan perawat kepada

pasien rawat inap dianggap masih kurang ramak, acuh, dan sikap empati

yyang masih kurang, serta komunikasi dengan pasien masih kurang,

sehingga masih jaug dari harapan masyarakat. Hasil penelitian

membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara komunikasi

interpersonal perawat dengan kepuasan pasien dan juga terdapat keeratan

hubungan antara aspek-aspek komunikasi interpersonal perawat dengan

aspek-aspek kepuasan pasien rawat inap di ruang Cempaka RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda. Adapun kesamaan penelitian Mirnawati

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada kesamaan

variabel bebas yaitu pengaruh komunikasi interpersonal.

Penelitian keenam yang dilakukan oleh Sitanggang dengan

penelitian berjudul “The Influence Of Interpersonal Communication

Towards Motivation To Increase Income Survey On Samosir Regency And

Simalungun Regency”. Hal yang melatar belakangi penelitian Sitanggang ini

adalah sumber daya manusia yang dianggap dapat menarik turis melakukan

objek wisata, baik dari segi wawasan maupun dari segi pelayanan dari

masyarakat lokal berupa komunikasi yang baik terhadap para turis yang

datang berkunjung. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi masyarakat

dalam melestarikan lingkungan obek wisata Danau Toba di Kabupaten

Samosir. Hasil penelitian membuktikan bahwa adanya pengaruh langsung

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

13

antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi masyarakat dalam

melestarikan lingkungan wisata Danau Toba. Adapun terdapat hal yang

sama antara penelitian Sitanggang dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti yaitu fokus penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh

komunikasi interpersonal

Berdasarkan pemaparan beberapa penelitian terdahulu diatas,

terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun perbedaannya, dapat dilihat dari

variabel bebas dan variabel terikat penelitian yang menjadi fokus penelitian.

Dimana penelitian yang dilakukan Mariska, dkk meneliti hubungan

komunikasi interpersonal dengan tingkat kecemasan pasien. Kemudian

penelitian Dermawanti, dkk meneliti hubungan Komunikasi Interpersonal

Petugas kesehatan terhadap kepatuhan pasien menjalani pengobatan paru.

Selanjutnya penelitian Parulian, dkk meneliti pengaruh komunikasi

interpersonal dengan kinerja perawat. Kemudian, penelitian Octavianty, dkk

meneliti hubungan pengetahuan, sikap dan pencegahan HIV/AIDS pada ibu

rumah tangga. Penelitian Mirnawati yang meneliti pengaruh komunikasi

interpersonal terhadap kepuasa pasien rawat Inap. Terakhir penelitian

Sitanggang yang meneliti pengaruh komunikasi interpersonal terhadap

motivasi masyarakat dalam melestarikan lingkungan wisata. Menurut

analisis perbandingan penelitian terdahulu tersebut diketahui bahwa

penelitian mengenai pengaruh komunikasi interpersonal terhadap sikap

pencegahan HIV/AIDS belum pernah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka peneliti

merasa perlu untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh

komunikasi interpersonal konselor terhadap sikap pasien ibu rumah tangga

HIV/AIDS. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Konselor

HIV/AIDS terhadap Sikap Pencegahan Penularan HIV/AIDS (Studi

Korelasi Pada Pasien Ibu Rumah Tangga Penderita HIV/AIDS RSUD

Ciereng Kabupaten Subang)”.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

14

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1.2.1. Apakah terdapat pengaruh Openness komunikasi interpersonal

konselor terhadap sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh

pasien ibu rumah penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng

Kabupaten Subang?

1.2.2. Apakah terdapat pengaruh Empathy komunikasi interpersonal

konselor terhadap sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh

pasien ibu rumah penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng

Kabupaten Subang?

1.2.3. Apakah terdapat pengaruh Supportiveness komunikasi

interpersonal konselor terhadap sikap pencegahan penularan

HIV/AIDS oleh pasien ibu rumah penderita HIV/AIDS di RSUD

Ciereng Kabupaten Subang?

1.2.4. Apakah terdapat pengaruh Positiveness komunikasi interpersonal

konselor terhadap sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh

pasien ibu rumah penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng

Kabupaten Subang?

1.2.5. Apakah terdapat pengaruh Equality komunikasi interpersonal

konselor terhadap sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh

pasien ibu rumah penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng

Kabupaten Subang?

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

15

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan

penelitian adalah mendeskripsikan dan menganalisis sebagai berikut:

1.3.1. Memperoleh data dan informasi mengenai pengaruh Openness

komunikasi interpersonal konselor terhadap sikap pencegahan

penularan HIV/AIDS oleh pasien ibu rumah penderita HIV/AIDS

di RSUD Ciereng Kabupaten Subang

1.3.2. Memperoleh data dan informasi mengenai seberapa tinggi

pengaruh Empathy komunikasi interpersonal konselor terhadap

sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh pasien ibu rumah

penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng Kabupaten Subang.

1.3.3. Memperoleh data dan informasi mengenai seberapa tinggi

pengaruh Supportiveness komunikasi interpersonal konselor

terhadap sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh pasien ibu

rumah penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng Kabupaten Subang.

1.3.4. Memperoleh data dan informasi mengenai seberapa tinggi

pengaruh Positiveness komunikasi interpersonal konselor terhadap

sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh pasien ibu rumah

penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng Kabupaten Subang?

1.3.5. Memperoleh data dan informasi mengenai seberapa tinggi

pengaruh Equality komunikasi interpersonal konselor terhadap

sikap pencegahan penularan HIV/AIDS oleh pasien ibu rumah

penderita HIV/AIDS di RSUD Ciereng Kabupaten Subang?

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

16

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik langsung

maupun tidak langsung dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat.

Maka dari itu, peneliti memaparkan beberapa manfaat dari penelitian ini

sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

yang berarti dalam memperkaya perbendaharaan teori ilmu

komunikasi khususnya bidang komunikasi kesehatan. Sehingga

akhirnya dapat digunakan sebagai bahan kajian konseptual pada

penelitian di masa yang akan datang.

1.4.2. Manfaat Kebijakan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan rekomendasi kebijakan suatu badan usaha di bidang

kesehatan sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan pada masyarakat dengan mengimplementasikan

komunikasi interpersonal.

1.4.3. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan bagi konselor RSUD Ciereng kabupaten Subang dalam

menerapkan komunikasi interpersonal konselor kepada pasien HIV

AIDS yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan pada umumnya.

1.4.4. Manfaat Isu dan Aksi Sosial

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

17

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

untuk menambah pengetahuan dan informasi dalam memecahkan

suatu permasalahan kehidupan sosial yang berkaitan dengan

komunikasi interpersonal di bidang kesehatan.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun rincian struktur organisasi skripsi dari bagian bab I

pendahuluan sampai bagian terakhir bab V kesimpulan dan saran adalah

sebagai berikut:

1.5.1. BAB I Pendahuluan

Pada bab I peneliti menjelaskan mengenai gambaran permasalahan

penelitian yang dilihat dari segi kondisi di lapangan dan teori. Sehingga

permasalahan tersebut akan nampak jelas sebagai sesuatu yang menarik dan

penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Adapun isi bab I

diantaranya latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

1.5.2. BAB II Landasan Teori

Pada bab II berisi konsep-konsep dan teori-teori yang relevan dengan

masalah penelitian sebagai landasan peneliti melaksanakan penelitian.

Adapun isi bab II ini terdiri dari pemaparan konsep dan teori, penelitian

terdahulu, dan kerangka berpikir yang berhubungan dengan penelitian.

1.5.3. BAB III Metode Penelitian

Pada bab III peneliti menguraikan mengenai cara penelitian yang

digunakan. Adapun isi bab III diantaranya yaitu desain penelitian,

partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, operasional variabel,

uji normalitas, uji validitas, uji reliabilitas, uji korelasi, prosedur penelitian,

dan jadwal penelitian.

1.5.4. BAB IV Temuan dan Pembahasan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/31346/4/FPIPS_S_IKOM_1301631_Chapter 1... · kekhawatiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia sebagai salah

18

Pada bab IV berisi dua hal, yaitu pertama peneliti melakukan

pembahasan temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan anailis

data untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Kedua, peneliti

mengadakan pembahasan temuan penelitian.

1.5.5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab V peneliti menyimpulkan tentang masalah yang diteliti

berdasarkan analisis dan temuan penelitian. Sehingga didapatkan suatu

rumusan yang objektif. Sebagai penutupan, peneliti mememberikan

beberapa saran sebagai umpan balik tentang penelitian ini.