bab i pemiluu

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai sebuah proses seleksi terhadap lahirnya pemimpin dalam rangka perwujudan demokrasi diharapkan menjadi representasi dari rakyat, karena pemilu merupakan suatu rangkaian kegiatan politik untuk menampung kepentingan masyarakat, yang kemudian dirumuskan dalam berbagai bentuk kebijaksanaan (policy).Dengan perkataan lain, pemilu adalah sarana demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan yang digariskan oleh Undang-Undang Dasar. Kekuasaan yang lahir melalui pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat. Pemilihan umum mengimplikasikan terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur dan damai serta lahirnya masyarakat yang dapat menghormati opini orang lain. Disamping itu lebih lanjut akan lahir suatu masyarakat yang mempunyai tingkat kritisme yang tinggi, dalam arti bersifat selektif atau biasa memilih yang terbaik menurut keyakinannya.Memperhatikan hal tersebut berarti pemilihan umum artinya rakyat memilih seseorang untuk mewakilinya dalam rangka keikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, sekaligus merupakan suatu rangkaian kegiatan politik untuk menampung 1

Upload: july-ann-nna

Post on 21-Jul-2016

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pemilu

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Pemiluu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai sebuah proses seleksi terhadap lahirnya

pemimpin dalam rangka perwujudan demokrasi diharapkan menjadi representasi dari

rakyat, karena pemilu merupakan suatu rangkaian kegiatan politik untuk menampung

kepentingan masyarakat, yang kemudian dirumuskan dalam berbagai bentuk

kebijaksanaan (policy).Dengan perkataan lain, pemilu adalah sarana demokrasi untuk

membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan

perwakilan yang digariskan oleh Undang-Undang Dasar. Kekuasaan yang lahir

melalui pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak

rakyat dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat.

Pemilihan umum mengimplikasikan terselenggaranya mekanisme

pemerintahan secara tertib, teratur dan damai serta lahirnya masyarakat yang dapat

menghormati opini orang lain. Disamping itu lebih lanjut akan lahir suatu masyarakat

yang mempunyai tingkat kritisme yang tinggi, dalam arti bersifat selektif atau biasa

memilih yang terbaik menurut keyakinannya.Memperhatikan hal tersebut berarti

pemilihan umum artinya rakyat memilih seseorang untuk mewakilinya dalam rangka

keikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, sekaligus

merupakan suatu rangkaian kegiatan politik untuk menampung kepentingan atau

aspirasi masyarakat. Dalam konteks manusia sebagai individu warga negara, maka

pemilihan umum berarti proses penyerahan sementara hak politiknya. Hak tersebut

adalah hak berdaulat untuk turut serta menjalankan penyelenggaraan negara.

Pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak dapat dilepaskan dari pemilihan umum karena

pemilihan umum merupakan konsekuensi logis dianutnya prinsip kedaulatan rakyat

(demokrasi) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip dasar kehidupan

kenegaraan yang demokratis adalah setiap warga negara berhak ikut aktif dalam

proses politik.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih

nggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD dan DPD .Setelah amandemen ke-IV

UUD 1945 pada 2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), yang semula

dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga

1

Page 2: BAB I Pemiluu

pilpres pun dimasukan ke dalam rezim pemilihan umum. Pilpres sebagai bagian dari

pemilihan umum diadakan pertama kali pada pemilu 2004. pada 2007, berdasarkan

UU No.22 Tahun 2007, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada)

juga dimasukan sebagai bagian dari rezim pemilihan umum. pemilu legislatif dan

pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan lima tahun sekali.Pemilihan umum

adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilu ini merupakan

pengewajahan sistem demokrasi, melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya

untuk duduk dalam parlemen, dan dalam struktur pemerintahan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang menjadi Landasan Hukum Pemilu?

2. Apa saja Asas Pemilu?

3. Bagaimana sistem penyelenggaraan Pemilu tahun 2014?

4. Apa saja Sistem Pemilu di Indonesia serta apa kelebihan dan

kekurangannya?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui landasan hukum pemilu

2. Mengetahu Asas-Asas Pemilu

3. Mengetahui sistem Penyelenggaraan Pemilu

4. Mengetahui Sistem Pemilu di Indonesia serta kelebihan dan

kekurangannya.

2

Page 3: BAB I Pemiluu

BAB II

PEMBAHASAN

1. LANDASAN HUKUM PEMILU

Pemilu 2014 adalah pesta demokrasi rakyat yang akan melibatkan empat juta petugas

di 545.778 TPS. Para petugas ini akan mengelola 744 juta surat suara dengan 2.450 desain

yang berbeda untuk memfasilitasi 19.700 kandidat. Pelaksanaan pemilu legislatif tingkat

nasional dan daerah dijadwalkan pada tanggal 9 April 2014. Pemilu presiden dijadwalkan 9

Juli 2014 pada bulan September 2014 untuk putaran kedua.

Secara yuridis konstitusional, berkenaan dengan pemilihan umum di Indonesia dewasa ini

diatur secara eksplisit dalam Pasal 22 E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang menyebutkan:

1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan

adil setiap lima tahun sekali.

2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah

perseorangan.

5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat

nasional, tetap, dan mandiri.

6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Beberapa dasar hukum Pemilu yaitu:

1. Undang-Undang 42/2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

2. Undang-Undang 27/2009 tentang Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

3. Undang-Undang 2/2011 tentang Partai Politik.

3

Page 4: BAB I Pemiluu

4. Undang-Undang 15/2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

5. Undang-Undang 8/2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

TUJUAN UMUM PEMILU

Partai politik dalam negara Republik Indonesia pada satu sisi berperan sebagai saluran

utama untuk memperjuangkan kehendak masyarakat, bangsa, dan negara. Sebagai amanat

reformasi kualitas penyelenggaraan pemilu harus ditingkatkan agar lebih menjamin kompetisi

yang sehat, partisipasif yang dinamis, derajat keterwakilan yang lebih tinggi dan mekanisme

serta pertanggungjawaban yang jelas.

Dari uraian pengertian dan hakekat di atas dapat dipahami bahwa tujuan

diselenggarakannya pemilu adalah adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil derah untuk

membentuk pemerintahan yang demokratis,kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam

rangka mewujudkan tujuan nasinaonl

2. ASAS PENYELENGGARAAN PEMILU

Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas:

A. Mandiri

B.Adil

C.Jujur

D.Kepastian Hukum

E.Tertib Penyelenggaraan Pemilu

F.Kepentinagn Umum

G.Keterbukaan

H.Proposionalitas

I.Profesionalitas

J.Akuntabilitas

K.Efisiensi

L.Efektivitas

4

Page 5: BAB I Pemiluu

Asas Pemilihan Umum Indonesia

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas “Luber” yang merupakan singkatan dari

“Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia”. Asal “Luber” sudah ada sejak zaman Orde Baru.

Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh

diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah

memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya

tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh

pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas “Jurdil” yang merupakan singkatan

dari “Jujur dan Adil”. Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus

dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang

memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki

nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas adil adalah

perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan

ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat

tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

Asas Pemilu yaitu Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Langsung 

berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya

sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara;

2. Umum

berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan minimal dalam

usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut

memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumu 21 (dua puluh

satu) tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna

menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah

memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan

suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial;

3. Bebas

5

Page 6: BAB I Pemiluu

berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa

tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap

warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak

hati nurani dan kepentingannya;

4. Rahasia

berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan

diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan

suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada

suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar

dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan

pilihannya kepada pihak manapun;

5. Jujur

berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/ pelaksana,

pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau Pemilu,

termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus

bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

6. Adil

 berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai politik peserta

Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

3. SISTEM PENYELENGGARAAN PEMILU DI INDONESIA.

Pemilihan umum adalah merupakan institusi pokok pemerintahan perwakilan yang

demokratis, karena dalam suatu negara demokrasi, wewenang pemerintah hanya diperoleh

atas persetujuan dari mereka yang diperintah. pemilihan umum yang demokratis haruslah

diselenggarakan dalam suasana keterbukaan, adanya kebebasan berpendapat dan berserikat,

atau dengan perkataan lain pemilihan umum yang demokratis harus memenuhi unsur-unsur

sebagai berikut:

1. Sebagai aktualiasi dari prinsip keterwakilan politik.

2. Aturan permainan yang fair.

6

Page 7: BAB I Pemiluu

3. Dihargainya nilai-nilai kebebasan.

4. Diselenggarakan oleh lembaga yang netral atau mencerminkan berbagai kekuatan

politik secara proporsional.

5. Tiadanya intimidasi.

6. Adanya kesadaran rakyat tentang hak politiknya dalam pemilihan umum.

7. Mekanisme pelaporan hasilnya dapat dipertanggungkawabkan secara moral dan hukum

Pemilihan Umum Legislatif

Pada 9 April 2014 dilangsungkan Pemilu untuk memilih para anggota dewan perwakilan

rakyat tingkat nasional dan anggota dewan perwakilan rakyat tingkat daerah untuk 33

provinsi dan 497 kabupaten/kota. 

Di Indonesia ,terdapat dua lembaga legislatif nasional: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPR merupakan badan yang sudah ada yang didirikan

berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan DPD, yang dibentuk pada tahun 2001 adalah

lembaga perwakilan jenis baru yang secara konstitusional dibentuk melalui amandemen UUD

sebagai pergerakan menuju bicameralism di Indonesia. Akan tetapi, hanya DPR yang

melaksanakan fungsi legislatif secara penuh; DPD memiliki mandat yang lebih terbatas.

Gabungan kedua lembaga ini disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Perwakilan

baik dari DPR maupun DPD dipilih untuk jangka waktu lima tahun.

DPR terdiri dari 560 anggota yang berasal dari 77 daerah pemilihan berwakil majemuk

(multi-member electoral districts) yang memiliki tiga sampai sepuluh kursi per daerah

pemilihan (tergantung populasi penduduk dapil terkait) yang dipilih melalui sistem

proporsional terbuka. Ambang batas parlemen sebesar 3,5 persen berlaku hanya untuk DPR

dan tidak berlaku untuk DPRD. Tiap pemilih akan menerima satu surat suara untuk pemilihan

anggota DPR yang berisi semua partai politik dan calon legislatif yang mencalonkan diri

dalam daerah pemilihan di mana pemilih tersebut berada. Pemilih kemudian, menggunakan

paku, mencoblos satu lubang pada nama kandidat atau gambar partai politik yang dipilih,

atau keduanya (jika mencoblos dua lubang, gambar partai yang dicoblos haruslah partai yang

mengusung kandidat yang dicoblos, kalau tidak demikian maka surat suara tersebut akan

dianggap tidak sah).

7

Page 8: BAB I Pemiluu

DPD memiliki 132 perwakilan, yang terdiri dari empat orang dari masing-masing provinsi

(dengan jumlah provinsi 33), yang dipilih melalui sistem mayoritarian dengan varian distrik

berwakil banyak (single non-transferable vote, SNTV). Tiap pemilih menerima satu surat

suara untuk pemilihan anggota DPD yang berisi semua calon independen yang mencalonkan

diri di provinsi di mana pemilih tersebut berada. Pemilih kemudian, menggunakan paku,

mencoblos satu lubang pada nama kandidat yang dipilih. Empat kandidat yang memperoleh

suara terbanyak di tiap provinsi akan kemudian terpilih menjadi anggota DPD. 

DPRD Provinsi  (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi) dipilih di 33 provinsi, masing

masing dengan jumlah 35 sampai 100 anggota, tergantung populasi penduduk provinsi yang

bersangkutan.

Untuk Pemilu 2014, di tingkat provinsi terdapat 2.112 kursi yang diperebutkan dalam 259

daerah pemilihan berwakil majemuk yang memiliki 3 hingga 12 kursi (tergantung populasi).

497 DPRD Kabupaten/Kota, yang masing-masing terdiri atas 20 sampai 50 anggota

tergantung populasi penduduk kabupaten/kota yang bersangkutan, dipilih di tiap

kabupaten/kota. Dalam pemerintahan daerah, di bawah tingkat provinsi terdapat 410

kabupaten (pada umumnya pedesaan) dan 98 kota (pada umumnya perkotaan), dan 497.dari

seluruh kabupaten/kota tersebut akan memilih anggota DPRD masing-masing dalam Pemilu

2014. Untuk Pemilu Legislatif 2014, pada tingkat kabupaten/kota, terdapat 16.895 kursi di

2.102 daerah pemilihan berwakil majemuk yang memiliki 3 hingga 12 kursi.

Para anggota legislatif di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota terpilih untuk

menempuh masa jabatan selama lima tahun, dimulai pada hari yang sama, melalui sistem

perwakilan proporsional terbuka yang sama dengan sistem DPR sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, namun tanpa penerapan ambang batas parlementer. Dalam  prakteknya, ini

berarti bahwa tiap pemilih di Indonesia akan menerima empat jenis surat suara yang berbeda

pada tanggal 9 April 2014, yakni surat suara DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota.

Pemilihan Umum Presiden

Presiden adalah pemimpin kekuasaan eksekutif dan dapat dipilih sebanyak-banyaknya dua

kali untuk jangka waktu masing-masing lima tahun. Sebuah partai politik atau koalisi partai

politik yang memenangkan 25 persen suara sah atau memperoleh paling sedikit 20 persen 

8

Page 9: BAB I Pemiluu

kursi DPR dapat mengajukan calon untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Pemilihan

umum Presiden diadakan setelah Pemilu legislatif guna memastikan pemenuhan persyaratan

diatas dalam mencalonkan diri menjadi Presiden. Pasangan Presiden dan Wakil Presiden

dipilih secara langsung oleh rakyat. Presiden saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono, terpilih

untuk kedua dan terakhir kalinya pada putaran pertama dalam pemilihan umum tahun 2009

dengan perolehan 60,8 persen dari jumlah suara.

Pemilu Presiden akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014. Tanggal pastinya akan ditetapkan

oleh komisi pemilihan umum dalam waktu dekat. Jika seorang kandidat tidak mencapai

mayoritas absolut pada putaran pertama, putaran kedua antara dua kandidat yang memperoleh

suara terbanyak akan diselenggarakan pada bulan September 2014.

Pemilihan Umum Kepala Daerah

Struktur pemerintahan daerah di Indonesia dibagi menjadi 34 provinsi yang terdiri atas 508

kabupaten (pedesaan) dan kota (perkotaan), 6.994 kecamatan, dan 81.253 kelurahan

(perkotaan) dan desa (pedesaan).

Pemilihan umum daerah yang resmi diselenggarakan oleh komisi pemilihan umum disebut

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau Pemilukada. Pemilukada

adalah pemilihan umum terputus (staggered) untuk memilih kepala dan wakil kepala

eksekutif di 33 provinsi (kecuali Yogyakarta, lihat paragraf selanjutnya) dan di 502

kabupaten/kota. Berbagai Pemilukada dilaksanakan setiap waktu.Di Indonesia, akan selalu

ada Pemilukada yang berlangsung.

Lima provinsi memiliki status khusus yang memungkinkan diberlakukannya berbagai variasi

undang-undang kepemiluan: Aceh atas penggunaan hukum syariah di tingkat lokal dan

keberadaan partai politik lokal, Yogyakarta sebagai sebuah kesultanan, Papua dan Papua

Barat sebagai daerah otonomi khusus, dan Jakarta sebagai daerah khusus ibukota. Pada tahun

2012, pemerintah menetapkan undang-undang otonomi khusus bagi Yogyakarta yang

menetapkan Sultan Yogyakarta sebagai gubernur provinsi tersebut.  

Pemilukada Provinsi: Kepala eksekutif sebuah provinsi adalah gubernur, dibantu oleh wakil

gubernur. Gubernur dan wakil gubernur dipilih sebagai pasangan untuk masa jabatan lima

tahun dengan mayoritas relatif minimal 30 persen dari jumlah suara yang ada (50 persen

9

Page 10: BAB I Pemiluu

untuk Jakarta). Jika mayoritas relatif ini tidak tercapai, putaran kedua antara dua kandidat

yang memperoleh suara terbesar akan diselenggarakan.

Pemilukada Kabupaten/Kota: Kepala eksekutif sebuah kabupaten (daerah pedesaan) adalah

Bupati, dan kepala eksekutif sebuah kota (daerah perkotaan) adalah Walikota. Bupati atau

Walikota, beserta wakilnya, dipilih sebagai pasangan untuk masa jabatan lima tahun dengan

mayoritas relatif minimal 30 persen dari jumlah suara yang ada. Pemilukada Kabupaten/Kota

kadang-kadang diselenggarakan serentak pada hari yang sama dengan Pemilukada Provinsi,

namun sering juga pada hari yang berbeda. 

Penunjukan Camat: Sub-divisi administratif dari 508 Kabupaten/Kota tersebut adalah

kecamatan yang totalnya berjumlah 6.994. Kepala Kecamatan (Camat) ditunjuk oleh

Bupati/Walikota di tingkat kabupaten/kota.

Penunjukan Lurah dan Pemilukada Desa: Desa, dalam hierarki administratif, adalah sub-

bagian kecamatan, dan merupakan tingkat pemerintahan administratif terendah di Indonesia.

Di Indonesia, terdapat 8.309 kelurahan  (di bawah kota) dan 72.944 desa (di bawah

kabupaten). Kepala kelurahan, disebut Lurah, adalah pegawai negeri yang ditunjuk oleh

Camat. Berbeda dengan Lurah, Kepala Desa adalah warga negara yang secara langsung

dipilih oleh warga desa dalam pemilihan umum yang sifatnya informal dan diorganisir secara

lokal. Pemilihan umum ini dilaksanakan secara terputus untuk masa jabatan enam tahun.

Partai Politik dan Kandidat

Indonesia menggunakan sistem multi-partai. Menurut catatan Kementrian Hukum dan Hak

Azasi, terdapat 73 partai politik yang terdaftar secara sah. UU 8/2012 mewajibkan masing-

masing partai politik untuk mengikuti proses pendaftaran dan verifikasi yang dilaksanakan

oleh KPU untuk mengikuti sebuah Pemilu. Untuk Pemilu 2014, 46 partai politik

mendaftarkan diri, namun hanya dua belas partai politik nasional dan tiga partai politik lokal

(hanya boleh bersaing melawan parpol nasional di Aceh) yang sukses melewati proses

pendaftaran dan mendapatkan tempat di surat suara. Berikut adalah dua belas partai tersebut

berdasarkan nomor urut bersama informasi mengenai jumlah suara yang diperoleh pada

Pemilu 2009.

1. NasDem – Partai Nasional Demokrat (partai politik baru)

10

Page 11: BAB I Pemiluu

2. PKB – Partai Kebangkitan nasional (memperoleh 4,95 persen suara/27 kursi di DPR)

3. PKS – Partai Keadilan Sejahtera (memperoleh 7,89 persen suara/57 kursi di DPR)

4. PDI-P – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (memperoleh 14,01 persen suara/95

kursi di DPR)

5. Golkar – Partai Golongan Karya (memperoleh 14,45 persen suara/107 kursi di DPR)

6. Gerindra – Partai Gerakan Indonesia Raya (memperoleh 4,46 persen suara/26 kursi

di DPR)

7. PD – Partai Demokrat (memperoleh 20,81 persen suara/150 kursi di DPR, merupakan

partai dari presiden Republik Indonesia saat ini)

8. PAN – Partai Amanat Nasional (memperoleh 6,03 persen suara/43 kursi di DPR)

9. PPP – Partai Persatuan Pembangunan (memperoleh 5,33 persen suara/33 kursi di

DPR)

10. Hanura – Partai Hati Nurani Rakyat (memperoleh 3,77 persen suara/18 kursi di

DPR)

11. PDA – Partai Damai Aceh (partai politik baru, hanya bersaing di Aceh)

12. PNA – Partai Nasional Aceh (partai politik baru, hanya bersaing di Aceh)

13. PA – Partai Aceh (hanya bersaing di Aceh; memperoleh 43,9 persen suara/33 kursi di

DPRD Provinsi Aceh)

14. PBB – Partai Bulan Bintang (tidak berhasil memperoleh kursi di DPR)

15. PKPI – Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (tidak berhasil memperoleh kursi di

DPR)

Penyelenggara Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU) adalah lembaga konstitutional

independen yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemilihan umum nasional dan

lokal sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 15/2011. KPU saat ini terdiri dari

7 anggota (enam laki-laki; satu perempuan) yang dipilih melalui proses seleksi yang ketat dan

kemudian dilantik oleh Presiden pada 12 April 2012 untuk jangka waktu lima tahun.

Sekretariat KPU, dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, merupakan perpanjangan tangan

eksekutif dari KPU yang bertanggung jawab untuk administrasi organisasi di tingkat

nasional. Sekretaris Jenderal biasanya dicalonkan oleh KPU dan kemudian ditunjuk untuk

jangka waktu lima tahun oleh Presiden. Pada 1 Februari 2013, KPU menunjuk Arif Rahman

Hakim sebagai Sekretaris Jenderal yang baru. Sejak tahun 2007, KPU telah mampu merekrut 11

Page 12: BAB I Pemiluu

pegawai negeri sipil sebagai staf mereka. Sebelum tahun 2007, sebagian besar stafnya

merupakan staf pindahan dari Kementerian Dalam Negeri.

Struktur KPU dan Sekretariat provinsi mengikuti struktur di tingkat nasional: seluruh

provinsi hanya memiliki lima anggota kecuali Aceh, yang memiliki tujuh. KPU memiliki

13.865 staf di 531 kantor di seluruh

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan lembaga yang bertanggung jawab

mengawasi agar gugatan terkait pemilu ditujukan kepada badan yang tepat dan diselesaikan

secara benar; secara umum, pelanggaran bersifat  kriminal dirujuk kepada polisi dan

pengadilan biasa, dan pelanggaran  administrasi kepada KPU. UU 8/2012 tentang Pemilihan

Umum Legislatif memberikan Bawaslu wewenang pemutusan perkara dalam sengketa antara

KPU dan peserta Pemilu. Putusan Bawaslu bersifat final terkecuali untuk hal-hal terkait

pendaftaran partai politik dan calon legislatif peserta pemilu. Pelanggaran serius yang

mempengaruhi hasil pemilu diajukan secara langsung kepada Mahkamah Konstitusi.

Ketentuan dalam UU 15/2011 mengatur bahwa Bawaslu dan KPU adalah lembaga yang

setara dan terpisah. Anggota Bawaslu dipilih oleh komite seleksi yang sama dengan komite

yang memilih anggota KPU. Terdapat lima anggota tetap Bawaslu di tingkat nasional. Rekan

sejawat Bawaslu di tingkat provinsi, Bawaslu Provinsi, adalah lembaga yang sekarang sudah

bersifat permanen dan beranggotakan tiga orang. Turun dari tingkat provinsi, keanggotaannya

bersifat sementara dan terdiri atas tiga anggota di tingkat provinsi, tiga di tingkat

kabupaten/kota, tiga di tingkat kecamatan dan satu pengawas lapangan di setiap

kelurahan/desa. Badan pengawas semacam ini adalah khas Indonesia.

UU 15/2011 juga menetapkan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP

adalah dewan etika tingkat nasional yang ditetapkan untuk memeriksa dan memutuskan

gugatan dan/atau laporan terkait tuduhan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota

KPU atau Bawaslu. DKPP ditetapkan dua bulan setelah sumpah jabatan anggota KPU dan

Bawaslu untuk masa jabatan selama lima tahun, dan terdiri atas seorang perwakilan KPU,

seorang perwakilan Bawaslu, dan lima pemimpin masyarakat. DKPP, sebuah jenis lembaga

penyelenggara pemilu yang hanya ada di Indonesia, bertugas untuk memastikan bahwa kerja

anggota KPU dan Bawaslu memenuhi kode etik bersama dan memiliki kewenangan untuk

merekomendasikan pemberhentian seorang anggota komisi/badan pengawas. Keputusan

DKPP bersifat final dan mengikat.

12

Page 13: BAB I Pemiluu

4. KAMPANYE PEMILU

Kampanye politik adalah sebuah upaya yang terorganisir bertujuan untuk

memengaruhi proses pengambilan keputusan para pemilih dan kampanye politik selalu

merujuk pada kampanye pada pemilihan umum. Pesan dari kampanye adalah penonjolan ide

bahwa sang kandidat atau calon ingin berbagi dengan pemilih. Pesan sering terdiri dari

beberapa poin berbicara tentang isu-isu kebijakan. Poin2 ini akan dirangkum dari ide utama

dari kampanye dan sering diulang untuk menciptakan kesan abadi kepada pemilih. Dalam

banyak pemilihan, para kandidat partai politik akan selalu mencoba untuk membuat para

kandidat atau calon lain menjadi "tanpa pesan" berkaitan dengan kebijakannya atau berusaha

untuk pengalihan pada pembicaraan yang tidak berkaitan dengan poin kebijakan atau

program. Sebagian besar strategis kampanye menjatuhkan kandidat atau calon lain yang lebih

memilih untuk menyimpan pesan secara luas dalam rangka untuk menarik pemilih yang

paling potensial. Sebuah pesan yang terlalu sempit akan dapat mengasingkan para kandidat

atau calon dengan para pemilihnya atau dengan memperlambat dengan penjelasan rinci

programnya.

Rakyat negeri ini akan segera disuguhkan tayangan pola kampanye yang cukup

beragam dari para calon wakil rakyat dan partai politik. Memasuki masa kampanye saat ini,

para calon legislatif dan partai politik tersebut tengah menyusun strategi untuk mendapatkan

suara terbanyak supaya mereka dapat memenangkan pemilu. Mereka berkompetisi untuk

“merayu”  hati rakyat demi mendapatkan perhatian dan simpati dari masyarakat dengan cara

membuat ragam media kampanye yang berisi slogan-slogan kampanye. Media kampanye

(baliho, banner, stiker, kaos, iklan, orasi panggung politik dan lainnya) yang mereka buat,

memuat kalimat-kalimat atau gambar yang kadang menggelitik pembacanya karena kata-

kata/gambarnya terkadang dibuat cukup ekspresif. Walaupun, masyarakat ada juga yang

terkadang tidak terlalu memperdulikan dan tidak kritis dalam memahami isi dari slogan-

slogan kampanye tersebut.

Ada calon legislatif yang ketika baru menjadi caleg menggunakan slogan kampanye

dengan pernyataan yang dapat meluluhkan hati masyarakat dengan kata-katanya, namun

setelah caleg tersebut memenangkan pemilu dan menjabat menduduki kursi wakil rakyat itu,

mereka terkadang menjadi lupa diri dan tidak menghiraukan lagi janji-janji kampanyenya

dulu. Oleh karena itu, rakyat selaku pemilik saham tertinggi dalam tatanan demokrasi, harus

lebih berhati-hati dan kritis lagi dalam memahami makna dari kalimat-kalimat yang menjadi 13

Page 14: BAB I Pemiluu

slogan kampanye para calon legislatif dan partai politik. Karena menurut psikolog yang

pernah berdiskusi dengan penulis, gaya bahasa yang digunakan setiap orang berbeda-beda

dan juga dari gaya bahasa itu sendiri dapat mencerminkan bagaimana jati dirinya

sesungguhnya. Jadi, untuk dapat memahami para caleg tersebut, salah satu caranya adalah

kita dapat meneliti lewat gaya bahasa yang mereka gunakan dalam slogan-slogan kampanye

yang meraka buat. Apa slogan itu sesuai dengan kepribadian dan sikapnya atau mungkin

slogan itu hanya dibuat-buat hanya untuk menarik simpati dan perhatian masyarakat.

Pada masa kampanye, seluruh daerah meriah dengan panji-panji partai politik serta

nama dan gambar calon anggota legislatif.Tak hanya calon anggota legislatif (caleg) yang

sibuk menarik simpati rakyat, pejabat negara dari partai politik pun ramai-ramai cuti dari

tugas Sehari-harinya. "Kesetiaan" mereka pada negara dan berada di atas semua golongan

atau kelompok, seolah terbius dengan kepentingan masing-masing partai politiknya.Para

ketua umum partai politik pun bersemangat menakhodai partainya agar tampil dengan

mendapat sebanyak-banyaknya perhatian publik.  

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan jumlah pemilih sebanyak 185,8

juta orang dengan 52 juta di antaranya merupakan pemilih pemula. Kepada mereka dan kita

semua janji-janji itu ditebarkan dengan harapan kita jatuh hati kepada partai politik itu.

Dengan jurkam nomor wahid mereka semua menjajakan partai politiknya sebagai

parpol yang terbaik, paling aspiratif, dan paling layak dipilih. Lihatlah ketika, Ketua Umum

Partai Golkar Aburizal Bakrie sampai terbatuk-batuk saat berkampanye di Lapangan Kuncup,

Pringsewu,Lampung,Senin. di kampung halamannya itu, Aburizal terbatuk sampai lima kali.

Meskikupn batuk-batuk, Aburizal terus memuji pemerintahan Orde Baru yang dianggapnya

paling berpengalaman memimpin. Aburizal tak peduli dengan penilaian orang lain bahwa

Orde Baru itu sangat otoriter, kekayaan alam dikeruk oleh kroni Soeharto, tradisi utang

dimulai,dan sebagainya. Bahkan Aburizal menjanjikan pendidikan gratis jika partai dan

dirinya memimpin republik ini. Dirinya? Ya begitulah, meski ini kampanye legislatif, tak

urung Ical sekalian berkampanye untuk pemilihan presiden.Lain halnya dengan kampanye

Partai Nasional Demokrat (NasDem). Partai NasDem ini menjanjikan 10 program prioritas

untuk rakyat jika menang pemilihan umum. Ke-10 program itu lengkap, dari subsidi Rp1 juta

per kepala keluarga selama lima tahun, hingga membangun pelabuhan dan irigasi.Seolah-olah

membangun itu tanpa uang, begitulah janji-janji indah  kampanye. Di atas panggung, orang

memang mudah sekali berjanji. Semangat merekrut pemilih sebanyak-banyaknya tentu 14

Page 15: BAB I Pemiluu

bertolak belakang dengan kebeningan pikiran. Pikiran yang bening tentu akan lebih berhati-

hati, realistis, dan aplikatif. Janji-janji yang sebetulnya merupakan pengulangan apa yang

telah mereka katakan di kampanye lima tahun sebelumnya. Meskipun para caleg tersebut

menyadari bahwa itu hanya sebuah pengulangan belaka, tapi mereka tetap melakukannya

secara sadar, karena merasa tidak ada sanksi tegas yang mereka dapatkan apabila janji-janji

tersebut tidak ditepati. Hal ini yang membuat stigma negatif terhada para caleg menjadi lebih

nyata di mata masyarakat yang dimana pada bulan Juli 2014 nanti akan memberikan hak

suaranya.

Akhirnya menjadi tugas kita semua, rakyat Indonesia untuk menyeleksi janji-janji itu.

Kita sudah cukup cerdas dan dewasa untuk menilai apakah yang dijanjikan partai politik itu

realitis atau hanya cara mereka menarik massa saja. Pilihlah partai yang tidak memberikan

janji tapi partai yang telah memberikan bukti nyata.

5. SISTEM PEMILU ORDE BARU 2014 SERTA KELEBIHAN DAN

KEKURANGAN

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2009 bangsa Indonesia telah menyelenggarakan

Sepuluh kali pemilihan umum 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan

2009. Akan tetapi pemilihan pada tahun 1955 merupakan pemilihan umum yang dianggap

istimewa karena ditengah suasana kemerdekaan yang masih tidak stabil Indonesia melakukan

PEMILU ,bahkan dunia internasional memuji pemilu pada tahun tersebut. Pemilihan umum

berlangsung dengan terbuka, jujur dan fair, meski belum ada sarana komunikasi secanggih

pada saat ini ataupun jaringan kerja KPU.

Semua pemiliha umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang vacuum,

melainkan berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan umum

itu sendiri. Dari pemilihan umum tersebut juga dapat diketahui adanya upaya untuk mencari

sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia.

a.       Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)

Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan oktober 1945, tetapi baru dilaksanakan

oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955. sistem pemilu yang digunakan adalah

sistem proporsional. Pada waktu sistem itu, sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda,

15

Page 16: BAB I Pemiluu

merupakan satu-satunya sistem pemilu yang dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin

negara.

Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena merupakan pemilihan pertama

sejak awal kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung secara demokratis, tidak ada

pembatasan partai, dan tidak ada usaha interversi dari pemerintah terhadap partai-partai

sekalipun kampanye berlangsung seru, terutama antara Masyumi dan PNI. Serta administrasi

teknis berjalan lancar dan jujur.

Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan, dengan jumlah total

257 kursi. Namun stabilitas politik yang diharapkan dari pemilihan umum tidak terwujud.

Kabinet Ali (I dan II) yang memerinth selama 2 tahun dan yang terdiri atas koalisi tga

besar ,namun ternyata tidak kompak dalam menghadapi persoalan, terutama yang terkait

dengan konsepsi presiden yang diumumkan pada tanggal 21 Februari 1957.

b.      Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang kebebasan mendirikan

partai , presiden soekarno mengurangi jumlah partai menjadi 10. Kesepuluh ini antara lain :

PNI, Masyumi,NU,PKI, Partai Katolik, Partindo,Partai Murba, PSIIArudji, IPKI, dan Partai

Islam, kemudian ikut dalam pemilu 1971 di masa orde baru. Di zaman demokrasi

terpimpintidak diadakan pemilihan umum.

c.       Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)

Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada harapan besar

dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikansuatu sistem politik yang demokratis dan

stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem pemilihan umum . pada saat itu

diperbincangkan tidak hanya sistem proporsional yang sudah dikenal lama, tetapi juga sistem

distrik yang di Indonesia masih sangat baru.

Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik berbagai kesimpulan.

Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional pada tahun 1967 adalah

keputusan yang tepat karena tidak ada distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara

nasional dengan jumlah kursi dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 1945 bahwa DPR

dan presiden tidak dapat saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi

fragmentasi karena yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk

mendirikan partai baru tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan demikian sejumlah

kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi. Namun beberapa kelemahan masih

16

Page 17: BAB I Pemiluu

melekat pada sistem politik ini. Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil

pemerintah dan konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi

tiga telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan pendapat

masing-masing sehingga dapat dipertanyakan apakah sipemilih benar-benar mencerminkan,

kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi pedomannya. Ditambah lagi

masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput telah menunjukkan salah satu kelemahan

dari sistem otoriter orde dan hal itu patut dihargai.

d.      Zaman Reformasi (1998-sekarang)

Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan fundamental.

Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai politik secara bebas,

termasuk medirikan partai baru. Kedua, pada pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam

sejarah indonesiadiadakan pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melaluiMPR.

Ketiga, diadakannya pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan

Daerah yang akan mewakili kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya

“electoral thresold “ , yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus

meraih minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.

Dari pemilihan umum-pemilihan umum tersebut juga dapat diketahui adanya untuk

mencari system pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia.Sejak Pemilu 2004 hingga

Pemilu 2009 diterapkan era baru. Yaitu, era pemilu proporsional terbuka, yang memadukan

sedikit elemen era mayoritas-pluralitas, era pemilihan di mana Negara terbagi dalam daerah-

daerah bagian pemilihan yang jumlahnya sama dengan anggota Badan Perwakilan Rakyat

yang dikehendaki (atau di Indonesia kerap disebut era distrik). Saat itu, selain memilih tanda

gambar partai pemilih juga berhak memilih langsung caleg. Sistem proporsional sendiri

adalah era pemilihan berdasarkan persentase pada kursi parlemen yang akan dibagikan pada

Organisasi Peserta Pemilu (OPP). Dengan kata lain, setiap Organisasi Peserta Pemilu akan

memperoleh sejumlah kursi parlemen sesuai dengan jumlah suara pemilih yang diperoleh di

seluruh wilayah Negara. Dalam era ini, terbuka kemungkinan penggabungan partai kecil

(berkoalisi) untuk memperoleh kursi di Perwakilan Rakyat. Sistem ini pun tidak lepas dari

adanya kelebihan dan kekurangan. Berikut penjabaran mengenai kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan proporsional yang keduanya termasuk sistem pemilu mekanis:

17

Page 18: BAB I Pemiluu

Sistem Proporsional

Pemilihan umum pada tahun ini dengan menggunakan system proporsional. Sistem

proposional (multi member constituency) adalah sistem pemilihan umum, dimana wilayah

negara atau wilayah pemilihan dibagi – bagi dalam daerah – daerah pemilihan yang dikenal

dengan singkatan dapil, dimana tiap – tiap daerah jumlah wakil yang akan duduk dalam

perwakilan lebih dari satu orang wakil.

Kelebihan sistem proposional :

1. Sistem proposional dianggap representative

2. Sistem proposional dianggap lebih demokratis

Kelemahan sistem proposional :

1. Sulit terjadinya intergrasi partai,karna partai cenderung bertambah

2. kader partai sulit berkembang,karena penentuan calon jadi didasarkan nomor urut.

3. wakil terpilih belum tentu orang dikenal pemilih secara baik.karena banyak partai

sulit mendapatkan suara mayoritas.

Sistem distrik (single member constituency)

Sistem distrik adalah sistem pemilihan umum, dimana wilyah negara atau wilayah pemilihan

dibagi – bagi dalam distrik atau wilayah pemilihan dimana tiap wilyah akan dipilih satu wakil

atau calon wakil yang mendapatkan suara terbanyak diwilyahnya.

Kelebihan dari sistem distrik adalah :

1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai.

2. Wakil adalah tokoh yang dikenal pemilih.

3. partai lebih mudah mencapai kedudukan mayoritas.

4. Sistem ini sederhana, ekonomis dan mudah untuk diselenggarakan

Sistem ini memiliki kelemahan sebagai berikut :

1. Sistem ini kurang memperhatikan partai kecil.

2. Banyak suara hilang

3. Kurang efektif dalam masyarakat yang plural

18

Page 19: BAB I Pemiluu

4. wakil terlaluberorentasi pada daerah pemilih.

Pentingnya Pemilu

Pemilu dianggap sebagai bentuk paling riil dari demokrasi serta wujud paling konkret

keikutsertaan(partisipasi) rakyat dalam penyelenggaraan negara. Oleh sebab itu, sistem &

penyelenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat perhatian utama karena melalui

penataan, sistem & kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat benar-benar

mewujudkan pemerintahan demokratis.Pemilu sangatlah penting bagi sebuah negara,

dikarenakan:

Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat.

Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.

Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin

cara konstitusional.

19

Page 20: BAB I Pemiluu

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak ukur

demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat mencerminkan

demokrasi walaupun tidak beguitu akurat. Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan

orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam ilmu politik dikenal

berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai variasi, tetapi umumnya berkisar pada dua

prinsip pokok, yaitu : sistem distrik dan sistem proprosional. Pemilu merupakan sarana

demokrasi penting bagi negara-negara demokrasi dalam mengukur seberapa besar tingkat

demokrasi suatu negara tersebut. Pemilu juga merupakan sebagai alat untuk perubahan sosial

dan politik dari suatu negara tersebut, dimana setiap pemilu tersebut yang nantinya

menghsilkan sistem sosial politik yang baru seiring terpilihnya legislatif dan eksekutif.

B. SARAN

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik Indonesia

semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan perkembangan

politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas pembangunan kehidupan

politik pada masa yang akan datang bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua

elemen pemerintahan dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi

mengembangkan perpolitikan di Indonesia. Manejemen dan kepemimpinan juga haruis terus

ditingkatkan, ongkos politik yang tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap publik harus

dekembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar stabilitas

nasional dan politik kita semakin kokoh.

Setiap adanya agenda Pemilu, diharapkan agenda politik tersebut tidak sebagai ajang

persaingan untuk memperebutkan kekuasaan antara pihak-pihak yang mempunyai

kepentingan dalam politik semata, melainkan diharapkannya pemilu sebagai sarana

20

Page 21: BAB I Pemiluu

demokrasi dan kompetisi antara partai politik dengan tujuan demi memajukan bangsa dan

mensejahterakan rakyat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/06/pemilu-di-indonesia-

sistem.html Diakses pada tanggal 8, April 2014

https://www.dpr.go.id/uu/appbills/

RUU_RUU_Tentang_Pemilihan_Umum_Anggota_Dewan_Perwakilan_Rakyat_,_De

wan_Perwakilan_Daerah,_dan_Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerah.pdf Diakses

pada tanggal 8 April 14

http://www.rumahpemilu.org/in/read/3351/Gambaran-Singkat-Pemilihan-Umum-

2014-di Indonesia Diakses pada tanggal 8 April 14

http://irakhartika19.blogspot.com/2013/05/tujuandan-asas-pemilu-menurut-

undang.html Diakses pada tanggal 8 April 14

Budiardjo, Miriam .2008.dasar-dasar ilmu politik (edisi revisi).Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Prihatmoko, dkk. 2008.Menang Pemilu Ditengah Oligarki Partai.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

21