bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/44315/2/jiptummpp-gdl-riskymaula-50804... ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia di Indonesia khususnya
peningkatan status dan peranan perempuan telah lama dimulai. Secara
eksplisit dengan gencar hal tersebut dilaksanakan ketika lembaga
kementrian peranan wanita didirikan secara resmi akhir tahun tujuh
puluhan. Pendekatan pembangunan peranan wanita seiring dengan
pendekatan pembangunan secara umum, sehingga dikenal pendekatan
Women In Development (WID), kemudian Women And Development
(WAD) dan terakhir Gender And Development (GAD).
Konsep pembangunan peranan wanita yang digunakan
berkembang menjadi Pemberdayaan Perempuan, karena meningkatkan
peranan perempuan saja tidak cukup efektif menuju kesetaraan gender.
Harus ada transformasi kekuasaan, sehingga perempuan berdaya setara
dengan laki-laki. Memberdayakan berarti meningkatkan kualitas
perempuan sejak dari akar permasalahan hingga aspek lainnya, disegala
bidang.1
Kultur masyarakat Indonesia yang cenderung patriarkhis
memungkinkan terdapatnya pendikotomian serta subordinasi terhadap
nilai dan peran gender yang merupakan gambaran dari konstruksi sosial
serta budaya relasi laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya pembedaan
1 Sugiarti, dkk. Pembangunan dalam Perspektif Gender, (Malang : UMM Press, 2003), Hlm.187.
2
tersebut tidak akan menjadi masalah selama pembedaan tersebut tidak
merendahkan baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, dalam
kehidupan masyarakat ditemukan pendikotomian/pembedaan berdasarkan
jenis kelamin tertentu dan yang lebih banyak adalah perempuan yang
menjadi korban.2
Dalam perkembangan masyarakat terjadi adanya perubahan peran
dan status dan itu merupakan proses yang menjadi kebiasaan dan telah
membudaya. Perubahan ini terkadang menimbulkan adanya ketidakadilan
antara laki-laki dan perempuan. Biasanya akibat adanya perubahan peran
tersebut maka peran publik atau umum sebagai peran laki-laki, sedangkan
peran domestik merupakan sebagai peran perempuan.
Secara tradisi telah turun-temurun, perempuan ditempatkan pada
posisi yang kurang beruntung yaitu hanya terpusat pada aktifitas rumah
tangga atau urusan domestik. Akibat adanya tradisi yang telah turun-
temurun maka beredar anggapan bahwa perempuan tidak usah sekolah
atau mempunyai pendidikan tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan
diperistri dan mempunyai anak serta mengurus anak dan suami. Hal ini
secara tidak langsung telah terinternalisasi kepada setiap generasi dalam
masyarakat sehingga menjadi sebuah nilai atau konsensus yang berlaku
dalam masyarakat sehingga menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari
pada kaum perempuan.
2 Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010),
Hlm.45.
3
Pemberdayaan kaum perempuan, termasuk di dalamnya organisasi
perempuan sangat penting dan selalu relevan untuk diperjuangkan secara
serius melalui upaya-upaya yang comprehensif, sistematis, dan
berkesinambungan. Banyak upaya yang dapat dilakukan secara bersama-
sama dalam rangka membantu pemberdayaan kaum perempuan. Hal ini
didasaridari kehidupan di pedesaan masih menganggap bahwa kaum
perempuan sebagai pelengkap dalam rumah tangga. Pada zaman dahulu,
muncul anggapan yang kuat dalam masyarakat bahwa kaum perempuan
adalah ”konco wingking” (teman di belakang) bagi suami yang “swarga
nunut neraka katut” (kesurga ikut, ke neraka terbawa). Kata “nunut” dan
katut dalam bahasa Jawa berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif,
sehingga nasibnya sangat tergantung kepada suami.
Kaum perempuan seringkali kurang mendapatkan kesempatan yang
cukup untuk berkiprah dalam kehidupan sosial bila dibandingkan dengan
laki-laki. Hal ini terjadi karena masih lekatnya ketidakadilan gender dalam
masyarakat yang berwujud dalam marginalisasi atau proses pemiskinan
ekonomi, subordinasi atau anggapan yang bersifat menyepelekan (tidak
penting) kepada kaum perempuan, bahkan kekerasan (violence) termasuk
dalam hal bekerja atau justru beban kerja yang lebih panjang atau lebih
banyak (double burden). Bentuk ketidakadilan gender ini tidak dapat
dipisah-pisahkan karena saling terkait dan berhubungan, serta saling
mempengaruhi.
4
Kemiskinan yang dihadapi oleh perempuan membuat mereka tidak
banyak memiliki alternative dalam mencari pekerjaan. Kemiskinan
menyebabkan mereka tidak dapat memperoleh kesempatan untuk
mengenyam pendidikan yang memadai, menyebabkan mereka tidak dapat
berbuat banyak dalam memilih pekerjaan dan menuntut haknya sebagai
buruh. Keterampilan yang rendah menyebabkan perempuan miskin berada
dalam kedudukan yang lemah dalam menghadapi persaingan menghadapi
buruh laki-laki. Mereka juga menghadapi dilema antara keinginan mereka
untuk bekerja guna memenuhi kehidupan keluarga dan tugas mereka
sebagai ibu rumah tangga.
Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan
Muhammadiyah yang didirikan pada tahun 1917 berusaha untuk
“membenahi” pandangan yang merendahkan / kurang menghargai
sumbangan perempuan dalam pengembangan masyarakat dan
pembangunan belum dipahami secara tepat dan mengakibatkan belum
diterima sepenuhnya oleh para pengambil keputusan, perumus
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan. Aisyiyah sebagai salah satu
organisasi perempuan paling tua di Indonesia, memiliki potensi yang
sangat besar dan sejarah yang panjang dalam proses pemberdayaan kaum
perempuan. Jauh sebelum didirikan secara resmi tahun 1917, aisyiyah
5
(waktu itu masih bernama sopo tresno yang berarti “siap suka”) telah
melakukan tiga program pemberdayaan.3
Organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
wacana gender termasuk partisipasi politik perempuan, melalui kegiatan
organisasi , kaum perempuan diharapkan dapat menghimpun kesadaran
kolektif akan pentingnya perjuangan hak-hak yang selama ini terabaikan.
Perkumpulan Aisyiyah senantiasa aktif berpartisipasi dalam rangka
manusia seutuhnya, termasuk didalamnya mengagkat derajat kaum wanita
dengan melalui berbagai amal usahanya. Hal tersebut dilakukan karena
Aisyiyah memandang wanita atau perempuan sebagai warga masyarakat
yang keberadaannya di dalam masyarakat sama dengan masyarakat yang
lain yakni pria atau lelaki apabila kaum wanita itu diberi kesempatan,
maka ia akan mampu juga mengerjakan apa yang dikerjakan oleh kaum
laki-laki. Sehingga kedudukan wanita itu sama dengan laki-laki.
Melihat dari permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan Judul “Peran Organisasi Aisyiyah Dalam Pemberdayaan
Perempuan (Studi pada Organisasi Aisyiyah Cabang Bumiaji Kota Batu).
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas
maka dapat diidentifikasi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3 Indah Ahdiah. Peran-peran Perempuan dalam Masyarakat. Vol 05 no.02 oktober 2013
http:download.portalgaruda.org diakses pada tanggal 6 februari 2017
6
1. Bagaimana peran Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan di Bumiaji
Kota Batu ?
2. Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan di organisasi Aisyiyah
Bumiaji Kota Batu?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peran Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan di Bumiaji
Kota Batu.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pemberdayaan perempuan oleh organisasi Aisyiyah Bumiaji Kota Batu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini secara umum terbagi ke
dalam dua kategori. Yaitu yang pertama manfaat secara teoritis dan yang
kedua manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan kajian sosiologi khususnya dalam bidang
Sosiologi Pembangunan dan Sosiologi Gender.
b. Memberikan gambaran dan pemahaman baru kepada peneliti maupun
masyarakat luas pada umumnya untuk lebih mengetahui tentang peran
organisasi Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan.
7
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi masyarakat: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan informasi ataupun pengetahuan kepada masyarakat tentang
peran dari organisasi Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan.
b. Manfaat bagi pemerintah: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi pemerintah daerah/kota, maupun kelompok/organisasi lain
yang ingin melakukan upaya pemberdayaan perempuan.
c. Manfaat bagi mahasiswa: Dapat menjadi referensi baru yang dapat
menjadi rujukan guna menunjang keilmuan khususnya di bidang
Sosiologi Pembangunan dan mempertajam analisis sosial mahasiswa di
lapangan terkait pemberdayaan perempuan.
1.5 Definisi Konsep
Definisi konsep digunakan untuk mengetahui pengertian serta
batasan dari setiap konsep yang ada dalam penelitian. Konsep-konsep
tersebut antara lain yaitu :
a. Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai
arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks
pegharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya
8
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan. Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan
sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu
rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.4
b. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan menurut Kartasasmita sebagaimana
dikutip oleh Hikmat dkk adalah upaya memperkuat unsur-unsur kebudayaan
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat (dalam hal ini
perempuan) yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan
kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan atau proses memampukan dan memandirikan masyarakat.5
Pemberdayaan perempuan adalah usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akan
membaik hanya ketika perempuan dapat mandiri dan mampu menguasai
atas keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya.6
c. Organisasi Aisyiyah
Organisasi Aisyiyah merupakan organisasi komponen wanita
persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal
19 Mei 1917. Organisasi Aisyiyah merupakan gerakan wanita, keislaman
4 Peran. http://digilib.unila.ac.id/85/8/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 7 Februari 2017.
5 Peran. http://digilib.unila.ac.id/85/8/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 7 Februari 2017.
6 Pemberdayaan Perempuan. http://digilib.uinsby.ac.id/9383/8/bab%202.pdf diakses pada
tangga 7 februari 2017
9
dan kekinian, maka gerakannya pun tidak surut oleh wanita sejarah.
Aisyiyah selalu tampil dalam memperjuangkan hak dan peran wanita dalam
dunia dunia politik dan domestik, menentang diskriminasi gender,
menentang perlakuan kekerasan dalam dunia domestik dan publik,
perlindungan hak-hak kesehatan, dan perlindungan anak.7
Organisasi Aisyiyah juga organisasi otonom Muhammadiyah yang
turut andil mengembangkan pendidikan Islam di masyarakat. Melalui
dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Organisasi sosial yang menjalankan
peran dalam rangka membentuk kepribadian muslim yang seimbanh antara
moral dan intelektual. 8
1.6 Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
sistematis, mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan metode yang
tepat, dimana data yang dikumpulkan harus ada relevansinya dengan
masalah yang dihadapi. Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu pekerjaan. Metode penelitian
mempunyai peran yang penting dalam pengumpulan data, merumuskan
masalah, analisis dan interpretasi data, sedangkan metode penelitian dalam
penulisan penelitian adalah :
7 Ida Yuliawati. Sejarah Organisasi Aisyiyah dan Peranannya dalam Pengangkatan Derajat Kaum
Wanita di Semarang. http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id diakses pada tanggal 7 Februari 2017 8 Heni R. 2014. Peran Ranting Aisyiyah Sangkrah dalam Pengembangan Pendidikan Islam di
Mayarakat periode 2010-2015. http://eprints.ums.ac.id.pdf diakses pada tanggal 7 februari 2017
10
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.
Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain
sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.9
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana
dalam Imam Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu
secara holistik (utuh).10
Dalam pendapat lain, Creswell sebagaimana dalam Imam Gunawan
mengemukakan pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk
membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif
(misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-
nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola
pengetahuan tertentu), atau berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya,
9Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,( Jakarta : Salemba
Humanika, 2010), Hlm.9. 10
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT. BUMI Aksara, 2013), Hlm.82.
11
orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau
keduanya).11
Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya
mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian
kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan
orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.
Esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami yang diartikan sebagai
memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami pola pikir dan sudut
pandang orang lain, memahami sebuah fenomena dalam konteks sosial
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan yang diteliti.12
b. Jenis Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diteliti dalam penelitian ini maka
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jenis
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini
sedang terjadi (dalam ruang lingkup penelitian). Dalam penelitian ini data
yang dikumpulkan berupa bentuk peran organisasi aisyiyah cabang
bumiaji dalam pemberdayaan perempuan. Moh. Nazir berpendapat bahwa
metode deskriptif adalah suatau metode dalam meneliti status kelompok
11
Ibid, Hlm.83. 12
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,( Jakarta : Salemba Humanika, 2010), Hlm.9.
12
manusia, suatu objek, suatau set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.13
c. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu. Alasan pemilihan Lokasi karena berdasarkan hasil pantauan,
peneliti melihat bahwa Aisyiyah Cabang Bumiaji cukup aktif dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya serta disesuaikan dengan tempat
pemberdayaan perempuan yang dilakukannya.
d. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling (bertujuan) yang merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Kita memilih orang yang benar-benar mengetahui
atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.14
Menurut
Sugiyono, purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data
yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif.15
Maka dari itu peneliti
membuat pertimbangan dan kriteria sebagai berikut :
1. Ketua Cabang dan Pengurus Aisyiyah Bumiaji. Subyek ini diambil
karena dari hasil wawancara dengannya akan didapat beberapa informasi
terkait seluk beluk dan peran organisasi aisyiyah cabang Bumiaji dalam
13
Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm.201. 14
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hlm.79. 15
Sugiyono , Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D ,( Bandung : Alfabeta, 2013), Hlm.216.
13
pemberdayaan perempuan. Selain itu, ketua cabang dan pengurus adalah
pihak yang paling mengetahui tentang sejarah, proses dan hasil dari
pemberdayaan. Oleh karena itu, pengurus yang diambil untuk dijadikan
subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pengurus yang telah
bergabung dalam kepengurusan Aisyiyah minimal 3 tahun. Dengan
demikian, secara otomatis pengurus tersebut akan mengetahui tentang
segala kegiatan Aisyiyah terkait pemberdayaan perempuan.
Pengurus yang dipilih sebagai subjek merupakan pengurus yang secara
aktif mengikuti kegiatan pemberdayaan. Aktif yang dimaksud yaitu,
subyek merupakan aktor-aktor utama yang melakukan pemberdayaan, di
mana ia selalu membantu ketua cabang Aisyiyah Bumiaji untuk
melakukan pemberdayaan perempuan. Sementara kriteria terakhir, subjek
merupakan pengurus yang rumahnya berada di Desa Gunungsari, di
mana secara spasial ia berdekatan dengan Masjid Al-Ikhlas tempat
pemberdayaan Rumah Terampil dilaksanakan.
2. Anggota Aisyiyah Cabang Bumiaji. Anggota yang akan dijadikan subjek
penelitian adalah yang telah menjadi anggota minimal 3 tahun. Hal ini
dikarenakan mereka merupakan bagian dari subyek pemberdayaan
perempuan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
tersebut. Lama keikutsertaan mereka selama minimal 3 tahun tentunya
menjadikan ia mengerti tentang seluk beluk pemberdayaan yang
dilakukan oleh Aisyiyah Cabang Bumiaji. Selain kriteria tersebut, kriteria
selanjutnya yaitu subjek secara aktif mengikuti pemberdayaan yang
14
dilaksanakan oleh Aisyiyah. Keaktifan tersebut diartikan, subjek jarang
sekali absen di setiap pertemuan, khususnya dalam kegiatan
pemberdayaan perempuan.
3. Objek Pemberdayaan. Yaitu pihak yang diberdayakan oleh Aisyiyah
minimal 1 tahun. Hal ini penting untuk diwawancarai karena untuk
mengetahui seberapa intensifkan program pemberdayaan yang dinilai
dari pihak yang diberdayakan. Dengan kata lain, untuk mengcrossceck,
apakah yang telah dilakukan oleh Aisyiyah telah baik dari sisi pihak yang
diberdayakan, tidak hanya dari ketua, pengurus maupun anggota. Selain
kriteria tersebut, kriteria lain dari objek pemberdayaan adalah, subjek
selalu aktif mengikuti pemberdayaan dan jarang sekali absen di setiap
pertemuannya.
e. Sumber Data
Menurut Lofland Husaini sebagaimana dalam Lexy J. Moleong,
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah sata tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau
film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
15
berperan serta dalam hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar, dan bertanya.16
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari
segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.17
Sumber yang digunakan peneliti adalah
sebagai berikut :
a) Data Primer
Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya, diperoleh dengan cara menggali sumber asli
secara langsung melalui subjek. Data diperoleh melalui wawancara secara
mendalam dan pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer ada
penelitian ini adalah pimpinan, pengurus, serta anggota Aisyiyah Cabang
Bumiaji Kota Batu.
b) Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan
data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi yang diperoleh oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat
dikatakan data sekunder ini berupa hasil penelitian terdahulu, jurnal dan
berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian khususnya yang 16
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2000), Cet ke-13, Hlm.112. 17
Ibid, Hlm.113
16
berkaitan dengan peran organisasi Aisyiyah dalam pemberdayaan
perempuan.
1.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan ini dilakukan dengan
cara:
a. Observasi
Metode Observasi (pengamatan), merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan
mengamati hal-hal, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan
perasaan.18
Peneliti mengadakan pengamatan langsung tentang peran
Organisasi Aisyiyah Cabang Bumiaji dalam Pemberdayaan Perempuan
melalui program dan kegiatannya.
Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, yaitu observasi
yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa
yang menarik, melakukan analisis, dan kemudian dibuat kesimpulan.19
Melalui pengamatan lapangan, peneliti juga bisa memperoleh kesan-kesan
pribadi dari setiap subjeknya dan merasakan situasi sosial yang diteliti.
18
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012), Hlm.165. 19
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012), Hlm.165.
17
b. Wawancara
Metode wawancara, merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (Interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.20
Sedangkan dalam pendapat
lain Stewart dan Cash mengartikan wawancara sebagai sebuah interaksi
yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung
jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah
suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan atau memulai
pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.21
.Dalam
penelitian ini peniliti ingin melakukan wawancara kepada para subjek
terkait peran Aisyiyah Cabang Bumiaji dalam pemberdayaan perempuan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat
berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.22
Dalam pendapat
lain, studi dokumentasi diartikan sebagai suatu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.23
20
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2007), Cet. Ke-23, Hlm.186. 21
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,( Jakarta : Salemba Humanika, 2010), Hlm.131. 22
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2011), Hlm.70. 23
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,( Jakarta : Salemba Humanika, 2010), Hlm.143..
18
Dalam pendapat lain, Bungin sebagaimana dalam Imam Gunawan
mengemukakan teknik dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk
menelusuri data dan historis.24
Untuk data yang lebih akurat, peneliti juga
mencari data tertulis seperti profil umum Organisasi Aisyiyah Cabang
Bumiaji, Panduan Program kegiatan serta foto-foto kegiatan yang
dilakukan Aisyiyah Cabang Bumiaji.
1.8 Teknik Analisa Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan
mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nazir
mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah. Karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.25
Pendapat lain mengemukakan analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
dicari, dan memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.26
Ada berbagai
cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
24
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT. BUMI Aksara, 2013), Hlm.177. 25
Moh Nazir D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), Hlm.405. 26
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2007), Cet. Ke-23, Hlm.248.
19
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lokasi penelitian dengan melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi
pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus
serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
b. Reduksi Data
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data
dalam penelitian ini. Kegiatan reduksi data dalam penelitian ini bertujuan
untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah
dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan dari lapangan melalui
observasi, wawancara, memilih hal-hal yang pokok dan penting, dan
mengklasifikasikan sesuai fokus yang ada pada masalah dalam penelitian
ini. Reduksi data dilakukan terus selama penelitian dilakukan. yaitu
dimana peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan Peran
Aisyiyah Cabang Bumiaji dalam pemberdayaan perempuan.
c. Penyajian Data / Display Data
Dalam proses penyajian data peneliti menyajikan data secara jelas
dan singkat untuk memudahkan dalam memahami masalah-masalah yang
diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.
d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari
kegiatan penelitian karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses
penarikan kesimpulan ini bermaksud untuk menganalisa, mencari makna
20
dari data yang ada sehingga dapat ditemukan permasalahan apa yang ada
dalam penelitian yang telah dilakukan.
Gambar. 1
Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman
Sumber: (Miles dan Huberman, 1992, Dalam Muhammad Idrus)27
1.9 Keabsahan Data
Validitas atau keabsahan merupakan derajat ketepatan antara data
yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dengan demikian, maka data yang valid adalah data yang tidak
bebeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara
yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti.
27
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga. Hlm.148.
Pengumpulan Data Penyajian Data /
Display Data
Penarikan
Kesimpulan Reduksi Data
21
Pembuktian keabsahan data penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan melakukan uji kredibilitas data. Uji kredibilitas sebagaimana merujuk
pada pendapat Sugiyono, dapat dilakukan melalui perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus
negatif dan juga member check.
Penelitian ini menggunakan triangulasi dalam menentukan keabsahan
data hasil penelitian. Adapun triangulasi dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk itu dalam
rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya28
.
28
Sugiyono , Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D ,( Bandung : Alfabeta, 2013), Hlm.274.