bab i pendahuluan i.1 latar...

22
15 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan suatu wilayah maupun suatu negara. Salah satu contohnya adalah teknologi informasi dan komunikasi yang semakin lama semakin canggih. Perkembangan teknologi yang begitu cepat semakin mempermudah penyebaran informasi secara luas ke seluruh dunia dalam berbagai bentuk dan berbagai kepentingan. Dari sinilah muncul berbagai pengaruh globalisasi terhadap seluruh aspek kehidupan seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain-lain. Menurut pendapat Darmiyati (Maret, 2008), globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Edison, dalam bukunya yang berjudul Kewarganegaraan (2005) yang menyatakan bahwa globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Globalisasi telah memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan suatu negara, termasuk Indonesia. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan

Upload: buikhanh

Post on 27-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan suatu

wilayah maupun suatu negara. Salah satu contohnya adalah teknologi informasi dan

komunikasi yang semakin lama semakin canggih. Perkembangan teknologi yang

begitu cepat semakin mempermudah penyebaran informasi secara luas ke seluruh

dunia dalam berbagai bentuk dan berbagai kepentingan. Dari sinilah muncul berbagai

pengaruh globalisasi terhadap seluruh aspek kehidupan seperti bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain-lain.

Menurut pendapat Darmiyati (Maret, 2008), globalisasi merupakan suatu

proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Hal

yang berbeda diungkapkan oleh Edison, dalam bukunya yang berjudul

Kewarganegaraan (2005) yang menyatakan bahwa globalisasi pada hakikatnya adalah

suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh

bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi

pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Globalisasi telah memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan suatu

negara, termasuk Indonesia. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan

16

seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya, dan lain-lain dapat

mempengaruhi cara pandang dan pola pikir masyarakat. Dalam hal ini akan dibahas

lebih lanjut mengenai pengaruh globalisasi terhadap aspek ekonomi.

Dampak positif dari globalisasi perekonomian antara lain telah mengakibatkan

terjadinya peningkatan produksi, perluasan pasar bagi produk dalam negeri,

peningkatan modal dan teknologi yang lebih baik, tersedianya modal atau dana

tambahan bagi pembangunan ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan

kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan demikian, kehidupan

ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa juga mengalami

peningkatan.

Di sisi lain, dampak negatif dari globalisasi perekonomian antara lain telah

menghambat pertumbuhan sektor industri lokal, memperburuk neraca pembayaran,

memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan

mengakibatkan sektor keuangan menjadi semakin tidak stabil. Selain itu, dampak

negatif lain yang ditimbulkan oleh globalisasi ekonomi adalah hilangnya rasa cinta

terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri

(sepertiMcDonald’s, Coca Cola, Pizza Hut, dll.) yang membanjiri wilayah Indonesia.

Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala

berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. Adanya

persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi juga berpotensi menimbulkan terjadinya

kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin.

17

Pengaruh globalisasi perekonomian juga telah mengubah pola pikir para

pengusaha dalam dunia bisnis dan perdagangan. Saat ini, sistem bisnis dan

perdagangan tidak hanya sekedar menperjualbelikan produk saja melainkan juga

mengkomersilkan nama dan legalitas (merk) dari produk tertentu yang

diperdagangkan. Sistem inilah yang sering disebut sebagai bisnis waralaba. Bisnis

waralaba merupakan format usaha khusus dari lisensi dimana Francisor bukan hanya

menjual haknya, melainkan juga turut aktif membantu waralaba dalam menjalankan

bisnisnya. Sebagai model bisnis, waralaba telah mengalami peningkatan popularitas

yang signifikan sejak tiga dekade terakhir. Fenomena ini dapat dilihat dari fakta yang

terjadi pada era tahun 1970-an dimana waralaba telah menguasai sepertiga penjualan

domestik Amerika Serikat.

Di Indonesia, istilahwaralabatercantum di dalam Peraturan Pemerintah No. 16

Tahun 1997 tentang Waralaba. Demikian juga dalam Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba. Saat ini, sistem Waralaba

tengah menjadi trend dikalangan pembisnis lokal. Pada periode tahun 2000-2004

waralaba lokal mengalami perkembangan hingga 60%, sedangkan pertumbuhan

waralaba asing meningkat sebesar 27,35%. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme

terhadap waralaba lokal lebih menonjol dalam pengembangan industri di Indonesia,

tak terkecuali di Yogyakarta terutama di kecamatan Depok yang menjadi wilayah

penelitian.Perusahaan waralaba lokal yang mulai berkembang dengan pesat seiring

18

perkembangan zaman yang lebih modern dan adanya minat masyarakat yang tiap

waktu selalu meningkat dalam pemenuhan kebutuhan akan barang-barang yang instan

terutama dalam memenuhi kebutuhan makanan maupun minuman ang cepat saji.

Perusahaan waralaba ini pun berkembang pesat di wilayah Depok khususnya di desa

Catur Tunggal dan Condong Catur. Beberapa di antaramerk waralaba yang

berkembang di wilayah ini adalah Kebab Turki Baba Rafi, Kebab Kings, Corner

Kebab, Tela-tela, Mr.Burger, Big Burger, Villa Crepes, Juice Q-ta , Takoyaki dan

masih banyak lagi.Sehingga dengan banyaknya jenis waralaba yang berkembang

inilah yang mendasari penelitian yang berjudul „Distribusi Spasial Waralaba

Makanan di Kecamatan Depok.

I.2 Perumusan Masalah

Perkembangan pesat waralaba lokal dewasa ini belum diimbangi dengan

pemahaman secara jelas dan benar di kalangan masyarakat mengenaiwaralaba itu

sendiri. Istilah waralaba sering dipergunakan salah kaprah oleh masyarakat maupun

perusahaan waralaba itu sendiri. Beberapa kasus menggambarkan bahwa waralaba

adalah meminjamkan merk atau menjual bahan baku/resep dari suatu menu kepada

pihak lain. Pada kasus lain ada perusahaan yang menawarkan investasi kepada

pemilik modal dengan menyebutnya sebagai tawaran waralaba. Selain itu, adapula

bisnis yang mulai dijalankan, karena ingin segera memiliki cabang, maka waralaba

ini segera ditawarkan dipasaran.

19

Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) sebagai wadah yang menaungi

pewaralaba dan terwaralaba, mendefinisikan waralaba sebagai suatu sistem

pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merk

(franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan

bisnis dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu, namun dapat kita

lihat dengan jelas bahwa persebaran dari gerai waralabaitu sendiri relatif

mengelompok dan kurang tersebar dengan merata, hal tersebut dipengaruhi oleh

adanya berbagai faktor di dalamnya dan karakteristik dari masing-masing wilayah itu

sendiri.

Perkembangan dan persebaran waralaba makanan begitu pesatdi

Indonesia.Namun persebarannya tidak merata, hanya dibeberapa wilayah yang

memiliki akses yang terjangkau dan di wilayah yang sedang mengalami

perkembangan baik infrastruktur maupun jumlah populasi penduduknya.Seperti

yang terjadi di wilayah kecamatan Depok ini.Gerai waralaba menyebar di 2 wilayah

desa yakni desa Catur Tunggal dan desa Condong Catur. Padahal ada satu desa lagi

yang masih masuk dalam lingkup wilayah kecamatan Depok yaitu desa

Maguwoharjo., namun sebaran waralaba tidak berkembang di daerah ini karena

disebabkan beberapa faktor yang akan dikaji dalam penelitian ini.

20

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pola sebaran (spasial) waralaba makanan di

daerahpenelitian?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran waralaba makanan

ini di daerah penelitian?

I.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pola sebaran waralaba makanan di Indonesia khususnya

untuk wilayah kecamatan Depok.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran waralaba

makanan yang tersebar di wilayah kecamatan Depok.

I.4 Kegunaan dan Manfaat

Adapun kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di

Fakultas Geografi UGM.

2. Sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai bahan referensi para pelaku usaha Waralaba yang ingin

memperluas daerah pemasarannya.

21

1.5 Penelitian sebelumnya

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam beberapa hal dengan beberapa

penelitian sebelumnya yang diantaranya adalah Pola Distribusi Keruangan Anjungan

Tunai Mandiri Perbankan di Perkotaan Yogyakartaoleh Lina Wahyuni pada tahun

2002, Faktor Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket Di Perkotaan Yogyakarta

(Kasus: Gerai Indomaret dan Circle K) oleh Widya Alwarritzi 2008, Pola Distribusi

Spasial Industri Menengah dan Besar di Kabupaten Sleman oleh Inastri Nityasari

2009, dan Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (Distro) di Perkotaan

Yogyakarta oleh Ibnu Prabowo 2013. Pada dasarnya penelitian ini terlihat hampir

memiliki persamaan pada konsep penelitiannya, namun perbedaannya terdapat di

objek yang menjadi kajian penelitian dan lokasi penelitiannya. Secara lebih detil

untuk membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, diuraikan

lebih lanjut pada tabel 1.1 berikut ini.

22

Tabel 1.1.Matriks Penelitian Sebelumnya

No Penyusun Judul Tujuan Unit

Analisis

Metode

Penelitian

Hasil

1. Lina Wahyuni,

2002

Pola Distribusi Keruangan

Anjungan Tunai Mandiri

Perbankan di Perkotaan

Yogyakarta

1. Mengetahui pola sebaran

Anjungan Tunai Mandiri

Perbankan di Perkotaan

Yogyakarta

2. Mengetahui faktor yang

mempengaruhi

berdirinya ATM di

daerah penelitian

Bank ber-

atm

Deskriptif

Dan

Analisis

tetangga

terdekat

1.Deskripsi pola

sebaran Anjungan

Tunai Mandiri

Perbankan di

Perkotaan

Yogyakarta

2.Identifikasi faktor

yang mempengaruhi

berdirinya ATM di

daerah penelitian

2.

Widya

Alwarritzi

2008

Faktor Lokasi Persebaran

Waralaba Minimarket Di

Perkotaan Yogyakarta (Kasus:

Gerai Indomaret dan Circle K)

1.Mengetahui pola sebaran

dan arah perkembangan

waralaba minimarket di

Perkotaan Yogyakarta.

2.Mengidentifikasi faktor

lokasi berdirinya gerai

waralaba minimarket

Indomaret dan Circle K

dalam wilayah waralaba

individual eksklusif

Indomaret

dan Circle

K

Kualitatif dan

Kuantitatif

1.Deskripsi pola

sebaran dan arah

perkembangan gerai

Indomaret dan

Circle K.

2.Identifikasi faktor

lokasi berdirinya

gerai waralaba

minimarket

Indomaret dan

Circle K dalam

23

.

wilayah waralaba

individual eksklusif.

3. Inastri

Nityasari

2009

Pola Distribusi Spasial Industri

Menengah dan Besar di

Kabupaten Sleman

1. Mengetahui pola

distribusi spasial industri

menengah dan besar di

Kabupaten Sleman

2.Mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempunyai

hubungan dengan

distribusi spasial

industri menengah dan

besar di Kabupaten

Slema

Unit

industri

menengah

dan besar

di

Kabupaten

Sleman

1. Metode

analisis

kuantitatif

2. Analisis

SWOT

3. Analisis

Deskriptif

1. Karakteristik

Industri Menengah

dan Besar di

Kabupaten

Sleman.

2. Pola Distribusi

Spasial Industri

Menengah dan

Besar di

Kabupaten Sleman

3 Faktor – faktor

yang berhubungan

dengan distribusi

industri menengah

dan besar

4. Ibnu Prabowo

2013

Distribusi Spasial

Perkembangan Distribution

Outlet (Distro) di Perkotaan

Yogyakarta

Mengetahui proses

persebaran keruangan

(distribusi spasial) distro

di Perkotaan Yogyakarta

Sampel

distro di

daerah

penelitian.

Analisis

deskriptif

1.Definisi lengkap

mengenai distro

2.Proses distribusi

spasial distro di

Perkotaan

Yogyakarta

24

5. Dwi Nur Ihsan

2014

Distribusi Spasial UKM

Waralaba Makanan di

Kecamatan Depok Kabupaten

Sleman

1.Mengetahui pola sebaran

Waralaba makanan di

Indonesia khususnya

untuk wilayah

kecamatan Depok.

2.Mengetahui faktor-

faktor yang

mempengaruhi

persebaran

Waralabamakanan yang

tersebar di wilayah

kecamatan Depok

Gerai

Waralaba

yang

tersebar di

Kecamatan

Depok,

khususnya

desa Catur

Tunggal

dan

Condong

Catur

Analisis

deskriptif

Kualitatif

1.Identifikasi pola

sebaran Waralaba

makanan di

Indonesia

khususnya untuk

wilayah kecamatan

Depok.

2.Identifikasi faktor-

faktor yang

mempengaruhi

persebaran

Waralaba makanan

yang tersebar di

wilayah kecamatan

Depok

11

I.6 Landasan Teori

I.6.1 PengertianWaralaba

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16/1997 dan Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPP/Kep/7/1997, Waralaba

adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan

atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan

yang ditetapkan dalam rangka penyediaan barang dan/atau jasa. Definisi ini

lebih menekankan pada aspek yuridis waralaba berkaitan dengan hubungan

antara Franchisor dan Franchisee, dan melupakan pengertian manajerial

strategis yang terkandung dalam filosofi sistem bisnis itu sendiri.

Peraturan Menteri Perdagangan (No. 12/2006) menyebutkan bahwa

“Waralaba (Franchise) adalah perikatan antara Pemberi Waralaba dengan

Penerima Waralaba dimana Penerima Waralaba diberikan hak untuk

menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak

kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki

Pemberi Waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang

ditetapkan oleh Pemberi Waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan

12

dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh Pemberi

Waralaba kepada Penerima Waralaba”.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bambang (2007) mendefinisikan

istilah waralaba sebagai satu bentuk sinergis usaha yang ditawarkan oleh

suatu perusahaan yang sudah memiliki kinerja unggul karena didukung oleh

sumberdaya berbasis ilmu pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang

cukup tinggi dengan governance structure (tata kelola) yang baik, dan dapat

dimanfaatkan oleh pihak lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk

menjalankan bisnis di bawah format bisnisnya dengan imbalan yang

disepakati. Definisi ini tidak hanya menekankan pada aspek legal, tetapi juga

manajerial.

I.6.2 Pendekatan Keruangan dan Konteks Wilayah dalam Geografi

Geografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan

kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

dimuka bumi baik yang fisik maupun biotik beserta permasalahannya

melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan

program, proses dan keberhasilan pembangunan.

13

Salah satu ciri yang membedakan geografi dengan ilmu-ilmu lain

adalah pendekatan keruangan, dengan unsur-unsur seperti

a. Spatial pattern yang memperhatikan lokasi.

b. Spatial system yang memperhatikan hubungan timbal balik, interaksi dan

integrasi.

Analisis keruangan analisis yang mempelajari perbedaan lokasi

ditinjau dari sifat-sifat penting di dalamnya.Dengan pertanyaan mengenai

faktor-faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut

dapat diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan lebih wajar.

Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus

diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada

dan kedua,penyediaanruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan

yang telah direncanakan (Bintarto dan Surastopo,1991).

Analisis keruangan dalam Geografibermanfaat dalam aplikasinya

terhadap masalah perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada unsur penting

geografi, yaitu :

1.Integration of phenomena in place.

Dalam hal ini dipelajari tentang unit keruangan, seperti region

atau areas.Selain itu juga menganalisa ruang seperti luas dan sifat

wilayah, interaksi antar wilayah, fungsi ruang dan sebagainya.

14

2.Distribution or the association of elements over space.

Dipelajari mengenai pola keruangan, misalnya mendeteksi daerah

surplus dan daerah minus, daerah padat penduduk dan daerah yang jarang

penduduk, dan manfaat lainnya.Kemudian membahas keterkaitan gejala-

gejala tersebut.

3. The organisation of phenomena in space

Dalam hal ini dipelajari mengenai organisasi atau struktur

mengenai keruangan (tata ruang), proses perubahan dan statusnya bila

dilihat dan ditinjau dari segi hirarki. Karakter keruangan (tata ruang) menurut

Bintarto (dalam buku Widyatmoko, D. S, dan Lutfi Muta'ali, 2000) sangat erat

kaitannya dengan beberapa unsur diantaranya:

(1) jarak, baik absolut maupun relatif,

(2) site dan situation,

(3) aksesibilitas,

(4) keterkaitan,

(5) pola atau pattern.

Dalam pendekatan kompleks wilayah, yang merupakan kombinasi

antara analisa keruangan dan analisa ekologi, lebih dikenal dengan pengertian

areal differentiation. Yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah

akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan

15

wilayah yang lain, oleh karena terdapat permintaan dan penawaran antar

wilayah tersebut. Pada analisa demikian diperhatikan pula mengenai

penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara

variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya

(analisa ekologi). Dalam hubungan dengan analisa kompleks wilayah ini

ramalan wilayah (regional forecasting) dan perancangan wilayah (regional

planning) merupakan aspek-aspek dalam analisa tersebut (Bintarto dan

Surastopo,1979).

I.6.3 Teori Penentuan Lokasi

Konsep yang dikemukakan Christaller adalah range of good

(jangkauan) dan threshold (nilai ambang).Konsep threshold adalah jumlah

penduduk minimal yangdiperlukan untuk mendukung suatu barang atau

pelayanan sebagai tempat pusat, sebelum tempat pelayanan tersebut dapat

beroperasi secara menguntungkan. Ukuran yang diperlukan untuk suatu

threshold akan bervariasi sesuai dengan jenis barang atau pelayanan. Setiap

barang atau pelayanan mempunyai daerah pasar yang berbeda

ukurannya.Sedangkan untuk konsep range of good, setiap barang atau

pelayanan yang ada di tempat sentral mempunyai harga yang berbeda (untuk

16

konsumen)disesuai dengan jauh dekatnya konsumen tinggal.Perilaku

konsumen akan selalu mencari tempat pusat yang terdekat untuk mendapatkan

barang maupun pelayanan dengan kualitas yang sama. Karena secara umum

dengan semakin jauh jangkauan tempat pusat yang melayani kebutuhan suatu

konsumen, maka tambahan biaya yang diperlukanakan semakin tinggi.

Bagi range of good services terdapat dua limit, yaitu

1. The inner limit, yang membatasi wilayah yang didiami oleh

threshold population, yaitu jumlah minimal konsumen yang dibutuhkan

agar barang atau jasa dapat menguntungkan.

2. The outer limit, ini membatasi range of goods or services, diluar itu para

konsumen akan pergi ke tempat sentral lain untuk mendapatkan barang

atau jasa, atau menolak kedua-keduanya, karena ongkos transpot yang

tinggi. Jadi hanyalah mereka yang mendiami range yang akan beruntung

(Small and Witherick, Daldjoeni, 1997).

Barang maupun pelayanan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. High order goods sevices, yaitu barang atau jasa yang memiliki threshold

dan range yang besar, umumnya terdapat di pusat kota (tempat pusat).

2. Low order goods services, yaitu barang atau jasa yang memiliki

thresholddan range yang rendah, yang umumnya terdapat di desa

atau daerah dengan hirarki rendah (Christaller, Daldjoeni, 1997).

17

Lebih lanjut Christaller mengemukakan bahwa sentralitas suatu

tempat tidak ditentukan oleh lokasinya di pusat, tetapi karena adanya berbagai

pekerjaan sentral, barang sentral dan pelayanan sentral. Dalam hal ini jarak

ekonomi, yaitu jumlah uang yang diperlukan untuk membiayai segala

pengeluaran (biaya transportasi, waktu dan susah payahnya) suatu barang

atau jasa sangat penting.

Perkembangan tempat-tempat sentral tergantung konsumsi barang

sentral faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi :

a. Penduduk (distribusi, kepadatan dan strukturnya),

b. Permintaan, penawaran serta harga barang,

c. Kondisi wilayah dan transportasi.

I.6.4 Eksistensi Pusat Pelayanan dan Aglomerasi

Kekontrasan yang begitu mencolok antara kota dan desa yakni berupa

kemampuan sumber daya manusiadalam mengatur ruang hidupnya.

Sebagian besar penduduk terkonsentrasi di kawasan perkotaan yang

teritorialnya sempit jika dibandingkan dengan seluruh wilayah negara.

18

Konsentrasi penduduk tersebut sudah dimulai sejak sejarah kuno,

adapun lahirnya kota-kota memiliki tiga fungsi, sebagai berikut :

a. Fungsi melancarkan pengawasan (administratif-politis)

b. Fungsi berperan sebagai pusat pertukaran (komersial)

c. Fungsi memproses bahan sumber daya (industrial)

Dua fungsi terdahulu dalam arti umum berarti melayani sebagai

central place oleh pihak pusat wilayah, terhadap teritorial di sekelilingnya

yang dikenal dengan kawasan pedalaman atau hinterland (Daldjoeni, 1997).

Pusat pelayanan dibutuhkan karena manusia memerlukan barang dan

jasa yang tidak dapat mereka produksi sendiri.Untuk memperolehnya

diperlukan suatu tempat di mana barang-barang tersebut dapat

ditukarkan.Kevin R. Cox (1972) menyatakan pemikiran geografis dari simpul

yaitu prinsip pemusatan (aglomerasi) adalah penghematan.Demi tercapainya

tujuan tersebut dilakukan aglomerasi dalam melakukan kegiatan secara

bersama-sama. Penduduk, pabrik-pabrik, pedagang eceran, rumah sakit dan

pelayanan lainnya mengelompok di kota karena hal ini mengurangi biaya

dalam melakukan berbagai aktivitas.

Aglomerasi juga berfungsi mengurangi jarak total yang semestinya

ditempuh, sehingga hal itu termasuk pemuasan secara geografis, juga

menguntungkan dalam arti ekonomis karena dengan berbuat sedikit saja dapat

19

diperoleh hasil yang banyak. Tinjauan manusia secara umum disamping

memenuhi kebutuhan lainnya, tanpa harus mengulang perjalanan dari rumah

ke tujuan tambahan tersebut. Sehingga perjalanan dikurangi dengan cara

mengusahakan pemusatan kegiatan (travel is reducedby nucleating activities).

1.6.5 Pola Distribusi

Pola (pattern) adalah kekhasan gejala tertentu di dalam ruang atau

wilayah, sementara itu pola keruangan dapat dilihat dari tiga jenis

kenampakan antara lain kenampakan titik (point features), kenampakan garis

(linear features), dan kenampakan area (areal features).

Pola distribusi spasial merupakan, bentuk pola distribusi kekhasan

titik-titik yang dilihat dari lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini lingkungan

sekitar gerai waralaba adalah berbagai sarana prasana pendukung yang juga

dapat memberikan pelayanan tambahan pada konsumen waralaba.

Pada dasarnya, pola distribusi atau persebaran industri dapat dibagi

menjadi tiga macam yaitu :

a. Pola bergerombol/mengelompok (cluster pattern)

b. Pola tersebar tidak merata/acak (random pattern)

c. Pola tersebar merata (dispersed pattern)

20

1.6.6 Analisis Cluster

Analisis cluster adalah pengorganisasian kumpulan pola ke dalam

cluster (kelompok-kelompok) berdasar atas kesamaannya. Tujuan utama

analisis cluster adalah mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan

karakteristik di antara objek-objek tersebut. Objek bisa berupa produk (barang

dan jasa), benda (tumbuhan atau lainnya), serta orang (responden, konsumen

atau yang lain). Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih

cluster (kelompok) sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan

mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Jadi definisi analisis cluster

secara lebih spesifik adalah : adalah teknik analisis yang mempunyai tujuan

utama untuk mengelompokkan objek-objek/cases berdasarkan karakteristik

yang dimilikinya. Analisis cluster mengklasifikasi objek sehingga setiap objek

yang memiliki sifat yang mirip (paling dekat kesamaannya) akan

mengelompok kedalam satu cluster (kelompok) yang sama.

Pola-pola dalam suatu cluster akan memiliki kesamaan ciri/sifat

daripada pola-pola dalam cluster yang lainnya. Secara logika, cluster yang

baik adalah cluster yang mempunyai:

1.Homogenitas(kesamaan) yang tinggi antar anggota dalam satu cluster

(within-cluster)

21

2.Heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar cluster yang satu dengan

cluster yang lainnya (between-cluster).

Beberapa manfaat dari analisis cluster adalah: eksplorasi data peubah

ganda, reduksi data, stratifikasi sampling, prediksi keadaan obyek. Hasil dari

analisis cluster dipengaruhi oleh: obyek yang diclusterkan, peubah yang

diamati, ukuran kemiripan (jarak) yang dipakai, skala ukuran yang dipakai,

serta metode pengclusteran yang digunakan. Metodologi clustering lebih

cocok digunakan untuk eksplorasi hubungan antar data untuk membuat suatu

penilaian terhadap strukturnya.

Dalam Analisis Cluster dilakukan pengukuran terhadap kesamaan

antar objek (similarity). Sesuai prinsip analisis cluster yang mengelompokkan

objek yang mempunyai kemiripan, proses pertama adalah mengukur seberapa

jauh ada kesamaan antar objek. Metode yang digunakan:

1. Mengukur korelasi antar sepasang objek pada beberapa variabel

2. Mengukur jarak (distance) antara dua objek. Pengukuran ada

bermacam-macam, yang paling popular adalah metode Euclidian

distance.

22

Metode lain yang digunakan dalam membuat cluster diantaranya

adalah:

1. Metode Hirarki

Metode ini memulai pengelompokan dengan dengan dua atau

lebih objek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian

proses diteruskan ke objek lain yang mempunyai kedekatan kedua.

Demikian seterusnya sehingga cluster akan membentuk semacam

“pohon”, di mana ada hirarki (tingkatan) yang jelas antar objek, dari

yang paling mirip sampai paling tidak mirip. Secara logika semua

objek pada akhirnya akan membentuk sebuah cluster.

2. Metode Non Hirarki

Berbeda dengan metode hirarki, metode ini justru dimulai

dengan terlebih dahulu jumlah cluster yang diinginkan (dua cluster,

tiga cluster atau yang lain). Setelah jumlah cluster diketahui, baru

proses cluster dilakukan tanpa mengikuti proses hirarki. Metode ini

biasa disebut dengan K-Means Cluster.