bab i pendahuluan 1.1. latar...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah dan kota merupakan suatu gambaran perubahan proses berkembangnya suatu wilayah dan kota yang dapat dilihat dari segi sudut pandang secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas perkembangan wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan wilayah dan kota tersebut yang diindikasikan oleh besaran sistem ekonomi wilayah dan kota. Jika dilihat secara kualitas perkembangan wilayah dan kota dapat dilihat melalui struktur kegiatan ekonomi. Secara umum perbahan perkembagan kota dipengaruhi melalui adanya keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota bersangkutan (Hendarto, 1997). Pertumbuhan penduduk merupakan bagian dinamika dari perkembangan kehidupan di muka bumi yang mendorong pertumbuhan segala aspek kehidupan manusia, sehingga mengharuskan permintaan jasa fasilitas infrastruktur perkotaan terutama ketersediaan fasilitas transportasi umum diminta untuk ikut membantu berperan sebagai upaya mendorong kinerja segala bentuk kegiatan manusia. Meningkatnya aktivitas penduduk perkotaan memiliki pengaruh terhadap meningkatnya mobilitas kota terutama pada permasalahan pergerakan antar kawasan meliputi pergerakan manusia dan pergerakan kendaraan. Peningkatan permintaan fasilitas umum merupakan suatu bentuk akibat adanya perkembangan wilayah dan kota seperti ketersediaan sarana dan prasarana umum yang penting untuk ditingkatkan sebagai pelayanan kepada masyarakat. Peranan sarana dan prasarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat luas yang penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal (tidak secara per individu) sehingga berorientasi kepada kepentingan umum (Mulyono, 2008). Fasilitas transportasi merupakan bagian dari kebutuhan sarana dan prasarana umum untuk pelayanan kepada masyarakat yang membantu dalam melakukan mobilitas penduduk untuk beraktivitas. Munculnya transportasi didasari adanya keterbatasan fisik manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari baik

Upload: truongduong

Post on 05-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan wilayah dan kota merupakan suatu gambaran perubahan

proses berkembangnya suatu wilayah dan kota yang dapat dilihat dari segi sudut

pandang secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas perkembangan wilayah

dapat dilihat dari pertumbuhan wilayah dan kota tersebut yang diindikasikan oleh

besaran sistem ekonomi wilayah dan kota. Jika dilihat secara kualitas

perkembangan wilayah dan kota dapat dilihat melalui struktur kegiatan ekonomi.

Secara umum perbahan perkembagan kota dipengaruhi melalui adanya

keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk

dan sumber daya alam dalam kota bersangkutan (Hendarto, 1997).

Pertumbuhan penduduk merupakan bagian dinamika dari perkembangan

kehidupan di muka bumi yang mendorong pertumbuhan segala aspek kehidupan

manusia, sehingga mengharuskan permintaan jasa fasilitas infrastruktur

perkotaan terutama ketersediaan fasilitas transportasi umum diminta untuk ikut

membantu berperan sebagai upaya mendorong kinerja segala bentuk kegiatan

manusia. Meningkatnya aktivitas penduduk perkotaan memiliki pengaruh

terhadap meningkatnya mobilitas kota terutama pada permasalahan pergerakan

antar kawasan meliputi pergerakan manusia dan pergerakan kendaraan.

Peningkatan permintaan fasilitas umum merupakan suatu bentuk akibat

adanya perkembangan wilayah dan kota seperti ketersediaan sarana dan prasarana

umum yang penting untuk ditingkatkan sebagai pelayanan kepada masyarakat.

Peranan sarana dan prasarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan

masyarakat luas yang penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal (tidak

secara per individu) sehingga berorientasi kepada kepentingan umum (Mulyono,

2008).

Fasilitas transportasi merupakan bagian dari kebutuhan sarana dan prasarana

umum untuk pelayanan kepada masyarakat yang membantu dalam melakukan

mobilitas penduduk untuk beraktivitas. Munculnya transportasi didasari adanya

keterbatasan fisik manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari baik

2

kehidupan sosial, politik, ekonomi dalam melangsungkan kehidupannya,

pengembangan iptek, budaya dan lain-lain. Tanpa adanya dukungan transportasi

manusia tidak dapat bergerak untuk jarak dekat sekalipun. Berjalan kaki merupakan

salah satu bentuk moda transportasi paling sederhana yang digunakan manusia

untuk bergerak. Keperluan bergerak tersebutlah yang dinamakan dengan

transportasi (Miro, 1997).

Keberadaan pejalan kaki pada pusat-pusat aktivitas perkotaan yang

berkembang seperti kawasan pusat perkotaan, kawasan pusat pendidikan, kawasan

pusat perbelanjaan, kawasan pusat pemerintahan dan kawasan tempat fasilitas

umum lainnya sangat memiliki peran dalam terjadinya pergerakan penduduk kota

untuk bergerak ke pusat kegiatan kota satu dengan lainnya. Munculnya pejalan kaki

sebagai bentuk hasil dari kegiatan masyarakat baik sosial dan ekonomi yang

memiliki hak atas pelayanan publik tentunya tidak selamanya berjalan dengan baik

karena pejalan kaki juga sebagai salah satu pelaku pengguna ruas jalan selain

kendaraan transportasi baik umum maupun pribadi. Adanya hubungan langsung

antara pejalan kaki dan pengguna ruas jalan seperti pengendara kendaraan

transportasi maka memicu terjadinya rawan konflik antara keduanya seperti

kecelakaan dan kemacetan sehingga kedua pihak tersebut harus difasilitasi seperti

penyediaan infrastruktur transportasi yang dibedakan jalur antar keduanya (Idris,

2007).

Pembangunan jembatan penyeberangan pejalan kaki menjadi salah satu

bentuk bagian dari infrastruktur transportasi perkotaan yang direkomendasikan

untuk menghindari dan menyelesaikan konflik antara pejalan kaki dan pengendara

kendaraan transportasi di ruas jalan perkotaan. Fungsi dari ketersediaan jembatan

penyeberangan pejalan kaki utamanya untuk memberikan kemudahan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan kepada pejalan kaki dan pengguna ruas

jalan lainnya agar tidak terjadi pertemuan secara langsung antara arus pejalan kaki

yang menyeberang dengan arus kendaraan lalu lintas yang melintas agar tidak

terjadi konflik di ruas jalan (Tanan, 2011).

3

Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota dari Provinsi Riau sekaligus menjadi

pusat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yang membutuhkan transportasi dan

sarana prasarana pendukung lainnya guna mendukung aktivitas sosial dan ekonomi

didaerahnya. Hal ini perlu diseimbangkan dengan kondisi pertumbuhan jumlah

penduduk yang semakin meningkat dengan jumlah penduduk Kota Pekanbaru

tahun 2011 sudah berjumlah 937.939 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai

1.483,47 jiwa/km2 (BPS Pekanbaru, 2012).

Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut juga dibarengi dengan tingkat indeks

pembangunan manusia (IPM) di Kota Pekanbaru yang meningkat dari tahun 2010

sebesar 78,27 persen dan meningkat di tahun 2011 mencapai 78,72 persen yang

menurut kategori IPM berada pada status menengah keatas. Pesatnya pertumbuhan

Kota Pekanbaru dibuktikan dengan adanya nilai pertumbuhan ekonomi Kota

Pekanbaru tahun 2011 mencapai 9,05 persen dengan PDRB atas harga konstan

(ADHK) Kota Pekanbaru tahun 2011 mencapai 9,86 triliun. Maka dengan demikian

menjadikan Kota Pekanbaru semakin berkembang pesat dari segi aktivitas sosial,

ekonomi, infrastruktur dan teknologi (BPS Pekanbaru, 2012).

Meningkatnya pertumbuhan Kota Pekanbaru tidak berbanding sama dengan

perkembangan kinerja transportasi perkotaan yang terjadi di ruas jalan seperti

menurunnya kinerja jalan di Kota Pekanbaru yang disebabkan peningkatan volume

lalu lintas dan kinerja lalu lintas ruas jalan menyebabkan terjadinya permasalahan

seperti kemacetan lalu lintas yang saat ini mencapai 12 titik lokasi rawan

kemecetan. (Dishub Pekanbaru 2011). Permasalahan kecelakaan lalu lintas menjadi

bagian konflik permasalahan di ruas jalan lalu lintas perkotaan salah satunya

kecelakaan lalu lintas pengendara roda dua yang meningkat mencapai 16 persen

selama 4 tahun dan resiko kematian akibat kecelakaan naik drastis pada tahun 2005

hingga 2008 mencapai 38 persen (Polresta Pekanbaru, 2008)

Pembangunan jembatan penyeberangan pejalan kaki menjadi pilihan

pemerintah Kota Pekanbaru untuk mengatasi permasalahan lalu lintas tersebut,

seperti jembatan penyeberangan pejalan kaki yang dirancang untuk menciptakan

rasa aman, nyaman dan kelancaran lalu lintas bagi penggunaannya. Melihat kondisi

yang dirasakan saat ini, persebaran jembatan penyeberangan yang tersedia di Kota

4

Pekanbaru belum seluruhnya difungsikan dan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini

dikarenakan menurut informasi pemberitaan dan kondisi dilapangan menyebutkan

bahwa masih ditemukan adanya fenomena pejalan kaki yang lebih memilih

melintasi ruas jalan ketimbang memanfaatkan fasilitas jembatan penyeberangan

yang telah disediakan. Adapun juga terdapat beberapa sebaran jembatan

penyeberangan pejalan kaki yang masih tergolong sepi pengguna dalam

memanfaatkan sarana fasiltias transportasi tersebut. Munculnya kegiatan diluar

fungsi pemanfaatkan jembatan penyeberangan pejalan kaki juga menjadi catatan

penting tersendiri, yang terjadi di beberapa jembatan yang ada seperti jembatan

penyeberangan dimanfaatkan oleh oknum tertentu secara ilegal sebagai kegiatan

komersil antara lain adanya keberadaan pedagang kaki lima, pengemis, iklan

reklame, dan sebagainya.

Melihat adanya permasalahan berkaitan dengan pemanfaatan jembatan

penyeberangan pejalan kaki di Kota Pekanbaru yang tidak dimanfaatkan secara

optimal dengan baik oleh pejalan kaki maka kajian mengenai sebaran dan faktor

yang menpengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan kaki di Kota

Pekanbaru perlu dilakukan antara lain untuk mengetahui sebaran kondisi

karakteristi mengetahui kesesuaian lokasi jembatan penyeberangan pejalan kaki,

mengetahui karakteristik penyeberang jembatan penyeberangan pejalan kaki dan

faktor–faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan

kaki.

1.2.Perumusan Masalah

Sebagai Ibukota dari Provinsi Riau, Kota Pekanbaru berperan sebagai pusat

pemerintahan, perdagangan, transportasi, dan juga peluang bisnis dan investasi

yang cukup menjanjikan sehingga menjadikan Kota Pekanbaru menjadi sasaran

dalam kegiatan sosial dan ekonomi yang didukung oleh kondisi geografis Kota

Pekanbaru yang strategis. Untuk mendukung peran Kota Pekanbaru tersebut peran

pendukung infrastruktur sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kenyamanan

kegiatan pemerintahan, perdagangan, transportasi, bisnis dan investasi seperti

sarana dan prasarana untuk akses distribusi barang, orang dan jasa.

5

Seiring lajunya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

mengakibatkan peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi di Kota Pekanbaru

berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas pejalan kaki di ruas jalan di

kawasan-kawasan umum tertentu di Kota Pekanbaru. Hal ini membuat fasilitas

pejalan kaki mulai dibutuhkan untuk mendukung kegiatan arus pergerakan pejalan

kaki guna menciptakan kemudahan, kenyamanan, keselamatan dan keamanan

pejalan kaki dalam beraktivitas. Seiring muncul adanya prilaku pejalan kaki tidak

menjalankan ketertiban mengakibatkan terjadinya penundaan pergerakan arus lalu

lintas hingga bisa menimbulkan kecelakaan lalu lintas di ruas jalan. Tentunya akan

menimbulkan potensi konflik antara pejalan kaki dengan pengguna ruas jalan lain

seperti pengendara kendaraan.

Adanya permasalahan tersebut pemerintah bermaksud untuk mengatasi dan

mencari solusi dari permasalahan kedua pihak yang sering berselisih yaitu dengan

membangun jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki dibeberapa kawasan

penting yang ada di Kota Pekanbaru. Namun, keberadaan jembatan penyeberangan

dibeberapa titik di Kota Pekanbaru yang telah disediakan dalam faktanya belum

seluruhnya dimanfaatkan secara optimal oleh pejalan kaki.

Tidak efektifnya jembatan penyeberangan pejalan kaki ini dapat dilihat dari

beberapa kondisi saat ini yaitu masih ditemukan rendahnya pemanfaatan jembatan

penyeberangan tersebut. Terdapat juga pemanfaatan di jembatan penyeberangan

pejalan kaki dibeberapa lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan fungsi

pemanfaatannya seperti pemasangan papan iklan secara ilegal yang tidak tertata

rapi, menjadi area aktivitas jual beli pedagang kaki lima, pengemis dan sebagainya.

Tentunya hal ini berdampak pada kurangnya keindahan dan kenyamanan fasilitas

infrastruktur penyeberangan tersebut untuk dimanfaakan oleh pejalalan kaki.

Faktor kerusakan jembatan dibeberapa bagian jembatan penyeberangan

pejalan kaki seperti lantai yang berlubang, atap yang bocor, pagar yang telah patah,

dan lampu penerangan yang tidak berfungsi akibat tidak adanya perawatan berkala

menyebabkan rasa enggannya pejalan kaki memilih menggunakan jembatan

penyeberangan sebagai fasilitas menyeberang akibat keselamatan menggunakan

jembatan yang belum terjamin.

6

Melihat secara keseluruhan tujuan pokok utama fungsi penyediaan jembatan

penyeberangan pejalan kaki adalah guna untuk memberikan rasa aman demi

keselamatan pejalan kaki. Hal ini mengingat diketahui bahwa jembatan

penyeberangan pejalan kaki memiliki fungsi efektivitas yang cenderung tinggi

dalam mencegah konflik pejalan kaki dengan pengguna ruas jalan seperti kendaraan

dibandingkan dengan fasilitas penyeberangan lain. Namun, karakteristik pejalan

kaki di beberapa kawasan jembatan penyeberangan yang tersedia lebih cenderung

memilih tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan lebih memilih

menyeberang langsung di ruas jalan raya dengan resiko ancaman keselamatan yang

tidak terjamin. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor keselamatan bukan halnya

faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas penyeberangan untuk pejalan

kaki.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan maka diangkat beberapa pertanyaan

penelitian mengenai keberadaan jembatan penyeberangan pejalan kaki yang

kaitannya pada sebaran dan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan

penyeberangan pejalan kaki, sebagai berikut:

1. Bagaimana sebaran dan karakteristik jembatan penyeberangan pejalan kaki

Kota Pekanbaru ?

2. Bagaimana kesesuaian lokasi jembatan penyeberangan pejalan kaki di lokasi

pengamatan penelitian ?

3. Bagaimana karakteristik penyeberang jembatan penyeberangan pejalan kaki ?

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan

pejalan kaki ?

7

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain :

1. Mengidentifikasi sebaran dan karakteristik jembatan penyeberangan pejalan

kaki Kota Pekanbaru

2. Mengidentifikasi kesesuaian lokasi jembatan penyeberangan pejalan kaki di

lokasi pengamatan penelitian

3. Mengidentifikasi karakteristik penyeberang jembatan penyeberangan pejalan

kaki

4. Mengidentifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan

penyeberangan pejalan kaki

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan karya

ilmiah yang dapat menambah referensi tentang informasi pembangunan

infrastruktur perkotaan yang akan dirumuskan sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran umum tentang pembangunan infrastruktur perkotaan

terkait pembangunan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki yang

belum optimal.

2. Memberikan masukan pengambil keputusan dalam upaya peningkatan

efektifitas jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki berdasarkan prioritas

penangananya dalam pencapaian sasaran.

3. Mendorong masyarakat khususnya pengguna fasilitas prasarana transportasi

perkotaan untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur

perkotaan di wilayah tersebut.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memilih beberapa rujukan penelitian sebelumnya berupa tesis

dan jurnal yang dipublikasikan sebagai bahan perbandingan dan rujukan dalam

penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertemakan mengenai sebaran dan faktor

yang mempengaruhi jembatan penyeberangan pejalan kaki. Penyediaan fasilitas

jembatan penyeberangan pejalan kaki sebagai bagian dari infrastruktur perkotaan

yang diperuntukkan untuk pejalan kaki perkotaan tentunya memiliki keterkaitan

hubungan dengan sebaran letak jembatan dan arus pejalan kaki penggunannya.

8

Penelitian sebelumnya yang telah ada hanya menekankan pada aspek

penilaian efektivitas pemanfaatan dan faktor yang mempengaruhinya dan meneliti

pada salah satu lokasi atau satu jenis fungsi kawasan pengamatan penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu pada penelitian ini lebih

memberikan informasi secara umum dan menyeluruh terhadap jembatan

penyeberangan pejalan kaki yang ada di Kota Pekanbaru. Adapun yang dilihat yaitu

melihat kondisi jembatan penyeberangan dan dikomparasikan dengan eksisting

penggunaan lahan atau fungsi kawasan disekitarnya, sehingga diketahui persamaan

dan perbedaan kondisi jembatan penyeberangan pejalan kaki dan eksisting

penggunan lahan kawasan sekitarnya yang dapat dilihat melalui sebarannya.

Penelitian ini juga memanfaatkan perbedaan karakter letak jembatan dan

eksisting penggunaan lahan kawasan sekitarnya sebagai pertimbangan pemilihan

lokasi pengamatan sehingga penekanannya pada penilaian keterkaitan dan karakter

fungsi kawasan terhadap tingkat pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan

kaki tersebut sehingga dapat diketahui perbandingan antar pembanding tersebut.

9

Tabel 1.1. Penelitian sebelumnya

No Peneliti Judul penelitian Tujuan Metode penelitian Hasil Penelitian

1 Mashuri

dan sigit

widodo,

2012

Tingkat pemanfaatan

dan faktor-faktor yang

mempengaruhi

pemakaian jembatan

penyeberangan orang

di depan Mall taura,

Kota palu

Mengetahui tingkat pemanfaatan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi

pemakaian jembatan penyeberangan

orang di depan Mall Tatura Kota Palu

Metode analisis

statistik terdiri

dari uji

independensi, uji

reabilitas dan uji

relative rank

index.dan survei

lapangan

- Tingkat pemanfaatan jembatan penyeberanagan tergolong sangat tidak bermanfaat

- 10 (sepuluh) faktor dominan yang mempengaruhi terdiri atas pengaruh ukuran anak tangga,

kemiringan tangga, tinggi sandaran jembatan, lebar jembatan, tekstur lantai, jarak dengan halte,

waktu tempuh dengan pusat kegiatan, waktu tempuh dengan prasaranan halte dan lampu

penerangan.

2 Listaiti

amalia,

2005

Kajian efektivitas

jembatan

penyeberangan

pejalan kaki pada

pusat perdagangan di

Kota semarang

Menilai tingkat efektivitas pengguna

jembatan penyeberangan bagi pajalan

kaki yang menyeberang

Memberik rekomendasi pengguna

faslitas jembatan penyeberangan

Metode kuantitatif

teknik regresi, dan

survei lapangan

- Efektifitas pengguaan jembatan oleh pejalan kaki antara lain lokasi pasar bulu, lokasi toko ada

tergolong rendah, dan lokasi pasar karang ayu tergolong tinggi. Sedangkan dari sisi lalu lintas

lokasi pasar bulu dan pasar karang ayu tergolong tinggi dan toko ada tergolong agak rendah.

- Kesesuaian penggunaan jembatan penyeberangan yang sesuai oleh tiga lokasi penelitian adalah

pelican dengan pelindung

- Hasil regresi tiga lokasi jembatan bahwa volume lalu lintas tidak berpengaruh pada persentase

penyebrang jalan kecuali pasar kaang ayu

3 Zilhardi

idris,

2007

Jembatan

penyeberangan

didepan kampus UMS

sebagai fasilitas

pejalan kaki

Kajian terhadap keberadaan jembatan

penyeberangan di depan kampus

UMS terkait Hubungannya dengan

jumlah arus pejalan kaki yang

menyeberang

Jumlah arus lalu lintas di ruas jalan

serta lokasi penempatan jembatan.

Identifikasi data

sekunder dan

primer melalui

survei dan

wawancara

- Lokasi depan kampus UMS menurut perhitungan PV2 bahwa lokasi tersebut belum memerlukan

jembatan penyeberangan dan yang sesuai adalah pelikan dengan pelindung

- Faktor yang mempengaruhi pejalan kaki tidak memanfaatkan jembatan disebabkan letak dan waktu

yang tidak efektif dan efisien

4 Indra

Juni

Yanto,

2014

Sebaran dan Faktor

yang Mempengaruhi

Pemanfaatan

Jembatan

Penyeberangan

Pejalan Kaki Kota

Pekanbaru (Kasus

Jembatan Mall SKA

dan Jembatan Kantor

DPRD Propinsi Riau)

Mengidentifikasi sebaran jembatan

penyeberangan pejalan kaki Kota

Pekanbaru dan menigdentifikasi

kesesuaian lokasi, karakteristik

penyeberang dan faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan jembatan

penyeberangan pejalan kaki di lokasi

pengamatan penelitian

Identifikasi data

sekunder dan

primer melalui

observasi, survei

dan wawancara

menggunakan

kuesioner

- Terdapat 11 (sebelas) jembatan tersebar di Kota Pekabaru dengan 1 (Satu) jembatan belum

berfungsi. Umumnya Sebaran jembatan memiliki karakterstik berasosiasi dengan 2 fungsi kawasan

yaitu Kawasan Ruang Terbuka hijau dan Kawasan perdagangan dan jasa.

- Hasil hitung P.V2 menyimpulan fasilitas yang sesuai di lokasi pengamatan adalah fasilitas

penyeberangan pelikan dengan lapak tunggu. Pemanfaatan di Jembatan Mall SKA memiliki

pemanfaatan tergolong rendah dan jembatan kantor DPRD Riau tegoong tinggi

- Karakter pejalan kaki cenderung sama yaitu pengguna di dominasi perempuang dan bukan penguna

didominasi laki-laki, segi usia pejalan kaki cenderung didominasi oleh usia rentang 19-4 tahun, dsb.

- Terdapat 5 (lima) faktor yang sama dalam mempengaruhi pejalan kaki pengguna dan bukan

pengguna di jembatan DPRD Riau. Namun 5 (lima) faktor tersebut memiliki perbedaan kriteria

pengaruh yang cukup berbeda. Pada jembatan Mall SKA terdapat 3 (tiga) faktor yang

mempengaruhi pejalan kaki pengguna dan 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi pejalan kaki bukan

pengguna

10

1.6. Tinjauan Pustaka

1.6.1. Studi Geografi dan Pendekatan Keruangan

Geografi merupakakan ilmu mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di

muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal

maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui

pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses

dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984).

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan sebagai bahan untuk

membantu dalam peneliian yaitu menggunakan pendekatan keruangan. Menurut

(Yunus, 2008) pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang

menekankan analisisnya pada eksistensi ruang sebagai wadah untuk

mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer.

Adapun tema analisis didalam pendekatan keruangan terdiri atas 9 (sembilan)

tema akan tetapi didalam penelitian ini yang mendukung untuk digunakan terdapat

4 (empat) tema ang digunakan, antara lain sebagai berikut:

1. spatial pattern analysis menekankan pada sebaran elemen-elemen pembentuk

ruang. Tahap awal yang dilakukan identifikasi mengenai aglomerasi sebaran

dan kaitkan dengan upaya pertanyaan Geografi.

2. spatial inter-action analysis menakankan pada interaksi antar ruang, hubungan

timbal balik antara ruang yang mempunyai variasi sangat besar.

3. spatial association analysis bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya

asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada suatu ruang.

4. spatial comparison analysis bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan

keunggulan sesuatu ruang dibandingkan dengan ruang lainnya.

Beberapa tema analisis keruangan diatas dapat berdiri sendiri maupun berupa

gabungan dari beberapa tema tergantung pada analisis tujuan dan kedalaman

pengetahuan yang ingin di capai.

1.6.2. Geografi Transportasi

Geografi transportasi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari aturan

tentang geografi transportasi termasuk didalamnya pola-pola dan moda-moda

transportasi, kuantitas ilmu untuk pergerakan dari barang, orang, pelayanan, dan

11

informasi serta mempelajari hubungan antar transportasi dan faktor geografi lainya

(Yunus, 2012). Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat

berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor

transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan

ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu

sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial

dan temporal yang besar. Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan,

merupakan kegiatan yang potensial mengubah kualitas udara perkotaan.

Perencanaan transportasi tak lepas dari bagian yang tak terpisahkan dari

perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan

dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan

menghasilkan kesemrawutan lalu lintas dikemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah

meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun

berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara. Transportasi yang

berwawasan lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap lingkungan

yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Ada tiga aspek

utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya

pencemaran udara dan kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan

(Moestikahadi 2000), yaitu: 1). Aspek perencanaan transportasi (barang dan

manusia), 2). Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi,

sarana jalan, sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya, 3). Aspek teknik

mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.

Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat

tujuan bekerja, bersekolah atau ke tempat-tempat pendidikan yang lain, berbelanja,

ke tempat-tempat pelayanan, mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan

bersantai diluar rumah, serta banyak tujuan yang lain. Hal yang utama dalam

masalah perjalanan adalah adanya hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang

memperlihatkan adanya lintasan, alat angkut (kendaraan) dan kecepatan. Pola

perjalanan di daerah perkotaan dipengaruhi oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di

perkotaan (permukiman, perbelanjaan, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain-

lain).

12

Tinjauan pustaka kali ini peneliti akan mencoba membahas beberapa hal

tentang teori dan konsep yaitu yang berkaitan langsung dengan judul penelitian

seperti: Pola aktivitas perkotaan, geografi transportasi, pejalan kaki, tingkat

pelayanan, jembatan penyeberangan pejalan kaki dan faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan kaki, pendekatan geografi.

1.6.3. Pola Aktivitas dan Lahan Kota

Keragaman karakter pemanfaaatan lahan perkotaan yang memiliki

keunggulan masing-masing dan berbeda-beda menimbulkan mobilitas pergerakan

pendudk dengan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti

aktivitas sosial ekonomi penduduk Kota dan karakter perjalanan pendudu Kota.

1.6.3.1. Aktivitas Sosial Ekonomi Penduduk Kota

Menurut pendapat (Miro, 1997) pola aktivitas sosial dan ekonomi penduduk

kota akan membentuk pola profil macam-macam perjalanan sehingga akan

membentuk konsentrasi pembagian lahan aktivitas yang berbeda dan akan

membentuk pula asal dan tujuan perjalan tertentu di wilayah kota. Bahwa aktivitas

penduduk terbagi berdasar 3 hubungan antara lain :

1) Aktivitas Penduduk Berhubungan dengan Tata Guna Lahan atau Tata

Ruang Kota

Aktivitas ini merupakan aktivitas umum dan dianggap penduduk kota masih

terkumpul dalam satu ruang wilayah kota atau terbagi-bagi tempatnya sesuai

dengan kegiata masing-masing. Aktivitas penduduk yang masih bersifat umum

dapat berupa: 1). Pertambahan penduduk sebagai unsur proses penduduk meliputi

kelahiran, kematian, dan migrasi, 2). Urbanisasi merupakan arus penduduk menuju

ke kota, 3). Tata guna lahan (zoning-zoning) merupakan penduduk yang terkumpul

dalam satu ruang dan membentuk satu kegiatan sehingga dalam lingkupnya perlu

diatur penggunaan yang sesuai dengan bentuk kegiatan penduduk yang berbeda

tersebut, 4). Perkembangan wilayah merupakan dampak aktivitas urbanisasi dan

pertambahan penduduk yang berdampak pada perubahan luas kota dan perubahan

fisik kota.

13

2) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Ekonomi

Suatu aktivitas yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup baik

secara material seperti sumber daya dan kebutuhan, antara lain: 1). Usaha produksi

merupakan usaha membentuk suatu barang yang tidak memiki nilai, atau bernilai

rendah menjadi produk barang yang memiliki nilai harga tinggi. Seperti:

manufaktur, kerajinan, pertanian, dan jasa-jasa, 2). Cara berkonsumsi merupakan

kegiatan penduduk yang menghabiskan nilai ekonomis dari suatu benda bertujuan

untuk mencapai tingkat kesejahteraan kehidupan, Seperti: menggunakan

kendaraan, berpakaian, jalan - jalan kepasar, makan dan minum, 3). Distribusi

(berdagang) merupakan bentuk kegiatan penduduk menyebar luaskan suatu

benda/jasa yang telah dihasilkan kepada para pemakainya atau penyaluran barang

dari sektor produksi ke sektor pasar (pemakai/konsumen)

3) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Sosial

Suatu aktvitas yang berhuungan dengan interaksi atau kegiatan dalam tatanan

kehidupan sosial, antara lain: 1). Hubungan berkeluarga (masyarakat) berupa

kegiatan antar suatu individu dengan lainnya baik individu maupun kelompok, 2).

Pendidikan berupa kegiatan penduduk dibidang IPTEK dengan tujuan merubah

kualitas diri secara individual seperti peningkatan mutu SDM (sumber daya

manusia), 3) Agama berupa kegiatan yang berkaitan dengan mental spiritual yang

secara vertikal memiliki hubungan manusia dengan penciptanya, 4). Kesehatan

berupa merupakan kegiatan peningkatan kualitas fisik jasmani, 5). Pemerintahan

berupa aktivitas yang berkaitan dengan tatanan pemerintahan dan kenegaraan 6).

Rekreasi: segala bentuk aktivitas yang berkaitan dengan kesenangan, rerfresing,

mengunjungi tempat wisata, dsb.

Macam dari berbagai bentuk kegiatan penduduk kota telah menjadi berbagai

bentuk ruang yang terbagi-bagi yang memiliki fungsi masing-masing, antara lain :

ruang kota untuk produksi (kawasan industri), konsumsi (pusat perbelanjaan),

kawasan dagang (toko-toko), jasa, kawasan perkantoran pemerintahan, sekolah,

tempat peribadatan, permukiman, obyek wisata, dan lain sebagainya. Sehingga pola

lahan yang memiliki fungsi secara spsial membentuk profil, jenis, karakteristik dan

memiliki klasisfikasi perjalanan yang sesuai dengan kegiatannya.

14

1.6.3.2. Karakteristik Perjalanan Penduduk Kota

Perjalanan penduduk merupakan bagian dari proses pembangunan secara

keseluruhan yang dipengaruhi oleh terjadinya pergeseran struktur ekonomi dan

sosial masyarakat perkotaan sehingga memicu terjadinya pergerakan penduduk

kota yang bermotif untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi individu

maupun kelompoknya dengan pola pergerakan yang beragam. Menurut (Golany,

1976) menyebutkan bahwa sekurangnya terdapat 5 (lima) kegiatan penduduk yang

berhubungan dengan penataan ruang sangat berperan dalam penentukan profil

perjalanan yaitu: 1). Permukiman, 2). Kawasan tempat bekerja, 3). Pusat

perbelanjaan, 4). Obyek wisata, 5). Kompleks pendidikan (sekolahan).

Gambar 1.1 Pola perjalanan antar zona yang berbeda dalam ruang

(Sumber: Golany, 1976)

= Volume Perjalanan Sangat Tinggi

= Volume Perjalanan Tinggi

= Volume Perjalanan Sedang

= Volume Perjalanan Rendah

1.6.4. Pejalan Kaki

Pejalan kaki adalah adalah pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan alat

maupun tanpa alat bantu (Tanan, 2011). Namun dalam perencanaan transportasi

sering terjadi pengabaian. Padahal diketahui bahwa seluruh manusia merupakan

pejalan kaki yang terdiri pejalan kaki jarak pendek, menengah, dan jauh. Namun

juga jika sudah tersedianya fasilitas pejalan kaki tidak seluruhnya digunakan

maupun dimanfaatkan oleh pejalan kaki sesuai fungsinya. Seperti digunakan oleh

15

pedagang kaki lima, sehingga pejalan kaki menggunakan badan jalan maka dengan

ini akan membahayakan keselamatan lalu lintas.

1.6.4.1. Karakterisik Pejalan Kaki

Karakteristik Pejalan Kaki merupakan bagian penting yang harus

dipertimbangkan untuk melakukan perancangan dan perencanaan fasilitas pejalan

kaki (Budi, 2008). Karakteristik pejalan kaki terbagi atas karakteristik mikroskopik

dan karakteristik makroskopik (Teknomo, 2002). Beberapa karakteristik pejalan

kaki pada level makroskopis misalnya adalah jarak perjalanan, tujuan perjalanan,

atau karakteristik sosial ekonomi. Kajian mengenai karakteristik pejalan kaki

sangat penting sebagai penentuan dimensi, material, serta pemilihan jenis fasilitas

yang akan diimplementasikan sangat dipengaruhi oleh karateristik pengguna

fasilitas itu sendiri, yakni pejalan kaki (Tanan, 2011).

1.6.4.2.Fasilitas Untuk Pejalan Kaki

Fasilitas Pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria berdasarkan pedoman

tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki dikawasan perkotaan No : 011/T/Bt1995

sebagai berikut:

a. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana pemasangan

fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan,

kenyamanan ataupun kelancaran perjalanan bagi pemakainya.

b. Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan kendaraan dan

jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai faktor dasar dalam pemilihan

fasilitas pejalan kaki yang memadai.

c. Pada lokasi-lokasi kawasan yang terdapat sarana dan prasarana umum.

d. Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu

kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya

diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syaratsyarat atau

ketentuan ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut

antara lain :

- Daerah industri

- Pusat perbelanjaan

- Pusat perkantoran

- Sekolah - Terminal Bus

- Perumahan

- Pusat hiburan

16

e. Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut :

- Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

1. Trotoar

2. Penyeberangan, antara lain sebagai berikut :

a. jembatan penyeberangan

b. zebra cross

c. pelican cross

d. terowongan

3. Non Trotoar

- Pelengkap Jalur Pejalan kaki yang terdiri dari :

a. Lapak tunggu

b. Rambu

c. Marka

d. Lampu lalu lintas

e. Bangunan pelengkap

1.6.5. Jembatan Penyeberangan Orang

Berdasarkan pedoman tata cara perencanaan jembatan penyeberangan pejalan

kaki di perkotaan Nomor 027/T/Bt/1995 menjelaskan ketentuan, dasar perencanaan

dan jenis fasilitas penyeberangan. Antara lain, meliputi:

1.6.5.1. Pengertian

Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi melewatkan

lalu lintas yang terputus pada kedua ujung jalan akibat adanya hambatan berupa

sungai, saluran, kanal, selat, lembah serta jalan dan jalan kereta api yang menyilang.

Jembatan penyeberangan pejalan kaki merupakan jembatan yang hanya

diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas di atas jalan raya atau

jalan kereta api. Sehingga jembatan penyeberangan pejalan kaki juga merupakan

suatu alat bantu dalam membantu manusia untuk melakukan aktivitas menyeberang

jalur lalu lintas untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas yang diketahui

marak terjadi dalam dalam waktu terakhir ini.

Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan

sebagai berikut :

a. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan

Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.

b. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan

pejalan kaki cukup tinggi.

17

c. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang

tinggi.

1.6.5.2. Fasilitas Penyeberangan jembatan penyeberangan

Penyeberangan Sebidang, meliputi :

a. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar, maka

fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan dan trotoar.

b. Untuk penyeberangan dengan Zebra cross dan Pelikan cross sebaiknya

ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.

c. Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan ditempatkan

tegak lurus sumbu jalan.

Dasar-dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti yang

tertera pada tabel 1.2, sebagai berikut :

Tabel 1.2. Fasilitas Penyeberangan berdasarkan PV2

PV2 P V Rekomendasi

>10”

>10 × 108

>108

>108

> 2 × 108

>10 × 108

50 – 1100

50 – 1100

50 – 1100

> 1100

50 – 1100

> 1100

300 – 500

400 – 750

> 500

> 300

> 750

> 400

Zebra

Zebra dengan lapak tunggu

Pelikan

Pelikan

Pelikan dengan lapak tunggu

Pelikan dengan lapak tunggu

Sumber : Dept. Pekerjaan Umum. No 027/T/Bt/1995

Dimana :

- P = Arus lalu-lintas penyeberang jalan yang menyeberang jalur lalu lintas

sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan pejalan kaki/jam

- V= Arus lalu-Iintas dua arah per jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam

18

Gambar 1.2. Grafik Fasilitas Penyeberangan berdasarkan PV2

(Sumber: Dept. Pekerjaan Umum. No 027/T/Bt/1995)

Catatan :

a. Arus penyeberang jalan dan arus lalu-lintas adalah rata-rata arus lalu-lintas

pada jam-jam sibuk

b. Lebar jalan merupakan faktor penentu untuk perlu atau tidaknya dipasang

lapak tunggu

c. Penyeberangan tidak sebidang

1.6.5.3.Kriteria pemilihan penyeberangan tidak sebidang (Jembatan

Peyeberangan Pejalan Kaki) adalah:

a. PV2 lebih dari 2 x 108, arus pejalan kaki (P) lebih dari 1.000 orang /jam, arus

kendaraan arah (V) lebih dari 750 kendaraan/jam, yang diambil dari arus

rata-rata selama 4 (empat) jam sibuk.

b. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana 70 km/jam

c. Pada kawasan strategis, tetapi tidak memungkinkan para penyeberang jalan

untuk menyeberang jalan selain pada jembatan penyeberangan.

19

Fungsi fasilitas pejalan kaki terbagi atas dua bagian, antara lain ditinjau dari :

a. Pejalan kaki, untuk memberikan kesempatan bagi lalu lintas orang sehingga

dapat berpapasan pada masing-masing arah atau menyiap dengan rasa aman

dan nyaman.

b. Lalu lintas, untuk menghindari bercampurnya atau terjadinya konflik antara

pejalan kaki dengan kendaraan

1.6.5.4.Pemilihan lokasi :

Berdasarkan tata cara perencanaan jembatan penyeberangan untuk pejalan

kaki di perkotaan No 027/T/Bt/1995 bahwa lokasi jembatan penyeberangan yang

direncanakan harus dilakukan pengukuran situasi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku terdiri sebagai berikut :

a. Mudah dilihat serta dapat dijangkau dengan mudah dan aman

b. Jarak maksimum dari pusat kegiatan dan keramaian serta pemberhentian bis

50 meter

c. Jarak minimum dari persimpangan jalan 50 meter

1.6.6. Faktor yang mepengaruhi penggunaan jembatan penyeberangan

Menurut (O’Flaherty 1997) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan

fasilitas penyeberangan tidak sebidang, diurutkan berdasarkan yang terpenting

menurut pejalan kaki adalah: a). Jarak (directness of route), b). Kemudahan (ease

of negotiation), c). Estetik (interest of specific features), d). Pertimbangan

lingkugan (general environmental appeal), e). Keselamatan (safety)

Menurut (Kurniaty, 2007) dalam pemanfaatan jembatan penyeberangan yang

enggan digunakan oleh pejalan kaki adalah kurangnya kesadaran pejalan kaki

sendiri terhadap keselamatan mereka (malas, melelahkan, meakan waktu jika

menggunakan jembatan penyeberangan) disamping itu, beberapa standar disain

jembatan penyeberangan yang kurang nyaman mengakibatkan tidak optimalnya

pemanfaatan fasilitas pejalan kaki.

Menurut (Fruin, 1979) dalam perencanaan fasilitas pejalan kaki termasuk

fasilitas penyeberangan haruslah memperhatikan tujuh sasaran utama yaitu: 1).

Keselamatan, 2). Kemudahan, 3). Keamanan, 3). Daya tarik, 4). Kenyamanan

6). Kelancaran, 7). Keterpaduan sistem.

20

Menurut (Bottomley, 1987) persyaratan umum bagi fasilitas pejalan kaki

adalah: aman, nyaman, mudah, dan jelas. Faktor yang harus dipertimbangkan

dalarn pengunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang adalah:

a. Tingkat keamanan dan keselamatan (safety) untuk menghindati terjadinya

kecelakaan

b. Tingkat konflik pejalan kaki dengan kendaraan (traffic) dengan perhitungan

secara kuantitatif

c. Efisiensi biaya

d. Ketepatan penggunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang dari segi

desain dan lokasi, serta kenyamanan dan kemudahan pcnggunaannya.

Semua warga harus dilatih untuk menjadi pemakai jalan yang baik pada

semua tingkat umur dan belajar mengenai keselamatan di jalan dan perilaku pejalan

kaki. Untuk kepentingan keamanan dan keselamatan pagar pengaman harus

dipasang pada tempat-tempat penyeberang yang berbahaya (Hobbs, 1995).

Disamping hubungan PV2 dinyatakan sebagai indikasi awal perlunya penyediaan

fasiiitas penyeberangan perlu di pertimbangkan juga beberapa hal ( Eddy Ellizon,

2011) seperti: 1). Headway antara kendaraan, 2). Peruntukan jalan, 3). Frekuensi

kecelakaan pada lokasi, 4). Pemanfaatan lahan disepanjang jalan, 5). Kapasitas

jalan, 6). Jarak jalan pejalan kaki rata-rata, 7). Lebar jalan

Kriteria penilaian tingkat efektifitas penggunaan jembatan penyeberangan ditinjau

dari persentase voleume pejalan kaki penyeberangan yang menggunakan jembatan

penyeberangan setara dengan pendapat arikunto suharsimi, sebagai berikut:

Tabel 1.3 Klasifikasi Penilaian Efektifitas Penggunaan Jembatan ditinjau

Berdasarkan Persentase Volume Pejalan Kaki

No Jumlah Pejalan Kaki Golongan Kategori

1 800 s.d 1.000 Tinggi

2 600 s.d 800 Cukup Tinggi

3 400 s.d 600 Agak Rendah

4 200 s.d 400 Rendah

5 0 s.d 200 Sangat Rendah

Sumber: Suharsimi, 2002

21

1.7. Kerangka Pemikiran

Kemajuan perkembangan suatu wilayah dan kota merupakan cerminan

keberhasilan suatu wilayah dalam menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang

dibarengi dengan perkembangan kualitas pembangunan manusia yang didalamnya

menyebabkan terjadinya pergeseran perubahan struktur ekonomi dan sosial

penduduk. Perkembangan Wilayah dan Kota memberikan pengaruh terhadap

lahirnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivtas sosial dan ekonomi

masyarakat yang semakin meningkat. Perkembangan pertumbuhan penduduk dan

sosial ekonomi tersebut tentunya berimbas pada semakin meningkatnya mobilitas

pergerakan penduduk untuk memenuhi tuntutan kehidupannya.

Fasilitas transportasi merupakan salah satu bagian kebutuhan penduduk

perkotaan dalam menunjang mobilitas pergerakan penduduk perkotaan dari satu

lokasi dengan lokasi lainnya yang mengharuskan untuk dipenuhinya fasilitas

transportasi untuk menjangkau perjalanan asal penduduk menuju perjalanan tujuan

penduduk secara efektif dan efisien. Kebijakan Pemerintah dalam menyediaan

faslitas transportasi perkotaan menjadi salah satu bentuk kemampuan daerah untuk

memenuhi kebutuhan penduduknya dalam menunjang mobilitas penduduk di

perkotaan khususnya kebijakan pembangunan jembatan penyeberangan pejalan

kaki yang diperuntukan sebagai fasilitas bagi pejalan kaki untuk menyeberang di

ruas jalan.

Permbangunan prasarana infrastruktur transportasi perkotaan seperti

penyediaan jembatan penyeberangan pejalan kaki oleh Pemerintah Kota Pekanbaru

yang tersebar di beberapa lokasi ruas jalan perkotaan dengan fungsi dan

penggunaan lahan yang beragam tentunya dibangun dengan tujuan untuk

memberikan manfaat bagi penggunanya namun sebaran penyediaan jembatan

penyeberangan pejalan kaki tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat

pemanfaatan yang bermanfaat tinggi bagi penggunanya yaitu pejalan kaki. Tingkat

pemanfaatan penggunaan jembatan penyeberangan pejalan kaki dalam penelitian

ini dilihat dari beberapa fenomena faktor seperti letak sebaran lokasi jembatan

penyeberangan, kesesuaian lokasi fasilitas pejalan kaki, karakteristik pejalan kaki,

dan faktor yang pengaruhi.

22

Namun pembangunan penyediaan jembatan penyeberangan pejalan kaki yang

tersebar di Kota Pekanbaru yang telah berfungsi masih ditemukan belum

seluruhnya memiliki pemanfaatan yang optimal. Sedangkan kawasan lokasi

jembatan tersebut memiliki intensitas pejalan kaki yang cukup ramai. Hal ini

mengakibatkan tejadinya inefektivitas pemanfaatan jembatan penyeberangan

pejalan kaki yang merupakan bagian dari infrastruktur transportasi Kota yang

tujuannya untuk memberikan ruang tersendiri bagi pejalan kaki di perkotaan.

Terjadinya inefektivitas disebabkan oleh rendahnya minta pejalan kaki yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor pengaruh dengan berbagai kriteria pengaruh

didalamnya antara lain faktor seperti: keselamatan, keamanan, kenyamanan,

kemudahan, desain, hambatan dan keterpaduan sistem. Dengan demikian dengan

melakukan berbagai penilaian terhadap berbagai faktor tersebut maka dapat

ditemukan sebab dan dampak masalah sehingga nantinya dapat mengenali akar

permasalahan yang ada dan dapat menjadi evaluasi kebijakan untuk meningkatan

efektivitas pemanfaatan penggunaan jembatan penyeberangan pejalan kaki.

23

Sebaran Jembatan Penyeberangan

Pejalan Kaki

Prasarana

- Jalan

- Jembatan penyeberangan kendaraan

- Jembatan penyeberangan pejalan kaki

- Halte

- Terminal

Sarana

- Mobil

- Bus

- Truk

- Sepeda motor

Perkembangan Aktivitas

Sosial dan Ekonomi

Pertumbuhan

Penduduk

Perkembangan Wilayah dan Kota

Penyediaan Infrastruktur

Transportasi Darat

Permasalahan Prilaku

Masyarakat yang

Mengabaikan Peraturan

Kebijakan Pembangunan

Jembatan Penyeberangan

Pejalan Kaki

Pergerakan Manusia dan

Kendaraan

Efektivitas Pemanfaatan Penggunaan

Jembatan Penyeberangan

Pejalan Kaki

Penilaian dan Optimalisasi Pemanfaatan

Jembatan Penyeberangan Pejalan Kaki

Terjadi inefektifitas

pemanfaatan Jembatan

Pemanfaatan penggunaan

Jembatan Penyeberangan

Faktor Yang Mempengaruhi

Penggunaan :

1. Keselamatan

- Peraturan dan Sanksi

- Pagar-Marka Jalan

2. Keamanan

- Petugas Keamanan

- Lampu Penerangan

3. Kenyamanan

- Ketinggian Jembatan

- Jumlah Anak Tangga

- Lantai Jembatan

- Pemeliharaan dan

Kebersihan

- Atap Pelindung

4. Kemudahan

- Lokasi

- Konstruksi

5. Desain

- Warna

- Arsitektur

6. Hambatan

- Pengemis/Pengamen/

Preman

- Pedagang Asongan dan

Kaki Lima

7. Keterpaduan sistem

- Halte

- Pangkalan Angkutan

Umum

Karakteristik

pejalan kaki

Rendahnya

Tingkat Minat

Pejalan Kaki

Kesesuaian

Lokasi

Jembatan

Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran

24

1.8. Definisi Operasional

1. Pejalan kaki merupakan pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan alat

maupun tanpa alat bantu (Tanan, 2011).

2. Fasilitas pejalan kaki merupakan seluruh prasarana dan sarana yang

disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi

kelancaran, keamanan, kenyamanan, serta keselamatan pejalan kaki

(Tanan, 2011).

3. Faktor sasaran pertimbangan perencanan fasilitas pejalan kaki yaitu:

keselamatan, kemudahan, keamanan, daya tarik, kenyamanan,

kelancaran, dan keterpaduan sistem (Fruin, 1979)

4. Jembatan penyeberangan pejalan kaki merupakan jembatan yang hanya

diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas di atas jalan raya

atau jalan kereta api (Dept. PU, 1995 )

5. Pelikan dengan lapak tunggu merupakan penyeberangan pelikan yang

dilengkapi dengan pulau pelindung dan rambu peringatan awal bangunan

pemisah untuk lalu lintas dua arah (Dept. Perhubungan, 1997).

6. Faktor faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan

pejalan kaki adalah keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan

kemudahan. (Survey puslitbang 2010-2011).

7. Faktor yang mempengaruhi fasilitas penyeberangan adalah keselamatan,

kenyamanan, kemudahan, keamanan, desain dan hambatan (Rudi, 2006)