bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/48874/2/bab 1 eprints.pdf3 (islamic state of...

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik yang terjadi di Suriah telah membawa dampak yang besar, bukan hanya dampak terhadap kondisi domestik Suriah namun juga dampak terhadap dunia internasional. Konflik yang berawal dari perang saudara antara pendukung pemerintahan Bashar al-Assad dengan kelompok yang anti-pemerintahan sejak tahun 2011 silam telah menjadi konflik yang tak kunjung selesai. Konflik ini merupakan salah satu dari serangkaian Arab Spring, yaitu sebuah fenomena pergolakan politik di Timur Tengah yang terwujud dalam pergerakan revolusi untuk menumbangkan rezim otoriter dan menggantikannya dengan rezim baru yang menganut system demokrasi. Konflik Suriah di picu oleh konflik domestik yang berawal dari protes terhadap penangkapkan beberapa pelajar di kota kecil Deraa. 1 Pada bulan Maret 2011 terdapat 15 pelajar berumur antara 9-15 tahun yang menulis slogan-slogan anti pemerintah di tembok-tembok kota. Pelajar-pelajar tersebut kemudian ditangkap dan ditahan atas aksinya menuliskan kata As-Shaab Yoreed Eskaate Nizam (Rakyat Ingin Menyingkirkan Rezim!) oleh polisi Suriah yang dipimpin oleh Jenderal Atef Najib yang merupakan sepupu dari Presiden Bashar al Assad. 1 Trias Kuncahyono, 2013, Musim Semi Suriah: AnakAnak Sekolah Penyulut Revolusi , Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, hal 9

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Konflik yang terjadi di Suriah telah membawa dampak yang besar, bukan hanya

    dampak terhadap kondisi domestik Suriah namun juga dampak terhadap dunia

    internasional. Konflik yang berawal dari perang saudara antara pendukung

    pemerintahan Bashar al-Assad dengan kelompok yang anti-pemerintahan sejak tahun

    2011 silam telah menjadi konflik yang tak kunjung selesai. Konflik ini merupakan

    salah satu dari serangkaian Arab Spring, yaitu sebuah fenomena pergolakan politik di

    Timur Tengah yang terwujud dalam pergerakan revolusi untuk menumbangkan rezim

    otoriter dan menggantikannya dengan rezim baru yang menganut system demokrasi.

    Konflik Suriah di picu oleh konflik domestik yang berawal dari protes terhadap

    penangkapkan beberapa pelajar di kota kecil Deraa.1 Pada bulan Maret 2011 terdapat

    15 pelajar berumur antara 9-15 tahun yang menulis slogan-slogan anti pemerintah di

    tembok-tembok kota. Pelajar-pelajar tersebut kemudian ditangkap dan ditahan atas

    aksinya menuliskan kata As-Shaab Yoreed Eskaate Nizam (Rakyat Ingin

    Menyingkirkan Rezim!) oleh polisi Suriah yang dipimpin oleh Jenderal Atef Najib

    yang merupakan sepupu dari Presiden Bashar al Assad.

    1 Trias Kuncahyono, 2013, Musim Semi Suriah: AnakAnak Sekolah Penyulut Revolusi, Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, hal 9

  • 2

    Para demonstran yang menuntut dibebaskannya anak-anak tersebut

    menimbulkan reaksi yang berlebihan dari para tentara yang menembaki para

    demonstran sehingga terdapat 4 korban jiwa yang tewas dalam aksi tersebut. Hal ini

    kemudian memicu semakin banyaknya aksi protes yang dilakukan oleh rakyat Suriah.

    Aksi protes semakin meluas dari Deraa menuju kota-kota pinggiran Latakia dan

    Banyas di pantai Mediterania atau laut Tengah, Homs, Ar-Rasta, Hama di Suriah Barat,

    hingga Der es Zor di Suriah Timur.2 Dengan meningkatkanya jumlah demonstran dan

    meluasnya aksi demontrasi tersebut, pemberontakan hampir terjadi setiap hari di

    seluruh penjuru kota Suriah. Kondisi ini membuat semakin banyak korban yang

    berjatuhan akibat tembakan membabi buta dari aparat keamanan Suriah. Para

    demonstran tersebut menuntut Presiden Bashar al-Assad untuk mengudurkan diri

    sebagai presiden Suriah serta mengakhiri kekuasaan Partai Ba’ath yang telah berjalan

    selama hampir lima dekade di pemerintahan. Pemerintah Suriah pun menggunakan

    senjata api bahkan tank serta cara-cara respresif untuk membungkam rakyat dan

    gerakan tersebut. Hal ini mengakibatkan rakyat Suriah sendiri mulai mengangkat

    senjata dan melakukan perlawanan terhadap pemerintah sehingga pecah perang

    saudara (civil war).

    Menurut data Syirian Obesvatory for Human Right, kurang lebih terdapat

    370.000 orang yang tewas akibat konflik Suriah dalam hal ini termasuk penduduk sipil,

    tentara pemerintahan, dan kelompok pemberontak. Selain itu, tercatat pula ISIS

    2 Siti Muti’ah, 2012, Pergolakan Panjang Suriah: Masih Adakah Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme?,

    Jurnal CMES Volume V Nomor 1, Edisi Juli - Desember 2012 hal.5

  • 3

    (Islamic State of Iraq and Syrian) yang merupakan kelompok teroris di Suriah telah

    mengeksekusi 3.027 orang Suriah, 1.791 korban adalah warga sipil dan 74 sisanya

    adalah anak-anak sejak 29 Juni 2014. Konflik Suriah tidak hanya mengakibatkan

    kematian, krisis kemanusiaan, dan ancaman terhadap human security namun juga

    kerugian akibat kehnacuran bangunan dan sector public senilai US$15 milyar.3

    Konflik Suriah ini mengakibatkan ketakutan dan ancaman bagi masyarakat

    Suriah sehingga masyarakat Suriah harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk

    mencari perlindungan.4 Kondisi ini mengakibatkan Suriah menjadi nbegara dengan

    eksodus atau pergerakan manusia terbesar akibat banyaknya pengungsi Suriah yang

    kini tersebar terutama di daratan Eropa dan Timur Tengah seperti Lebanon, Turki,

    Mesir, Yordania, Afrika Utara, Jerman dan Irak demi mencari perlindungan dan tempat

    yang lebih aman.5 Berdasarkan data yang diperoleh per 1 April 2014, sekitar 6,5 juta

    warga Suriah sudah meninggalkan kediamannya akibat konflik.6 Kemudian pada Maret

    2011 sebanyak 2,7 juta warga Suriah atau sekitar 10% dari total populasi di negara

    tersebut telah mengungsi ke negara-negara tetangga yang sudah disebutkan

    sebelumnya.7 Hingga Agustus 2016, konflik Suriah telah menyebabkan sekitar 4 juta

    3 ”More than 370.000 People are Thouht to be Killed Since the Rise of Syirian Revolt”, diakses dalam http://www.syiahr.com/en/?p=44437 , (19/07/18. 15.52 WIB) 4 UNHCR, “Mid-Year Trend 2015”, (UNHCR), hal.4 5 “Syiria Regional Refugees Responses”, diakses dalam http://data.unhcr.org/syirianrefugees/regional.php#_ga=1.55482987.1970167432.1452263738,

    (19/07/18. 15.50 WIB) 6 Chris Huber dan Kathryn Reid, FAQs: War in Syria,children, and the refugee crisis, A World

    Vision U.S. http://www.worldvision.org/newsstories-videos/faqs-war-syria-children-and-refugeecrisis. 7 Christopher M. Blanchard, Carla E. Humud, dan Mary Beth D. Nikitin, Armed Conflict in Syria: Overview and U.S. Response, U.S. Congressional Research Service (19/07/18. 15.50 WIB)

    http://www.syiahr.com/en/?p=44437http://data.unhcr.org/syirianrefugees/regional.php#_ga=1.55482987.1970167432.1452263738

  • 4

    jiwa gelombang pengungsi yang hampir separuhnya adalah anak-anak. Berikut data

    penyebaran Pengungsi Suriah tahun 2015.

    Tabel 1.1 Penyebaran Pengungsi Suriah Tahun 2015

    Negara Tujuan Pengungsi Suriah Jumlah Pengungsi

    Turki 2.503.549

    Lebanon 1.070.189

    Mesir 123.584

    Yordania 633.466

    Afrika Utara 26.772

    Irak 244.642

    Total 4.602.203

    (Sumber: U.S. Congressional Research Service)

    Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa Turki sebagai negara penerima

    pengungsi Suriah terbanyak. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak 1,6 juta jiwa

    pengungsi Suriah di Turki dengan rincian 221.000 berada di pengungsian dan 1,4 juta

    telah berbaur dengan warga Turki. Namun, hanya sebanyak 980.000 pengungsi Suriah

    yang terdaftar sedangkan 620.000 pengungsi lainnya belum terdaftar.8 Kehadiran

    pengungsi Suriah di Turki pun mengakibatkan munculnya problema baru terhadap

    kondisi domestik Turki. Problema yang muncul antara lain yaitu protes dan penolakan

    dari masyarakat Turki sendiri dan dari kelompok Kurdi9, respon Uni Eropa yang tidak

    8 3RP Regional Refugee & Resilience Plan 2015-2016 TURKEY In Response To The Syria Crisis,

    “Regional Refugee & Resilience Plan 2015-2016 TURKEY” , hal. 03 9 Dina Y. Sulaeman, Peran Turki dalam Konflik Suriah: Dilema National Interest, Indonesia Center

    for Middle East Studies, diakses dalam https://ic-mes.org/politics/peran-turki-dalam-konflik-suriah-

    dilema-national-interest/ (19/07/18. 16.03)

    https://ic-mes.org/politics/peran-turki-dalam-konflik-suriah-dilema-national-interest/https://ic-mes.org/politics/peran-turki-dalam-konflik-suriah-dilema-national-interest/

  • 5

    terlalu senang dengan adanya pengungsi Suriah yang menyebar di daratan Eropa yang

    kemudian mengakibatkan Uni Eropa menyalahkan Turki, khususnya Presiden Erdogan

    sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya terror bom Paris pada bulan

    November tahun 2015 silam.10

    Uni Eropa menyalahkan Turki karena pemerintah Turki yang membuka border

    antara Suriah dan Eropa melalalui kebijakan temporary protection regime sehingga

    kemudian menjadi pintu masuk bagi kelompok teroris ke Eropa. Masalah lain yang

    tidak kalah penting yaitu mengenai anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi child

    labour atau pekerja anak di bawah umur di Turki seperti yang diberitakan oleh media

    massa dan juga menurut data statistik pekerja anak Turki. Hal ini tentu saja menarik

    perhatian dunia internasional khususnya organisasi internasional yang terkait dengan

    isu tersebut, yang dalam hal ini organisasi internasional yang berkaitan adalah ILO

    (International Labour Organization).

    Berdasarkan media the Guardian, terdapat ribuan pengungsi Suriah yang

    bekerja secara illegal di industri garmen Turki dimana terdapat fenomena pekerja anak

    dan upah pekerja rendah dan kondisi kerja yang buruk adalah hal yang biasa. Anak-

    anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak di Turki ini dapat ditemui di

    Istanbul, Mersin, dan Adana. Ahli dari Centre for Middle Eastern Strategic Studies

    memperkirakan sebanyak 250.000 pengungsi Suriah menjadi pekerja illegal di Turki.

    Sementara itu, laporan dari Human Rights Watch menyebutkan bahwa pekerja anak

    10 Put the Blame on Turkey, Daily Sabah, 28 Maret 2013, tersedia dalam

    https://www.dailysabah.com/op-ed/2016/03/28/put-the-blame-on-turkey (04/07/19. 21.03)

    https://www.dailysabah.com/op-ed/2016/03/28/put-the-blame-on-turkey

  • 6

    pengungsi Suriah di Turki merajalela. Para anak-anak pengungsi Suriah ini sering

    bekerja hingga 60 jam seminggu dengan upah sebesar 600 lira Turki (£ 138) untuk

    membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka harus bekerja dengan

    mengoperasikan 15 mesin jahit yang memproduksi pakaian untuk di pasarkan di

    Eropa.11 Sumber lainnya menyebutkan bahwa terdapat empat anak yang berusia di atas

    15 tahun bekerja hingga 15 jam per hari, enam hari sepekan. Hal ini melanggar undang-

    undang tenaga kerja Turki yang menyebutkan para pekerja di atas 17 tahun hanya boleh

    bekerja selama 40 jam per pekan. 12

    Munculnya fenomena pekerja anak pengungsi Suriah secara ilegal di Turki

    diakibatkan karena kebijakan temporary protection regime hanya menjadikan

    pengungsi Suriah sebagai tamu yang tidak memiliki hak untuk bekerja sehingga para

    pengungsi hanya dapat bekerja secara illegal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya..

    Banyak laporan mengenai pekerja illegal berasal dari sector garmen yang merupakan

    industry terbesar kedua di Turki yang dibuktikan dengan nilai ekspor industri pakaian

    dan sepatu Turki mencapai US$17 miliar per tahun, dan sebagian besar dikirim ke

    Eropa, khususnya Jerman.13 Selain itu, hanya 9% dari pengungsi Suriah yang berada

    di kamp-kamp penampungan sementara sisanya harus bertahan hidup tanpa bantuan

    11 Frederik Johanisson, Hidden Child Labour: how Syirian refugees in Turkey are supplying Europe with fast fashion, The Guardian, 29 Januari 2016, diakses dalam

    https://www.theguardian.com/sustainable-business/2016/jan/29/hidden-child-labour-syrian-refugees-

    turkey-supplying-europe-fast-fashion (21/08/18. 13.06) 12 Amanda Puspita Sari, Pengungsi Anak Suriah Jadi Buruh di Turki demi Bertahan Hidup, CNN

    Indonesia, 27 Juli 2016 diakses dalam https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160726151302-

    134-147190/pengungsi-anak-suriah-jadi-buruh-di-turki-demi-bertahan-hidup (21/08/18. 13.06) 13 Ibid

    https://www.theguardian.com/sustainable-business/2016/jan/29/hidden-child-labour-syrian-refugees-turkey-supplying-europe-fast-fashionhttps://www.theguardian.com/sustainable-business/2016/jan/29/hidden-child-labour-syrian-refugees-turkey-supplying-europe-fast-fashionhttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20160726151302-134-147190/pengungsi-anak-suriah-jadi-buruh-di-turki-demi-bertahan-hiduphttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20160726151302-134-147190/pengungsi-anak-suriah-jadi-buruh-di-turki-demi-bertahan-hidup

  • 7

    finansial dari negara. Kementerian Pendidikan Turki juga melaporkan bahwa 665 ribu

    anak Suriah yang tinggal di negara itu putus sekolah sehingga kemudian anak-anak

    tersebut terpaksa bekerja secara illegal untuk membantu perekonomian keluarganya

    yang tidak mendapatkan bantuan finansial dari negara.14

    Berangkat dari fakta bahwa sampai hari ini krisis pengungsi Suriah dan

    permasalahan pekerja anak yang hingga kini menjadi salah satu isu yang menjadi

    perhatian dalam dunia internasional, dengan mengamati isu faktual terkait kondisi

    pengungsi Suriah di Turki khususnya anak-anak dan dengan adanya landasan yuridis

    yang jelas tentang peran ILO sebagai organisasi buruh internasional yang berkaitan

    dengan permasalahan tersebut maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai

    tindakan dan upaya apa saja yang telah di lakukan oleh ILO terkait permasalahan

    tersebut dengan metode analisa deskriptif berbasis studi literature yang bersumber dari

    penelitian-penelitian sebelumnya, buku, jurnal, media, website resmi dan berbagai

    sumber kredibel lainnya.

    Permasalahan ini menjadi menarik untuk di teliti karena krisis pengungsi

    Suriah telah menimbulkan permasalahan domestik yang berbeda-beda bagi host

    country. Tidak semua negara host country pengungsi Suriah mengalami permasalahan

    yang sama. Misalnya, isu anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak

    merupakan isu yang paling menonjol di Turki sebagai salah satu host country berbeda

    14 Ibid

  • 8

    dengan negara host country lainnya seperti Jerman yang permasalahan utama terkait

    krisis pengungsi Suriah adalah meningkatnya angka kriminalitas dan juga

    permasalahan mengenai status pengungsi.15 Sementara itu, di Yordania permasalahan

    terbaru dan yang menjadi perhatian saat ini yaitu permasalahan mengenai pernikahan

    anak pengungsi Suriah.16 Sedangkan permasalahan utama pengungsi Suriah di Irak

    yaitu serangan ISIS terhadap kamp pengungsi di perbatasan Irak dan Suriah.17 Di

    Lebanon, kehadiran pengungsi Suriah mengakibatkan kepadatan penduduk di Lebanon

    meningkat drastis. 18

    Beragamnya masalah yang ditimbulkan akibat krisis pengungsi Suriah di host

    country menunjukkan kompleksivitas isu ini sehingga perlu adanya solusi dan

    pemecahan masalah yang berbeda-beda untuk tiap permasalahan serta dibutuhkan

    kerjasama antar bebagai actor dalam hubugan internasional baik negara maupun IGO

    dan NGO. Penulis memilih untuk membahas peran ILO dalam mengatasi

    permasalahan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki karena sejauh ini penulis

    mendapati organisasi internasional yang sering di teliti perannya terkait krisis

    15 Masalah Pengungsi Jadi Tantangan di Jerman, DW, 28 September 2016 diakses dalam

    https://m.dw.com/id/masalah-pengungsi-makin-jadi-tantangan-di-jerman/a-35913054 (12/10/18.

    17.50) 16 Meningkat, Kasus Pernikahan Anak Pengungsi Suriah di Yordania, Berita Satu, Kamis 19 April

    2018 diakses dalam sp.beritasatu.com/home/meningkat-kasus-pernikahan-anak-pengungsi-suriah-di-

    yordania/123705 (12/10/18. 18.00) 17 Krisis Pengungsi Suriah Meningkat Pesat, BBC Indonesia, 30 September 2013, diakses dalam

    https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/09/130930_suriah_pengungsi_krisis (12/10/18. 18.15) 18 Muhammad Rifai Nasution, 2017, Peran United Nation High Commisioner on Refugees Dalam

    Menangani Pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2016, JOM FISIP Vol.4 No. 2 Oktober 2017,

    hal 9

    https://m.dw.com/id/masalah-pengungsi-makin-jadi-tantangan-di-jerman/a-35913054https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/09/130930_suriah_pengungsi_krisis

  • 9

    pengungsi Suriah adalah UNHCR dan UNICEF. Sementara, ILO juga memiliki peran

    dalam mengatasi krisis pengungsi Suriah khususnya dalam isu pekerja anak pengungsi

    Suriah yang menjadi salah satu permasalahan utama dan menjadi sorotan di Turki

    sebagai salah satu host country pengungsi Suriah berdasarkan pada ILO Convention

    No. 182 On The Worst Forms Of Child Labour yang di keluarkan pada tahun 1999.

    Konvensi ini berfokus pada urgensi tindakan untuk menghilangkan bentuk-bentuk

    pekerjaan terburuk untuk anak tanpa kehilangan tujuan jangka panjang dari

    penghapusan semua pekerja anak secara efektif. Turki sendiri telah meratifikasi

    konvensi ini pada 2 Agustus 2001.

    Dalam mengatasi permasalah pekerja anak dari pengungsi Suriah di Turki, ILO

    bekerjasama dengan Regional Refugee Response and Resilience Plan (3RP) yang

    merupakan sebuah plan yang dikembangkan oleh negara-negara host country

    pengungsi Suriah antara lain yaitu Mesir, Irak, Yordania, Lebanon, dan Turki. ILO

    mengadopsi framework 3RP dimana strategi ini berlandaskan pada institutional

    refugee response policy framework outlined dalam ILO’s 2016 Guiding Principles on

    the Access of Refugees and other Forcibly Displaced Persons to the Labour Market.

    Hal tersebut juga menjadi salah satu hal yang menarik dari penelitian yang

    diangkat oleh penulis karena dalam mengatasi permasalahan pekerja anak, pada

    dasarnya ILO telah membentuk program untuk mengatasi permasalahan pekerja anak

    secara global yang disebut dengan International Programme on the Elimination of

    Child Labour (IPEC). Selanjutnya, IPEC mengeluarkan sebuah modul khusus

  • 10

    Supporting Children Rights through Education, the Arts, and the Media (SCREAM)

    dimana salah satu modulnya berfokus terhadap permasalahan pekerja anak di daerah

    konflik dan kondisi krisis. Namun, dalam mengatasi permasalahan pekerja anak

    pengungsi Suriah di negara host communities termasuk Turki, ILO tidak menggunakan

    IPEC bahkan modul khusus SCREAM namun bekerja di bawah kerangka 3RP seperti

    yang sudah di jelaskan sebelumnya.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang

    akan dibahas dalam skripsi ini yaitu Bagaimana peran ILO dalam mengatasi

    masalah pekerja anak dari pengungsi Suriah di Turki?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran ILO

    dalam mengatasi isu pekerja anak pengungsi Suriah di Turki.

    1.4 Penelitian Terdahulu

    Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan tinjauan dari beberapa

    penulisan penelitian atau analisa terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini,

    diantaranya:

    Penelitian terdahulu yang pertama ditulis oleh Serdar M. Degimenciouglu.

    Hakan Acar, dan Yuksel Baykara Acar berjudul Extreme Forms of Child Labour in

    Turkey menggunakan metode eksplanatif yang menjelaskan mengenai penyebab

    munculnya pekerja anak di bawah umur dan juga akibat yang ditimbulkan akibat

  • 11

    adanya fenomena pekerja anak di bawah umur. Child Labour dapat timbul akibat dari

    migrasi dari daerah pedesaan menuju kota. Child Labour mengakibatkan anak-anak

    kehilangan hak dan fundamentalnya dan otomatis menempatkan mereka dalam

    perbudakan.19

    Perbedaaan penelitian terdahulu pertama ini dengan penelitian yang sekarang

    adalah penelitian ini hanya menjelaskan mengenai sebab akibat dari munculnya

    fenomena pekerja anak di Turki tanpa menjelaskan adanya peran dari negara maupun

    organisasi internasional dalam isu tersebut.

    Sedangkan persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menjelaskan

    mengenai bagaimana munculnya isu pekerja anak di Turki.

    Penelitian terdahulu kedua ditulis oleh Sezen Yalcin berujudul Syirian Child

    Workers in Turkey menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan bahwa child

    labour merupakan bentuk dari ekploitasi anak di bidang ekonomi. Ia juga menuliskan

    untuk mengatasi permasalahan anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak

    dibutuhkan peran negara sebagai bentuk state responsibility untuk melindungi hak-

    hak pengungsi dan anak-anak.20

    Perbedaan penelitian terdahulu kedua dengan penelitian kali ini adalah

    penelitian ini hanya membahas mengenai peran negara saja dalam mengatasi

    19 Serdar M. Degimencioglu, Hakan Acar, dan Yuksel Baykara Acar, 2008, Extreme Forms of Child

    Labor in Turkey, Children and Society Vol. 22 20 Sezen Yalcin, Syirian Child Workers in Turkey ,Turkish Policy Quarterly, tersedia dalam http://turkishpolicy.com/article/831/syrian-child-workers-in-turkey#_ftn17 (15/10/18. 14.05)

    http://turkishpolicy.com/article/831/syrian-child-workers-in-turkey#_ftn17

  • 12

    permasalahan anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak. Sedangkan

    penelitian kali ini lebih berfokus pada peran ILO sebagai salah satu organisasi

    internasional dalam mengatasi isu ini. Sedangkan persamaanya dengan penelitian ini

    yaitu sama-sama mendeskripsikan adanya peran negara dalam isu ini.

    Penelitian terdahulu yang ketiga berjudul Syirian Refugees in Turkey: From

    “guest” to “enemies”? yang ditulis oleh Burcu Togral Koca menggunakan metode

    deskriptif yang menggambarkan bahwa krisis pengungsi suriah dapat menjadi ancaman

    yang serius bagi stabilitas domestic Turki terutama dalam sektor ekonomi kerena

    menimbulkan problema terhadap pasar domestik dan kesempatan lapangan kerja bagi

    masyarakat lokal. Kondisi tersebut menimbulkan proses sekuritisasi yang cenderung

    bertujuan unuk menutupi masalah struktural dan politik yang timbul seperti rasisme,

    ekspolitasi, diskriminasi, dan kesenjangan.21

    Perbedaaan penelitian terdahulu ketiga dengan penelitian kali ini yaitu

    penelitian terdahulu ketiga hanya berfokus pada penggambaran mengenai

    permasalahan yang ditimbulkan karena adanya pengungsi Suriah terhadap stabilitas

    domestic Turki terutama pada sector ekonomi Sedangkan dalam penelitian kali ini

    tidak hanya membahas dampak yang ditimbulkan oleh pengungsi Suriah dalam sector

    ekonomi namun lebih pada permasalahan mengenai human security. Kemudian

    21 Burcu Togral Koca, 2016, Syrian refugees in Turkey: from “guest” to “enemies”?, New Prespective

    on Turkey no. 54 (2016), New Prespective on Turkey and Cambridge University Press

  • 13

    persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas dampak yang

    ditimbulkan karena adanya pengungsi Suriah terhadap stabilitas domestic Turki.

    Penelitian keempat ditulis oleh Prof. Dr. A Can Tuncay berjudul Child Labour

    in Turkey menggunakan metode deskriptif yang menjelaskan bahwa kemiskinan

    merupakan faktor utama yang mengakibatkan munculnya permasalahan pekerja anak.

    Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa Turki merupakan salah satu dari 6 negara

    yang menjalin kerjasama dengan ILO dan International Programme on the Elimination

    of Child Labour (IPEC) yang menunjukkan bahwa ILO memang memiliki peran

    terhadap permasalahan pekerja anak di Turki.22

    Perbedaan penelitian terdahulu keempat dengan penelitian ini adalah penelitian

    ini masih berfokus terhadap negara yang menjadi actor utama dalam isu ini sedangkan

    dalam penelitian kali ini lebih berfokus terhadap ILO yang merupakan organisasi

    internasional yang berkonsentrasi terhadap isu ini. Sedangkan persamaan penelitiannya

    adalah sama-sama membahas mengenai bagaimana kerjasama negara dengan ILO

    dalam mengatasi permasalahn anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak

    di Turki.

    Penelitian kelima adalah penelitian dengan metode deskriptif yang berjudul

    Ortadogu Stratejik Arastirmalar Merkezi (ORSAM Report): Effect of The Syrian

    Refugees on Turkey oleh Oytum Orhan dan Sabiha Senyucel Gundogar membahas

    22 Prof. Dr. A Can Tuncay, Child Labour in Turkey, Faculty of Law: Bahçeşehir University

  • 14

    mengenai solusi dari permasalahan tersebut. Sangat penting untuk membentuk suatu

    kebijakan untuk mencegah reaksi yang destruktif dari masyarakat lokal. Kebijakan

    yang perlu dibentuk mencakup kebijakan holistik, pendidikan, akomodasi,

    ketenagakerjaan, dan pelayanan sosial.23

    Perbedaan penelitian terdaulu kelima dengan penelitian kali ini yaitu penelitian

    ini berfokus membahas mengenai solusi permasalahan melalui pembentukan kebijakan

    oleh pemerintah local. Sedangkan dalam penelitian kali ini tidak hanya membahas

    mengenai pembentukan kebijakan oleh pemerintah local namun juga bagaimana

    pemerintah local membentuk framework kerjasama dan joint action plan dalam

    mengatasi permasalahan. Persamaan penelitiannya adalah penelitian kali ini juga

    membahas mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan ini.

    Penelitian keenam menggunakan metode penelitian deskriptif yang

    mendeskripsikan mengenai bagaimana peran pemerintah Turki dalam menangani

    pengungsi Suriah pada tahun 2014-2016 berjudul Upaya Pemerintah Turki Dalam

    Menanggulangi Pengungsi Dari Suriah Tahun 2014-2016 oleh Maisyita Syafitri.

    Penelitian ini membuktikan bahwa dalam menangani permasalahan pengungsi Suriah

    Turki menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara lain dan organisasi

    internasional. 24

    23 Oytun Orhan & Sabiha Senyucel Gundogar, 2015, Effect of The Syrian Refugees on Turkey,

    ORSAM Report No. 195 January 2015 24 Maisyita Syafitri, 2017, Upaya Pemerintah Turki dalam Menanggulangi Pengungsi Dari

    Suriah Tahun 2014-2016, JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017

  • 15

    Perbedaaan penelitian terdahulu keenam dengan penelitian ini yaitu penelitian

    terdaulu keenam hanya berfokus pada peran Turki dalam mengatasi isu pengungsi

    Suriah sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada peran ILO yang merupakan

    organisasi internasional dalam mengatasi krisis pengungsi Suriah. Selain itu penelitian

    terdahulu keenam tidak membahas isu secara spesifik sedangkan dalam penelitian ini

    berfokus pada isu pekerja anak pengungsi Suriah.Persamaannya yaitu sama-sama

    membahas mengenai upaya Turki dan kerjasamanya dengan organisasi internasional

    dalam menangani isu pengungsi suriah.

    Penelitian terdahulu ketujuh berjudul Peranan UNICEF dalam Upaya

    Melindungi Anak-Anak Pengungsi Suriah di Turki Melalui Program No Lost

    Generation oleh Amalia Indar Yati menggunakan metode penelitian deskriptif yang

    menggambarkan peran UNICEF sebagai salah satu organisasi internasional dalam

    mengatasi isu anak-anak pengungsi Suriah melaluin program No Lost Generation yang

    terdiri dari 3 pilar utama antara lain yaitu pendidikan, perlindungan anak, dan

    pemberian keterampilan.25

    Perbedaan penelitian terdahulu ketujuh dengan penelitian ini adalah penelitian

    terdahulu ketujuh hanya menjelaskan peran UNICEF sebagai salah satu organisasi

    internasional dalam permasalahan anak-anak suriah secara luas, tidak spesifik terhadap

    salah satu isu yang menimpa anak-anak pengungsi Suriah di Turki. Sedangkan

    25 Amalia Indar Yati, 2016, Upaya Melindungi Anak-Anak Pengungsi Suriah di Turki Melalui

    Program No Lost Generation, FISIP: Universitas Muhammadiyah Malang

  • 16

    penelitian kali ini membahas peran ILO sebagai organisasi internasional dalam isu

    yang lebih spesifik terkait anak-anak pengungsi Suriah di Turki yaitu mengenai

    masalah pekerja anak. Persamaannya dengan penelitian terdahulu ketujuh yaitu sama-

    sama membahas mengenai peran organisasi internasional dalam mengatasi

    permasalahan anak-anak pengungsi Suriah di Turki sebagai salah satu host country dari

    pengungsi Suriah.

    Penelitian terdahulu kedelapan ditulis Andi Ulfah Tiara Panturu berjudul Peranan

    United Nation High Commisioner For Refugees (UNHCR) Terhadap Pengungsi

    Korban Perang Saudara Di Suriah menggunakan metode deskriptif yang

    menggambarkan mengenai sejauh mana peranan UNHCR terhadap penanganan

    pengungsi Suriah dan untuk mengetahui bagaimana bentuk kerjasama UNHCR dengan

    organisasi regional lain dalam menangani pengungsi Suriah. Penelitian ini membahas

    mengenai peran UNHCR sebagai inisiator/fasilitator perlindungan dan bantuan

    terhadap para pengungsi.26

    Perbedaan penelitian terdahulu kedelapan dengan penelitian ini adalah

    penelitian terdahulu kedelapan membahas mengenai peran UNHCR sebagai inisiator

    dan fasilitator sedangkan penelitian ini membahas mengenai peran ILO sebagai arena

    dan aktor berdasarkan konsep organisasi internasional Clive Archer. Selain itu,

    penelitian terdahulu kedelapan membahas mengenai peran UNHCR terhadap

    26 Andi Ulfah Tiara Panturu, 2014, Peranan United Nationa High Commisoner for Refugees (UNHCR)

    Terhadap Pengungsi Korban Perang Saudara di Suriah, Fakultas Hukum: Universitas Hasanuddin

  • 17

    pengungsi korban perang Suriah secara umum, tidak spesifik terhadap satu

    permasalahan krisis pengungsi Suriah dan satu negara host country saja. Sedangkan

    penelitian ini berfokus pada anak-anak pengungsi Suriah yang menjadi pekerja anak di

    Turki sebagai salah satu host country pengungsi Suriah. Sedangkan persamaannya

    yaitu kedua penelitian membahas mengenai peran organisasi internasional dalam krisis

    pengungsi Suriah.

    Tabel 1.2 Posisi Penelitian

    No. Judul dan Nama

    Peneliti

    Jenis Penelitian dan

    Alat Analisa

    Hasil

    1. Extreme Forms of Child

    Labour in Turkey

    Oleh: Serdar M.

    Degimencioglu, Hakan

    Acar, dan Yuksel Baykara

    Acar

    Eksplanatif

    -Child Labour dapat

    timbul akibat dari migrasi

    dari daerah pedesaan

    menuju kota

    -Child Labour

    mengakibatkan anak-anak

    kehilangan hak

    fundamentalnya dan

    otomatis menempatkan

    mereka dalam perbudakan

    2. Syrian Child Workers in

    Turkey

    Deskriptif

    -Child Labour merupakan

    bentuk dari ekploitasi anak

    di bidang ekonomi.

  • 18

    Oleh: Sezen Yalcin -Untuk mengatasi

    permasalahan Child

    Labour, dibutuhkan peran

    negara sebagai bentuk state

    responsibility untuk

    melindungi hak-hak

    pengungsi dan anak-anak.

    3. Syrian refugees in Turkey:

    from “guest” to

    “enemies’?

    Oleh: Burcu Togral Koca

    Deskriptif

    -Pengungsi suriah dapat

    menjadi ancaman yang

    serius bagi stabilitas

    domestik Turki maupun

    terhadap pasar domestik

    dan kesempatan lapangan

    kerja bagi masyarakat

    lokal.

    -Proses sekuritisasi

    cenderung bertujuan untuk

    menutupi masalah

    struktural dan politik

    seperti rasisme, eksploitasi,

    diskriminasi, dan

    kesenjangan.

    4. Child Labour in Turkey

    Deskriptif

    -Kemiskinan merupakan

    factor utama yang

    mengakibatkan pekerja

    anak-anak.

  • 19

    Oleh: Prof. Dr. A Can

    Tuncay

    -Turki merupakan salah

    satu dari 6 negara yang

    menjalin kerjasama dengan

    ILO dan International

    Programme on the

    Elimination of Child

    Labour (IPEC) dan telah

    mengambil langkah untuk

    melawan child labour.

    5. Ortadogu Stratejik

    Arastirmalar Merkezi

    (ORSAM Report): Effect

    of The Syrian Refugees on

    Turkey

    Oleh: Oytum Orhan,

    ORSAM Researcher dan

    Sabiha Senyucel

    Gundogar, TESEV

    Director for the Foreign

    Policy Program

    Deskriptif

    -Sangat penting untuk

    membentuk suatu

    kebijakan untuk mencegah

    reaksi yang destruktif dari

    masyarakat lokal.

    Kebijakan yang perlu

    dibentuk mencangkup

    kebijakan holistik,

    pendidikan, akomodasi,

    ketenagakerjaan, dan

    pelayanan sosial.

    -Jika proses integrasi antara

    pengungsi Suriah dengan

    masyarakat lokal dapat

    berjalan dengan baik dan

    efektif, maka keberadaan

    pengungsi suriah dapat

    berkontribusi terhadap

  • 20

    keragaman dan

    peningkatan struktur

    multicultural di Turki

    dalam jangka panjang.

    Kehadiran pengungsu

    Suriah pun dapat

    memperkuat ikatan dengan

    negara-negara tetangga dan

    dapat membantu

    membentuk lingkungan

    yang lebih baik untuk

    kerjasama ekonomi dan

    politik di masa mendatang.

    6. Upaya Pemerintah Turki

    Dalam Menanggulangi

    Pengungsi Dari Suriah

    Tahun 2014-2016

    Oleh: Maisyita Syafitri

    Deskriptif -Turki tidak bekerja sendiri

    dalam mengatasi

    permasalahan pengungsi

    Suriah karena negara bukan

    rational actor sehingga

    dibutuhkan bantuan dari

    actor-aktor lainnya.

    -Dalam menangani

    permasalahan pengungsi

    Suriah Turki menjalin

    kerjasama yang baik

    dengan negara-negara lain

    dan organisasi

    internasional.

  • 21

    7. Peranan UNICEF dalam

    upaya melindungi anak-

    anak pengungsi Suriah di

    Turki melalui Program No

    Lost Generation

    Oleh: Amalia Indar Yati

    Deskriptif -Salah satu organisasi

    internasional yang turut

    aktif dalam mengatasi isu

    anak-anak pengungsi

    Suriah di Turki adalah

    UNICEF melalui program

    No Lost Generation

    -Program No Lost

    Generation memiliki 3 pilar

    utama yang meliputi

    pendidikan, perlindungan

    anak, dan pemberian

    keterampilan.

    8. Peranan United Nation

    High Commisioner For

    Refugees (UNHCR)

    Terhadap Pengungsi

    Korban Perang Saudara Di

    Suriah.

    Oleh: Andi Ulfah Tiara

    Patunru

    Deskriptif -sebagai organisasi

    internasional yang

    mendapatkan mandat

    khusus oleh PBB terhadap

    penanganan pengungsi

    khususnya pengungsi

    Suriah, UNHCR berperan

    penting sebagai

    determinator status

    pengungsi dan sebagai

    inisiator/fasilitator

  • 22

    perlindungan dan bantuan

    terhadap para pengungsi.

    -Pemberian perlindungan

    terhadap keselamatan dan

    hak-hak asasi mereka di

    negara lain harus dijamin

    keberlangsungannya untuk

    menghindari tindakan yang

    tidak nyaman dari negara

    tempat para pengungsi itu

    berada.

    9. Peran ILO dalam

    Mengatasi Masalah

    Pekerja Anak dari

    Pengungsi Suriah di Turki

    Oleh: Dinda Larasati

    Deskriptif -Dalam mengatasi pekerja

    anak pengungsi Suriah,

    ILO menjalankan dua

    perannya sebagai

    organisasi internasional,

    yaitu sebagai arena dan

    aktor independen.

    -Peran ILO sebagai arena

    dapat dilihat pada proses

    dalam upaya mengatasi

    permasalahan pekerja anak

    pengungsi Suriah di Turki.

    Sedangkan sebagai aktor

    independen lebih pada

    kecenderungan ILO untuk

    bertindak atau mengambil

  • 23

    keputusan melalui respon

    yang diberikan ILO terkait

    permasalahan ini.

    1.5 Konsep

    Dalam membahas permasalahan yang ada, penulis menggunakan teori dan

    konsep yang sesuai untuk menganalisa peran ILO terhadap isu child labour of syirian

    refugees di Turki. Teori dan konsep yang digunakan untuk menganalisa permasalahan

    tersebut adalah Konsep Organisasi Internasional.

    1.5.1 Konsep Peran Organisasi Internasional

    Organisasi internasional merupakan salah satu aktor yang ikut memainkan

    peran dalam panggung interaksi hubungan internasional. Organisasi internasional

    menurut Clive Archer dalam bukunya Interrnational Organization adalah:27

    “Suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu

    kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non-

    pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk

    mengejar kepentingan bersama para anggotanya”

    Mengacu pada definisi organisasi internasional diatas, maka dapat diartikan ILO

    (International Labour Organization) sebagai organisasi internasional yang

    beranggotakan pemerintahan dari negara-negara berdaulat, yang memiliki struktur

    27 Clive Archer, 2001, International Organizations; third edition, New York: Routledge tersedia dalam http://en.bookfi.org/book/1030183

  • 24

    organisasi yang formal yang dibentuk berdasarkan kesepakatan negara-negara anggota

    yang bertujuan untuk mengejar kepentingn negara-negara anggotanya. Berdasarkan

    penggolongan organisasi internasional, ILO merupakan organisasi antar

    pemerintahan/inter-govermental organization (IGO) karena anggota ILO merupakan

    delegasi resmi pemerintahan negara-negara yang berdaulat.28

    Sedangkan konsep organisasi internasional sendiri merupakan konsep yang

    berasumsi bahwa pada dasarnya organisasi internasional memiliki peran terhadap tiga

    hal, antara lain yaitu peran sebagai instrumen, arena, dan aktor seperti yang dinyatakan

    oleh Clive Archer yang dikutip dalam Perwita dan Yani. Sebagai instrumen, organisasi

    internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai kepentingan

    dan tujuan tertentu yang berdasarkan tujuan politik luar negerinya. Sebagai arena

    artinya organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi negara-negara

    anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi,baik

    masalah domestik suatu negara maupun masalah internasional. Sebagai aktor artinya

    organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi

    oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. 29 Selain tiga peran tersebut, melalui

    eksplorasi dan analisis aktivitas organisasi internasional, organisasi internasional juga

    memiliki sejumlah peran seperti inisiator, fasilitator, mediator, rekonsoliator, dan

    28 Le Roy A. Bennet, 1997, International Organizations: Principles and Issues, New York: Prectine

    Hall Inc, hal.2 dalam Anak Agung Banyu P dan Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

    Bandung: Rosda Karya hal. 93 29 Clive Archer, 1983, International Organizations, London: Allen & Unwin Ltd., hal. 130-131 dalam

    Anak Agung Banyu P dan Yani, 2005, , Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda

    Karya hal. 95

  • 25

    determinator.30 Selain itu, analisa peran organisasi internasional menurut Archer dapat

    dikelompokkan dalam tiga hal sebagai berikut:

    1. Sebagai problem solver yaitu untuk menyelesaikan permasalahan internasional

    yang ada atau memberi solusi dari permasalahan tersebut.

    2. Perannya terhadap diri sendiri atau organisasi itu sendiri

    3. Organisasi internasional sebagai sumber pengaturan dari tindakan-tindakan

    kolektif dimana organisasi internasional dapat membentuk peraturan bagi pihak-

    pihak yang berkepentingan.

    Konsep organisasi internasional yang di kemukakan oleh Archer dalam penelitian

    ini digunakan untuk menjelaskan peran ILO sebagai salah satu organisasi internasional

    yang memiliki peran sebagai arena dan aktor dalam mengatasi masalah pekerja anak

    pengungsi Suriah di Turki.

    Peran ILO sebagai arena terkait permasalahan ini yaitu ILO menjadi wadah atau

    tempat baik bagi negara-negara host country pengungsi Suriah maupun negara-negara

    lain untuk membahas mengenai persoalan pekerja anak dari pengungsi Suriah sekaligus

    mencari cara untuk mengatasi permasalah tersebut. Permasalahan mengenai pekerja

    anak pengungsi Suriah di Turki tidak hanya menjadi permasalahan domestic namun

    juga permasalahan internasional sehingga negara-negara lain juga ikut terlibat aktif

    dalam mengatasi permasalah tersebut baik dengan menjadi partner kerjasama ILO

    30 Andre H. Pareira, 1999, Pengaruh Global dan Perkembangan Studi Hubungan Internasional, Bandung: Citra Aditya Bakti

  • 26

    terkait program yang berhubungan dengan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki

    maupun menjalin kerjasama secara langsung dengan Turki.

    Kemudian, peran ILO sebagai aktor yang dapat membuat keputusan-keputusan

    sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi dapat dilihat

    pada respon yang diberikan ILO terhadap krisis pengungsi Suriah khususnya

    permasalahan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki. Respon yang diberikan ILO

    tersebut merupakan bentuk dari peran ILO sebagai aktor karena melalui respon tersebut

    ILO mengeluarkan sebuah kebijakan atau keputusan yang dibuat tanpa ada pengaruh

    dan paksaan dari pihak luar organisasi.

    1.5.2 Konsep Human Security

    Human Security merupakan sebuah konsep keamanan yang pertama kali

    berkembang pada tahun 1896 bersamaan dengan berdirinya Palang Merah Internasional

    (International Red Cross). Selanjutnya, pada tahun 1945 konsep human security

    disahkan melalui Piagam PBB dan disusul dengan pembentukan Deklarasi Universal

    Hak-Hak Asasi Manusia pada tahun 1948. Dalam perkembangannya, konsep ini

    mengalami pasang surut. Pasca Perang Dunia II hingga perang dingin konsep ini tidak

    terlalu berkembang karena pada masa masih di dominasi oleh ide-ide realisme yang

    masih berfokus pada keamanan tradisional dan state-centric.

    Pasca perang dingin, dimensi keamanan dalam studi hubungan internasional

    mengalami perkembangan yang pada mulanya hanya berfokus pada perspektif

  • 27

    tradisional yang terbatas pada keamanan negara serta perang dan damai menuju

    perspektif non-tradisional yang cenderung berfokus pada keamanan manusia (human

    security). Sehingga, keamanan tidak lagi hanya berfokus pada interstate relations atau

    hubungan antar negara namun juga pada keamanan untuk masyarakat.31 Perkembangan

    isu keamanan ini sebagai reaksi terhadap permasaahan dunia yang di hadapi saat ini

    seperti perdagangan manusia (human trafficking), terorisme, perdagangan dan senjata

    illegal, permasalahan pangan, lingkungan, permasalahan pengungsi akibat konflik,

    pelanggaran hak asasi manusia, dan sebagainya.32

    Human Security sebagaimana yang didefinisikan oleh Komisi Keamanan

    Manusia adalah keselamatan bagi setiap individu dari ancaman kekerasan dan non-

    kekerasan. Pendekatan Human Security merupakan suatu pendekatan yang lebih luas

    dari suatu analisis keamanan (security). Konsep ini muncul akibat adanya kebutuhan

    terhadap terciptanya perdamaian, stabilitas internasional, dan perlindungan terhadap

    individu dan masyarakat yang mencakup komponen hak asasi manusia, sosial, budaya

    dan ekonomi, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, kesempatan yang sama, dan

    good governance.33

    31 Simon Dalby, Environment Dimension of Human Security, in Environment Security: Approach and Issues, edited by Rita Floyd and Richard Mattew, hlm 102-103 32 Ibid 33 UNESCO, 2008, Human Security: Approaches and Challenges hal. 3

  • 28

    The United Nations Development Programme’s (UNDP) 1994 Human

    Development Report, New Dimensions of Human Security menyatakan bahwa Human

    Security memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:34

    1. Human Security merupakan permasalahan universal. Permasalahan ini

    menyentuh persoalan individu di seluruh dunia, baik negara miskin maupun

    negara kaya.

    2. Komponen Human Security bersifat interdependen.

    3. Human Security lebih mudah dilihat melalui pencegahan dini daripada

    mengambil tindakan intervensi.

    4. Human Security adalah people-centred.

    Human Security bersifat transnasional dan bersifat intergratif. Human Security

    bersifat transnasional artinya berbagai ancaman terhadap Human Security tidak hanya

    menjadi masalah domestik suatu negara namun juga menjadi masalah dalam hubungan

    internasional. 35 Sedangkan arti dari Human Security bersifat integratif adalah bahwa

    konsep ini mengakui universalisme. Dalam menghadapi ancaman terhadap human

    security, maka perlu adanya kerjasama antar negara, maupun antar aktor-non negara

    seperti masyarakat (global society), LSM, akademis, serta organisasi regional dan

    internasional. Negara menjadi aktor utama yang berperan dalam human security, namun

    keterlibatan aktor non-negara, seperti organisasi internasional, individu, dan komunitas

    34 Sabina Alkire, 2003, A Conceptual Framework for Human Security, Center for Research pn

    Inequality, Human Security and Ethnicity, CRISE Working Paper 2. Hal 13 35 UNDP, Human Development Report 1994, New York: Oxford University Press diakses dalam

    http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_complete_nostats.pdf hal (3/10/18.

    3.45)

    http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/255/hdr_1994_en_complete_nostats.pdf

  • 29

    juga memiliki peran penting.36 Organisasi internasional merupakan alat untuk

    mengatasi berbagai isu human security seperti pelanggaran HAM di beberapa negara.

    Selanjutnya, berdasarkan UNDP, terdapat tujuh komponen utama dalam konsep

    human security antara lain yaitu keamanan ekonomi (economic security), keamanan

    pangan (food security), keamanan kesehatan (health security), keamanan lingkungan

    (environmental security), keamanan individu (personal security), keamanan

    masyarakat (community security), dan keamanan politik (political security) dengan

    penjelasan sebagai berikut.37

    1. Kemananan Ekonomi (Economic Security) berkaitan dengan kenikmatan

    individu terhadap pendapatan dasar/basic income baik melalyi pekerjaan

    maupun jaringan pengaman sosial

    2. Keamanan Pangan (Food Security) berkaitan dengan akses terhadap makanan

    melalui asset, pekerjaa, atau penghasilan yang dimiliki

    3. Keamanan Kesehatan (Health Security) berkaitan dengan kebebeasan individu

    dari berbagai penyakit serta akses terhadap perawatan kesehatan

    4. Keamanan Lingkungan (Enviromental Security) berkaitan dengan integritas

    tanah, udara, dan air yang layak huni/habitable

    36 Ibid 37 Oscar A. Gomez dan Des Gasper, Human Security A Thematic Guidance Note for Regional and

    National Human Development Report Teams, United Nations Development Programme Human

    Development Report Office

  • 30

    5. Keamanan Pribadi (Personal Security) berkaitan dengan kebebasan individu

    dari kejahatan dan kekerasan, khususnya perempuan dan anak-anak

    6. Keamanan Komunitas (Community Security) berhubungan dengan martabat

    budaya dan perdamaian antar komunitas dimana individu hidup dan tumbuh

    7. Keamanan politik (Political Security) berkaitan dengan perlindungan terhadap

    pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)

    Pada penelitian ini, pekerja anak pengungsi Suriah termasuk dalam dua dari tujuh

    komponen tersebut diantaranya yaitu keamanan individu (personal security) dan

    keamanan masyarakat (community security). Keamanan individu secara garis besar

    bertujuan untuk melindungi orang dari kekerasan fisik baik dari negara maupun sesama

    individu. Anak-anak dan wanita merupakan korban yang paling rentan mengalami

    permasalahan keamanan individu. Anak-anak, yang seharusnya menjadi subjek yang

    paling dilindungi dalam masyarakat, justru menjadi subjek yang paling banyak

    mendapatkan kekerasan termasuk dalam bentuk pekerja anak.38

    Pekerja anak pengungsi Suriah timbul akibat adanya perang saudara di Suriah

    merupakan bentuk kekerasan terhadap anak-anak yang menimbulkan rasa takut serta

    trauma yang dapat dikatakan sebagai kekerasan yang berasal dari negara. Selain itu,

    pekerja anak pengungsi Suriah juga harus menghadapi kekerasan yang dilakukan oleh

    orang dewasa yang memperkerjakannya dimana hal ini merupakan bentuk kekerasan

    38 UNDP, Human Development Report 1994, Loc. Cit

  • 31

    fisik yang dilakukan oleh sesama individu. Sedangkan sebagai bagian dari keamanan

    masyarakat, sering terjadi diskriminasi dan penindasan terhadap kelompok pengungsi.

    1.6 Metodologi Penelitian

    1.6.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dapat diartikan sebagai

    prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek

    dan objek dalam penelitian berupa orang, lembaga, masyarakat, individu, dan

    sebagainya secara aktual berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Nazir

    dalam bukunya yang berjudul Contoh Metode Penelitian mengungkapkan bahwa

    penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok

    manusia, suatu objek, suatu set kondisi, dan suatu system pemikiran ataupun suatu kelas

    peristiwa pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi

    atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

    serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.39 Sehingga penelitian ini bertujuan

    untuk menggambarkan peran ILO sebagai organisasi internasional yang berperan dalam

    bidang ketenagakerjaan dalam isu pekerja anak pengungsi Suriah di Turki.

    1.6.2 Metode Analisa

    Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa

    data kualitatif karena sumber data untuk penelitian ini adalah kasus dan artikel yang

    39 Moh. Nazir Ph.D. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

  • 32

    dimuat dalam jurnal maupun pernyataan-pernyataan yang dapat menjadi data

    pendukung untuk memperkuat analisa. Berdasarkan pada Miles dan Huberman analisa

    data kualitatif meliputi tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

    kesimpulan.40

    Pada tahapan reduksi data, peneliti akan menganalisa data dari sumber-sumber

    yang diperoleh peneliti dari studi kepustakaan dari buku, catatan, notulensi, jurnal,

    laporan, media massa baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Data yang telah

    diperoleh tersebut kemudian dipilah-pilah dan dikelompokkan. Selanjutnya , pada

    tahapan penyajian data, diberikan data yang telah dianalisis dan diolah dengan

    sedemikian rupa agar mudah dipahami yang selanjutnya ditutup dengan kesimpulan

    dari hasil analisa data dan operasionalisasi studi kasus dengan teori yang digunakan oleh

    peneliti. Dalam penelitian ini, setelah melalui tahap reduksi data, data yang telah

    dipilah-pilah dan dikelompokkan di tulis pada bab dua. Sedangkan penyajian data

    ditulis pada bab tiga diamana pada bab terdapat data hasil analisa serta operasionalisasi

    studi kasus dengan teori yang digunakan oleh peneliti dan ditutup dengan kesimpulan.

    40 Matthew B.Milles dan A. Michael Huberman, 1994, An Expanded Sourcebook: Qualitative Data

    Analysis Second Edition, California:SAGE Publication

  • 33

    1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian

    1.6.2.1 Batasan Materi

    Penelitian ini hanya berfokus pada peran ILO terhadap isu anak-anak pengungsi

    Suriah yang menjadi pekerja anak di Turki.

    1.6.2.2 Batasan Waktu

    Batasan waktu untuk penelitian ini yaitu dimulai sejak meningkatknya konflik

    internal Suriah pada tahun 2011 yang kemudian menyebabkan warga negaranya

    menjadi pengungsi dan mulai memasuki negara-negara di Eropa, salah satunya

    Turki pada tahun 2015 hingga munculnya isu anak-anak pengungsi Suriah yang

    menjadi pekerja anak di Turki pada tahun 2017 dan upaya ILO dalam mengatasi

    permasalahan tersebut hingga pada tahun 2018.

    1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

    Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    dokumentasi studi literatur. Dokumentasi adalah kegiatan mencari data yang berkaitan

    dengan variable penelitian yang berupa catatan, transkrip, buku, notulensi, jurnal,

    agenda rapat, surat kabar.41 Dalam penelitian ini, peneliti merujuk buku, jurnal, berita

    online, dan skripsi yang berkaitan dengan objek penelitian. Selanjutnya, setelah

    mendapatkan data mentah dari dokumentasi catatan, notulensi, laporan, dan sebagainya

    41 Arikunto, S,2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta

  • 34

    peneliti akan melakukan analisa terkait data tersebut. Menurut Nazir.42 Data mentah

    yang dikumpulkan perlu dianalisa dengan memecahkannya kedalam kelompok sesuai

    dengan kategori tertentu, dilakukan manipulasi yakni mengubah data dari bentuk awal

    menjadi bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan antar variabel,

    serta diolah sedemikian rupa hingga data tersebut memiliki makna untuk menjawab

    masalah penelitian dan bermanfaat untuk menguji teori.

    1.7 Argumen Pokok

    Argumen pokok dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat peran ILO sebagai

    organisasi internasional dalam mengatasi krisis pengungsi Suriah di Turki dalam

    masalah ketenagakerjaan yaitu pekerja anak pengungsi Suriah. Dalam mengatasi

    permasalahan ini, ILO bekerja di bawah kerangka 3RP yang merupakan sebuah plan

    yang dibentuk oleh PBB untuk membantu negara-negara host communities yang

    menjadi negara penerima pengungsi Suriah yaitu Mesir, Irak, Yordania, Turki, dan

    Lebanon. Melalui kebijakan open door policy dan temporary protection regime, Turki

    menjadi negara yang paling banyak menerima pengungsi Suriah.

    ILO sebagai organisai internasional yang bergerak dibidang ketenagakerjaan

    memiliki dua peran dalam upaya mengatasi permasalahan pekerja anak di Turki, yaitu

    sebagai arena dan aktor. Sebagai arena artinya ILO menjadi forum atau wadah bagi

    negara-negara anggotanya untuk bertemu, berdiskusi, merumuskan kebijakan, dan

    42 Nazir, Loc.Cit

  • 35

    memecahkan permasalahan baik domestic maupun internasional. Sedangkan sebagai

    aktor independen artinya ILO memiliki kemampuan untuk membuat keputusan-

    keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi.

    1.8 Sistematika Penulisan

    Adapun struktur penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab sebagai

    berikut:

    BAB I: Bab ini merupakan bagian pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang

    permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan

    manfaat penelitian, dan teori serta konsep yang digunakan sebagai kerangka analisa

    dalam penelitian ini yaitu teori peran organisasi internasional Clive Archer sebagai

    teori utama dan konsep Human Security sebagai pendukung. Selamnjutnya juga

    terdapat metode penelitia, teknik analisa data, ruang lingkup penelitian, dan argument

    pokok.

    BAB II: Bab ini memberikan deskripsi mengenai ILO dan strateginya dalam mengatasi

    permasalahan pekerja anak yang meliputi profil ILO dan upayanya mengatasi

    permasalahan pekerja anak secara global. Kemudian, dijelaskan tentang perkembangan

    permasalahan pekerja anak di Turki yang kini melibatkan anak-anak pengungsi Suriah

    serta pekerja anak sebagai isu kemanusiaan (humanity)

    BAB III: Bagian ini merupakan hasil analisa terkait dengan peran ILO sebagai arena

    dimana dalam hal ini peran ILO terbagi menjadi tiga antara lain yaitu sebagai arana

    untuk memutuskan suatu kebijakan dalam upaya menyelesaikan permalasahan, sebagai

  • 36

    tempat bertemunya negara-negara anggota sehingga dapat menjalin kerjasama, dan

    sebagai wadah untuk menghubungkan negara anggota dengan aktor internasional

    lainnya yaitu IGO dan NGO.

    BAB IV: Bab ini merupakan hasil analisa terkait peran ILO sebagai aktor independen

    yang dapat dilihat melalui respon-respon yang diberikan oleh ILO terhadap

    permasalahan pekerja anak pengungsi Suriah di Turki. ILO juga memberikan tekanan

    dan paksaan pada negara anggota agar bertindak sesuai dengan peraturan yang telah

    disepakati yang dalam hal ini adalah Turki melalui peraturan yang dibentuk oleh ILO

    yaitu Konvensi ILO No. 138 dan No. 182.

    BAB V: Bagian ini adalah bagian terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil analisa

    penelitian dan saran untuk penelitian berikutnya.